You are on page 1of 137

Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota

KATA PENGANTAR

Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota merupakan tahapan ke-3 dari 6 tahapan pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Tahapan ini pada dasarnya merupakan awal dari rangkaian kegiatan penyusunan dokumen perencanaan sanitasi yang ada dalam program PPSP, dimana selanjutnya Kabupaten/Kota juga akan menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota dan Memorandum Program Sektor Sanitasi. Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini merupakan panduan tentang proses dan langkahlangkah penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi mulai dari konsolidasi kelembagaan Pokja AMPL/Sanitasi, penyiapan profil wilayah kabupaten/kota, penilaian profil sanitasi, penetapan prioritas pengembangan sanitasi, hingga finalisasi Buku Putih Sanitasi. Petunjuk Praktis ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau panduan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam proses penyusunan profil sanitasi dan penyusunan program serta kegiatan pembangunan sanitasi di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Dengan petunjuk praktis ini diharapkan Kabupaten/Kota dapat menghasilkan sebuah dokumen yang komprehensif, sesuai kebutuhan daerah, dan dapat dipertanggungjawabkan dari sisi teknis maupun dari aspek lainnya seperti pendanaan, kelembagaan, dan kebijakan. Dengan panduan yang menuntun penggunanya langkah-demi langkah, diharapkan dapat dihasilkan sebuah dokumen Buku Putih Sanitasi yang berkualitas.

Jakarta, Februari 2012

Ir. M Syukrul Amien Direktur Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

Daftar Isi
Kata Pengantar A. Proses Penyusunan Buku Putih Sanitasi
BP-01: Internalisasi dan Penyamaan Persepsi BP-02: Penyiapan Profil Wilayah BP-03: Penilaian Profil Sanitasi BP-04: Penetapan Area Berisiko Sanitasi BP-05: Finalisasi Buku Putih

B. Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi C. Lampiran


PT-01: Petunjuk Teknis Pengumpulan Data Sekunder PT-02: Petunjuk Teknis Survei Penyedia Layanan Sanitasi PT-03: Petunjuk Teknis Kajian Kelembagaan dan Kebijakan PT-04: Petunjuk Teknis Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah PT-05: Petunjuk Teknis Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media PT-06: Petunjuk Teknis Kajian PMJK, Promosi Higiene dan Sanitasi Sekolah PT-07: Petunjuk Teknis Penetapan Area Berisiko Sanitasi Pedoman Pelaksanaan Studi EHRA (disajikan dalam dokumen terpisah) Glossary Sanitasi

ii

Petunjuk Praktis: Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota

Bagian A

Proses Penyusunan Buku Putih Sanitasi

Latar Belakang
Untuk mendukung pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), Pokja AMPL Nasional telah menyiapkan berbagai manual dan rujukan sebagai dukungan bagi Pokja Kabupaten/Kota untuk melakukan tugasnya. Manual Tahap B: Penilaian dan Pemetaan Kondisi Sanitasi Kota, atau lebih umum disebut sebagai Manual Penyusunan Buku Putih, telah disusun pada saat pelaksanaan Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) dan telah ditandatangani oleh Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas bersama Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2009. Manual tersebut digunakan sebagai rujukan oleh Pokja Kabupaten/Kota (yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis) dan Fasilitator saat pelaksanaan PPSP tahun 2010 dan 2011. Umpan balik dari pelaksanaan PPSP selama 2 tahun terakh (dua) tahun terakhir menunjukkan perlunya dokumen tambahan yang mudah dipahami dan digunakan sehari-hari oleh Pokja dan Fasilitator untuk menyusun Buku Putih Sanitasi dengan tetap merujuk pada Manual yang ada. Kebutuhan tersebut terutama disebabkan oleh alokasi waktu untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota - SSK) saat ini lebih singkat daripada saat pelaksanaan ISSDP. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka dokumen Petunjuk Praktis ini disusun. Dalam Petunjuk ini, Tim Teknis akan dituliskan sebagai Pokja, sedangkan Tim Pengarah dan Pokja Provinsi akan dituliskan seperti adanya.

Tujuan
Petunjuk Praktis ini dimaksudkan sebagai pegangan Pokja untuk menyusun Buku Putih Sanitasi. Petunjuk ini juga menjadi pedoman dan referensi bagi fasilitator dalam memfasilitasi Pokja untuk menyusun Buku Putih Sanitasi untuk menjamin berjalannya proses yang diharapkan serta menjamin standar kualitas Buku Putih Sanitasi yang dihasilkan. Khusus untuk kepentingan fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator, telah disiapkan pedoman terpisah untuk menjalankan proses tersebut di dalam Pedoman Fasilitasi Penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota bagi Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota. Petunjuk Praktis yang disiapkan ini memadukan antara proses dan produk. Karena itu di samping lebih banyak memberi panduan tentang bagaimana mencapai milestone-milestone, Petunjuk Praktis ini juga mengindikasikan produk pada tiap-tiap milestone.

Kelengkapan Petunjuk Praktis


Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi disusun dengan struktur penulisan sebagai berikut: Bagian A : Proses Penyusunan Buku Putih Sanitasi Berisi penjelasan proses dan langkah-langkah dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi. Bagian ini dapat menjadi semacam daftar centang (check-list) bagi anggota Pokja ataupun bagi Ketua Pokja guna mengetahui kemajuan proses penyiapan Buku Putih Sanitasi. Bagian ini menekankan pada penjelasan apa yang harus dilakukan, oleh siapa, kapan, dan sedikit penjelasan mengenai mengapa. Bagian B : Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi Menjelaskan secara detail mengenai informasi dan data yang perlu ditampilkan dalam Buku Putih Sanitasi. Penjelasan rinci ini memberi acuan minimum informasi (standar minimum) yang perlu dihasilkan/dituliskan berdasarkan proses yang telah dijalani untuk setiap Bab dan sub-bab di dalam Buku Putih Sanitasi

Bagian A | BP-01: Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Bagian C: Lampiran Berisi Petunjuk Teknis dan Glossary Sanitasi. Petunjuk teknis memberikan informasi rinci mengenai tata cara untuk melakukan kegiatan spesifik (seperti kegiatan studi, survei, analsis, dan kajian) disertai dengan instrumen/alat bantu yang dapat digunakan Pokja untuk melakukan kegiatan spesifik tersebut. Glossary Sanitasi berisi daftar istilah sanitasi untuk menjamin tidak adanya perbedaan definisi diantara Kabupatenb/Kota dari beragam istilah sanitasi yang digunakan.

Pengguna sasaran
Petunjuk ini adalah petunjuk (terutama) untuk Pokja Kabupaten/Kota. Namun demikian, mengingat fungsi Provinsi untuk melakukan koordinasi, supervisi, monitoring dan evaluasi, maka Pokja Provinsi akan menarik banyak manfaat jika membaca Petunjuk ini. Untuk fasilitator atau tenaga ahli konsultan, mereka harus memahami dengan baik proses penyusunan Buku Putih Sanitasi dan menjamin terwujudnya dokumen yang memenuhi standar kualitas. Karena itu, Petunjuk ini merupakan bacaan wajib bagi mereka di samping bacaan-bacaan lain yang menjadi bekal utama bagi fasilitator/tenaga ahli.

Perencanaan strategis di dalam PPSP


Di dalam Program PPSP, proses perencanaan strategis menghasilkan 3 (tiga) dokumen berikut: Buku Putih Sanitasi, SSK, dan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS). Ketiga dokumen tersebut perlu disiapkan Kabupaten/Kota sebelum implementasi fisik dapat dilakukan. Buku Putih Sanitasi dan SSK merupakan dokumen yang dihasilkan dari pelaksanaan Tahap 3 di dalam PPSP, yaitu Perencanaan Strategis Sanitasi. Sedangkan MPSS merupakah hasil dari pelaksanaan Tahap 4, yaitu Memorandum Program. Proses ini digambarkan di Gambar 1 berikut ini. Gambar 1: Perencanaan Strategis di dalam PPSP

Petunjuk Praktis ini hanya fokus pada pelaksanaan Tahap 3 PPSP yang menghasilkan dokumen Buku Putih Sanitasi dan SSK. Tata cara dan panduan di dalam pelaksanaan tahap 4 PPSP: Memorandum Program yang menghasilkan dokumen MPSS akan dibahas di dalam dokumen terpisah.
Bagian A | BP-01: Internalisasi dan Penyamaan Persepsi 2

Jadwal kegiatan
Jadwal penyusunan Buku Putih Sanitasi direncanakan dimulai awal bulan Februari dan selesai pada akhir bulan Juli. Agar seluruh pekerjaan penyusunan rencana strategis sanitasi dapat diselesaikan pada pertengahan bulan Desember, maka penyusunan SSK harus dimulai awal bulan Juli, berbarengan dengan penyelesaian Buku Putih Sanitasi. Proses penyusunan SSK relatif lebih pendek daripada proses penyusunan Buku Putih Sanitasi, dan oleh karenanya seperti disebutkan di depan bahwa Buku Putih Sanitasi yang memiliki analisis tajam akan memudahkan proses penyusunan SSK. Gambar 2 memperlihatkan jadwal keseluruhan proses penyusunan Buku Putih Sanitasi dan SSK.

Bagian A | BP-01: Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Gambar 2: Jadwal Penyusunan Buku Putih Sanitasi dan SSK di Kabupaten/Kota

Bagian A | BP-01: Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

BP-01

Internalisasi dan Penyamaan Persepsi


Pelaksana: Pokja Kabupaten/Kota dibantu Fasilitator Lama Kegiatan: 5 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: Manual Tahap A: Pengenalan Program dan Pembentukan Pokja Sanitasi Kota

Tujuan
Tercapainya kesepahaman dan kesamaan persepsi mengenai manfaat adanya Buku Putih Sanitasi bagi Kabupaten/Kota Tercapainya kesepakatan mengenai langkah penyusunan, jadwal kerja, pembagian tugas, dan tanggung jawab setiap anggota Pokja

Deskripsi

Internalisasi dan Penyamaan Persepsi adalah milestone pertama Pokja dalam rangka penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota. Proses ini perlu dibangun untuk memastikan adanya kesepahaman dan kesamaan persepsi di antara anggota Pokja mengenai manfaat adanya Buku Putih Sanitasi, yang menjadi dasar penyusunan dokumen SSK Kabupaten/Kota. Pemahaman dan kesamaan persepsi harus mencakup pemahaman tentang: (i) Manfaat penyusunan Buku Putih Sanitasi. Buku Putih Sanitasi memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas pada aspek teknis semata. Analisis akar masalah yang sebenarnya sebagaimana dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi memberikan dasar, atau justifikasi, mengapa diperlukan langkah-langkah perbaikan sanitasi (ii) Dasar hukum dan posisi Buku Putih Sanitasi, dan (iii) Kaitan Buku Putih Sanitasi dengan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan tahap implementasi. Di samping itu, Pokja juga perlu menyepakati: (i) makna Buku Putih Sanitasi sebagai dokumen yang menggambarkan karakteristik dan kondisi sanitasi Kabupatan/Kota (ii) prioritas/arah pengembangan pembangunan sanitasi (iii) memposisikan Buku Putih Sanitasi sebagai baseline data tentang kondisi sanitasi saat ini (existing) untuk penyusunan SSK dan mekanisme monitoring dan evaluasi-nya. Dengan bekal pemahaman dan kesamaan persepsi ini, Pokja dapat menyepakati Rencana Kerja Pokja terkait penyusunan Buku Putih Sanitasi.

Output

Output yang diharapkan dari proses Internalisasi dan Penyamaan Persepsi adalah: 1. Disepakatinya Rencana Kerja penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota, 2. Ditulisnya input/masukan untuk Buku Putih Sanitasi, khususnya Bab 1: Pendahuluan.

Bagian A | BP-01 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Bangun kesepahaman tentang pentingnya Buku Putih Sanitasi Untuk menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi, Ketua Pokja perlu mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh anggotanya. Disarankan mengundang Tim Pengarah pada pertemuan ini. Pertemuan tersebut diagendakan untuk membahas isu-isu berikut: a. Latar belakang, makna, dan manfaat penyusunan Buku Putih Sanitasi. Ketua Pokja atau anggota Pokja yang telah mengikuti pelatihan tentang PPSP akan memaparkan bagian ini dengan menekankan pada: Makna Buku Putih Sanitasi sebagai sebagai dokumen yang memuat data dasar (baseline) kondisi sanitasi Kabupaten/Kota saat ini, Penyusunan Buku Putih Sanitasi merupakan Tahap-3 dari program PPSP (lihat Modul A-3 Penyadaran Sanitasi, dalam Manual Tahap A), Maksud dan tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi.

Pastikan Pokja telah mengumpulkan informasi terkait PPSP, baik berupa brosur dan buklet, atau informasi yang diperoleh dari website www.sanitasi.or.id. Pemaparan ini menjadi input untuk penulisan Bab 1: Pendahuluan. b. Posisi atau dasar hukum Buku Putih Sanitasi. Diskusikan, kemudian sepakati dasar hukum Buku Putih Sanitasi dan posisinya di antara dokumen-dokumen perencanaan strategis lain seperti: RTRW, RPJMD, dan Renstra SKPD. Hasil diskusi menjadi input untuk penulisan Bab 1: Pendahuluan. c. Daftar isi Buku Putih dan Metode penyusunan Buku Putih. Pahami Rincian Outline Buku Putih Sanitasi serta metode yang akan digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi. Tuangkan hasil diskusi dalam narasi sebagai input untuk penulisan Bab 1: Pendahuluan. 2. Susun dan sepakati Rencana Kerja Pokja Pokja perlu menyusun dan menyepakati Rencana Kerja terkait penyusunan Buku Putih Sanitasi. Rencana Kerja ini sekurang-kurangnya harus memuat: a. Jadwal Kegiatan Terperinci (Pokja dapat menggunakan Tabel Waktu Penyusunan Buku Putih dan SSK pada bagian Pendahuluan dari Petunjuk Praktis ini) b. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab (SKPD/Perorangan) c. Alokasi Dana untuk tiap Kegiatan Rencana Kerja ini harus ditandatangi oleh Ketua Tim Teknis dan Ketua Tim Pengarah Pokja dan selanjutnya didistribusikan untuk menjadi pegangan seluruh anggota Pokja selama proses penyusunan Buku Putih Sanitasi. Pasang atau tempelkan Rencana Kerja ini di ruang sekretariat Pokja.

Bagian A | BP-01 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Instrumen
Tabel indikatif Rencana Kerja Pokja.
Jenis Kegiatan Pengumpulan Data No. Kegiatan Tanggal Mulai Hari Kerja Penanggung Jawab Alokasi Dana (Rp) Pertemuan Sumber Dana Penulisan

I 1.1

Internalisasi dan Penyamaan Persepsi Pertemuan untuk Penyusunan Rencana Kerja Dst 1 Feb 1 Bappeda 700.000 Bappeda

1.2

Bagian A | BP-01 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

BP-02

Penyiapan Profil Wilayah


Pelaksana: Pokja Kabupaten/Kota dibantu Fasilitator
Lama Kegiatan: 15 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait:


Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi

Tujuan
Dipahaminya ruang lingkup sanitasi dan tercapainya kesepakatan cakupan wilayah sasaran/kajian Tersedianya data sekunder untuk menggambarkan profil wilayah, profil sanitasi, dan penetapan awal area berisiko Tergambarkannya profil wilayah kabupaten/kota

Deskripsi
Penyiapan Profil Wilayah adalah milestone ke dua penyusunan Buku Putih Sanitasi. Untuk mewujudkan milestone ini Pokja harus memahami tentang lingkup sanitasi serta membangun kesepakatan tentang cakupan wilayah yang akan digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi. Kesepakatan ini sangat penting untuk mengikat seluruh anggota Pokja pada pemahaman dan persepsi yang sama. Pokja harus mengidentifikasi kebutuhan data sekunder, sumber data, dan penanggung jawab, mengumpulkan seluruh data sekunder yang diperlukan untuk menyusun profil wilayah, profil sanitasi dan penentuan awal area berisiko, serta menyiapkan dan menyusun profil wilayah. Sumber data sekunder yang digunakan biasanya berasal dari berbagai dokumen perencanaan Kabupaten/Kota maupun hasil studi oleh universitas/LSM. Dokumen-dokumen ini diantaranya adalah RTRW, RPJPD, RPJMD, Renstra, RKPD, RPIJM, dokumen realisasi APBD, dokumen Masterplan sub sektor sanitasi. Profil wilayah dalam Buku Putih Sanitasi disusun untuk menjelaskan gambaran saat ini dari sebuah Kabupaten/Kota terkait kondisi geografis, administratif, geohidrologis; aspek demografis; perekonomian dan keuangan daerah; kondisi sosial dan budaya; tata ruang wilayah; serta institusi dan kelembagaan Pemerintah Daerah (Pemda).

Output
Output yang diharapkan dari proses Penyiapan Profil Wilayah adalah: 1. Terkumpulnya data sekunder, 2. Tergambarkannya profil wilayah Kabupaten/Kota, 3. Input untuk Bab 1 Pendahuluan dan Bab 2: Gambaran Umum Wilayah.

Bagian A| BP-02 : Penyiapan Profil Wilayah

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Pahami Ruang Lingkup Sanitasi. - Pastikan bahwa Poja memahami definisi dan ruang lingkup sanitasi yang akan digunakan (lihat Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, 2010). Informasi ini menjadi input untuk Bab 1 Pendahuluan Buku Putih Sanitasi. 2. Diskusikan dan sepakati cakupan Wilayah Sasaran/Kajian - Diskusikan dan sepakati mengenai cakupan wilayah Kabupaten/Kota yang akan menjadi wilayah sasaran/kajian Buku Putih Sanitasi (dan SSK nantinya). - Untuk kota, wilayah kajian Buku Putih Sanitasi adalah seluruh wilayah yang termasuk di dalam wilayah administratif kota tersebut. - Untuk kabupaten, wilayah kajian Buku Putih Sanitasi adalah wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah (RTRW) dan/atau berdasarkan kebijakan daerah lainnya (Perda, kesepakatan Pokja dll). - Informasi ini menjadi input untuk Bab 1 Pendahuluan Buku Putih Sanitasi. 3. Kumpulkan Data Sekunder - Identifikasi kebutuhan data sekunder dan sumber data yang diperlukan untuk menyusun (i) Profil Wilayah (ii) Profil Sanitasi, dan (iii) Penentuan Area Prioritas. Penjelasan terperinci lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder di dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. - Sepakati penanggung jawab pengumpulan data sekunder tersebut. - Kumpulkan seluruh data di Sekretariat Pokja. Pastikan Pokja memberi label yang jelas atau kelompok data yang mudah dipahami. - Jika dimungkinkan kumpulkan dan kelompokkan data yang diperoleh dalam format digital (soft copy) sehingga Pokja dapat menggunakannya dengan mudah pada saat diperlukan. 4. Diskusi Data dan Sumber yang Dibutuhkan untuk Penyusunan Profil Wilayah - Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder di atas, kelompokkan dokumen-dokumen/data dan peta untuk menyusun Profil Wilayah. - Verifikasi data sekunder dan sumber data yang digunakan untuk menyusun profil wilayah (Lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder pada Lampiran Petunjuk Praktis ini). 5. Susun Profil Wilayah - Sajikan data dalam bentuk tabel. Deskripsikan setiap tabel dengan dengan judul, sumber data, dan tahun yang jelas. Pastikan tabel yang telah diisi mendapatkan verifikasi dari dinas/sumber data yang terkait. Sajikan tabel secara ringkas, misalnya dengan menggabungkan beberapa tabel yang dapat disatukan. Informasi lebih rinci dapat disisipkan pada halaman lampiran Buku Putih Sanitasi. - Tabel-tabel untuk menggambarkan profil wilayah sekurang-kurangnya mencakup: a. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik - Geografis: narasi, peta orientasi kabupaten/kota dalam wilayah provinsi - Administratif: narasi, tabel, peta administratif (skala 1:25.000 atau 1:50.000)

Bagian A| BP-02 : Penyiapan Profil Wilayah

Kondisi fisik: menyajikan informasi tentang air permukaan/DAS (narasi, tabel dan peta DAS), air tanah/mata air (narasi, tabel), dan klimatologi/iklim dan curah hujan (tabel, narasi). b. Demografis - Menyajikan informasi demografi Kabupaten/Kota mencakup jumlah penduduk (tidak perlu berdasarkan jenis kelamin), tingkat pertumbuhan, kepadatan penduduk (narasi, tabel) pada 3-5 tahun terakhir beserta proyeksinya 5 tahun mendatang, jumlah penduduk ulangalik (commuter) bila datanya tersedia. Contoh: Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota 3 5 Tahun Terakhir
Nama Kecamatan Kec. A Kec. B Dst Jumlah Penduduk L P Tot Tahun n-2 L P Tot Tahun n-1 L P Tot Tahun n Jumlah KK n-2 Tahun n-1 n Tingkat Pertumbuhan Tahun n-2 n-1 n

Contoh: Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota 5 Tahun Mendatang


Nama Kecamatan Kec. A Kec. B Dst Jumlah Penduduk L P
Tahun n

Jumlah KK L P Tot
n

Tot

Tot

Tahun
n+1 n+2 n

Tingkat Pertumbuhan Tahun


n+1 n+2

Tahun n+1

Tahun n+2

c. Keuangan dan Perekonomian Daerah - Menyajikan informasi perekonomian dan keuangan daerah: narasi dan tabel (lihat PT-04: Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah). Untuk keuangan daerah, fokus pada dana APBD keseluruhan dan dana terkait sanitasi. d. Sosial dan Budaya - Menyajikan informasi mengenai fasilitas pendidikan, distribusi pekerjaan, jumlah penduduk miskin, jumlah rumah dan status kepemilikan rumah maupun kondisi rumah pada tahun terakhir (narasi, tabel). e. Tata Ruang Wilayah - Menyajikan informasi mengenai rencana pusat layanan (berdasarkan fungsi dan peran) dan rencana pola ruang di dalam RTRW (narasi, tabel, peta rencana struktur ruang, sebaiknya berskala 1:25.000 atau 1:50.000, peta rencana pola ruang berskala 1:25.000 atau 1:50.000). f. Kelembagaan Pemerintah Daerah - Menyajikan informasi mengenai tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi) tiap-tiap SKPD penanggung jawab proses perencanaan, pembangunan, Operasi & Pemeliharaan (O&P), Monev dan penanggung jawab kegiatan promosi higiene dan pemberdayaan masyarakat (narasi, organigram). Lihat PT-03: Kajian Kelembagaan dan Kebijakan pada Lampiran Petunjuk Praktis ini untuk penjelasan lebih detailnya.

Bagian A| BP-02 : Penyiapan Profil Wilayah

10

BP-03

Penilaian Profil Sanitasi


Pelaksana: Anggota Pokja dibantu Fasilitator Kabupaten/Kota Lama Kegiatan: 60 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: - Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi - Buku Panduan Pelaksanaan Studi EHRA

Tujuan
Tergambarkannya secara lengkap dan menyeluruh kondisi sanitasi di Kabupaten/Kota Teridentifikasinya permasalahan sanitasi yang dihadapi oleh Kabupaten/Kota saat ini Teridentifikasinya rencana pembangunan sanitasi yang telah ada saat ini

Deskripsi
Milestone ke tiga yang harus dilakukan Pokja sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah Penilaian Profil Sanitasi. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan data dasar (baseline) yang memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh (teknis/nonteknis dan mencakup berbagai aspek) tentang sanitasi di Kabupaten/Kota. Data dasar ini diambil dari data primer dan sekunder, dan nantinya akan dipakai dalam penyusunan SSK dan proses monitoring. Proses penyusunan data dasar ini diawali dengan pemetaan sistem sanitasi yang ada saat ini (existing) dan dilanjutkan dengan menilai tingkat layanan dan cakupan sanitasi di Kabupaten/Kota. Pemetaan akan menggambarkan alur lengkap perjalanan limbah mulai dari timbulnya/diproduksinya limbah hingga dibuang kembali ke lingkungan. Ini mencakup tiga subsektor: air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan. Selain pemetaan sanitasi, Pokja harus mengidentifikasi isu strategis dan permasalahan mendesak sanitasi yang ada. Informasi tentang kedua hal ini menjadi salah satu dasar utama dalam penyusunan SSK yang akan dilakukan kemudian. Biasanya, sudah banyak inisiatif/rencana pembangunan sanitasi yang disusun Kabupaten/Kota. Penting bagi Pokja mengidentifikasi berbagai rencana tersebut guna memberi gambaran tentang sejauh mana Kabupaten/Kota telah melakukan usaha pengembangan sanitasi. Ini juga akan memberi dasar dan pertimbangan yang kuat pada saat Pokja menyusun strategi pembangunan sanitasi dalam SSK.

Output
Output yang diharapkan dari proses Penilaian Profil Sanitasi adalah: 1. Tersusunnya peta sistem sanitasi untuk masing-masing sub-sektor dan lokasinya yang spesifik, 2. Tersedianya hasil survei/studi/kajian yang disyaratkan untuk penyusunan Buku Putih Sanitasi, 3. Teridentifikasinya rencana program dan kegiatan pengembangan sanitasi serta kegiatan sanitasi yang sedang berlangsung, 4. Input untuk Bab 2, 3, dan 4 Buku Putih Sanitasi.

Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi

11

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Diskusikan, petakan, dan sepakati Sistem Sanitasi yang berlaku di Kabupaten/Kota untuk masing-masing sub-sektor. Diskusikan, petakan, dan sepakati Sistem Sanitasi yang ada di Kabupaten/Kota menggunakan instrumen Diagram Sistem Sanitasi (DSS). Langkah ini pada dasarnya adalah proses memetakan keseluruhan aliran limbah (tergambarkan dalam Peta Sistem Sanitasi) yang ada atau mungkin ada. Identifikasi sistem sanitasi dan aliran limbah dituangkan ke dalam Diagram Sistem Sanitasi seperti di bawah ini (Penjelasan terperinci bisa diperoleh pada bagian Instrumen). Contoh: DSS Air Limbah Domestik
Input Black Water (contoh) Black Water (contoh) Dst User Interface WC Sentor WC Sentor Dst Penampungan Awal Tangki Septik --Dst Pengaliran --Sewer Dst Pengolahan Akhir --IPAL Dst Pembuangan/ Daur Ulang Sungai Sungai Dst Kode/Nama Aliran Aliran Limbah AL1 Aliran Limbah AL2 Dst

2. Susun tabel data sekunder sanitasi berdasarkan dokumen-dokumen/tabel yang dihimpun dari kegiatan Pengumpulan Data Sekunder untuk mengetahui tingkat dan cakupan layanan Setelah pemetaan sistem sanitasi dilakukan, selanjutnya identifikasi kebutuhan data sekunder dengan menyebutkan kemungkinan sumber datanya untuk masing-masing aliran limbah yang teridentifikasi. Selanjutnya susun dalam Tabel Pemetaan Sistem Sanitasi seperti di bawah ini. Contoh: Tabel Pemetaan Sistem Sanitasi - Aliran Limbah AL1 (lihat di Instrumen)
Kelompok Fungsi a User Interface Teknologi yang digunakan b WC Sentor Jenis Data Sekunder c Jumlah (kuantitas) KK Tersambung Penampungan Awal Pembuangan/Daur Ulang Tangki Septik Sungai Jumlah (kuantitas) Nama Sungai (Perkiraan) Nilai Data d 13.500 WC 13.000 KK 13.500 Tangki Krueng Aceh Sumber Data e Dinas Kesehatan, kecamatan/kelurahan Dinas Kesehatan, kecamatan/kelurahan Dinas Kesehatan, kecamatan/kelurahan Dinas Cipta Karya

Isikan kolom a dan b berdasarkan aliran limbah yang teridentifikasi. Tetapkan Jenis Data Sekunder/kolom c yang dipakai untuk tiap-tiap Kelompok Fungsi, misalnya data jumlah, penduduk terlayani, berfungsi/tidaknya, volume yang diolah, luas lahan, biaya operasional, dan sebagainya. - Setelah Pokja mengisi kolom c, isi Nilai Data/kolom d dengan data perkiraan atau data yang diperoleh dari proses Pengumpulan Data Sekunder (lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder di dalam Lampiran Petunjuk Praktis). Periksa dan catat jika ada kekurangan data. Lengkapi kekurangan data dari berbagai kemungkinan sumber. - Lakukan analisis deskriptif atas tabel dan diagram tersebut untuk menggambarkan setidaktidaknya (i) cakupan layanan dan (ii) tingkat layanan untuk ketiga subsektor: air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan Tabel, diagram, dan analisis deskriptif akan menjadi input Bab 3 Buku Putih Sanitasi. -

Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi

12

3. Lakukan pengumpulan data primer dan berbagai kajian Agar profil sanitasi tergambarkan secara lengkap, Pokja perlu memperkaya informasi mengenai sanitai dengan data primer dan melakukan beberapa kajian. Kegiatan ini mencakup: (i) studi EHRA (ii) survei penyedia layanan sanitasi (iii) konsolidasi data kelembagaan dan kebijakan (iv) pemetaan profil keuangan dan perekonomian daerah (v) studi komunikasi dan pemetaan media (vi) kajian pemberdayaan masyarakat, jender, dan kemiskinan (PMJK) dan promosi higiene. Secara ringkas kegiatan-kegiatan di atas dapat dijelaskan seperti berikut ini. Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (EHRA) Studi EHRA adalah studi partisipatif untuk mengetahui kondisi prasarana sanitasi, higinitas, dan perilaku masyarakat di Kabupaten/Kota. Studi EHRA dapat juga dimanfaatkan sebagai sarana advokasi stakeholder hingga ke tingkat kelurahan (untuk perincian EHRA, lihat Buku Panduan Pelaksanaan Studi EHRA). Untuk melaksanakan studi EHRA Pokja perlu: i. Menyepakati penanggung jawab pelaksanaan EHRA ii. Menyusun dan menyepakati langkah dan jadwal pelaksanaan EHRA iii. Melakukan wawancara responden dan menganalisis hasilnya iv. Menulis Laporan Studi EHRA v. Memaparkan hasil studi di dalam Pokja. Hasil studi ini menjadi input Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah dan Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi dalam Buku Putih. Pastikan hal ini sudah dibahas dan disepakati oleh seluruh anggota Pokja. Survei Penyedia Layanan Sanitasi Survei Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment) merupakan sebuah studi yang digunakan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi penyedia layanan sanitasi di Kabupaten/Kota. Penjelasan terperinci tentang survei ini dapat dilihat pada Lampiran Petunjuk Praktis bagian PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi. Untuk melaksanakan Survei SSA Pokja perlu: i. Menyepakati penanggung jawab pelaksanaan Survei SSA ii. Menyusun dan menyepakati langkah dan jadwal pelaksanaan Survei SSA iii. Menulis Laporan Survei SSA iv. Memaparkan hasil studi di dalam Pokja. Studi ini sebaiknya dilengkapi dengan identifikasi praktik-praktik baik (good practices) tentang penyediaan layanan sanitasi. Hasil studi ini menjadi input Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah. Lakukan Konsolidasi Data Kelembagaan Terkait Sanitasi Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran atau peta kondisi kelembagaan sanitasi di Kabupaten/Kota. Pemetaan ini membantu Kabupaten/Kota menilai kekuatan, kelemahan, potensi pengembangan, dan kebutuhan penguatan kelembagaan dan kebijakan guna menghasilkan suatu kerangka layanan sanitasi yang memihak masyarakat miskin, efektif, terkoordinasi, dan berkelanjutan. (Silakan membaca Lampiran Petunjuk Praktis bagian PT-03: Kajian Kelembagaan dan Kebijakan untuk mendapatkan penjelasan terperinci.
Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi 13

Untuk melaksanakan kegiatan ini Pokja perlu: i. Menyepakati penanggung jawab pelaksanaan Kajian Kelembagaan dan Kebijakan ii. Menyusun dan menyepakati langkah dan jadwal pelaksanaan Kajian iii. Menulis Laporan Kajian Kelembagaan dan Kebijakan iv. Memaparkan hasil studi di dalam Pokja. Hasil studi ini menjadi input Bab 2: Gambaran Umum Wilayah dan Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah. Lakukan Pemetaan Keuangan dan Perekonomian Daerah Peta Keuangan dan Perekonomian Daerah menggambarkan kekuatan keuangan dan perekonomian daerah dalam mendukung pendanaan pembangunan sanitasi di masa depan, kecenderungan dalam pembiayaan pembangunan, dan prioritas anggaran selama 5 tahun. Informasi ini diperlukan untuk menyusun strategi keuangan yang nantinya dicantumkan dalam dokumen SSK. (Lihat Lampiran Petunjuk Praktis bagian PT-04: Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah untuk mendapatkan penjelasan terperinci. Untuk melaksanakan Pemetaan Profil Keuangan dan Perekonomian, Pokja perlu: i. Menyepakati penanggung jawab pelaksanaan Kegiatan ii. Menyusun dan menyepakati langkah dan jadwal pelaksanaan Kegiatan iii. Menulis Laporan Pemetaan Keuangan dan Perekonomian Daerah iv. Memaparkan hasil pemetaan di dalam Pokja. Hasil studi ini menjadi input Bab 2: Gambaran Umum Wilayah dan Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah. Lakukan Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media diperlukan untuk menyusun Strategi Kampanye dan Komunikasi Kabupaten/Kota. Kegiatan ini dapat juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di Kabupaten/Kota untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan media massa. Informasi yang diperoleh dari kajian ini harus cukup lengkap dan dapat dipercaya, mencakup beragam media: cetak, audio-visual, luar ruang, internet. Kajian ini harus mampu mengidentifikasi media yang efektif dan efisien dalam menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara demikian, kajian ini dapat membantu Kabupaten/Kota menyusun perencanaan media yang baik. Penjelasan kajian ini dapat dibaca dalam Lampiran Petunjuk Praktis bagian PT-05: Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media. Untuk melaksanakan Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media, Pokja perlu: i. Menyepakati penanggung jawab pelaksanaan Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media ii. Menyusun dan menyepakati langkah dan jadwal pelaksanaan Kajian iii. Menulis Laporan Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media iv. Memaparkan hasil kajian di dalam Pokja. Hasil studi ini menjadi input Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah. Lakukan Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene Kajian ini adalah sebuah survei/penilaian kebutuhan masyarakat tentang sanitasi yang dilakukan dengan secara partisipatif.
Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi 14

Selain dapat memberi input Buku Putih Sanitasi, kajian ini juga bermanfaat untuk: (i) meningkatkan kesadaran masyarakat, laki-laki dan perempuan, serta pemerintah tentang kondisi dan permasalahan sanitasi, (ii) mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, yang disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi, (iii) mengidentifikasi kelurahan potensial, dan (iv) mengidentifikasi kondisi sanitasi di fasilitas pendidikan (sekolah). Penjelasan ringkas mengenai langkah serta kegiatan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan kajian ini dapat dilihat dalam Lampiran Petunjuk Praktis bagian PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene. Secara umum, untuk melaksanakan survei ini, Pokja perlu: i. Menyepakati penanggung jawab pelaksanaan survei, ii. Menyusun dan menyepakati langkah dan jadwal pelaksanaan survei, iii. Menulis Laporan Kajian Survei, iv. Memaparkan hasil kajian di dalam Pokja. Hasil studi ini menjadi input Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah. 4. Identifikasi dan sepakati isu strategis dan permasalahan mendesak di masing-masing subsektor Diskusikan, identifikasi, dan sepakati isu strategis dan permasalahan mendesak di masing-masing sub-sektor berdasarkan DSS dan Tabel Pemetaan Sistem Sanitasi. Susun hasil identifikasi tersebut secara sistematis untuk tiap-tiap subsektor dengan mempertimbangkan Survei EHRA dan kajiankajian lain. Untuk dapat melakukan identifikasi isu strategis ini dapat melihat berbagai buku-buku mengenai perencanaan strategis daerah untuk penjelasan rincinya. Hasil identifikasi ini akan menjadi input Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah di dalam Buku Putih Sanitasi. 5. Identifikasi program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang sedang berjalan Kumpulkan dokumen perencanaan Kabupaten/Kota yang ada (RTRW, RPJMD, RPIJM, Renstra SKPD, Masterplan dll) Identifikasi rencana peningkatan sanitasi yang ada dari dokumen perencanaan yang ada. Minimum informasi yang harus tersedia adalah: nama program dan kegiatan, volume kegiatan, indikasi biaya, sumber pendanaan atau pembiayaan, SKPD penanggung jawab, dan indikasi waktu pelaksanaan. Masukan informasi tersebut dalam tabel. Contoh format tabel yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Contoh: Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Saat ini


Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Sub-sektor . Tahun . [n+1]*) No 1 2 Nama progam/kegiatan Pembelian becak motor dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun). - Sudah terdokumentasi dalam perencanaan anggaran setempat (RPIJM, Renstra SKPD0 Satuan unit Volume 5 Indikasi biaya (Rp) 100 juta Sumber pendanaan/ pembiayaan APBD SKPD penanggung jawab Dinas Kebersihan Sumber dokumen perencanaan Renstra Dinas Kebersihan

Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi

15

Identifikasi program dan kegiatan terkait sanitasi yang sedang dilaksanakan saat ini, baik yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pemerintah (Pusat) maupun yang dilakukan oleh masyarakat, kalangan donor, dan sebagainya. Masukan informasi tersebut dalam tabel. Contoh format tabel yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Contoh: Tabel Kegiatan Sanitasi Saat Ini

Kegiatan Sanitasi Sub-sektor .Tahun . [n]*) No 1 2 3 Nama Kegiatan Pengadaan fasilitas komposting rumah tangga Pembangunan Sanimas Pembangunan MCK dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun). Satuan unit unit unit Volume 20 1 1 Biaya (Rp) 200 juta 300 juta 10 juta Sumber Dana Lokasi kegiatan Kec. Sulat Kec.Balat Kec. Anai, Desa Bunar. Pelaksana Kegiatan Kabupaten Pemerintah melalui program Urban Sanitation for Rural Infrastructure (USRI) Kegiatan mandiri masyarakat

Masukkan tabel-tabel di atas ke dalam Bab 4 Buku Putih Sanitasi. Beri penjelasan ringkas untuk masing-masing tabel.

Instrumen
Untuk mengidentifikasi sistem sanitasi existing, permasalahan yang dihadapi, dan potensi pengembangannya, Pokja dapat melakukan analisis dengan menggunakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS) sebagai alat bantu. Pada dasarnya, melalui diagram ini Pokja akan mendapatkan gambaran lengkap tentang aliran limbah: dari sejak dihasilkan sampai dibuang ke lingkungan di wilayahnya. DSS terdiri dari beberapa kolom yang merepresentasikan kelompok fungsi, di mana setiap kelompok fungsi menghasilkan output yang akan menjadi input bagi kelompok fungsi berikutnya (lihat Bab 3.1 Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi). Untuk memetakan sistem sanitasi, Pokja hanya perlu melakukan tiga langkah sederhana: Siapkan DSS untuk tiga subsektor: air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan Isi lengkap kolom-kolom DSS secara benar, mulai mengisi kolom pertama hingga kolom terakhir Identifikasi berbagai kemungkinan aliran limbah (ini sekaligus menggambarkan sistem sanitasi yang berlaku di kabupaten/kota) dengan mengurutkan aliran limbah dari satu kelompok fungsi ke kelompok fungsi selanjutnya. Beri kode (misalnya, Aliran Limbah 1, 2, dst) setiap kemungkinan aliran.

Kolom-kolom DSS untuk masing-masing subsektor berbeda. Berikut adalah ilustrasinya.

Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi

16

Contoh: DSS Air Limbah Domestik


Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Kelompok Fungsi Black Water (contoh) Black Water (contoh) Black Water (contoh) Dst WC Sentor WC Sentor WC Helikopter Dst Tangki Septik ----Dst --Sewer --Dst --IPAL --Dst Sungai Sungai Sungai Dst Aliran Limbah AL1 Aliran Limbah AL2 Aliran Limbah AL3 Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Contoh: DSS Persampahan


Input User Interface Pengumpulan Setempat Penampungan Setempat Kelompok Fungsi Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pengepul Pengangkutan Pengolahan Antara/Akhir Pemrosesan Akhir/Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Sampah Rumah Tangga (contoh) Sampah Plastik (contoh) Dst

Tong Sampah Kantong Plastik Dst

Becak Motor Sampah Pemulung

Truk Sampah

---

TPA

Aliran Limbah P1 Aliran Limbah P2

---

Pencacah

---

Dst

Dst

Dst

Dst

Contoh: DSS Drainase Lingkungan


Input User Interface Pengumpulan Awal Pengaliran (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Pembuangan Akhir/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Kelompok Fungsi Grey Water (contoh) Grey Water (contoh) Air Hujan (contoh) Dst Dapur Rumah Tangga Kamar Mandi Talang Dst Got Bak Kontrol Got Dst --Sewer --Dst --IPAL --Dst Sungai Sungai Sungai Dst Aliran Limbah D1 Aliran Limbah D2 Aliran Limbah D3

Bagian A | BP-03 : Penilaian Profil Sanitasi

17

BP-04

Penetapan Area Berisiko Sanitasi


Pelaksana: Anggota Pokja dibantu Fasilitator Kabupaten/Kota Lama Kegiatan: 35 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan
Ditetapkannya area berisiko sanitasi di Kabupaten/Kota Tergambarkannya posisi pengelolaan sanitasi saat ini di Kabupaten/Kota

Deskripsi
Penetapan Area Berisiko Sanitasi adalah milestone ke-empat penyusunan Buku Putih Sanitasi. Milestone ini sangat penting bagi Kabupaten/Pokja untuk menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan prioritas pengembangan per subsektornya. Prioritasi ini akan menentukan arah pembangunan sanitasi kabupaten/kota di masa mendatang. Milestone ini diawali dengan proses penetapan area berisiko. Ini merupakan proses klasifikasi dan pemetaan wilayah kabupaten/kota berdasarkan tingkat/derajat risiko sanitasi yang dimiliki kawasan tersebut. Risiko yang dimaksud mencakup risiko: penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan, dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Kualitas hasil penetapan area berisiko ditentukan oleh kelengkapan data yang digunakan oleh Pokja. Ada dua sumber data yang bisa digunakan yakni (i) data sekunder dan (ii) data primer yang dihimpun dari Studi EHRA dan penilaian SKPD tentang kualitas, kuantitas, kontinuitas sarana dan prasarana sanitasi, serta perilaku PHBS. Hasil penentuan area berisiko sanitasi akan disajikan dalam bentuk peta dan tabel untuk disepakati sebagai Penetapan Area Berisiko.

Output
Output yang diharapkan dari kegiatan Penetapan Area Berisiko Sanitasi ini adalah: 1. Ditetapkannya peta area berisiko sanitasi di Kabupaten/Kota 2. Dihasilkannya posisi pengelolaan sanitasi saat ini di Kabupaten/Kota 3. Input untuk Buku Putih, khususnya Bab 5.

Bagian A | BP-04: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

18

Langkah-Langkah Pelaksanaan
1. Penentuan Awal Area Berisiko Sebelum Studi EHRA selesai dilaksanakan, Pokja dapat melakukan telaahan menentukan area berisiko berdasarkan analisis atas data sekunder dan mempertimbangkan penilaian SKPD. Untuk itu Pokja dapat menempuh beberapa langkah: a. Diskusikan dan Sepakati Indikator, Data Sekunder, serta SKPD yang Terlibat untuk Penentuan Awal Area Berisiko Sepakati indikator dan sumber data yang akan digunakan dalam proses penentuan awal area berisiko. - Berdasarkan data sekunder yang dihimpun ketika Pokja menyiapkan Profil Wilayah (lihat BP02: Penyiapan Profil Wilayah dan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder) dan indikator yang telah disepakati, kelompokkan data sekunder yang diperlukan untuk proses penentuan awal area berisiko. - Sepakati SKPD (sekurang-kurangnya melibatkan SKPD kebersihan, kesehatan, lingkungan hidup, dan pekerjaan umum) yang akan memberikan penilaian berdasarkan persepsi masingmasing. Pastikan setiap SKPD dibekali dengan Lembar Kerja untuk memberi skor (lihat PT07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi di Lampiran). b. Analisis Data Sekunder Masukkan data kelurahan/desa ke dalam spread sheet Lembar Kerja seperti dijelaskan dalam PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi. Berikan dan sepakati bobot untuk setiap indikator. - Beri penilaian/skor dengan (i) menghitung indikator (ii) menentukan interval skor (iii) menentukan skor setiap kelurahan/desa berdasarkan interval tersebut, serta menghitung skor akhir. c. Analisis Data Penilaian SKPD Masukkan hasil penilaian SKPD atas kelurahan/desa ke dalam Lembar Kerja yang disediakan (Lihat PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi di Lampiran). Lakukan analisis frekuensi dan hitung skor akhir untuk mendapatkan area berisiko.

2. Nilai kemajuan pelaksanaan studi EHRA Pada akhir bulan Maret (atau satu bulan setelah Kick Off pelaksanaan PPSP di daerah) Pokja harus menilai kemajuan pelaksanaan Studi EHRA. Hal ini sangat penting dan diperlukan untuk memastikan apakah penetapan area berisiko nantinya dapat menggunakan hasil akhir studi EHRA atau tidak. (i) Skenario 1. Jika Pokja yakin studi EHRA dapat diselesaikan selambat-lambatnya pada akhir bulan Mei, maka Pokja dapat menggunakan hasil EHRA secara utuh sebagai dasar penentuan area berisiko. (ii) Skenario 2. Jika karena satu dan lain hal pelaksanaan studi EHRA dinilai tidak dapat diselesaikan selambat-lambatnya pada akhir bulan Mei, maka Pokja harus mengambil keputusan untuk tidak menggunakan hasil EHRA, sebaliknya Pokja harus menggunakan hasil proses Clustering (Langkah Ke-2 Studi EHRA) sebagai dasar penentuan area berisiko. Ada beberapa konsekuensi yang akan ditanggung Pokja jika terpaksa hanya menggunakan hasil Clustering sebagai basis, yaitu:

Bagian A | BP-04: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

19

Pada Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah, Pokja tidak dapat menggambarkan informasi tentang kondisi sanitasi di tingkat rumah tangga. - Nantinya, pada saat menyusun SSK, Pokja harus menggunakan informasi yang kurang lengkap tersebut sebagai dasar penyusunan program dan kegiatan. Akibatnya ada kemungkinan program kegiatan yang disusun tidak secara tepat menjawab permasalahan yang ada. - Karena studi EHRA harus tetap dilaksanakan/diselesaikan, maka ada kewajiban bagi Pokja melakukan pemutakhiran Buku Putih dan SSK pada tahapan Memorandum Program. Ilustrasi skenario tersebut, baik EHRA terselesaikan tepat waktu atau tidak, dan hubungannya dengan penyusunan SSK dan pelaksanaan Tahap Memorandum Program dapat digambarkan pada diagram berikut. -

3. Penentuan Area Prioritas Berikut adalah langkah-langkah yang harus dijalankan Pokja: Berdasarkan hasil studi EHRA (lihat Buku Panduan Pelaksanaan Studi EHRA), masukkan hasil analisis risiko berdasarkan studi EHRA (skenario 1 atau 2) ke dalam Lembar Kerja. Sandingkan hasil penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder, penilaian SKPD, dan hasil studi EHRA lengkap atau proses Clustering. Untuk penilaian akhir, sepakati bobot masing-masing data: data sekunder, penilaian SKPD, dan studi EHRA. Hitung nilai akhir dengan menggunakan pembobotan yang disepakati (Lihat Lampiran Petunjuk Praktis bagian PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi). Tandai hasil penentuan yang meragukan. Sajikan hasil penentuan area proritas ini ke dalam peta administratif.

Bagian A | BP-04: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

20

4. Verifikasi Hasil Area Prioritas dengan Melakukan Kunjungan Lapangan Lakukan kunjungan lapangan pada kelurahan-kelurahan/desa yang dipandang perlu untuk dikunjungi, untuk memverifikasi atau mendapatkan kebenaran atas hasil penetapan yang meragukan serta untuk lebih mengenal dan memahami kondisi sanitasi di daerahnya (lihat poin 3). Kunjungan lapangan sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota Pokja. Diskusikan hasil penetapan area prioritas dan hasil kunjungan lapangan untuk mendapatkan input atau feedback sebelum mendapatkan kesepakatan akhir atas penetapan area berisiko.

5. Konsultasi dengan SKPD Terkait dan Tetapkan Area Berisiko Sanitasi Paparkan hasilnya di depan forum SKPD untuk mendapatkan persetujuan/penetapan. 6. Lakukan analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini Lakukan analisis untuk mengetahui posisi pengelolaan sanitasi saat ini berdasarkan isu strategis yang telah diidentifikasi Proses dan langkah analisis ini dapat mengacu pada berbagai alat bantu analisis mengenai perencanaan strategis daerah. Silakan lihat buku-buku mengenai perencanaan strategis daerah yang tersedia.

Hasil ini akan menjadi input Bab 5: Identifikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi di Buku Putih Sanitasi.

Bagian A | BP-04: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

21

BP-05

Finalisasi Buku Putih


Pelaksana: Anggota Pokja dibantu Fasilitator Kabupaten/Kota Lama Kegiatan: 30 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait -

Tujuan
Adanya persetujuan dari Tim Pengarah atas Draf Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota Diterimanya masukan untuk Draf Buku Putih Sanitasi dari seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten/Kota Disahkannya Buku Putih Sanitasi oleh Kepala Daerah (Bupati/Walikota)

Deskripsi
Finalisasi merupakan milestone terakhir dari serangkaian proses penyusunan Buku Putih Sanitasi. Hasil akhir dari milestone ini adalah disahkannya dokumen Buku Putih Sanitasi oleh Bupati/Walikota. Bagian terpenting milestone ini adalah membangun pemahaman dan persepsi yang sama di lingkungan internal SKPD-SKPD tentang dokumen Buku Putih Sanitasi yang telah disusun. Proses ini harus dilakukan sebelum Pokja menginformasikan Buku Putih Sanitasi pada pemangku kepentingan yang lebih luas di Kabupaten/Kota. Terbangunnya pemahaman, persepsi yang sama, dan adanya persetujuan Tim Pengarah merupakan indikator kunci keberhasilan proses internalisasi. Sebelum masuk ke tahap terakhir atau finalisasi, yaitu penandatanganan Buku Putih Sanitasi oleh Bupati/Walikota, Pokja perlu menjaring masukan dan saran pemangku kepentingan (stakeholder) lain seperti: DPRD, lurah, dunia usaha, dan tokoh-tokoh masyarakat melalui sebuah konsultasi publik atau pertemuan stakeholder.

Output
Output yang diharapkan dari Finalisasi Buku Putih Sanitasi ini adalah: 1. Tersusunnya Draf Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota 2. Terselenggaranya kegiatan Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi 3. Pengesahan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota oleh Kepala Daerah yaitu Bupati/Walikota

Langkah-Langkah Pelaksanaan
1. Kompilasi dan Periksa draf Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota Kumpulkan semua output, baik berupa draf bab-bab Buku Putih Sanitasi ataupun hasil-hasil lain, dari setiap milestone dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi. Kumpulkan bahan tulisan dan mulai penulisan atau penyuntingan. Para penulis Buku Putih Sanitasi tidak berangkat dari nol, karena pada setiap milestone sebenarnya Pokja sudah bisa menulis draf bab-bab. Bahkan tabel-tabel dan diagram mestinya sudah siap dimasukkan pada bab-bab di dalam Buku Putih Sanitasi. Karena itu, pada tahap ini para penulis lebih banyak menyunting dan menyelaraskan bahasanya saja. Yang perlu diperhatikan adalah: (i) (ii) (iii) Kesesuaian draf tersebut dengan outline Buku Putih Sanitasi yang disepakati Konsistensi data/informasi yang dituliskan pada setiap bab Pokja menggunakan bahasa yang jelas dan ringkas

Jika penulisan selesai, sebelum menginformasikan draf awal Buku Putih Sanitasi ke pihak-pihak lain, pastikan seluruh anggota Pokja termasuk anggota Tim Pengarah membaca draf awal ini dan menyepakatinya. Penulis perlu memaparkan hasil kerjanya dalam sebuah rapat internal Pokja.

2. Siapkan Ringkasan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota Pokja perlu menulis versi ringkas Buku Putih Sanitasi untuk kepentingan advokasi dan komunikasi, khususnya bagi kelompok sasaran atau pemangku kepentingan eksternal. Karena itu, pastikan bahasa yang dipakai adalah bahasa yang populer agar lebih mudah dan cepat dipahami. Berikut adalah beberapa kegiatan yang disarankan: Sepakati informasi yang perlu dituangkan dalam ringkasan Buku Putih Sanitasi. Informasi minimal yang harus tersedia adalah (i) proses penyusunan Buku Putih, (iii) ringkasan hasil Studi EHRA, jika telah tersedia, (iii) isu strategis dan permasalahan mendesak sanitasi, dan (iii) area berisiko sanitasi. Tulis dengan bahasa populer yang mudah dipahami khalayak awam, rancang tata letak (layout), kurangi teks, perbanyak diagram, peta, dan tabel. Pastikan Ringkasan Buku Putih Sanitasi ini disajikan dalam dua lembar kertas maksimum.

3. Konsultasi draf Buku Putih Sanitasi dengan Tim Pengarah Susun agenda konsultasi dengan Tim Pengarah dan tentukan penanggung jawab (biasanya tim penulis) presentasi. Siapkan dokumen yng diperlukan: (i) draf Buku Putih Sanitasi (ii) Ringkasan Buku Putih Sanitasi, dan (iii) slide presentasi. Pastikan Tim Pengarah menerima draf dan ringkasan Buku Putih Sanitasi satu pekan sebelum pelaksanaan Rapat Konsultasi. Paparkan bahan presentasi yang sudah disiapkan kepada Tim Pengarah dalam Rapat Konsultasi. Pastikan bahan tersebut diungkapkan dengan jelas, ringkas, dan hanya menyangkut substansi yang penting saja. Catat masukan Tim Pengarah dengan seksama.

4. Lakukan perbaikan terhadap draf Buku Putih Sanitasi berdasarkan masukan Tim Pengarah Berdasarkan masukan Tim Pengarah, perbaiki draf Buku Putih Sanitasi. Perbaiki pula ringkasan Buku Putih jika memang diperlukan. Sesudahnya, cetak dan perbanyak dokumen-dokumen tersebut dan bagikan kembali kepada seluruh anggota Tim Pengarah

5. Adakan Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi atau Pertemuan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Meeting) Persiapkan acara Konsultasi Publik atau Stakeholder Meeting dengan baik. Tentukan tanggal penyelenggaraan acara, bentuk kepanitiaan, dan sepakati susunan acara. Siapkan materi yang akan dibagikan pada acara Konsultasi Publik, yang diantaranya ringkasan Buku Putih Sanitasi (untuk semua undangan), beberapa Buku Putih Sanitasi sebagai contoh, dan poster-poster yang terkait dengan sanitasi dan penyusuanan Buku Putih Sanitasi. Sepakati daftar pemangku kepentingan dan narasumber yang diundang dalam Konsultasi Publik. Yang diharapkan hadir setidak-tidaknya: (i) anggota DPRD (ii) para Kepala SKPD/anggotaanggota Tim Pengarah (iii) Camat (iv) Kepala instansi/lembaga daerah (v) Perguruan Tinggi (vi) LSM/KSM terkait sanitasi (vii) Badan usaha/perorangan yang terkait sanitasi , dan media massa untuk kepentingan komunikasi dan pemberitaan.

Materi Konsultasi Publik ada dua: (i) Pemaparan Buku Putih Sanitasi (dan proses penyusunannya) oleh Ketua Pokja Kabupaten/Kota dan (ii) Tanya jawab dengan para pemangku kepentingan untuk menjaring masukan. Karena itu: Pastikan Ringkasan Buku Putih Sanitasi dibagikan kepada semua undangan Pastikan Pokja mencatat semua masukan dari para peserta selama acara berlangsung

6. Finalisasi Buku Putih Kabupaten/Kota Perbaiki draf Buku Putih Sanitasi berdasarkan masukan dari Konsultasi Publik Rapikan tata letak atau lay out draf Buku Putih Sanitasi

7. Lakukan advokasi ke Kepala Daerah untuk mendapatkan pengesahan atas Buku Putih Tuliskan Kata Pengantar dari Bupati/Walikota. Sampaikan kepada Sekretaris Bupati/Walikota untuk mendapatkan koreksi dan persetujuan. Finalisasi draf Buku Putih Sanitasi dan selanjutnya Ketua Pokja dan Ketua Tim Pengarah menghadap Bupati/Walikota untuk mendapatkan tanda tangan sebagai bentuk pengesahan dokumen Buku Putih Sanitasi.

Petunjuk Praktis: Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota

Bagian B

Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)


Tahun

Logo Kabupaten/Kota

BUKU PUTIH SANITASI


KABUPATEN / KOTA
Provinsi ...

(bagian ini dapat diisi foto atau gambar)

Disiapkan oleh:

POKJA . KABUPATEN/KOTA

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

26

Kata Pengantar

Merupakan penjelasan ringkas atas isi, makna, dan manfaat penyusunan Buku Putih Sanitasi, terutama jika dikaitkan dengan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Bagian ini juga memuat harapan dan arahan dari Bupati/Walikota sebagai pemegang kebijakan tentang pembangunan sanitasi dalam jangka menengah dan panjang. Perlu disebutkan juga komitmen untuk melakukan pemutakhiran informasi dan data secara reguler. Kata Pengantar ditandatangani Bupati/Walikota. Batasi jumlah halaman kata pengantar ini hanya 1 (satu) halaman. Hapus seluruh teks ini pada saat Kata Pengantar siap disusun)

Contoh huruf: 11 pt Arial Narow spasi single.

.., (tanggal) Bupati / Walikota

(nama)

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

27

Daftar Isi
Bab 1:
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5

Pendahuluan
Latar Belakang Landasan Gerak Maksud dan Tujuan Metodologi Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Bab 2:
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6

Gambaran Umum Wilayah

Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Demografi Keuangan dan Perekonomian Daerah Tata Ruang Wilayah Sosial dan Budaya Kelembagaan Pemerintah Daerah

Bab 3:

Bab 4:
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5

3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga 3.1.2 Tatanan Sekolah 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.2.4 Pemetaan Media 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.2.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.3 Pengelolaan Persampahan 3.3.1 Kelembagaan 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.3.4 Pemetaan Media 3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.3.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan 3.4.1 Kelembagaan 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.4.4 Pemetaan Media 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.4.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1 Pengelolaan Air Bersih 3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga 3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Peningkatan Pengelolaan Persampahan Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi

Profil Sanitasi Wilayah

Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan

Bab 5:
5.1 5.2

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi


Area Berisiko Sanitasi Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

28

Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Istilah


Daftar Istilah dapat mengacu pada Glossary Sanitasi di Lampiran Petunjuk Praktis ini. Gunakan sesuai istilah yang ada di dalam dokumen Buku Putih Sanitasi. Hapus teks ini setelah selesai ditulis.

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

29

Bab 1:

Pendahuluan

Petunjuk Umum: Bab ini memberikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud, serta tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi, berbagai kesepakatan dan pemahaman awal Kabupaten/Kota mengenai sanitasi dan Buku Putih Sanitasi, serta metodologi yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi. Batasi jumlah halaman Bab 1 ini hanya 3 (dua) halaman. Penjelasan lebih rinci dapat dimasukkan di dalam lampiran. Hapus seluruh teks dan Box ini setelah Bab 1 selesai disusun

Contoh huruf: 11 pt Arial Narow spasi single.

1.1

Latar Belakang
Berisi penjelasan mengenai pentingnya penyusunan Buku Putih Sanitasi bagi Kabupaten/Kota serta keterkaitan penyusunan Buku Putih Sanitasi dengan penyiapan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Hapus teks ini setelah sub-bab 1.1 selesai ditulis.

1.2

Landasan Gerak
Sub-bab ini menjelaskan pemahaman kabupaten/kota mengenai: - Definisi dan ruang lingkup sanitasi (mengacu kepada Buku Referensi Opsi Sitem dan Teknologi Sanitasi, TTPS, 2010) - Kesepakatan mengenai wilayah kajian dari Buku Putih Sanitasi dan SSK - Visi dan misi kabupaten/kota yang terdapat di RPJMD serta tujuan penataan ruang sebagaimana terdapat dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hapus teks ini setelah sub-bab 1.2 selesai ditulis.

1.3

Maksud dan Tujuan


Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan disusunnya dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota. Hapus teks ini dihapus setelah sub-bab 1.3 selesai ditulis

1.4

Metodologi
Berikan penjelasan mengenai metode dan jenis data yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi, proses penulisan/dokumentasi Buku Putih Sanitasi, dan proses penyepakatannya. Hapus teks ini setelah sub-bab 1.4 selesai ditulis

1.5

Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain


Berikan penjelasan mengenai kesepakatan tentang posisi, fungsi, maupun peran Buku Putih Sanitasi diantara dokumen perencanaan lain yang telah ada, yaitu: RPJPD, RPJMD, Renstra, dan RTRW. Kesepakatan ini menjadi kebijakan Pemerintah Daerah mengenai dokumen Buku Putih Sanitasi ini. Hapus teks ini setelah sub-bab 1.5 selesai ditulis

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

30

Bab 2:

Gambaran Umum Wilayah

Petunjuk Umum: Bab ini menjelaskan kondisi umum Kabupaten/Kota yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, dan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab setiap perangkat daerah. Minimum informasi yang harus tersedia adalah tabel/peta/gambar yang tercantum di dalam Box. Pokja dapat menambahkan informasi yang relevan dan penting dalam penyusunan strategi pembangunan sanitasi. Berikan penjelasan ringkas untuk masing-masing tabel/peta/gambar dan informasi mengenai sumber data. Batasi jumlah halaman Bab ini hanya 10 (sepuluh) halaman. Penjelasan atau data yang lebih rinci dimasukkan di dalam Lampiran (misalnya data di tingkat kelurahan). CANTUMKAN dengan jelas Rujukan Sumber Data dalam bentuk foot note atau di tulis di bawah tabel Hapus seluruh teks dan Box ini setelah Bab 2 selesai disusun

Contoh huruf: 11 pt Arial Narow spasi single.

2.1

Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik


Berikan penjelasan ringkas mengenai kondisi geografis, administratif, dan kondisi fisik Kabupaten/Kota. Selain informasi minimum di dalam Box, Pokja perlu memberikan penjelasan singkat mengenai: - Letak atau posisi kabupaten/kota di permukaan bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. - Kondisi air tanah (ketinggian air tanah) - Kondisi umum iklim dan curah hujan - Wilayah yang dipengaruhi pasang surut (rob) atau wilayah dengan topografi berada di bawah muka air laut, nama kelurahan/kecamatan, luasnya dan jumlah penduduk yang bermukim di kelurahan/kecamatan tersebut Lengkapi dengan tabel-tabel berikut: - Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten/Kota - Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan (data rinci mengenai nama kelurahan ataupun jumlah RT dan RW di masing-masing kelurahan dimasukkan di dalam Lampiran JANGAN dalam laporan ini) Lengkapi dengan peta: - Peta 2.1: Peta Administrasi Kabupaten/Kota dan Cakupan Wilayah Kajian (cantumkan orientasi terhadap Provinsi) (ukuran A4 atau A3) Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.1 selesai disusun

2.2

Demografi
Gambarkan secara ringkas kondisi demografi di tingkat kecamatan (data untuk tingkat desa/kelurahan dimasukkan di dalam lampiran. Laju pertumbuhan penduduk (population growth rate) mengacu pada dokumen kependudukan setempat (Kabupaten/Kota dalam Angka atau RTRW). Cantumkan rumus yang digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk. Lengkapi dengan tabel berikut: Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.2 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

31

2.3

Keuangan dan Perekonomian Daerah


Jelasan mengenai kondisi keuangan dan perekonomian daerah yang meliputi: pendapatan dan belanja modal sanitasi daerah, kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal/ruang fiskal, data peta perekonomian, dan data realisasi belanja modal sanitasi untuk tiap SKPD. Penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, lihat PT-04: Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel-tabel berikut: - Tabel 2.4 Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir Tabel 2.6 Data mengenai ruang fiskal Kabupaten/Kota 5 tahun terakhir Tabel 2.7 Data perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.3 selesai disusun

2.4

Tata Ruang Wilayah


Tuliskan informasi mengenai kebijakan penataan ruang kabupaten/kota sesuai dengan dokumen RTRW yang berlaku. Peta-peta yang digunakan minimal berskala 1:25.000 atau 1:50.000. Peta dalam skala lebih kecil dan cukup jelas untuk digambarkan dalam format A3, dapat dicantumkan dalam Laporan ini. Bila ukuran peta A2 atau A1, maka dicantumkan dalam Lampiran. Cantumkan informasi mengenai wilayah rawan bencana dan kebijakan penataan ruang untuk wilayah perbatasan (apabila ada). Lengkapi dengan peta: - Peta 2.2 Rencana pusat layanan Kabupaten/Kota (ukuran A3) - Peta 2.3 Rencana pola ruang Kabupaten/Kota (ukuran A3) Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.4 selesai disusun

2.5

Sosial dan Budaya

Informasikan kondisi sosial budaya kabupaten/kota seperti: Data fasilitas pendidikan (SD, SMP, dan SMA dan yang setara), Jumlah KK penduduk miskin, Jumlah rumah/KK. Berikan deskripsi tentang wilayah kumuh di kawasan perkotaan (apabila ada) Lengkapi dengan tabel-tabel berikut: - Tabel 2.8 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota - Tabel 2.9 Jumlah penduduk miskin per kecamatan - Tabel 2.10 Jumlah rumah per kecamatan
Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.5 selesai disusun

2.6

Kelembagaan Pemerintah Daerah


Jelaskan mengenai struktur organisasi Pemerintah Daerah dan SOTK yang ada sesuai perundangan yang berlaku (untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-03: Kajian Kelembagaan dan Kebijakan dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini). Masukkan gambar berikut: - Gambar 2.1 Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten/Kota (ukuran A3) Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.6 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

32

Bab 3:

Profil Sanitasi Wilayah

Petunjuk Umum: Bab ini menjelaskan kondisi riil pengelolaan sanitasi (dan komponen lain yang terkait sanitasi) saat ini serta permasalahan utama atau menjadi prioritas yang dihadapi oleh kabupaten/kota. Minimum informasi yang harus tersedia adalah tabel/peta/gambar yang tercantum di dalam Box. Pokja dapat menambahkan informasi yang dirasa relevan dan penting dalam penyusunan strategi pembangunan sanitasi. Berikan penjelasan ringkas untuk masing-masing tabel/peta/gambar dan informasi mengenai sumber data. Batasi jumlah halaman Bab ini hanya 50 (lima puluh) halaman. Penjelasan atau data yang lebih rinci dapat dimasukkan di dalam lampiran. CANTUMKAN dengan jelas Rujukan Sumber Data dalam bentuk foot note atau di tulis di bawah tabel Hapus seluruh teks dan Box ini setelah Bab 3 selesai disusun

Contoh huruf: 11 pt Arial Narow spasi single.

3.1

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene

Petunjuk Umum: Berikan penjelasan detail mengenai kondisi PHBS dan Promosi Higiene untuk 2 (dua) tatanan, yaitu Rumah Tangga dan Sekolah. PHBS yang dibahas disini hanya yang terkait dengan sanitasi. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.1 selesai disusun

3.1.1

Tatanan Rumah Tangga


Berikan penjelasan mengenai kondisi PHBS dan Promosi Higiene di tatanan rumah tangga saat ini dengan memasukkan Executive Summary Laporan Hasil Studi EHRA. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara pelaksanaan Studi EHRA, silakan lihat Buku Pedoman Pelaksanaan Studi EHRA. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.1.1 selesai disusun

3.1.2

Tatanan Sekolah
Berikan penjelasan detail mengenai kondisi PHBS dan Promosi Higiene di tatanan Sekolah. Sebutkan juga permasalahan spesifik dan paling prioritas yang dihadapi. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.1 Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (toilet dan tempat cuci tangan) - Tabel 3.2 Kondisi sarana sanitasi sekolah (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene) Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.1.2 selesai disusun

3.2

Pengelolaan Air Limbah Domestik

Petunjuk Umum: Berikan penjelasan detail mengenai kondisi riil pengelolaan air limbah domestik di kabupaten/kota saat ini, baik yang terkait dengan kualitas dan kuantitas infrastruktur maupun aspek non-infrastruktur lainnya. Jelaskan juga permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan pengelolaan air limbah domestik. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

33

3.2.1

Kelembagaan
Berikan penjelasan mengenai aspek legal formal (peraturan dan kebijakan mengenai pengelolaan air limbah domestik di kabupaten/kota) Berikan penjelasan mengenai institusi yang berwenang dalam pengelolaannya (baik operator maupun regulator). Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-03: Kajian Kelembagaan dan Kebijakan dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Masukan tabel berikut: - Tabel 3.3 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah domestik - Tabel 3.4 Daftar peraturan terkait air limbah domestik Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.1 selesai disusun

3.2.2

Sistem dan Cakupan Pelayanan


Beri penjelasan mengenai sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada, baik sistem setempat (onsite) maupun terpusat (offsite), mengenai: (i) teknologi yang digunakan, dan (ii) jumlah masyarakat penerima manfaat (atau keluarga yang terhubung ke dalam masing-masing sistem). Lengkapi dengan peta: - Peta 3.1 Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestic (ukuran A3) (hanya berlaku apabila Kabupaten/Kota memiliki sistem offsite) - Peta 3.2 Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestic (ukuran A3) (Infrastruktur utama meliputi (apabila ada): IPLT, IPAL terpusat, dan Sanimas) Masukan tabel berikut: - Tabel 3.5 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik - Tabel 3.6 Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten/Kota Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.2 selesai disusun

3.2.3

Kesadaran Masyarakat dan PMJK


Jelaskan mengenai tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik, Informasi mengenai keterlibatan masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam pengelolaan air limbah domestik, Informasi mengenai akses, pengaruh, dan manfaat yang diperoleh oleh rumah tangga miskin. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-06: Kajian PMJK, Promosi Higiene, dan Sanitasi Sekolah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.7 Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh masyarakat - Tabel 3.8 Kondisi sarana MCK - Tabel 3.9 Daftar program/proyek layanan yang berbasis masyarakat Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.3 selesai disusun

3.2.4

Pemetaan Media
Jelaskan mengenai penggunaan berbagai media komunikasi untuk menunjang pengelolaan air limbah domestik. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-05: Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.10 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota - Tabel 3.11 Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota - Tabel 3.12 Kerjasama terkait sanitasi - Tabel 3.13 Daftar mitra potensial Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.4 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

34

3.2.5

Partisipasi Dunia Usaha


Jelaskan mengenai berbagai penyedia layanan (service provider) yang ada dalam pengelolaan air limbah domestik yang berasal dari dunia usaha maupun LSM, di kabupaten/kota. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.14 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.5 selesai disusun

3.2.6

Pendanaan dan Pembiayaan


Berikan informasi terkait dengan pendapatan dan belanja (baik belanja investasi maupun untuk operasi dan pemeliharaan) yang dilakukan pemerintah (SKPD terkait) maupun institusi lain yang berwenang dalam operasi pengelolaan air limbah domestik (misalnya PD. PAL/Unit Air Kotor di PDAM). Berikan informasi mengenai besaran retribusi serta penerimaan dari retribusi. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-04: Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel - Tabel 3.15 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domestik Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.6 selesai disusun

3.2.7

Isu strategis dan permasalahan mendesak


Sebutkan Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak yang dihadapi terkait pengelolaan air limbah domestik di kabupaten/kota. Silakan lihat buku-buku mengenai perencanaan strategis daerah untuk penjelasan lebih detailnya. Permasalahan yang disampaikan dapat berupa permasalahan yang terkait infrastruktur maupun noninfrastruktur. Tuliskan dalam bentuk bullet atau number. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.2.7 selesai disusun

3.3

Pengelolaan Persampahan
Jelaskan detail mengenai kondisi riil pengelolaan persampahan di kabupaten/kota saat ini, baik yang terkait dengan kualitas dan kuantitas infrastruktur maupun aspek non-infrastruktur lainnya. Jelaskan permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan pengelolaan persampahan. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3 selesai disusun

Petunjuk Umum:

3.3.1

Kelembagaan
Jelaskan mengenai aspek legal formal (peraturan maupun kebijakan yang ada mengenai persampahan di tingkat kabupaten/kota) Jelaskan institusi yang berwenang dalam pengelolaan persampahan (baik operator maupun regulator). Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-03: Kajian Kelembagaan dan Kebijakan dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Masukan tabel berikut: - Tabel 3.16 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan limbah domestik - Tabel 3.17 Daftar peraturan terkait sanitasi
Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.1 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

35

3.3.2

Sistem dan Cakupan Pelayanan


Jelaskan mengenai sistem pengelolaan persampahan yang ada, baik untuk sistem pengangkutan, penyimpanan sementara, dan pemrosesan akhir, serta kegiatan 3R. Penjelasan ini perlu memuat mengenai teknologi yang dipergunakan di setiap sistem yang ada. Tuliskan informasi mengenai jumlah masyarakat penerima manfaat masing-masing sistem untuk mengetahui tingkat layanan dari sistem pengelolaan persampahan yang ada. Lengkapi dengan peta - Peta 3.3 Peta cakupan layanan persampahan (ukuran A3) - Peta 3.4 Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan (ukuran A3) (Infrastruktur utama meliputi (apabila ada): TPA, TPST, TPS) Masukan tabel berikut: - Tabel 3.18 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan - Tabel 3.19 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.2 selesai disusun

3.3.3

Kesadaran Masyarakat dan PMJK


Jelaskan tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan, informasi mengenai keterlibatan masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam pengelolaan persampahan, serta informasi mengenai akses, pengaruh, dan manfaat yang diperoleh oleh rumah tangga miskin. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-06: Kajian PMJK, Promosi Higiene, dan Sanitasi Sekolah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.20 Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan - Tabel 3.21 Pengelolaan persampahan di tingkat Kabupaten/Kota - Tabel 3.22 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.3 selesai disusun

3.3.4

Pemetaan Media
Jelaskan mengenai penggunaan berbagai media komunikasi untuk menunjang pengelolaan air limbah domestik. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-05: Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.23 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota - Tabel 3.24 Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota - Tabel 3.25 Kerjasama terkait sanitasi - Tabel 3.26 Daftar mitra potensial Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.4 selesai disusun

3.3.5

Partisipasi Dunia Usaha


Jelaskan berbagai penyedia layanan (service provider) yang ada dalam pengelolaan persampahan yang berasal dari dunia usaha maupun LSM, di kabupaten/kota. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.27 Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.5 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

36

3.3.6

Pendanaan dan Pembiayaan


Berikan informasi terkait dengan pendapatan dan belanja (baik belanja investasi maupun untuk operasi dan pemeliharaan) yang dilakukan pemerintah (SKPD terkait) maupun institusi lain yang berwenang dalam pengelolaan persampahan. Berikan informasi mengenai besaran retribusi serta penerimaan dari retribusi. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-04: Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel - Tabel 3.28 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.6 selesai disusun

3.3.7

Isu strategis dan permasalahan mendesak


Sebutkan Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak terkait pengelolaan persampahan di kabupaten/kota. Silakan lihat buku-buku mengenai perencanaan strategis daerah untuk penjelasan lebih detailnya. Permasalahan yang disampaikan dapat berupa permasalahan yang terkait infrastruktur maupun noninfrastruktur. Tuliskan dalam bentuk bullet atau number. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.3.7 selesai disusun

3.4

Pengelolaan Drainase Lingkungan


Berikan penjelasan detail mengenai kondisi riil pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten/kota saat ini, baik yang terkait dengan kualitas dan kuantitas infrastruktur maupun aspek non-infrastruktur lainnya. Jelaskan permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4 selesai disusun

Petunjuk Umum:

3.4.1

Kelembagaan
Jelaskan aspek legal formal (peraturan maupun kebijakan yang ada mengenai pengelolaan drainase di tingkat kabupaten/kota) Jelaskan institusi yang berwenang dalam pengelolaan drainase (baik operator maupun regulator). Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-03: Kajian Kelembagaan dan Kebijakan dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Masukan tabel berikut: - Tabel 3.29 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase lingkungan - Tabel 3.30 Daftar peraturan terkait drainase lingkungan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.1 selesai disusun

3.4.2

Sistem dan Cakupan Pelayanan


Jelaskan sistem pengelolaan drainase lingkungan yang ada di kabupaten/kota. Penjelasan ini perlu memuat mengenai teknologi yang digunakan. Informasikan jumlah masyarakat penerima manfaat untuk mengetahui tingkat layanan dari sistem pengelolaan drainase lingkungan tersebut. Lengkapi dengan peta: - Peta 3.5 Peta jaringan drainase Kabupaten/Kota (ukuran A3) Masukan tabel berikut: - Tabel 3.31 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan - Tabel 3.32 Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.2 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

37

3.4.3

Kesadaran Masyarakat dan PMJK


Jelaskan tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase, informasi mengenai keterlibatan masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam pengelolaan persampahan, Informasi akses, pengaruh, dan manfaat yang diperoleh oleh rumah tangga miskin. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-06: Kajian PMJK, Promosi Higiene, dan Sanitasi Sekolah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.33 Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan - Tabel 3.24 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.3 selesai disusun

3.4.4

Pemetaan Media
Berikan informasi mengenai penggunaan berbagai media komunikasi untuk menunjang pengelolaan drainase. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-05: Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota - Tabel 3.36 Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota - Tabel 3.37 Kerjasama terkait sanitasi - Tabel 3.38 Daftar mitra potensial Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.4 selesai disusun

3.4.5

Partisipasi Dunia Usaha


Beri penjelasan mengenai berbagai penyedia layanan (service provider) yang ada dalam pengelolaan drainase yang berasal dari dunia usaha maupun LSM, di kabupaten/kota. Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.39 Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten/Kota (Isi apabila ada. Biasanya berlaku untuk kawasan pemukiman yang dikelola pengembang besar) Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.5 selesai disusun

3.4.6

Pendanaan dan Pembiayaan


Berikan informasi terkait dengan pendapatan dan belanja (baik belanja investasi maupun untuk operasi dan pemeliharaan) yang dilakukan pemerintah (SKPD terkait) maupun institusi lain yang berwenang dalam pengelolaan drainase. Berikan informasi mengenai besaran retribusi serta penerimaan dari retribusi (sekiranya ada). Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, silakan lihat PT-04: Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini. Lengkapi dengan tabel - Tabel 3.40 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.6 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

38

3.4.7

Isu strategis dan permasalahan mendesak


Sebutkan Isu Strategi dan Permasalahan Mendesak terkait pengelolaan drainase di kabupaten/kota. Silakan lihat buku-buku mengenai perencanaan strategis daerah untuk penjelasan lebih detailnya. Permasalahan yang disampaikan dapat berupa permasalahan yang terkait infrastruktur maupun noninfrastruktur. Tuliskan dalam bentuk bullet atau number. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.4.7 selesai disusun

3.5

Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi


Berisi penjelasan ringkas terkait kondisi riil pengelolaan komponen terkait sanitasi di kabupaten/kota saat ini. Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.5 selesai disusun

Petunjuk Umum:

3.5.1

Pengelolaan Air Bersih


Berikan informasi umum mengenai pengelolaan air bersih yang ada di kabupaten/kota (yang dikelola oleh PDAM, HIPAM, dan swadaya masyarakat). Tampilkan informasi terkait dengan: (i) informasi umum mengenai kualitas air, (ii) kontiunitas pengalirannya, dan (iii) tingkat kebocoran. Sebutkan juga permasalahan spesifik dan paling prioritas yang dihadapi. Lengkapi dengan peta: - Peta 3.6 Peta cakupan layanan air bersih (ukuran A3) Masukan tabel berikut: - Tabel 3.41 Jumlah pelanggan per kecamatan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.5.1 selesai disusun

3.5.2

Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga


Berikan informasi mengenai kondisi pengelolaan air limbah industri rumah tangga saat ini. Tampilkan informasi terkait dengan: jenis industri rumah tangga, lokasi, dan jumlah industri rumah tangga yang ada serta pengolahan yang sudah dilakukan (baik yang dilakukan secara mandiri maupun secara komunal). Beberapa contoh industri rumah tangga adalah: pembuatan tahu, pembuatan batu bata, industri batik rumah tangga dll. Sebutkan juga permasalahan spesifik dan paling prioritas yang dihadapi. Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.42 Pengelolaan limbah industri rumah tangga kabupaten/kota Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.5.2 selesai disusun

3.5.3

Pengelolaan Limbah Medis


Lengkapi dengan tabel: - Tabel 3.43 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.5.3 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

39

Bab 4:

Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan

Petunjuk Umum: Berikan penjelasan detail mengenai rencana program dan kegiatan untuk tahun depan (n+1) dan program serta kegiatan sanitasi yang sedang berjalan saat ini (tahun n), baik yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pemerintah maupun yang dilakukan oleh masyarakat, kalangan donor, dan sebagainya. Minimum informasi yang harus tersedia adalah tabel/peta/gambar yang tercantum di dalam Box. Pokja dapat menambahkan informasi yang dirasa relevan dan penting dalam penyusunan strategi pembangunan sanitasi. Berikan penjelasan ringkas untuk masing-masing tabel/peta/gambar dan informasi mengenai sumber data. Batasi jumlah halaman Bab ini hanya 10 (lima) halaman. Penjelasan maupun data yang lebih rinci dapat dimasukkan di dalam lampiran. Hapus seluruh teks ini setelah Bab 4 selesai disusun

Contoh huruf: 11 pt Arial Narow spasi single.

4.1

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene


Lengkapi dengan tabel: - Tabel 4.1 Rencana program dan kegiatan saat ini (tahun n+1) - Tabel 4.2 Kegiatan yang sedang berjalan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 4.1 selesai disusun

4.2

Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik


Lengkapi dengan tabel: - Tabel 4.3 Rencana program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik saat ini (tahun n+1) - Tabel 4.4 Kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 4.2 selesai disusun

4.3

Peningkatan Pengelolaan Persampahan


Lengkapi dengan tabel: - Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan saat ini (tahun n+1) - Tabel 4.6 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 4.3 selesai disusun

4.4

Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan


Lengkapi dengan tabel: - Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase saat ini (tahun n+1) - Tabel 4.8 Kegiatan pengelolaan drainase yang sedang berjalan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 4.4 selesai disusun

4.5

Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi


Lengkapi dengan tabel: - Tabel 4.8 Rencana program dan kegiatan saat ini (n+1) - Tabel 4.9 Kegiatan yang sedang berjalan Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 4.5 selesai disusun

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

40

Bab 5:

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

Petunjuk Umum: Menyajikan hasil dari kegiatan Penetapan Area Berisiko Sanitasi dan hasil analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini Penyajian dilakukan dalam bentuk peta disertai dengan penjelasan ringkas dan tabel mengenai penyebab risiko utama di masing-masing area berisiko Minimum informasi yang harus tersedia adalah tabel/peta/gambar yang tercantum di dalam Box. Pokja dapat menambahkan informasi yang dirasa relevan dan penting dalam penyusunan strategi pembangunan sanitasi. Berikan penjelasan ringkas untuk masing-masing tabel/peta/gambar dan informasi mengenai sumber data. Batasi jumlah halaman Bab ini hanya 7 halaman!!! Penjelasan maupun data yang lebih rinci dapat dimasukkan di dalam lampiran. Hapus seluruh teks ini setelah Bab 5 selesai disusun

Contoh huruf: 11 pt Arial Narow spasi single

5.1

Area Berisiko Sanitasi


Jelaskan hasil dari proses penetapan wilayah prioritas berdasarkan area berisiko yang telah dihasilkan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana cara penetapan wilayah prioritas ini, silakan lihat PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi di Volume 2 Petunjuk Praktis. Lengkapi dengan peta: - Peta 5.1 Peta area berisiko sanitasi Lengkapi dengan tabel: - Tabel 5.1 Area berisiko sanitasi dan penyebab utamanya

5.2

Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini


Jelaskan hasil dari proses analisis pengelolaan sanitasi untuk masing-masing sub-sektor. Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana cara penetapan wilayah prioritas ini, silakan lihat Buku Referensi Perencanaan Strategis Daerah di dalam PPSP. Lengkapi dengan gambar: - Gambar 5.1 Posisi pengelolaan sanitasi saat ini

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

41

Lampiran
Gunakan untuk menampilan hasil-hasil studi, kajian, proses analisis (misalnya analisis area berisiko, analisis proyeksi penduduk dll), maupun data yang bersifat detail (misal: data di tingkat keluraha/desa).

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

42

Template tabel dan contoh peta/gambar Buku Putih Sanitasi


Gunakan untuk mengisi tabel-tabel sebagaimana diindikasikan di dalam template Buku Putih Sanitasi

Bab 2: Gambaran Umum Wilayah


Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten/Kota
Nama DAS DAS A DAS B Dst Sumber: Luas (Ha) Debit (M3/dtk)

Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan


Nama Kecamatan Kec. A Kec. B Kec. C Dst Sumber:.. Jumlah Kelurahan /Desa Luas Wilayah (Ha) (%) thd total

Peta 2.1: Peta Administrasi Kabupaten/Kota dan Cakupan Wilayah Kajian

Sumber:..

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

43

Tabel 2.3: Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk Nama Kecamatan n Kec. A Kec. B Dst Sumber:.. Tahun n+. n+4 n Jumlah KK Tahun n+. n+4 n Tingkat Pertumbuhan Tahun n+. n+4

Tabel 2.4: Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir


No (a) A 1 2 3 B 1 2 Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan (Transfer) Lain-lain Pendapatan yang Sah Jumlah Pendapatan Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus/Defisit Anggaran Ket: n = tahun penyusunan buku putih Sumber:.. Anggaran (b) n-4 (c) n-3 (d) n-2 (e) n-1 (f) n (g)

Tabel 2.5: Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir
No (a) A 1 2 3 4 B C Subsektor/SKPD (b) n-4 (c) n-3 (d) n-2 (e) n-1 (f) n (g)

Air Limbah DPU Pengairan PU-CK KLH Kimtaru Persampahan Drainase Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, D komunikasi, pendampingan) E Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) F Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping) G Total Belanja APBD H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%) I Jumlah penduduk J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) Ket: belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan) Sumber:..

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

44

Tabel 2.6: Data mengenai ruang fiskal Kabupaten/Kota 5 tahun terakhir


Tahun n-4 n-3 n-2 n-1 n Sumber:.. Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah (IRFD)

Tabel 2.7: Data perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir


No (a) 1 2 3 4 5 Deskripsi (b) PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota (Rp.) Inflasi (%) Pertumbuhan Ekonomi (%) n-4 (c) n-3 (d) n-2 (e) n-1 (f) n (g)

Sumber:..

Peta 2.2: Rencana pusat layanan Kabupaten/Kota

Sumber:..

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

45

Peta 2.3: Rencana pola ruang Kabupaten/Kota

Sumber:..

Tabel 2.8: Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota


Jumlah Sarana Pendidikan Nama Kecamatan SD Kec. A Kec. B Kec. C Dst Sumber:.. SLTP Umum SMA SMK MI Agama MTs MA

Tabel 2.9: Jumlah penduduk miskin per kecamatan


Nama Kecamatan Kec. A Kec. B Kec. C Dst Sumber:.. Jumlah keluarga miskin (KK)

Tabel 2.10: Jumlah rumah per kecamatan


Nama Kecamatan Kec. A Kec. B Kec. C Dst Sumber:.. Jumlah Rumah

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

46

Gambar 2.1: Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten/Kota

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

47

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah


Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan)
Nama Sekolah Jumlah Siswa L P Jumlah Guru Sumber Air Bersih Jml Toilet/WC Jml Tempat Kencing P Guru L P Fas. Cuci Tangan Y T Persediaan Sabun Y T L Siapa yang membersihkan Toilet

PDAM
L P S K T S

SPT
K T S

SGL
K T Guru L

Siswa
P

Guru
L P

Pesuruh
L P

Dst
Keterangan: L = laki-laki P = perempuan S = selalu tersedia air K = kadang-kadang T = tidak ada persediaan air Y = ya T = tidak SPT = Sumur pompa tangan SGL = Sumur gali

Tabel 3.2: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)
Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, saat Ya, saat mata pertemuan / Tidak pelajaran penyuluhan pernah PenJas di tertentu kelas Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya Tidak Cara Pengelolaan Sampah Dibuat kompos Tempat buangan air kotor Dari Toliet Dari Kamar Mandi Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah

Nama Sekolah

Dikumpulkan

Dipisahkan

Dst

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

48

Tabel 3.3: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

49

Tabel 3.4: Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten/Kota


Ketersediaan Peraturan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestic untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

50

Peta 3.1: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik


[Contoh peta tidak tersedia]

Peta 3.2: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik
[Contoh peta tidak tersedia]

Tabel 3.5: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik


Input Black Water (contoh) Black Water (contoh) Dst User Interface WC Sentor WC Sentor Dst Penampungan Awal Tangki Septik --Dst Pengaliran --Sewer Dst Pengolahan Akhir --IPAL Dst Pembuangan/ Daur Ulang Sungai Sungai Dst Kode/Nama Aliran Aliran Limbah AL1 Aliran Limbah AL2 Dst

Tabel 3.6: Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten/Kota


Kelompok Fungsi a User Interface Penampungan Awal Pembuangan/Daur Ulang Teknologi yang digunakan b WC Sentor Tangki Septik Sungai Jenis Data Sekunder c Jumlah (kuantitas) KK Tersambung Jumlah (kuantitas) Nama Sungai (Perkiraan) Nilai Data d 13.500 WC 13.000 KK 13.500 Tangki Krueng Aceh Sumber Data e Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Cipta Karya

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

51

Tabel 3.7: Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat
Jumlah Kecamatan RT Kec. A Kec. B Kec. C Dst RW Pddk miskin Jamban Keluarga Dikelola RT Jumlah MCK Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun MCK dibangun Dikelola RT Jumlah Sanimas Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun Sanimas dibangun

Tabel 3.8: Kondisi sarana MCK


Lokasi MCK Kecamatan RT Kec. A Kec. B Kec. C Dst Keterangan: L = laki-laki P = perempuan S = selalu tersedia air T = tidak ada persediaan air K = kadang-kadang Y = ya T = tidak SPT = Sumur pompa tangan SGL = Sumur gali RW L MCK P S PDAM K T S Jumlah Pemakai SPT K T S SGL K T L P L P Y T Y T Y T Tangki Septik Cubluk Jml Toilet/WC Jml kmr mandi Fas. Cuci Tangan Persediaa n Sabun Ada biaya pemakaian MCK Tempat buangan air kotor Kapan tangki septik dikosongkan

Tabel 3.9: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat


No Sub Sektor Air Limbah Domestik: Onsite Individual Air Limbah Domestik: Onsite Komunal
Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Nama Program / Proyek / Layanan

Pelaksana/PJ

Tahun Mulai

Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM

Aspek PMJK JDR MBR

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

52

Tabel 3.10: Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota


No Kegiatan Tahun Dinas pelaksana Tujuan kegiatan Khalayak sasaran Pesan kunci Pembelajaran

Tabel 3.11: Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota


No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Keterlibatan Masyarakat dalam Perbaikan Infrastruktur Sanitasi Mendorong Pentingnya CTPS Pendapat Media Positif Kedalamannya memadai Positif Sangat mendalam dan Partisipatif

1.

Kompas (contoh)

Artikel

Sanimas

2.

Radio Sonora (contoh)

Talk Show

Cuci Tangan Pakai Sabun

Tabel 3.12: Kerjasama terkait Sanitasi


No 1. Nama Kegiatan Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (contoh) Pembangunan MCK ++ (contoh) Jenis Kegiatan Sanitasi PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi Mitra Kerja Sama Unilever Susu Bendera Indosat Bentuk Kerjasama In Kind Uang Tunai meskipun sangat sedikit In Kind

2.

Tabel 3.13: Daftar Mitra Potensial


No 1. 2. 3. Unilever Indosat Coba diidentifikasi pemain-pemain baru dengan melihat contoh dari tempat lain, atau kontak langsung Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi Bentuk Kerjasama In Kind In Kind

Tabel 3.14: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota
No a 1 2 Nama Provider b LSM Rejo Mandiri PT Tirta Sari Makmur 2008 2007 Tahun mulai operasi c Jenis kegiatan d .. .. .. .. (silakan deskripsikan) .. .. .. .. (silakan deskripsikan)

Tabel 3.15: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domestik
No a A B Subsektor/SKPD b Air limbah Retribusl air limbah n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g Ratarata Pertumbuhan (%)

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

53

Tabel 3.16: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

54

Tabel 3.17: Peta Peraturan Persampahan Kabupaten/Kota


Ketersediaan Peraturan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

55

Peta 3.3: Peta cakupan layanan persampahan

TPA

Pengangkutan reguler Daerah fokus peningkatan retribusi

Peta 3.4: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan


[Contoh peta tidak tersedia]

Tabel 3.18: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan


Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Dst

Dst

Dst

Dst

Dst

Dst

Dst

Tabel 3.19: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota


Kelompok Fungsi
a

Teknologi yang digunakan


b

Jenis Data Sekunder


c

(Perkiraan) Nilai Data


d

Sumber Data
e

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

56

Tabel 3.20: Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan


Dikelola oleh Masyarakat Jenis kegiatan L Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan RT P L RW P L P L P Dikelola oleh Sektor Formal di tingkat Kelurahan/Kecamatan Dikelola Pihak Swasta Keterangan

Tabel 3.21: Pengelolaan persampahan di tingkat kabupaten/kota


Jenis Kegiatan Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Dikelola oleh Kabupaten/Kota L P Dikelola oleh Masyarakat L P Dikelola oleh Sektor Formal di Tingkat L P Dikelola Pihak Swasta L P

Tabel 3.22: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat


No Persampahan Sub Sektor Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM Aspek PMJK JDR MBR

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

57

Tabel 3.23: Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota


No Kegiatan Tahun Dinas pelaksana Tujuan kegiatan Khalayak sasaran Pesan kunci Pembelajaran

Tabel 3.24: Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota


No 1. 2. Nama Media Kompas (contoh) Radio Sonora (contoh) Jenis Acara Artikel Talk Show Isu yang Diangkat Sanimas Cuci Tangan Pakai Sabun Pesan Kunci Keterlibatan Masyarakat dalam Perbaikan Infrastruktur Sanitasi Mendorong Pentingnya CTPS Pendapat Media Positif Kedalamannya memadai Positif Sangat mendalam dan Partisipatif

Tabel 3.25: Kerjasama terkait Sanitasi


No 1. 2. Nama Kegiatan Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (contoh) Pembangunan MCK ++ (contoh) Jenis Kegiatan Sanitasi PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi Mitra Kerja Sama Unilever Susu Bendera Indosat Bentuk Kerjasama - In Kind - Uang Tunai meskipun sangat sedikit - In Kind

Tabel 3.26: Daftar Mitra Potensial


No 1. 2. 3. Unilever Indosat Coba diidentifikasi pemainpemain baru dengan melihat contoh dari tempat lain, atau kontak langsung Tahun mulai operasi c 2008 2007 Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi Bentuk Kerjasama In Kind In Kind

Tabel 3.27: Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota


No a 1 2 Nama Provider b LSM Rejo Mandiri PT Tirta Sari Makmur Jenis kegiatan d .. .. .. .. (silakan deskripsikan) .. .. .. .. (silakan deskripsikan)

Tabel 3.28: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan
No a A B Subsektor/SKPD b Persampahan Retribusl Sampah n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g Ratarata Pertumbuhan (%)

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

58

Tabel 3.29: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

59

Tabel 3.30: Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten/Kota


Ketersediaan Peraturan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

60

Peta 3.5: Peta jaringan drainase Kabupaten/Kota (atau peta zone drainase)

Batas zone drainase

Tabel 3.31: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan


Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Dst

Dst

Dst

Dst

Dst

Dst

Dst

Tabel 3.32: Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota


Kelompok Fungsi a Teknologi yang digunakan b Jenis Data Sekunder c (Perkiraan) Nilai Data d Sumber Data e

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

61

Tabel 3.33: Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan


Jumlah Kelurahan/Desa RT Kel. A Kel. B Kel. C Dst RW Lancar Mampet L Kondisi Drainase Saat Ini Pembersihan Drainase Rutin P Tidak Rutin L P Pemerintah Kota Pengelola oleh Kelurahan Masyarakat (RT /RW) L P Swasta Bangunan Di Atas Saluran Ada Tidak Ada

Tabel 3.34: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat


No Sub Sektor Drainase Lingkungan Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM Aspek PMJK JDR MBR

Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

62

Tabel 3.35: Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota


No Kegiatan Tahun Dinas pelaksana Tujuan kegiatan Khalayak sasaran Pesan kunci Pembelajaran

Tabel 3.36: Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota


No Nama Media Jenis Acara Artikel Isu yang Diangkat Pesan Kunci Keterlibatan Masyarakat dalam Perbaikan Infrastruktur Sanitasi Mendorong Pentingnya CTPS Pendapat Media Positif Kedalamannya memadai Positif Sangat mendalam dan Partisipatif

1.

Kompas (contoh) Radio Sonora (contoh)

Sanimas Cuci Tangan Pakai Sabun

2.

Talk Show

Tabel 3.37: Kerjasama terkait Sanitasi


No 1. 2. Nama Kegiatan Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (contoh) Pembangunan MCK ++ (contoh) Jenis Kegiatan Sanitasi PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi Mitra Kerja Sama Unilever Susu Bendera Indosat Bentuk Kerjasama In Kind Uang Tunai meskipun sangat sedikit In Kind

Tabel 3.38: Daftar Mitra Potensial


No 1. 2. 3. Unilever Indosat Coba diidentifikasi pemainpemain baru dengan melihat contoh dari tempat lain, atau kontak langsung Tahun mulai operasi c 2008 2007 Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi Bentuk Kerjasama In Kind In Kind

Tabel 3.39: Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten/Kota
No a 1 2 Nama Provider b LSM Rejo Mandiri PT Tirta Sari Makmur Jenis kegiatan d .. .. .. .. (silakan deskripsikan) .. .. .. .. (silakan deskripsikan)

Tabel 3.40: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase
No A B Subsektor/SKPD Drainase Retribusl Drainase Lingkungan n-4 n-3 n-2 n-1 n Ratarata Pertumbuhan (%)

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi

63

Peta 3.6: Peta cakupan layanan air bersih (atau peta jaringan PDAM)

Tabel 3.41: Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten/Kota


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Uraian Pengelola Tingkat Pelayanan Kapasitas Produksi Kapasitas Terpasang Jumlah Sambungan Rumah (Total) Jumlah Kran Air Kehilangan Air (UFW) Retribusi/Tarif (rumah tangga) Jumlah pelanggan per kecamatan - Kecamatan A - Kecamatan B dst Satuan % Lt/detik Lt/detik Unit Unit % M3 Pelanggan Pelanggan Sistem Perpipaan PDAM/ BPAM . . Keterangan

Tabel 3.42: Pengelolaan limbah industri rumah tangga kabupaten/kota


Jenis Industri Rumah Tangga Dst Lokasi Jumlah industri RT Jenis Pengolahan Kapasitas (m3/hari)

Tabel 3.43: Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan


Nama Fasilitas Kesehatan Dst Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari)

Lampiran | Petunjuk Teknis

64

Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat ini dan yang Direncanakan


Tabel 4.1: Rencana program dan kegiatan PHBS dan Promosi Higiene tahun n+1
Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun . [n+1]*) No 1 2 Nama progam/kegiatan . dst Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan

Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun).

Tabel 4.2: Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene yang sedang berjalan
Kegiatan PHBS dan Promos Higiene Tahun . [n]*) No 1 2 3 dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana kegiatan

Tabel 4.3: Rencana program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik tahun n+1
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun . [n+1]*) No 1 2 Nama progam/kegiatan . dst Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan

Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun).

Tabel 4.4: Kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan
Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun . [n]*) No 1 2 3 dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun). Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana kegiatan

Lampiran | Petunjuk Teknis

65

Tabel 4.5: Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan saat ini (tahun n+1)
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan PersampahanTahun . [n+1]*) No 1 2 Nama progam/kegiatan Pembelian becak motor dst Satuan unit Volume 5 Indikasi biaya (Rp) 100 juta Sumber pendanaan/ pembiayaan APBD SKPD penanggung jawab Dinas Kebersihan Sumber dokumen perencanaan Renstra Dinas Kebersihan

Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih Sanitasi disusun).

Tabel 4.6: Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan


Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun [n]*) No 1 2 3 dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih Sanitasi disusun) Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Institusi pelaksana

Tabel 4.7: Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase saat ini (tahun n+1)
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun . [n+1]*) No 1 2 Nama progam/kegiatan . dst Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan

Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih Sanitasi disusun).

Tabel 4.8: Kegiatan pengelolaan drainase yang sedang berjalan


Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun . [n]*) No 1 2 3 dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih Sanitasi disusun). Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana kegiatan

Lampiran | Petunjuk Teknis

66

Tabel 4.9: Rencana program dan kegiatan saat ini (n+1)


Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Sub-sektor . Tahun . [n+1]*) No 1 2 Nama progam/kegiatan . dst Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan

Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih Sanitasi disusun).

Tabel 4.10: Kegiatan yang sedang berjalan


Kegiatan Sanitasi Sub-sektor .Tahun . [n]*) No 1 2 3 dst Catatan: *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih Sanitasi) disusun Nama program/kegiatan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana kegiatan

Lampiran | Petunjuk Teknis

67

Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi saat ini

Peta 5.1: Peta area berisiko sanitasi

Tabel 5.1: Area berisiko sanitasi dan penyebab utamanya


No 1. 2. Area Berisiko*) Risiko 4 Risiko 3 Wilayah Prioritas Kelurahan. A Kelurahan. B Kelurahan. C Kelurahan. D Dst Penyebab utama risiko Air Limbah BABS

Catatan: *) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3

Lampiran | Petunjuk Teknis

68

Petunjuk Praktis

Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota

Bagian C

Lampiran

Februari 2012

Daftar Isi

Petunjuk Teknis
PT-01: Petunjuk Teknis Pengumpulan Data Sekunder PT-02: Petunjuk Teknis Survei Penyedia Layanan Sanitasi PT-03: Petunjuk Teknis Kajian Kelembagaan dan Kebijakan PT-04: Petunjuk Teknis Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah PT-05: Petunjuk Teknis Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media PT-06: Petunjuk Teknis Kajian PMJK, Promosi Higiene dan Sanitasi Sekolah PT-07: Petunjuk Teknis Penetapan Prioritas Pengembangan Sanitasi Pedoman Pelaksanaan Studi EHRA (disajikan dalam dokumen terpisah)

Glossary Sanitasi

Lampiran Petunjuk Praktis: Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota

Petunjuk Teknis

PT-01

Pengumpulan Data Sekunder


Pelaksana: Seluruh Anggota Pokja Instrumen: Tabel Kebutuhan Data Umum; Teknis; dan NonTeknis Lama Kegiatan: 15 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan
Terkumpulnya data sekunder untuk menyusun Profil Umum Kabupaten/Kota Terkumpulnya data sekunder teknis dan non teknis untuk menyusun Profil Sanitasi: air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, serta PHBS dan Promosi Higiene Terkumpulnya data sekunder yang diperlukan untuk penentuan awal area berisiko.

Deskripsi

Data Sekunder merupakan data dasar yang akan dijadikan dasar oleh Pokja untuk menyusun Profil Umum Wilayah, memetakan Profil Sanitasi, dan menganalisis guna penentuan awal Area Berisiko suatu Kabupaten/Kota. Sumber yang biasa digunakan untuk mendapatkan data sekunder di antaranya adalah: Dokumen RTRW, RPJMD, Kota/Kabupaten Dalam Angka, RPIJM, Renstra dan Renja SKPD, Laporan Realisasi APBD, Outline atau Masterplan Air limbah/Persampahan/Drainase. Kelengkapan dan keakuratan data yang diperoleh akan menentukan kualitas Buku Putih Sanitasi yang akan disusun.

Output

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Tersedianya dokumen atau tabel-tabel yang memuat Data Profil Umum; 2. Tersedianya dokumen atau tabel-tabel yang memuat Data Profil Sanitasi: air limbah domestik; persampahan; drainase lingkungan; aspek PHBS; dan aspek-aspek lain seperti: kelembagaan dan kebijakan; keuangan; partisipasi dunia usaha; pemberdayaan masyarakat, kemiskinan; serta komunikasi dan pemetaan media.

lampiran|PT-01: Pengumpulan Data Sekunder

72

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Identifikasi dan Sepakati Kebutuhan, Sumber, Penanggung Jawab serta Lama Kegiatan Pengumpulan Data Pokja harus mengidentifikasi dan menyepakati terlebih dahulu lingkup data sekunder yang harus dikumpulkan. Berikut adalah panduan jenis-jenis data minimum yang dibutuhkan untuk dapat menggambarkan Profil Umum dan Profil Sanitasi (Lihat Instrumen). Apabila data series disyaratkan, maka data yang diperlukan adalah untuk 3 sampai 5 tahun terakhir. (1) Data Profil Umum: - Geografis, Administratif, dan Geohidrologis - Demografis - Keuangan dan Perekonomian Daerah - Sosial dan Budaya - Tata Ruang Wilayah - Kelembagaan Pemda (2) Data Profil Sanitasi: - Data Teknis: Air Limbah Domestik; Persampahan; Drainase Lingkungan - Data NonTeknis Aspek-aspek: Kelembagaan dan Kebijakan; Keuangan; Partisipasi Dunia Usaha; Pemberdayaan Masyarakat, dan Kemiskinan; serta Komunikasi dan Pemetaan Media Data PHBS 2. Siapkan Surat Permohonan Data Untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data, Pokja perlu menyiapkan Surat Permohonan Permintaan Data yang ditandatangani oleh Ketua/Sekretaris Pokja 3. Kumpulkan Data di Sekretariat Pokja. Seluruh dokumen dan tabel yang berhasil dihimpun, perlu dikelompokkan dan diberi label, agar mudah diidentifikasi ketika dibutuhkan oleh anggota-anggota Pokja. Jika dimungkinkan, kumpulkan dan kelompokkan data yang diperoleh dalam format digital (soft copy) sehingga Pokja dapat menggunakannya dengan mudah pada saat yang diperlukan. 4. Siapkan Data untuk Penentuan Area Prioritas Pengembangan Sanitasi Secara khusus, untuk mendukung proses Penentuan Area Prioritas Pengembangan, Pokja sudah dapat menandai data-data mana yang akan dijadikan dasar dalam penentuan tersebut. Data tersebut harus sesuai dengan indikator yang disepakati dan merupakan data terakhir dan memiliki tahun yang sama dan sahih. Data yang diperlukan di antaranya adalah Data Jumlah Penduduk Penduduk; Data dan Peta Administratif; Data Kemiskinan; Data Teknis (Jamban, Air Bersih).

lampiran|PT-01: Pengumpulan Data Sekunder

73

Instrumen
Tabel Kebutuhan Data Sekunder: umum, teknis, dan non teknis

lampiran|PT-01: Pengumpulan Data Sekunder

74

lampiran|PT-01: Pengumpulan Data Sekunder

75

lampiran|PT-01: Pengumpulan Data Sekunder

76

lampiran|PT-01: Pengumpulan Data Sekunder

77

PT-02

Survei Penyedia Layanan Sanitasi


Pelaksana: Anggota Pokja penanggung jawab survei SSA dibantu Fasilitator Kota Instrumen: Panduan dan Daftar Pertanyaan untuk Wawancara Lama Kegiatan: 10 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan

Inventarisasi dan Advokasi Penyedia Layanan Sanitasi di Kabupaten/Kota dan Potensi-potensinya.

Deskripsi

Survei Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment) dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi penyedia layanan sanitasi di Kabupaten/Kota. Penyedia layana sanitasi mencakup beberapa stakeholder, di antaranya: (i) Pemerintah, (ii) Dunia Usaha terkait sanitasi, (iii) LSM/KSM terkait sanitasi, dan (iv) Dunia usaha pada umumnya. Lingkup peran penyedia layanan mencakup di antaranya: investasi pada pembangunan dan pengoperasian TPA sampah, kontrak pekerjaan penyapuan jalan protokol dan pengangkutan sampah, jasa penyedotan lumpur tinja dari tangki septik, pengelolaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), pengelolaan atau daur ulang sampah 3R, dan lain-lain. Hasil dari survei ini diharapkan dapat menggambarkan peta penyedia layanan sanitasi serta potensinya dalam pembangunan sanitasi di kabupaten/kota. Hal lain yang lebih penting adalah pada saat pelaksanaan survey juga hendaknya terjadi proses advokasi kepada para responden. Selanjutnya dari hasil advokasi tersebut diharapkan ada tindak lanjut berupa usaha penggalangan sinergi atau partsipasi antara para penyedia layanan sanitasi tersebut dengan pihak pemerintah.

Output

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Tersusunnya Tabel Pemetaan Penyedia Layanan Sanitasi. 2. Input/masukan untuk Buku Putih Sanitasi, khususnya Bab 3.2.5, Bab 3.3.5, dan Bab 3.4.5.

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

78

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Siapkan Tabel Penyedia Layanan Sanitasi. Berdasarkan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder, susun Tabel Pemetaan Penyedia Layanan Sanitasi berdasarkan sub-sektor, yakni: Air Limbah Domestik, Persampahan, dan Drainase Lingkungan seperti format berikut ini:
No a 1 2 Nama Provider b LSM Rejo Mandiri PT Tirta Sari Makmur c 2008 2007 Tahun mulai operasi Jenis kegiatan d .. .. .. .. (silakan deskripsikan) .. .. .. .. (silakan deskripsikan)

2. Identifikasi Jenis Kegiatan Penyedia Layanan Sanitasi. Diskusikan dan lengkapi tabel-tabel tersebut (kolom d) di lingkungan internal Pokja dengan informasi tentang Jenis Kegiatan masing-masing penyedia layanan. Lingkup Jenis Kegiatan penyedia layanan mencakup di antaranya: sebagai investor, pelaksana, penerima kontrak kerja, pemberi hibah/sponsor (uang dan in kind support), pendukung kampanye sanitasi/kesadaran masyarakat, pendukung peningkatan kapasitas/pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya. Setelah di isi lengkap Tabel Penyedia Layanan Sanitasi dapat dimasukkan ke dalam Bab 3.2.5, 3.3.5, 3.4.5 Buku Putih Sanitasi. 3. Lakukan Wawancara Mendalam. Wawancara diperlukan untuk mendapatkan informasi profil dan jenis kegiatan, aspek gender dan kelmpok umur (anak/ dewasa) yang terlibat pada setiap penyedia layanan secara lebih komprehensif. Stakeholder yang dapat diwawancari adalah beberapa perwakilan masing-masing dari penyedia layanan yang berbeda: (i) Pemerintah (ii) Dunia Usaha terkait sanitasi (iii) LSM/KSM terkait sanitasi, dan (iv) Dunia usaha pada umumnya, baik skala perusahaan berbadan hukum atau skala individu (gunakan Instrumen yang disediakan di bagian akhir Petunjuk Praktis ini). 4. Lakukan Analisis Deskriptif Hasil Wawancara Dari hasil wawancara, tuliskan analisis deskriptif pendek yang memuat peta umum tentang Penyedia Layanan Sanitasi di Kabupaten Kota. Dari hasil pemetaan tersebut Pokja akan bisa menilai pihak mana saja yang berpotensi dan bisa diajak kerja sama atau bersinergi membenahi sanitasi di kabupaten/ kota tersebut. Secara visual pemetaan tersebut dituangkan pada Gambar 1 untuk penanganan persampahan dan Gambar 2 untuk penanganan air limbah domestik. Untuk penanganan persampahan, kualitas partisipasi sektor swasta di sebuah kabupaten/ kota dapat dilihat dari seberapa besar volume sampah yang berhasil dikurangi, baik pada segmen sebelum masuk TPA maupun sudah di TPA. Apabila mengacu pada

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

79

Gambar 1, pengurangan volume sampah oleh para pelaku usaha terkait pengolahan sampah adalah selisih antara X1 (volume timbulan sampah dalam ton/bulan) dan X2 (volume sampah yang masuk TPA). Analisis ini harus menggambarkan jumlah, keragaman, dan ruang lingkup dari layanan yang diberikan oleh penyedia layanan. Mereka dipilah atau diklasifikasikan berdasarkan volume usahanya dan status kelembagaannya (apakah masih individu/firma atau sudah berbadan hukum (PT/CV). Mereka yang sudah berbadan hukum dan (biasanya) volume usahanya sudah mapan sehingga memiliki potensi yang besar untuk diajak kerja sama atau bermitra dengan pemerintah kabupaten/ kota. Analisis ini dapat dimasukkan ke dalam Bab 3.2.5, 3.3.5, dan 3.4.5 Buku Putih Sanitasi untuk melengkapi Tabel Pemetaan Penyedia Layanan Sanitasi.

Jika Pokja berkeinginan menyusun Laporan Survei Penyedia Layanan Sanitasi secara khusus, maka Pokja dapat menuliskannya dengan outline berikut ini: (1) Judul; (2) Tujuan Survei; (3) Waktu Pelaksanaan; (4) Jumlah Responden/Narasumber; (5) Hasil Survei (memuat Tabel Penyedia Layanan Sanitasi dan Analisis Deskriptif; (6) Penutup (7) Lampiran: hasil wawancara, kuesioner, foto, dan sebagainya.

Gambar 1. Diagram Penanganan Sampah

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

80

X1 % populasi Tanpa Toilet / WC sederhana X2 % populasi On-Site septic tanks (termasuk SANIMAS) Dikuras rata2 setiap ... tahun? Perusahaan kuras/ sedot Septic Tank ... ton per tahun?

Treatment (IPLT) (

Sewerage system yang dibiayai Swasta (developer) .RT

Treatment (IPAL)

Gambar

Sewerage system yang dibiayai pemerintah 2. Diagram Penanganan(Pusat/ Kota) .. RT Limbah Cair Domestik

Treatment (IPAL)

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

81

Instrumen
Tiap-tiap narasumber memiliki karakteristik khas, sehingga teknik pendekatan dan daftar pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara juga berbeda satu sama lain. Ada beberap prinsip yang dapat menjadi pegangan pewawancara pada saat melakukan tugasnya: Lakukan pendekatan yang khas, sesuai dengan karakteristik tiap-tiap narasumber (lembaga, perorangan, pejabat, staf, formal, informal, dan sebagainya). Terapkan pendekatan yang dianggap pantas. Sebelum memulai wawancara, selalu jelaskan maksud dan tujuannya. Pegang kendali wawancara dengan senantiasa fokus pada topik/daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Jika harus dikembangkan, pastikan masih dalam lingkup yang dibutuhkan.

1. Daftar Pertanyaan untuk Responden SKPD

Umumnya adalah Dinas Kebersihan atau Pertamanan (DKP) atau Dinas Lingkungan Hidup:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Lingkup tugas/tanggung jawab SKPD dalam penanganan sampah dan limbah cair domestik? Jumlah personel: administrasi dan lapangan? Kapasitas penanganan sampah per hari? Dari mana saja sumber sampah yang dikumpulkan? Sudahkah dilakukan pemilahan sampah (organik dan non-organik) sejak dari sumbernya? Bagaimana komposisi sampah Kabupaten/Kota (apakah berdasarkan hasil sampling atau kalkulasi empiric)? Bagaimana rencana strategis penanganan sampah dan limbah cair domestic ke depan (kelembagaan, partisipasi swasta dan lain-lain)? Apa saja yang menjadi permasalahan utama dalam penanganan sampah dan limbah cair domestik? Apa saja inisiatif yang sudah dan/atau sedang dilakukan SKPD dalam meningkatkan kualitas pelayanan dalam penanganan sampah dan limbah cair domestik? Sejauh mana partisipasi swasta dalam penanganan sampah dan limbah cair domestik? Apakah sudah ada kerjasama formal (kontrak kerja) Bila belum, apakah ada rencana untuk melibatkan sektor swasta? Dalam aktivitas apa? Bila sudah, apa saja yang menjadi lingkup kerja partisipasi swasta? Apakah sudah ada inisiatif menjalin sinergi dengan para pengusaha daur ulang barang bekas?

2. Daftar Pertanyaan untuk Pengelola TPA


1. 2. 3. 4. 5. Volume sampah yang masuk tiap hari Metode penampungan sampah (open dumping, sanitary landfill dan lain-lain). Jumlah pemulung yang beroperasi di TPA Perkiraan jumlah barang bekas (kg) yang dikumpulkan pemulung: plastik, kertas dan logam Apakah ada aktivitas pengomposan? Bila ada, berapa rata-rata produksi kompos per bulan? Seberapa banyak volume kompos yang berhasil dikomposkan?

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

82

3. Daftar Pertanyaan untuk Pengusaha penampung (pengepul) dan/atau pengusaha produksi barang bekas daur ulang
Catatan penting: Responden wawancara hanya pengepul yang menjual barang bekasnya ke luar wilayah kabupaten/ kota (bukan yang melakukan transaksi dengan sesama pengusaha barang bekas dalam kabupaten/ kota yang sama). Hal ini untuk mengukur seberapa signifikan tingkat pengurangan sampah di kabupaten/ kota ybs. 1. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Penilaian kapasitas usaha Jumlah dan ukuran peralatan yang dimiliki/dioperasikan Jumlah tenaga kerja Modal investasi pada saat pendirian Nilai kekayaan perusahaan saat ini Tipe sampah/barang bekas yang didaur ulang Volume penjualan per bulan (dalam kwintal atau ton) untuk setipa jenis barang bekas (plastik, logam dan kertas). Informasi bisa bersifat nilai kisaran pada umumnya, untuk menghindari responden merasa sungkan menyampaikan informasi secara gambling? Asal sampah atau barang bekas Harga beli untuk tiap sampah/barang bekas Produk hasil olahan yang dihasilkan (apabila menjalankan hasil produksi) Harga jual setiap jenis barang bekas atau produk Tempat menjual material yang sudah dikumpulkan/produk yang dihasilkan Bagaimana pengaturan transportasi dan biayanya. Aspek bisnis Apakah ada alternative usaha lain yang dijalankan? Apakah sebelum saat pendirian dilakukan kajian kelayakan bisnis? Dari mana modal awal usaha dan modal selanjutnya diperoleh? Apa saja yang menjadi hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai bisnis? Apakah para personil cukup memahami peraturan teknis dan standar kualitas pelayanan? Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada para personil? Bila ada, pelatihan apa? Ada berapa perusahaan/individu yang juga memiliki usaha sejenis di Kota/Kabupaten ini? Sebutkan beberapa nama perusahaan dan alamatnya (apabila responden mengetahui)? Bila ada perusahaan/individu lain yang juga memiliki usaha sejenis di Kota/Kabupaten ini, apakah terjadi persaingan atau sinergi? Adakah asosiasi/organisasi sesame pengusaha sejenis? Dengan pihak mana saja hubungan harus dijalin untuk memulai usaha ini? Informasi apa saja yang harus dimiliki untuk memulai usaha ini? Aturan yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah setempat Hubungan dengan institusi yang secara resmi menangani persampahan, khususnya Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Hal-hal yang diharapkan dapat ditangani oleh Pemda setempat agar penanganan sampah bisa lebih baik dan kegiatan usahanya menjadi lebih lancar. Kendala yang pernah atau sedang dihadapi Apa saja hambatan regulasi atau birokrasi ketika memulai usaha? Apakah ada penerapan regulasi pada saat sudah beroperasi? Adakah hambatan lain terhadap kelancaran operasi yang sebenarnya bisa dihilangkan?

27. 28. 29

4. Daftar Pertanyaan untuk Pengusaha penanganan air limbah domestik (sedot tangki septik)
1. 2. 3. 4. 5. 6. Apa saja yang menjadi lingkup usaha pekerjaan penanganan limbah cair domestik? Bagaimana menentukan tarif layanan jasa? Berapa? Berapa banyak order rata-rata per hari yang ditangani Apa saja daftar inventaris peralatan utama (alat-alat yang langsung digunakan dalam melaksanakan pekerjaan: ie. Mobil tangki tinja, pompa hisap dll) Berapakah rata-rata pendapatan per bulan? Apakah pendapatan operasional bisa menutupi seluruh biaya depresiasi, biaya operasional dan pemeliharan serta menghasilkan keuntungan?

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

83

7. 8. 9. 10.

Berapa keuntungan rata-rata per bulan atau tahun (apabila ada)? Dimanakah lumpur tinja tersebut dibuang/disalurkan? Adakah pihak yang memanfaatkan pembuangan limbah tinja? Adakah usaha lain terkait penanganan limbah cair domestik?

5. Daftar Pertanyaan untuk LSM atau kelompok masyarakat yang telah menjalankan aktivitas daur ulang sampah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama unit kegiatan (LSM/KSM) Sudah berapa lama aktif beroperasi? Sampai kapan? Apa saja lingkup kegiatan dan dimana area kerjanya? Dari mana sumber pendanaan diperoleh? Berapa personil yang aktif terlibat? Berapa banyak volume sampah yang diolah? Apa saja hasil pengolahannya? Berapa banyak? Adakah bantuan atau kerjasama dengan unsur pemerintah kota/kabupaten?

6. Daftar Pertanyaan untuk Sponsor


1. 2. 3. 4. 5. Nama dan alamat kantor cabang perusahaan Adakah alokasi biaya pemasaran untuk mensponsori kegiatan tertentu (misalnya pelatihan) dan untuk iklan layanan masyarakat, khususnya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada sanitasi? Bila ada, sampai skala berapa rupiah? Pernahkan mensponsori kegiatan atau melakukan pemasangan iklan layanan masyarakat? Untuk produk apa dan kapan? Apakah bersedia mensponsori kegiatan terkait sanitasi dan/atau melakukan pemasangan iklan layanan masyarakat untuk menggugah kepedulian masyarakat bagi peningkatan layanan sanitasi? Reward atau penghargaan apa yang diharapkan dari Pemerintah atas partisipasi sponsor?

Lampiran|PT-02: Survei Penyedia Layanan Sanitasi

84

PT-03

Kajian Kelembagaan dan Kebijakan


Pelaksana: Seluruh Anggota Pokja dibantu Fasilitator Kota Instrumen: Tabel Lama Kegiatan: Maks 5 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan
Deskripsi peran dan tanggungjawab pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi Kabupaten/Kota Deskripsi kelengkapan dan kondisi pelaksanaan kebijakan sanitasi di kabupaten/kota

Deskripsi

Kajian Kelembagaan dan Kebijakan dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas gambaran atau peta kondisi kelembagaan sanitasi yang saat ini telah ada di Kabupaten/Kota. Dengan adanya peta kelembagaan ini, maka upaya penyusunan kerangka layanan sanitasi skala kota yang berkelanjutan dapat dikembangkan secara lebih realistis karena didasarkan pada kondisi dan potensi kelembagaan yang benar-benar nyata. Lingkup kajian kelembagaan dan kebijakan mencakup di antaranya: pemetaan pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi, dan pemetaan kebijakan sanitasi kabupaten/kota. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menggambarkan peta kelembagaan dan kebijakan sanitasi di Kabupaten/Kota.

Output

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: input/masukan untuk Buku Putih Sanitasi, khususnya Bab 2.6, Bab 3.2.1, Bab 3.3.1, dan Bab 3.4.1.

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

85

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Siapkan dan pelajari beberapa peraturan di bawah ini - Perda tentang Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota. Perda yang dipakai hendaknya adalah Perda terbaru yang berlaku setelah perubahan organisasi perangkat daerah pasca pemberlakuan PP 41 tahun 2007. - Peraturan Bupati / Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota. Peraturan Bupati / Walikota yang dipakai hendaknya adalah peraturan terbaru yang berlaku setelah perubahan organisasi perangkat daerah pasca pemberlakuan PP 41 tahun 2007. 2. Isilah Bab 2.6 dengan: - ringkasan bagan struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota, yang biasanya terdapat di lampiran Perda tentang Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota. Contoh Bagan Struktur sebuah kabupaten:

PERDA NO. 8 TAHUN 2010 DPRD SEKRETARIAT DAERAH

PERDA NO. 8 TAHUN 2010 SEKRETARIAT DAERAH PERDA NO. 8 TAHUN 2010 SEKRETARIAT DPRD

PERDA NO. 9 TAHUN 2010 DINAS DINAS DAERAH

PERDA NO. 10 TAHUN 2010 LEMBAGA TEKNIS DAERAH

1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 5. Dinas Perhubungan dan Komunikasi 6. Dinas Pekerjaan Umum 7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah 8. Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan 9. Dinas Kelautan dan Perikanan 10. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata 11. Dinas Pendapatan dan Kekayaan Daerah

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 3. Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan 4. Badan Pelaksanaan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 5. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah 6. Inspektorat 7. Rumah Sakit Umum Daerah 8. Satuan Polisi Pamong Praja 9. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Sandi 10. Kantor Lingkungan Hidup 11. Kantor Perpustakaan Daerah

KECAMATAN

KELURAHAN

ringkasan tabel Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) langsung ataupun tidak langsung dalam pembangunan sanitasi di kabupaten/kota ini. Contoh:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

86

3. Isilah Bab 3.2.1 a) Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati/Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota dan kondisi aktual pengelolaan air limbah di kabupaten/kota ini, maka isilah sub bab 3.2.1 dengan penjelasan tentang struktur organisasi dari unit SKPD pengelola air limbah domestik. Pada sub bab ini juga harus disebutkan bentuk unit pengelola sub sektor air limbah domestik tersebut dalam bagian penjelasannya. Bila ada lebih dari satu SKPD yang menanganai pengelolaanm air limbah, jelaskan semuanya. Contoh:

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. Berdasarkan Perda Kab. .. No. 25 Tahun 2009

DUNAS PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN KEUANGAN SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SU BAGIAN UMUM DAN PERLENGKAPAN

BIDANG PENGAIRAN

BIDANG BINA MARGA

BIDANG CIPTA KARYA

BIDANG TATA KOTA DAN KEBERSIHAN

SEKSI IRIGRASI, SUNGAI, RAWA DAN PANTAI

SEKSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBAAN

SEKSI TATA RUANG KAWASAN

SEKSI TATA KOTA

SEKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGAIRAN

SEKSI PENINGKATAN, PEMELIHARAAN, PENGAWASAN JALAN DAN JEMBATAN

SEKSI TATA BANGUNAN

SEKSI KEBERSIHAN

Penyelenggaraan Pengelolaan Air Limbah Domestik

SEKSI PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Keterangan: unit pengelola air limbah domestik di kabupaten X adalah berbentuk Sub-Seksi b) Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati/Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota, dan kondisi aktual pengelolaan air limbah domestik di kabupaten/kota ini, maka isi bab 3.2.1 dengan penjelasan tentang pemangku kepentingan dalam pengelolaan air limbah domestik di kab/kota ini. Pengisian dapat dilakukan dengan mengisi tabel di bawah ini:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

87

Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

88

Pada penjelasan sub bab ini juga dijelaskan: Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik mana yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kab/kota tersebut (jika ada) Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola (jika ada). c) Pelajari dokumen 1) RPJMD, 2) Renstra SKPD terkait dalam pembangunan sanitasi, 3) perda tentang pengelolaan air limbah domestik, 4) perda tentang penyedotan kakus atau air limbah domestik, 5) perda tentang bangunan atau ijin mendirikan bangunan, 6) perda tentang kerjasama pemerintah daerah, 7) perda pelayanan publik, dan lain-lain yang terkait dengan pengelolaan air limbah domestik. d) Berdasarkan pemahaman terhadap isi dan pelaksanaan perda-perda yang disebutkan pada butir c maka isilah tabel berikut ini:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

89

Tabel Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten/Kota


Ketersediaan Peraturan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Peluang keterlibatan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi swasta dalam pengelolaan air limbah domestik Layanan Pemerintah Kab/Kota bagi masyarakat yang tidak mampu dalam pengelolaan air limbah domestik Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

90

Pada bab 3.2.1. ini jelaskan : - Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. - Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. - Peraturan terkait air limbah domestik yang belum ada di kabupaten/kota ini. 4. Isilah Bab 3.3.1 a) Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati/Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota dan kondisi aktual pengelolaan sampah di kabupaten/kota ini, maka isilah sub bab 3.3.1 dengan penjelasan tentang struktur organisasi dari unit SKPD pengelola sampah. Pada sub bab ini juga harus disebutkan bentuk unit pengelola sampah tersebut dalam bagian penjelasannya. Contoh:
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PASAR DAN KEBERSIHAN KAB. . Berdasarkan Perda Kab. ... No. 20 Tahun 2008

DINAS PASAR DAN KEBERSIHAN SEKRETRIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUBBAG PROGRAM DAN KEUANGAN

BIDANG PENGELOLAAN PASAR

BIDANG KEBERSIHAN

BIDANG PENGELOLAAN SAMPAH

Penyelenggaraan Urusan Pengelolaan Persampahan


SEKSI SARANA DAN PRASARANA SEKSI KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKSI PENANGGULANGAN SAMPAH

SEKSI PENGATURAN DAN PENERTIBAN

SEKSI JALAN DAN SUNGAI

SEKSI PENGELOLAAN SAMPAH

UPTD

Keterangan: unit pengelola sampah di kabupaten X adalah berbentuk Bidang. b) Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati/Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota, dan kondisi aktual pengelolaan sampah di kabupaten/kota ini, maka isi bab 3.3.1 dengan penjelasan tentang pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah di kab/kota ini. Pengisian dapat dilakukan dengan mengisi tabel di bawah ini:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

91

Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan


FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana pengolahan sampah (komposting, pembangkitan listrik dll) PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

92

Pada penjelasan sub bab ini juga dijelaskan: Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kab/kota tersebut (jika ada) Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri (jika ada). Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola (jika ada). c) Pelajari dokumen 1) RPJMD, 2) Renstra SKPD terkait dalam pembangunan sanitasi, 3) perda tentang pengelolaan sampah atau kebersihan, 4) perda tentang retribusi sampah, 5) perda tentang bangunan atau ijin mendirikan bangunan, 6) perda tentang kerjasama pemerintah daerah, 7) perda pelayanan publik, dan lain-lain yang terkait dengan pengelolaan sampah. d) Berdasarkan pemahaman terhadap isi dan pelaksanaan perda-perda yang disebutkan pada butir c maka isilah tabel berikut ini:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

93

Tabel Peta Peraturan Persampahan Kabupaten/Kota


Ketersediaan Peraturan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas sosial / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan (beri tanda x di salah satu kolom) Tidak Efektif Belum Efektif Dilaksanakan Dilaksanakan Keterangan

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

94

Pada bab 3.3.1. ini jelaskan : 2.1 Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. 2.2 Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. 2.3 Peraturan terkait persampahan yang belum ada di kabupaten/kota ini. 5. Isilah Bab 3.4.1 a) Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati/Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten/kota ini, maka isilah sub bab 3.4.1 dengan penjelasan tentang struktur organisasi dari unit SKPD pengelola drainase lingkungan. Pada sub bab ini juga harus disebutkan bentuk unit pengelola drainase lingkungan tersebut dalam bagian penjelasannya. Contoh:
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. . Berdasarkan Perda Kab. No. 11 Tahun 2008

DUNAS PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAG PROGRAM DAN KEUANGAN

BIDANG JASA KONSTRUKSI DAN PERALATAN

BIDANG PENGAIRAN

BIDANG BINA MARGA

BIDANG CIPTA KARYA

SEKSI PERALATAN

SEKSI RAWA

SEKSI JALAN

SEKSI GEDUNG DAN PERUMAHAN

Penyelenggaraan Pengelolaan Drainase Lingkungan

SEKSI BINA USAHA JASA KONSTRUKSI

SEKSI SUNGAI

SEKSI JEMBATAN

SEKSI TATA RUANG DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Keterangan: unit pengelola drainase lingkungan di kabupaten X adalah berbentuk Sub-Seksi.

b) Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati/Walikota tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota, dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten/kota ini, maka isi bab 3.4.1 dengan penjelasan tentang pemangku kepentingan dalam pengelolaan drainase lingkungan di kab/kota ini. Pengisian dapat dilakukan dengan mengisi tabel di bawah ini:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

95

Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

96

Pada penjelasan sub bab ini juga dijelaskan: Sub fungsi pengelolaan drainase lingkungan mana yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kab/kota tersebut (jika ada) Sub fungsi pengelolaan drainase lingkungan mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri (jika ada). Sub fungsi pengelolaan drainase lingkungan mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola (jika ada). e) Pelajari dokumen 1) RPJMD, 2) Renstra SKPD terkait dalam pembangunan sanitasi, 3) perda tentang pengelolaan kebersihan, 4) perda tentang bangunan atau ijin mendirikan bangunan, 5) perda tentang rencana tata ruang dan tata wilayah, dan lain-lain yang terkait dengan pengelolaan drainase (drainase lingkungan). f) Berdasarkan pemahaman terhadap isi dan pelaksanaan perda-perda yang disebutkan pada butir c maka isilah tabel berikut ini:

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

97

Tabel Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten/Kota


Ketersediaan Peraturan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

98

Pada bab 3.4.1. ini jelaskan : a. Peraturan terkait drainase lingkungan yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. b. Peraturan terkait drainase lingkungan yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. c. Peraturan terkait drainase lingkungan yang belum ada di kabupaten/kota ini.

Lampiran|PT-03:Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

99

PT-04

Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah


Pelaksana: Anggota Pokja penanggung jawab pemetaan keuangan dan perekonomian daerah dibantu Fasilitator Kota Instrumen: Lama Kegiatan: 15 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan
Diketahui peta keuangan Kabupaten/Kota (3-5 tahun) Diketahui peta perekonomian Kabupaten/Kota (3-5 tahun)

Deskripsi

Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah diperlukan untuk mengetahui arsitektur keuangan dan perekonomian suatu Kabupaten/Kota dalam mendukung pembangunan khususnya di sektor sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan/pendanaan sanitasi di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan/pembiayaan sanitasi. Peta perekonomian ini menyangkut kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan. Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah mencakup di antaranya: peta pendapatan dan belanja modal sanitasi daerah, kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal/ruang fiskal, belanja modal sanitasi perpenduduk, data peta perekonomian, data realisasi belanja modal sanitasi untuk tiap SKPD, dan data realisasi retribusi sanitasi per subsektor Kabupaten/Kota.

Output

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: Input/masukan untuk Buku Putih Sanitasi, khususnya Bab 2.3, Bab 3.2.6, Bab 3.3.6, dan Bab 3.4.6.

Lampiran|PT-04:Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah

100

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Siapkan Tabel Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten/Kota. Berdasarkan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder, susun Tabel Rekapitulasi Realisasi APBD (3-5 Tahun). Tabel ini menjadi input/masukan Buku Putih Sanitasi Bab 2.3 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Konsolidasikan data dan sumbernya di lingkungan internal Pokja. Contoh Tabel Rekapitulasi Realisasi APBD untuk periode 5 tahun sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Realisasi APBD untuk periode 5 tahun (Rp.)
No a A 1 2 3 B 1 2 Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan (Transfer) Lain-lain Pendapatan yang Sah Jumlah Pendapatan Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus/Defisit Anggaran Anggaran b n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g

Sumber: Bappeda Kabupaten/Kota tahun Ket: n = tahun penyusunan buku putih sanitasi 2. Siapkan Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Modal Sanitasi Pada SKPD Kabupaten/Kota. Berdasarkan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder, susun Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten/Kota (3-5 Tahun). Tabel ini menjadi input/masukan Buku Putih Sanitasi Bab 2.3 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Konsolidasikan data dan sumbernya di lingkungan internal Pokja. Contoh Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Modal Sanitasi SKPD Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun sebagai berikut: Tabel 2. Rekapitulasi Realisasi Belanja Modal Sanitasi SKPD untuk periode 5 tahun (Rp.)
No a 1 2 3 4 5 6 7 DPU Pengairan PU-CK KLH Kimtaru Dinkes Bappeda Bapermas, dll 101 SKPD b n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g

Lampiran|PT-04:Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah

9 10 11

Total Belanja Modal Sanitasi (1 s/d 7) Jumlah Belanja Total (dalam APBD) Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%)

Sumber: Ket: Belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan); sarana prasarana, lahan, pelatihan, dan studistudi. 3. Siapkan Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Modal Sanitasi per Subsektor Berdasarkan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder, dapatkan data realisasi belanja modal sanitasi persubsektor (Air Limbah, Sampah, Drainase, Aspek PHBS). Jika data realisasi tidak didapatkan, dapat menggunakan data anggaran belanja modal sanitasi yang terdapat dalam RENSTRA SKPD. Apabila data realisasi belanja modal sanitasi persubsektor tersedia, susun Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi per subsektor pada Kabupaten/Kota (3-5 Tahun). Tabel ini menjadi input/masukan Buku Putih Sanitasi Bab 3.2.6, Bab 3.3.6, dan Bab 3.4.6 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Konsolidasikan data dan sumbernya di lingkungan internal Pokja. Contoh Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Modal Sanitasi per Subsektor Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun sebagai berikut: Tabel 3. Rekapitulasi Realisasi Belanja Modal Sanitasi Subsektor untuk periode 5 tahun (Rp.)
No a 1 2 3 4 Air Limbah Sampah Drainase Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi, Komunikasi, Pendampingan, dll) Total Belanja Modal Sanitasi (1 s/d 4) Total Belanja APBD Proporsi Belanja Modal Sanitasi Terhadap Total Belanja APBD (%) Subsektor b n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g Ratarata Pertumbuhan (%)

5 6

Sumber: 4. Siapkan Tabel Realisasi Retribusi Sanitasi per Subsektor Berdasarkan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder, susun Tabel Realisasi Retribusi Sanitasi Kabupaten/Kota (3-5 Tahun) (jika ada). Tabel ini menjadi input/masukan Buku Putih Sanitasi Bab 3.2.6, Bab 3.3.6, dan Bab 3.4.6 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Konsolidasikan data dan sumbernya di lingkungan internal Pokja. Contoh Tabel Realisasi Retribusi Sanitasi per Subsektor Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun sebagai berikut:

Lampiran|PT-04:Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah

102

Tabel 4. Realisasi Retribusi Sanitasi per Subsektor untuk periode 5 tahun (Rp.)
No a 1 2 3 SKPD b Retribusi Sampah Retribusi Air Limbah (sedot tinja) Retribusi Drainase n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g Ratarata h Pertumbuhan (%) i

Sumber: 5. Hitung Belanja Modal Sanitasi Perpenduduk. Lengkapi tabel 5 dan hitung belanja modal sanitasi perpenduduk. Belanja modal sanitasi perpenduduk dihitung berdasarkan besarnya realisasi belanja modal sanitasi di suatu Kabupaten/Kota dibagi dengan jumlah penduduk kota tersebut (lihat keterangan tabel 2). Tabel ini menjadi input/masukan Buku Putih Bab 2.3 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Contoh Tabel Belanja Modal Sanitasi Perpenduduk Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun sebagai berikut: Tabel 5. Belanja Modal Sanitasi Perpenduduk untuk periode 5 tahun (Rp.)
No a 1 2 3 Jumlah Penduduk Belanja Modal Sanitasi Perpenduduk (1:2) Deskripsi b Belanja Modal Sanitasi n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g

6. Hitung Besarnya Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Kabupaten/Kota Untuk mendapatkan data kemampuan fiskal/ruang fiskal Kabupaten/Kota dapat mengakses www.djpk.depkeu.go.id atau dengan menghitung menggunakan formula (gunakan formula yang disediakan di bagian akhir Petunjuk Praktis ini). Perhitungan ini untuk mengetahui potensi besaran APBD Kabupaten/Kota yang dapat dialokasikan untuk belanja infrastruktur dimana bidang sanitasi termasuk didalamnya. Tabel kemampuan fiskal/ruang fiskal Kabupaten/Kota ini menjadi input/masukan Buku Putih Sanitasi Bab 2.3 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Contoh Tabel Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun sebagai berikut: Tabel 6. Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Kabupaten/Kota
TAHUN a n-4 n-3 n-2 n-1 n Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah (IRFD) b

Lampiran|PT-04:Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah

103

7. Siapkan Tabel Data Peta Perekonomian Kabupaten/Kota. Berdasarkan PT-01: Pengumpulan Data Sekunder, susun Tabel data peta perekonomian Kabupaten/Kota (3-5 Tahun). Tabel ini menjadi input/masukan Buku Putih Sanitasi Bab 2.3 lengkapi dengan penjelasan singkat tabel tersebut. Konsolidasikan data dan sumbernya di lingkungan internal Pokja. Contoh Tabel Data Peta Perekonomian Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun sebagai berikut: Tabel 7. Data Peta Perekonomian Kabupaten/Kota untuk periode 5 tahun
No a 1 2 3 4 5 Deskripsi b PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota (Rp.) Inflasi (%) Pertumbuhan Ekonomi (%) n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g

Instrumen
-

Lampiran|PT-04:Profil Keuangan dan Perekonomian Daerah

104

PT-05

Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media


Pelaksana: Anggota Pokja yang membidangi Komunikasi dibantu Fasilitator Kota Instrumen: Daftar Pertanyaan, Tabel, Diagram, dan Kuesioner Lama Kegiatan: 10 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan
Identifikasi pengalaman dan kapasitas kabupaten/kota dalam pemasaran sanitasi yang mencakup: pemanfaatan media, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran, dan catatan pembelajarannya Identifikasi pandangan/penilaian media massa tentang sanitasi dan PPSP, serta identifikasi peluang kerjasama dengan media massa Sebagai salah satu bentuk kegiatan advokasi kepada instansi terkait komunikasi dan pengambil keputusan media massa serta masyarakat umum.

Deskripsi
Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media merupakan upaya pengumpulan dan analisis data primer dan sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta media terkait pembangunan sanitasi. Kajian ini diperlukan untuk menyusun Strategi Kampanye dan Komunikasi, di samping juga bermanfaat sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di Kabupaten/Kota untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan media massa. Identifikasi yang tepat tentang pengalaman dan kapasitas Kabupaten/Kota dalam menjalankan kampanye/pemasaran sanitasi serta sejauh mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung pembangunan sanitasi, akan menentukan kualitas kajian ini. Karena itu informasi yang diperoleh dari kajian ini harus lengkap dan dapat dipercaya, mencakup beragam media: cetak, audiovisual, luar ruang, internet. Pada akhirnya kajian ini harus mampu mengidentifikasi media yang efektif dan efisien dalam menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara demikian, kajian ini dapat membantu Kabupaten/Kota menyusun perencanaan media yang baik.

Output
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Tersusunnya Tabel Kegiatan Komunikasi, Peta Media, dan Potensi Pendanaan. 2. Input untuk Buku Putih Sanitasi, khususnya Bab 3.2.4, Bab 3.3.4, dan Bab 3.4.4. 3. Terlaksananya kegiatan advokasi kepada instansi terkait komunikasi dan pengambil keputusan media massa serta masyarakat umum.

Lampiran|PT-05:Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media

105

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Susun Jadwal, Lingkup Kajian, dan Penanggung Jawab Kegiatan Sebelum memulai kegiatan, Pokja harus menetapkan terlebih dulu jadwal pelaksanannya, lingkup kajian, dan anggota-anggota yang menjadi penanggung jawab. - Pelaksanaan kajian komunikasi ini dilakukan secara paralel dengan beberapa aktivitas lain dalam kurun waktu 2-3 pekan. Tapi, yang terpenting bagi Pokja adalah bagaimana menyusun rencana kegiatan terkait kajian komunikasi ini. Pastikan Ketua dan Tim Pengarah Pokja terinformasikan dengan baik.
-

Agar tidak melenceng ke mana-mana, Pokja harus menetapkan lingkup kajian. Lingkup kajiannya pada dasarnya adalah mengkombinasikan data primer dan data sekunder, baik yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan langsung, dan studi meja untuk memastikan tercapainya tujuan seperti dijelaskan pada bagian pengantar Petunjuk Praktis ini. Ketua Pokja harus secepatnya menugaskan sebuah tim untuk melaksanakan kajian. Beberapa anggota yang berasal dari Humas atau Infokom, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Bappeda dapat dipertimbangkan menjadi anggota tim untuk melaksanakan kajian komunikasi ini.

2. Konsolidasi Data Sekunder Konsolidasi data sekunder terkait komunikasi dan media dapat menggambarkan dengan baik pengalaman dan kapasitas Kabupaten/kota tentang pemasaran isu-isu sanitasi di daerahnya. Tim kajian dapat mulai dari studi meja dengan mengkonsolidasikan data-data komunikasi/media yang telah dikumpulkan pada Pengumpulan Data Sekunder, khususnya data yang ada di Humas atau Infokom, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Bappeda. Usahakan data yang dikonsolidasikan adalah data berasal dari tiga tahun terakhir. Selanjutnya Tim ini dapat mulai mengkonsolidasikan data-data tersebut ke dalam tabel-tabel: 1. Tabel Kegiatan Komunikasi: Ini dimaksudkan untuk menggambarkan lingkup kegiatan kabupaten/kota terutama terkait dengan komunikasi sektor sanitasi dan higiene serta kesehatan pada umumnya. Tabel berikut dapat dipakai sebagai patokan. Tim dapat memperoleh informasi ini dari pengamatan langsung di beberapa tempat di lapangan dan wawancara dengan pengambil keputusan instansi terkait komunikasi/promosi termasuk yang berada di luar pemerintahan seperti LSM, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit dll.
Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci

No
1 2

Kegiatan

Tahun

Pembelajaran

2. Tabel Peta Media: Penyusunan tabel peta media dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pandangan/pendapat pengambil keputusan media, khususnya media massa seperti: media cetak, radio, internet, dan televisi tentang isu-isu sanitasi. Tabel ini harus menggambarkan isu-isu apa yang menjadi perhatian media massa dan bagaimana pendapat mereka. Tim dapat memperoleh ini dari laporan-laporan kliping yang berhasil direkam/didokumentasikan oleh Dinas Infokom atau Humas misalnya, serta
Lampiran|PT-05:Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media 106

harus melakukan wawancara langsung dengan pengambil keputusan media, sebagai salah satu bentuk advokasi pokja kepada media massa.

No

Nama Media

Jenis Acara

Isu yang Diangkat

Pesan Kunci
Keterlibatan Masyarakat dalam Perbaikan Infrastruktur Sanitasi Mendorong Pentingnya CTPS -

Pendapat Media
Positif Kedalamannya memadai Positif Sangat mendalam dan Partisipatif

1.

Kompas (contoh)

Artikel

Sanimas

2.

Radio Sonora (contoh)

Talk Show

Cuci Tangan Pakai Sabun

3. Tabel Potensi Pendanaan: Berdasarkan pengalaman dan data sekunder Pokja diharapkan mampu memetakan potensi kerjasama, baik promosi maupun pendanaan pembangunan infrastruktur sanitasi. Yang pertama susun Tabel Kerja Sama dan Kedua Identifikasi Peluang Kerjasama dengan pihak ke tiga, baik promosi bersama maupun dalam bentuk dana tunai. Tim dapat memperoleh informasi ini dari pengamatan langsung di beberapa tempat di lapangan dan wawancara dengan instansi pemerintah, pengambil keputusan perusahaan swasta, LSM, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit dll yang memiliki potensi untuk bekerjasama. Tabel Kerja Sama terkait Sanitasi
No Nama Kegiatan
Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (contoh)

Jenis Kegiatan Sanitasi


PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi -

Mitra Kerja Sama


Unilever Susu Bendera Indosat -

Bentuk Kerjasama
In Kind Uang Tunai meskipun sangat sedikit In Kind

1.

2.

Pembangunan MCK ++ (contoh)

Selanjutnya susun daftar pihak-pihak yang berpotensi dijadikan mitra (termasuk media massa) oleh kabupaten/kota dalam pembangunan sanitasi di masa-masa mendatang. Daftar Mitra Potensial
No
1. 2. 3. Unilever Indosat Coba diidentifikasi pemain-pemain baru dengan melihat contoh dari tempat lain, atau kontak langsung

Nama Mitra

Jenis Kegiatan Sanitasi


PHBS Pembangunan Infrastruktur dan Promosi Sanitasi -

Bentuk Kerjasama
In Kind In Kind

Lampiran|PT-05:Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media

107

3. Pengumpulan Data Primer Langkah ini dimaksudkan untuk dua hal: (1) mengetahui bagaimana masyarakat mendapatkan informasi tentang sanitasi dan PHBS (2) mengidentifikasi media apa yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ajang komunikasi untuk sanitasi dan PHBS (3) mengindentifikasi pesan apa yang disampaikan (4) siapa yang menyampaikan. Daftar pertanyaan untuk menggali informasi yang dimaksud dapat dilihat pada bagian instrumen: Daftar Pertanyaan Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media. Tim dapat memperoleh informasi ini dari pengamatan langsung di beberapa tempat di lapangan dan wawancara kelompok masyarakat atau Focus Group Discussion-FGD dengan responden/peserta terdiri dari kelompok Pria, Wanita dan Remaja putra-putri yang dilakukan secara terpisah dengan jumlah 10 sampai 15 orang perkelompok mewakili keragaman masyarakat di lokasi. Hasil kegiatan ini akan menjadi bahan yang sangat bermanfaat ketika pada saatnya nanti kabupaten/kota menyusun SSK mereka, terutapa terkait dengan kampanye dan promosi sanitasi. 4. Analisis dan Laporan Jika memang dibutuhkan, Tim ini dapat menyusun laporan kajian komunikasi ini secara khusus dengan melengkapi tabel-tabel yang berhasil dikonsolidasi dengan narasi. Sekurang-kurangnya ini mencakup dua hal, yakni (1) Identifikasi Kebutuhan pemasaran sanitasi sekaligus gap atau kekurangan yang dimiliki kabupaten/kota untuk menutup kebutuhan tersebut, dan (2) Identifikasi potensi pengembangan, terutama menyangkut tiga hal: promosi sanitasi, kampanye sanitasi (3R, misalnya), dan kampanye PHBS.

Lampiran|PT-05:Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media

108

Instrumen
Berikut adalah Daftar Pertanyaan Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media dalam FGD yang akan dilakukan Pokja: 1. Menurut anda, media massa (koran, tivi dan radio) apakah dan sebutkan nama media yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi seputar isu sanitasi (daftar media yang telah diurutkan tingkat penggunaannya menurut forum FGD)? 2. Apakah media massa yang sering digunakan itu cukup efektif dan tepat guna dalam menjangkau target dan kelompok sasarannya? 3. Selain media massa, adakah sumber informasi terpecaya (misalnya tokoh agama, kelurahan RT/RW, penyuluh keseahatan, guru/sekolah anak, papan pengumuman) yang dapat digunakan dalam menyampaikan isu-isu sanitasi (sampah, saluran air limbah rumah tangga)? 4. Apakah ada media komunikasi selain media massa yang dapat digunakan (seperti radio komunitas, posyandu, kader dan team penyuluh, selebaran, papan pengumuman kelurahan ataupun berbagai saluran lainnya)? 5. Adakah kegiatan publik atau public event, seperti pameran, karnaval, festival pertunjungan seni budaya tradisional (seperti wayang, randai dan lain-lain) serta acara adat setempat yang dapat dijadikan sebagai saluran penyampaian pesan komunikasi pembangunan sanitasi? 6. Adakah peluang kerja sama dan dana untuk melakukan kampanye, mobilisasi ataupun advokasi kebijakan pembangunan sanitasi (daftar pertanyaan lembaga atau berbagai pihak yang dapat dijadikan saluran dan partner dalam kegiatan komunikasi terkait isu sanitasi)? 7. Apa saja masalah komunikasi pembangunan yang dialami, dan apa saja saran dan rekomendasi anda bagi siapapun yang ingin melakukan kampanye, mobilisasi sosial maupun advokasi kebijakan pembangunan terkait isu sanitasi? Pertanyaan pokok di atas dapat dikembangkan lebih luas tanpa mengurangi tujuan FGD, yakni agar dapat memperkuat dan memperkaya analisis pemetaan media dan studi komunikasi.

Lampiran|PT-05:Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media

109

PT-06

Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene


Pelaksana: Anggota Pokja penanggung jawab survei PMJK, promosi higiene dan sanitasi sekolah dibantu Fasilitator Kota Instrumen: Panduan, Tabel dan Daftar Pertanyaan untuk Wawancara Lama Kegiatan: 14 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: -

Tujuan

Diketahuinya program/proyek/layanan yang telah dilakukan terkait pemberdayaan masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan promosi higiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan, oleh: 1. Dinas-dinas, program dan layanan yang ada 2. LSM lokal 3. Kelurahan, kecamatan dan kelompok masyarakat 4. Sektor swasta (formal maupun informal).

Deskripsi

Survei Pemberdayaan Masyarakat, Jender, dan Kemiskinan (PMJK), promosi higiene dan sanitasi sekolah diperlukan untuk menilai partisipasi masyarakat dengan pelibatan peran jender dan kemiskinan dalam pengelolaan sistem sanitasi baik dalam skala kabupaten/kota maupun nasional serta prospek pengembangannya di masa depan. Survei PMJK, promosi higiene dan sanitasi sekolah mengidentifikasikan Program/Proyek/Layanan Berbasis Masyarakat yang telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota, LSM, CBO (Community-based Organization) dan masyarakat untuk subsektor air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, promosi higiene, dan sanitasi sekolah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi dan perilaku sehat bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment). Program ini selalu dihubungkan dengan kegiatan promosi higiene pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, sesuai dengan tatanan yang ada. Program PHBS meliputi 5 tatanan yaitu (a) Rumah Tangga, (b) Sekolah, (c) Tempat Kerja, (d) Sarana Kesehatan dan (e) Tempat Tempat Umum (TTU). Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang biasa hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Program sanitasi sekolah merupakan salah satu tatanan yang terintegrasi
Lampiran|PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene 110

dengan PHBS. Program PPSP hanya akan fokus pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah (sanitasi sekolah). Hasil dari survei ini diharapkan dapat menggambarkan partisipasi masyarakat dengan pelibatan jender dan kemiskinan dan program/proyek/layanan apa yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak terkait sanitasi dan aspek PHBS/higiene serta potensinya dalam pembangunan sanitasi di kabupaten/kota.

Output

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah input untuk Buku Putih Sanitasi, khususnya Bab 3.1; Bab 3.2; Bab 3.3; dan Bab 3.4 yaitu: 1. Daftar proyek/program/layanan berbasis masyarakat dan pelibatan jender serta pelibatan Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang ada di kabupaten/kota. 2. Informasi pengelolaan MCK oleh masyarakat 3. Informasi pengelolaan sampah oleh masyarakat 4. Informasi pengelolaan drainase lingkungan oleh masyarakat 5. Daftar kegiatan PHBS dan promosi higiene. 6. Kondisi sarana sanitasi dan program sanitasi di sekolah

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Sepakati Tim Pelaksana Survey Pelaksanaan survey biasanya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dinas/SKPD anggota Pokja terkait pemberdayaan masyarakat seperti Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas), PMD, BKKBN, Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, TP-PKK, dll. 2. Tentukan Kriteria Penilaian PMJK Bersama seluruh anggota tim pelaksana, tentukan dan sepakati kriteria penilaian kegiatan untuk pemberdayaan masyarakat, pelibatan jender, dan pelibatan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)/kemiskinan. Di bawah ini adalah kriteria yang umum digunakan: a. Pemberdayaan masyarakat: (i) Pengaruh proyek terhadap pemberdayaan, (ii) Subjek dan tujuan pemberdayaan, (iii) Tahapan peran masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan atau O&P, (iv) Kemauan/kemampuan kontribusi dari masyarakat, dan (v) Keberlanjutan program/layanan.
b. Pelibatan jender: (i) Keseimbangan antara laki-laki dan perempuan (termasuk dari golongan miskin) dalam pemberdayaan, (ii) Keseimbangan memberikan atau menyampaikan pendapat. c. Pelibatan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)/kemiskinan: (i) Akses, pengaruh, manfaat yang diperoleh rumah tangga miskin, (ii) Perbandingan kemampuan membayar dan pendapatan, (iii) Keterlibatan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pekerjaan, (iv) Kontrol/pengawasan, pembagian tugas/pekerjaan dan pembayaran upah kerja bagi MBR.

3. Identifikasi Proyek/Program/Layanan Berbasis Masyarakat


Berdasarkan data sekunder yang dihimpun (lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder), kelompokkan data sekunder yang diperlukan untuk identifikasi.
Lampiran|PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene 111

Diskusikan dan lengkapi Tabel-tabel 1, 2, 3 dan 4 (Lihat Lampiran) di lingkungan internal Pokja untuk mengidentifikasi Daftar Panjang proyek/program/layanan berbasis masyarakat yang telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota, LSM, CBO (Community-Based Organisation) dan masyarakat untuk sub sektor air limbah, domestik, persampahan, drainase lingkungan, promosi higiene, dan sanitasi sekolah serta pendukung peningkatan kapasitas/pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya. Gunakan Instrumen No 1. yang disediakan di bagian akhir Petunjuk Praktis ini. Tabel-tabel tersebut menjadi input dalam Buku Putih Sanitasi Bab 3.2, Bab 3.3 dan Bab 3.4. Tentukan dan susun Daftar Pendek yang memuat 1-2 proyek/program/layanan yang dianggap terbaik/berhasil dan 1-2 yang dianggap tidak berhasil/gagal untuk tiap sub sektor.

4. Verifikasi dengan Melakukan Kunjungan Lapangan ke Lokasi Terpilih Lakukan kunjungan lapangan oleh Tim Pelaksana ke lokasi yang sudah ditentukan dari Daftar Pendek, dengan melakukan observasi/transect walk dan FGD untuk mengetahui: sarana yang ada di lokasi, kegiatan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, kaya dan miskin selama pembangunan dan pemakaian sarana yang ada, cara dan pengaruhnya, serta kesenjangan dalam layanan berbasis masyarakat, kelompok yang ikut serta dan kondisi sosial yang masih perlu diatasi. Pertanyaan kunci dalam FGD dapat mengacu pada Kriteria PMJK yang telah ditentukan (gunakan Instrumen No 4. yang disediakan di bagian akhir Petunjuk Praktis ini). 5. Pelaksanaan FGD Saat melakukan kunjungan lapangan, Tim Pelaksana Survei melakukan FGD (Focus Group Discussion) yang merupakan salah satu metoda partisipatif, yakni anggota masyarakat dilibatkan secara aktif untuk melakukan penilaian terhadap kondisi sanitasi di lingkungan mereka, dan difasilitasi oleh TP-PKK. Prinsip penilaian PMJK yang perlu diperhatikan meliputi: a. Peka terhadap kebutuhan, jender, dan kemiskinan b. Pemberdayaan masyarakat c. Berkelanjutan d. Triangulasi informasi (tim, teknik, narasumber) e. Masyarakat sebagai pelaku utama, dan orang luar sebagai fasilitator f. Belajar dari kesalahan Peserta FGD adalah warga masyarakat dari RT/RW yang dipilih dan disepakati oleh Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota untuk tingkat Kelurahan. Peserta yang diharapkan terlibat dalam kegiatan adalah: a. Perwakilan warga masyarakat dengan jumlah sekitar 40 - 50 orang dengan memperhatikan keseimbangan jenis kelamin, usia, kelas ekonomi, agama dan suku. b. Paham kondisi, mempunyai kepedulian, mempunyai waktu. Lokasi kegiatan dilakukan di suatu tempat yang cukup luas yang dapat menampung sekitar 40 50 orang dengan nyaman. Tempat yang digunakan untuk kegiatan diharapkan tempat yang netral dan semua warga masyarakat merasa nyaman untuk mengemukakan pendapat tanpa kekhawatiran
Lampiran|PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene 112

terintimidasi. Pertemuan dengan cara duduk di lantai/tikar sangat dianjurkan untuk mengurangi kesan formal. 6. Identifikasi Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene
Berdasarkan data sekunder yang dihimpun (lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder), kelompokkan data sekunder yang diperlukan untuk identifikasi. Diskusikan dan lengkapi Tabel 5 dengan melakukan wawancara semi struktural dengan Dinas/SKPD terkait promosi higiene dan aspek PHBS (gunakan Instrumen No. 2 yang disediakan di bagian akhir Petunjuk Praktis ini).. Tabel-tabel tersebut menjadi input dalam Buku Putih Sanitasi Tabel-tabel tersebut menjadi input dalam Buku Putih Sanitasi Bab 3.1

7. Identifikasi kondisi sanitasi sekolah


Berdasarkan data sekunder yang dihimpun (lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder), kelompokkan data sekunder yang diperlukan untuk identifikasi. Diskusikan dan lengkapi Tabel 6 dengan melakukan wawancara semi struktural dengan Dinas/SKPD terkait kondisi sanitasi sekolah (gunakan Instrumen No. 3 yang disediakan di bagian akhir Petunjuk Praktis ini). Tabeltabel tersebut menjadi input dalam Buku Putih Sanitasi Bab 3.1.

8. Lakukan Analisis Deskriptif Hasil Kunjungan Lapangan, Wawancara dan FGD


Analisis hasil kunjungan lapangan, wawancara, FGD dengan memperhatikan bagaimana pelaksanaan PMJK, aspek promosi higiene dan kondisi sanitasi sekolah, tingkat keberhasilan dan keberlanjutan, serta sumber daya manusia dan keuangan yang ada. Diskusikan hasil analisis dalam rapat Pokja untuk meminta konsensus untuk rencana replikasi atau scaling up di lokasi lainnya dalam skala Kabupaten/Kota. Dari hasil analisa studi akan diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada, serta potensial strategi untuk mengatasi masalah terkait PMJK, promosi higiene dan sanitasi sekolah dalam berbagai proyek/program/layanan sanitasi.
Jika Pokja berkeinginan menyusun Laporan Survei PMJK, Promosi Higiene, dan Sanitasi Sekolah secara khusus, maka Pokja dapat menuliskannya dengan outline berikut ini: (1) Judul; (2) Tujuan Survei; (3) Dasar Pemikiran; (4) Pendekatan dan Metodologi; (5)Hasil Survei (memuat tabel-tabel, hasil analisis wawancara, FGD dan kunjungan lapangan); (6) Sumber Daya Manusia dan Keuangan; (7) Implikasi utama dan pembelajaran; (8) Penutup; (9) Lampiran: hasil wawancara, kuesioner, foto, dan sebagainya. .

Lampiran|PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene

113

Instrumen
Tiap-tiap narasumber memiliki karakteristik khas, sehingga teknik pendekatan dan daftar pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara juga berbeda satu sama lain. Ada beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan pewawancara pada saat melakukan tugasnya: a. Lakukan pendekatan yang khas, sesuai dengan karakteristik tiap-tiap narasumber (lembaga, perorangan, pejabat, staf, formal, informal, dan sebagainya). Terapkan pendekatan yang dianggap pantas. b. Sebelum memulai wawancara, selalu jelaskan maksud dan tujuannya. c. Pegang kendali wawancara dengan senantiasa fokus pada topik/daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Jika harus dikembangkan, pastikan masih dalam lingkup yang dibutuhkan. 1. Daftar Pertanyaan untuk Responden SKPD dari Bapermas, PMD, BKKBN, Badan Pemberdayaan Perempuan Dinas Kebersihan atau Pertamanan (DKP) Dinas PU, Dinas Lingkungan Hidup dan TP-PKK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Proyek/program/layanan berbasis masyarakat apa saja yang sudah ada di kabupaten/kota? Seberapa jauh proyek/program/layanan tersebut bisa memberdayakan masyarakat ? Siapa yang akan diberdayakan, dan untuk tujuan apa? Apakah hanya gotong royong atau lebih dari itu? Pada tahap apa saja masyarakat dapat berperan ? Perencanaan, pelaksanaan atau O & M? Apakah laki-laki dan perempuan (termasuk dari golongan miskin) telah diberdayakan secara seimbang? Apakah mereka dapat memberikan atau menyampaikan pendapatnya secara seimbang? Bagaimana akses, pengaruh, manfaat yang diperoleh rumah tangga miskin? Apakah mereka membayar lebih banyak dari yang didapatkan? Apakah mereka terlibat dalam perencanaan? Pengelolaan? Pekerjaan? Bagaimana kontrol/pengawasan, pembagian tugas/pekerjaan dan pembayaran upah kerja bagi MBR? Apakah masih ada kesenjangan dalam layanan berbasis masyarakat, kelompok yang ikut serta dan ketercantuman sosial yang masih perlu diatasi?

2. Daftar Pertanyaan untuk Responden SKPD dari Dinas Kesehatan


1 Ukuran, lokasi dan kelompok sasaran program, serta metode dan alat yang digunakan. Contohnya, apakah hanya perempuan yang dilibatkan dalam promosi kebersihan dan laki-laki tidak, walau laki-laki membiayai investasi yang lebih besar dan mungkin tertarik pada program campuran atau terpisah? Apa saja topik yang sudah diberikan atau disampaikan ? Apakah topik sudah memperhatikan 5 pilar STBM ? Apakah promosi hanya dilakukan di Puskesmas dan Posyandu, dimana kepentingan utama pasien adalah untuk mendapat perawatan? Apa metode dan bahan yang dipakai sudah bersifat lebih partisipatif? Apa bentuk peluang anggaran dari pihak luar dan jenis pelatihan partisipatif yang perlu dikembangkan ? Pendekatan apa yang bisa direplikasi/diperluas seperti apa adanya, dan apa yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan lebih lanjut? Dimana ada kesenjangan dalam layanan berbasis masyarakat, kelompok yang ikut serta dan ketercantuman sosial yang masih perlu diatasi?

2 3 4 5 6 7 8

Lampiran|PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene

114

3. Daftar Pertanyaan untuk Responden SKPD dari Dinas Pendidikan dan Dinas Agama
Infrastruktur sanitasi dan air bersih yang ada dan fungsionalitasnya, perawatan, biaya perawatan dan pemanfaatannya. misalnya jumlah toilet yang ada untuk guru dan siswa, apakah terpisah untuk guru perempuan dan laki-laki serta untuk siswa perempuan dan siswa laki-laki Apakah sudah tersedia sarana untuk cuci tangan dan sabun secara rutin ; Pemilahan, pembuangan dan pendaur-ulangan sampah (termasuk penjualan oleh sekolah atau kelompok kesehatan sekolah ke sektor non-formal, sebagai kegiatan belajar usaha); Ketersediaan dan metode pendidikan kesehatan di sekolah Apakah sudah ada program UKS sekolah di Kabupaten/Kota ini? Bagaimana pelaksanaan program UKS di sekolah-sekolah selama ini? Bagaimana cara sekolah memperoleh dan mengatur pembiayaan untuk kegiatan UKS dan pembiayaan Sanitasi lainnya? Siapa saja yang menanggung biaya tersebut dan merasakan manfaatnya? Pendekatan apa yang bisa direplikasi/diperluas seperti apa adanya, dan apa yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan lebih lanjut?

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Daftar Pertanyaan untuk FGD dengan masyarakat


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kejadian Luar Biasa (KLB) apa yang pernah terjadi seperti Banjir, ROB, wabah penyakit, dll? Bagaimana awal pembangunan di wilayah kelurahan itu misalnya kapan dimulai pembangunan jalan, saluran drainase lingkungan, pipa PDAM, pembangunan kran/hidran umum, pembangunan WC umum dan lain sebagainya. Apakah ada organisasi masyarakat di kelurahan tersebut? Apakah masyarakat dapat ikut berperan pada pembangunan sarana di wilayah mereka? Pada tahap apa saja masyarakat dapat berperan dan terlibat? Perencanaan? Pelaksanaan? atau O & M? Bagaimana peran laki-laki dan perempuan baik kaya dan miskin saat ada pembangunan sarana umum di wilayah tesebut? Apakah mereka dapat memberikan atau menyampaikan pendapatnya secara seimbang? Bagaimana tingkat kemauan masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan sarana? Bagaimana akses, pengaruh, manfaat yang diperoleh rumah tangga miskin? Apakah mereka membayar lebih banyak dari yang didapatkan? Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari pembangunan yang ada di wilayah mereka?

Lampiran|PT-06: Survei PMJK, PHBS, dan Promosi Higiene

115

PT-07

Penetapan Area Berisiko Sanitasi


Pelaksana: Anggota Pokja dibantu Fasilitator Kabupaten/Kota Instrumen: Lembar Kerja Penentuan Area Berisiko dalam format Excel Lama Kegiatan: 14 hari kerja

Dokumen Referensi Terkait: Buku Pedoman Pelaksanaan Studi EHRA

Tujuan
Terpetakan area berisiko berdasarkan data sekunder Terpetakan area berisiko berdasarkan penilaian SKPD Terpetakan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA Tercapainya penetapan area berisiko sanitasi

Deskripsi

Penentuan are berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum, meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta bila data tersedia, luas genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/kabupaten. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan). Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta.

Output

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Klasifikasi dan peta area berisiko sanitasi kabupaten/kota yang merupakan input untuk Buku Putih Sanitasi Bab 5

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

116

Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Lakukan penentuan awal Area Berisiko a) Diskusikan dan Sepakati Indikator, Data Sekunder serta SKPD yang terlibat Penentuan Awal Area Berisiko -

untuk

Sepakati indikator yang akan digunakan dalam proses penentuan area berisiko. Indikator yang biasa digunakan adalah: (i) kepadatan penduduk, (ii) persentase kk miskin, (iii) persentase layanan air minum, (iv) persentase ketersediaan jamban. Indikator harus menggunakan data tahun terakhir dan memiliki tahun yang sama serta sahih. Berdasarkan indikator yang disepakati, kelompokkan data-data sekunder yang diperlukan berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder yang dilakukan pada milestone ke dua Penyiapan Profil Wilayah (lihat PT-01: Pengumpulan Data Sekunder). Sepakati SKPD yang akan melakukan penilaian risiko sanitasi berdasarkan persepsi masingmasing SKPD. Sekurang-kurangnya melibatkan SKPD kebersihan, pekerjaan umum, kesehatan dan lingkungan hidup. Pastikan setiap SKPD dibekali dengan lembar kerja 09 Persepsi SKPD untuk memberikan skor (lihat bagian Instrumen)

b) Entri dan analisis data sekunder ke dalam Instrumen Buku Putih Sanitasi serta sepakati pembobotan dari indikator Masukkan data sekunder yang telah dikonsolidasikan ke dalam lembar kerja (Lihat bagian Instrumen untuk proses input data yang dimaksud). Instrumen akan menghitung indikator serta skor indikator secara otomatis untuk kepadatan penduduk, persentase kk miskin, persentase layanan air minum dan persentase layanan jamban. Diskusikan dan sepakati pembobotan dari setiap indikator. Instrumen akan menghitung secara otomatis tingkat risiko di setiap kelurahan/desa berdasarkan data sekunder yang dimasukkan.

c) Analisis penilaian risiko sanitasi berdasarkan Persepsi SKPD Lakukan penilaian risiko sanitasi berdasarkan Persepsi SKPD dan masukkan hasil penilaian tersebut ke dalam lembar kerja yang disediakan (lihat bagian Instrumen). Lakukan analisis frekuensi mengenai risiko sanitasi dan hitung skor akhir untuk mendapatkan area berisiko.

2. Nilai Kemajuan Pelaksanaan Studi EHRA Pada akhir bulan Mei, Pokja harus menilai kemajuan pelaksanaan studi EHRA, apakah: studi EHRA dapat diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei. Jika ya, maka Pokja dapat menggunakan indeks risiko hasil EHRA secara utuh sebagai dasar penentuan area berisiko. karena satu dan lain hal pelaksanaan studi EHRA tidak dapat diselesaikan selambat-lambatnya bulan Mei. Jika ya, maka Pokja hanya akan menggunakan hasil analisa berdasarkan data sekunder, dan persepsi SKPD.

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

117

3. Penentuan Area Berisiko Sanitasi 3.1 Bila studi EHRA selesai, entri Indeks Risiko ke dalam Lembar Kerja - Periksa laporan EHRA dan catat Indeks Risiko yang dihasilkan - Masukkan Indeks Risiko tersebut ke dalam lembar kerja yang disediakan (lihat bagian Instrumen). - Instrumen akan melakukan analisis mengenai risiko sanitasi secara otomatis terhadap data yang dimasukkan. 3.2 Bila studi EHRA tidak dapat diselesaikan, gunakan hasil analisis data sekunder, dan Persepsi SKPD. 3.3 Tetapkan Hasil Analisis Akhir - Sandingkan seluruh hasil penilaian tingkat resiko (data sekunder, persepsi SKPD, dan data EHRA) di dalam lembar kerja yang disediakan. - Sepakati dengan seluruh anggota Pokja mengenai besarnya pembobotan dari hasil penilaian tersebut. Besaran pembobotan dapat dilakukan dengan cara: (i) pembobotan yang sama besar untuk ketiga hasil analisis; (ii) pembobotan berbeda-beda. - Instrumen akan melakukan perhitungan hasil akhir skor dengan cara: Total Skor Akhir = (w1 x V1) + (w2 x V2) + ( w3 x V3) Dimana : w1, w2, w3 = pembobotan (%) V1, V2, V3 = skor data sekunder, persepsi skpd, indeks risiko studi EHRA Berdasarkan hasil akhir skor, tandai hasil penentuan yang meragukan.

4. Lakukan Observasi/Kunjungan Lapangan untuk verifikasi - Bila hasil analisis akhir menunjukkan bias pada beberapa kelurahan/desa, lakukan observasi/kunjungan lapangan di kelurahan tersebut untuk memverifikasi atau mendapatkan kebenaran atas hasil penentuan yang meragukan serta untuk lebih memahami kondisi sanitasi di wilayah tersebut. 5. Konsultasikan dengan seluruh anggota Pokja dan tetapkan Area Berisiko Paparkan dan diskusikan hasil penentuan area berisiko dan hasil kunjungan lapangan untuk mendapatkan feedback dan perbaikan untuk mendapatkan kesepakatan akhir atas penetapan area berisiko. 6. Susun Hasil Penetapan ke dalam Bab 5 Buku Putih Sanitasi Bab ini dibuat cukup ringkas, sekurang-kurangnya mencakup tabel dan peta mengenai area berisiko(kelurahan/desa) dan hasil identifikasi penyebab utama risiko sanitasi. Gambarkan hasil penentuan area berisiko ke dalam peta. Gunakan warna yang berbeda berdasarkan kesepakatan untuk masing-masing skor. (Biasanya skor 4 = warna merah; skor 3 = warna kuning; skor 2 = warna hijau; dan skor 1 = warna biru).

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

118

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

119

Instrumen
Instrumen Buku Putih Sanitasi a) Sekilas mengenai Instrumen Instrumen terdiri dari sekumpulan sheet (lembar kerja) yang ditulis menggunakan perangkat lunak spreadsheet processor Microsoft Excel dan terdiri dari : (i) sheet untuk pengumpulan data: sekunder, persepsi SKPD dan hasil studi EHRA; (ii) sheet untuk menganalisis: data sekunder, persepsi SKPD dan hasil studi EHRA. Instrumen ini terdiri dari 13 sheet (lembar kerja), yang terdiri dari: Sheet untuk input data : 01 Administratif; 02 Populasi; 03 Kemiskinan; 04 Air Bersih; 05 Air Limbah; 06 Genangan (optional/pilihan); 09 Persepsi SKPD Sheet untuk analisis data: 07 Indikator; 08 Skor dt-sekunder; 10 Skor Persepsi SKPD; 11a SkorRisiko EHRA(1); 11b Skor-Risiko(2); 12 Agreed Score. b) Cara penggunaan Instrumen dalam penetapan Area Berisiko Sanitasi Langkah 1: Penentuan awal area berisiko berdasarkan data sekunder (1) Buka file Instrumen Buku Putih.xls. (2) Buka sheet (lembar kerja) 01 Administratif. Pengguna harus membuka sheet sebagaimana diindikasikan dengan lingkaran merah di bawah ini.

Gambar 1: lembar kerja 01 Administratif (3) Entri data sekunder Kabupaten/Kota pada sheet 01 Administratif. Berikut ini data umum yang perlu diisi dalam kolom-kolom yaitu a) Nama kabupaten/kota. b) Nomer ID dari Kota/Kab, kecamatan dan kelurahan/desa. ID adalah kode wilayah administratif dari BPS. c) Data administratif: nama kecamatan dan kelurahan/desa, jumlah RT/RW setiap kelurahan, luas area (km2), luas wilayah terbangun (km2). d) Nama instansi dan tahun data yang digunakan.

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

120

Gambar 2: Tampilan data sekunder pada Lembar Kerja 01 Administratif (4) Buka sheet (lembar kerja) 02 Populasi. (5) Entri data sekunder Kabupaten/Kota pada sheet 02 Populasi. Berikut ini data umum yang perlu diisi dalam kolom-kolom yaitu a) ID kecamatan b) data penduduk untuk tahun n-5 sampai dengan n-1: jumlah penduduk, jumlah KK. c) Instrumen akan mengkalkulasi secara otomatis tingkat pertumbuhan penduduk. d) Nama instansi dan tahun data yang digunakan.

Gambar 3: Tampilan data sekunder pada Lembar Kerja 02 Populasi (6) Buka sheet (lembar kerja) 03 Kemiskinan. (7) Entri hanya data ID kecamatan, data kemiskinan untuk tahun n-5 sampai dengan n-1, sumber data yang digunakan dan dikonsultasikan dengan anggota pokja. (8) Buka sheet (lembar kerja) 04 Air Bersih. (9) Entri hanya data ID kecamatan, data air bersih perpipaan (PDAM/HIPPAM) untuk sambungan rumah dan hidran umum tahun n-5 sampai dengan n-1, sumber data yang digunakan dan dikonsultasikan dengan PDAM/HIPPAM.
Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi 121

(10) Buka sheet (lembar kerja) 05 Air Limbah. (11) Entri hanya data ID kecamatan, data jumlah jamban untuk setiap kelurahan/desa, sumber data. (12) Buka sheet (lembar kerja) 06 Genangan (13) Entri hanya data ID kecamatan dan sumber data pada lembar kerja tersebut. (14) Bila tersedia, entri data tinggi genangan, luas genangan, dan lama genangan. (15) Beri index = 1 bila ketiga data tersedia dan beri index = 0 bila hanya 2 data yang tersedia. (16) Instrumen akan menentukan luas genangan secara otomatis (17) Buka sheet 07 Indikator (18) Entri hanya data ID kecamatan pada lembar kerja 07 Indikator. Instrumen akan menghitung secara otomatis indikator kepadatan penduduk saat ini.

Gambar 4: Tampilan data hasil perhitungan pada Lembar Kerja 07 Indikator Secara bersamaan, instrumen akan menghitung secara otomatis indikator (lihat formula pada box di bawah): persentase KK miskin, persentase layanan air minum perpipaan (SR dan HU) serta persentase layanan jamban untuk masing-masing kelurahan/desa.

(19) Buka sheet 08 Skor-dt sekunder. (20) Entri kembali PPSP ID pada lembar kerja 08 Skor dt-sekunder. Pada lembar kerja ini, instrumen akan menghitung secara otomatis skor dari masing-masing indikator yang telah dihitung di langkah (18). (21) Sepakati bobot masing-masing indikator lembar kerja 08 Skor dt-sekunder. (22) Instrumen akan melakukan penghitungan secara otomatis mengenai total skor setiap kelurahan/desa menggunakan rumus di bawah ini:
Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi 122

Total Skor = (w1 x V1) + (w2 x V2) + ............ + (wn x Vn) Dimana : w1, w2, wn = pembobotan (%) V1, V2, Vn = skor setiap paramater

Gambar 5: Tampilan data hasil perhitungan skor pada Lembar Kerja 08 Skor-dt sekunder Dalam penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder, setiap indikator dalam variabel akan diberi skor dan pembobotan. Skor diberikan antara 1 - 4 untuk menggambarkan tingkat risiko dimana skor 4 = risiko yang sangat tinggi; skor 3 = risiko tinggi; skor 2 = risiko rendah; skor 1 = risiko sangat rendah sementara pembobotan berkisar antara 0% - 100%. Skor dan pembobotan sangat penting, dimana area (kelurahan/desa) yang berisiko didasarkan pada total skor yang dimiliki oleh masing-masing area (kelurahan/desa). Semakin padat penduduknya, semakin miskin, semakin rendah tingkat layanan air minum, dan semakin rendah layanan jamban maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya. Khusus untuk indikator kepadatan penduduk, skor 4 diberikan bila kepadatan penduduk >175 org/ha, skor 3 bila kepadatan penduduk 75 175 org/ha, skor 2 bila kepadatan penduduk 25 -75 org/ha, dan skor 1 bila kepadatan penduduk < 25 org/ha. Skor dihitung berdasarkan nilai interval (rentang) berdasarkan rata-rata selisih nilai maksimum dan minimum setiap indikator. Contoh diberikan dalam tabel di bawah ini.
Tahun Kriteria Kepadatan Penduduk (org/ha) 2007 max min Group 1 Group 2 Group 3 Group 4 max min Group 1 Group 2 Group 3 Group 4 134 8 >175 175 75 25 55% 0% 55.5% 41.7% 27.8% 13.9% Skor 4 3 2 1 skor 4 3 2 1 Interval >175 75 175 25 175 <25 interval 41.8 55.5 27.9 41.7 14.0 27.8 0 13.9 123

AngkaKemiskinan (KK)

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

Langkah 2: Penentuan awal area berisiko berdasarkan persepsi SKPD (1) Buka sheet (lembar kerja) 10 Persepsi SKPD. (2) Kumpulkan dan entri ID kecamatan dan hasil penilaian SKPD ke dalam sheet 10 Persepsi SKPD. (3) Instrumen akan menghitung frekuensi skor terbanyak yang diberikan anggota pokja secara otomatis. Contoh: Kelurahan 11 mendapat skor 4 dengan frekuensi 0, skor 3 dengan frekuensi 1, skor 2 dengan frekuensi 7 serta skor 4 dengan frekuensi 0. (4) Secara manual entri skor akhir kelurahan tersebut. Dalam contoh ini (kelurahan 11) skor yang dimasukkan adalah 2 karena memiliki frekuensi tertinggi berjumlah 7.

Gambar 6: Tampilan data pada lembar kerja 10 Skor Persepsi SKPD Langkah 3: Penentuan Area Berisiko berdasarkan hasil studi EHRA (1) Buka sheet (lembar kerja) 11 Index Risiko Studi EHRA. (2) Copy indeks risiko dan tingkat (skor) resiko setiap cluster/kelurahan/desa yang dihasilkan dari studi EHRA ke dalam matriks/tabel yang disediakan. Di bawah ini contoh tampilan matriks/tabel pada sheet 11 Index Risiko Sudi EHRA yang digunakan.

Gambar 7: Tampilan gambar input EHRA


Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi 124

Tabel di bawah ini adalah data hasil studi EHRA yang digunakan untuk menentukan area berisiko Data EHRA yang digunakan untuk Penentuan Area Berisiko
No 1. 1.1 Risiko SUMBER AIR Sumber air (minum + masak +cuci piring & gelas, gosok gigi) tercemar karena Sumur gali tidak terlindungi & jaraknya kurang dari 10 m dari tangki septik Penggunaan sumber air tidak terlindungi (sungai, waduk , air isi ulang, mata air tercemar, air hujan) Kelangkaan air (dan risiko terkait) AIR LIMBAH DOMESTIK Pencemaran oleh tangki septik >5 tahun dan tidak pernah disedot (dikosongkan) Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Pencemaran karena SPAL selain tinja (grey water) PERSAMPAHAN Pengelolaan sampah Frekuensi pengangkutan tidak memadai Ketepatan waktu pengangkutan Tidak ada pengolahan setempat DRAINASE Banjir / Genangan Air (>30 cm dan >2 jam) PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT CTPS (cuci tangan pakai sabun) pada 5 waktu penting Hygiene Jamban: Tinja, tissue, pembalut di toilet Lalat dan kecoa Keberfungsian penggelontoran/gayung dan air Ketersediaan sabun Pencemaran pada wadah penyimpanan & penanganan air BABS

1.2 2. 2.1 2.2 2.3 3. 3.1 3.2 3.3 3.4 4 5. 5.1 5.2

5.3 5.4

Langkah 3: Penetapan Area Berisiko (1) Buka sheet (lembar kerja) 12 Agreed score. (2) Sepakati bobot untuk masing-masing hasil skoring. Masukkan bobot yang disepakati untuk data sekunder, persepsi SKPD, dan hasil studi EHRA. Nilai pembobotan diberikan sama besar bila diasumsikan seluruh indikator sama pentingnya terhadap resiko yang ditimbulkan. Besar pembobotan bisa berbeda tergantung kesepakatan pokja. (3) Instrumen akan melakukan perhitungan hasil akhir skor secara otomatis dengan cara: Total Score Akhir = (w1 x V1) + (w2 x V2) + ( w3 x V3) Dimana : w1, w2, w3 = pembobotan (%) V1, V2, V3 = skor data sekunder, persepsi skpd, indeks risiko studi EHRA (4) Hasil penetapan area berisiko yang dihasilkan setelah kunjungan lapangan ditunjukkan pada gambar berikut.

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

125

X3 % populas i

Gambar 8: Tampilan hasil penetapan area berisiko

Lampiran|PT-07: Penetapan Area Berisiko Sanitasi

126

Lampiran Petunjuk Praktis: Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota

Glossary Sanitasi

I.

Umum 1.1 Sanitasi Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO, http://www.who.int/topics/sanitation/en/. Diakses pada 30 November 2011) 1.2 Masterplan (Rencana Induk) Perencanaan dasar yang menyeluruh Kabupaten/Kota untuk jangka panjang 1.3 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia 1.4 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) 1.5 Feasibility Study (Studi Kelayakan) Penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan suatu proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil

II. Air Limbah 2.1 Activated sludge - Produksi dari biomassa aktif atau mikro organisme yang mampu menstabilkan air limbah secara aerobik (Metcalf & Eddy) - Zat padat aktif secara biologis dalam instalasi pengolahan air limbah proses lumpur aktif (Water Environment Federation) - Partikel lumpur yang dihasilkan oleh pertumbuhan organisme pada tangki aerasi yang dihadirkan/diberikan oksigen terlarut 2.2 Aerobik Dikondisikan oleh kehadiran oksigen bebas (Water Environment Federation) 2.3 Air limbah Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan 2.4 Air limbah domestik Air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) 2.5 Air perapat (water seal) Air yang ditahan pada pipa bengkok, menyerupai leher angsa, untuk mencegah bau dan masuknya hewan kecil 2.6 Anaerobik Dikondisikan oleh ketidakhadiran oksigen bebas (Water Environment Federation) 2.7 Anaerobik Baffled Reactor (ABR) Modifikasi tangki septik konvensional dengan penambahan sekat-sekat dan kemungkinan penambahan filter pada bak akhir 2.8 Badan air penerima Sungai, kali, danau, saluran, kolam, dan lain-lain yang menerima pembuangan limbah 2.9 Bangunan atas jamban

2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16

2.17

2.18 2.19 2.20 2.21 2.22 2.23

2.24 2.25 2.26

2.27

Bagian dari fasilitas pembuangan yang berfungsi melindungi pemakai dari gangguan cuaca, kontaminasi dari tinja manusia dan/atau melalui lingkungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui vektor pembawa penyakit Bangunan bawah Bangunan penampung dan pengolah tinja yang bisa berupa cubluk atau tangki septik Bangunan tengah jamban Bangunan yang terdiri dari plat jongkok dan lantai jamban Bidang resapan Daerah permukaan untuk menampung air yang keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga Biochemical Oxygen Demand (BOD) Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan secara biologis kehadiran zat organik (Metcalf & Eddy) Biofilter Instalasi pengolahan air limbah rumah tangga dengan menggunakan media kontak Black water Air limbah yang berasal dari jamban atau WC saja Clarifier Tangki sedimentasi berbentuk persegi atau lingkaran yang biasa dipakai untuk mengendapkan zat padat dari air atau air limbah. Jenis khusus dari clarifier adalah Upflow Clarifier yang menggunakan prinsip pengambangan (flotation) untuk menghilangkan zat padat. Pemakaiannya lebih sedikit dibandingkan dengan Sedimentasi Constructed wetland Sistem pengolahan secara terencana atau terkontrol yang telah didisain dan dikonstruksi dengan memanfaatkan proses alami yang melibatkan vegetasi wetland, tanah, dan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair Cubluk Sistem pembuangan tinja sederhana, terdiri atas lubang yang digali secara manual dilengkapi dengan dinding rembes air Dissolved Oxygen Oksigen terlarut dalam cairan (Water Environment Federation) Excreta Tinja dan urine (Sanitation and Hygiene Promotion) Feces (faeces) Buangan tinja dari manusia atau hewan tanpa urine (Water Environment Federation) Grey water Air limbah yang berasal dari mandi, cuci, dan dapur Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Instalasi pengolahan air limbah yang didisain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaa) (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Jamban Fasilitas pembuangan tinja Kolam anaerob Kolam yang ditempatkan pada awal dari rangkaian kolam stabilisasi, digunakan untuk pengendapan dan pemisahan materi organik Kolam fakultatif Kolam yang digunakan untuk memisahkan BOD dan bakteri patogen secara anaerob. Di lapisan atas kolam ini ditumbuhi alga yang akan mendapatkan nutrisi dari bakteri, dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan bakteri aerob Kolam maturasi

2.28 2.29 2.30 2.31

2.32 2.33 2.34 2.35 2.36 2.37 2.38 2.39

2.40

2.41

2.42 2.43

Kolam yang digunakan untuk mengurangi bakteri patogen pada akhir dari rangkaian kolam stabilisasi. Kolam ini mengandung oksigen di setiap kedalamannya, karena konsentrasi organik yang rendah dan konsetrasi alga yang tinggi Kolam stabilisasi Bentuk paling sederhana pada pengolahan air limbah tempat terjadi proses penguraian zat-zat pencemar secara alamiah Lantai jamban Sarana atau perlengkapan bangunan atas, agar bangunan kuat menopang leher angsa Leher angsa Komponen plat jongkok yang berisi air perapat untuk menahan bau agar tidak keluar dari jamban Pencemaran Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia. Akibatnya kualitas air turun sampai ke tingkat yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya Pengolahan air limbah Perlakuan terhadap air limbah, agar air dapat dibuang ke badan air sesuai baku mutu yang disyaratkan Penyaluran resapan aliran atas Salah satu alternatif pengolahan lanjutan untuk effluent tangki septik Plat jongkok Sarana atau perlengkapan jamban, yang dilengkapi lubang masuk tinja dan air kotor untuk dialirkan ke cubluk atau tangki septik Saluran Pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau tangki septik Sewage Lihat wastewater (Water Environment Federation) Sewer Pipa atau pembawa lainnya yang mengalirkan air limbah dari beberapa atau banyak properti (Sanitation and Hygiene Promotion) Sewerage Sistem pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir air limbah (Water Environment Federation) Sistem sanitasi off site Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah Kota. Sebelumnya lebih dulu melalui penyaluran perpipaan air limbah kota (sewer pipe) Sistem sanitasi onsite Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir lumpur tinja (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Wastewater Zat cair atau air buangan tercemar dari kegiatan operasi rumah tangga atau komersial atau industri, yang tercampur dengan air hujan atau air tanah akibat infiltrasi (Water Environment Federation) Wetland aliran permukaan Salah satu jenis constructed wetland yang airnya menggenang pada kolam. Atau air yang mengalir berada di atas permukaan media, seperti kolam, empang, dan rawa Wetland aliran sub-permukaan (subsurface flow system wetland) Salah satu jenis constructed wetland yang airnya mengalir di bawah permukaan media

2.44 Tangki septik (septic tank) Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga 2.45 Yellow water Air limbah yang mengandung urine saja III. Persampahan 3.1 3R Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah melalui: mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah 3.2 Bangunan sarana pembuatan kompos Prasarana pembuatan kompos yang terdiri dari kantor, gudang, pemilihan pengomposan (berfungsi sebagai tempat kegiatan pengomposan yang terlindung dari gangguan cuaca) 3.3 Controlled Landfill (Lahan Urug Terkendali) Metode pembuangan akhir sampah dengan cara penyebaran sampah secara terkendali dan dilakukan penimbunan dengan tanah secara berkala 3.4 Daur ulang kertas Usaha pengolahan kertas bekas menjadi kertas yang dapat dipakai kembali melalui cara-cara sederhana 3.5 Jenis sampah (UU No. 18 tahun 2008) - Sampah rumah tangga Sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik - Sampah sejenis sampah rumah tangga Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya - Sampah spesifik Adalah sampah yang meliputi: Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun Sampah yang timbul akibat bencana Puing bongkaran bangunan Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau Sampah yang timbul secara tidak periodik 3.6 Kompos Produk lumpur atau material lain yang teroksidasi secara thermophilic dan biologis 3.7 Komposter windrow Metode pengomposan dengan pengudaraan menggunakan terowongan angin yang terbuat dari bambu 3.8 Landfill Lahan pembuangan sampah yang menggunakan teknologi pembuangan sampah. Gunanya untuk meminimalkan dampak lingkungan dan melindungi kualitas air (baik air permukaan maupun bawah permukaan) 3.9 Leachate (Lindi) Bagian cairan yang terpisahkan dari zat padat dari campuran sampah yang mengalir secara gravitasi atau filtrasi 3.10 Open dumping Sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup 3.11 Pengelolaan sampah Kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah 3.12 Pipa gas

Sarana untuk mengalirkan gas hasil proses penguraian zat organik 3.13 Sampah Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU No. 18 tahun 2008) 3.14 Sanitary Landfill Metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan menyebarkan sampah secara lapis per lapis pada sebuah site (lahan) yang telah disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan dengan alat berat, dan pada akhir hari operasi, urugan sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup. 3.15 Tempat Penampungan Sementara (TPS) Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (UU No. 18 tahun 2008) 3.16 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah (UU No. 18 tahun 2008) 3.17 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU No. 18 tahun 2008) 3.18 TPA Regional TPA yang digunakan oleh lebih dari satu Kabupaten/Kota. TPA regional menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan yang dihadapi Kabupaten/Kota. 3.19 Transfer Depo Tempat memindahkan sampah dari alat pengumpul ke alat pengangkut IV. Drainase 4.1 Drainase Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia 4.2 Drainase perkotaan Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia 4.3 Kolam retensi Sebidang tanah rendah, dikelilingi oleh embankment/timbunan atau tanggul yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan. Artinya, tidak ada kontrol dengan air dari daerah luar selain yang dialirkan melalui perangkat manual 4.4 Saluran primer Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air 4.5 Saluran sekunder Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer 4.6 Saluran tersier Saluran yang menerima air dari sistem drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase sekunder 4.7 Sistem drainase lokal Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani sebagian wilayah perkotaan 4.8 Sistem drainase utama Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani seluruh wilayah perkotaan V. PHBS 5.1 Cuci Tangan Pakai Sabun

Kepadatan a b TPA TPS Sumber penetapan Kompos? bulan ung = konversi komponen Plastik besar/ limbah Kota penduduk area yang Sampah sampah lain berisiko setempat: PabrikLoga plastik: kertas: logam: daur jumlahmjadi organik mengurangi X5 ulang X4 X6 X3 ton per penduduk bulan? kompos: volume kertas: Plastik: Pemul (orang) /Jak X7 tonung sampah: X8 Jakartaper

City UMUM FASILITAS / JALAN BAK SAMPAH CONTAINER PASAR Pemul KOMESIAL PERUMAHAN Bobot per Hasil Pellet Konsumen Usaha Pihak/ Pabrik Penampung X2 X1 ton

5.2

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir (Pedoman STBM, 2008) Sanitasi total Kondisi ketika suatu komunitas (Pedoman STBM, 2008): - Tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS) - Mencuci tangan pakai sabun - Mengelola air minum dan makanan yang aman - Mengelola sampah dengan benar - Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman

You might also like