You are on page 1of 45

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

PERANAN GURU DALAM ADMINISTRASI SEKOLAH MENENGAH

DOSEN : Ali Rahman, S.Pd, M.Pd Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad OLEH : 1. 2. 3. 4. 5. HENDRA MAWARDI ACHMAD RAMDANI RAHMAT FAJAR AKHMAD GAJALI WAHYU KURNIAWAN (A1C310203) (A1C310204) (A1C310217) (A1C310231) (A1C310233)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2012

PERANAN GURU DALAM ADMINISTRASI SEKOLAH MENENGAH


A. ADMINISTRASI KURIKULUM

Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang teramat penting. Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar ( PBM ) di sekolah. Kualitas keluaran proses pendidikan antara lain ditentukan oleh kurikulum dan efektivitas pelaksanaannya. Kurikulum itu harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, perkembangan ilmu dan teknologi, serta kemajuan dan tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan lembaga pendidikan itu.

Kurikulum sekolah menengah merupakan seperangkat pengalaman belajar yang dirancang untuk siswa sekolah menengah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Mengingat bahwa sekolah menengah merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam memberikan kemampuan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kurikulum ini harus dipahami secara intensif oleh semua personel sekolah, terutama oleh kepala sekolah dan guru. Pemahaman tentang konsep dasar pengelolaan kurikulum merupakan hal penting bagi guru. Teori dan praktek pengembangan kurikulum yang dibicarakan dalam administrasi pendidikan, berkenaan dengan pertanyaan bagaimana mengorganisasikan sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga pengembangan kurikulum itu dapat mencapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan di sekolah; sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa, selama mereka mengikuti

pendidikan disekolah itu. Dengan pengertian luas ini berarti, segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam usaha menghasilkan lulusan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, tercakup dalam pengertian kurikulum. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.

Kurikulum adalah seperangkat bahan pengalaman belajar siswa bengan segala pedoman pelaksanaannya yang tersusun secara sistematik dan dipedomani oleh sekolah dalam kegiatan mendidik siswanya. Fungsi-fungsi kegiatan pengelolaan kurikulum pada dasarnya tidak berbeda dengan fungsi-fungsi kegiatan pengelolaan pada umumnya. Fungsi itu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan, serta penilaian.

Perencanaan dalam pengembangan kurikulum sekolah menengah sebagian besar telah dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Tingkat Pusat. Ini tidak berarti bahwa di tingkat kantor wilayah atau di tingkat sekolah, tidak ada pengembangan kurikulum lebih lanjut. Perencanaan kurikulum sekolah menengah oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Pusat biasanya meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Penyusunan kurikulum dan kelengkapan pedoman yang terdiri atas: a) Ketentuan-ketentuan pokok. b) Garis-garis besar program pengajaran. c) Pedoman pelaksanaan kurikulum. 2) Pedoman-pedoman teknis pelaksanaan kurikulum lainnya, antara lain pedoman penyusunan dan kalender pendidikan, pedoman penyusunan program pengajaran, pedoman penyusunan satuan acara pengajaran, pembagian tugas guru, dan penyusunan jadwal pelajaran.

Di dalam kurikulum SMA tahun 1984, misalnya, tercantum tiga komponen pokok, yaitu: 1) proram pengajaran yang meliputi program inti, program khusus, dan pengelolaan program, 2) proses pelaksanaan kurikulum yang antara lain meliputi system belajar-mengajar, ko dan ekstrakurikuler, bimbingan karier dan penilaian,dan 3) administrasi dan supervisi. Bagian ketiga ini sangat sederhana dan tidak mencerminkan konsep administrasi dan supervisi yang mencukupi (adequate) untuk dipakai sebagai pedoman pelaksanaan kurikulum. Terlepas dari bentuk serta kelengkapannya, suatu dokumen kurikulum hendaknya meliputi pedoman untuk pelaksanaannya di lapangan. Di dalam pelaksanaaan kurikulum tugas guru adalah mangkaji kurikulum tersebut melalui kegiatan perseorangan atau kelompok (dapat dengan sesama guru di satu sekolah, dengan guru di sekolah lain atau dengan kepala sekolah dan personel pendidikan lain seperti pengawas). Dengan demikian guru dan kepala sekolah memahami kurikulum tersebut sebelum dilaksanakan. Perencanaan yang dilakukan di tingkat kanwil terutama adalah penyusunan rencana pelaksanaan kurikulum tersebut,seperti penyusunan kalender pendidikan untuk setiap tahun ajaran, yang memuat antara lain: a) Permulaan dan akhir tahun ajaran, b) Penerimaan siswa baru dan persiapan tahun ajaran, c) Kegiatan pada hari-hari pertama masuk sekolah, d) Hari-hari belajar aktif, e) Hari-hari libur, yaitu hari-hari libur umum, hari-hari libur khusus, dan libur catur wulan, dan

f) Ulangan

umum

semesteran, belajar

evaluasi

belajar

tahap

akhir

(EBTA)/Evaluasi

tahap

akhir

tingkat

nasional

(EBTANAS), serta pengertian dan pembagian rapor. Perencanaan dan pengembangan kurikulum di sekolah antara lain meliputi: a) Penyusunan kalender pendidikan untuk tingkat sekolah

berdasarkan kalender pendidikan yang disusun pada tingkat kanwil,dan b) Penyusunan jadwal pelajaran untuk sekolah. Dalam penyusunan jadwal antara lain perlu diperhatikan bahwa: a) Mata pelajaran yang dianggap berat dan banyak memerlukan tenaga berpikir hendaknya diberikan pagi hari pada saat siswa masih segar, b) Kegiatan belajar-mengajar di suatu kelas hendaknya jangan mengganggu kelas lain yang berdekatan, c) Di samping itu, guru perlu memberikan selingan antara pelajaran yang memerlukan penalaran yang lebih berat dengan pelajaran yang bersifat keterampilan, d) Serta memberikan waktu istirahat setiap dua tiga jam pelajaran agar siswa tidak terlalu lelah. Perencanaan dan pengembangan kurikulum oleh guru antara lain juga meliputi penyusunan program pengajaran catur wulan serta penyusunan satuan acara pengajaran atau satuan pelajaran. Seperti telah disinggung di muka, kurikulum sekolah yang lengkap, termasuk kurikulum sekolah menengah, terdiri dari tujuan instruksional, struktur program, garis-garis besar program pengajaran, dan satuan acara pengajaran atau satuan pelajaran. Di bawah ini akan dibicarakan komponen-komponen kurikulum sekolah menengah.

a.

Tujuan Institusional Sekolah Menengah

Tujuan institusional pendidikan suatu sekolah dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentusebagai subsistem pendidikan nasional, 8 tujuan institusional untuk setiap lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional.

b.

Struktur Program Kurikulum Sekolah Menengah

Struktur program kurikulum sekolah menengah merupakan kerangka umum program-program pengajaran yang diberikan pada setiap jenis dan tingkat sekolah menengah. Struktur program kurikulum di sekolah menengah umum tahun 1984, misalnya memuat program inti dan program khusus

1) Program Inti

Di dalam menjalankan program inti di SMU, misalnya disebutkan bahwa susunan program inti terdiri atas 15 jenis mata pelajaran yang masing-masing mempunyai jumlah bobot yang berbeda, sesuai dengan fungsinya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Bobot ini berkisar antara empat sampai 18 jam pelajaran. Isi pelajaran dicantumkan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang terdiri dari materi esensial dan materi yang dirancang guru untuk pengayaan. Pada dasarny program ini harus diikuti oleh semua siswa.

2) Program Khusus

Program khusus terdiri dari program A dan program B. Program A terdiri dari A1 (Fisika), A2 (Biologi), A3 (Ilmu Sosial), dan A4 (Pengetahuan Budaya). Program A ini dimulai pada semester ketiga. Program B dikembangkan untuk mempersiapkan siswa terjun ke masyarakat. Oleh karena itu bidang-bidangnya disesuaikan dengan bidang yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarkat, seperti kehutanan, jasa, kesejahteraan keluarga, dan sebagainya. Mata pelajaran dalam program B terdiri dari mata pelajaran yang berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan lebih lanjut kemampuan kejuruan dan mata pelajaran kejuruannya sendiri. Program B ini juga dimulai pada semester ketiga. Meskipun setiap kali kurikulum berubah, tetapi komponen-komponennya kurang lebih sama saja. Guru harus secara seksama mempelajari GBPP, petunjuk pelaksanaan kurikulum, menimbang mana yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan karena keadaan tertentu, dan memilih mana yang terbaik untuk tujuan pendidikan dan untuk kepentingan siswa. Ini merupakan pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan guru secara professional. c. Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

GBPP adalah salah satu komponen dari perangkat kurikulum yang merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dalam bidang pengajaran di sekolah. GBPP itu memberikan petunjuk bagi setiap guru tentang bagaimana menyusun program-program pengajaran dan penilaian serta bagaimana melaksanakan proses belajar-mengajar.

GBPP terdiri dari unsur-unsur: 1) tujuan kurikuler, 2) tujuan instruksional umum, 3) bahan pengajaran (pokok bahasan, subpokok bahasan, dan uraian), 4) program (kelas, semester, alokasi waktu) 5) metode, 6) sarana/sumber, dan 7) penilaian. Dari GBPP guru dapat menyusun program pengajaran per tahun, program semester, dan satuan pelajaran. Demikian juga guru dapat menyusun program penilaian formatif dan sumatif semester atau akhir tahun. Administrasi Kurikulum memiliki tujuan, yaitu: 1.Membantu para pelaksana pendidikan dalam memahami cara merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan, serta menilai proses belajar mengajar di sekolah. 2.Meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan pendidikan dengan lingkungan sebagai sumber belajar dan kebutuhan siswa untuk bekal hidup di masyarakat.

B.

Pengembangan Kurikulum

Dilihat dari pengalaman-pengalaman dalam pelaksanaan kurikulum sekolah dasar selama ini (terutama kurikulum tahun 1968, 1975, 1984) dan juga dilihat dari struktur kurikulum yang dikembangkan, pendekatan pengembangan kurikulum di Indonesia lebih bersifat sentralistik, artinya kebijakan

pengembangan kurikulum dilakukan pada tingkat pusat (Kurikulum Nasional). Pada kurikulum tahun 1994 sesuai dengan menculnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dasar, kebijakan pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua bagian yang sering dikenal dengan kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional dan wajib dipelajari oleh semua siswa sekolah dasar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di sekolah

Indonesia yang berada di luar negeri. Kurikulum muatan lokal ialah kurikulum yang isi dan bahan kajiannya ditetapkan dan disesuaikan dengan keadana lingkungan alam, sosial ekonomi, budaya serta kebutuhan pembangunan daerah. Proporsi kurikulum nasional tetap masuh jauh lebih besar dibandingkan dengan kurikulum muatan lokal (perbadingannya kira-kira 80% : 20%). Tentang pengembangan kurikulum muatan lokal secara lebih luas akan dibahas pada bagian lain dalam Kegiatan Belajar 1 ini. Untuk lebih jelasnya tentang kebijakan-kebijakan pengembangan

kurikulum di atas, apabila Anda membaca dan mencermati buku undang-undang dan peraturan pemerintah sebagaimana dikemukakan diatas, Anda akan menemukan klausal yang berbunyi sebagai berikut. 1. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 37). 2. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan (UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 38 ayat (1)). 3. Kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri, atau Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri (UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 38 ayat (2)).

4. Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan

tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional (PP Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 14 ayat (3)). 5. Satuan pendidikan dasar dapat menjabarkan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat (UU Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 14 ayat (4)). Selain kebijakan pengembangan kurikulum diuraikan di atas, terdapat pula tahap-tahap pengembangan kurikulum sekolah dasar sebagai berikut. 1. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Makro Pada tahap ini, pengembangan kurikulum dikaji dalam lingkup nasional, baik untuk pendidikan sekolah maupun luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. 2. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Institusi Pada tahap ini, kegiatan pengembangan kurikulum dilakukan di setiap lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah dasar. Aspek-aspek yang dikembangkan pada tahap ini diantaranya tujuan lembaga sekolah dasar, mata pelajaran-mata pelajaran yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan tersebut, dan fasilitas yang dibutuhkan termasuk media dan alat pembelajaran. 3. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Pelajaran Pada tahap ini, pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk Garis-garis Program Pengajaran (GBPP) untuk masing-masing mata pelajaran yang dikembangkan di sekolah dasar. Dari GBPP tersebut oleh guru selanjutnya dijbarkan menjadi program caturwulan / semester yang merupakan program yang akan dilaksanakan pada periode belajar tertentu, yaitu sekitar 3-4/6 bulan. Dalam periode waktu tersebut diharapkan para siswa dapat menguasai satu kesatuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu. Isi program caturwulan / semester ini adalah apa yang ada dalam GBPP suatu mata pelajaran, kemudian dilakukan

pengaturan-pengaturan yang melengkapinya seingga program tersebut membentuk suatu program kerja selama satu caturwulan / semester lengkap dengan penentuan alokasi waktu yang dibutuhkan serta kapan dilaksanakannya. 4. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Program Pengajaran Tahap ini merupakan tahap pengembangan kurikulum secara mikro pada level kelas, dimana tugas pengembangan menjadi tanggung jawab sepenuhnya seorang guru. Dengan berpedoman pada GBPP dan program caturwulan, kemudian guru menjabarkannya dalam bentuk persiapan mengajar harian (PHM) atau dulu dikenal dengan nama satuan pelajaran (satpel) utuk satu atau beberapa kali pertemuan tatap muka di kelas. Kurikulum pada jenjang pendidikan mana pun biasanya dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip tertentu, di mana prinsip yang dianut merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum itu. Pada dasarnya kita harus bisa menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang telah ditentukan oleh para pengambil keputusan, namun dmeikian khususnya pada tataran pelaksanaan kurikulum di sekolah kita bisa menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, selalu mungkin terjadi suatu kurikulum sekolah menggunakan prinsipprinsip yang berbeda dengan yang digunakan dalam kurikulum sekolah lainnya. Seiring dengan berkembangnya zaman, kurikulum pun mengalami perubahan dan perbaikan. Kurikulum dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, perubahan dan perbaikan kurikulum yang dilakukan harus memiliki landasan berpijak yang jelas dan kokoh., akan membuat bias dan tidak terarah sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Landasan pengembangan kurikulum di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah bersama-sama para pembuat kebijakan di tingkat pusat.

Sepanjang kurun waktu tiga puluh empat tahun kita sudah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan kurikulum. Kurikulum 1975

dikembangkan untuk memperbaharui Kurikulum 1968; Kurikulum 1984 dikembangkan untuk memperbaiki Kurikulum 1975; Kurikulum 1994

dikembangkan untuk memperbaiki Kurikulum 1984; dan Kurikulum 2004 dikembangkan untuk memperbaiki dan memperbaharui Kurikulum 1994. jika dikaji dari segi waktu, perubahan dan perbaikan kurikulum sepanjang waktu tersebut bisa dianggap wajar. Ketidakwajaran muncul tatkala perubahan dan perbaikan kurikulum tersebut tidak berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, malahan sebaliknya, terjadi penurunan kualitas pendidikan. Kurikulum 2004 yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1994 dari segi penyajian. Kurikulum Berbasis Kompetensi berisi kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dicapai oleh peserta didik melalui materi pokok dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan pemikiran-pemikiran selektif yang mengadopsi dan mengkompromikan unsurunsur, nilai-nilai, dan praktik-praktik dari berbagai pendekatan. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasikan pada perluasan wawasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya, sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan integritas bangsa melalui pembentukan-pembentukan individu yang cerdas, religius, toleran, mandiri, dan berdisiplin serta menjunjung tinggi modal dalam pergaulan antarsesama. Kurikulum Berbasis Kompetensi difokuskan pada peningkatan mutu hasil belajar peningkatan mutu lulusan. Kompetensi itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh, melalkui pendidikan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Kompetensi dasar ini terdiri dari 4 kompetensi berikut. 1. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independent. 2. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja. 3. Kompetensi cultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam system budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik. 4. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman.

Kurikulum Berbasis Kompetensi diharapkan dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan, kesiapan, potensi akademik, minat siswa, lokalitas, lingkungan dan budaya. Keragaman tersebut digunakan untuk memaksimalkan pencapaian hasil belajar, guna mencapai keunggulan di berbagai bidang keahlian dalam menghadapi persaingan global. Selain itu, penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini merupakan salahs atu upaya untuk mengantisipasi tantangan masa depan dengan memberdayakan semua potensi yang digali dari kemajemukan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Beberapa aspek dalam pengembangan kurikulum perlu diketahui oleh pendidik: 1. Prosedur Pembahasan Materi Kurikulum Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah masih berupa rencana tertulis, sementara dalam pelaksanaan (rencana fungsional) dilakukan oleh guru. Materi yang disampaikan kepada siswa perlu dibahas oleh guru melalui diskusi dengan sesama rekan guru satu bidang studi, semua guru, atau dengan kepala sekolah. Dalam pembahasannya dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, seminar, lokakarya, dll.

2.

Penambahan Mata Pelajaran Sesuai dengan Lingkungan Sekolah Penambahan mata pelajaran dimungkinkan berdasarkan pasal 38 UU No. 2

Tahun 1989. Mata pelajaran dapat ditambahkan oleh sekolah ke dalam kurikulum yang disesuaikan dengan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan bersangkutan. Namun hal tidak mengurang kurikulum yang berlaku secara nasional. Penambahan mata pelajaran haruslah melalui prosedur akademik, seperti: 1) Harus ada pengkajian secara hati-hati tentang aspek filsafat, aspek sosiologis/kebutuhan masyarakat; serta kecocokan dengan perkembangan anak. 2) Harus memenuhi prinsip pembinaan dan pengembangan kurikulum, yaitu: a) Relevansi; (kesesuaian dengan lingkungan) relevansi terbagi atas: ke dalam (keterpaduan di dalam lingkungan) dan ke luar (sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.) b) Efektivitas; (peranan dalam pengembangan sekolah, dimana akan meningkatkan keberhasilan sekolah secara kuantitatif dan kwalitatif). c) Efisiensi; (seberapa jauh lingkungan sekolah mendukung pelaksanaan pelajaran tersebut, sehingga mampu mendayagunakan waku, biaya, dan sumber-sumber lainnya secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.) d) Kontinuitas (dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga menciptakan kesinambungan antar jenjang pendidikan.) e) Fleksibilitas kondisi). f) Praktis (mudah untuk digunakan dengan alat dan biaya yng relatif murah) Bila aspek di atas terpenuhi, maka ada prosedur administratif (prosedur akademik berjalan beriringan, walau prosedur akademik harus lebih dahulu selesai (memungkinkan terjadinya penyesuaian terhadap

agar mata pelajaran tersebut dapat diakui dalam keilmuan.) Prosedur administratif tersebut, terdiri atas: a) Usul penambahan datang dari berbagai pihak. b) Usul dibicarakan dalam rapat kelompok guru sejenis c) Untuk memberikan pertimbangan akademik, diundang narasumber yang dianggap mampu memberi masukan. d) Dibentuknya tim kecil yang menyiapkan dokumen garis-garis besar program mata pelajaran yang dibahas dalam rapat dewan guru. e) Jika disetujui, maka persetujuan ini diusulkan ke Kepala Bidang pada Kanwil Depdiknas. 3. Penjabaran dan Penambahan Bahan Kajian Mata Pelajaran Dalam pelaksanaan kurikulum sekolah dapar menambah kajian mengenai suatu mata pelajaran dengan catatan tidak bertentangan dan mengurangi kurikulum yang telah ditetapkan. Penjabaran ini dapat dilakukan oleh: a) guru bidang studi; b) kelompok guru bidang studi; c) guru bersama kepala sekolah; d) dilakukan oleh pengawas; e) dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). C. PELAKSANAAN KURIKULUM

Dalam pelaksanaan kurikulum : 1. Penyusunan dan pengembangan satuan pengajaran Satuan Pengajaran (SP) adalah persiapan mengajar secara mendetail per pokok bahasan yang disusun secara sistematik berdasarkan Garis-Garis Besar Program Pengajaran yang telah ada untuk suatu mata pelajaran tertentu. 2. Prosedur penyusunan satuan pengajaran a) Mengisi identitas mata pelajaran. b) Menjabarkan tujuan pokok bahasan (TIU) menjadi TIK yang lebih khusus. c) Menjabarkan sub pokok bahasan sesuai dengan TIK

d) Mengalokasikan waktu pengajaran e) Menentukan langkah-langkah penyampaian secara rinci f) Mengantisipasikan perbaikan pengajaran 3. Pengembangan satuan pengajaran Pengembangan ini dapat berubah, pengurangan, penambahan, pengubahan, atau penggantian. Hal ini tentu disesuaikan dengan perkembangan. 4. Penggunaan satuan pengajaran bukan buatan guru sendiri Bila hal ini dilakukan oleh guru maka guru tersebut harus melakukan penyesuaian. Penyesuaian dilakukan dengan pencocokan dengan GBPP, melakukan pertimbangan (judgment), atau meminta tanggapan kepada orang lain yang sekirannya membantu. 5. Pelaksanaan proses Belajar-Mengajar Pengalokasian dan pengaturan sumber-sumber yang ada di sekolah untuk memungkinkan proses belajar-mengajar itu dapat dilakukan oleh guru dengan sefektif mungkin. Dalam melaksanakan proses belajarmengajar, guru harus memperhatikan kesalahan perencanaan, di samping untuk meningkatkan keprofesionalan guru. 6. Pengaturan ruang belajar Pengaturan ini dilakukan untuk memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Penataan harus sedemikian rupa, sehingga guru dan siswa dapat bergerak secara leluasa. 7. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler Ada 3 kegiatan kurikuler, yaitu: a) Intrakurkuler: kegiatan yang dilakukan berdasarkan penjatahan waktu sesuai dengan struktur program. b) Kokurikuler: kegiatan yang ditujukan untuk memperkaya pelajaran. Misalnya: penugasan, pekerjaan rumah, dll. c) Ekstrakurkuler: kegiatan di luar intrakurikuler yang ditujukan untuk memperluas pengetahuan siswa, menambah ketrampilan, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan

bakat, minat, menunjang pencapaian tujuan kurikuler serta melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. 8. Evaluasi hasil belajar dan program pengajaran. Berguna untuk memberikan berbagai informasi secara

berkesanambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Memperbaiki cara belajar, memberitahukan

perkembangan siswa, dan memberikan penilaian atas hasil belajar siswa. Tingkat keberhasilan program diukur dengan membandingkan hasil dengan target yang dirumuskan dalam rencana. Hal ini penting untuk memperbaiki kinerja guru, dan merupakan bentuk tanggung jawab guru kepada sekolah dan masyarakat.

Secara umum Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Menitikberatkan pada pencapaian target dan kompetensi (attainment targets) daripda penguasaan materi. b. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi diharapkan dapat lebih membantu para pelaksana pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran karena dilengkapi dengan target yang jelas, materi pokok, standar hasil belajar siswa, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Kemajemukan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman pemahaman dan penafsiran terhadap sandar nasional yang dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu dalam melaskanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini diperlukan Manajemen

Berbasis Sekolah. Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, kepala sekolah berfungsi sebagai manajer pendidikan sehingga kepala sekolah dituntut untuk bertanggung jawab atas seluruh komponen sekolah. Menurut Ariantoni (2002), yang disampaikan pada seminar nasional Menyongsong Kurikulum Bahasa Indonesia Berbasis Kompetensi : Peluang dan Tantangan di Kampus Bumi Siliwangi, Universitas Pendidikan Indonesia, kelebihan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai berikut. 1. dapat dijadikan acuan secara nasional dalam mengembangkan mata peljaran di masing-masing daerah. 2. Memudahkan daerah untuk mengembangkan mata pelajaran sesuai dengan lingkungannya. 3. Memberi peluang kepada sekolah untuk megembangkan kurikulum sesuai dengan potensinya. 4. Memudahkan guru dalma menentukan materi pelajaran. 5. Meningkatkan kreativitas guru dalam proses belajar. 6. Memudahkan sistem evaluasi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi ini bertumpu pada rekonstruksi sosial dan teknologi, artinya pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada interaksi individu dengan lingkungannya sehingga siswa dapat memperoleh

pengetahuannya sendiri (self regulated). Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas harus dapat membantu siswa untuk memahami makna pengetahuan melalui metode yang memberikan kreasi untuk menemukan. Siswa dididik untuk mampu memiliki daya saing yang tinggi dengan sejumlah competitor dalam lingkungan masyarakat.

D.

ADMINISTRASI KESISWAAN Siswa merupakan salah satu sub-sistem yang penting dalam system

pengelolaan pendidikan disekolah menengah. Administrasi siswa dilakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa disuatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada disekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusuf terhadap berlangsungnya proses belajarmengajar yang efektif. Tugas kepala sekolah dan para guru dalam hal ini adalah memberikan layanan kepada siswa, dengan memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. a. Kegiatan Dalam Administrasi Kesiswaan Kegiatan dalam administrasi kesiswaan dapat dipilih menjadi tiga bagian besar, yaitu kegiatan penerimaan siswa, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa disekolah. 1. Penerimaan Siswa Penerimaan siswa adalah proses pencatatn dan layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi Persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu. 2. Pembinaan Siswa Yang dimaksudkan dengan pembinaan siswa adalah pemberian layanan kepada siswa disuatu lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar jam belajarnya dikelas. Pembinaan kepada siswa dilakukan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajarnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan siswa ini adalah ;

a) Orientasi siswa baru b) Pengaturan kehadiran siswa Beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pencatatan kehadiran siswa,antara lain; 1. Papan absensi harian siswa (per kelas dan per sekolah) 2. Buku absensi harian siswa 3. Rekapitulasi absensi siswa c) Pencatatan siswa di kelas Dalam rangka pembinaan siswa perlu juga dilakukan pencatatan dikelas. Pencatatan itu dapat berupa daftar siswa di kelas, grafik prestasi belajar, dan daftar kegiatan siswa. d) Pembinaan siswa disiplin Disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku disekolah, dikelas atau dimana saja mereka berada. e) Tata tertib sekolah Tata tertib sekolah merupakan salah satu alat yang dapat digunakan kepala sekolah untuk melatih siswa agar dapat mempraktekkan disiplin di sekolah. Disiplin sekolah dapat diberikan antara lain melalui ganjaran dan hukuman. Ganjaran adalah sesuatu yang bersifat menyenagkan yang diterima siswa karena berprestasi, berusaha dengan baik atau bertingkah laku yang dapat dijadkan contoh bagi yang lain. Sedngkan hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus diterima atau dikerjakan siswa karena mereka bertingkah laku yang tidak pada tempatnya (Carolyn, 1984). Kalau ganjaran diberikan untuk membuat siswa melakukan hal yang positif, maka hukuman diberikan dengan maksud agar siswa jera atau tidak ingin lagi berbuat lagi hal-hal yang negaif.

Hukuman diberikan kepada siswa dalam batas-batas yang wajar, sehingga misi mendidik siswa tercapai. f) Promosi dan mutasi Promosi atau kenaikan kelas adalh perpindahan siswa dari suatu kelas ke kelas lainnya yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Promosi atau kenaikan kelas dilaksanakan dengan berpedoman kepada norma-norma kenaikkan kelas yang ditetapkan bersama antara semua guru dan kepala sekolah dalam rapat kenaikkan kelas. Keputusan kenaikkan kelas ini hendaknya diambil dari landasan yang mewakili sosok siswa secara utuh, baik ditinjau dari ranah kognitif, efektif, mauoun psikomotornya. Promosi harus dilaksanakan dengan hati-hati dalm arti harus dipertimbangkan beberapa prinsif yang penting, yaitu: 1. Promosi harus dilaksanakan atas dasar pertimbangan keeadaan siswa secara pribadi. 2. Promosi harus mempertimbangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai oleh siswa. 3. Promosi harus mempertimbangkan laju perkembangan prestasi yang dicapai siswa. 4. Promosi harus mempertimbangkan mata pelajaran-mata

pelajaran yang akan ditempuh siswa di kelas yang lebih tinggi. Mutasi merupakan perpindahan siswa dari suatu sekolah ke sekolah lainnya dengan alasn=alas an tertentu. Mutasi adalah hak setiap siswa, oleh karena itu sekolah harus dapat memberikan kesempatan kepada siswanya yang akanmenggunakan haknya itu. Mutasi harus dilakukan melalui prosedur tertentu dan dicatat oleh kedua sekolah, sekolah asal dan sekolah tujuan. 3. Tamat Belajar Apabila siswa telah menamatkan (selesai dan lulus) semua mata pelajaran atau telah menempuh kurikulum sekolah dengan

memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar

dari kepala sekolah. Dalam hal yang demikian, sisa tidak mempunyai hak lagi untuk tetap tinggal di sekolah yang bersangkutan karena dianggap telah menguasai semua mata pelajaran atau kurikulum sekolah. Tamat belajar untuk sekolah menengah, pada dasarnya merupakan pencapaian salah satu tanggauntuk pendidikan yang lebih lanjut, atau pencapaian suatu keterampilan yang dapat digunakan untuk

menompang kehidupan di masyarakat.

b. Peranan Guru dalam Administrasi Kesiswaan

Keterlibatan

guru

dalam

administrasi

kesiswaan

tidak

sebanyak

keterlibatannya dalam mengajar. Dalam administrasi kesiswaan guru lebih banyak berperan secara tidak langsung. Beberapa peranan guru dalam administrasi kesiswaan, antara lain : 1. Penerimaan siswa baru Dalam penerimaan siswa baru guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Diantara mereka mereka dapat ditunjuk sebagai panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksaan tugas. 2. Masa orientasi siswa Dalam masa orientasi siswa tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru dalam hal ini sangat penting karena andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya. 3. Pengaturan kehadiran siswa di kelas Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas guru juga mempunyai andil yang besar juga. Guru diharapkan mampu mencatat atau merekam kehadiran ini meskipun dengan sederhana akan tetapi harus baik. Data kehadiran ini dimungkinkan untuk bahan pertimbangan penilaian

terhadap siswa, misalnya sebagai pertimbangan dalam menetapkan kenaikkan kelas. 4. Memotivasi siswa Dalam hal memotivasi siswa untuk senantiasa berprestasi tinggi, guru juga harus mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut. Hal ini dapat mereka lakukan misalnya dengan membuat grafik prestasi belajar siswa-siswanya.

5. Menciptakan disiplin Dalam menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting karena guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa memiliki disiplin yamg tinggi, maka guru harus mampu manjadi contoh atau panutan bagi siswa siswanya. Guru juga harus mampu menegakkan disiplin dan tidak merusaknya sendiri. Di samping itu guru juga harus mampu mengambil keputusan secara bijaksana dan konsisten untuk memberikan ganjaran dan hukuman kepada para siswa yang pantas mendapatkannya. Beberapa peranan guru dalam administrasi pendidikan diantaranya: a) Dalam penerimaan siswa, guru dapat terlibat di dalamnya seperti: menjadi panitia. b) Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat siswanya mampu dengan cepat melakukan penyesuaian. c) Untuk pengaturan kehadiran siswa. Hal ini juga penting untuk melakukan penilaian akhir. d) Memotivasi siswa agar berprestasi tinggi. e) Untuk menciptakan disiplin sekolah/kelas yang baik.

E.

ADMINISTRASI PRASARANA DAN SARANA Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan diperlukan fasilitas pendukung

yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Dalam mengelola fasilitas agar mempunyai manfaat yang tinggi diperlukan aturan yang jelas, serta pengetahuan dan keterampilan personel sekolah dalam administrasi prasarana dan sarana tersebut. Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajarmengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Administrasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan keseluruhan proses pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan prasarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan dalam administrasi prasarana dan sarana pendidikan meliputi: 1) perencanaan kabutuhan, 2) pengadaan, 3) penyimpanan, 4) inventarisasi, 5) pemeliharaan, dan 6) penghapusan prasarana dan sarana pendidikan a. Perencanaan Kebutuhan Penyusunan daftar kebutuhan prasarana dan sarana di sekolah didasarkan atas pertimbangan bahwa: a) Pengadaan kebutuhan prasarana dan sarana karena berkembangnya kebutuhan sekolah. b) Pengadaan prasarana dan sarana untuk penggantian barang-barang yang rusak, dihapuskan, atau hilang. c) Pengadaan prasarana dan sarana untuk persediaan barang. b. Pengadaan Prasarana dan Sarana Pendidikan Pengadaan adalah kegiatan untuk menghadirkan prasarana dan sarana pendidikan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas-tugas sekolah.

Pengadaan prasarana dan sarana pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara: a) Pembelian b) Buatan sendiri c) Penerimaan hibah atau bantuan d) Penyewaan e) Pinjaman f) Pendaurulangan Pengadaan prasarana dan sarana pendidikan di suatu lembaga pendidikan atau sekolah dapat dilakukan dengan dana rutin, dana dari masyarakat atau dana bantuan dari pemerintah daerah atau anggota masyarakat lainnya. c. Penyimpanan Prasarana dan Sarana Pendidikan Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan pengaturan persediaan prasarana dan sarana di dalam ruang penyimpanan/gudang. Penyimpanan hanya bersifat sementara. Penyimpanan dilakukan agar

barang/prasarana dan sarana yang sudah diadakan/dihadirkan tidak rusak sebelum tiba saat pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat barang-barang yang disimpan. Dengan demikian nilai guna barang tidak susut sebelum barang itu dipakai. d. Inventarisasi Prasarana dan Sarana Pendidikan Inventarisasi adalah kegiatan melaksanaan pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barang-barang yang menjadi milik sekolah menengah yang bersangkutan dalam semua daftar inventaris barang. Daftar barang inventaris merupakan suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang baik bergerak maupun tidak bergerak yang menjadi milik dan dikuasai oleh Negara, serta berada di bawah tanggung jawab sekolah. Daftar barang itu terdiri dari: a) Kartu inventaris ruangan b) Kartu inventaris barang c) Buku inventaris

e. Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pendidikan Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisi baik dan siap dipakai. Pemeliharaan dilakukan secara kontinu terhadap semua barang-barang inventaris. Pemeliharaan barang inventaris kadang-kadang dianggap sebagai suatu hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap yang lain dalam administrasi prasarana dan sarana. Sarana dan prasarana yang telah dibeli dengan harga mahal, akan bertambah mahal apabila tidak dipelihara sehingga tidak dapat dipergunakan. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara berhatihatu dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud. Pelaksanaan pemeliharaan barang inventaris meliputi: a) Perawatan b) Pencegahan kerusakan c) Penggantian ringan Pemeliharaan berbeda denga rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan berskala besar dan dilakukan pada waktu tertentu saja. f. Penghapusan Prasarana dan Sarana Pendidikan Penghapusan adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik

nagara/daerah dari daftar inventaris karena barang itu dianggap sudah tidak mempunyai nilai guna atau sudah tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan, atau biaya pemeliharaaannya sudah terlalu mahal. g. Pengawasan Prasarana dan Sarana Pendidikan Pengawasan prasarana dan sarana merupakan kegiatan pengamatan, pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Hal ini untuk menghindari penyimpangan, penggelapan atau penyalahgunaan. Pengawasan dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan itu.

Pengawasan dapat dilakukan oleh kepala sekolah (pengawasan melekat), aparat departemen P dan K atau aparat lain yang berwenang. Pengawasan harus dilakukan secara objektif, artinya pengawasan itu harus didasarkan atas buktibukti yang ada. Apabila dari hasil pengawasan/pemeriksan ternyata terdapat kekurangan-kekurangan, maka kepala sekolah wajib melakukan tindakan-tindakan perbaikan dan penyelesaiannya. Untuk pendokumentasian hasil pemeriksaan, perlu adanya buku pemeriksaan untuk diisi oleh pemeriksa. h. Peranan Guru dalam Administrasi Prasarana dan Sarana Sebagai pelaksana tugas pendidikan, guru juga mempunyai andil dalam administrasi prasarana dan sarana pendidikan. Dalam hal ini guru, lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran lainnya dibandingkan dengan prasarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan. Peranan guru dalam administrasi prasarana dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan penggunaan sarana dan prasarana yang dimaksud. 1. Perencanaan Guru sekolah menengah dituntut untuk memikirkan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah, supaya hal tersebut fungsional dalam menunjang kegiatan belajar-mengajar. Perencanaan pengadaan barang menuntut keterlibatan guru karena semua barang yang dipergunakan dalam proses belajar-mengajar harus sesuai dengan rancangan kegiatan belajarmengajar itu. Perencanaan pengadaan barang yang menuntut keterlibatan guru di antaranya adalah pengadaan alat pengajaran dan media pengajaran. Dalam hal ini, guru harus merencanakan pengadaan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan proses belajar-mengajar dalam kurun waktu tertentu. Dalam pengadaan perabot kelas, guru juga perlu memikirkan manfaat perabot-perabot itu dalam menunjang proses belajar-mengajar. Perabot tersebut seperti papan tempel majalah dinding, papan rencana kegiatan kelas, dan tempat penyimpanan alat-alat pelajaran atau alat peraga milik kelas. 2. Pemanfaatan dan Pemeliharaan

Guru harus dapat memanfaatkan segala sarana seoptimal mengkin dan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan pemakaian sarana dan prasarana pengajaran yang ada. Juga bertanggung jawab terhadap penempatan sarana dan prasarana tersebut di kelas di mana dia mengajar. Perawatan prasarana dan sarana secara sederhana, yang tidak harus membutuhkan keahlian profesional, dapat dilakukan oleh guru. Dalam hal pemeliharaan atau perbaikan yang lebih kompleks, misalnya berkaitan dengan alat-alat elektronik, petugas atau ahli medis atau teknisi pendidikan lebih berkompeten untuk melakukan pemeliharaan itu. 3. Pengawasan dan Penggunaan Apabila sarana dan prasarana pendidikan itu digunakan oleh siswa yang ada di kelasnya, maka tugas guru adalah melakukan pengawasan atau memberikan arahan agar siswa dapat menggunakan atau memakai sarana dan prasarana pendidikan itu sebagaimana mestinya.

F.

ADMINISTRASI PERSONAL Personal pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan

siswa.Personal pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi kegiatan edukatif dan yang membidangi kegiatan nonedukatif (ketatusahaan). Personal bidang edukatif ialah mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarmengajar, yaitu guru dan konselor (BK), sedangkan personal bidang nonedukatif seperti petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah. Semua personal atau pegawai tersebut mempunyai peranan yang penting dalam kelancaran jalannya pendidikan dan pengajaran di sekolah. Seorang kepala sekolah/pemimpin sekolah dapat dibantu oleh seorang atau beberapa orang wakil kepala yang mengkoordinasikan urusan kurikulum/kegiatan belajar-mengajar, urusan kesiswaan,urusan sarana-prasarana pendidikan, dan sebagainya. Kelompok personal nonedukatif dipimpin oleh ketua tata usaha, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab serta hubungan kerja tersendiri pula. Tugas ini disesuaikan dengan luas lingkup pekerjaan dan keadaan personalnya.

Administrasi personal ini difokuskan kepada pembahasan guru sekolah menengah sebagai pegawai negeri. Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam perundang-perundangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang, dan diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu perundang-undangan yang berlaku. Pegawai negeri terdiri dari : Pegawai negeri sipil (pusat, daerah, dan lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah) Anggota angkatan bersenjata RI. Dalam peraturan pemerintah Nomor 29 tahun 1990 pasal 13 disebutkan bahwa pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada sekolah menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab menteri pendidikan dan kebudayaan atau menteri lain ( menteri agama atau menteri lain yang departemennya mempunyai sekolah kedinasan). a. Pengadaan Guru Sekolah Menengah Sebagai Pegawai Negeri. Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang nomor 8 Tahun 1974 Tentang pokok-pokok Kepegawaian menyatakan bahwa pengadaan pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi. Yang dimaksud dengan Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat pegawai negeri sipil yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi Negara untuk mampu malaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan aparatur Negara. Lowongan formasi dalam suatu organisasi umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu : adanya perluasan organisasi, dan adanya pegawai negeri sipil yang berhenti, meninggal dunia atau pension. Karena pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong, maka penerimaan pegawai negeri sipil harus didasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah maupun mutu.

b. Pengisian Jatah atau Formasi Baru Untuk penambahan dan pengangkatan guru sekolah menengah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : Persyaratan untuk diangkat sebagai guru sekolah menengah. Yang mau melamar menjadi pegawai negeri sipil telah diatur oleh peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 1976, diantaranya sebagai berikut : a) warga Negara Indonesia b) Berusia serendah-rendahnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 40 tahun. c) Mempunyai diperlukan Lamaran. Setiap pelamar harus nengajukan lamaran secara tertulis dengan tangan sendiri oleh pelamar. Surat lamaran harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran a) Daftar riwayat hidup b) Salinan ijazah / STTB, dan surat lain yang biasanya disebutkan dalam pengumuman penerimaan pegawai. Ujian / Seleksi. Ujian dilaksanakan oleh panitia penerimaan guru sekolah menengah. Bahan-bahan terdiri dari pengetahuan umum dan pendidikan, kecakapan atau keahlian yang

pengetahuan teknis. Pengangkatan sebagai calon pegawai negeri sipil. Para pelamar yang telah memenuhi syarat diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil dalam lingkungan departemen pendidikan dan kebudayaan.

c. Pembinaan Pegawai Negeri sipil Dalam pembinaan guru sekolah menengah sebagai pegawai negeri sipil yang penting harus diperhatikan adalah hak dan kewajibannya.

Pembinaan pegawai negeri sipil didasarkan atas sistem karier dan system prestasi kerja. Sistem karier adalah pembinaan pegawai negeri yang didasarkan atas aturan bahwa pengangkatan pertama pegawai didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedang pengembangannya didasarkan pada masa kerja, pengalaman, kesetiaan, pengabdian, dan syarat objektif yang lain. Sistem prestasi kerja adalah system dimana pengangkatan seseorang dalam suatu jabatan didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang telah dicapai oleh orang yang diangkat itu. 1. Pengangkatan Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Calon pegawai negeri sipil yang telah menjalankan masa percobaan sekurang-kurangnya satu tahun dan paling lama dua tahun diangkat oleh pejabat yang berwenang menjadi pegawai negeri sipil dalam pangkat tertentu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pengangkatan dalam pangkat pegawai Negeri sipil. Pengangkatan pertama calon pegawai negeri sipil diatur oleh peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 1976. Pangkat / jabatan guru dari yang terendah sampai yang tertinggi dengan golongan ruang yang sesuai sebagai berikut :

(1). Guru Pratama (2). Guru Pratama Tingkat I (3). Guru Muda (4). Guru Muda Tingkat I (5). Guru Madya

Golongan ruang II/a Golongan ruang II/b Golongan ruang II/c Golongan ruang II/d Golongan ruang III/a

(6). Guru madya Tingkat I (7). Guru Dewasa (8). Guru Dewasa Tingkat I (9). Guru Pembina (10). Guru Pembina Tingkat I (11). Guru utama (12). Guru utama (13). Guru utama 3. Penggajian Pegawai Negeri Sipil

Golongan ruang III/b Golongan ruang III/c Golongan ruang III/d Golongan ruang IV/a Golongan ruang IV/b Golongan ruang IV/c Golongan ruang IV/d Golongan ruang IV/e

Pegawai negeri sipil yang diangkat dalam suatu pangkat tertentu diberikan gaji pokok berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1985.Selain gaji pokok, kepada pegawai negeri juga diberikan tunjangantunjangan antara lain : a. Tunjangan Keluarga Tunjangan keluarga terdiri atas : a). Tunjangan Istri/ suami sebesar 5% dari gaji pokok. b). Tunjangan anak sebesar 2% untuk setiap anak, sebanyakbanyaknya 3 anak.

b.

Tunjangan Pangan. Tunjangan pangan berupa tunjangan seharga sepuluh kilogram untuk setiap anggota sebanyak lima orang.

c. Tunjangan Jabatan.

Jenis jabatan dan besarnya tunjangan jabatan ditentukan dengan keputusan presiden. Dapat berbentuk tunjangan struktual dan tunjangan fungsional. d. Tunjangan Lain-lain Diberikan sesuai dengan keputusan daerah. 4. Kenaikan Gaji Berkala. Guru sekolah menengah sebagai pegawai negeri sipil diberikan gaji berkala dengan syarat : a. Telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala. b. Paftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya cukup. 5. Kenaikan pangkat Gurun Sekolah Menengah. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan pemerintah atas pengabdian pegawai negeri sipil yang bersangkutan tersebut terhadap Negara. Menurut peraturan pemerintah Nomor 3 Tahun 1980, Jenis kenaikan pangkat pegawai negeri sipil sebagai berikut : a) Kenaikan Pangkat Reguler b) Kenaikan Pangkat pilihan c) Kenaikan Pangkat istemewa d) Kenaikan Pangkat pengabdian e) Kenaikan Pangkat anumerta f) Kenaikan Pangkat dalam tugas belajar g) Kenaikan Pangkat selama menjadi pejabat Negara

h) Kenaikan Pangkat selama dalam penugasan di luar instansi induk i) Kenaikan Pangkat selama menjalankan wajib militer j) Kenaikan Pangkat sebagi penyesuaian ijazah k) Kenaikan Pangkat pangkat pilihan

6. Cuti Pegawai Negeri Sipil Cuti Pegawai Negeri sipil diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1976. Jenis cuti pegawai negeri antara lain: Cuti

tahunan, Cuti besar, Cuti sakit, Cuti bersalin, Cuti Karena alasan penting, dan Cuti diluar tanggungan Negara. 7. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Unsur-unsur yang dinilai dalam DP3 adalah : Kesetiaan, Prestasi kerja, Tanggung jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerja sama, Prakarsa, Kepemimpinan. Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka sebagai berikut : 1) Amat baik 2) Baik 3) Cukup 4) Sedang 5) Kurang = 91 100 =76 90 =61 75 =51 60 =kurang dari 50

d. Kesejahteraan Pegawai. Pemerintah juga mengusahakan beberapa hal untuk kesejahteraan pegawai negeri sipil. Yaitu : taspen, askes, dan koperasi. e. Pemindahan. Dilihat dari sudut sebab-sebabnya, pemindahan pegawai dapat atas : 1) Pemindahan atas permintaan sendiri 2) Pemindahan tidak atas kemauan sendiri 3) Pemindahan atas kepentingan dinas f. Pemberhentian Pemberhentian pegawai negeri sipil dapat terjadi karena : 1) Permintaan sendiri

2) Mencapai batas usia pensiun 3) Adanya penyederhanaan organisasi 4) Melakukan pelanggaran / tindak pidana penyelewengan 5) Tidak cakap rohani / jasmani 6) Meninggalkan tugas 7) Meninggal dunia / hilang, dan 8) Hal lain-lain.

g. Pensiun Pensiun maksudnya adalah berhentinya seseorang yang telah selesai menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri sipil karena telah mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan hak atas pensiunnya. Batas Usia seorang pegawai negeri sipil untuk mendapatkan pensiun adalah 56 tahun. Batas ini dapat diperpanjang menjadi : 1) 65 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti, guru besar, lektor kepala dan lektor, jabatan lainnya yang ditentukan presiden. 2) 60 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan eselon I dan eselon II, Pengawas, guru sekolah menengah sampai dengan SMTA (kepala sekolah, dan pengawas), dan 3) 58 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan sebagai hakim.

G.

ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH Dalam suatui lembaga pendidikan, biaya pendidikan merupakan salah satu komponen penunjang yang penting, yang sifat xa melengkapi akan tetapi tidak dapat ditinggalkan. Dalam kondisi yang sangat terpaksa, pendidikan masih akan dapat berlangsung tanpa adanya biaya. Akan tetapi,

setiap usaha peningkatan kualitas pendidikan selalu mempunyai akibat keuangan. Penanggung jawab administrasi biaya pendidikan adalah kepala sekolah. Namun demikian guru diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya pendidikan di sekolah. Keterlibatan guru dalam administrasi biaya ini meskipun menambah beban mereka tetapi juga memberikan kesempatan untuk mereka ikut serta mengarahkan

pembiayaan bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Administrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan, pelaporan dan pertanggungjawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan sekolah. Tujuan administrasi ini adalah untuk

mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan, sehingga pengurusannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam administrasi keuangan ada pemisahan tugas dan fungsi antara otorisator, ordonator, dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran uang. Ordonator adalah pejabat yang yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang dan diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala sekolah menengah sebagai pemimpin suatu kerja berfungsi sebagai otorisator untuk memerintahkan pembayaran. Bendaharawan sekolah menengah ditugasi untuk melakukan fungsi ordonator dalam menguji hak atas pembayaran. Kepala sekolah menengah wajib melakukan pengawasan dalam penggunaan dana. Oleh sebab itu, kepala sekolah menengah tidak boleh melaksanakan fungsi bendaharawan. Kepala

sekolah menjadi pengawas dalam penggunaan dana. Sumber keuangan sekolah menengah: 1) Anggaran pendapat dan belanja negara (APBN); keuangan ini dianggarkan oleh pemerintah pusat melalui departemen

pendidikan. Sekolah mendapatkan anggaran rutin dalam APBN guna menyelenggarakan pendidikan. 2) Bantuan pembantu penyelenggara pendidikan (BP3); dana berasal dari para pencita pendidikan dan orang tua siswa. 3) Subsidi/bantuan pembiayaan penyelenggaraan sekolah menengah negeri; dana diperoleh dari pemerintah daerah. Kepala sekolah menjadi adminitator yang diwajibkan membuat surat

pertanggungjawaban (SPJ), dengan dilampiri bukti-bukti yang sah. Keuangan sekolah menengah dapat diperoleh dari dana anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), bantuan (kalau ada) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta bantuan masyarakat. Dana APBN terdiri dari dana rutin dan dana pembangunan. Dana APBD dapat berasal dari pemerintah tingkat I atau tingkat II. Dana dari masyarakat diperoleh dari dana yang dikumpulkan oleh Badan Pembantu Penyelenggaran Pendidikan (BP3), serta bantuan masyarakat lainnya. a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) APBN adalah anggaran yang diatur dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat. Pada dasarnya administrasi dana ini adalah tanggung jawab presiden. Namun demikian presiden mendelegasikan tugas tersebut kepada menteri keuangan, dan menteri keuangan mendelegasikan administrasi keuangan tertentu kepada pejabat yang lebih rendah, demikian seterusnya. APBN terdiri atas dua jenis anggaran, yaitu anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Anggaran rutin adalah dana APBN yang

diperuntukkan bagi kegiatan rutin. Kegiatan rutin ini adalah kegiatan yang berlangsung setiap tahun, seperti gaji, biaya kantor, biaya telepon, biaya pemeliharaan gedung dan sebagainya. Untuk memudahkan pengaturan, anggaran rutin dibagi menjadi mata anggaran-mata anggaran. Mata anggaran adalah klasifikasi anggaran untuk membiayai satu kegiatan tertentu. Penggunaan anggaran harus disesuaikan dengan jumlah dan jenis pengeluaran yang ditentukan secara tetap oleh pemerintah. Cara mengajukan anggaran rutin dilakukan melalui pengisian Usulan Kegiatan Operasional Rutin (UKOR). Yang menjadi bahan utama dalam penyusunan UKOR ialah program tahunan sekolah yang terinci. UKOR yang telah disahkan oleh pemerintah akan menjadi DIK (Daftar Isian Kegiatan) yang berlaku sebagai SKO (Surat Keputusan Otorisasi). b. Badan Pembantu Penyelenggara Penddidikan (BP3) Satu komponen yang membantu pembiayaan pendidikan disekolah menengah, yaitu Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). BP3 ini merupakan organisasi dari para pecinta pendidikan dan orang tua siswa. BP3 ini diharapkan selalu siap membantu sekolah dan menyelenggarakan program-program sekolah. c. Subsidi / Bantuan Pembiayaan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Negeri Untuk pembiayaan dan penyelenggaraan dan pembinaan sekolah menengah negeri oleh pemerintah daerah kadang-kadang diberikan bantuan. Bantuan itu dapat digunakan untuk : pelaksanaan pelajaran

sekolah, tata usaha sekolah, pemeliharaan sekolah, kesejahteraan pegawai sekolah, porseni sekolah, pengadaan buku laporan pendidikan (rapor), surat tanda tamat belajar (STTB) serta daftar nilai Ebtanas Murni, supervisi, pembinaan administrasi dan pelaporan, dan pendataan.

Pembukuan dan bantuan dilakukan bendaharawan yang mengelola dana tersubut dan dibukukan dalam buku kas umum dan buku kas pembantu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembukuan dana

bantuan disekolah menengah negeri diatur sebagai berikut : a) Kepala sekolah menengah negeri adalah administrator dana bantuan disekolah menengah negeri dan untuk itu kepala sekolah diwajibkan membuat suatu pembukuan yang ditutup pada setiap akhir bulan. b) Pembukuan dibuat dalam bentuk buku kas. Kepala sekolah menengah selaku administrator dan bantuan diwajibkan membuat Surat Pertanggung Jawaban (SPJ), dengan dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah.

H.

ADMINISTRASI

HUBUNGAN

SEKOLAH

DENGAN

MASYARAKAT (HUSEMAS) Sekolah berada ditengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian nilainilai positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat berlangsung dengan baik. Mata yang kedua adaalah sebagai lembag yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduany dilakukan dalam waktu bersamaan. Oleh karena fungsinya yang kontroversial ini diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyarakat. Disamping itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Realisasi tanggung jawab itu tidak dapat dilaksanakan apabila hubungan antara sekolah dan masyarakat tidak terjalin dengan sebaik-baiknya. Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta

kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Kindred, Bagin, dan Gallagher (1976) mendefinisikan husemas ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian anatara sekolah, personel sekolah dengan masyarakat. Definisi diatas mengandung beberapa elemen penting, sebagai berikut 1) Adanya kepentingan yang sama antara sekolah dengan masyarakat. Masyarakat memerlukan sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak sebagai generasi penerus akan dapat hidup lebih baik, demikian pula sekolah. 2) Untuk memenuhi harapan masyarakat itu, masyarakat perlu berperan serta dalam pengembangan sekolah. Yang dimaksud dengan peran serta adalah kepedulian masyarakat tentang hal-hal yang terjadi di sekolah, serta tindakan membangun dalam perbaikan sekolah. 3) Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerja sama yang baik, melalui komunikasi dua arah yang efisien. Tujuan utama yang yang ingin dicapai dengan mengembangkan kegiatan humas adalah : 1) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan sekolah. 2) Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut terhadap sekolah. 3) Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik, serta meningkatkan kuantitas serta kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan pendidikan disekolah. 4) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta mereka dalam memajukan pendidikan disekolah dalam era

pembangunan.

5) Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta apa yang dilakukan oleh sekolah 6) Pertanggungjawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah. 7) Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumbersumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah. 1. Prinsip-Prinsip Hubungan Sekolah Masyarakat Dalam melaksanakan kegiatan hubungan sekolah-masyarakat perlu dianut beberapa prinsip. Prinsip ini memberikan pedoman dan arah kepada guru dan kepala sekolah, sehingga kegiatan hubungan sekolah-masyarakat itu dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip itu adalah : a) Prinsip otoritas, yaitu bahwa husemas harus dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas, karena pengetahuan dan tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan sekolah. b) Prinsip kesederhanan, yaitu bahwa program-program hubungan sekolah-masyarakat harus sederhana dan jelas. c) Prinsip sensivitas, yaitu bahwa dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat, sekolah harus sensitif terhadap kebutuhan serta harapan masyarakat. Apa yang dianggap biasa oleh sekolahdapat merupakan hal yang sangat menyinggung perasaan masyarakat. d) Prinsip kejujuran, yaitu bahwa apa yang disampaikan kepada masyarakat haruslah sesuatau apa adanya dan disampaikan secara jujur. Sekali sekolah memberikan informasi yang tidak benar, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan menurun, dan akibatnya sekolah tidak lagi mudah membangun kepercayaan itu kembali. e) Prinsip ketetapan, yaitu bahwa apa yang disampaikan sekolah kepada masyarakat harus tepat, baik dilihat dari segi isi, waktu, media yang

digunakan serta tujuan yang akan dicapai. Pemilihan waktu yang kurang tepat dapat mengakibatkan kegagalan dari program tersebut.

2. Penyelenggaraan Kegiatan Administrasi Hubungan Sekolah-Masyarakat Penyelenggaraan program dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari segi prosesnya dan kedua, dari segi jenis kegiatannya. Dibawah ini diuraikan dua hal tersebut. a) Proses Penyelenggaraan Hubungan Sekolah-Masyarakat I. Perencanaan program Perencanaan program hubungan sekolah-masyarakat harus

memperhatikan dana yang tersedia, ciri masyarakat, daerah jangkauan, sarana atau media, dan teknik yang akan digunakan dalam mengadakan hubungan dengan masyarakat. Kalau perencanaan tidak memperhatikan hal-hal diatas, dikhawatirkan kegiatan tersebut tidak akan mencapai sasaran yang diinnginkan. II. Pengorganisasian Pada dasarnya semua komponen sekolah adalah pelaksana hubungan sekolah-masyarakat. Oleh karena itu, tugas-tugas mereka perlu dipahami dan ditata, sehingga penyelenggaraan husemas dapat berjalan efektif dan efesien. III. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan hubungan sekolah-masyarakat perlu diperhatikan koordinasi antara berbagai bagian dan kegiatan, dan didalam penggunaan waktu perlu adanya sinkronisasi. IV. Evaluasi Husemas dapat dievaluasi atas dua kriteria: pertama efektivitasnya, yaitu sampai seberapa jauh tujuan telah tercapai, misalnya apakah memang masyarakat sudah merasa terlibat dalam masalah yang dihadapi sekolah, apakah ada perhatian terhadap kemajuan anaknya di sekolah, apakah mereka sudah menunjukkan perhatian terhadap keberhasilan sekolah,

apakah mereka telah mau memberikan masukan untuk perbaikan sekolah, dan sebagainya. Kedua efesiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau yang potensial yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan kegiatan hubungan masyarakat.

b) Kegiatan Hubungan Sekolah-Masyarakat Hubungan sekolah-masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Masing-masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan, tergantung pada sasaran dan jangkauannya. Oleh karena itu, kepala sekolah bersama guru diharapkan dapat memilih satu atau lebih teknik yang diperkirakan paling cocok untuk mencapai kegiatan itu, berdasarkan formulasi kebijaksanaan serta keadaan masyarakat dimana dilakukan kegiatan tersebut. Teknik-teknik yang dapat dipakai dalam kegiatan hubungan sekolah-masyarakat antara lain yang penting adalah:

1) Teknik Langsung Teknik langsung dapat dilaksanakan dengan tatap muka kelompok (misalnya kunjungan pribadi), melalui surat kepada orang tua siswa, dan melalui media massa. 2) Teknik Tidak Langsung Yang dimaksud dengan teknik tidak langsung disini adalah kegiatankegiatan yang secara tidak sengaja dilakukan oleh pelaku atau pembawa pesan akan tetapi mempunyai nilai positif untuk kepentingan husemas. Berita menjalar (grape vine) pun dapat merupakan salah satu teknik tidak langsung dalam melakukan husemas. Cerita dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh anggota masyarakat akan membentuk opini tertentu terhadap suatu sekolah. Dalam masyarakat yang belum banyak menggunakan media komunikasi modern, berita menjalar ini merupakan sarana yang ampuh untuk melakukan komunikasi.

3. Peranan Guru dalam Hubungan Sekolah-Masyarakat Guru merupakan suatu kunci penting dalam kegiatan husemas di sekolah menengah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan husemas itu, yaitu: Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik husemas. Meskipun kepala sekolah merupakan orang kunci dalam pengelolaan husemas, akan tetapi kepala sekolah tidak mungkin melaksanakan program husemas tanpa bantuan guru-guru. Guru-guru dapat ditugasi kepala sekolah melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan husemas, disesuaikan dengan jenis dan bentuk kegiatan yang ada. Sebagai contoh, apabila kepala sekolah ingin melaksanakan kunjungan ke rumah siswa, maka kepala sekolah dapat mendelegasikan tugas itu kepada guru. Guru-guru juga dapat ditugasi kepala sekolah untuk membuat program kerja yang mempunyai dampak terhadap popularitas sekolah. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat. Guru adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah-laku atau aspek terjang yang dilakukan guru disekolah dan di masyarakat menjadi sesuatu yang sangat penting. Apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan guru menjadi panutan masyarakat. Dalam posisi yang demikian inilah guru harus

memperlihatkan prilaku yang prima. Apabila masyarakat telah mengetahui bahwa guru-guru sekolah tertentu dapat dijadikan suri teladan di masyarakat, kepercayaan masyarakat kepada sekolah akan menjadi besar yang pada akhirnya bantuan dan dukungan positif masyarakat terhadap sekolah pun akan menjadi lebih besar. Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya. Kode etik guru merupakan seperangkat aturan atau rambu-rambu yang perlu diikuti dan tidak boleh dilanggar oleh guru. Kode etik mengatur guru untuk menjadi manusia terpuji di mata masyarakat. Karena kode etik juga merupakan cerminan kehendak masyarakat terhadap guru, maka menjadi suatu kewajiban guru untuk melaksanakan atau mengikutinya.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, H.M.1998. Administrasi pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Gunawan, Ary H.1996. Administrasi Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2002 .Pendidikan Guru. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hernawan, Asep Herry dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Laksbang Madiatama Yogyakarta. Soetjipto, Raflis Kosasi. 2007 . Profesi Keguruan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

You might also like