You are on page 1of 13

LAPORAN PRATIKUM

MUAI LINEAR
OLEH:
KOMANG SUARDIKA (0913021034)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2010
1
PERCOBAAN MUAI LINIER
I. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari sifat-sifat muai termal dari batang logam
2. Menentukan besarnya koefisien muai linier dari berbagai logam
II. Landasan Teori
Pada umumnya zat padat, cair,dan gas jika mengalami perubahan suhu, keadaan fisis benda
tersebut akan berubah. seperti pada zat padat jika suhunya berubah maka panjangnya akan
berubah, sedangkan zat cair suhunya berubah adalah volumenya, pada gas suhunya berubah maka
volume atau tekanannya. Benda yang mengalami perubahan bentuk fisika berupa pertambahan
panjang, luas atau volume disebut mengalami pemuaian Pemuaian Zat Padat
Materi/zat pada umunya memuai jika dipanaskan dan mengkerut jika didinginkan. Zat padat
mengalami tiga jenis pemuaian jika suhunya naik, yaitu muai panjang, luas, dan volume.
Muai Panjang
Pada gambar 1 diatas terdapat batang logam tipis dengan panjang mula-mula L
O
pada temperature
T
0
, kemudian logam tersebut dipanaskan sampai temperature T sehingga
panjangnya menjadi L, dimana L = L
O
+ L. perubahan panjang ( L) berbanding lurus dengan
dengan L dan perubahan temperaturnya ( T). sehingga secara matematis ditulis :
2
L L
O
L
gambar 1
T L L . . ..(1)
dengan

adalah koefesien muai linier dari material dengan satuan K


-1
L = L L
o
T = T T
0
L
0
= Panjang Semula Benda (m)
L = panjang akhir benda (m)
T = suhu akhir benda (
0
C)
T
o
= suhu awal benda (
0
C)
Pada bahan-bahan tidak isotropik, seperti misalnya sejenis kristal nilai

bisa berbeda, tergantung


pada arah sumbu mana pemuaiannya diukur. Dalam percobaan ini akan diukur bahan isotropik
yang mana pemuainnya diukur dalam satu dimensinya. Demikian juga

nya tidak merupakan


fungsi suhu. Berdasarkan difinisi koefesien muai panjang, panjang baru bahan dapat dihitung dari
persamaan :
{ + 1
1 2
L L
( ) }
1 2
T T

..(2)
Dengan L
2
panjang bahan pada saat suhu T
2
, dan L
1
panjang bahan pada suhu T
1
dan

nilai rata-
rata koefisien muai linier antara T1 dan T2. Untuk perhitungan yang lebih teliti maka harus
digunakan persamaan :
L = L
0
( 1 + at + bt
2
+ ct
3
)..........................................................................(3)
Dimana a, b, dan c adalah konstanta untuk perubahan suhu-suhu yang kecil b dan c dan

adalah
dalam hal ini :

(t) =
Ldt
dL 1
..(4)
Pada table 1 di bawah ini merupakan nilai koefisien muai panjang untuk zat padat yang pada
temperature 20
0
C
3
Tabel 1 : nilai koefisien muai panjang pada suhu 20
0
C
sumber :
giancoli jilid
1 edisi ke 5
Tabel 2 :
nilai koefisien muai panjang
Zat Padat Koefisien muai panjang,

(
0
C)
-1
Tembaga 17 x 10
-6
Gelas 9 x 10
-6
Perunggu 19 x 10
-6
Perak 18 x 10
-6
Emas 14 x 10
-6
Sumber : Fisika dan kecakapan hidup untuk SMA
III. Alat dan Bahan
1. Dua macam pipa logam. ( tembaga dan aluminium)
2. Termometer. ( nst = 2,0
0
C)
3. Satu set alat ukur Dial Gauge. ( nst = 0,01 mm)
4. 1 buah ember.
5. Statif.
6. Mistar (nst = 0,50 cm )
7. Satu set generator uap
8. Air secukupnya.
9. Tissue secukupnya.
4
Zat Padat Koefisien muai panjang,

(
0
C)
-1
Aluminium 25 x 10
-6
Kuningan 19 x 10
-6
Besi/baja 12 x 10
-6
Timah hitam 29 x 10
-6
Kaca( pirek) 3 x 10
-6
Kwarsa 0,4 x 10
-6
Beton dan bata

12 x 10
-6
marmer 1,4 3,5 x 10
-6
Selang
Statif
Termometer Dial Gauge
selang
Ember
Generator
Pipa logam
IV. Langkah langkah Percobaan
Adapun langkah kerja dalam percobaan ini , sebagai berikut.
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pratikum.
2. Mengukur L, yaitu panjang dari pipa logam yang akan dicari koefisien muai liniernya
(tembaga dan aluminium). Mengukurnya dari pinggiran dalam kancing pada salah satu
ujung sampai pinggiran dalam kaitan pada ujung yang lain. ( perhatikan gambar di bawah
ini)
3. Meletakkan pipa logam tembaga yang akan dicari muai liniernya pada landasannya. Salah
satu ujungnya dijepit pada tempat yang tersedia dan kaitan pada ujung yang lain menekan
lengan spiral dari alat ukur Dial Gauge.
4. Meletakkan temometer di tengah-tengah pipa tembaga, seperti pada gambar diatas.
Kemudian mengukur suhu awal pipa tembaga ( suhu kamar).
5. Menghubungkan selang karet dari generator uap ke ujung pipa yang lebih jauh dari
pengukur Dial Gauge. Dan menaikkan sedikit ujung pipa ini dengan jalan menumpunya
sehingga uap yang mengembun dalam pipa mudah keluar dan menampung air embun
tersebut dengan ember.
5
UAP
6. Mengatur Dial Gauge agar jarumnya menunjukkan angka nol.
7. Mengisi generator uap dengan air secukupnya.
8. Menghidupkan generator uap. Mencatat petunjuk Dial Gauge dan suhu selama uap
mengalir. Yang ditunjukkan oleh Dial Gauge adalah L .
9. Mencatat hasilnya pada jurnal yang telah dibuat.
10. Mengulang percobaan tersebut dengan menggunakan pipa logam aluminium.
V. Data hasil Percobaan
Bahan 1 : Tembaga
Bahan L (mm) L (mm) T
kamar
(
0
C) T
panas
(
0
C) T (
0
C)
Tembaga 745,0 32,00 31,0 56,0
Tembaga 745,0 38,00 31,0 52,0
Tembaga 745,0 48,00 31,0 50,0
Tembaga 745,0 57,00 31,0 44,0
Tembaga 745,0 60,00 31,0 42,0
Tembaga 745,0 62,50 31,0 40,0
Tembaga 745,0 64,00 31,0 38,0
Tembaga 745,0 67,00 31,0 36,0
Bahan 2 : Aluminium
Bahan L (mm) L (mm) T
kamar
(
0
C) T
panas
(
0
C) T (
0
C)
Aluminium 745,0 1,00 31,0 48,0
Aluminium 745,0 1,50 31,0 60,0
Aluminium 745,0 2,00 31,0 62,0
Aluminium 745,0 3,50 31,0 58,0
Aluminium 745,0 4,00 31,0 62,0
Aluminium 745,0 4,50 31,0 61,0
Aluminium 745,0 5,00 31,0 60,0
Aluminium 745,0 7,00 31,0 60,0
Aluminium 745,0 8,00 31,0 60,0
Aluminium 745,0 8,50 31,0 58,0
6
VI. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah metode regresi sederhana.
Sebagai dasar analisis adalah persamaan (1) yang dalam bentuk lainnya
adalah:
y = a + bx .................................................................................(3)
Dengan konstanta a = 0. Hasil modifikasi dari persamaan (3) yaitu :
y
i
=b x
i
..(4)
dengan yi = L dan x
i
= T masing-masing menyatakan perubahan panjang dan kenaikan suhu
yang dialami oleh batang logam (bahan). Berdasarkan persamaan (1) dan (4) maka konstanta b
memenuhi persamaan :
b = L
o
.(5)
dengan adalah koefisien muai panjang batang dan L
o
adalah panjang batang logam sebelum
dipanaskan. Konstanta b dalam persamaan (5) dapat dihitung dengan persamaan:
b =
( )

2
2
i i
i i i i
x x N
y x y x N
.......................................................... (6)
Dengan N adalah banyaknya variasi L sebagai fungsi T. Simpangan baku (b) ditentukan
dengan persamaan:
b = s
y
( )
2 / 1
2
2
1
1
]
1

i i
x x N
N

................................................(7)
Dengan s
y
adalah penduga terbaik untuk nilai b terhadap garis lurus y
i
= b x
i
yang dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
7
s
y
2
=
( ) ( ) ( )
( )
1
1
]
1




2
2
2
2
2
2
2
2
1
i i
i i i i i i i i
i
x x N
y x N y y x x y x
y
N
.(8)
dari persamaan (5) yaitu b =

L
0
, diperoleh b = L
0

, maka :

=
0
L
b
(9)
Untuk menghitung besarnya koefisien muai panjang logam digunakan persamaan (5)yang bentuk
lainya memenuhi:
=
o
L
b
.......................................................................(10)
Dengan demikian, maka hasil perhitungan besarnya koefisien muai panjang logam dari hasil
percobaan dapat diusulkan sebagai berikut:
= (

t ) ............................................................. (11)
Dengan adalah besarnya koefisien muai panjang logam yang digunakan,

adalah nilai rata-


rata koefisien muai panjang logam yang dihitung dari persamaan (10) dan adalah simpangan
baku koefisien muai panjang logam yang diperoleh dari perhitungan menggunakan persamaan (9).
Kesalahan relatif hasil pengukuran adalah :
KR=
,
_

x 100 % ..............................................................(12)
Keakuratan nilai koefisien muai panjang logam hasil pengukuran adalah :
Keakuratan =
standar nilai
standar nilai - praktikum nilai
x 100% .......................(13)
8
VII. Hasil Analisis Data
Dari hasil praktikum dan analisis data, maka diperoleh besarnya koefisien muai linier dari dua
jenis logam yang digunakan dalam percobaan yaitu : Untuk logam tenbaga diperoleh koefisien
muai liniernya sebesar
1 0 6
10 ) 3 , 1343 3 , 495 (

t C x , dengan kesalahan relatifnya sebesar
271,21% dan dengan keakuratan sebesar 2813,53 %. Sedangkan untuk logam aluminium diperoleh
koefisien muai linier sebesar
1 0 6
10 ) 300 400 (

t C x , dengan kesalahan relatifnya sebesar
75 % dan dengan keakuratan sebesar 1500 %.
VIII. Jawaban Pertanyaan
1. Berdasarkan dari analisis data yang telah diperoleh, jika kita bandingkan hasil koefisien
muai panjang dari percobaan dengan nilai koefisien muai panjang pada buku pegangan
( buku sumber) maka hasilnya sangat jauh menyimpang.
Kesalahan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu untuk logam tembaga sebesar 271,21 %
dan untuk logam aluminium sebesar 75 %. Kesalahan dari hasil percobaan ini dapat
dikatakan terlalu tinggi, karena berdasarkan buku petunjuk pratikum fislab II presentase
kesalahan pengukuran yang masih dapat diterima besarnya lebih kecil dari 10%.
Sedangkan kesalahan dalam percobaan yang dilakukan melebihi 10%.
Akan tetapi kesalahan ini tidaklah bersifat konsisten, karena kesalahan ini hanya ditentukan
harga dan . Dimana persentase kesalahan dapat dicari dengan :
% 100 x


. Jadi
disini jika

semakin kecil dan semakin besar, maka akan diperoleh persentase
kesalahan yang kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belum tentu jika kesalahan
relatifnya kecil maka hasil yang diperoleh akan baik.
2. Sumber sumber kesalahan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pada hasil
percobaan dengan teori diantaranya:
9
a. Kesalahan dalam membaca skala pada Dial Gauge, sehingga menyebabkan hasilnya
jauh menyimpang. Cara mengatasi kesalahan ini adalah dengan membaca skala dial
gauge dengan benar dan tepat. Jika tidak mengetahui cara membaca skalanya, ada
baiknya ditanyakan kepada teman yang bisa atau kepada dosen pembimbing.
b. Jarum Dial Gauge sangat cepat bergerak sehingga sangat sulit dalam pembacaan
skala dengan suhu yang tepat. Cara mengatasinya adalah dengan bekerja secara
kompak dengan kelompok, maksudnya antara yang membaca skala pada
termometer dengan yang membaca skala dial gauge harus bersamaan. Sehingga
hasil yang didapatkan akan lebih baik.
c. Termometer yang ada hanya satu sehingga menyulitkan kami dalam
mengembalikan suhu pada termometer agar sesuai dengan suhu kamar. Pada saat
percobaan untuk logam aluminium, kami menunggu lebih lama agar termometer
menunnjukkan suhu kamar karena sebelumnya termometer ini digunakan untuk
mengkur temperatur logam tembaga saat dipanaskan. Cara untuk mengatasinya
adalah kalau memungkinkan untuk bisa membeli satu termometer, sebaiknya
dibeli.,Karena ini juga demi mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik.
3. Pada pemuian volume untuk pertambahan volumenya dihitung dengan
T x V x V
,
dimana pada persamaan tersebut

merupakan koefisien muai volume. Besarnya koefisien


muai volume adalah sama dengan tiga kali dari koefisien muai panjang. Secara matematis
ditulis :

= 3

. Maka koefisien muai volume untuk loga yang diselidiki adalah sebagai
berikut.
a. Koefisien muai volume tembaga dari hasil percobaan:
= 3
= 3 x
1 0 6
10 3 , 495

C x
= 1485,9 x 10
-6

o
C
-1
= 0,0015
o
C
-1
b. Koefisien muai volume Aluminium dari hasil percobaan:
= 3
= 3 x
1 0 6
10 400

C x
10
= 1200 x 10
-6

o
C
-1
=0,0012
o
C
-1
IX. Pembahasan
Dari hasil analisis data dapat dibandingkan hasilnya dengan nilai yang tercantum pada buku
sumber. Dimana pada percobaan untuk batang logam tembaga diperoleh koefisien muai panjang
sebesar
1 0 6
10 ) 3 , 1343 3 , 495 (

t C x , sedangkan pada buku sumber koefisien muai panjang
untuk tembaga adalah 17 x 10
-6

0
C
-1
. Begitu juga untuk batang logam aluminium pada percobaan
diperoleh sebesar sebesar
1 0 6
10 ) 300 400 (

t C x , sedangkan pada buku sumber koefisien
muai panjang untuk aluminium adalah 25 x 10
-6

0
C
-1
. Dengan membandingkan hasil koefisien
muai panjang yang didapatkan pada percobaan dengan koefisien muai panjang pada buku sumber,
sangat jelas bahwa hasil pada percobaan jauh menyimpang. Hal ini disebabkan dalam melakukan
percobaan terjadi kesalahan-kesalahan, kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan umum ,
kesalahan sistematis, dan kesalahan acak.
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum, yakni kesalahan yang terjadi karena kekeliruan pengamat. Kesalahan
umum yang terjadi saat percobaan adalah kesalahan saat pembacaan alat termometer dan
Dial Gauge sehingga berpengaruh terhadap hasil percobaan.
2. Kesalahan Sistematis
Kesalahan sistematis, yakni kesalahan yang terjadi karena alat ukur dan pengaruh
lingkungan. Kesalahan karena pengaruh lingkungan adalah suhu di dalam ruangan pratikuk
yang berubah.
3. Kesalahan Acak.
kesalahan yang kita tidak ketahui secara pasti penyebabnya, namun berpengaruh besar
terhadap data hasil percobaan.
11
kendala yang dihadapi pengamat dalam melakukan percobaan adalah antara lain:
1. Suhu dan kondisi lingkungan didalam laboratorium berubah-ubah yang mempengaruhi
instrument praktikum. Sehingga nilai yang diperlihatkan oleh instrumen tersebut berubah-
ubah dari percobaan yang dilakukan.
2. Jarum Dial Gauge lebih cepat bergerak dari pada pemuaian air raksa pada termometer
sehingga menyulitkan pengamat dalam membaca skala.
3. Sensitifnya Dial Gauge terhadap getaran, sehingga menyulitkan dalam kalibrasi alat tersebut,
karena sedikit saja meja bergetar maka jarum Dial Gauge akan bergerak.
4. Cepatnya putaran jarum pada Dial Gauge menyebakan kami harus sangat teliti dalam
mengamtinya.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat
disimpulkan :
1. Sifat-sifat muai termal dari batang logam adalah bahwa semakin dipanaskan batang
logam akan semakin memuai, atau perubahan panjang ( L) berbanding lurus dengan
dengan L dan perubahan temperaturnya ( T).
2. Untuk logam tenbaga diperoleh koefisien muai liniernya sebesar
1 0 6
10 ) 3 , 1343 3 , 495 (

t C x , dengan kesalahan relatifnya sebesar 271,21 %
dan dengan keakuratan sebesar 2813,53 %. Sedangkan untuk logam aliminium
diperoleh koefisien muai linier sebesar
1 0 6
10 ) 300 400 (

t C x , dengan
kesalahan relatifnya sebesar 75 % dan dengan keakuratan sebesar 1500 %.
12
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga: Jakarta
Pujani, Ni Made. 2001. Materi Ajar Praktikum Fisika Dasar I. Departemen Pendidikan Nasional
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja: Singaraja
Umar, Efrizon.2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganeca Exact
13

You might also like