You are on page 1of 11

Pemeriksaan Destruksi (Digesti Asam) Pada Paru

Ambil jaringan paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam, diamkan kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur. Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat samapi terbentuk dan cairan dipusing dalam centrifuge. Sediment yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali dan hasilnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 45/LPB atau 10-20 per satu sediaan; atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.

Pemeriksaan getah paru

Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada kaca objek, tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop. Selain diatom dapat pula terlihat ganggang atau tumbuhan jenis lainnya

Pemeriksaan kimia darah

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar NaCl dalam darah sehingga dapat diketahui apakah korban meninggal di air tawar atau air asin. Darah yang diambil adalah darah dari jantung jenazah. Pada peristiwa tenggelam di air tawar ditemukan tandatanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe II A. Sedangkan pada peristiwa tenggelam di air asin terjadi gangguan elektrolit dan ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri lebih tinggi dari pada jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air pada paruparu. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe II B
(6)

Pada kasus keracunan As, kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku meningkat. Nilai batas normal kadar As adalah sebagai berikut : Rambut kepala normal : 0,5 mg/ kg BB Curiga keracunan : 0,75 mg/ kg BB Keracunan akut : 30 mg/ kg BB Kuku normal : sampai 1 mg/ kg BB Curiga keracunan : 1 mg/ kg BB Keracunan akut : 80 mikrog/ kg BB

Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya narkotika Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin (tidak dapat diambil ginjal), cairan empedu dan jaringan sekitar suntikan. Isi lambung diambil jika ia menggunakan narkotika per-oral, demikian pula hapusan mukosa hidung pada cara sniffling. Semprit bekas pakai dan sisa obat yang ditemukan harus pula dikirim ke laboratorium. Pada pemakain cara oral, morfin akan cepat dikonjugasi oleh asam glukoronat dalam sel mukosa usus halus dan hati sehingga bahan sebaiknya dihidrolisis terlebih dahulu.

a. Uji Marquis : Kepekaan uji ini adalah sebesar 1 0,025 mikro gram. Reagen dapat dibuat dari 3 ml asam sulfat pekat ditambah 2 tetes formaldehid 40 %. Pada umumnya semua narkotika akan memberikan reaksi warna ungu. (Morfin, heroin dan codei + Marquis ungu; Pethidine + Marquis jingga). Untuk heroin, dapat dilakukan pengujian yang lebih khas : 10 tetes campuran asam nitrit pekat dan 85% asam fosfor yang memiliki perbandingan 12:38 diletakkan dalam tabung centrifuge ukuran 5 ml, kemudian ditambahkan 3,25 ml kloroform dan diputar selama 30 detik. Perhatikan lapisan warna di dasar tabung yang timbul setelah 10 menit: Hijau muda = negatif. Kuning muda = 10 mikro gram. Kuning coklat = 1 mg. Merah coklat gelap = 10 mg.

b. Uji mikrokristal : Uji ini lebih sensitif dan lebih khas jika dibandingkan dengan reaksi warna Amrquis. Caranya : 1 tetes larutan narkotika ditambahkan reagen dan dengan mikroskop, dilihat kristal apa yang terbentuk. Hanging microdrop technique merupakan modifikasi untuk narkotika dengan pembentukan kristal agak lama.

3) Untuk menentukan barbiturat dalam organ tubuh (2) Untuk pemeriksaan toksikologik, bahan yang harus dikirim ialah isi lambung, darah hati atau perifer, urin, ginjal, hati, sebagian otak dan lemak pada kasus keracunan barbiturat golongan kerja sangat singkat. Ada 5 macam metode ekstraksi (Moghrabi & Curry), dan yang memberikan hasil terbaik ialah ekstraksi langsung dengan kloroform. Bila kadar dalam darah sangat rendah maka metode yang diapakai adalah metode asam tungstat.

4) Pemeriksaan pada senjata api a. Uji difenhidramin (2) Uji difenhidramin, terhadap adanya nitrat dan pemeriksaan spektrofotometri terhadap Sb pada tangan tersangka pelepas tembakan, terutama pada senjata jenis revover merupakan salah satu cara pembuktian terhadap pelaku penembakan. b. Uji Parafin (6) Uji tradisional yang amata terkenal adalah tes Paraffin (tes Gonzalez, yang menggunakan parafin), yang menggunakan parafin cair untuk mengambil residu dari tangan dan kemudian menambahkannya dengan diphenylamine.

c. Tes Harrison & Gilroy (6) Menggunakan kasa yang telah dibasahi dengan asam chlorida. Bedanya dengan tes parafin adalah bahwa tes yang terakhir ini untuk mendeteksi adanya unsur logam mercury, antimony, barium atau timah hitam. Tentu harus diperhitungkan apakah pekerjaannya berkaitan dengan logam-logam tersebut.

You might also like