You are on page 1of 7

KEDAULATAN ALLAH

Pdt. Dr. Stephen Tong (John) Yohanes 5:1-18 Penyembuhan pada hari Sabat di kolam Betesda Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolamitu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepadaNya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilammnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.

Dalam Injil Yohanes pasal kelima ini, Tuhan Yesus menyatakan mujizat yang luarbiasa dan setelah itu Ia mulai menjerumuskan diri dalam suatu perdebatan yang besar dengan orang Yahudi, yaitu bahwa Ia adalah Anak Allah. Akibat dari pernyataan itu Ia harus dibunuh dan dipaku di atas kayu salib. Kalau kita melihat perjalanan Tuhan Yesus di dunia ini, maka Dia mempersiapkan diri terus menerus menuju suatu akibat yang dipandang manusia sebagai suatu kerugian yang besar bagi diri sendiri, sesuatu yang buruk: Dia harus mati dan dipaku di atas kayu salib. Tetapi Dia telah mempersiapkan diri untuk mentaati rencana Allah yang sudah disiapkan dalam kekekalan. Allah Bapa mempersiapkan keselamatan, Allah Anak menggenapkan keselamatan, dan Allah Roh Kudus menggerakkan manusia menerima keselamatan. Ini adalah rencana kekal yang telah ditetapkan sebelum dunia diciptakan, sebelum segala sesuatu terjadi, bahkan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Rencana pengampunan dosa dan rencana untuk menyelamatkan manusia berdosa sudah ditetapkan oleh Tuhan Allah. Pada waktu Tuhan Yesus datang ke dalam dunia segala sesuatu yang dikerjakanNya, segala tindak tanduk yang dinyatakanNya ke dalam sejarah merupakan suatu pernyataan akan penyertaan Allah dalam hidup manusia di dunia yang diciptakan oleh Allah sendiri.

KEDAULATAN ALLAH

Pada waktu Tuhan Yesus ke Yerusalem, pikirkan sekali lagi pasal 3, Ia di Yerusalem, pasal 5 Ia di Yerusalem, dan pasal 4 Ia pergi ke Samaria dan Galilea. Lalu Ia kembali ke Yerusalem. Ia tidak mengunjungi orang besar atau pemimpin-pemimpin yang berkuasa di pemerintahan atau orang-orang yang penuh kemuliaan duniawi tetapi Yesus mengunjungi orang-orang yang hidup menderita yang begitu memerlukan Dia. Di sini dikatakan di pinggir pintu gerbang Domba. Menurut Calvin, di situlah tempat orang-orang menjual binatang-binatang khususnya domba untuk dipakai dalam persembahan di Bait Allah sehingga di sana banyak orang berkumpul, dan dekat pintu itu ada suatu kolam yang disebut sebagai BETHESDA. Kolam ini mempunyai suatu keistimewaan karena ada malaikat yang turun dan pada waktu malaikat itu menggoncangkan air di kolam itu, maka siapa yang turun terlebih dahulu ke dalam kolam itu akan sembuh dari penyakitnya. Ini merupakan salah satu cara yang pernah dipakai Tuhan di waktu itu untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Maka banyak orang sakit itu datang ke tempat itu yang mengharapkan giliran kesempatan mereka. Bila mereka bisa masuk ke dalam kolam itu, sesudah melihat air yang digoncangkan oleh malaikat, maka mereka mendapatkan kesembuhan. Tetapi dapatkah saudara membayangkan pada waktu itu ada seseorang yang telah 38 tahun menderita penyakit, setiap kali menunggu kesempatan setiap kali ia tidak pernah mendapatkan kesempatan itu. Mau masuk, yang lain sudah mendahului dia. Saya kira kita sering mengalami keadaan yang demikian. Kita sering mengalami suatu kekecewaan: mengapa orang lain lebih dahulu, mengapa orang lain mendapatkan kesempatan, mengapa bukan saya padahal saya sudah melihat orang lain mendapatkan kesempatan? Mengapa bukan saya padahal saya melihat bahwa kesempatan itu sudah tiba kepada saya. Ini dikatakan oleh orang-orang yang buta, orang-orang yang timpang, dan sebagainya. Ini merupakan penyakit di luar jangkauan belas kasihan kepada orang-orang yang tidak bisa ditolong oleh orang lain. Tetapi tidak perlu engaku kecewa karena Tuhan mempunyai anugerah lebih besar daripada kemampuan manusia menolong kita. Jika kita mempunyai kesulitan, penyakit dan kesusahankesusahan di luar kemungkinan jangkauan manusia, tidak perlu menjadi putus asa dan kecewa. Karena jikalau kita melihat keempat sudut yang mengecewakan kita bukan berarti tidak ada sudut lain yang memberikan kemungkinan pada kita. Ada sudut atas yang lebih berkuasa daripada sudut kanan, sudut kiri, sudut depan, ataupun sudut belakang. Kalau kita kecewa melihat sekeliling, lihat yang atas. Kalau kita melihat tidak ada seorang kawan yang melihat kita, tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menolong kita, jangan lupa ada yang lebih besar dari pada orang-orang itu, yaitu yang di atas itu. Orang-orang yang timpang, yang buta, yang begitu hebat penderitaannya, tidak mungkin mendapatkan pertolongan dari ilmu kedokteran, datang ke situ. Tuhan masih mempunyai anugerah bagi mereka yang sudah kecewa terhadap dunia ini. Tuhan terus bekerja, tangan Tuhan adalah tangan yang begitu berkuasa. Tangan yang murah; tetapi jangan lupa Tuhan tidak akan memberikan anugerah pada kita hanya untuk memuaskan ambisi kita masingmasing. Jangan kira Tuhan hanya memberikan anugerah sesuai dengan yang kita perintahkan. Dia tidak memberikan anugerah sesuai dengan kerohanian kita yang sudah cukup sampai batas tertentu. Tuhan tidak memberikan anugerah pada kita sesuai dengan ambisi kita atau kemauan kita. Tuhan mempunyai rencanaNya sendiri. Jikalau malaikat tidak turun dan air itu tidak digoyangkan tidak ada satu orangpun dapat sembuh. Tuhan tahu banyak yang tidak mendapat giliran. Tahu mereka semua perlu kesembuhan lalu apakah mereka semua disembuhkan? Tidak. Kita harus kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab bahwa Tuhan Mahakuasa, bisa menyembuhkan tetapi kesembuhan Tuhan bukan sekedar untuk mempopulerkan seorang pendeta. Kesembuhan yang diberikan Tuhan bukan untuk mengisi ambisi manusia. Kesembuhan dari Tuhan juga bukan karena diperintah oleh manusia. Kesembuhan kita bahkan bukan tergantung dari iman kita. Salah satu kesalahan yang besar dan salah satu prinsip yang menyimpang dari Kekristenan yaitu pendapat yang mengatakan: "Jika engkau beriman engkau pasti sembuh. Jika engkau tidak beriman engkau pasti tidak sembuh." Prinsip ini seolah-olah ditunjang oleh ayat Alkitab tetapi saudara perhatikan di dalam ayat ini orang ini disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Ketika ditanyakan, "Siapa yang menyembuhkan engkau?" "Tidak tahu namanya." Dia belum kenal Tuhan Yesus. Jadi yang menyembuhkan dia kedaulatan

KEDAULATAN ALLAH

Tuhan atau imannya? jika iman yang menentukan disembuhkan atau tidak maka suatu akibat buruk terjadi yaitu pada waktu Tuhan belum waktunya mau menyembuhkan, orang itu selalu minder dan menarik diri dari gereja atau mereka langsung menduga Tuhan ini adalah Tuhan yang tidak mendengarkan doa karena saya telah memiliki iman kepercayaan yang sepenuhnya, padahal mereka mengukur iman mereka dengan ukuran mereka sendiri. Pada waktu Tuhan Yesus datang kepada dia yang sudah duduk 38 tahun di sana, menunggu penyakitnya tidak disembuhkan, setiap kali kehilangan kesempatan mengakibatkan dia mengeluh lagi. Yesus datang ke situ lalu menyembuhkan mereka dengan serentak? Tidak. Yesus datang hanya menyembuhkan satu, yang sudah berbaring 38 tahun. Satu waktu yang lebih besar dari seperempat abad. Hampir separuh waktu hidup orang. Kalau Tuhan memberikan umur 70 tahun, ini sudah lebih dari separuh hidup berbaring di sini, apa gunanya? Apakah penyakit orang ini dari dosa? Apakah setiap penyakit berasal dari dosa orang itu sendiri? Alkitab tidak mengatakan hal ini. Ini adalah pertemuan awal dari perdebatan yang sengit. Mulai dari kitab Ayub, ketiga teman Ayub begitu mencintai dia dan mengatakan, "Engkau menderita, engkau sakit, engkau berdosa dan dipukul oleh Tuhan." Ayub menjawab, "Aku bersumpah, aku adalah seorang yang setia kepada Tuhan, aku takut kepada Tuhan." Mereka menggelengkan kepala dan mengatakan: "Engkau pasti berdosa sehingga engkau dibuang oleh Tuhan." Akhirnya Ayub pernah mengatakan satu kalimat, "Aku berjanji dengan mataku, apakah aku boleh melihat perawan?" Saya rasa Ayub adalah seorang yang paling suci, yang berjanji pada matanya sendiri untuk tidak melihat perawan. Ayub begitu suci, berjanji pada diri sendiri, tidak menyeleweng dengan kaki, tidak sembarangan mencemarkan tangannya, tidak memandang kepada yang lain kecuali kepada Tuhan. Di dalam kitab Ayub, kesimpulannya adalah Tuhan yang menguji dia. Bukan karena dosanya ia menderita sakit. Di dalam kasus pasal lima ini kita melihat kemungkinan dan dipastikan oleh Tuhan Yesus bahwa orang ini berdosa sehingga ia menderita sakit. Dosa adalah salah satu sebab di antara beberapa sebab manusia menderita. Bukan semua penderitaan yang kita terima berasal dari dosa kita sendiri. Juga tidak berarti kita menderita, langsung menerima penghukuman setelah kita berdosa. Tidak tentu. Ada orang yang berdosa tetapi hidupnya sepertinya lancar sekali, ada orang yang hidup suci tapi hidupnya seolah-olah tidak lancar. Oleh sebab itu jika engkau berdosa, tetapi hidup tetap lancar, celakalah engkau, karena kelancaran itu berarti Tuhan tidak lagi ikut campur dalam hidupmu yang membolehkan engkau tidak bertobat. Sehingga engkau tidak berbagian dalam kesucianNya. Sebaliknya jika engkau telah hidup baik-baik beriman kepada Tuhan, takut pada Allah, dan hidup suci tetapi akhirnya engkau hidup menderita dalam kesulitan, jangan mau digoda oleh iblis yang mengatakan, "Pasti karena dosamu engkau dibuang oleh Tuhan." Yesus datang kepada dia dan Yesus tahu ia berdosa. Yesus tahu kasus ini dan orang yang menderita ini karena dosa. Saya tidak tahu dosa apa karena Alkitab tidak mengatakan dosa apa yang dia perbuat sehingga mengakibatkan dia sakit begitu parah. Tiga puluh delapan tahun adalah satu jangka waktu yang sangat panjang. Yesus datang pada dia dengan kalimat pertama, "Maukah engkau disembuhkan?" Tuhan penuh dengan perikemanusiaan dan cinta kasih. Bukan melihat dosa orang dulu, tetapi melihat kebutuhan orang itu. Jangan mengkritik atau menghakimi orang berdosa lebih dulu, tetapi cintai dulu. Mau menjadi seorang pemberita Injil yang sukses, kasihilah orang lain. Engkau diutus Tuhan bukan untuk mendekati orang-orang baik, tetapi untuk mencari orang-orang yang berdosa. Pada waktu engkau mencari orang berdosa, tidak datang untuk menghakimi dan mengkritik habis-habisan, menyatakan engkau hebat. Itulah teladan Yesus. Ia datang tidak dengan mengadili atau menghakimi, tetapi melihat kebutuhan orang lain dan menghargai dia sebagai orang berdosa. D.L. Moody pada waktu tua mengatakan, "Waktu saya masih muda, saya masih menjadi penginjil, seolah-olah saya menjadi wakil Allah dan menghakimi di pengadilan. Membawa berita mengejar-ngejar orang yang sudah berdosa, lalu mau membunuh mereka supaya mereka cepat-cepat bertobat. Setelah tua saya belajar dan mengerti, sebagai seorang hamba Tuhan berjiwa kebapaan dan merangkul mereka, dan

KEDAULATAN ALLAH

membawa mereka kembali kepada Tuhan." Tuhan Yesus mengambil waktu banyak di tengah-tengah manusia berdosa. Yesus menggunakan waktu lebih banyak bergaul dengan orang berdosa dari pada hanya di dalam kebaktian. Yesus bukan orang yang melepaskan diri dari orang banyak, orang yang menyendiri dari masyarakat, tetapi yang mengetahui kebutuhan orang banyak: ini orang sakit, ini orang berdosa, ini pelacur. Yesus melihat anak-anak Allah yang sekarang melarat ini adalah orang-orang yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah, yang sekarang sedang terhilang, berbeda sekali. Dia datang dan berkata, "Maukah engkau disembuhkan?" Ini adalah perkataan yang paling diperlukan. Maukah engkau sembuh? Tetapi kalimat ini juga seperti tidak logis. Siapa yang tidak mau disembuhkan? Sekarang mengapa Yesus bertanya lagi? Pertanyaan ini memberikan gairah, satu harapan dalam keputusasaan dirinya. Orang ini sudah putus asa karena berkali-kali ia telah kehilangan kesempatan. Ia tidak bisa melepaskan diri dari tempat yang begitu menderita, tetapi ia juga tidak berani meninggalkan tempat itu karena dia masih mengharapkan kesempatan itu. Tetapi kesempatan-kesempatan yang diharapkan itu demikian tipis, sekarang Tuhan datang kepada dia dan bertanya kepada dia: "Maukah engkau sembuh?" Tuhan Yesus mempertanyakan pertanyaan ini, berarti memberikan lagi suatu kesempatan kepadanya untuk memutarkan kerohaniannya. Dia beragama? Dia percaya kepada Tuhan? Percaya. Dia tahu Tuhan berkuasa? Tahu. Dia mau mengambil kesempatan? Mau. Dia sudah mempunyai keagamaan yang rutin, dia sudah mempunyai kebiasaan menjalankan kewajiban agama yang dia tahu. Tetapi dia belum mempunyai perubahan langsung berjumpa dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mau dia datang. Sekarang dia mendapatkan satu kesempatan yang baru untuk merubah seluruh keagamaan dia, dia menganggap soal agama Kristen saya sudah tahu semua. Betulkah engkau sudah tahu semua? Belum. Betapa banyak orang telah menganggap bahwa ia tahu banyak tentang Kekristenan, ternyata dia masih belum tahu apa-apa. Betapa banyak orang Kristen yang telah berkali-kali ikut kebaktian, ikut dalam doa, sudah mendengarkan sebagian firman tetapi sebenarnya menurut Alkitab dia belum tahu. Paulus berkata, "Jika ada orang yang menganggap dirinya telah tahu apa-apa menurut apa yang seharusnya dia tahu, dia masih belum tahu apaapa. Itu adalah epistemologi Kristen. Bagaimana tahu mengenai sebuah pengetahuan? What is a limit of knowledge where is a truth's spurce of the knowledge, what is a nature of a true knowledge and what is a functions of our knowledge in temporary and in eternity? Ini semua rangkaian besar sekali. Orang ini mempunyai kemahiran kebudayaan, ia menjawab dengan teliti, "Setiap kali air itu bergoyang, saya terlambat. Orang lain terjun terlebih dahulu." Jawaban yang sopan, yang indah. Tetapi justru di sini kita melihat suatu kelemahan besar yang tidak dimengerti oleh orang yang mempunyai pengetahuan kebudayaan. Jawabannya masuk akal, dan dinilai oleh orang lain lebih masuk akal dari pertanyaan Yesus. Tetapi di situ ada satu kelemahan besar yaitu ia selalu diikat oleh pengalaman. Tidak ada jalan lain selain selain pengalamanku. Betapa banyak orang yang telah menjadi Kristen tetapi tetap diikat oleh konsep-konsep. Mengapa? Karena mereka hanya menerima Kekristenan dari satu sudut saja. Seumur hidup terikat di sudut itu. Ada yang melihat dari sudut lain dan diikat di sana. Kekristenan mempunyai kebebasan dan keluasan kesempurnaan yang lebih dari segala sudut. Bagian ditambah bagian ditambah bagian tidak mungkin lebih besar daripada total. Totalitas lebih besar daripada bagian ditambah bagian. Keseluruhan itu adalah Kristus. Orang ini tidak bisa datang kepada Kristus karena dia tidak mengenal Kristus, jadi dia tidak bisa beriman kepada Yesus. Jadi kali ini orang ini disembuhkan bukan karena ia beriman cukup. Orang lain tidak disembuhkan pun karena kedaulatan Allah. Bila Yesus mau menyembuhkan meskipun orang itu belum beriman, tetap Yesus sembuhkan. Kalau Tuhan tidak mau menyembuhkan meskipun orang itu menganggap dirinya beriman menurut ukurannya sendiri, tidak akan sembuh. Jangan kira semua doa yang beriman pasti Tuhan terima dan kabulkan. Jika demikian engkau yang menentukan Tuhan. Alkitab mengatakan ada doa-doa yang beriman tetapi Tuhan tidak terima, termasuk doa Paulus, "Kalau mungkin cabutlah duri ini dari padaku." Tetapi Tuhan berkata, "Jangan lagi berdoa, berhentilah. Aku tidak akan mencabut, tetapi Aku memberikan anugerah padamu untuk menanggung." Siapa berani merubah prinsip Alkitab? Tetapi jika waktu Tuhan sampai maka Ia akan menyingkirkan penyakit itu dan langsung sembuh, tidak tergantung pada iman kita. Pada waktu Tuhan Yesus bertanya, "Maukah engkau sembuh?" dia diikat oleh kebudayaan dan konsep-konsep agama, ikatan

KEDAULATAN ALLAH

konsep yang terbatas. Tuhan berkata, "Bangkitlah, berjalanlah dan angkatlah tilammu." Pada waktu perkataan keluar dari mulut Allah, tidak mungkin kuasa tidak keluar dari mulut Allah. Karena perkataan Allah dan kuasa Allah tidak bisa dipisahkan. Perkataan itu keluar dan kuasa itu nyata. THE WORD OF GOD EXPRESSED, THE WILL OF GOD AND POWER OF GOD ACCOMPLISHED. Setiap kali Allah berkata, perkataan itu mengutarakan kemauan Allah. Pada waktu Ia berkata, lalu kuasa itu menggenapi apa yang Ia katakan. Yesus berkata, "Bangkit, angkat tilammu." Orang itu langsung bangkit, mengangkat tilamnya dan berjalan. Mengapa Tuhan tidak mau mengampuni dosa terlebih dahulu? Atau mengatakan, "Engkau sembuh!" dan sebagainya? Tetapi memberi perintah bangkit, angkat tilam, padahal itu adalah hari Sabat. Ini suatu bahaya besar. Orang Yahudi tidak mengijinkan orang untuk mengangkat sesuatu pada hari Sabat, karena berarti melanggar hukum Taurat. Dan satu pelanggaran di depan umum yang membahayakan bagi orang yang melakukan dan orang yang menyuruhnya. Yesus sengaja membuat hal ini. Ia melanggar kebudayaan dan peraturan agama yang ditaati orang Yahudi, melawan Musa dan PL yang diperintahkan oleh Allah. Tetapi jangan lupa bahwa Yesus adalah Allah. Yesus sengaja memerintahkan di hadapan umum supaya orang ini menjadi kesaksian dengan kuasa. Orang yang sudah 38 tahun (bukan 2 bulan) sakit dapat disembuhkan, menunjukkan kuasa Tuhan yang besar. Tetapi tidak berarti harus menunggu 38 tahun dulu, baru disembuhkan. Kadang waktu Tuhan cepat, kadang lambat. Kasus Lazarus, Tuhan Yesus menunggu 4 hari. Sebelum mati Tuhan Yesus diminta datang, tetapi sesudah 4 hari baru Yesus datang. Yesus tahu kapan ia mati. Kenapa tidak mau datang? Yesus sengaja menunda. Waktu Tuhan tidak bisa kita percepat atau perlambat, karena Ia adalah Tuhan. Saya bertemu dengan seorang professor Theologi dari Golden Cornwell Seminary bernama Dr. Lie Shen Chang, yang menulis buku SPIRITUAL DECLINE OF THE WEST. Billy Graham mengakui mutu dari buku ini, sebagai satu buku yang paling penting dalam dunia Kekristenan. Ia berkata, "Saya telah membuang waktu lima puluh tahun untuk dunia. Dan setelah lima puluh tahun baru saya menyerahkan seluruh hidup saya untuk Tuhan." Saya menjawab, "Tidak. Itu adalah masa persiapan Tuhan bagimu." Selama 50 tahun dia sudah menjadi rektor, professor yang menulis banyak buku politik, kebudayaan dengan luarbiasa, sehingga persiapan Tuhan baginya memungkinkannya menjadi satu-satunya penginjil Tionghoa yang menulis surat kepada presiden, pembesar dan orang yang berkedudukan tinggi. Pendeta lain tidak digubris suratnya. Tetapi Tuhan mempunyai cara tersendiri. Kadang Tuhan memperbolehkan engkau ditumpuk oleh kesulitan yang begitu tinggi dan banyak, baru pertolonganNya tiba. Jangan terlalu cepat mencela Tuhan, jangan terlalu cepat kecewa kepada Tuhan, jangan terlalu cepat memaki-maki. Jangan biarkan mulutmu dipakai oleh setan. Tenang dan menunggu waktu Tuhan. Ketika waktu Tuhan sudah sampai, maka tidak ada orang yang akan dapat merintangi. Dia berjalan, mengangkat tilam. Semua orang kaget untuk 2 hal. Pertama, akan kuasa orang yang sanggup menyembuhkan penyakit yang sudah 38 tahun. Yang kedua, heran akan keberanian orang itu untuk melanggar hari Sabat, bahkan di tengah kota. Maka orang itu dipanggil oleh orang Yahudi, "Mengapa engkau mengangkat tilam pada hari Sabat?" "Saya disuruh." "Siapa yang suruh?" "Saya tidak tahu." Lalu mereka berusaha menemukan orang itu, yang berani menyembuhkan dan melanggar hari Sabat. Ini suatu pelanggaran besar bagi mereka yang mempunyai jabatan dan bagi mereka yang mempunyai kewibawaan agama, orang itu harus dihukum. Seharusnya pemimpin agama menolong orang supaya mereka dibawa ke jalur yang benar. Tetapi kadang tidak demikian. Pemimpin agama ini bukan mau mencari siapa yang melanggar, tapi karena mereka mau menyatakan diri lebih suci dari orang lain. Cara menyatakan diri lebih suci ada dua: hidup benar-benar suci, atau mencari orang yang lebih salah dari kita. Inilah kesempatan bagi kita untuk menjalankan kesetiaan kita pada agama.

KEDAULATAN ALLAH

Kedua hal ini menjadi ujian dari Yesus. Yesus tahu apa yang akan terjadi. Bila Yesus menyembuhkan, orang harus kagum pada kesembuhan ini, bukan mencari kesalahan orang yang menyembuhkan. Kalau disembuhkan pada hari Sabat kita harus bersyukur pada Tuhan karena pada hari Sabat pun Tuhan masih bekerja, walau manusia disuruh beristirahat. Bila Tuhan bekerja pada hari Sabat maka itu menyatakan Tuhan masih hidup. Ia berkata, "Peliharalah hari Sabat," berarti engkau memerlukan istirahat di dalam persekutuan dengan Tuhan tetapi tidak berarti tidak bekerja. Tetapi bagi mereka yang telah biasa menggunakan hak otoritas agama sewenang-wenang, mencari siapa yang berani melanggar, jasanya dilupakan dan kesalahannya yang dituntut. Inilah manusia. Pemimpin agamapun adalah manusia. Segala jasmu dilupakan dan segala kesalahanmu akan dituntut mati-matian, karena engkau melanggar yang ditetapkan. Orang ini pergi ke Bait Allah dan berjumpa dengan Yesus. Yesus ke Yerusalem tidak hanya menyembuhkan orang sakit, tetapi mengajar di berbagai tempat. Dan Yesus memperhatikan apa yang terjadi. Yesus menegurnya, "Engkau sudah disembuhkan dan jangan berbuat dosa lagi." Kalimat ini membuktikan ada dosa ynag mengakibatkan penyakit. Tahun 1981 kira-kira 70 orang menderita AIDS. Sekarang telah lebih dari 400.000 kasus dan sudah menyebar ke luar Amerika. Diperkirakan dalam beberapa tahun akan muncul tiga juga orang mati karena AIDS, dan 78% adalah homoseks. Jangan kira dosa tidak ada akibatnya. Meskipun kita tidak dapat memberikan rumus semua penyakit itu dari dosa, tetapi dosa mungkin mengakibatkan penyakit. Penyakit mungkin disebabkan oleh dosa, tetapi tidak semua penyakit disebabkan oleh dosa, sehingga kita tidak boleh sembarangan menghakimi orang lain. Jika ada seorang yang sakit dan menderita, bukan hak kita langsung mengkritik dan menghakimi. Tetapi kita harus prihatin dan mengasihi. Setelah disembuhkan baru Yesus berkata, "Jangan berdosa lagi." Yesus tahu dosa orang itu dan orang itu tahu apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Jika berbuat dosa lagi akan menjadi lebih buruk. Mari kita dengan gentar mengoreksi dan mengintropeksi diri apakah dalam hati kita ada hal-hal yang menyakitkan hati Tuhan yang mengakibatkan kita dibuang dan sementara waktu diperbolehkan menderita. Jauhilah dosa dan jauhkanlah diri dari segala yang menyedihkan hati Tuhan. Biarlah Tuhan memberimu cinta kasih dan anugerah. Jangan kembali kepada dosamu lagi supaya tidak menjadi lebih buruk. Sekarang dia tahu yang menyembuhkan adalah Yesus, langsung ia pergi memberitahukan kepada semua orang Yahudi. Dia memberitahu bahwa Yesus adalah Tuhan. Kalau bukan Allah tidak mungkin melakukan mujizat penyembuhan seperti itu. Ia ingin meyakinkan orang Yahudi. Motivasinya supaya ia tidak dipersulit. Tetapi kadangkala karena engkau Kristen maka makin dipersulit. Orang itu mengakui Yesus adalah Allah, berarti baru sekarang dia percaya. Sebelum itu dia belum beriman dan waktu itulah dia disembuhkan. Berarti bukan karena imannya tetapi karena kedaulatan Allah menyembuhkan dia. Orang ini setelah kenal, maka ia bersaksi. Tetapi orang Yahudi makin menganiaya Yesus dan bertekad untuk membunuh Yesus. Yohanes 8, Yesus mengatakan, "Karena Aku menyatakan kebenaran kepadamu, itukah sebabnya engkau mau membunuh Aku?" Kekristenan adalah kekristenan yang berperang dalam situasi peperangan dengan setan. Kekristenan yang sejati adalah Kekristenan yang memaparkan kebenaran, dan kebenaran yang dipaparkan tidak mungkin tidak mengakibatkan kebencian dari orang yang tidak suka pada kebenaran. Jika dalam abad ini kita mau memberitakan firman, kita mengabarkan Injil, berani menyatakan prinsip-prinsip Alkitab kebenaran yang sesungguhnya, jangan kira akan mendapatkan banyak pendukung. Engkau akan mendapatkan banyak musuh, seteru yang tidak setuju, yang akan menyerang karena mereka telah terikat oleh konsep agama yang salah, sehingga menganggap diri cinta Tuhan, sebenarnya adalah musuh Tuhan. Kita harus bersedia, berani bersungguh-sungguh dan kembali kepada dedikasi pengabdian yang benar

KEDAULATAN ALLAH

kepada Tuhan. Katakan kebenaran, berdiri di atas kebenaran dan benar-benar membela kebenaran yang sejati sehingga seperti Yesus Kristus yang berapi dan bersedia dipaku di atas kayu salib. Dunia memerlukan kebenaran. Dunia tahu kebenaran, tetapi tidak cinta kebenaran. Di mana ada kebenaran yang melawan keuntungan, mengacaukan ketentraman palsu manusia, akan diancam dunia. Dari sejarah manusia, betapa banyak orang karena jujur, diejek, diumpat, dihina, bahkan dibunuh. Yesus menetapkan untuk menyembuhkan, lalu dianggap melakukan pelanggaran dan mulai diperdebatkan apakah Ia harus dipaku di atas kayu salib. Itulah Kekristenan. Engkau memerlukan siapa? Perlu Yesus yang hanya menyembuhkan penyakitmu? Atau engkau mau datang kepada Dia sebagai yang berdaulat, sebagai Allah? Engkau menginginkan Yesus yang memberikan kemakmuran, kesuksesan perdagangan saja? Atau mau menaklukan diri kepada Yesus yang memerintah alam semesta, Raja di atas segala raja, dan datang kepada Dia dengan sungguh-sungguh, takluk kepadaNya? Yesus tidak mau engkau hanya hidup sembuh, sehat, baik. Yesus ingin engkau mengerti yang lebih penting dari itu, jangan kembali ke dalam dosamu. Yesus lebih menginginkan engkau mendapat anugerah, abdikan dirimu dan serahkan hatimu pada Dia. Betapa banyak orang mau anugerah dan kesembuhan dari Tuhan tetapi sesudah itu mereka tidak mau lagi hidup dalam prinsip-prinsip kesucian. Yesus berkata, "Jangan kembali kepada dosamu. Hiduplah suci! Bukankah engkau sudah diberkati, sudah dilepaskan dan disembuhkan?" Maukah saudara berkata kepada Tuhan, "Di sini saya. KuasaMu lebih besar daripada kemungkinanku dan anugerahMu mendahului imanku. Tuhan, aku menaklukkan diri kepadaMu."

You might also like