Professional Documents
Culture Documents
FISIKA; UNDIKSHA
PERCOBAAN HUKUM HUKUM GAS
I. Tujuan Percobaan Tujuan dari dari percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. Lussac. II. Landasan Teori Gas ideal mengandung dua pengertian yaitu secara mikroskopik dan secara makroskopik. Secara mikroskopik gas ideal diartikan dengan membuat anggapan anggapan, sebagai berikut.
1.
Memahami prinsip persamaan gas ideal. Mempelajari persamaan gas ideal. Membuktikan kebenaran hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay
Gas ideal terdiri atas partikel-partikel yang dinamakan molekul-molekul. Bergantung pada gas tersebut, setiap molekul akan terdiri dari sebuah atom atau kelompok atom. Tidak ada gaya-gaya yang cukup besar yang bereaksi pada molekul-molekul kecuali selama tumbukan. Dengan anggapan ini, maka sebuah molekul akan bergerak dengan kecepatan tetap diantara tumbukan-tumbukan. Dengan demikian, karena ukuran molekul sangat kecil, maka jarak rata-rata diantara melekul-melokul adalah besar.
2.
3.
Ukuran partikel dibandingkan jarak antara partikel partikel sangat kecil sehingga volumenya dapat diabaikan jika di bandingkan volume ruang yang ditempati seluruh gas. Diameter partikel adalah 2,5 x 10-10 m, sedangkan jarak partikel sekitar 3 x 10-19 m.
4.
Molekul-molekul gas bergerak secara acak dan mengikuti hukum-hukum gerak Newton. Molekul-molekul bergerak bergerak di dalam semua arah dan dengan berbagai laju.
5.
Jumlah seluruh molekul adalah sangat banyak. Arah dan kelajuan molekul dapat berubah secara tiba-tiba karena tumbukan dengan dinding atau molekul lainnya. Setiap
Sedangkan gas ideal secara makroskopik dapat lihat dari besaran-besaran yang terkait di dalam perhitungan gas ideal, yaitu Volume (V), Tekanan (P),Temperatur (T). Dimana besaranbesaran tersebut memilki suatu hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, yang sering disebut dengan persamaan keadaan. Mengenai perlakuan gas, terdapat diantaranya : 1) 2) Hukum Boyle Hukum Charles beberapa hukum gas
1. Hukum Boyle Hukum Boyle berbunyi bahwa suatu gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan,maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya.
seperti pada gambar 1.3 .,Jika piston digerakkan ke bawah, maka tekanan gas akan naik sedangkan volumenya akan turun. Gerakan piston secara berlahan-lahan akan menyebabkan gas tetap dalam keadaan kesetimbangan termal dengan resevoir, sehingga suhu gas selama proses berlangsung dapat dipertahankan konstan. Pernyataan hukum Boyle, dapat dirumuskan sebagai berikut. P= C1 V
Atau PV = C1 .....................................................................................................................(1) Dimana P merupakan tekanan gas, V adalah volume gas, sedangkan C1 adalah konstanta pembanding. Apabila pernyataan dari hukum boyle digambarkan dalam sebuah grafik, maka P grafiknya membentuk kurva isoterm(gambar 1.2) P
1
T 1> T 2> T 3 T T1 V1 T2
3
2. Hukum Charles Hukum Charles mengatakan bahwa Jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Apabila pada gambar 1.2 , suatu gas ditempatkan dalam bejana tertutup. Pada saat bejana dipanaskan, mula-mula tekanan naik sehingga piston pada bejana yang berpenampang kecil terdorong keatas sampai tekanan gas dalam bejana sama dengan tekanan gas semula. sehingga tekanan gas selama proses berlangsung dapat dipertahankan konstan. Pengukuran volume gas menunjukkan bahwa volume gas bertambah sesuai dengan kenaikkan suhu. Dari hukum Charles. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. V = C 2T Atau V = C 2 .....................................................................................................................(2) T
Dimana V merupakan volume gas, T adalah temperatur gas, C2 adalah konstanta pembanding. Grafik dari hukum Charless membentuk kurva isobarik(gambar 1.3)
3. Hukum Gay-lussacc Pernyataan hukum Gay-lussacc menyatakan bahwa apabila volume gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Suatu gas ditempatkan di dalam bejana tertutup dimana perubahan volume bejana akibat perubahan suhu dapat diabaikan. Sehingga pada saat bejana dipanaskan maka suhu dan tekanan gas dalam bejana naik. Hukum gay-lussac dapat dirumuskan sebagai berikut. P = C3T atau
P = C 3 (3) T Dimana P merupakan tekanan gas, T adalah temperatur gas, C3 adalah konstanta pembanding. Grafik dari hukum gay-lussac membentuk kurva isokhorik(gambar 1.4)
P V1 V2 V1 Gambar 1.6 Grafik P-T( kurva isokhorik)) V1<V2<V3 T
4. Hukum Gas Ideal Hukum gas ideal merupakan perpanduan dari hukum boyle, hukum Charles, dan hukum gay-Lussac. Dimana persamaan 1,2 .dan 3 digabungkan menjadi sebagai berikut PV = C 4T atau PV = C 4 (4) T
pV = NkT .(6)
R n
N = Jumlah molekul total N0 = Bilangan Avogadro( 6,02 x 1023 molekul/mol) III. Alat dan bahan 1. 2. 3.
4.
Barometer (Nst = 1 mm Hg) Termometer dengan( Nst = 20 C, ssp= 2000C) Mistar dengan Nst = 0,1 cm
Jangka sorong (Nst = 0,05 mm) Labu kaca dengan pipa penghubung Statif lengkap dengan klemnya Gelas ukur Kompor listrik dan panci Satu set peralatan hukum Boyle dengan nst millimeterblok 1 mm Air secukupnya
5. 6. 7.
8. 9. 10.
IV.
Langkah-Langkah Percobaan
Keterangan :
d = tinggi kolom gas (udara) K A = kaki pipa tertutup h = selisih tinggi raksa pada kedua kaki h A B d
5. Mengukur diameter pipa dengan jangka sorong. 6. Membuka kran K dan menyamakan tinggi permukaan raksa pada kedua kaki dengan
Tekanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus P = P0 + gh , dengan adalah massa jenis air raksa yang besarnya 1,36 gr/cm3 dan g adalah percepatan gravitasi bumi yang besarnya 9,8 m/s2.
9. Mengukur ketinggian kolom udara pada ruang tertutup (d), kemudian menghitung volume
gas. dengan menggunakan rumus V = r 2 d , dengan r adalah jari-jari pipa. 10. Mencatat hasil pengukuran untuk suhu tetap pada jurnal praktikum.
11. Mengubah tekanan udara dalam ruang tertutup dengan jalan mengubah tinggi rendah kaki
pipa terbuka, kemudian mencatat perubahan tekanan dan volume udara dengan mengukur h dan d seperti langkah 8,9 dan 10 sebanyak 10 kali 12. Membuka kran K dan menghubungkan labu gelas ke pipa dengan selang karet, kemudian mengikatnya dengan isolasi agar tidak terjadi kebocoran.
13. Setelah itu, memasukan labu gelas ke dalam bejana yang telah diisi dengan air dan es
sampai labu terendam, seperti tampak pada gambar 1.7 berikut ini
Keterangan : K d h h = selisih tinggi raksa pada kedua kaki d = tinggi kolom gas (udara) A B A = kaki pipa tertutup B = kaki pipa terbuka K = kran penutup Gambar 1.7 Y Peralatan hukum Boyle Y= kompor listrik
14. Melakukan pengukuran pada volume konstan dengan cara menaikkan atau menurunkan kaki pipa terbuka sedemikian rupa sehingga kolom udara di atas raksa pada pipa A tingginya tetap sebesar d. 15. Mencatat suhu gas dengan cara mengukur suhu campuran es dan air pada bejana. menghitung serta mencatat tekanan dengan mengukur h. 16. Mengubah suhu gas dengan memanaskan bejana berisi es dan air sampai suhunya beberapa
0
C.
17.Mengatur agar tinggi (d) tetap seperti pada langkah 14 dan melakukan kegiatan 15 dan 16 sebanyak 8 kali. Serta mencatat hasilnya dalam tabel. 18.Mencari hubungan antara suhu dan volume pada tekanan yang tetap. Tekanan tetap dapat diperoleh dengan cara mengatur agar perbedaan tinggi kolom raksa pada kedua kaki (h) selalu tetap. 19. Mencatat data volume untuk 10 nilai suhu yang berbeda. 20. Mengubah suhu seperti pada langkah 15 dan membaca volume dengan cara mengukur (d) setelah (h) dibuat konstan. 21. Mencatat hasilnya dalam tabel. V. Data Hasil Percobaan Po = 734,6 mmHG = 73,46 cmHG t = 26,1 0C d = 0,68 cm, r = 0,34 cm Tabel 1
cm3
T(oK) P/T
cmHg
T (oK) V/T
VI. Teknik Analisis data Dalam percobaan ini kita tidak menentukan besarnya sesuatu,akan tetapi kita hanya mempelajari hukum-hukum gas, sehingga analisis dilakukan secara kualitatif yaitu dengan menjawab pertanyaan. Sedangkan untuk mengecek hukum-hukum gas, baik hukum Boyle, hukum Charles, maupun hukum Gay Lussac dilakukan dengan membandingkan grafik yang penulis peroleh dari hasil percobaan dengan grafik yang seharusnya diperoleh secara teori.
Langkah analisis yang lakukan adalah sebagai berikut. Melengkapi tabel hasil pengamatan hingga kolom terakhir.
Membandingkan nilai data pada tabel 1, 2, dan 3. Nilai ini tidak lain adalah konstanta
pembanding. Apabila semua harga yang tercantum pada kolom terakhir besarnya tetap dalam batas ketelitian percobaan, itu menunjukkan keberhasilan dalam memeriksa rumus gas ideal dengan baik.
Melukis grafik P-V brdasarkan data pada tabel 1, grafik P-T berdasarkan data pada tabel 2,
dan grafik V-T berdasarkan data pada tabel 3. Kemudian menganalisis grafik yang dapatkan, apakah sesuai dengan teori atau tidak. Apabila sebaran data berada pada atau disekitar kurva, maka dianggap berhasil mengecek hukum-hukum gas di atas. Untuk dapat melukis grafik dengan baik, pertama-tama harus mengetahui cara melukis grafik dengan benar terutama saat menarik garis ekstrapolasi dari sebaran data percobaan. Untuk mengisi setiap kolom hasil percobaan, maka dilakukan beberapa perhitungan, yaitu sebagai berikut.
Untuk Temperatur (T) Konstan
Karena temperaturnya dibuat konstan, maka disini yang dicari untuk melengkapi tabel 1 adalah V(volume) , P( tekanan), PV. Volumenya dapat dihitung dengan rumus : V = r 2 d (7) dimana nilai r dan d sudah diukur diawal percobaan, sedangkan = 22/7 atau 3,14. Sedangkan untuk menghitung tekanan gas digunakan persamaan : P = P0 + gh (8)
Pengaturan volume konstan dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan kaki pipa terbuka sedemikian rupa sehingga kolom udara di atas raksa pada pipa A tingginya tetap sebesar (d). Yang diamati adalah perbedaan ketinggian(h) air raksa (Hg) dari pipa A Pada volume konstan yang dicari adalah temperature(T) ,tekanan gas(P), dan P/T untuk melengkapi tabel 2. dimana temperature tersebut dapat diukur secara langsung dengan mengukur suhu campuran es dan air pada bejana, sedangkan menghitung nilai P adalah dengan menggunakan persamaan (8). Sehingga dari nilai T dan P yang telah diketahui, kita dapat mencari nilai P/T. Untuk Tekanan (P) Konstan Untuk tekanan tetap dapat diperoleh dengan cara mengatur agar perbedaan tinggi kolom raksa pada kedua kaki (h) selalu tetap, Setelah adanya peningkatan suhu atau penurunan suhu nantinya air raksa akan bergerak sedikit demi sedikit, (h) dibuat konstan dengan maksud agar tekanan (P) konstan. Perubahan tinggi kolom raksa (d) diukur dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel data hasil pengamatan yang berisikan variabel d (cm) dan temperatur (0C). Volume dicari dengan menggunakan rumus r 2 d . Sedangkan temperatur didapat dengan cara melihat langsung skala yang ditunjukan oleh termometer. Sehingga setelah V dan T diketahui, maka V/T dapat dihitung. (keterangan : dalam melakukan perhitungan, dilakukan penyetaraan satuan, dimana satuannya diubah menjadi satuan international.)
1,93 1,83 1,86 1,86 1,83 1,83 1,80 1,76 1,74 1,71
9,80 x 104 9,83 x 104 9,83 x 104 9,86 x 104 9,86 x 104 9,88 x 104 9,92 x 104 9,95 x 104 9,97 x 104
0,193 x 10-4 0,189 x 10-4 0,189 x 10-4 0,186 x 10-4 0,186 x 10-4 0,182 x 10-4 0,179 x 10-4 0,175 x 10-4 0,171 x 10-4
9,79 x 104 9,77 x 104 9,77 x 104 9,79 x 104 9,79 x 104
2,73 x 102 2,69 x 102 2,68 x 102 2,67 x 102 2,67 x 102
cmHg
T (oK) 368 36 3 V/T 5,54 x 10-8 5,51 x 10-8
0,204 x 10-4 0,200 x 10-4 0,197 x 10-4 0,190 x 10-4 0,182 x 10-4 0,181 x 10-4 0,179 x 10-4 0,178 x 10-4 0,175 x 10-4
54,3
84,0
35 7
5,52 x 10-8
52,4
80,0
35 3
5,38 x 10-8
50,2
76,0
34 9
5,21 x 10-8
50,0
74,0
34 7
5,22 x 10-8
49,5
72,0
34 5
5,19 x 10-8
49,0
70,0
34 3
5,19 x 10-8
48,2
68,0
34 1
5,13 x 10-8
0,171 x 10-4
33 8
5,06 x 10-8
GRAFIK P - T
GRAFIK V - T
VIII. Pembahasan
a.
Dari analisis data yang telah dilakukan terdapat berbagai penyimpangan penyimpangan yang terjadi , terutama pada hasilnya. Hal ini disebabkan karena terjadi kesalahan-kesalahan pada saat melakukan kegiatan pratikum. Bila dilihat dari hasil yang telah didapatkan yang tertera pada tabel pada hasil analisis data, dan dibandingkan dengan hukum gas yang ada( hukum Boyle, hukum Charles, hukum Gay lussac), maka hasilnya tidaklah sesuai, akan tetapi ketidaksesuian tersebut hanyalah kecil. Menurut hukum Boyle, gas yang berada pada bejana tertutup, jika temperature dipertahankan konstan maka tekanan gas akan berbanding terbalik dengan volumenya , yang ditulis PV = konstan. Dengan melihat ini maka, pada hasil analisis data untuk temperature konstan, seharusnya pada kolom PV hasilnya adalah sama dari percobaan 1 sampai percobaan ke -10. Pada kolom PV tersebut hasil yang didapatkan berbeda, , tetapi Selisih perbedaan hasilnya masih dapat dibilang kecil. Sedangkan hukum Charles, mengatakan bahwa Jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya, yang ditulis V/T = konstan. Apabila kita lihat pada hasil analisis data, pada kolom V/T seharusnya sama nilainya, tetapi hasil yang didapatkan berbeda sedikit. Begitu pula pada hukum Gay lussac, dikatakan bahwa apabila volume gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu
Kesalahan ini disebabkan karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia(personal) itu sendiri, seperti dalam pembacaan skala alat ukur serta kesalahan dalam penaksiran hasilhasil pengukuran. Kesalahan umum yang kami lakukan saat pratikum adalah : 1) tidak tepatnya saat menyamakan tinggi permukaan raksa pada kedua kaki pipa. 2) ketika mengukur selisih tinggi kolom raksa pada kedua kaki, dimana kesalahannya adalah pembacaan skala pada millimeter blok. 3) kurang teliti dalam membaca skala maupun penafsiran skalanya pada alat ukur yang digunakan( jangka sorong, thermometer). 2. Kesalahan Sistematis Kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur atau instrumen dan pengaruh lingkungan pada saat melakukan percobaan. Kesalahan sistematis yang terjadi pada saat melakukan kegiatan pratikum, diantaranya : alat yang digunakan saat mengukur diameter pipa adalah jangka sorong, semestinya alat ukur yang digunakan adalah mikrometer. Karena mikrometer memilki ketelitian yang tinggi dari pada jangka sorong, saat mikrometer digunakan untuk mengukur benda yang kecil. Kesalahan sistematis yang lain terjadi adalah ketika mengukur selisih tinggi kolom raksa pada kedua kaki pipa, dimana warna raksa hampir mirip dengan warna pipa, sehingga mengalami kesulitan saat mengukurnya.
3. Kesalahan Acak, kesalahan yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya, namun
berpengaruh besar terhadap percobaan. Seperti dalam pratikum yang dilakukan, Tekanan di tempat praktikum tidak konstan sehingga dapat mempengaruhi hasil dalam praktikum.
dilakukan.
2. Kendala saat Pengukuran V dan T untuk P tetap, disini kami harus menunggu dalam
selang waktu tertentu agar temperature gas mengalami penurunan. Karena cukup lama menunggu, maka pipa yang dipegang sering bergeser.
3. Dalam menganalis data terlalu banyak variable yang dihitung, seperti menghitung P1
sampai P10, V1 sampai V10, T1 sampai T10, P1V1 sampai P10V10, P1/T1 sampai P10/T10 dan V1/T1 sampai V10/T10 IX . Jawaban pertanyaan
1. Perbedaan tinggi skala pada kedua kaki pipa dapat menyebabkan tekanan pada udara yang
terkurung di pipa tertutup, hal ini dapat kita ketahui melalui hukum tekanan Hirostatik(P h) , secara sistematis hukum ini ditulis : P = gh . dimana dalam hal ini P merupakan tekanan gas, adalah massa jenis raksa( besarnya sudah diketahui) , g merupakan percepatan gravitasi yang besarnya 9,8 m/s2, h adalah selisih tinggi kolom raksa pada kedua kaki pipa. sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan terjadi karena adanya agar perbedaan tinggi kolom raksa pada kedua kaki (h).
2. Dari grafik P-V, grafik P-T , dan grafik V-T , dapat diperoleh bahwa : 1) Pada grafik P-V
(T tetap) diperoleh grafik isotermal. Grafik itu menunjukkan bahwa tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas, atau grafik P-V tersebut dapat dinyatakan bahwa apabila tekanannya diperbesar maka volume gas menjadi lebih kecil dan sebaliknya(PV = konstan). Pada grafik P-T (V konstan) diperoleh grafik isokorik, grafik ini menunjukan bahwa apabila tekanan gas mengalami kenaikan ,maka temperaturnya juga mengalami kenaikkan, begitu juga sebaliknya.( P/T = konstan). Sedangkan pada grafik V-T (P konstan) diperoleh grafik isobarik, grafik V-T ini menunjukkan bahwa apabila olume gas naik, maka temperatur gas juga naik, dan sebaliknya.
tekanan sangat tinggi atau pada tekanan yang sangat rendah. Hal ini, terbukti dari grafik yang terbentuk . jika kita meneruskan untuk membuat grafik sampai nilai P yang cukup tinggi maka nilai volume(V) gas cenderung untuk tidak berubah,dengan kata lain perubahan volume yang didapatkan adalah relatif kecil. Begitu pula bila grafik dilanjutkan sampai pada tekanan (P) yang cukup rendah maka dengan sedikit penurunan tekanan akan diimbangi perubahan volume yang sangat besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum Boyle tidak berlaku lagi pada pengukuran tekanan yang sangat tinggi dan tidak berlaku pula pada pengukuran tekanan yang sangat rendah.
X. Kesimpulan
1. Prinsip persamaan gas ideal, adalah keadaan suatu gas ideal tang dipengaruhi oleh tiga
besaran yang saling berhubungan satu sama lain yaitu tekanan (P), volume (V), dan temperatur (T). Hubungan besaran yang satu dengan yang lainnya ini disebut dengan persamaan keadaan.
2. Persamaan keadaan
V P PV = C 2 , dan = C3 , sehingga diperoleh = C 4 . Persamaan ini dikenal dengan hukum T T T gas ideal, karena C4 sama dengan nR dan nR sama dengan Nk. Maka persamaan itu menjadi : P V = n R T atau PV = NkT
3. Hukum Boyle, Hukum Charles, Hukum Gay Lussac pada penerapannya tidak berlaku
secara tepat untuk gas ideal pada sembarang suhu, pada tekanan sangat tinggi, dan volume yang sangat besar.
LAMPIRAN
P0 = tekanan udara luar (73,46 cmHg = 73,46 x 1,01 . 10 5 = 9,76 . 10 4 Pa ) 76,0
= massa jenis air raksa (1,36 gr/cm3 = 0,136 . 10 4 kg/m3) g = percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2) r = 0,34 cm = 3,4 x 10-3 m ( r adalah jari-jari pipa) h dan d yang semula satuannya cm diubah menjadi meter
Percobaan ke
1. Menghitung
Penyelesaian : P1= P0 + gh1 P1 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,015 m) P1 = 9,76 . 104 Pa + 0,019992 . 104 Pa P1= 9,78 x 104 Pa V1= r 2 d1 V1= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,542 m V1 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,542 m V1 = 0,197 x 10-4 m3 P1V1 = 9,78 x 104 Pa . 0,197 x 10-4 m3 P1V1 = 1,93 Pa. m3
2. Menghitung P2, V2, dan P2V2
penyelesain P2= P0 + gh2 P2 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,033 m) P2 = 9,76 . 104 Pa + 0,0439824 . 104 Pa
penyelesain P3= P0 + gh3 P3 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,052 m) P3 = 9,76 . 104 Pa + 0,0693056 . 104 Pa P3 = 9,83 x 104 Pa V3= r 2 d 3 V3= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,522 m V3 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,522 m V3 = 0,189 x 10-4 m3 P3V3 = 9,83 x 104 Pa . 0,189 x 10-4 m3 P3V3 = 1,86 Pa. m3
4. Menghitung
penyelesaian P5= P0 + gh5 P5 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,072 m) P5 = 9,76 . 104 Pa + 0,0959616 . 104 Pa P5 = 9,86 x 104 Pa V5= r 2 d 5 V5= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,512 m V5 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,512 m 1
penyelesaian P6= P0 + gh6 P6 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,074 m) P6 = 9,76 . 104 Pa + 0,0986272 . 104 Pa P6 = 9,86 x 104 Pa V6= r 2 d 6 V6= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,522 m V6 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,512 m V6 = 0,186 x 10-4 m3 P6V6 = 9,86 x 104 Pa . 0,186 x 10-4 m3 P6V6 = 1,83 Pa. m3
4. Menghitung P7, V7, dan P7V7
penyelesaian P7= P0 + gh7 P7 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,092 m) P7 = 9,76 . 104 Pa + 0,1226176 . 104 Pa
penyelesaian P8= P0 + gh8 P8 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,117 m) P8 = 9,76 . 104 Pa + 0,1559376 . 104 Pa P8 = 9,92 x 104 Pa V8= r 2 d 8 V8= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,492 m V8 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,492 m V8 = 0,179 x 10-4 m3 P8V8 = 9,92 x 104 Pa . 0,179 x 10-4 m3 P8V8 = 1,76 Pa. m3
penyelesaian P9= P0 + gh9 P9 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,142 m) P9 = 9,76 . 104 Pa + 0,1892576 . 104 Pa P9 = 9,95 x 104 Pa V9= r 2 d 9 V9= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,482 m V9 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,482 m V9 = 0,175 x 10-4 m3 P9V9 = 9,95 x 104 Pa . 0,175 x 10-4 m3 P9V9 = 1,74 Pa. m3
7. Menghitung P10, V10, dan P10V10
penyelesaian P10= P0 + gh10 P10 = 9,76 . 104 Pa + (0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,158 m) P10 = 9,76 . 104 Pa + 0,2105824 . 104 Pa P10 = 9,97 x 104 Pa V10= r 2 d10
Percobaan ke
1. Menghitung P1 , T1, P1/T1
Penyelesaian P1 = P0 + gh1 P1 = 9,76 x 104 Pa + 0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2. 0,02 m P1 = 9,76 x 104 Pa + 0,026656 x 104 Pa P1 = 9,79 x 104 Pa T1 = (T0C + 273)K T1 = 24 + 273 = 297 K P1 9,97 x 10 4 = T1 297 P1 = 3,36 x 10 2 Pa / K T1
2. Menghitung P2 , T2, P2/T2
Penyelesaian P3 = P0 + gh3 P3= 9,76 x 104 Pa + 0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2. 0,01 m P3 = 9,76 x 104 Pa + 0,013328 x 104 Pa P3 = 9,77 x 104 Pa T3 = (T0C + 273)K T3 = 82 + 273 = 355 K
Penyelesaian P4 = P0 + gh4 P4=9,76 x 104 Pa + 0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2. 0,02 m P4 = 9,76 x 104 Pa + 0,026656 x 104 Pa P4 = 9,79 x 104 Pa T4 = (T0C + 273)K T4 = 86 + 273 = 359 K P4 9,79 x 10 4 = T4 359 P4 = 2,73 x 10 2 Pa / K T4
5. Menghitung P5 , T5, P5/T5
Penyelesaian P5 = P0 + gh5 P5= 9,76 x 104 Pa + 0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2. 0,01 m P5 = 9,76 x 104 Pa + 0,013328 x 104 Pa P5 = 9,77 x 104 Pa
Penyelesaian P6 = P0 + gh6 P6= 9,76 x 104 Pa + 0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2. 0,01 m P6= 9,76 x 104 Pa + 0,013328 x 104 Pa P6 = 9,77 x 104 Pa T6 = (T0C + 273)K T6 = 92 + 273 = 365 K P6 9,77 x 10 4 = T6 365 P6 = 2,68 x 10 2 Pa / K T6
7. Menghitung P7 , T7, P7/T7
Penyelesaian P7 = P0 + gh7
Penyelesaian P8 = P0 + gh8 P8=9,76 x 104 Pa + 0,136 x 104 kg/m3 . 9,8 m/s2. 0,02 m P8 = 9,76 x 104 Pa + 0,026656 x 104 Pa P8 = 9,79 x 104 Pa T8 = (T0C + 273)K T8 = 94 + 273 = 367 K P8 9,79 x 10 4 = T8 367 P8 = 2,67 x 10 2 Pa / K T8
Percobaan ke
1. Menghitung V1, T1, dan V1/T1
Penyelesaian : V1= r 2 d1 V1= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,562 m V1 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,562 m V1 = 0,204 x 10-4 m3
T1 = T(0C) + 273 T1 = 95,0 + 273 T1 (K) = 368 K
Penyelesaian : V2= r 2 d 2 V2= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,552 m V2 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,552 m V2 = 0,200 x 10-4 m3
T2 = T(0C) + 273
Penyelesaian : V3= r 2 d 3 V3= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,543 m V3 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,543 m V3 = 0,197 x 10-4 m3
T3 = T(0C) + 273 T3 = 84 + 273 T3 (K) = 357 K
Penyelesaian : V4= r 2 d 4 V4= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,524 m V4 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,524 m
Penyelesaian : V5= r 2 d 5 V5= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,502 m V5 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,502 m V5 = 0,182 x 10-4 m3
T5 = T(0C) + 273 T5 = 76+ 273 T5 (K) = 349 K
Penyelesaian : V6= r 2 d 6
Menghitung
Penyelesaian : V7= r 2 d 7 V7= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,495 m V7 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,495 m V7 = 0,179 x 10-4 m3
T7 = T(0C) + 273 T7 = 72 + 273 T7 (K) = 345 K
Menghitung V9, T9, dan V9/T9 Penyelesaian : V9= r 2 d 9 V9= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,482 m V9 = 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,482 m V9 = 0,175 x 10-4 m3
T9 = T(0C) + 273 T9 = 68 + 273 T9 (K) = 341 K
Menghitung V10, T10, dan V10/T10 Penyelesaian : V10= r 2 d 9 V10= 3,14 x (3,4 x 10-3 m)2 x 0,470 m V10= 3,14 x 11,56 . 10-6 m2 x 0,470 m V10= 0,171 x 10-4 m3
T10 = T(0C) + 273 T10 = 65 + 273 T10 (K) = 338 K
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Pujani, Ni Made dan rapi. 2006. Petunjuk praktikum Fis lab II.Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha.