You are on page 1of 72

Edisi No.

13/Tahun II/Desember 2008


ai
a k u n t a n
i n d o n e s i a
mi tra dal am perubahan
Harga Rp.20.000,-(PulauJawa)
Rp.22.500,-(LuarJawa)
Mengel ol a Aset Saham Saat Kr i si s
Sal ah Kel ol a Aset , Opi ni Di scl ai mer
Meni l ai Aset Ni r wuj ud
Man aj em en Aset
ai
a k u n t a n
i n d o n e s i a
mi tra dal am perubahan
VisiIAI
Menjadi organisasi terdepan dalam pengembangan pengetahuan dan praktek
akuntansi, manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika dan
tanggungjawab sosial serta lingkungan hidup dalam perspektif nasional dan
internasional.
MisiIAI
Memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota dalam
pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika,
tanggungjawab, dan lingkungan hidup;
Mengembangkan pengetahuan dan praktek bisnis, keuangan, atestasi, non-
atestasi dan akuntansi bagi masyarakat; dan
Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan good governance melalui upaya
organisasi yang sah serta dalam perspektif nasional dan internasional.
a.
b.
c.
VIsI&MIsIIAI
NamaPengurus
Drs.Zaenalsoedjais
Ketua Dewan Penasehat
Drs.soedarjono
Anggota Dewan Penasehat
Prof.Dr.ZakiBaridwan,Msc.
Anggota Dewan Penasehat
Drs.HansKartikahadi
Anggota Dewan Penasehat
Prof.Dr.WahjudiPrakarsa
Anggota Dewan Penasehat
Drs.AhmadiHadibroto,Msc.
Ketua Dewan Pengurus Nasional
AliDarwin,Ak.,Msc.
Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAM
Drs.Atjengsastrawidjaja
Anggota Dewan Pengurus Nasional
Prof.Dr.Djokosusanto,MsA.
Anggota Dewan Pengurus Nasional
Dr.AinunNaim,MBA.,Ak.
Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAPd
syafriAdnanBaharuddin,Ak.,MBA.
Anggota Dewan Pengurus Nasional,
sunardji,sE.,MM.
Anggota Dewan Pengurus Nasional
Dra.TiaAdityasih
Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAP
Dr.IlyaAvianti,sE.,Msi.,Ak.
Anggota Dewan Pengurus Nasional
Drs.Mustofa
Anggota Dewan Pengurus Nasional
Dr.HaryonoUmar,Ak.,Msc.
Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KASP
Drs.KanakaPuradiredja
Ketua Majelis Kehormatan
Drs.safaatWidjajabrata
Anggota Majelis Kehormatan
B.Hartono,sH.,sE.,Ak.,MH.
Anggota Majelis Kehormatan
supriyadi
Anggota Majelis Kehormatan
VJH.Boentaran
Anggota Majelis Kehormatan
AepsaefuddinRizal
Anggota Majelis Kehormatan
Drs.EddieM.Gunadi
Anggota Majelis Kehormatan
Herwidayatmo
Ketua Dewan Konsultatif SAK
ArifArryman
Anggota Dewan Konsultatif SAK
Bambangsetiawan
Anggota Dewan Konsultatif SAK
Bambangsubianto
Anggota Dewan Konsultatif SAK
ErryFirmansyah
Anggota Dewan Konsultatif SAK
HenryLumbanToruan
Anggota Dewan Konsultatif SAK
IGustiAgungMadeRai
Anggota Dewan Konsultatif SAK
Indarto
Anggota Dewan Konsultatif SAK
IstiniT.siddharta
Anggota Dewan Konsultatif SAK
JhonnyDarmawan
Anggota Dewan Konsultatif SAK
JusufHalim
Anggota Dewan Konsultatif SAK
Kuswonosoeseno
Anggota Dewan Konsultatif SAK
sandiagas.Uno
Anggota Dewan Konsultatif SAK
sitiChFadjrijah
Anggota Dewan Konsultatif SAK
WahyuKaryaTumakaka
Anggota Dewan Konsultatif SAK
Drs.MuhammadJusufWibisana,
MEc.
Ketua DSAK
AgusEdysiregar,sE.
Anggota DSAK
Dr. Etty Retno Wulandari
Anggota DSAK
DudiM.Kurniawan,Ak.,MBA.,BAP.
Anggota DSAK
Dr.HekinusManao,Ak.,MAcc.,
CGFM
Anggota DSAK
Drs.JanHoesada,Ak.,MM.
Anggota DSAK
Dr.siddhartaUtama
Anggota DSAK
Jumadi,sE.,Ak.,BAP.
Anggota DSAK
Prof.Dr.JogiyantoHartonoM,MBA.
Anggota DSAK
Merliyanasyamsul
Anggota DSAK
RoyImanWirahardja
Anggota DSAK
Dr.MeidyahIndreswari
Anggota DSAK
RizaNoorKarim
Anggota DSAK
RositaUlisinaga
Ketua Dewan Penguji USAP
Dr.P.M.JohnL.Hutagaol,M.Com.
Wakil Ketua I Dewan Penguji USAP
TohanaWidjaja
Wakil Ketua II Dewan Penguji USAP
ArzulAndarisa
Anggota Dewan Penguji USAP
DwiMartani
Anggota Dewan Penguji USAP
EddyRintis,sE.,Ak.,BAP.
Anggota Dewan Penguji USAP
Dra.FeniwatiChendana
Anggota Dewan Penguji USAP
Dr.RobertPakpahan
Anggota Dewan Penguji USAP
RudyanKopot,sE.,MBA.
Anggota Dewan Penguji USAP
Prof.Dr.slametsugiri,MBA.,Akt.
Anggota Dewan Penguji USAP
Erick
Anggota Dewan Penguji USAP
AgungNugrohosoedibyo
Ketua Komite Etika
Wawatsutanto
Anggota Komite Etika
LinusM.setiadi
Anggota Komite Etika
setiawanKriswanto
Anggota Komite Etika
WiwikUtami
Anggota Komite Etika
sallysalamah
Anggota Komite Etika
suyatnoHarun
Anggota Komite Etika
syariefBasir
Anggota Komite Etika
UntiLudigdo
Anggota Komite Etika
Mirawatisudjono,Ak.,Msc.
Ketua BPH-KUKK
BambangUtoyo,Ak.
Wakil Ketua BPH-KUKK
Bramantyo
Anggota BPH-KUKK
RakhmatAdisantosa
Anggota BPH-KUKK
RetnoWulandari
Anggota BPH-KUKK
Dra.suhartatisuharso
Anggota BPH-KUKK
UjianiPurnamaningsih
Anggota BPH-KUKK
Prof.Dr.IndraWijayaKusuma,
MBA.,Ak.
Ketua KERPPA
Dr.HildaRossieta
Anggota KERPPA
Drs.Indarto
Anggota KERPPA
ItoWarsito,Ak.,MBA.
Anggota KERPPA
Dr.sumarnoZain,MBA.,Ak
Anggota KERPPA
29
Daftar Isi
ai
BERITA:7
Laporan Utama :
14
16
Interviu
20
Kr i s Ku n t a d i :
Opini
Sal ah Kel ol a Aset , LKPD Di sc l ai mer
MENI LAI ASET NI RWUJUD
Suyat no Har un
Carut Marut Aset Negara
RUWETNYA INTERNAL KONTROL
PEMERINTAH KITA !
Sinergi Komite Audit, Internal Auditor, dan
Whistleblower dalam Mengungkapkan Praktek
Kecurangan
32
36
MENGELOLA ASSET SAHAM
SAAT TERJADI KRISIS EKONOMI
23
Per ubahan Mi ndset dal am
Akunt ansi Aset
Edisi No.13/Tahun II/Desember 2008
ai
a k u n t a n
i n d o n e s i a
mi tra dal am perubahan
Harga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa)
Rp. 22.500,- (Luar Jawa)
Mengel ol a Aset Saham Saat Kr i si s
Sal ah Kel ol a Aset , Opi ni Di scl ai mer
Meni l ai Aset Ni r wuj ud
Man aj em en Aset
KOREsPONDEN
IAI Wilayah Sulawesi Utara
Coco Departement Store
Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 458
Tlp 0431-822009
Fax 0431-852963
IAI Wilayah Kalimantan Barat
KAP. Sardjono, Budi Sudarnoto
Jl. Purnama No. 168 A
Tlp 0561-763368
IAI Wilayah Riau
Jl. Durian No. 1F
Samping pemancar TVRI, Labu Baru
Pekanbaru 28291
Tlp 0761-22769
Fax 0761-63268
IAI Wilayah Jawa Timur
Bapak Tjiptohadi Sawarjuwono
Jl. Ngabel No. 143 D
Surabaya 60246
Tlp 031-5021125
IAI Wilayah Jambi
BPKP Perw. Jambi
Jl. HOS Cokrominoto No. 107
Jambi
Tlp 0741-61682
IAI Wilayah Sumatera Barat
BPKP Perw. Sumatera Barat
Jl. HR. Rasuna Said No. 69
Padang 24114
Tlp 0751-33898
Fax 0751-31688
IAI Wilayah Jawa Tengah
BPKP Perw. Jawa Tengah
Jl. Raya Semarang, Kendal Km 12
Semarang 50138
Tlp 024-8663207
IAI Wilayah DI. Yogyakarta
STIE YKPN Jl. Senturan
Yogyakarta 55281
Tlp 0274-584321
Hp 0813-28379369 (Awan )
email : iaijogja@yahoo.com
IAI Wilayah Jawa Barat
LPAP Widyatama
Jl. Cikutra No. 204 A
Bandung 40125
Tlp. 022-7206713
IAI Wilayah Sumatera Utara
Jl. Imam Bonjol No. 18
Medan 20152
Tlp 061-4155100
IAI Wilayah Sumatera Selatan
Jl. Veteran/Vandi Angsoko I No. 324
Palembang 30125
Tlp 0711-319876
IAI Wilayah Kalimantan Selatan
BPKP Perw. Kalimantan Selatan
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 22
Banjarmasin
Tlp 0511-3251409
IAI Wilayah Kalimantan Timur
Jl. Ir. Hr. Juanda No. 94 Rt.7 Rw.3
Kel. Air Hitam
Samarinda 75124
Tlp 0541-748442
TB Gramedia
TB Gunung Agung
TB Kharisma
Selingan
ai
Feature :
56
PLUS MI NUS STRATEGI DI VERSI FI KASI
KolomPasarModal
54
Khas Akuntan :
39
HASI L PENI LAI AN I NDEPENDEN DAN PENENTUAN HARGA AKUI SI SI
HUKUM BELUM PERHATI KAN ASET KEKAYAAN
I NTELEKTUAL
Laskar Akunt an
Dituturkan Mustofa & Jan Hoesada 59
66
MI NUM AI R PADA SAAT PERUT KOSONG
KEWAJI BAN PENGHENTI AN AKTI VA TETAP
Oleh: Marisi P. Purba*
49
Oleh : Golrida Karyawati P
Redaksi menerima tulisan, artikel, kritik dan saran. Silahkan kirim ke alamat redaksi di:
Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Saharjo no.111 Tebet, Jakarta Selatan 12810, Indonesia
faximile 021 829 0324 atau, email: akuntanindonesia@yahoo.com
Internasional
Gl obal St andar s
63
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
5
PENGANTAR REDAKSI
SUSUNAN REDAkSI
PEMIMPIN UMUM J. Widodo H. Mumpuni PEMIMPIN USAHA Trya Perdana Mukna PEMIMPIN REDAkSI Ellya Noorlisyati REDAkTUR
PELAkSANA Monalisa DEWAN REDAkSI Cris kuntadi, Sri Penny Ratnasari, Bagus Rumbogo, M. Yasin Mustofa, Yusuf John, Handoko Tomo
SEkRETARIS REDAkSI Imam Basori MARkETING Ria REPoRTER Yessy M., Zubi Mahrof DESAIN Ivhan SIRkULASI Suka
ALAMAT REDAkSI kantor IAI Wilayah Jakarta, Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Saharjo no.111 Tebet, Jakarta Selatan 12810, Indonesia
TELEPHoNE 021 837 07344, 8353588 fAxIMILE 021 829 0324 EMAIL akuntanindonesia@yahoo.com REkENING BCA cabang Tebet
Saharjo A/C No. 092.3009130 a/n IAI Wilayah Jakarta
opini yang diekspresikan dalam AkUNTAN INDoNESIA tidak merepresentasikan pandangan Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan
Indonesia atau editor tidak bertanggungjawab atas ketidakakuratan dari pernyataan, opini atau saran yang terdapat dalam tulisan maupun
pariwara.
Manajemen Aset saat ini menjadi issue yang sangat penting setelah BPK memberikan Opini disclaimer
pada berbagai departemen dan pemerintah daerah bahkan departemen keuangan merupakan
departemen terbesar memperoleh opini disclaimer, begitu pula pemprov DKI Jakarta yang merupakan
pemerintahan di Ibu Kota juga memperoleh opini disclaimer.
Ternyata biang kerok opini disclaimer dipengaruhi karena kurang tertibnya pengelolaan aset yang
jumlahnya mencapai triliunan rupiah. Bisa dibayangkan negara yang sudah 60 tahun lebih merdeka,
tidak mempunyai catatan aset yang memadai, sedangkan aset negara adalah simbol kekayaan negara,
maka semakin banyak aset negara yang terlantar, semakin miskin pula negara itu. Begitu juga sebaliknya,
dengan demikian mengelola aset negara yang benar adalah suatu keharusan, demikian disampaikan oleh
Suyatno Harun, salah satu direktur pada Direktorat Jenderal pengelolaan kekayaan negara Departemen
Keuangan Republik Indonesia.
Upaya pembenahan aset negara yang dilakukan oleh pemerintah sangat serius dengan keluarnya Kepres
17 tahun 2007 yang meminta menteri keuangan melakukan penertiban seluruh aset negara, maka
penertiban aset negara itu mulai menemukan arah. Dan kita berharap semoga penertiban aset negara
akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia.
Selamat membaca.
ManajemenAset
ApaKata
Mereka?
Sebagai Auditor kami harus berwawasan luas, majalah Akuntan Indonesia pilihan kami untuk bahan referensi.
AuditorBadanPemeriksaKeuanganRepublikIndonesia
Walaupun Saya di semarang, saya baca majalah
Akuntan Indonesia biar selalu up to date.
Venancia-akuntanpublik
Saya tertarik juga untuk membaca majalah Akuntan
Indonesia, buat lebih mengenal akuntansi
Jayasuprana-PakarKelirumologi
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
7
Berita
PENGELOLAAN ASET NEGARA
BELUM TERTI B
JAKARTA - Pengelolaan aset barang milik
negara dan tanah yang dimiliki pemerintah
pusat dan pemerintah daerah (pemda)
dinilai masih kurang tertib. Hal ini terlihat
dari pencacatan dan bukti hak aset-aset
tersebut.
Kurang tertibnya pencatatan berdampak
pada kewajaran pelaporan aset dalam
laporan keuangan. Rawan terhadap
penyalahgunaan, dan rawan pengakuan
aset oleh pihak lain yang kemudian menjadi
sengketa, ujar Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan Anwar Nasution, dalam sidang
paripurna penyerahan hasil pemeriksaan
semester II tahun anggaran 2007 kepada
DPR RI, di Gedung MPR-DPR, Senayan,
Jakarta, Kamis (10/4/2008).
Menurutnya, pemeriksaan pengelolaan
aset tersebut dilaksanakan pada 19
departemen atau lembaga meliputi nilai aset
sebesar Rp109,33 triliun, dengan cakupan
pemeriksaan senilai Rp55,09 triliun.
Sedangkan temuan pemerikasaan minimal
Rp19,27 triliun.
Sementara, pemeriksaan pada 52 pemda
meliputi nilai aset Rp54,07 triliun, cakupan
pemerikasaan Rp46,68 triliun, dan nilai
temuan pemeriksaan minimal Rp18,49
triliun.
BPK merekomendasaikan pemerintah
pusat dan pemda untuk melakukan
inventarisasi atau penertiban aset barang
milik negara dan hak tanah yang dikelola
pemerintah pusat dan pemda, katanya.
(hsp)
JAKARTA - Hasil pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan
keuangan kementerian atau lembaga
(LKKL) tahun 2007 serta laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD) tahun 2006,
secara umum semakin memburuk.
Hasilnya menunjukan bahwa tiga tahun
terkahir ini kedua laporan ini memiliki
tendensi yang semakin memburuk dari tahun
ke tahun, ujar Ketua BPK Anwar Nasution,
dalam sidang paripurna di Gedung MPR/
DPR, Jakarta, Selasa (3/6/2008).
Menurutnya, dari seluruh laporan, hanya
kementerian/lembaga (K/L) yang berskala
kecil atau baru dibentuk yang mampu
memperoleh opini wajar tanpa pengecualian
atau unqualifed opinion.
Setidaknya BPK menemukan tiga kelemahan
yang menonjol dalam LKKL, yakni:
1. Adanya pendapatan negara dan
hibah yang berada di luar APBN pada 15
departemen atau lembaga negara.
2. Adanya belanja negara yang berada
di luar APBN pada 16 departemen atau
lembaga negara.
3. Kurang tertibnya infentarisasi dan
penilaian aset tetap pada 58 departemen
atau lembaga negara.
Sedangan untuk LKPD, BPK melihat hampir
ada tidak kaitan dan keterpaduan antara
APBN pemerintah pusat dan APBD provinsi
atau kota atau kabupaten dan sebagian
permasalahan daerah. Hal ini terjadi karena
pemerintah pusat menerbitkan peraturan
yang saling bertentangan dan berubah, serta
multiintepretasi. (rhs)
I FRA TERAPKAN CORPORATE
GOVERNANCE
Jakarta Indonesian Financial Reporting
Award (IFRA) 2008 yang digagas oleh
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FEUI) adalah salah
satu wujud sosialisasi dan apresiasi bagi
perusahaan yang telah menerapkan prinsip
Corporate Governance (CG) dengan baik
terkait dengan prinsip transparansi dan
akuntabilitas, demikian perwakilan dewan
juri Bambang PS Brojonegoro, saat IFRA
2008 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
IFRA memberikan penghargaan kepada
perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan
yang tinggi terhadap ketentuan BAPEPAMLK
No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik
(P3LKE-PP), jelas Bambang.
Bambang menjelaskan, dalam rangka
mendorong peningkatan transparansi dan
kualitas pelaporan keuangan perusahaan
khususnya perusahaan yang terdaftar di
BEI diharapkan dapat memotivasi pelaku
pasar modal dalam meningkatkan kuantitas
dan kualitas pengungkapan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan.
Karena Profesi Akuntan selalu menjadi
sorotan publik bila terjadi krisis ekonomi
atau yang berhubungan dengan angka dalam
suatu negara, terang Bambang, seraya
menambahkan, maka itu kami mengadakan
IFRA.
Bambang mengatakan, penganugerahan
ini diawali oleh kebutuhan Departemen
Akuntansi FEUI dalam membantu pihak
regulator memberikan motivasi terhadap
perusahaan publik untuk lebih transparan
serta menjembatani penelitian dalam bidang
akuntansi antara akademisi, praktisi dan
regulasi.
BAPEPAMLK dan BEI dalam hal
ini mendorong perusahaan publlik
meningkatkan transparansi dan leporan
keuangan yang akuntabel sesuai ketentuan
Surat Edaran BAPEPAM-LK No: SE-02/
PM/2002, ujar Bambang.
Bambang mengatakan, IFRA 2008 yang
digagas Departemen FEUI ini bekerjasama
dengan BAPEPAM-LK dan Harian Bisnis
Indonesia yang didukung juga oleh organisasi
profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
(**Is/)
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
8
ANI S: PERLU ANTI SI PASI
KRI SI S SEJAK DI NI
Jakarta - Perekonomian dunia, saat ini
sedang mengalami kekacauan. Turbulensi
ekonomi akan terus berjalan sampai
tahun 2009. Oleh karena itu, kata pejabat
Bapepam Departemen Keuangan, para
pelaku bisnis dituntut untuk mengantisipasi
dari berbagai kemungkinan yang terjadi.
Krisis ekonomi tersebut, kata Kepala
Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor
Riil Bapepam LK, Anis Baridwan, di Jakarta,
pekan lalu, akan memberikan dampak pada
kemampuan likiuditas perusahaan.
Pemerintah menerbitkan PERPPU dan PP
tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),
jelas Anis, sebagai upaya mengantisipasi lari
dana keluar atau rush.
LPS menjamin dana nasabah sampai dengan
Rp 2miliar pernasabah, sebelumnya dana
nasabah hanya dijamin sampai dengan 100
juta rupiah, katanya.
Anis mengatakan, dampak yang terjadi
sebagai akibat iklim bisnis global tersebut
mempengaruhi kondisi berbagai industri
usaha dan pasar modal di Indonesia.
Sementara itu Direktur Pencatatan PT
Bursa Efek Indonesia (BEI) Eddy Sugito
mengatakan, pemerintah menyiapkan
beberapa langkah untuk menstabilkan,
memenangkan, dan mengamankan pasar
modal, diantaranya, pertama, dihapusnya
aturan market to market untuk surat utang
yang dimiliki perbankan.
Kedua, pelonggaran aturan terkait buy
back oleh seluruh emiten di bursa, ketiga,
menambah likuiditas melalui belanja
kementrian dan lembaga. Keempat,
pembelian saham Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
PERPPU No.4 tahun 2008 memungkinkan
Pemerintah dan BI untuk menyuntik likuiditas
dan memberi insentif baik untuk perbankan
maupun institusi keuangan nonblank, kata
Eddy.
Lebih lanjut Eddy mengatakan, peraturan
ini hanya dapat dipergunakan apabila terjadi
masalah yang dianggap sistemik terhadap
kondisi likuiditas dan solvency baik di bank
dan institusi keuangan non bank.
Selain itu negara Asia Tenggara dengan
dukungan dari Jepang, China dan korea
Selatan sedang menyususn sebuah lembaga
Crisis Fund yang mengelola puluhan miliar
dolar untuk membeli utang macet dan
membantu kawasan tersebut kaluar dari
krisis, tegasnya.
(Ir/*)
Pe l a n t i k a n Pe n g u r u s I AI
Wi l a y a h Ja k a r t a Pe r i o d e
2 0 0 8 - 2 0 12
Pada tanggal 7 November 2008
diadakan Pelantikan Pengurus Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Jakarta
dengan mengusung tema aktivasi Good
Governance Sektor Publik dan Swasta
melalui upaya-upaya layanan satu atap untuk
pengembangan profesi akuntansi (akuntan
publik, akuntan manajemen/perusahaan,
akuntan sektor publik/pemerintah, dan
akuntan pendidik), IAI Wilayah Jakarta telah
menerbitkan majalah Akuntan Indonesia
yang dapat digunakan sebagai mitra dalam
perubahan, termasuk tanggung jawab
sosial dan lingkungan (corporate social
responsibility atau CSR).
Dilantik oleh Pak Ahmadi Hadibroto
dengan dihadiri oleh Dewan Pengurus
Nasional Ikatan Akuntan Indonesia, Majelis
Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia,
Dewan Penasehat Ikatan Akuntan
Indonesia.
PENGUSAHA DI HARAPKAN
MENERAPKAN SI STEM PRUDENT
Jakarta - Ditengah ketidak pastian kondisi
usaha, Bank Central Asia (BCA) senantiasa
menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent)
dalam aktivitas penyaluran kredit serta
menjaga posisi likuiditas dalam jumlah yang
memadai, demikian kata Presiden Direktur
Asia Tbk, D.E. Setijoso saat jumpa pers di
Jakarta.
BCA membukukan kredit yang signifkan
sebesar 53,3 persen YoY menjadi Rp
105,5 triliun pada akhir September 2008
dibandingkan dengan Rp 68,8 triliun pada
akhir September 2007, katanya.
Ia menambahkan, rassio kredit terhadap
dana pihak ketiga (LDR) meningkat menjadi
5,47 persen pada akhir September 2008
dari 40,7 persen pada akhir September
2007. Sedangkan kredit korporasi tumbuh
sebesar 74,9 persen YoY menjadi Rp 46,1
triliun didukung oleh tingginya permintaan
kredit disektor telekomunikasi, perkebunan
dan pertanian, dan sektor pertambangan,
ujarnya.
Rasio kredit bermasalah (NPL) relative
cukup rendah tercatat sebesar 0,6 persen
dengan cadangan kredit bermasalah sebesar
351,6 persen, sedangkan rasio kecukupan
modal (CAR) sebesar 16,0 persen diatas
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
9
angka minimum yang ditentukan oleh Bank
Indonesia (BI) sebesar 8 persen.
Saat ini PT BCA Tbk mendapatkan laba
bersih sebesar Rp 4,0 triliun sampai akhir
triwulan ketiga 2008, meningkat 19,0 persen
dibanding dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, katanya.
Setijoso menegaskan, BCA memiliki fondasi
yang kokoh untuk melanjutkan upaya
pengembangan franchise value sebagai
bank transaksional. Upaya pengembangan
franchis value kita melakukan investasi pada
insfrastruktur jaringan serta memperkaya
ragam produk dan layanan untuk
memberikan kenyamanan bagi nasabah
dalam melakukan transaksi perbankan,
tegasnya. (Ay/*)

DANA KAMPANYE TAK DAPAT DI
AUDI T ?
Jakarta, Ketua Dewan Pengurus Nasional,
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dr.
Ahmadi Hadibroto menegaskan, audit
dana kampanye partai politik tak mungkin
dilakukan, karena belum ada mandat kepada
akuntan publik terhadap audit itu.
Menurut Hadibroto, di Jakarta, pekan
lalu, Undang-undang No 10 Tahun 2008
tentang Pemilihan Anggota Legis Latif, tak
memberikan ruang gerak untuk mengaudit
masalah itu.
Andaikan ada ruang gerak untuk mengaudit,
tak dapat dilaksanakan dalam waktu dekat,
karena waktu yang diberikan hanya 30 hari
sementara, jumlah partai cukup banyak
dan masalahnya cukup komplek, sehingga
tak akan ada akuntan publik yang sanggup
mengerjakan masalah itu, katanya.
Menjawab pertanyaan, ia mengatakan, sulit
mencari solusi. Solusi apapun pasti juga
akan melanggar dari Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, katanya.
Sulitnya akuntan publik untuk mengaudit
dana kampanye dan para calon anggota legis
latif itu, kata Ahmadi, jumlah calon legis latif
lebih dari 1.000 orang sementara jumlah
akuntan publik tak ada seribu orang.
Jumlah partai juga lebih dari 38 partai yang
tersebar di seluruh cabang. Hal itu-lah
yang menjadi kesulitan para akuntan untuk
mengauditnya.
Kesulitan untuk mengaudit dana kampanye
itu juga diakui oleh Anggot Komisi Pemilihan,
Syamsul Bachri. Ia mengakui ada kesulitan
soal audit dana kampanye. Dalam hal
audit dana kampanye, Komisi Pemilihan juga
menyadari akan terjadi kesulitan bagi yang
mengaudit, karena partainya tersebar di
beberbagai daerah di seluruh Indonesia,
katanya, seranya mengatakan, bagaimana
mungkin dapat menngumpulkan dana secara
cepat.
Komisi, Pemilih, kata Syamsul, sampai saat
ini belum mengetahui solusi masalah itu.
Ada kemungkinan laporan dana kampanye
di tingkat kabupaten/kota akan di bawa
ke tingkat pusat, sehingga mudah untuk
mengauditnya.
(**tem)
OBAMA MAMPU PERCEPAT
SELESAI KAN KRI SI S EKONOMI
Jakarta - Terpilihnya Barrack Obama
sebagai Presiden AS dari Partai Demokrat,
diyakini bakal mempercepat penyelesaian
krisis keuangan global mengingat krisis
ekonomi saat ini tak lepas dari kebijakan
pemerintah AS sebelumnya.
Skandal yang terjadi di kredit properti
(subprime mortgage) memiliki andil yang
besar terhadap krisis ekonomi saat ini. .
Kemenangan Obama dalam Pemilihan
Umum di AS pada 4 November 2008,
diharapkan segera dapat menangani masalah
ekonomi dalam negeri AS yang cenderung
bangkrut, pengangguran yang tinggi, serta
beban anggaran dan utang yang besar.
Karakter pribadi, garis partai serta dominasi
Demokrat di Kongres akan memberikannya
kemampuan untuk menghadapi tantangan
itu, kata Direktur Perencanaan Makro
Bappenas, Bambang Prijambodo, belum
lama ini.
Menjawab pertanyaan, pengaruh Obama
pada ekonomi Indonesia, ada tetapi tidak
serta merta.
Politik luar negeri yang `softpower`
akan memberikan lingkungan global yang
lebih kondusif bagi peningkatan hubungan
ekonomi dunia yang bermanfaat bagi
masing-masing negara, katanya.
Perhatian presiden baru itu, katanya, cukup
besar kepada masalah sosial dan ekonomi,
serta posisi Indonesia yang strategis baik
secara geopolitik dan geoekonomi akan
mendorong hubungan ekonomi yang lebih
baik
**is/anti../
SUN PRI MADONA SARANA
I NVESTASI SEKTOR PERBANKAN
Jakarta, Sedikitnya 25 persen dari jumlah
Surat Utang Negara (SUN), berada
ditangan perbankan, sehingga harga SUN
sulit melemah, kata Direktur Pengaturan
dan Penelitian Perbankan Bank Indonesia
(BI) Halim Alamsyah kepada pers di Jakarta,
pekan silam.
Kanjian Bank Indonesia menyebutkan,
perbankan Indonesia masih kuat untuk
menghadapi gejolak fnansial, karena
semua masalah yang akan terjadi sudah
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
10
diantisipasi.
Dicontohkan, untuk melihat ketahananan
sektor perbankan, BI menggunakan
beberapa skenario terburuk, diantaranya
nilai tukar, harga SUN, dan suku bunga.
Kesimpulannya perbankan Indonesia masih
cukup tahan menyerap berbagai gejolak itu.
Kajian BI juga menyebutkan, perbankan
yang saat ini memiliki portofolio surat
utang negara (SUN) yang cukup besar,
mampu menahan penurunan SUN hingga
25 persen.
Perbankan, menurut dia, cukup kuat
terhadap gejolak nilai tukar rupiah. Tidak
ada satupun perbankan yang kolaps bila
rupiah melemah hingga Rp15.000 per dolar
AS, katanya.
Selain itu, ia juga mengatakan perbankan
masih cukup tahan terhadap peningkatan
suku bunga acuan. Bila suku bunga naik
sebesar satu persen, maka rasio kecukupan
modal perbankan hanya tergerus 0,23
persen, katanya.
Sementara bila dinaikan hingga dua persen,
menurut dia, hanya terdapat satu bank yang
tergerus rasio kecukupan modalnya hingga
di bawah delapan persen.
Di sisi resiko kredit, menurut dia, sampai
dengan saat ini perbankan masih memiliki
kualitas kredit yang baik. Hal ini tercermin
dari kredit bermasalah (NPL/non
performing loan) yang hanya 3,9 persen.
(***yubi)
CADANGAN DEVI SA 5 0 .5 8
MI LI AR DOLAR AS
Jakarta, Jumlah cadangan devisa Indonesia
per Oktober 2008 mencapai 50,58 miliar
AS. Jumlah itu cukup aman untuk mendukung
impor dan ekspor Indonesia.
Pengamat ekonomi dari INDEF menilai
cadangan devisa Indonesia hingga saat ini
masih cukup aman untuk menangkal dampak
krisis fnansial global, kata Direktur INDEF,
Mohammad Ikhsan Modjo.
Dikatakan, nilai 50,8 miliar dolarAS itu
lima kali lebih besar dari nilai impor. Masih
bisa ditoleransi.
Meskipun demikian ia menyarankan, Bank
Indonesia untuk tetap waspada, jika dalam
dua bulan cadangan devisa tergerus lebih
dari 5 miliar dolar AS, hanya untuk intervensi
pasar uang.
Data Bank Indonesia menyebutkan
cadangan devisa akhir bulan Agustus 58,358
miliar dolar AS, dan akhir September 57,108
miliar dolar.
Sehingga dalam dua bulan terakhir sudah
tergerus hampir sekitar 8 miliar dolar.
Padahal di akhir Pebruari 2008 cadangan
devisa kita sempat menyentuh level 67,125
miliar dolar AS, ingatnya.
Ikhsan menambahkan, jika trend
penurunan tersebut berlanjut, ditambah
defsit neraca perdagangan, dalam enam
bulan ke depan ekonomi Indonesia bisa
terganggu.
(Is/IA)
PERTUMBUHAN EKONOMI
NASI ONAL 6 ,2 PERSEN
Jakarta, Pertumbuhan ekonomi nasional
tahun 2008 akanmencapai 6,2 persen sejalan
dengan membaiknya ekonomi makro,
seperti stabilnya nilai tukar dan harga barang
pokok.
Pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun
2008 diperkirakan sekitar 6,1 - 6,2 persen.
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi
kita masih bisa di sekitar 6,1-6,2 persen
untuk tahun 2008, kata Deputi Gubernur
Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono.
Kegiatan ekonomi pada triwulan III
mencapai pertumbuhan 6,4 persen, cukup
tinggi. Namun demikian pada triwulan IV
diperkirakan akan menurun. Sisa dua bulan
ini menurut dia, penurunan perekonomian
akan terasa.
Kita perkirakan dampak penurunan
ekonomi dunia akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi di Indonesia, sehingga maksimum
yang didalam best line skenario mungkin di
triwulan IV hanya 5,9 persen, katanya.
Sementara sumber lain juga menyebutkan,
neraca berjalan khususnya transaksi berjalan
masih mengalami defsit sangat besar,
karena harga komoditi dunia mulai turubn,
permintaan turun sehingga membuat ekspor
turun.
Namun triwulan IV ada sedikit kabar
baik, ditengah permintaan dunia yang
uturun drastis, kita masih lihat ekpor kita
masih bertahan, tidak seburuk dari yang
kami perkirakan semula, katanya. Ia
menambahkan penurunan ekspor baru akan
terasa pada 2009.
Sementara itu,menurut dia, impor telah
mengalami penurunan yang cukup tinggi
sehingga defsit di triwulan IV pada neraca
berjalan (current account) telah menurun.
(Yub/)
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
12
Alumni Universitas Sumatera Utara lulus tahun 1980
menjalankan praktek akuntan publik dan menjadi
dosen di Universitas Sumatera Utara.
Erwin yang berpostur layaknya orang bule sering
disangka wisatawan mancanegara dan diajak ngomong
inggris padahal orang medan loh.
Ayah satu putra yang selalu kelihatan trendy memiliki
motto selalu berbuat yang terbaik
menjadi auditor dan dosen adalah pilihan hidupnya,
karena kedua profesi ini akan membantu mahasiswa
dan klien untuk berkembang.
Motto IAPI jujur dan ahli sangat tepat dan berpesan
kepada akuntan publik lain untuk selalu selaras dengan
motto IAPI.
Managing Partner KAP. Drs. Hananta, Budianto &
Rekan telah go internasional kerja sama dengan UHY
Internasional adalah gelar akuntan diperoleh dari
Universitas Erlangga tahun 1982, Bapak Hananta aktif
sebagai pengurus IAPI, profesi sebagai akuntan publik
awalnya terpaksa tetapi kini menjadi profesi yang
ditekuninya sampai kapanpun karena menjadi akuntan
publik membuatnya bahagia, dapat mencerdaskan
para auditor muda.
Hananta masih bertahan di Semarang tidak berminat
untuk hijrah ke Jakarta dengan alasan karena di jakarta
selalu macet dan persaingan sangat ketat, daerah lebih
santai ujarnya. Motto hidupnya adalah hidup dijalanin
dengan bahagia.

Drs.HanantaBudianto
Reuni
ErwinAbubakar
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
13
Sofyan Lulusan tahun 1975 setelah itu langsung menjadi
dosen oleh karena selalu haus menimba ilmu agar dapat
mencerdaskan mahasiswa, oleh karenanya gelar Doktor
diraihnya dan menjadi profesor.
Untuk praktek, Sofyan mendirikan kantor akuntan publik
Drs. Sofyan Syafri & Rekan di Jakarta.
Sebagai seorang akuntan publik tantangan dan godaan
sangat besar, tetapi karena motto hidupnya adalah jujur
dan ahli maka godaan yang sangat besar tidak berarti.
Untuk pemutakhiran pengetahuannya sofyan sering
menghadiri seminar atau menjadi pembicara baginya
proses belajar tidak pernah berhenti.
ProfDr.sofyansyafriHarahap
Suwardi adalah salah satu akuntan publik di pekan baru
yang sangat sedikit, saat ini suwardi menjadi pimpinan
cabang KAP. Drs. Gafar Salim & Rekan di Pekanbaru,
Suwardi adalah alumni universitas Andalas lulus tahun
1990 langsung bekerja di Kantor Akuntan Publik sampai
menduduki jabatan sebagai pimpinan cabang.
Menjadi akuntan publik di daerah tantangannya adalah
harus memberikan edukasi pada klien tentang manfaat
jasa akuntan publik.
Dengan adanya undang-undang keuangan negara maka
akuntan publik didaerah menjadi sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu suwardi mengajak rekan-rekan akuntan
publik dijakarta untuk hijrah ke pekan baru.
Anda berminat ?
Reuni
suwardiGunawan
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
14
BPK tak
memberi kan
o p i n i
( di scl ai mer)
t e r h a d a p
58 laporan
k e u a n g a n
pemer i nt a h
daerah, 282
l a p o r a n
k e u a n g a n
pemerintah daerah diberi pendapat Wajar
Dengan Pengecualian (WDP), dan 19 daerah
mendapatkan opini terburuk
Menurut Chris Kuntadi, auditor BPK
yang juga sekretaris IAI Jakarta, opini
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) disclaimer berarti BPK tidak
dapat menyimpulkan bagaimana laporan
keuangan itu apakah wajar atau tidak atau
auditor tidak mampu meyakinkan dirinya
sendiri pada prosedur-prosedur yang telah
dilakukan apakah laporan keuangan itu wajar
atau tidak.
Ada beberapa sebab yang menyebabkan
LKPD disclaimer. Pertama, karena pembatas
ruang lingkup audit.
Kedua, auditor tidak dapat melakukan
prosedur-prosedur tertentu untuk
meyakinkan apakah laporan keuangan itu
wajar. Misal, terkait dengan jumlah aset
yang tidak sesuai. Antara data akuntansi
yang dikelola oleh biro keuangan dan
data akuntansi yang dikelola oleh biro
perlengkapan tidak cocok.
Ketiga, auditor tidak mendapatkan bukti-
bukti suatu perkiraan yang signifkan.
Tak Berhubungan dengan Korupsi
Chris menambahkan, LKPD disclaimer
jumlahnya mencapai 40-50%. Sebetulnya
opini itu tidak selalu berhubungan langsung
dengan korupsi, artinya kalau opini Wajar
tanpa Pengecualian (WTP) bukan berarti
bahwa tidak ada korupsi sama sekali.
Opini WTP bukan berarti tidak ada suatu
masalah apapun, tetapi opini yang disclaimer
atau tidak wajar itu bukan berarti bahwa
didalamnya banyak sekali korupsi. Karena
tidak ada hubungan langsung antara opini
atau laporan keuangan dengan korupsi,
katanya
Ia berpendapat, opini yang diberikan oleh
BPK mempunyai arti bahwa ada sesuatu
masalah sehingga auditor tidak dapat
meyakinkan dirinya terhadap kewajaran
laporan keuangan. Biasanya di neraca unsur
paling besar adalah aktiva tetap, sehingga
jika BPK memberikan disclaimer berarti
kemungkinan besar penyebabnya dari aktiva
tetap.
Harus Perbaiki
Salah satu pemerintah daerah yang LKPD
mendapat opini disclaimer adalah Jakarta.
Terkait hal itu, Chris mengatakan bahwa
pemerintah DKI harus serius menangani
Sal ah Kel ol a Aset ,
LKPD Di scl ai mer
Oleh : Cris Kuntadi
Miris memang. Diantara
ratusan daerah di Indonesia,
hanya sedikit saja yang bisa
membuat laporan keuangan
dengan baik. Jumlahnya bisa
dihitung dengan jari. Sisanya,
masih amburadul dan mendapat
opini disclaimer. Data BPK
tahun lalu menunjukkan,
hanya tiga pemerintah daerah
provinsi kota/kabupaten
dari 362 pemerintah daerah,
yang laporan keuangannya
baik. Ketiga daerah tersebut,
yakni Kabupaten Pontianak,
Kabupaten Sambas, dan
Kota Surabaya. Laporan
keuangan tiga daerah tersebut
mendapatkan penilaian Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP)
alias lulus 100%.
LAPORAN UTAMA
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
15
aktiva tetap. Artinya, DKI harus secara
rutin, paling tidak setiap tahun melakukan
inventarisasi aset. Aset apa saja yang dimiliki
pemerintah propinsi DKI diinvetarisir lalu
ditentukan nilainya. Inventarisir dimulai
dari DKI berdiri sampai sekarang itu harus
tercakup dalam neraca itu. Kemudian aset-
aset yang bernilai budaya dan nilainya sulit
ditebak maka tidak perlu masuk dalam
neraca itu.
Chris menambahkan, unsur utama laporan
keuangan adalah aktiva tetap, mereka harus
memfokuskan diri dalam langkah perbaikan
keuangannya. Karena aktiva tetap yang
akan banyak menimbulkan suatu masalah.
Pemda juga harus serius mengelola aset
dengan mempelajari manajemen aset.
Apalagi, manajemen aset terkait dengan
bagaimana cara mengelola aktiva tetap, agar
aktiva tetap tersebut terinvetarisir, ternilai,
tersajikan, serta terungkap dan memadai
sesuai dengan undang-undang.
Terinvetarisir artinya bahwa seluruh
aset itu tercatat semua dan ada daftarnya,
disamping itu juga ada bukti pendukungnya
kalau tanah ada sertifkatnya. Kalau tidak ada
segera diurus sertifkatnya, kalau kendaraan
ada BPKB nya begitu juga dengan barang-
barang yang lain semua terinvetarisir,
jelasnya.
Di samping itu, aset yang disajikan dalam
neraca harus ada nilai, berupa nilai yang
wajar. Nilai yang wajar adalah apabila
perolehannya sebelum neraca awal maka
aset tetap dinilai berdasarkan harga wajar
pada tanggal neraca awal tadi. Misal DKI
mempunyai gedung DPRD yang dibangun
80-an, sedangkan neraca awalnya tahun
2005, maka gedung yang dibangun pada
tahun 80-an itu dinilai pada tanggal
1 Januari 2005 berapa harga wajar
pada saat itu.
Kalaupun sudah ada nilai
tetapi perolehannya sebelum
tahun 2005, berarti harus
direvaluasi atau dinilai kembali
supaya menjadi harga
yang wajar pada 1 Januari
2005. Tujuannya agar
mempunyai neraca yang
nilainya adalah nilai yang
wajar per neraca awal.
Sedangkan untuk aktiva
tetap yang diperoleh
setelah tanggal neraca
awal dinilai berdasarkan
harga perolehan.
Aset-aset yang sudah
terinvetarisir dan ternilai
dimasukkan kedalam
laporan keuangan di
neraca pokok aktiva tetap.
Setelah itu diungkapkan
secara memadai, misal
ada aset yang dipinjamkan
kepada instansi lain, maka diungkapkan
bahwa aset gedung dan tanah bernilai
sekian dipinjam pakaikan kepada instasi lain
dengan berita acara lengkap.
Aset yang tidak digunakan, harus diprogram,
apakah akan diperbaiki atau dijual. Jika hal
itu dilakukan, maka pemerintah melakukan
proses pelelangan.
Jika semua aset
terkelola dengan
baik, laporan
k e u a n g a n
pun akan
bai k, kat anya.
(Is/zubi)
Aset yang tidak
digunakan, harus
diprogram, apakah
akan diperbaiki
atau dijual. Jika
hal itu dilakukan,
maka pemerintah
melakukan proses
pelelangan
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
16
K
edudukan jenis asset nirwujud
itu, kata pengamat ekonomi
manajemen asset, Dr. Jan
Hoesada, mempunyai kedudukan sama
penting dengan asset yang nyata. Seringkali
lebih penting daripada aset berwujud.
Pada perbankan, nama bank, kualitas SDM
dan sistem informasi manajemen adalah
penunjang sebaran mesin Anjungan Tunai
Mandiri. Sebagai contoh manajemen asset
dilingkungan perbankan.
Diantara variabel penting bagi sukses bank
antara lain, rerata peringkat nasabah bank,
peringkat jarak, rerata peringkat bank kali
peringkat nasabah, volume merger, total
research score, dan research score x bagian
ekuitas nasabah yang dipegang investor
institusional.
Ukuran sukses bank antara lain, kenaikan
volume deposito, kenaikan volume kredit,
jumlah dan sebaran nasabah, jumlah dan
sebaran deposan, jumlah cabang dan kantor
perwakilan, market share, kenaikan aset,
kenaikan aset bersih atau ekuitas, kenaikan
ROI, kenaikan ROE, pemenuhan kriteria
sehat perbankan seperti CAMEL dan lain-
lain.
Kualitas aset adalah segala-galanya. Pada
intinya ukuran sukses utama adalah volume
transaksi, aset, laba dan nasabah. Berbagai
nisbah stratejik juga digunakan untuk
pengukuran persaingan bank, misalnya kridit
bermasalah (NPL) atau Total Assets, Loan
portfolio/Total assets, Securities portfolio/
Total assets, ditambah faktor suku bunga
jangka pendek, jumlah bank, jumlah cabang/
populasi .
Manajemen risiko perbankan, juga harus
berfokus pada penguatan kebijakan dan
pengawasan pada tiga area yaitu manajemen
risiko kredit, risiko operasional dan risiko
pasar, terus menerus melakukan investasi
sistem informasi dan meng-upgrade sistem
informasi untuk meningkatkan produk,
mengurangi biaya operasi dan membantu
mengelola risiko secara lebih baik.
Jaringan cabang bank, kata Jan, merupakan
aset strategis terpenting. Strategi perang,
eminjam istilah Zun Tsu, perbandingan
outlet memungkinkan pilihan taktik frontal
attack atau face to face combat, bahkan
mungkin menang tanpa perlu berperang,
dari segi sebaran outlet yang merata didesa-
desa terpencil dapat dikatagori taktik desa
mengepung kota, dengan penyusupan/
infltrasi bergaya gerilya, strategi pertahanan
rakyat semesta, dan gelombang besar
serbuan tentara mengagumkan lawan
sekaligus membuat lawan merasa tak
berdaya.
Manajemen asset menjadi lebih berguna
apabila informasi tentang aset bank dikaitkan
dengan market share, jumlah kredit dan
MENI LAI ASET NI RWUJUD
LAPORAN UTAMA
Seorang atlet Olympic menjaga tubuh 24 jam sehari, melatih tubuh untuk meningkatkan
kondisi fsik dan kinerja otot. Tubuh adalah modal untuk merebut piala, cidera tubuh
menyebabkan atlet harus hengkang dari dunia olah raga.
Serangkaian gelar juara, menggambarkan bahwa kondisi tubuh atlet adalah segala-galanya. Itu
juga berlaku di dunia bisnis. Berbagai bisnis juga mengandalkan asset dan kelihaian manajemen
asset sebagai kunci sukses, misalnya penerbangan (pesawat terbaik berarti zero crash
management), hotel (bangunan hotel, sebaran bangunan hotel), perbankan (jumlah cabang),
dan jaringan retail (jumlah outlet). Itu semua juga harus dinilai sebagai asset, tetapi nirwujud,
yakni asset yang tidak tampak secara kasat mata.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
17
2002 2003 2004 Apr-05
No. Nama Bank Asset Persentase
(%)
1 PT Bank Mandiri 252.67 293.21 241.46 247.63 18.86
2 PT. BCA Tbk 116.94 132.80 149.83 148.47 11.31
3 PT.BNI Tbk 126.06 131.89 136.30 134.49 10.24
4 PT. BRI 104.13 99.22 107.02 107.75 8.21
5 PT. Bank Danamon
Indonesia
47.43 52.75 58.37 59.62 4.54
6 PT. BII Tbk 36.18 34.60 35.79 39.17 2.98
7 PT. Bank Niaga( Citibank
N.A)

(24.65)

(23.75)
30.82 32.28 2.46
8 PT. Bank Permata Tbk 29.26 29.08 31.70 29.68 2.26
9 PT.Lippo Bank Tbk 24.47 26.42 27.83 27.25 2.08
10 PT. PAN Indonesia Bank
Tbk

(27.37)

(26.87)
(26.76) 27.17 2.07
(Bank Tabungan Negara)
Total 789.15 850.57 845.88 853.51 65.02
Sepuluh Bank dengan Kepemilikan Asset Terbesar Per April 2005
(dalam triliun rupiah)
Sumber:Bank Indonesia, 2005 ( diolah)
jumlah simpanan yang dikelola. Informasi itu
antara lain persentase aset bank tertentu
terhadap total assets industri perbankan,
persentase aset bank tertentu terhadap total
assets dari 10 bank beraset terbesar untuk
mengetahui dominasi pasar berbasis asset,
persentase kredit yang diberikan terhadap
total kredit 10 bank beraset terbesar,
persentase kredit diberikan terhadap total
asset bank untuk mengukur asset produktif
, persentase kredit terhadap deposito pada
bank tertentu untuk mengukur produktivitas
deposito nasabah.
Manajemen aset membutuhkan informasi
non-konsolidasian dari Marjin Pendapatan
Bunga bersih (Net interest Margin atau
NIM), Rasio Biaya terhadap Pendapatan,
Imbal Hasil Rata-rata Aktiva, Pulangan
Ekuitas atau Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas,
LDR dan Rasio Obligasi Rekapitalisasi
Pemerintah terhadap total assets bank
tertentu, dibanding sepuluh bank lain
beraset terbesar.
Manajemen aset dan manajemen risiko
secara berkala meminta gambaran
persaingan kesehatan modal dan kredit
umumnya, khususnya tentang informasi
non-konsolidasian dari Rasio Kredit
Bermasalah, Rasio Aktiva Non-Produktif,
Rasio Coverage, CAR Tier I, CAR Tier II
dan CAR bank itu sendiri, dibandingkan
dengan sepuluh bank beraset terbesar.
Asset management juga berarti dominasi
pasar dan kemampuan menjemput bola.
Bagi bank berjaringan banyak seperti BRI,
manajemen aset digambarkan pula berdasar
jumlah propinsi, jumlah kabupaten, jumlah
dan nama kota, jumlah unit dan jumlah pos
layanan pada tiap kota atau wilayah khusus.
Kepemimpinan asset adalah kepemimpinan
pasar, dari mind share menjadi market share.
Pemilihan aset yang tepat juga meningkatkan
opportunity share (pasar masa depan).
Pembangunan aset berwujud harus
diimbangi asset nirwujud; peningkatan
jumlah BRI Unit juga disertai dengan
perbaikan sistem teknologi yang digunakan
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
18
pada sejumlah BRI Unit. BRI Unit telah
mulai menggunakan sistem BRINets, yang
merupakan sistem inti (core system)
pemrosesan transaksi perbankan di Bank
BRI. Per tanggal 30 Juni 2003, 115 BRI Unit
telah mengimplementasikan sistem BRINets
saat ini telah terintregasi secara penuh
dengan sistem operasional terpusat di Bank
BRI. Bank BRI mengimplementasikan sistem
teknologi BRI Nets pada 1.000 BRI Unit di
akhir 2004.
Selain itu, Bank BRI meng-upgrade sistem
komputer yang masih berdiri sendiri
(stand alone) pada BRI Unit yang tidak
akan menggunakan sistem informasi
BRINets dalam waktu dekat agar seluruh
BRI Unit memiliki sistem dengan standar
yang sama sehingga dapat mendukung
peningkatan fungsi pelayanan, pelaporan
dan penyimpanan data.
Peningkatan teknologi untuk memperbaiki
pelayanan kepada nasabah dan meningkatkan
produktivitas di BRI Unit, serta
memungkinkan akses real time kepada data
nasabah. Bank BRI berkeyakinan bahwa up-
grading pada jaringan dan jaringan teknologi
BRI Unit akan memungkinkan Bank BRI
untuk bersaing secara lebih efektif dalam
menghadapi banyaknya institusi perbankan
lain yang memasuki sektor ini (khususnya
di daerah perkotaan), serta memungkinkan
Bank BRI mengelola operasinya secara lebih
baik, termasuk dalam hal manajemen risiko
kredit.
BRI menggunakan sistem pertahanan
kantor layanan wilayah, sebuah strategi
okupasi yang mengombinasikan secara
manis strategi ofensif sekaligus strategi
bertahan disuatu wilayah. Tak ada rumusan
umum untuk seni bertahan dan menyerang.
Bila seimbang lawan, jangan menyerang.
Pada situasi tertentu, strategi pertahanan
sempurna lebih baik dari menyerang. BRI
menggunakan strategi sejalan dengan konsep
perang yang menyatakan; Bertahan lebih
kuat dari menyerang dengan membangun
pertahanan unit kecil pada wilayah-wilayah,
namun tak menggunakan kantor layanan
untuk sekadar menangkis saja agresi/
serangan lawan, karena bertolak belakang
dengan konsep perang.
Apabila pertahanan efektif dan efsien,
mungkin lebih murah katimbang menyerang,
sehingga pada akhirnya penyerang
kehabisan amunisi dan pihak bertahan
merebut kemenangan. Dengan demikian
membangun kantor layanan adalah efektif
dan murah. Dengan demikian perang bisnis
bukan sekadar perebutan pelanggan dan
pasar, namun
perebutan lokasi outlet/layanan, karyawan
unggulan (setara perwira militer, pada bisnis
dilakukan dengan pembajakan karyawan
pesaing, membuat syarat masuk TK yang
lebih berat), sarana (pesawat dan senjata
pada militer, kualitas IT pada perbankan,
kualitas pesawat pada penerbangan
komersial), perebutan pemasok unggulan
(importir bagi Hero,Carefour; logistik &
pabrik senjata bagi militer, penabung bagi
BRI) dan lain-lain.
Di Jakarta, tahun 2008 Carefour
mengakuisisi Alfa. Jaringan toko Alfa atau
semacamnya melakukan perang gerilya
melawan Carefour atau Hero, kecil tapi
banyak mengepung raksasa. Toko kecil yang
tak laku dengan mudah dan cepat ditutup
(peleton gerilya) setara dengan perang
gurun pasir yang berpindah, buka lagi di
wilayah lain secara cepat, dengan strategi
mengganggu (serangan kecil-kecil namun
sering dan banyak) dan menggerogoti syaraf
lawan.
Sebaliknya dari perang padang pasir
adalah strategi parit pertahanan; menggali
parit dan bertahan sampai mati (massive
strategy) untuk skala investasi besar
seperti bandara, pelabuhan, bisnis hotel,
Carefour, dan bank korporasi (corporate
banking atau investment banking). Wal-
Mart menduduki basis desa atau kota kecil
Amerika Serikat yang diabaikan pesaing Wal
Mart yang senang menyerang kota besar,
Sebaliknya dari
perang padang
pasir adalah strategi
parit pertahanan;
menggali parit dan
bertahan sampai
mati (massive
strategy) untuk
skala investasi besar
seperti bandara,
pelabuhan, bisnis
hotel, Carefour,
dan bank korporasi
(corporate banking
atau investment
banking).
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
19
lalu membentuk organisasi jaringan antara
outlet kota-kota kecil (hub and spoke)
untuk mengukuhkan cengkeraman pasar.
Manajemen aset memang adalah segala-
galanya.
Komposisiassetnirwujud
Makin modern dunia, makin besar komposisi
aset nir wujud. PSAK 19 tentang aset tak
berwujud terlampau sederhana untuk
mengakomodasi pernik-pernik manajemen
aset nirwujud berbasis manajemen risiko
yang sehat.
PSAK mengatur formula, patent, hak cipta,
franchise, merk dagang dan goodwill, hak
sewa, lisensi dan aset nirwujud lain. Aset
nirwujud diperoleh dengan cara membeli
atau membuat sendiri, bila perolehan tak
teridentifkasi dimasukkan sebagai goodwill.
Biaya pemeliharaan bila (1) tak dapat
diidentifkasi, (2) tak terhindarkan dari
kegiatan rutin usaha, maka masuk beban
dan R/L. Biaya perolehan aset nirwujud,
nilai pembayaran atau nilai wajar aktiva,
menggunakan analogi perolehan aset tetap.
Masa manfaat aset nirwujud
mempertimbangkan yang terpendek
dari : Hukum, perjanjian, Kemungkinan
memperpanjang, memperbaharui,
Keusangan dan Perilaku pesaing mengganti
aset sejenis lebih modern.
Masa manfaat aset nirwujud dapat tak
terbatas, misalnya merek yang telah menjadi
istilah umum. Misalnya, kalau piknik jangan
lupa bawa kodak, kalau kotor ya dirinso saja.
Suatu ATT mengandung beberapa unsur
yang mempunyai masa manfaat berbeda.
Para akuntan harus berhati hati untuk
penggunaan istilah penyusutan, amortisasi,
deplesi, penghapusan, write-of, dan
penurunan nilai.
Aset nirwujud diamortisasi sepanjang
masa manfaat, maksimun 20 tahun dengan
metode garis lurus atau metode lain, bila
dianggap lebih sesuai. Metode amotisasi
harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan,
baik pula dengan sisa umur ekonomis aset
tersebut. Pemilihan metode amortisasi
untuk penggunaan formula rahasia, hak
patent, franchise harus diselaraskan dengan
jangka waktu, pola penggunaan dan metode
penyusutan mesin & sarana (AT berwujud)
untuk menggunakan hak-hak (aset nirwujud)
tersebut, whichever is shorter.
Evaluasi amortisasi harus periodik, entitas
melakukan written down ke R/L bila besar
manfaat lebih kecil dari nilai buku terakhir,
kata Jan Hoesada yang kini sebagai
konsultan berspesialisasi pada Strategic
Management dan Corporate Planning.
(Van**)
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
20
20
Suyat no Har un
Foto : Zubi
Interviu
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
21
Carut Marut Aset Negara
M
asalahnya, pengeloaan aset
negara bermasalah sejak lama.
Hal itu diimbangi oleh minimnya
kepedulian berbagai departemen atau
lembaga terhada aset yang mereka kelola.
Contoh paling gamblang adalah tak
tertatanya rumah dinas. Banyak rumah
dinas, yang seharusnya dihuni pegawai
aktif, justru sekarang ditempati pensiunan.
Mirisnya lagi, tak sedikit rumah dinas
tersebut yang akhirnya berpindahtangan
menjadi kepemilikian pribadi. Padahal,
nyata-nyata rumah dinas adalah aset negara
yang ditujukkan bagi pegawai negara yang
masih aktif. Inventarisasi aset negara,
apapun bentuknya, manjadi kata yang tidak
bisa ditawar lagi.
Dalam satu kesempatan, Direktur Jenderal
Kekayaan Negara Departemen Keuangan
Hadiyanto mengatakan, inventarisasi aset
negara menemui banyak kendala. Akibatnya,
dari 77 kementerian/lembaga negara, hingga
kini baru 20 kementerian/lembaga negara
yang asetnya selesai diinventarisasi.
Nilai pembelian aset 20 kementerian/
lembaga negara itu Rp 6,2 triliun. Saat ini,
nilai wajar aset tersebut mencapai Rp 17,9
triliun, naik hampir tiga kali lipat. Padahal,
nilai total aset barang milik negara (BMN)
yang dikelola Dirjen Kekayaan Negara
per Juni 2007 Rp371,59 triliun dari 77
kementerian/lembaga negara. Adalah
sebuah kehilangan yang sangat besar jika
aset-aset itu berpindah tangan dari negara
ke pribadi.
Direktur BMN II Ditjen Kekayaan Negara
Depkeu Suyatno Harun yang juga Ketua
Pokja Penertiban BMN menjelaskan di setiap
departemen terdapat 150 ribu jenis aset.
Ratusan aset di antaranya dalam bentuk
tanah dan bangunan. Karena itu, pada
2008, Dirjen Kekayaan Negara berupaya
untuk menyertifkasi seluruh aset tanah dan
bangunan milik negara, kata Suyatno.
AsetRp.1
Suyatno menambahkan, saat menyusun
Laporan Keuangan 2005, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) melihat aset negara banyak
yang nilainya Rp. 1. Banyak tanah yang
tidak bersertifkat karena kita dapat warisan
dari Belanda dan pergi begitu saja, kata pria
kelahiran Jakarta, 51 tahun lalu itu kepada
Akuntan Indonesia.
Untuk menatanya, sejak tahun 2005, telah
dibuat roadmap atau sistem petaan dan
penataan aset negara.
Setahun kemudian, laporannya keluar
dan pemerintah mulai berpikir bagaimana
membenahi semua aset. Ketika keluar
Kepres No.17 tahun 2007 yang meminta
Menteri Keuangan melakukan penertiban
seluruh aset negara, penertiban aset negara
itu mulai menemukan arahnya. Dengan
demikian, invetarisasi, mencatat semua aset
negara, yang belum tercatat, mulai dilakukan.
Aset yang awalnya hanya berharga Rp. 1,
mulai memilki harga sebenarnya.
Pentingnya menata aset juga menjadi bagian
tak terpisahkan dalam laporan keuangan.
Suyatno mengemukakan, dalam dunia
akuntansi setiap aset harus ada bukti berapa
nilainya.
Target roadmap 2007-2008 yang
dijalankan sampai pertengahan 2009 adalah
membenahi administrasi aset negara.
Mudah-mudahan kita mempunyai data
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
21
Aset negara adalah simbol kekayaan negara. Maka, semakin
banyak aset negara yang terlantar, semakin miskin pula
negara itu. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian,
mengelola aset negara yang benar adalah sebuah keharusan.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
22
aset yang benar dan objektif. Sambil berjalan
kita juga melakukan pembenahan terhadap
pemanfaatan aset karena selama ini ada
aset-aset negara yang dipakai pihak ketiga
tidak melalui mekanisme yang benar, kata
Suyatno.
Inventarisasi dan tata kelola aset negara
juga dimaksudkan agar uang bisa mengalir
masuk ke kas negara bukan masuk ke
institusi yang menyewakan. Nantinya,
aset yang belum tertata dengan baik akan
dibenahi, invetarisasi, nilai, dan bukukan
dalam laporan keuangan masing-masing aset
lembaga.

ManajemenAset
Pada dasarnya, kata Suyatno, manajemen
aset adalah seni bagaimana menata
aset, mencatat, memanfaatkan dan
menggunakannya dengan baik. Jadi
bagaimana aset itu di catat dengan baik,
lalu dimanfaatkan untuk kepentingan
yang benar sehingga tidak ada aset yang
menganggur,jelasnya.
Istilah yang populer dalam manajemen aset
adalah highest and the best use (penggunaan
yang tertinggi dan terbaik). Konkretnya,
jangan sampai sebuah perusahaan yang
mengelola gedung 20 lantai, tapi yang disewa
dan dipakai hanya 10 lantai, sementara
sisanya tidak jelas.
Aset memang harus dikelola apakah itu
disewakan sehingga yang menyewakan
masuk kas negara atau diisi instansi
pemerintah yang tidak mempunyai gedung,
itu yang disebut manajemen aset.
Jadi bagaimana aset itu mulai direncanakan
(planning), organizing. Kalau suatu lembaga
sudah mempunyai aset dan dia sudah punya
manajemen aset yang baik, pemakaian aset
tidak akan tumpang tindih, tambahnya.
Meski begitu, Suyatno mengakui, tidak
mudah membenahi aset negara, perlu
waktu yang panjang dan usaha yang luar
biasa karena aset tersebut tersebar dari
Sabang sampai Merauke.
Saya menghimbau kepada pihat terkait
atau lembaga agar mereka mencatat dan
mengelola aset dengan baik, kalau berlebihan
karena disewakan pihak ketiga atau lainnya
dimasukkan ke kas negara. Jangan sampai
kita punya aset dipakai orang lain kita tidak
menerima uangnya,jelas Suyatno.
Apalagi, dari sisi sumber daya manusia
(SDM), sudah mulai dibenahi. Meski tidak
semua orang punya kompetensi untuk
mengelola aset dengan baik, namun dengan
pelatihan yang memadai, kompetesi itu bisa
datang dengan sendirinya.
Saya sering mengadakan pelatihan-
pelatihan agar banyak orang yang tahu
tentang manajemen aset. Dan mereka
mempunyai sense yang baik.
Pada akhirnya, diharapkan kesadaran akan
tumbuh di kalangan kementerian/lembaga
tentang pentingnya manajemen aset. (Zub/
Is).
Saya sering
mengadakan
pelatihan-pelatihan
agar banyak orang
yang tahu tentang
manajemen aset.
Dan mereka
mempunyai sense
yang baik.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
23
Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun
2005 menetapkan SAP, dan Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) telah
mengadaptasi International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan
International Federation of Accountant (IFAC).
Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan (Lampiran II PP No. 24 Tahun
2005), aset didefnisikan sebagai sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu, dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber
daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
Untuk nonpemerintahan, pada tahun
1994, Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
mengadopsi Framework for the Preparation
and Presentation of Financial Statements yang
diterbitkan oleh International Accounting
Standards Committee (IASC), Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK), dan teks aslinya
dicantumkan dalam buku Standar Akutansi
Keuangan (SAK), yaitu yaitu An assets is
a resources controlled by the enterprise as a
result of past events and from which future
economic benefts are expected to fow to
the enterprise, dan diterjemahkan sebagai
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.
Menurut Statement of Financial Accounting
Concepts No. 6 yang diterbitkan oleh
Financial Accounting Standards Board (FASB)
di Amerika pada tahun 1985, Assets are
probable future economic benefts obtained or
controlled by a particular entity as a result of
past transactions or events.
Pada tanggal 31 Oktober 2008, International
Accounting Standards Board (IASB) dan
FASB sedang mengerjakan projek untuk
menyaring dan mengkonvergensikan
rerangka konseptual (conceptual framework),
dan disetujui bahwa defnisi aset dalam
rerangka konseptual sekarang mengandung
kelemahan sebagai berikut: (1) beberapa
pemakai keliru menginterpretasikan kata
expected dalam defnisinya IASB dan
kata probable dalam defnisinya FASB
dengan mensyaratkan manfaat ekonomi
di masa depan yang tinggi kemungkinan
terjadinya (high likelihood), dan mengabaikan
yang rendah (low likelihood); (2) terlalu
menekankan pada identifkasi aliran manfaat
ekonomi di masa depan, bukan memfokuskan
pada apa yang ada sekarang, sebagai sumber
daya ekonomi; (3) beberapa pemakai keliru
menginterpretasikan kata control dan
menggunakannya seperti dalam akuntansi
konsolidasi; (4) menekankan secara kurang
pantas pada identifkasi transaksi atau
kejadian masa lalu yang menimbulkan aset,
bukan memfokuskan pada apakah entitas
mempunyai akses terhadap sumber daya
ekonomi pada tanggal neraca.
PerubahanMindsetdalam
AkuntansiAset
oleh Handoko Tomo
Pada tanggal 17 November 2008, dalam acara Audit Training Seminar and Visit 2008 yang
diselenggarakan oleh Studi Profesionalisme Akuntan (SPA) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
J. Widodo H. Mumpuni, auditor utama Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI),
mengemukakan pentingnya audit kepatuhan. Hasil pemeriksaan BPK pada Semester I tahun 2008 antara
lain menunjukkan pelaksanaan penilaian Barang Milik Negara (BMN) belum sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan mengakibatkan neraca departemen/lembaga belum menyajikan
informasi nilai kekayaan yang sebenarnya, dan kegiatan penghapusan dan pemindahtanganan BMN
menyalahi ketentuan yang berpotensi merugikan keuangan Negara sebesar Rp7,41 triliun.
LAPORAN UTAMA
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
24
IASB dan FASB telah mengadopsi secara
tentatif defnisi An asset of an entity is a
present economic resource to which the entity
has a right or other access that others do not
have. Sampai di sini kita dapat melihat
dinamisasi akuntansi aset, dan kita harus
selalu siap menghadapi perubahan.
Konvergensi
Standar akuntansi di dunia sedang dalam
tahap konvergensi. Sesuai hasil Kongres
VIII Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tanggal
23-24 September 1998 di Jakarta, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
telah menetapkan arah penyusunan dan
pengembangan SAK ke depan, yaitu
akan mengacu pada International Financial
Reporting Standards (IFRSs) yang dikeluarkan
oleh IASB.
Apabila kita memperhatikan buku SAK
edisi-edisi terdahulu,
kita melihat dalam
KDPPLK digunakan
kata aktiva untuk
terjemahan kata
asset. Dalam
buku SAK per 1
September 2007
Updated 2008 DSAK
telah melakukan
p e n g g a n t i a n
penggunaan kata
aktiva menjadi
aset dalam seluruh
Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan
(PSAK), dan
reformat terhadap
27 PSAK dan 2
Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan
(ISAK). Namun, perubahaan tersebut
belum dilakukan secara menyeluruh. Dalam
buku IFRSs per 1 Januari 2007 dicantumkan
Framework for the Preparation and Presentation
of Financial Statements yang disahkan IASC
pada tahun 1989 dan diadopsi IASB pada
tahun 2001, dan telah digunakan kata
entity sebagai pengganti kata enterprise
dalam defnisi aset, sedangkan dalam
buku SAK terbaru masih digunakan kata
enterprise atau perusahaan dan belum
diganti menjadi entity atau entitas.
PSAK terbaru yang harus dijadikan acuan
dalam penyusunan laporan keuangan tahun
buku 2008 adalah PSAK No. 13 (Revisi
2007) tentang Properti Investasi, PSAK No.
16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap, dan
PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa.
PSAK terbaru yang harus dijadikan acuan
dalam penyusunan laporan keuangan
mulai 1 Januari 2009 adalah PSAK No. 50
(Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan:
Penyajian dan Pengungkapan, serta PSAK
No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
Kelima PSAK tersebut di atas adalah hasil
adopsi/adaptasi dari International Accounting
Standard (IAS)/IFRSs. PSAK yang baru ini
memiliki perbedaan yang cukup signifkan
dibandingkan PSAK yang lama.
PerubahanMindset
Perubahan PSAK, yang mengadopsi/
mengadaptasi IAS/IFRSs, bukan sekedar
perubahan metode/kebijakan akuntansi,
tetapi mengharuskan perubahan mindset
kita. Contoh, PSAK No. 16 (Revisi 2007)
yang diadopsi/diadaptasi dari IAS 16 (Revisi
2003), pada paragraf 64 menyatakan bahwa
metode penyusutan yang digunakan untuk
aset harus di-review minimum setiap akhir
tahun buku dan, apabila terjadi perubahan
yang signifkan dalam ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari
aset tersebut, maka metode penyusutan
harus diubah untuk mencerminkan
perubahan pola tersebut. Perubahan
metode penyusutan harus diperlakukan
sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan PSAK No. 25.
Sesuai dengan PSAK No. 25 (Reformat
2007) tentang Laba atau Rugi Bersih untuk
Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar,
dan Perubahan Kebijakan Akuntansi, yang
diadopsi/diadaptasi dari IAS 8 (versi 1993),
pada paragraf 26 dinyatakan bahwa suatu
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
25
perubahan estimasi akuntansi dapat hanya
mempengaruhi periode berjalan ataupun
mempengaruhi baik periode berjalan
maupun periode-periode yang akan datang.
Sebagai contoh, perubahan dalam estimasi
masa manfaat aset yang dapat disusutkan
akan mempengaruhi beban penyusutan
pada periode berjalan dan pada setiap
periode selama masa manfaat yang tersisa
dari aset tersebut. Sedangkan, pada paragraf
41 dinyatakan bahwa suatu perubahan
kebijakan akuntansi dapat diterapkan secara
retrospektif ataupun secara prospektif,
sesuai dengan yang diatur dalam PSAK ini.
Penerapan yang retrospektif berarti bahwa
kebijakan akuntansi yang baru diterapkan
seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut
telah digunakan sebelumnya, yaitu sejak
tanggal terjadinya kejadian atau transaksi.
Penerapan yang prospektif berarti bahwa
kebijakan akuntansi yang baru diterapkan
pada kejadian atau transaksi yang terjadi
setelah tanggal perubahan, dan tidak ada
penyesuaian yang berhubungan dengan
periode sebelumnya yang dilakukan baik
pada saldo laba awal periode (retained
earnings) atau dalam pelaporan laba atau
rugi bersih untuk periode sekarang karena
saldo yang ada tidak dihitung kembali.
Contoh penerapan yang prospektif adalah
pada perubahan estimasi masa manfaat
(useful life) aset tetap. Misal, suatu mesin
diperoleh Rp600 juta, dan diestimasi
mempunyai masa manfaat selama 15 tahun,
serta disusutkan menggunakan metode
garis lurus (straight-line method) tanpa nilai
sisa. Beban penyusutan per tahun dihitung
sebesar Rp40 juta. Penyusutan selama 5
tahun sebesar Rp200 juta dan nilai buku
pada akhir tahun ke-5 sebesar Rp400 juta.
Apabila pada akhir tahun ke-5 diestimasi
sisa masa manfaat mesin tersebut hanya
4 tahun, bukan 10 tahun, karena ada
perubahan teknologi misalnya, maka mesin
tersebut akan disusutkan hanya 4 tahun lagi,
dan penyusutan untuk tahun ke-6 sampai
dengan ke-9 menjadi Rp100 juta per tahun.
Perlakuan akuntansi yang baru mulai tahun
ke-6 ini tidak memerlukan penyajian kembali
(restatement) laporan keuangan periode-
periode sebelumnya.
Sebelum terbit PSAK No. 16 (Revisi 2007),
perubahan metode penyusutan (depreciation
method) diperlakukan sebagai perubahan
kebijakan akuntansi (change in an accounting
policy), dan memerlukan penerapan yang
retrospektif. Namun, dengan adanya PSAK
No. 16 (Revisi 2007), metode penyusutan
harus di-review minimum setiap akhir tahun
buku dan, apabila terjadi perubahan yang
signifkan dalam ekspektasi pola konsumsi
manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut, maka metode penyusutan harus
diubah untuk mencerminkan perubahan
pola tersebut, dan perubahan metode
penyusutan harus diperlakukan sebagai
perubahan estimasi akuntansi (change in
an accounting estimate) dan penerapannya
prospektif.
Sementara kita masih menggunakan IAS 8
(versi 1993) Net Proft or Loss for the Period,
Fundamental Errors and Changes in Accounting
Policies, IASB telah menerbitkan IAS 8 (revisi
2003) dengan judul baru, Accounting Policies,
Changes in Accounting Estimates and Errors,
dan diamandemen terus mengikuti IAS/
IFRSs dan interpretasinya dari International
Financial Reporting Interpretations Committee
(IFRIC)/Standing Interpretations Committee
(SIC) yang terbaru dan berkaitan.
Model Biaya versus Model Revaluasi
KDPPLK menyatakan dasar pengukuran
yang lazim digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan adalah biaya historis,
dan ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran yang lain, misal persediaan
dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya
historis atau nilai realisasi bersih (lower of
cost or net realizable value), akuntansi dana
pensiun menilai aset tertentu berdasarkan
nilai wajar (fair value).
PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 15,
23, 29, 36, dan 37 menyatakan suatu aset
tetap yang memenuhi kualifkasi untuk diakui
sebagai aset pada awalnya harus diakui
sebesar biaya perolehan (historical cost),
yaitu setara dengan nilai tunainya dan diakui
pada saat terjadinya. Selanjutnya, entitas
harus memilih model biaya (cost model) atau
model revaluasi (revaluation model) sebagai
kebijakan akuntansinya dan menerapkan
kebijakan tersebut terhadap seluruh aset
tetap dalam kelompok yang sama. Contoh
kelompok aset yang terpisah adalah tanah,
tanah dan bangunan, mesin, kapal, pesawat
udara, kendaraan bermotor, perabotan, dan
peralatan kantor.
Pada model biaya, setelah diakui sebagai
aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Pada model revaluasi, setelah diakui sebagai
aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal harus dicatat
pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
26
pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan secara cukup
reguler untuk memastikan jumlah tercatat
tidak berbeda secara material dengan
nilai wajar pada tanggal neraca. Frekuensi
revaluasi tergantung perubahan nilai wajar
aset tetap yang direvaluasi, misal beberapa
aset tetap mengalami perubahan nilai wajar
secara signifkan dan fuktuatif, sehingga
perlu direvaluasi secara tahunan.
Contoh, suatu mesin diperoleh Rp800
juta dan didepresiasi menggunakan
metode garis lurus selama 20 tahun tanpa
nilai sisa. Penyusutan tahun pertama
Rp40 juta dan nilai buku mesin tersebut
menjadi Rp760 juta. Pada awal tahun ke-2
dilakukan penilaian kembali mesin tersebut
dan diketahui nilainya Rp891 juta, maka
penyusutan mulai tahun ke-2 sampai ke-20
sebesar Rp46,9 juta per tahun, dan pada
awal tahun ke-2 terdapat surplus revaluasi
sebesar Rp131 juta. Sesuai PSAK No.
16 (Revisi 2007) paragraf 39, jika jumlah
tercatat aset meningkat akibat revaluasi,
kenaikan tersebut langsung dikredit ke
ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi
dari model biaya ke model revaluasi dalam
pengukuran aset tetap maka perubahan
tersebut berlaku prospektif.
Surplus revaluasi aset tetap yang telah
disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan
langsung ke saldo laba (retained earnings)
pada saat aset tersebut dihentikan
pengakuannya (derecognized). Dampak atas
PPh, jika ada, yang dihasilkan dari revaluasi
aset tetap diakui dan diungkapkan sesuai
dengan PSAK No. 46 (Reformat 2007)
tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
Perpajakan
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor 79/PMK.03/2008
tanggal 23 Mei 2008 tentang Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk
Tujuan Perpajakan, menetapkan bahwa
untuk melakukan penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan, perusahaan mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal
Pajak. Penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan dilakukan terhadap (a) seluruh
aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang
berstatus hak milik atau hak guna bangunan;
atau (b) seluruh aktiva tetap berwujud tidak
termasuk tanah, yang terletak atau berada di
Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
terakhir yang dilakukan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan ini (PMK
79/2008). Penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan harus dilakukan berdasarkan
nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap
tersebut yang berlaku pada saat penilaian
kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah. Penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun sejak tanggal laporan perusahaan jasa
penilai atau ahli penilai.
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan di atas nilai sisa buku fskal
semula dikenakan Pajak Penghasilan (PPh)
yang bersifat fnal sebesar 10%. Selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di
atas nilai sisa buku komersial semula setelah
dikurangi dengan PPh harus dibukukan dalam
neraca komersial pada akun modal dengan
nama Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Perusahaan Tanggal ..............
Dalam hal Perusahaan melakukan
pengalihan aktiva tetap berupa: (a) aktiva
tetap kelompok 1 dan kelompok 2 yang
telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali sebelum berakhirnya masa manfaat
yang baru; atau (b) aktiva tetap kelompok 3,
kelompok 4, bangunan, dan tanah yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali
sebelum lewat jangka waktu 10 tahun,
maka atas selisih lebih penilaian kembali di
atas nilai sisa buku fskal semula, dikenakan
tambahan PPh yang bersifat fnal dengan tarif
sebesar tarif tertinggi PPh Wajib Pajak Badan
Dalam Negeri (WPBDN) yang berlaku pada
saat penilaian kembali dikurangi 10%.
Sampai di sini dapat dilihat beberapa
perbedaan antara SAK dan ketentuan
perpajakan (PMK 79/2008), misalnya
menurut SAK frekuensi penilaian
dimungkinkan dilakukan tahunan, sedangkan
PMK 79/2008 menetapkan frekuensi 5
tahunan. PMK 79/2008 menetapkan (a)
dasar penyusutan fskal aktiva tetap yang
telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali adalah nilai pada saat penilaian
kembali; (b) masa manfaat fskal aktiva
tetap yang telah dilakukan penilaian kembali
aktiva tetap perusahaan disesuaikan
kembali menjadi masa manfaat penuh
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
27
untuk kelompok aktiva tetap tersebut; (c)
perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan.
Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan
aset tetap berdasarkan kelompoknya dan
untuk setiap kelompok telah ditentukan
masa manfaatnya. Berdasarkan Undang-
Undang PPh (UU No. 7/1983, terakhir
diubah dengan UU No. 36/2008), pada
Pasal 11 ditetapkan masa manfaat untuk
tiap-tiap kelompok harta berwujud, yaitu
bukan bangunan (kelompok I, II, III, IV)
ditetapkan masa manfaat 4 tahun (I), 8
tahun (II), 16 tahun (III), dan 20 tahun (IV),
sedangkan untuk bangunan ditetapkan masa
manfaat 20 tahun (bangunan permanen)
dan 10 tahun (bangunan tidak permanen).
Penyusutan dipercepat dimungkinkan oleh
Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun
2007 tanggal 2 Januari 2007 dan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 16/PMK.03/2007
tanggal 19 Februari 2007, kepada WPBDN
yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Koperasi, baik yang baru berdiri maupun
yang telah ada, yang melakukan penanaman
modal baik untuk penanaman modal baru
maupun perluasan dari usaha yang telah
ada pada bidang-bidang usaha tertentu atau
bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-
daerah tertentu, dapat diberikan fasilitas
PPh berupa penyusutan dipercepat, yaitu
untuk aset tetap berwujud bukan bangunan
(kelompok I, II, III, IV) masa manfaatnya
menjadi 2 tahun (I), 4 tahun (II), 8 tahun
(III), dan 10 tahun (IV), sedangkan bangunan
menjadi 10 tahun (permanen) dan 5 tahun
(tidak permanen).
Dengan demikian, tampak ada perbedaan
waktu/sementara (temporary diferences)
antara pengukuran dan pengakuan aset tetap
menurut pelaporan keuangan komersial dan
fskal.
PSAK No. 46 (Reformat 2007), yang
diadopsi/diadaptasi dari IAS 12 (versi
1996), paragraf 40-41 menyatakan bahwa
pajak kini dan pajak tangguhan harus
langsung dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas, apabila pajak tersebut berhubungan
dengan transaksi yang langsung dikreditkan
atau dibebankan ke ekuitas. Pada kasus
tertentu, jumlah pajak kini dan pajak
tangguhan yang berhubungan dengan
transaksi yang dikreditkan atau dibebankan
ke ekuitas ditentukan dengan dasar alokasi
proporsional (pro rata allocation) dari pajak
kini dan pajak tangguhan atau metode lain
yang menghasilkan alokasi yang lebih sesuai.
Selanjutnya, pada paragraf 51-54 dinyatakan
bahwa sesuai peraturan perpajakan,
penghasilan yang telah dikenakan PPh Final
tidak lagi dilaporkan sebagai penghasilan
kena pajak, semua beban sehubungan
dengan penghasilan yang telah dikenakan
PPh Final tidak boleh dikurangkan. Di lain
pihak, baik pendapatan maupun beban
tersebut dipakai dalam perhitungan laba rugi
menurut akuntansi. Oleh karena itu, tidak
terdapat perbedaan temporer sehingga
tidak diakui adanya aset atau kewajiban
pajak tangguhan. Atas penghasilan yang telah
dikenakan PPh Final, beban pajak diakui
proporsional dengan jumlah pendapatan
menurut akuntansi yang diakui pada periode
berjalan. Selisih antara jumlah PPh Final yang
terutang dengan jumlah yang dibebankan
sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi
diakui sebagai PPh Final Dibayar Dimuka dan
PPh Final yang Masih Harus Dibayar. Akun
PPh Final Dibayar Dimuka harus disajikan
terpisah dari PPh Final yang Masih Harus
Dibayar.
Penutup tahun buku 2008
Sekitar sebulan lagi tahun buku 2008 akan
segera berakhir. Perusahaan harus segera
menyusun laporan keuangan untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2008. PSAK
terbaru yang berlaku efektif mulai 1 Januari
2008 harus segera diterapkan. Berdasarkan
pengamatan penulis atas laporan keuangan
untuk periode 9 bulan yang berakhir 30
September 2008, yang dipublikasikan oleh
perusahan-perusahaan yang go public, masih
ada beberapa perusahaan yang belum
menerapkan PSAK terbaru, misalnya dalam
neraca sisi ekuitas masih mencantumkan
angka Selisih Penilaian Kembali Aktiva
Tetap, sedangkan PSAK No. 16 (Revisi
2007) paragraf 84, menetapkan bahwa
entitas yang sebelum penerapan PSAK ini
pernah melakukan revaluasi aset tetap dan
masih memiliki saldo selisih nilai revaluasi
aset tetap, maka pada saat penerapan
pertama kali PSAK ini harus mereklasifkasi
seluruh saldo selisih nilai revaluasi aset tetap
tersebut ke saldo laba.
Selain itu, berdasarkan pengalaman penulis,
banyak perusahaan mencatat nilai buku
suatu aset tetap Rp1 tetapi aset tersebut
masih dapat digunakan untuk jangka waktu
cukup lama. PSAK No. 16 (Revisi 2007)
paragraf 54 dan 56 menyatakan nilai residu
dan umur manfaat setiap aset tetap harus
di-review minimum setiap akhir tahun
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
28
buku, dan apabila ternyata hasil review
berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka
perbedaan tersebut harus diperlakukan
sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
PSAK No. 25. Jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset adalah jumlah tercatatnya
(baik mengikuti model biaya maupun model
revaluasi) dikurangi dengan nilai residu aset
yang bersangkutan.
PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 46-47
menyatakan bahwa setiap bagian dari aset
tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifkan terhadap total biaya perolehan
seluruh aset harus disusutkan secara
terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah
pengakuan awal aset pada bagian aset tetap
yang signifkan dan menyusutkan secara
terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya,
adalah tepat untuk menyusutkan secara
terpisah antara badan pesawat dan mesin
pada pesawat terbang, baik yang dimiliki
sendiri maupun yang berasal dari sewa
pembiayaan. Beberapa perusahaan telah
mengungkapkan kesulitan mengidentifkasi
komponen aset tetap, tetapi PSAK No. 16
(Revisi 2007) telah berlaku dan the show
must go on.
PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf
28 menyatakan bahwa aset tetap yang
diperoleh dari hibah pemerintah tidak
boleh diakui sampai diperoleh keyakinan
bahwa (a) entitas akan memenuhi kondisi
atau prasyarat hibah tersebut, dan (b)
hibah akan diperoleh. Ketentuan ini dalam
IAS 16 paragraf 18 mengacu kepada
IAS 20 Accounting for Government Grants
and Disclosure of Government Assistance,
sedangkan IAS 20 ini belum diadopsi/
diadaptasi oleh DSAK. IAS 20 paragraf 7
dan 11 menyatakan Government grants,
including non-monetary grants at fair value,
shall not be recognised until there is reasonable
assurance that: (a) the entity will comply with
the conditions attaching to them; and (b) the
grants will be received. Once a government
grant is recognised, any related contingent
liability or contingent assets is treated in
accordance with IAS 37 Provisions, Contingent
Liabilities and Contingent Assets. Hal ini patut
dicermati oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang dalam neracanya terdapat
akun Bantuan Pemerintah yang Belum
Ditentukan Statusnya (BPYBDS), di-cross
check dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor PER-10/PB/2007
tanggal 7 Maret 2007, Pasal 3 menyatakan
bahwa sesuai dengan prinsip substance
over form Standar Akuntansi Pemerintahan,
maka Barang Milik Negara yang digunakan
oleh BUMN diperlakukan sebagai unsur
modal. Barang Milik Negara yang digunakan
oleh BUMN berdasarkan penyerahan dari
pengelola barang dan prinsip substance over
form wajib dilaporkan dalam Neraca BUMN
sebagai ekuitas pemerintah pada BUMN
dengan pengungkapan yang memadai.
PSAK No. 25 (Reformat 2007) paragraf 44
menyatakan bahwa jika suatu perusahaan
belum menerapkan suatu SAK baru yang telah
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tapi masih belum berlaku resmi, perusahaan
dianjurkan untuk mengungkapkan hakikat
dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut
di masa depan dan melakukan estimasi
atas pengaruh perubahan tersebut pada
laba atau rugi bersih dan posisi keuangan
perusahaan tersebut. Kata dianjurkan
(encouraged) dalam PSAK ini telah diganti
dalam IAS 8 menjadi diharuskan (required)
pada paragraf IN13 dan 30. Dengan
demikian, meskipun PSAK No. 50 (Revisi
2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006)
akan berlaku untuk penyusunan laporan
keuangan mulai 1 Januari 2009, perusahaan
perlu mengestimasi pengaruh PSAK 50 dan
55 tersebut dalam laporan keuangan tahun
buku 2008.
IASB melakukan pemutakhiran IFRSs/
IASs dan IFRIC/SIC secara terus menerus,
sedangkan DSAK berusaha melakukan
konvergensi secara bertahap. Dapat
diibaratkan orang yang hendak dikejar
sedang berlari terus dan orang yang
mengejar hanya berjalan cepat. Meskipun
demikian, perusahaan-perusahan sudah
kewalahan, contohnya ada organisasi yang
meminta penundaan berlakunya PSAK No.
50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi
2006). Marilah kita mempersiapkan mindset
kita untuk menghadapi perubahan yang
tidak dapat dicegah lagi. Jalan cepat saja
tidak cukup, kita harus melompat galah dan
berlari sangat cepat.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
29
Opini
S
udah jelas bukan kalau BPKP sebagai
pengawas internal atau dengan kata
lain kita mengenalnya dengan internal
kontrol yang tentunya tugasnya mengawasi.
Lalu mengapa Kepala BPKP Didi Widayadi
jadi berang ketika lembaga-lembaga
pemerintah sebagai penerima dana APBN
atau pengguna keuangan negara menolak
diperiksa BPKP. Tentu saja mereka menolak,
karena tugas BPKP bukan memeriksa tetapi
mengawasi. Seharusnya tugas pengawas itu
mengawasi selama proses suatu kegiatan
berlangsung, bukan setelah kegiatan selesai
baru masuk ke instansi pelaksana kegiatan,
sehingga dapat mencegah terjadi kesalahan-
kesalahan secara dini.
Sedikit mengulas tentang defnisi internal
kontrol, menurut Professional Practices
Framework: International Standards
for The Professional Practice of Internal
Audit, IIA (2004) adalah suatu aktivitas
independen yang memberikan jaminan
keyakinan serta konsultasi (consulting) yang
dirancang untuk memberikan suatu nilai
tambah (to add value) serta meningkatkan
(improve) kegiatan operasi organisasi. Jadi
pengawasan internal itu justru membantu
organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
dengan cara memberikan suatu pendekatan
disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektiftas manajemen
risiko (risk management), pengendalian
(control) dan proses tata kelola
(governance processes). Defnisi tersebut
telah menjelaskan bahwa tidak ada tugas
memeriksa dalam ranah pengawas internal.
Lembaga pengawasan internal pemerintah
selain BPKP yang ada di pusat maupun
di daerah, juga terdapat Inspektorat di
masing-masing departemen dan lembaga
pemerintah non departemen, serta Badan
Pengawas Daerah (Bawasda) di masing-
masing pemerintah daerah. Jika dilihat dari
keberadaan lembaga-lembaga tersebut
terkesan tata kelola dan birokrasi pengawasan
internal pemerintah tumpang tindih.
Lembaga-lembaga tersebut terkesan terlalu
banyak dan tidak jelas batas kewenangannya
sehingga menyebabkan inefsiensi serta
berpotensi terjadinya penyalahgunaan
wewenang dalam pengawasan.
Penyederhanaan jenis dan kewenangan
lembaga pengawasan internal pemerintah
harus segera dilakukan dengan cara
mengatur secara tegas lembaga pengawasan
mana yang harus tetap ada dan kejelasan
terhadap kewenangan yang dimiliki. Sebagai
contoh ilustrasi saja misalnya personil BPKP
dengan ketersediaan SDM yang dimiliki
bahkan dengan kualitas yang tidak diragukan
lagi kompetensinya dalam pengawasan
keuangan dan pembangunan negara
yang jumlahnya mencapai 7000-an orang
tersebut pada tingkat pusat dapat lebur
atau masuk atau apapun istilahnya ke dalam
Inspektorat, sedangkan di tingkat daerah
ke dalam Bawasda atau bahkan di sektor
BUMN atau BUMD bisa masuk ke dalam
unsur Internal Auditnya. Namun keberadaan
personil BPKP yang berada pada lembaga-
lembaga tersebut tentunya selain memiliki
kewenangan dan akses terhadap pimpinan
atau kepala lembaga yang bersangkutan juga
harus diberi kewenangan khusus serta akses
langsung ke presiden sebagai pemegang
RUWETNYA
INTERNAL KONTROL PEMERINTAH KITA !
Harian KOMPAS tanggal 5 Agustus 2008 lalu memuat berita berjudul Ada Upaya Kerdilkan
BPKP. Sebuah judul yang menggelitik pembaca tentunya. Di situ disebutkan bahwa peran
BPKP sebagai pengawas internal pemerintah telah dikerdilkan sehingga lembaga ini tidak leluasa
mengawasi sistem keuangan negara yang indikasinya ditimbulkan dari adanya beberapa lembaga
pemerintah baik pusat maupun daerah yang mulai menolak diperiksa oleh BPKP, sebagaimana
diungkapkan Kepala BPKP Didi Widayadi. Pertanyaannya sekarang siapa mengkerdilkan siapa
atau siapa yang merasa dirinya dikerdilkan atau justru merasa dirinya memang kerdil.
Oleh : Waskito Hadi, SE, Ak
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
30
kekuasaan tertinggi pemerintahan karena
keberadaannya yang dibentuk dengan
Keputusan Presiden. Dengan demikian
keberadaan mereka dalam instansi tersebut
nantinya dapat meningkatkan SDM pada
instansi yang bersangkutan dengan cara
melatih dan membagi ilmu yang dimilikinya.
Selain itu juga harus diubah orientasi dan
paradigma terhadap lembaga pengawasan
internal pemerintah yang ada, sebagaimana
akan teruarai pada paragraf-paragraf
selanjutnya ini.
Pertama, dalam hal peran pengawas
internal pemerintah itu sendiri harus ada
perubahan dari orientasi lama yang hanya
sekedar supervisi atau bahkan dalam bahasa
menengah ke bawahnya disebut sebagai
mandor, maka pada paradigma baru harus
juga dapat menjadi konsultan bagi instansi-
instansi yang bersangkutan.
Kedua, segi pendekatan harus berubah
dari pendekatan secara detektif yang
hanya mendeteksi masalah saja menjadi
pendekatan yang prefentif dimana segala
masalah maupun kesalahan-kesalahan dapat
dicegah sedini mungkin.
Ketiga, faktor sikap harus diubah dari
semula seperti polisi menjadi sebuah mitra
bisnis yang dapat melayani instansi sehingga
dapat meningkatkan kinerja dan mencapai
tujuan yang diharapkan.
Keempat, mengubah paradigma lama
yang selalu berfokus pada kelemahan atau
penyimpangan-penyimpangan menjadi
paradigma baru yang berfokus pada
penyelesaian atau pencarian solusi terbaik
atas segala masalah yang terjadi pada suatu
pekerjaan yang sedang berjalan dengan
pengawasan yang bersangkutan.
Dengan demikian diharapkan pengawasan
internal pemerintah nantinya benar-benar
dapat menjadi fungsi pengawasan yang baik
di antaranya dapat;
1. Memberikan jaminan keyakinan
terhadap publik melalui sebuah
pemeriksaan yang dilakukan oleh
sebuah lembaga pemeriksa atau
auditor eksternal pemerintah dalam hal
ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dimana hasil pemeriksaannya akan
diekspos secara umum untuk publik,
bahwa sebuah instansi yang di dalamnya
terdapat fungsi pengawasan yang
dimaksud telah terhindar dari segala
macam penyimpangan-penyimpangan
di dalamnya serta dengan kata lain
telah berjalan ataupun patuh sesuai
aturan yang berlaku.
2. Memberikan konsultasi terhadap
instansi yang bersangkutan sehingga
dalam proses operasionalnya dapat
mencegah terjadinya segala macam
kesalahan atau error.
3. Memberikan nilai tambah terhadap
instansi sehingga output sebuah
instansi pemerintah tidak hanya dalam
bentuk pelayanan terhadap publik
atau pun kepuasan masyarakat secara
umum namun juga dapat menjadi
benchmarking ataupun contoh bagi
instansi pemerintah negara lainnya.
4. Meningkatkan kinerja atas
kegiatan operasional instansi yang
bersangkutan.
Dalam perkembangan internal auditing
sebenarnya sejak tahun 2002 telah ada The
Standards for The Professional Practice of
Internal Auditing (SPPIA) yang ditetapkan
oleh The Institute of Internal Auditors yang
mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari
2002 yang merupakan revisi dari SPPIA
tahun 1999. Dimana tujuan dari SPPIA
tersebut antara lain adalah;
1. Menggambarkan dengan jelas bahwa
prinsip dasar dari pelaksanaan audit
internal diterapkan.
2. Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan
promosi aktivitas audit internal yang
lebih luas dengan nilai tambah.
3. Menetapkan basis pengukuran pada
pelaksanaan audit internal.
4. Membantu perkembangan organisasi
dalam proses dan operasinya.
Auditor internal merupakan suatu profesi
yang memiliki peranan tertentu yang
menjunjung tinggi standar terhadap mutu
ataupun kualitas pekerjaannya. Dalam hal
ini kepatuhan dan ketaatan terhadap SPPIA
menjadi sangat penting supaya terdapat
kesamaan persepsi dalam wewenang, fungsi
dan tanggung jawab para auditor internal.
Secara nasional pun dalam segi profesinya
auditor internal telah memiliki kode etik
tersendiri. Konsorsium Organisasi Profesi
Auditor Internal pada tahun 2004 telah
menetapkan kode etik bagi para auditor
internal yang terdiri atas 10 hal diantaranya
sebagai berikut;
1. Auditor internal harus menunjukkan
kejujuran, objektivitas dan kesanggupan
dalam melaksanakan tugas dan
memenuhi tanggungjawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan
loyalitas terhadap organisasinya atau
terhadap pihak yang dilayani. Namun
demikian, auditor internal tidak boleh
secara sadar terlibat dalam kegiatan-
kegiatan yang menyimpang atau
melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar
terlibat dalam tindakan atau kegiatan
yang dapat mendiskreditkan profesi
audit internal atau mendiskreditkan
organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
31
diri dari kegiatan-kegiatan yang
dapat menimbulkan konfik dengan
kepentingan organisasinya atau
kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan prasangka, yang
meragukan kemampuannya untuk
dapat melaksanakan tugas dan
memenuhi tanggungjawab profesinya
secara obyektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima
sesuatu dalam bentuk apapun dari
karyawan, klien, pelanggan, pemasok
ataupun mitra bisnis organisasinya,
yang dapat atau patut diduga dapat
mempengaruhi pertimbangan
profesionalnya.
6. Auditor internal hanya melakukan
jasa-jasa yang dapat diselesikan dengan
menggunakan kompetensi profesional
yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan
berbagai upaya agar senantiasa
memenuhi Standar Profesi Audit
Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-
hati dan bijaksana dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam
pelaksanaan tugasnya. Auditor internal
tidak boleh menggunakan informasi
rahasia (i) untuk mendapatkan
keuntungan pribadi, (ii) secara
melanggar hukum, (iii) yang dapat
menimbulkan kerugian terhadap
organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya,
auditor internal harus mengungkapkan
semua fakta-fakta penting yang
diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika
tidak diungkap dapat (i) mendistorsi
laporan atas kegiatan yang direview,
atau (ii) menutupi adanya praktik-
praktik yang melanggar hukum.
10. Auditor internal harus senantiasa
meningkatkan kompetensi serta
efektivitas dan kualitas pelaksanaan
tugasnya. Auditor internal wajib
mengikuti pendidikan profesional
berkelanjutan.
Auditor internal harus merubah
pendekatan dari audit secara konvensional
menuju audit berbasiskan risiko (risk based
audit approach). Pola audit yang didasarkan
atas pendekatan risiko yang dilakukan oleh
auditor internal lebih difokuskan terhadap
masalah parameter risk assesment yang
diformulasikan pada risk based audit plan.
Berdasarkan risk assesment tersebut
dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat
membantu auditor internal untuk menyusun
risk audit matrix. Walaupun SPPIA dan
kode etik bagi pelaksananya yang ditetapkan
oleh Konsorsium Organisasi Profesi Auditor
Internal tersebut berawal dan berkembang
dari sektor bisnis, namun sebetulnya dapat
pula diadopsi untuk diterapkan pada
sektor publik termasuk pada lingkungan
pengawasan internal pemerintahan baik di
pusat maupun di tingkat daerah.
Wacana perubahan terhadap sistem
pengawasan internal pemerintah memang
harus bergulir sesegera mungkin untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa serta dapat menjadi contoh
bagi negara lain. Perubahan terhadap tata
kelola dan birokrasi fungsi pengawasan
internal pemerintah harus dilakukan
sehingga menjadi handal dengan adanya
kejelasan job deskripsi masing-masing dan
melaksanakannya sesuai Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI) masing-masing lembaga.
Sehingga tidak ada kesan lagi sebuah instansi
pemerintah merasa diperiksa berulang-
ulang oleh banyak lembaga terkadang
dengan substansi yang sama pula, baik
oleh pemeriksa maupun pengawas juga
melakukan pemeriksaan setelah segala
kegiatan selesai dilaksanakan dan segalanya
telah terjadi. Sebagai lembaga pemeriksa
pun, tentunya BPK juga tidak diperkenankan
memberikan konsultasi kepada instansi yang
menjadi objek pemeriksaan karena itu sudah
merupakan ranahnya instansi pengawasan
internal pemerintah.
Jadi harus dibedakan siapa yang berfungsi
sebagai lembaga pengawasan yang tentu
fungsinya diharapkan dapat mencegah
segala macam penyimpangan sebelum
terjadi, siapa yang harus melakukan
pemeriksaan yang akan memotret apa
yang terjadi atas suatu pekerjaan atau suatu
operasional kegiatan pemerintah, dan jika
terjadi penyimpangan serta mengandung
unsur melawan hukum maka lembaga mana
yang harus dapat menindaklanjutinya untuk
diproses secara hukum atas temuan-temuan
pemeriksa tersebut. Sehingga tidak ada lagi
istilah adanya sebuah upaya mengkerdilkan
lembaga pengawasan internal pemerintah
yang dibentuk presiden dan yang terpenting
tidak ada lagi saling menghujat serta mencari
kelemahan antar lembaga baik lembaga
negara maupun lembaga pemerintah,
karena yang terpenting adalah pencarian
solusi demi kemajuan bangsa dan negara
sebagai kado hari ulang tahun kemerdekaan
Republik ini.
Referensi Opini:
Makalah (Paper) Seminar Kuliah Umum STIE
Trisakti Jakarta oleh Muh. Arief Efendi, SE,
MSi,Ak, QIA (Dosen FE Universitas Trisakti,
STIE Trisakti, FE Universitas Mercu Buana &
Program Magister Akuntansi Universitas Budi
Luhur) dengan judul TANTANGAN UNTUK
MENJADI SEORANG AUDITOR INTERNAL
YANG PROFESIONAL (CHALLENGE TO BE
THE PROFESSIONAL INTERNAL AUDITOR)
Penulis:
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
32
Opini
M
asalah keagenan ini dapat
diminimalisasi oleh penerapan
prinsip-prinsip GCG. Prinsip-
prinsip GCG itu mencakup persamaan hak
dan perlakuan kepada semua pemegang
saham, perlakuan yang adil terhadap
stakeholders perusahaan, transparansi dan
pengungkapan informasi perusahaan yang
material, serta pengawasan manajemen oleh
dewan komisaris yang akan dipertanggung
jawabkan kepada pemegang saham dan
stakeholders perusahaan.
Praktek GCG saat ini telah mendorong
dibentuknya komite audit yang merupakan
komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris. Ia memiliki tanggung jawab
khusus dalam melakukan pengawasan
proses pelaporan keuangan, pengawasan
audit laporan keuangan oleh pihak eksternal
serta melakukan penilaian kewajaran audit
fee yang diajukan oleh auditor eksternal,
mengawasi proses manajemen risiko dan
pengendalian internal,dan memastikan bahwa
perusahaan telah menerapkan GCG. Dalam
menjalankan tugasnya ia akan berkoordinasi
dengan internal auditor. Komite audit akan
menggunakan laporan dari internal auditor
dalam menjalankan fungsi pengawasannya
tersebut. Jadi, komite audit dan internal
Sinergi
Komite Audit, Internal Auditor, & Whistleblower
dalam Mengungkapkan Praktek Kecurangan
Oleh : Ekkyanshah
Masalah keagenan merupakan salah satu faktor yang
mendorong penerapan good corporate governance (GCG)
di perusahaan. Masalah keagenan ini dapat terjadi antara
pemilik dan manajemen, kreditor dan manajemen, ataupun
antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham
minoritas. Masalah keagenan ini timbul akibat perbedaan
kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya yang
membuat keduanya tidak bersinergi satu dengan yang
lainnya. Manajemen yang diamanatkan pemegang saham
untuk memaksimalkan kesejahteraannya terkadang tidak
menjalankan tugasnya dengan baik. Tak jarang ia malah
mengambil tindakan yang hanya menguntungkan dirinya
sendiri dan menomor duakan para pemegang saham dengan
melakukan praktek manjemen laba yang akan meningkatkan
bonus yang akan ia terima. Padahal cepat atau lambat
praktek manajemen laba tersebut akan terungkap ke publik
yang mana akan menurunkan harga saham perusahaan
tersebut.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
33
auditor akan bersinergi untuk memberikan
informasi yang lebih akurat kepada dewan
komisaris dalam mengambil keputusannya.
Dengan begitu, dewan komisaris akan lebih
optimal menjalankan fungsinya sebagai
pengawas manajemen.
Meskipun hal yang telah dipaparkan di atas
terlihat sebagai suatu sistem yang baik, ia
masih memiliki kelemahan. Terkadang sistem
tersebut tidak dapat ditangkap oleh praktek
kolusi yang tertata rapih di dalam tubuh
manajemen. Biasanya hal ini terungkap ke
permukaan berkat pengakuan whistleblower.
Whistleblower merupakan seseorang yang
melaporkan praktek penyimpangan yang
ada di dalam perusahaan. Biasanya seorang
whistleblower ini kerap mendapatkan teror
dan intimidasi atas tindakannya tersebut.
Seseorang mungkin akan berpikir lebih baik
tutup mulut daripada ia harus kehilangan
pekerjaannya.
Sarbanes Oxley Act telah mengatur
agar perusahaan tidak menurunkan
pangkat, skorsing, intimidasi, diskriminasi
terhadap karyawan yang melaporkan
penyimpangan. Sedangkan Indonesia telah
mengakomodasinya dengan UU No.13
/ 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban. Perlindungan yang dimaksud dalam
UU tersebut meliputi perlindungan fsik dan
mental yang membahayakan diri, keluarga,
dan harta bendanya, serta pertimbangan
untuk memperoleh keringanan hukuman.
Apakah peraturan tersebut telah cukup
membesarkan nyali seseorang untuk
mengungkapkan praktek kecurangan di
tengah fakta bahwa supremasi hukum dan
tingkat penerapan CG di Indonesia masih
rendah? Sebenarnya dari mana harus kita
mulai program perlindungan terhadap
whistleblower ini?
Pertama, kita harus memulai dengan
menata praktek GCG dalam arti kita
harus memastikan bahwa semua orang
yang ditempatkan dalam elemen CG
seperti dewan komisaris, komite audit, dan
internal auditor adalah orang-orang yang
memiliki independensi dalam menjalankan
perannya. Mereka adalah para profesional
yang kompeten serta tidak memiliki
hubungan dengan manajemen. Kedua,
untuk mendorong pengungkapan terhadap
penyimpangan, sebaiknya dewan komisaris
membuat program yang memberikan
perlindungan kepada whistleblower apabila
ia melaporkan sesuatu praktek yang
menyimpang di perusahaan. Program
tersebut seharusnya telah tersurat dengan
jelas dalam code of conduct perusahaan.
Program tersebut misalnya adalah membuka
jalur komunikasi langsung dengan dewan
komisaris, komite audit, ataupun internal
auditor. Mereka harus merahasiakan
identitas whistleblower ini dari pihak
manajemen ataupun eksternal perusahaan.
Jadi, sifat dari komunikasi ini adalah rahasia
dan tidak akan dipublikasikan. Laporan
adanya penyimpangan dari whistleblower
ini kemudian digunakan sebagai dugaan
awal untuk melakukan audit investigasi.
Kemudian komite audit dan internal auditor
membuat perencanaan program audit untuk
membuktikan dugaan tersebut. Apabila
dalam audit investigasi memang ditemukan
penyimpangan, maka internal auditor dan
komite audit akan menindaklanjuti hasil
temuan dengan melaporkan hasilnya
kepada dewan komisaris. Kemudian
dewan komisaris akan membuat keputusan
dari hasil investigasi yang dilakukan oleh
komite audit dan internal auditor, bukan
berdasarkan informasi yang disampaikan
oleh whistleblower. Jadi keputusan dewan
komisaris itu didasarkan atas fakta dari audit
investigasi yang dilakukan oleh komite audit
dan internal auditor.
Penerapan ini memang tidak semudah
dan sesingkat yang kita bayangkan.
Banyak permasalahan yang menghambat
terciptanya praktek GCG dan perlindungan
terhadap whistleblower. Namun, kembali
lagi kita sangat berharap kepada pihak
regulator dalam hal ini Bapepam, BEI, dan BI
yang sudah selayaknya membuat peraturan
yang menuju ke arah sana serta mampu
melakukan pengawasan terhadap ketaatan
peraturan tersebut bagi para pelaku usaha.
Jadi keputusan
dewan komisaris itu
didasarkan atas fakta
dari audit investigasi
yang dilakukan oleh
komite audit dan
internal auditor.
Toko I AI
Toko I AI
NamaBarang
HargaJual

Anggota
Non
Anggota
1 PSAK No.50

15,000

20,000
2 PSAK No.55

15,000

20,000
3 Aplikasi PSAK No.46

20,000

25,000
4 Contoh Ilustrasi PSAK No.50 & 55

30,000

35,000
5 SAK Per 2007

300,000

325,000
6 Tas Ransel

95,000

110,000
7 MUG IAI

15,000

20,000
8 Soal Try-Out USAP Review (2003-2005)

150,000

175,000
9 Modul CPMA Review (paket)

360,000

380,000
10 Isu-isu Kontemporer Akuntansi Keuangan

40,000

45,000
11 Asumsi Going Concern

40,000

45,000
12 Komite Audit yang Efektif

90,000

95,000
13 Good Corporate Governance

90,000

95,000
14 Enterprise Risk Management

40,000

45,000
15 Akuntansi Aktiva Tetap

45,000

55,000
16 Balanced Scorecard

80,000

85,000
17 IFRS 2008: Willey

550,000

650,000
18 IFRS Workbhook and Guide Edisi 2

450,000

500,000
19 Sistem Informasi Akuntansi 1/Rama, Jones

72.000

81.000
20 Sistem Informasi Akuntansi 2/Rama, Jones

79.000

89.000
21 Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil/IAPI

56.000

63.000
22 Akuntansi Keuangan Daerah (ed.3)/Abdul Halim

60.000

68.000
23 Audit Kinerja pada Sektor Publik/I Gusti Agung Rai

56.000

63.000
24 Akuntansi Syariah di Indonesia/Sri Nurhayati

60.000

68.000
25 Akuntansi Biaya 1(ed.14)/Carter

80.000

90.000
26 Sistem Akuntansi/Mulyadi

104.000

117.000
27 Sistem Akuntansi Sektor Publik/Indra Bastian

96.000

108.000
28 Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.4)/Hall

88.000

99.000
29 Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.9)/Romney

72.000

81.000
30 Sistem Informasi Akuntansi 2(ed.4)/Hall

87.000

98.000
31 Sistem Informasi Akuntansi 2(ed.9)/Romney

71.000

80.000
32 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)/KSAP

40.000

45.000
33 Standar Profesional Akuntan Publik/IAI

240.000

270.000
34 Teori Akuntansi 1(ed.5)/Belkoui

68.000

77.000
35 Teori Akuntansi 2(ed.5)/Belkoui

60.000

68.000
36 Akuntansi Intermediate 1(ed.15)/Skousen, Stice

120.000

135.000
37 Akuntansi Intermediate 2(ed.15)/Skousen, Stice

112.000

126.000
38 Akuntansi Internasional 1(ed.5)/Choi

56.000

63.000
39 Akuntansi Internasional 2(ed.5)/Choi

64.000

72.000
40 Akuntansi Keperilakuan/Arfan, Ikhsan

72.000

81.000
41 Akuntansi Keuangan Lanjutan 1(ed.6)/Baker

96.000

107,910
42 Akuntansi Keuangan Lanjutan 2(ed.6)/Baker

92.000

104.000
43 Akuntansi Manajemen 1(ed.7)/Hansen, Mowen

80.000

90.000
44 Akuntansi Manajemen 2(ed.7)/Hansen, Mowen

80.000

90.000
45 Akuntansi Manajerial 1(ed.11)/Garrison

80.000

90.000
Fo r m u l i r Pe m e s a n a n
Nama : ..............................
No. kart u anggot a : ..................................................................................................................
Alamat : .................................
Kot a / Kode pos : ........................................................................../ ......................................
Telephone / HP : Fax : .......................
No. Nama Produk Jumlah Unit Harga
Tanggal : .........../ ........../ ..............
Tanda Tangan & Nama Lengkap
()Transfer
Bank BCA Cab. Saharjo
A/C no. 092.300.9130
a.n. IAI Wilayah Jakarta
()Cash
at IAI wilayah Jakarta
Gedung Gajah Blok AE
Jl. Dr. Sahardjo No.111, Jakarta
Pe m b a y a r a n
Pener bi t
Sal emba Empat
Support ed By :
* Harga disamping belum termasuk ongkos kirim
* Harga sewaktu-waktu dapat berubah
Informasi & Pembelian Hubungi : Imam/Ria
IAI Wilayah Jakarta - Gedung Gajah - Blok AE -
Jl. Dr. Sahardjo 111 - Jakarta Selatan
021 8353588 8354031 Fax 8290324
*Tersedia buku - buku terbitan SALEMBA EMPAT
MUG IAI Rp 15.000
46 Akuntansi Manajerial 2(ed.11)/Garrison

99,920

113.000
47 Akuntansi Pemerintahan/Deddi Nordiawan

64.000

72.000
48 Akuntansi Sektor Publik/Deddi Nordiawan

36.000

41.000
49 Akunt: Suatu Pengantar 1(ed.5)/Soemarso

68.000

77.000
50 Akunt: Suatu Pengantar 2(ed.5)/Soemarso

71.000

80.000
51 Analisis Laporan Keuangan 1 (ed.8)/Wild, Subramanyam

88.000

99.000
52 Analisis Laporan Keuangan 2 (ed.8)/Wild, Subramanyam

72.000

81.000
53 Audit dan Assurances 1 (ed.4)/Messier

88.000

99.000
54 Audit dan Assurances 2 (ed.4)/Messier

100.000

113.000
55 Audit Internal 1 (ed.5)/Sawyer

80.000

90.000
56 Audit Internal 2 (ed.5)/Sawyer

100.000

113.000
57 Audit Internal 3 (ed.5)/Sawyer

104.000

117.000
58 Audit Sektor Publik (ed.2)/Indra Bastian

48.000

54.000
59 Auditing 1(ed.6)/Mulyadi

60.000

68.000
60 Auditing 2(ed.6)/Mulyadi

72.000

81.000
61 Pengantar Akuntansi 1(ed.7)/Weygandt,Kieso

84.000

95.000
62 Pengantar Akuntansi 2(ed.7)/Weygandt,Kieso

80.000

90.000
63 Pengantar Akuntansi 1(ed.21) Edisi Khusus/Warren

60.000

68.000
64 Pengantar Akuntansi 2(ed.21) Cover Baru/Fess, Warren

80.000

90.000
65 Setengah Abad Profesi Akuntansi -Soft Cov/Tuanakotta

100.000

113.000
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
36
K
risis keuangan di Amerika Serikat
yang berawal dari krisis subprime
mortgage atau yang sering disebut
krisis kredit property, kini telah menjalar
dan merontokkan sejumlah lembaga
keuangan AS yang biasa bermain di pasar
saham Wall Street.
Mengingat pasar saham di AS sebagai
pasar utama para investor dan juga sebagai
ephisentrum (kiblat bisnisnya para investor
dunia), rontoknya pasar itu langsung
berbepengaruh pada pasar saham dunia,
termasuk juga pasar saham Indonesia.
Untuk menanggulangi masalah itu,
pemerintah AS telah mengalokasikan dana
segar sebesar 700 miliar dollar AS untuk
mendongkrak harga saham sekaligus
menggerakan roda ekonomi tumbuh
kembali. Meskipun kebijakan itu mendapat
tantangan keras dari partai demokrat,
karena akan memperlebar defsit anggaran
pemerintah, toh kongres AS/DPR-nya
meloloskan bail out itu.
Krisis AS itu ternyata demikian cepat
mewabah pada aktivitas pasar modal
global, sehingga para investor mengalami
kegamangan dalam menghitung, menjaga
nilai assetnya jangan sampai turun secara
drastis.
Perkembangan indeks bursa saham di
beberapa bursa dunia yang sebelumnya
menunjukkan kinerja yang outperform
terkoreksi turun sampai dengan level yang
tidak diperkirakan. Jika dibandingkan dengan
awal tahun 2008, Indeks bursa saham
Shanghai telah turun sebesar 64 persen,
Kuala Lumpur Composite Index juga turun
sebesar 34 persen.
Sedang Indeks Harga Saham Gabungan
Bursa Efek Indonesia per tanggal 16
September 2008 menyentuh level terendah
1.719,254, terkoreksi 39,3 persen dihitung
dari level IHSG tertinggi 9 Januari 2008 di
level 2.830,260. poin.
Penurunan harga saham itu, tentu juga
menurunkan asset yang dimiliki baik
oleh investor individu maupun investor
korporasi, karena harga saham terus jeblok,
sehingga IHSG terus turun yang menjadikan
kegamangan semua otoritas moneter di
negeri ini. Itulah sebabnya, Dirut Bursa
Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah
tidak populer dalam sejarah pasar bursa di
Indonesia.
Dirut BEI, Ery Fermansyah, pada 9 Oktober
sekitar Pk 12 terpaksa membuat kebijakan
yang tidak popular, yakni menghentikan
penjualan saham sementara (suspend).
Tujuannya, menahan jangan sampai asset
berupa saham milik individu maupun
perusahaan jatuh menjadi sampah.
Pengehentian perdagangan itu, merupakan
strategi perlindungan asset saham sebagian
masyarakat saat terjadi krisis ekonomi dan
keuangan, sehingga langkah itu mendapat
sambutan posistif dari beberapa kalangan,
utamanya para investor yang mempunyai
asset berupa saham dan obligasi milik
swasta. Bagaimanan seandainya Dirut BEI
tidak mengehntikan perdagangan pada
kala itu, bisa jadi jutaan lembar saham yang
tadinya punya nilai triliunan rupiah, dalam
hitungan menit akan menjadi turun terus
hingga tak ada nilainya. Untuk mendongkak
harga saham ke tingkat yang wajar, tentu
tidak mudah atau membutuhkan waktu
lama.
Dalam kaitan itu, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono/SBY, telah memberikan
apreasiasi kepada otoritas moneter yang
telah bekerja untuk mengatasi krisis ekonomi
nasional secara baik.
Saya berpendapat , semua pihak harus
berbuat nyata dalam mengatasi krisis
ekonomi akibat dari terjadinya suprime
morgate, karena meskipun pemerintah AS
telah memberikan bantuan sebesar 700
miliar dolar AS, kita harus tetap waspada
akan bahanya terjadinya kelesuan ekonomi
pada tahun-tahun ke depan ini, ujarnya.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah dan
akan terus melakukan berbagai langkah
antisipasi dan mengambil langkah responsif
dalam membendung dampak krisis keuangan
AS agar asset yang sudah likuit jangan
sampai merosot tajam seperti yang terjadi
di pasar saham di berbagai negara.
Oleh karena itu, secara khusus Presiden
SBY, meminta Menteri Keuangan untuk ikut
MENGELOLA ASSET SAHAM
SAAT TERJADI KRISIS EKONOMI
Opini
Oleh Ami Sudarmy Alwi.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
37
memikirkan jangan sampai pihak swasta dan
negara salah dalam melakuikan pengelolaan
asset.
Saya telah meminta Menkeu Sri Mulyani
bersama Gubernur Bank Indonesia
Boediono untuk menjelaskan secara utuh
antisipasi dan langkah kita sehubungan
dengan krisis di AS, paparnya, seraya
menambahkan, kita harus pandai-pandai
mengelola pasar keuangan dan pasar
modal yang perkembangannya cenderung
fuktuasi.
Foreign direct investment masih cukup
penting, mski dalam pembangunan
infrastruktur kita tidak bisa membiayai
pembangunan dengan mengandalkan kapital
market. Itulah yang menjadi pekerjaan
rumah kita, kata presiden.
Krisis ekonomi global, yang menyebabkan
turunnya sejumlah asset sebuah korporasi,
harus menjadikan pelajaran berharga agar
jangan sampai asset yang telah dimiliki
menjadi berkurang atau bahkan menjadi
sampah. Inilah yang akan menjadi pokok
bahasan tulisan ini sekaligus menyinggung
kesalahan pengelolaan asset akan
membawa kerugian yang cukup besar bagi
masyarakat.
Pengelolaan asset saham saat krisis
Sebelum mengulas pengelolaan asset
saat krisis, ada baiknya kita memahami
pengertiannya. Banyak defnisi yang
digunakan untuk menjelaskan istilah
manajemen asset. Secara umum
manajemen asset didefnisikan sebagai
serangkaian aktivitas yang dikaitkan dengan
mengidentifkasi asset apa yang diperlukan,
bagaimana cara mendapatkannya, cara
mendukung dan memeliharanya, serta cara
membuang atau memperbaruinya sehingga
asset itu secara efektif dan efsien dapat
mewujudkan sasaran/obyektif.
Sedangkan secara khusus manajemen
asset didefnisikan sebagai serangkaian
disiplin, metode, prosedur dan tool untuk
mengoptimalkan dampak bisnis keseluruhan
atas biaya, kinerja dan paparan risiko (terkait
dengan ketersediaan, efsiensi, umur pakai,
dan regulasi/keselamatan/kepatuhan pada
aturan lingkungan hidup) dari asset fsik
perusahaan.
Pengertian asset juga dapat disebut aktiva
berwujud yang memiliki umur yang lebih
panjang dari satu tahun. Sebagai contoh,
pada perusahaan air minum. Asset
utamanya adalah infrastruktur air minum
seperti jaringan perpipaan, hidran, valves,
sambungan, meteran, jaringan perpipaan air
limbah, dam dan weirs.
Demikian juga asset perusahaan mesin dan
tekstil, yang sudah melaksanakan go-publik.
Sebut saja PT Texmaco. Jenis assetnya
antara lain berupa gedung, mesin, tanah
dan saham yang dijual kepada masyarakat.
Asset berupa saham, saat ini terancam
menjadi sampah. Sistuasi seperti itu,
mengutip pendapat pakar manajemen
Indonesia, Maikel Sajangbati, mengatakan,
langkah yang perlu dilakukan, jika anda
mempunyai deposito bertahanlah dengan
deposito anda. Jangan ambil uang anda dari
bank. Jika anda ikut ikutan mencairkan dana
anda maka anda membuat keadaan semakin
memburuk.
Jika anda memiliki saham dan turunannya,
sebaiknya di hold dulu kecuali ada
keperluan keuangan yang mendesak sehingga
kita harus menjualnya. Ikut ikutan menjual
saham akan memperburuk keadaan saja.
Menjual saham dalam situasi tidak normal
hanya akan membuat pikiran menjadi stres
dan jengkel. Oleh karena itu, perlindungan
asset terhadap saham sebaiknya tidak
dilakukan penjualan. Jika dalam bayangan
situasi ekonomi akan seegara pulih dan
mempunyai dana nvestasi yang nganggur
justru saat tepat untuk membelinya.
Dikatakan, krisis akan lebih cepat berlalu
jika kita tenang dan waspada. Perekonomian
akan cepat pulih. Harga saham akan cepat
rebound. Dolar akan cepat menyesuaikan
diri pada kurs yang rasional. Cadangan
devisa kita cukup kuat.
Jika anda panik dan ikut ikutan menarik
deposito, menjual saham dan memborong
dolar, maka anda ikut memberikan
kontribusi pada semakin dalamnya krisis di
Indonesia.
Sedang pengelolaan asset di luar
saham, Indonesia pernah mempunyai
pengalamanyang berharga. Texmaco
dinyatakan terlilit utang dan tidak dapat
membayar, sehingga saham yang dulunya
termasuk likuiit, saat ini beteul-betul
menjadi sampah, termasuk mesin pabriknya
banyak yang menjadi besi tua. Tekmaco
diambil alih pemerintah Cq BPPN, tetapi
tidak dikeola secara baik akhirnya semua
saham yang diterbitkan betul menjadi
sampah dan infrastruktur yang dibungunnya
(Baca asset negara yang dikuasai Badan
Penyehatan Perbankan Nasional/BPPN).
Rusak menjadi barang rongsokan.
Oleh karena itu, semestinya harus ada
aturan yang berlaku, bahwa pengelolaan
asset secara tidak serius, investor yang
sengaja merusak harga saham yang
menyebabkan kerugian keuangan kepada
sebagian besar masyarakat, dan negara,
dapat diberikan sanksi berat, karena hal itu
termasuk kejahatan bidag ekonomi.
D
ewasa ini perusahaan publik di Indonesia banyak yang
belum mengetahui arti pentingnya pengendalian internal
dalam rangka mencegah terjadinya praktik kecurangan
(fraud). Fraud bisa terjadi kapan saja di perusahaan mana saja.
Fraud bisa dilakukan oleh pihak internal perusahaan (karyawan
& manajemen) atau pihak eksternal perusahaan. Fraud bisanya
terjadi karena adanya kolusi, baik yang dilakukan oleh pihak internal
maupun dengan pihak eksternal perusahaan. Bagi perusahaan publik,
fraud yang sangat merugikan pihak investor, pemegang saham
serta pemangku kepentingan lainnya adalah kecurangan pelaporan
keuangan (fraudulent fnancial reporting).
Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum
(Undang- Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang
akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk
tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Eksistensi SOA
tersebut diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes dari Maryland dan
Michael Oxley wakil rakyat dari Ohio. SOA telah disyahkan pada
tahun 2002 oleh presiden AS (George W. Bush). UU tersebut
mensyaratkan adanya pengungkapan (disclosure) tentang informasi
keuangan yang cukup, keterangan tentang pencapaian hasil-hasil
(kinerja) manajemen, kode etik bagi eksekutif di bidang keuangan
dan independensi komite audit yang efektif serta pembatasan
kompensasi bagi para eksekutif perusahaan termasuk pembaharuan
tatakelola perusahaan (corporate governance). Latar belakang
diundangkannya SOA, antara lain munculnya skandal akuntansi di
Enron yang melibatkan kantor akuntan publik Arthur Andersen (the
big fve) serta adanya kasus kebangkrutan beberapa perusahaan
besar seperti TICO, Worldcom dan Adelphia yang menimbulkan
kepanikan luar biasa kalangan dunia usaha. Manfaat SOA secara
langsung berdampak positif dalam rangka implementasi GCG di
perusahaan publik di berbagai belahan dunia lainnya.
Perusahaan publik di Indonesia yang listing di NYSE juga harus
tunduk pada ketentuan SOA tersebut, selain terikat oleh ketentuan
Badan Pengawas Pasar Modal- Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Di negara kita masih sedikit perusahaan yang menerapkan SOA,
yaitu PT. Telkom dan PT. Indosat.
Tujuan
Tujuan utama SOA adalah meningkatkan kepercayaan publik
terhadap implementasi prinsip GCG bagi perusahaan yang telah
go publik. SOA mewajibkan perusahaan yang listed di NYSE
untuk mematuhi berbagai ketentuan yang berlaku untuk menjamin
transparansi dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu, SOA
juga menjamin adanya kepastian terhadap integritas pelaporan
keuangan (integrity of fnancial reporting). United States - Securities
Exchange Commission (US-SEC) juga telah mengadopsi SOA sebagai
syarat untuk memperketat persyaratan disclosure laporan keuangan
serta menjamin akuntabilitas laporan keuangan perusahaan. Dalam
hal ini, SOA mewajibkan perusahaan publik untuk mereformasi
tanggungjawab manajemen perusahaan perihal keterbukaan informasi
keuangan serta mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan
(fraudulent fnancial reporting) yang bermula dari kecurangan
akuntansi (accounting fraud). Amerika Serikat menerapkan regulasi
ini secara ketat, antara lain meliputi pelaporan keuangan yang akurat
dan tidak bias, review pengendalian intern serta kewajiban untuk
menerapkan Code of Ethics dan Code of Corporate Governance.
SOA juga menuntut standar yang sangat tinggi terhadap operasi
bisnis dan pelaksanaan audit atas pengendalian intern.
SOA mewajibkan perusahaan yang listing di AS untuk membuat
dokumentasi pengendalian kunci dan melaporkan kondisi
pengendalian internnya secara periodik. SOA Section 302 tentang
Corporate Responsibility for Financial Reports menetapkan bahwa
pejabat eksekutif perusahaan (CEO & CFO) harus bertanggung
jawab secara pribadi terhadap pernyataan prosedur pengendalian,
internal control, dan jaminan atas kecurangan (fraud). Sedangkan
SOA section 404 tentang Management Assessment of Internal
Controls mengatur ketentuan yang mewajibkan terselenggaranya
audit SOA tahunan yang menunjukkan laporan pengendalian internal
(internal control report).
Laporan pengendalian internal antara lain berisi tanggung jawab
manajemen untuk menyelenggarakan struktur & prosedur
pengendalian intern atas pelaporan keuangan dan hasil asesmen atas
efektivitas struktur & prosedur pengendalian internal atas pelaporan
keuangan tersebut. Regulasi ini menuntut manajemen perusahaan
untuk memahami, mendokumentasikan, dan menyempurnakan
pengendalian internal terkait pelaporan keuangan, dengan terus
meningkatkan keakuratan proses bisnis (business process) dan
informasi transaksionalnya, serta membangun perbaikan proses
secara berkelanjutan (continuous improvement process) mengenai
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
39
KhasAkuntan
Kata kunci : Harga Akuisisi, Profesi Penilai
(appraisal company), Penilaian Pihak
Independen, Perusahaan pengakuisisi,
Perusahaan Target, Nilai Buku Pendahuluan
Latar Belakang
H
arga yang dibayar perusahaan
pengakuisisi atas perusahaan yang
diakuisisi (perusahaan target)
adalah didasarkan kesepakatan kedua
belah pihak. Perusahaan penilai (appraisal
company) merupakan salah satu pihak
independen yang dipersyaratkan dalam
transaksi akuisisi yang berfungsi sebagai
penilai kewajaran harga akuisisi. Hal ini
diatur dalam Undang-undang nomor 8 tahun
1995 tetang pasar modal. Opini perusahaan
penilai diharapkan menjadi acuan untuk
menentukan harga akuisisi
Perusahaan penilai mengestimasi nilai wajar
perusahaan target dengan metode-metode
yang sesuai dengan kondisi perusahaan
target. Keakuratan penilaian tersebut dapat
dilihat dari penerimaan investor atau
perusahaan pengakuisisi. Sejauh mana opini
perusahaan penilai ini diterima perusahaan
pengakuisisi tercermin dalam harga akuisisi
yang diputuskan perusahaan pengakuisisi.
Penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Mendapatkan bukti empiris tentang
pengaruh nilai wajar yang ditetapkan
perusahaan penilai atas perusahaan
target terhadap penetapan harga
akuisisi oleh perusahaan pengakuisisi
2. Mendapatkan bukti empiris apakah
terdapat perbedaan yang signifkan
antara harga akuisisi dengan hasil
penilaian independen atas perusahaan
target.
Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah hasil penilaian independen
atas perusahaan target mempengaruhi
penetapan harga akuisisi?
2. Apakah harga akuisisi tidak berbeda
dengan harga yang ditetapkan penilai
independen?
Manfaat dan Batasan Penelitian
Mayoritas akuisisi yang terjadi di Indonesia
hingga tahun 1996 adalah akuisisi akuisisi
yang mengalami benturan kepentingan
atau akuisisi internal dimana perusahaan
pengakuisisi memiliki benturan kepentingan
dengan perusahaan target. Dalam hal ini
perusahaan target berada dalam satu grup
dengan perusahaan pengakuisisi. Penelitian
ini dilakukan atas transaksi akuisisi yang
mengalami benturan kepentingan.
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan
secara akademis terhadap dunia praktek
lewat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi masukan mengenai penetapan
harga akuisisi bagi perusahaan-
perusahaan yang ingin melakukan
akuisisi
Oleh : Golrida Karyawati P dari IBII
HASI L PENI LAI AN I NDEPENDEN
&
PENENTUAN HARGA AKUI SI SI
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kepercayaan investor
terhadap hasil penilaian independen atas transaksi akuisisi yang tercermin
dari harga akuisisi yang ditetapkan.
Study ini menggunakan desain eksploratif atas 42 unit data dari tahun
1990 hingga tahun 1996. Ditemukan bukti empiris adanya pengaruh
yang signifkan atas hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan
target terhadap penentuan harga akuisisi. Harga akuisisi yang ditetapkan
perusahaan pengakuisisi tidak berbeda secara signifkan dengan hasil
penilaian independen. Hasil studi ini diharapkan dapat memberi masukan
bagi penyempurnaan standar penilaian yang ada, dan penelitian lanjutan
atas faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepecayaan investor atas hasil
penilaian independen atas transaksi akuisisi di Indonesia
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
40
2. Landasan pemikiran yang memberikan
kontribusi bagi penelitian selanjutnya
misalnya: penelitian untuk mengetahui
korelasi penilaian dengan harga akuisisi
yang ditetapkan atas transaksi akuisisi
yang tidak mengalami benturan
kepentingan; Penelitian mengenai
perbedaan hasil penilaian pihak
independen atas perusahaan target
dengan metode penilaian yang berbeda;
dan lainnya.
KajianLiteratur
Akuisisi dan Perusahaan Penilai
Akuisisi merupakan salah satu bentuk
penggabungan usaha. Dalam Pernyataan
Standar Akuntansi keuangan no.22,
Akuisisi adalah bentuk penggabungan usaha
dimana salah satu perusahaan (perusahaan
pengakuisisi) memperoleh kendali atas
aktiva neto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi atau perusahaan target, dengan
memberikan aktiva tertentu, mengakui
suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang pasar modal pasal 64 dan 65
mensyaratkan keterlibatan perusahaan
penilai (appraisal company) memberikan
opini atas nilai wajar perusahaan target
secara professional dan independen.
Perusahaan penilai melakukan profesinya
berdasarkan Standar Penilaian Indonesia
(SPI) yang berisi prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman dalam proses penilaian
di Indonesia. Hasil dari penilaian adalah
laporan penilaian yang merupakan dokumen
berisikan perkiraan/estimasi atas nilai yang
diestimasi pada suatu tanggal tertentu yang
mengandung hasil analisis perhitungan dan
opini penilai dari sebanyak mungkin data
pendukung yang relevan yang dibutuhkan
dalam kegiatan suatu penilaian.
Sebagai hasil estimasi penilaian memiliki
ketidak akuratan..Bretten et al(2001)
mengatakan Valuers do not operate with
perfect market knowledge, they must
follow client instructions, make judgements,
analyse information and respond to diferent
pressures when preparing a valuation and
all these faktors infuence the fnal valuation
fgure. Values can be difcult to assess
due to the heterogeneity of property and
the number of transactions that occur at
prices that do not represent market values.
The ability of valuers to make efective
estimations of value has been subjected
to intense scrutiny by academia, the media
and the courts and the apparent lack of
a coherent and consistent result from
the valuation process has damaged the
reputation of the valuation profession.
Baum and Crosby (1988) mengungkapkan
Appraisals can rarely be proved inaccurate
for many reasons. All valuations are
hedged by a series of assumptions.
Special purchasers are excluded from
consideration; a full exposure to the market,
which is not defned, is assumed; no price
movements over the marketing period are
contemplated, even though full exposure
may require a lengthy marketing period
in an era of changing prices; and so on.
Predictions of the most likely selling price
will only be shown to be wrong when prices
achieved are revealed, and this is rarely the
case. )
Survey Bretten et al (2001 ) mengungkapkan
bahwa banyak penyimpangan dalam proses
penilaian yang tidak terelakan. Sebagian besar
penyimpangan tersebut adalah berhubungan
dengan behavioural characteristics individu
dari penilai. Penyimpangan dapat timbul
pada proses disetiap tahap penilaian dimulai
dari terbit nya instruction letters dan
negociation fee hingga tekanan luar yang
memaksa penilai pada tahap akhir proses
penilaian.
Penelitian Levy dan Schuck (1999)
menemukan bukti bahwa klien memiliki
insentif, kemampuan dan kesempatan untuk
mempengaruhi opini perusahaan penilai
atas keseluruhan proses. Sebelum kontrak
dimulai klien bahkan memiliki pengaruh
memilih perusahaan penilai yang mereka
inginkan. Klien juga dapat mempengaruhi
waktu penilaian yang mereka inginkan.
Banyak pula informasi tentang properti
yang bukan domain publik sehingga
perusahaan penilai tidak memiliki akses
sama dengan klien dan hal ini meningkatkan
pengaruh klien terhadap perusahaan penilai.
Praktek-praktek penilaian yang ada dapat
pula menimbulkan konfik antara klien
dan perusahaan penilai. Hubungan bisnis
dengan klien dapat pula menjadikan penilai
subjektif.
KerangkaPemikiran
Harga yang dibayar perusahaan pengakuisisi
atas perusahaaan target merupakan
cerminan kekayaan perusahaan target yang
diperoleh pada saat akuisisi berlangsung
(nilai buku kekayaan perusahaan target).
Penilaian pihak independen didasarkan atas
nilai buku kekayaan perusahaan target. UU
no.8 tahun 1995 mensyaratkan auditor
menilai laporan keuangan perusahaan
target untuk memberi keyakinan bahwa
laporan keuangan tersebut telah disajikan
dengan wajar sehingga dapat dijadikan
dasar pengambilan keputusan. Standar
laporan keuangan yang wajar di Indonesia
mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Opini wajar bagimanapun memiliki
resiko yang timbul dari Standar Akuntansi
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
41
Keuangan (Golrida, 2003), dan aspek
auditor yang melakukan profesinya dengan
mengacu pada Standar Profesionalisme
Akuntan Publik ( IAI, 2007). Peraturan
Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik pada pasal
52 hingga 57 mensyaratkan pemeriksaan
berkala maupun pengawasan sewaktu-
waktu terhadap kantor akuntan memaksa
kantor akuntan bekerja lebih professional
sehingga opini atas laporan keuangan
keuangan perusahaan yang diaudit lebih
dapat dipertanggungjawabkan. Hipotesa
pertama diturunkan sebagai berikut:
H1: Harga akuisisi dipengaruhi nilai
buku perusahaan target.
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
52/PM/1997 mensyaratkan dilakukannya
analisis pihak independen atas kewajaran
nilai saham dan aktiva tetap perusahaan yang
melakukan penggabungan usaha. Penilaian
yang dimaksud adalah untuk mendapatkan
harga akuisisi yang layak.
Sebagian besar transaksi akuisisi yang terjadi
di Indonesia adalah akuisisi yang mengalami
benturan kepentingan. Yang dimaksud
dengan benturan kepentingan adalah
perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis
pribadi direktur, komisaris, atau pemegang
saham utama perusahaan. Apabila terjadi
transaksi akuisisi yang mengalami benturan
kepentingan, sesuai dengan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1997,
harus mendapat persetujuan oleh pemegang
saham independen (pemegang saham
yang mempunyai benturan kepentingan
sehubungan dengan transaksi yang dimaksud)
atau wakil mereka yang diberi wewenang
untuk itu. Transaksi akuisisi yang mengalami
benturan kepentingan juga mengharuskan
penunjukkan pihak independen untuk
melaksanakan penilaian serta memberikan
pendapat tentang kewajaran dari transaksi
akuisisi. Hipotesa kedua dirumuskan sebagai
berikut:
H2 : Harga akuisisi yang
ditetapkan perusahaan
pengakuisisi atas perusahaan
target dipengaruhi oleh hasil
penilaian independen
Hasil penilaian independen
merupakan pertimbangan dalam
menentukan harga akuisisi. Mc
Allister et al (1997) melakukan
simulasi mengenai keakuratan penilaian atas
property menyarankan agar fund manager
harus bersikap kritis atas hasil penilaian dan
tidak menerima begitu saja, karena hasil
penilaian memiliki tingkat kesalahan (error)
Hasil penelitian Parker (1998) atas property
di Australia dan menunjukkan potensi
ketidak akuratan penilaian secara signifkan.
Keakuratan penilaian adalah didasarkan
sudut pandang investor yang melakukan
pembelian atau melakukan akuisisi.
Keakuratan penilaian property seperti
diungkapkan Waldy (1997) ... restricted to
the question of valuation versus market price,
i.e. how close a valuation is to the market price
.. (page 239). Market price dalam transaksi
akuisisi adalah harga akuisisi.
Kepercayaan perusahaan pengakuisisi atas
penilaian pihak independen dalam penelitian
ini merupakan rujukan yang dapat diterima
untuk menilai keakuratan hasil penilaian
independen. Kepercayaan perusahaan
pengakuisisi atas hasil penilaian independen
tercermin dari harga akuisisi yang disetujui
perusahaan pengakuisisi. Hipotesa ketiga
ditetapkan sebagai berikut:
H3: Harga akuisisi yang ditetapkan
perusahaan pengakuisisi sama dengan
harga yang didasarkan hasil penilaian
independen.
MetodePenelitian
Pemilihan sampel Penelitian
Karena keterbatasan data yang up to date,
penelitian ini diimplementasikan untuk
transaksi-transaksi akuisisi yang terjadi
dari tahun 1990 hingga tahun 1996 yang
implikasi dimasa mendatang diharapkan
masih relevan. Satu transaksi akuisisi
melibatkan satu perusahaan pengakuisisi
dan satu perusahaan target. Apabila satu
perusahaan pengakuisisi melakukan akuisisi
pada tiga perusahaan target yang berbeda
pada waktu yang bersamaan, dapat dihitung
sebagai tiga transaksi akuisisi.
Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling. Proses pemilihan
sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
sumber dan Teknik Pengumpulan
Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder
dalam periode pengamatan 1990 - 1996.
Data diperoleh dari Bapepam dan BEJ.
Data yang diperlukan antara lain: daftar
nama-nama perusahaan yang melakukan
transaksi akuisisi yang mengalami benturan
kepentingan periode 1990 1996, data
harga akuisisi, nilai buku perusahaan target,
Nilai
Buku
Penilaian
Independent
Harga
Akuisisi
Gambar 1. Model pengambilan keputusan
harga akuisisi
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
42
Tahun Jumlah
Data
Data Tidak
Memenuhi
Kriteria
Sampel
Data
1990 4 4 0
1991 16 14 2
1992 17 14 3
1993 14 12 2
1994 20 2 18
1995 3 2 1
1996 22 6 16
Jumlah
sampel
42
Tabel 1
Pengambilan Sampel
dan hasil penilaian atas perusahaan target
oleh penilai independen.
Daftar nama-nama perusahaan yang
melakukan akuisisi diperoleh dari Bapepam.
Berdasarkan data-data tersebut peneliti
menelusuri ke laporan prospektus masing-
masing perusahaan pengakuisisi yang
diumumkan di Harian Bisnis Indonesia dan
Harian Kompas atau laporan prospektus
yang terdapat di BEJ (Sekarang BEI).
ModelAnalisisdata
Analisis data dilakukan sebagai berikut:
1. Analisa regresi.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel
yang ingin diteliti:
-Variabel independen : hasil penilaian pihak
independen dan nilai buku perusahaan
target
-Variabel dependen : harga akuisisi yang
ditetapkan perusahaan pengakuisisi.
Karena variabel penelitian ada tiga buah,
maka diperiksa kemungkinan dibuatnya
analisa regresi berganda. Persamaan regresi
berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y = Harga Akuisisi yang
ditetapkan atas saham
perusahaan target
X1 = Hasil Penilaian pihak
independen
X2 = Nilai buku perusahaan
target
A = Konstanta
b1 = Koefsien penilaian pihak
independen
2 = Koefsien nilai buku
perusahaan target
E = Error
Koefsien determinasi ditentukan untuk
menentukan seberapa besar variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen. Uji Anova (F test) dilakukan
untuk mengetahui apakah model regresi
yang diperoleh berarti, atau dengan kata lain
apakah variabel independen berpengaruh
nyata terhadap variabel dependen. Pengujian
dilakukan dengan tingkat : 5%. Dari
persamaan diatas juga dilakukan pengujian
atas derajat keeratan antar variabel dengan
koefsien korelasi (R).
2. Uji perbedaan dua populasi independen
(two sampel test)
Uji perbedaan populasi independen
dimaksudkan untuk mengetahui apakah rata-
rata harga akuisisi berbeda secara signifkan
dengan hasil penilaian pihak independen.
Berdasarkan hasil uji perbedaan ini ingin
diketahui apakah harga akuisisi ditetapkan
menurut hasil penilaian independen,
sehingga hipotesis ketiga:
H3 : 1 = 2
Dimana:
1: Rata-rata Harga Akuisisi
2: Rata-rata Hasil Penilaian Pihak
Independen
Uji perbedaan dilakukan dengan uji T( T
test). Pengujian dilakukan dengan tingkat
: 5% (two tail)
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Deskripsi Statistik
Ada tiga komponen yang diteliti dari sampel
yakni harga akuisisi, nilai buku perusahaan
target pada tanggal akuisisi, dan hasil
penilaian pihak independen terhadap nilai
wajar perusahaan target. Statistik deskriptif
dari sampel dapat dilihat dalam Tabel 2.
Rata-rata nilai buku perusahaan target (Rp
62.650.140.288) seperti yang terlihat pada
table 2 berada jauh dibawah rata-rata hasil
penilaian independen atas perusahaan target
(Rp116.913.041.546) dan harga akuisisi yang
ditetapkan (Rp114.233.412.108), sedangkan
rata-rata harga akuisisi relatif hampir sama
dengan rata-rata hasil penilaian independen.
Bila dilihat dari nilai minimum ketiga variabel
penelitian terdapat perbedaan yang sangat
besar antara variabel nilai buku perusahaan
target Rp 450.000) dan hasil penilaian
independen (Rp 1.251.300.000. Perbedaan
yang tajam ini disebabkan karena perbedaan
metodologi penilaian yang digunakan.
AnalisaRegresi
Analisa regresi berganda dan regresi
sederhana disajikan dalam tabel 3 dan tabel
4. Nilai R Squared pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa penetapan harga akuisisi dipengaruhi
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
43
oleh hasil penilaian independen dan nilai
buku perusahaan target sebesar 93,2%.
Perbandingan model regresi berganda dan
sederhana menunjukkan adanya peningkatan
nilai adjusted R.
Model regresi sederhana pada tabel 4
disajikan untuk melihat pengaruh individu
masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Nilai adjusted R masing
masing variabel independen secara
individu adalah 0,69 dan 0,701. Bila variabel
independen bekerja sama dalam model
regresi berganda nilai adjusted R meningkat
yakni 0,929. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan variabel independen secara
inkremental memperbaiki model regresi,
atau model regresi berganda lebih baik dalam
meramalkan pengaruh variabel independen
daripada model regresi sederhana. Dapat
disimpulkan bahwa harga akuisisi ditentukan
secara bersamaan oleh variabel hasil penilaian
independen dan nilai buku perusahaan
target, atau hasil penilaian independen
dan nilai buku perusahaan target secara
bersamaan mempengaruhi harga akuisisi.
Hal ini sesuai dengan peraturan Bapepam
tentang tata cara penggabungan usaha yang
antara lain mewajibkan direksi perseroan
menjajagi kelayakan penggabungan usaha
meliputi penelaahan laporan keuangan
Perseroan yang telah diaudit oleh Akuntan
yang terdaftar di Bapepam selama 3 tahun
terakhir (nilai buku) dan hasil analisis pihak
independen mengenai kewajaran nilai saham
dan aktiva tetap perseroan.
Tabel 3 memperlihatkan nilai F sebesar
268,07 dengan siginifkan 0,000. Angka
signifkan tersebut lebih kecil dari tingkat
yang ditetapkan yang artinya model regresi
dapat dipakai untuk memprediksi variabel
dependen yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dapat diambil kesimpulan
bahwa harga akuisisi dapat di prediksi dari
hasil penilaian independen dan nilai buku
perusahaan target
Persamaan regresi untuk model regresi ini
adalah sebagai berikut:
Harga Akuisisi = - 1.798.009.945 + 0,51
Penilaian Independen + 0,901 Nilai Buku
Persamaan diatas memiliki arti bahwa
dalam kondisi nilai buku perusahaan target
tetap, kenaikan hasil penilaian independen
Rp1 akan menaikkan harga akuisisi Rp 0,51.
Demikian pula dalam kondisi hasil penilaian
independen tetap, kenaikan Rp 1 nilai buku
perusahaan target akan menaikkan Rp 0,901
harga akuisisi. Analisis regresi diatas telah
memenuhi uji asumsi klasik yang disajikan
pada lampiran 1.
Berdasarkan hasil analisa regresi atas
hipotesis pertama dan kedua diambil
kesimpulan bahwa harga akuisisi secara
signifkan dipengaruhi oleh hasil penilaian
independen dan nilai buku perusahaan
target. Bukti empiris ini menunjukkan
pentingnya peran profesi akuntan (auditor)
sebagai pihak independen yang menilai
laporan keuangan (nilai buku), dan profesi
penilai, sehingga diperlukan pengendalian
mutu atas kedua profesi tersebut. Peraturan
Menteri Keuangan No.17/PMK.07/2008
Tentang Jasa Akuntan Publik diharapkan
dapat meningkatkan kualitas nilai buku
yang tersaji dalam laporan keuangan.
Penyempurnaan Standar Penilaian Indonesia
(SPI) merupakan keharusan untuk tidak
menyesatkan pengambil keputusan.
- Dependent Variabel: Harga Akuisisi
- Durbin Watson 1.993
- R Square: .932
- Adjusted R : .929
- F: 268,071 (sig. .000)
AnalisaKorelasi
Analisa korelasi antara hasil penilaian
independen dan nilai buku perusahaan
target dengan harga akuisisi diperlihatkan
pada Tabel 5
Korelasi antara hasil penilaian independen
dengan harga akuisisi sebesar 83,5%, dan
antara nilai buku perusahaan target dengan
harga akuisisi sebesar 84,2% menunjukkan
adanya hubungan yang signifkan antara
variabel independen terhadap variabel
dependen. Temuan ini mengindikasikan
bahwa nilai akuisisi yang wajar dapat
diestimasi dari nilai buku dan hasil penilaian
independen dan diharapkan dapat
membantu kelancaran negosiasi perusahaan
pengakuisisi dan perusahaan target untuk
mencapai kesepakatan harga akuisisi.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Harga Akuisisi 42 30,000,000 921,884,275,000 114,233,412,108 197,630,011,449
Hasil Penilaian Independen 42 1,251,300,000 1,220,795,600,000 116,913,041,546 212,942,780,156
Nilai Buku Perusahaan Target 42 450,000 599,274,917,800 62,650,140,288 123,430,801,033
Tabel2:Deskripsistatistik
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
44
UjiPerbedaanDua
Populasi
Berdasarkan hasil uji F pada lampiran 2
diketahui bahwa populasi harga akuisisi
dan hasil penilaian pihak independen
diasumsikan memilik kehomogenan
ragam atau varians kedua populasi sama,
sehingga uji perbedaan kedua populasi
dilakukan dengan asumsi tersebut.
Dari hasil pengujian pada tabel 6 diperoleh
P- value sebesar 0,48 dimana nilai ini lebih
besar dari tingkat yang berarti bahwa
harga akuisisi ditetapkan tidak berbeda
secara signifkan dengan hasil penilaian
independen. Hal ini menunjukkan bahwa
opini penilai independen disepakati
perusahaan pengakuisisi dan perusahaan
target sebagai harga akuisisi. Bukti
empiris ini mengindikasikan kepercayaan
perusahaan pengakuisisi dan perusahaan
target atas opini penilai independen.
Kepercayaan ini dapat saja terjadi karena
adanya campur tangan pihak tertentu.
Merujuk pada pada hasil penelitian
Model Unstandardized
Coefcients
Beta
Standard
Error
Standardized
Coefcients
Beta
T Sig Partial Part Collinearity
Statistic
Tolerance
VIF
Constant - 1,798,009,945 9,568,086,454 -.188 .852
Hasil
Penilaian
Independen
.510 .045 .549 11..342 .000 .876 .473 .742 1.348
Nilai Buku
Perusahaan
Target
.901 .078 .563 11.625 .000 .881 485 .742 1.348
Tabel3.AnalisaRegresiBerganda
Simple Regression Model (Dependent Variabel : Harga Akuisisi) R Square Adjusted R
Square
Std Error Of The
Estimete
1. Hasil Penilaian Independen 0.697 0.690 110,095,908,579
2. Nilai Buku Perusahaan Target 0.701 0.701 108,024,749,768
Tabel4.AnalisaRegresisederhana
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
45
Harga Akuisisi Hasil Penilaian
Independen
Nilai Buku Prsh.
Target
Hrg Akuisisi Pearson Correlation 1,000 0,835 0,842
Sig. (2-tailed) . 0,000 0,000
N 42 42 42
Penilain
Independen
Pearson Correlation 0,835 1,000 0,508
Sig. (2-tailed) 0,000 . 0,001
N 42 42 42
Nilai Buku Prsh.
Target
Pearson Correlation 0,842 0,508 1,000
Sig. (2-tailed) 0,000 0,001 .
N 42 42 42
Tabel5:KorelasiAntarVariabel
Keterangan : Korelasi dinyatakan signifkan pada level 0.01 (2-sisi).
Bretten et al (2001), Levy dan Schuck (1999) kondisi ini dapat terjadi
karena pengaruh klien terhadap hasil penilaian pihak independen.
Dalam transaksi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan
pengaruh ini berdampak signifkan, oleh sebab itu perlu dianalisis lebih
lanjut faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan atas hasil
penilaian independent.
KesimpulandanKeterbatasanPenelitian
Hasil eksplorasi atas unit analisa tahun 1990 hingga 1996 menunjukkan
adanya pengaruh yang kuat antara hasil penilaian pihak independen
atas perusahaan target dan nilai buku perusahaan target terhadap
pengambilan keputusan harga akuisisi. Harga akuisisi yang dibayar
atas perusahaan target tidak berbeda secara signifkan dengan hasil
penilaian pihak independen. Hasil eksplorasi ini diharapkan dapat
diimplementasikan pada saat ini. Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
17 Tahun 2008 yang mengharuskan pengendalian mutu kantor
akuntan memaksa auditor lebih professional mengeluarkan opini
atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, penyempurnaan
standar penilaian termasuk profesi penilai diharapkan membuat hasil
eksplorasi up to date hingga kini.
Ada beberapa keterbatasan penelitian antara lain
1. Penelitian ini mengasumsikan keakuratan hasil penilaian
independen tercermin dari penetapan harga akuisisi berdasarkan
hasil penilaian tersebut. Asumsi tersebut menyederhanakan
permasalahan, perlu di telaah lebih lanjut faktor-faktor yang
dapat lebih menjelaskan keakuratan hasil penilaian independen
atas transaksi akuisisi.
2. Hasil analisa dan penarikan kesimpulan akan lebih baik jika
terdapat keseragaman metode penilaian pihak independen ini.
Tetapi karena keterbatasan data,
peneliti tidak mengambil sampel
untuk meneliti keberagaman metode
penilaian ini.
3. Pengujian akan lebih akurat
jika nilai ketiga variabel yang di
uji yakni harga akuisisi, penilaian pihak independen, dan nilai
Keterangan Variabel 1 Variabel 2
Mean 114,233,412,108 116,913,041,546
Variance 3.9058 x 1022 4.5345 x 1022
Observations 42 42
Pooled Variance 4.2201 x 1022
Hypothesized
Mean Diferenced
0.00
Df 82
t Stat -0.06
P(T<=t) one-tail 0.48
t Critical one-tail 1.66
P(T<=t) two-tail 0.95
t Critical two-tail 1.99
Tabel6:Ujit:DuasampeldenganAsumsiVarianssama
Keterangan:
Variabel 1 : Harga Akuisisi
Variabel 2 : Penilaian
Independen
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
46
buku dibandingkan dalam periode
waktu yang sama, yaitu pada tanggal
akuisisi. Tetapi penelitian ini memiliki
keterbatasan karena data-data yang
diambil berasal dari laporan prospektus,
dimana sebagian nilai kekayaan
perusahaan target yang disajikan
bukan berdasarkan nilai pada tanggal
rencana akuisisi dilakukan.
saran
Saran sehubungan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan antara lain:
1. Study ini tidak mengeksplorasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kepercayaan
atas opini penilai independen. Perlu
dilakukan study lebih lanjut apakah
kepercayaan tersebut disebabkan oleh
behavioural characteristics perusahaan
pengakuisisi yang mempengaruhi
objektiftas penilai profesi penilai
2. Study lebih lanjut diharapkan dapat
dilakukan atas metode penilaian yang
dilakukan perusahaan penilai sehingga
dapat diketahui kecenderungan
pemilihan metode penilaian dan
metode mana yang terbaik untuk
kondisi dan waktu tertentu.
3. Penelitian perlu juga dilakukan dengan
time horizon yang berbeda yakni
tahun-tahun terakhir untuk mengetahui
kecenderungan penetapan harga
akuisisi saat ini.
DaftarReferensi
Bambang Budianto : Minggu 25 Mei 2008,
Menilai Perusahaan Dengan Pendapatan
Negatif, http://bambang77001.blogspot.
com/2008/05/Perusahaan
Bretten, James; GVA Grimley; Bristol;
UK; and Peter Wyatt : 2001, Variance In
Commercial Properti Valuations for Lending
Purposes: An Empirical Study, Journal of
Property, Investment & Finance Vol 19
No.3 PP 267-282
Baum, A and Crosby, N :1988, Property
Investment Appraisal, Routledge, London
Crosby, Neil: 2000, Conference Paper:
Valuation Accuracy, Variation and Bias in
The Contex of Standards and Expectation,
Journal of Property Investmment & Finance
Vol 18 no.2 pp 130 - 161
Golrida Karyawati P: 2003, Substansi
Mengungguli Bentuk : Jembatani Gap Akuntan
dan Masyarakat, Media Akuntansi Edisi 33/
Mei/Tahun X/2003
Ikatan Akuntan Indonesia: 2007,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No.22, Salemba, Empat Jakarta
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal Nomor Kep-52/PM/1997 Tentang
Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha
Perusahaan Publik atau Emiten
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal Nomor KEP-06/PM/2000 Tentang
Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7
Tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal Nomor Kep-12/PM/1997 Tentang
Perubahan Peraturan Nomor IX.E1
Tentang Benturan Kepentingan
Transaksi tertentu
Levy, Deborah and Edward
Schuck: 1999, The Infuence of
Clients on Valuations : The Clients
Prespective, RICS Research
Conference The Cutting Edge
1999, The Royal Institution of
Chartered Surveyor
MAPPI dan GAPPI: 2007, Standar
Penilaian Indonesia, Salemba
Empat Jakarta
Mc Allister, Pat ; and Graham
Bowles : Cutting Edge 1997,
Simulating The Efect of Valuation Error
on Property Investment Perfomance
Measurement, RICS Research, , The Royal
Institution of Chartered Surveyor
Parker, David RR: 1998, Valuation Accuracy
An Australian Perspective, 4th Pacifc Rim
Real Estate Society Conference Perth, 19-
21 January 1998
Peraturan Menteri Keuangan No.17/
PMK.07/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik
Waldy, B : May 1997, Valuation Accuracy,
64th FIG Permanent Committee Meeting &
International Symposium, Singapore
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal
Lampiran1
1. Uji Kenormalan Distribusi Data
Uji normalitas dilakukan dengan Jarque-
Bera Test ( JB Test) yang melihat faktor
skewness dan Kurtosis dari nilai residu
model yang disajikan pada Tabel a.
Berdasarkan Tabel a diatas dihitung nilai JB
sebagai berikut:
S2 (K 3) 2
JB = n [ + ]
6 24
Valid
Obsrvation
42
Mean -40,015,480
Standard
Deviation
51,463,381,446
Sampel
Variance
2,648,479,629,895,450,000,000
Kurtosis 3.496889
Skewness -0.741287
Range 299,083,970,575
Minimum -179,956,215,176
Maximum 119,127,755,399
Tabela:DeskripsistatistikNilaiResidu
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
47
dari data diatas diperoleh nilai JB sebagai
berikut:
- 0.7412 ( 3.497 3) 2
JB = 42 [ + ]
6 24
JB = 4. 276
Nilai JB diatas bila dibandingkan dengan
Tabel Chi square 2 (0.05 ; 2) yakni senilai
5.991 adalah lebih kecil. Apabila nilai JB
lebih kecil dari nilai Tabel, hal itu berarti
data terdistribusi secara normal. Dengan
demikian berdasarkan JB Test disimpulkan
bahwa data mengikuti distribusi normal.
Autokorelasi
Dari hasil uji Durbin Watson pada tabel
3 diperoleh nilai 1.993 dimana angka ini
mendekati angka 2 (dua). Hasil regresi akan
bebas dari masalah autokorelasi jika hasil
uji Durbin Watson mendekati angka 2.
Multikolinieritas
Multikolinieritas terjadi apabila antar
variabel independen terdapat korelasi yang
signifkan. Ada beberapa cara mendeteksi
masalah multikolinieritas antara lain:
- Korelasi antara variabel independen
lebih besar dari 0,60. Dari Tabel 5
terlihat bahwa korelasi antara variabel
independen yakni hasil penilaian
independen dan nilai buku ada sebesar
0,508. Dengan demikian tidak terdapat
masalah multikolinieritas
- Jika uji F sigifkan ( lebih kecil dari
) sedangkan uji T tidak signifkan
maka patut dicurigai adanya
multikolinieritas. Tetapi bila uji F
dan T sama-sama signifkan berarti
hasil analisa regresi akan bebas dari
masalah multikolinieritas. Seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 3, hasil uji F
adalah 268,07 dengan signifkan 0,000.
Sedangkan hasil uji T untuk masing-
masing variabel independen adalah
11,342 pada signifkan 0,000 untuk
variabel hasil penilaian independen,
dan 11,625 pada signifkan 0,000 untuk
variabel nilai buku perusahaan target.
Dengan demikian analisa regresi bebas
dari masalah multikolinieritas.
Homosedastisitas
Uji homosedastisitas dilakukan dengan
Whites General Heteroscedasticity test
yang menurunkan persamaan regresi
p e m b a n t u
sebagai berikut:
i2 = 1 +
2X2i + 3X3i
+ 4X2i2 +
5X3i2 +
6x2iX3i + Vi
Be r d a s a r k a n
model regresi pembantu diatas, R2 yang
dihasilkan dikalikan dengan jumlah sampel
(n), kemudian dibandingkan dengan
distribusi Chi Square:
n.R2 ~ 2df
Apabila n.R2 lebih kecil dari nilai Tabel,
maka tidak ada masalah heterosedastisitas
dalam model regresi.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan seperti terlihat tabel b dapat
dihitung nilai n.R2 yakni : 42 x 0,112 =
4,704. Sedangkan nilai 2df yang dapat
dilihat pada Tabel Chi Square 2 (0.05 ;
5) adalah senilai 11,070. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model regresi
bebas dari masalah heterosedastisitas
Lampiran 2
Uji Kehomogenan Varians.
Uji kehomogenan varians dilakukan dengan
alat uji F test two sampel for variances.
Probability value dari hasil F test dapat
dilihat dalam Tabel c
Dengan pengujian ini apabila hasil F test
lebih besar dari nilai yang ditetapkan maka
kedua populasi yang di uji tidak berbeda
secara signifkan. Berdasarkan hasil uji F
diperoleh P-value : 0,32. Dengan demikian
kedua populasi diasumsikan memiliki
kehomogenan ragam atau dengan kata lain
varians kedua populasi adalah sama
Model R R
Square
Adjusted
R
Std. Error of
the Estimate
1 .335 .112 .067 5,628,553,
643,612,570
,000
Tabelb:IkhtisarModelRegresiPembantu
Variabel Dependen : Harga Akuisisi
Variabel 1 Variabel 2
Mean 114.233.412.108 116.913.041.546
Variance 3,9058 x 1022 4,5345 x 1022
Observations 42 42
Df 41 41
F 0,86
P(F<=f ) one-tail 0,32
F Critical one-tail 0,60
Tabelc:UjiFatassampelDuaVarians
Keterangan:
Variabel 1 : Harga Akuisisi
Variabel 2 : Penilaian Independen
A K U N T A N I N D O N E S I A
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
49
No. Jenis-Jenis Biaya Penjelasan
1. Harga beli. Harga beli adalah harga jual dari
pemasok setelah dikurangi diskon
dan rabat, termasuk bea impor
dan pajak pertambahan nilai yang
tidak dapat dikreditkan.
2. Biaya pemasangan aktiva. Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
menempatkan aktiva tersebut ke
lokasi dan kondisi hingga aktiva
tersebut dapat dioperasikan sesuai
dengan rencana manajemen.
Contoh-contoh dari biaya ini
adalah biaya tenaga kerja, biaya
instalasi, biaya pengujian berjalan
tidaknya aktiva tersebut setelah
dikurangi pendapatan yang
mungkin diperoleh dari uji coba
tersebut dan biaya konsultan.
3. Biaya bongkar muat dan pasang. Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
membongkar dan menyiapkan
tempat pemasangan aktiva
tersebut.
4. Biaya pinjaman Biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan langsung terhadap
akuisisi, konstruksi atau produksi
suatu aktiva atau biaya pinjaman
yang bisa dihindari apabila tidak
dilakukan perolehan aktiva.
5. Biaya penghentian aktiva Biaya yang wajib dikeluarkan
oleh entitas bisnis pada saat
penghentian penggunaan aktiva
tetap.
H
a r g a
perolehan
s u a t u
aktiva tetap diakui
sebagai aktiva hanya
apabila manfaat
ekonomi yang terkait
dengan aktiva tersebut
akan diperoleh pada
masa-masa yang akan datang baik secara
langsung maupun tidak langsung dan
manfaat ekonomi tersebut dapat diukur
dengan andal. Aktiva tetap berwujud yang
memberikan manfaat langsung dapat berupa
mesin-mesin produksi, bangunan dan
kendaraan dan aktiva tetap berwujud yang
tidak memberikan manfaat langsung dapat
berupa infrastruktur penanganan limbah,
infrastruktur penanganan polusi dan lain-
lain.
Pada awal pengakuan aktiva tetap berwujud,
biaya utama yang harus diakui adalah
biaya penempatan awal, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap,
seperti harga beli, biaya pemasangan, biaya
bongkat muat dan pasang, biaya pinjaman
dan biaya penghentian. Biaya penempatan
awal yang harus dikapitalisasi dijelaskan
sebagai berikut:
KEWAJI BAN PENGHENTI AN AKTI VA TETAP
Oleh: Marisi P. Purba*
KhasAkuntan
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
50
Biaya penghentian aktiva diatur dalam
PSAK 16R, Aset Tetap dan SFAS
143, Accounting for Asset Retirement
Obligations. Masing-masing standar
akuntansi keuangan tersebut memberikan
ketentuan sebagai berikut:
PSAK 16R
Prinsip akuntansi keuangan yang berlaku
umum di Indonesia tidak memberikan
pengaturan secara khusus atas kewajiban
penghentian aktiva tetap. PSAK 16R paragraf
16 hanya menyebutkan sebagai berikut:
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
(a) harga perolehannya, termasuk
bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain;
(b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset
siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen,
(c) estimasi awal biaya pembongkaran
dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut
timbul ketika aset tersebut diperoleh atau
karena entitas menggunakan aset tersebut
selama periode tertentu untuk tujuan selain
untuk menghasilkan persediaan.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
PSAK 16R tidak memberikan panduan
terhadap kapitalisasi biaya penghentian
aktiva tetap berwujud. Namun sebagaimana
diketahui, PSAK 57, Kewajiban Diestimasi,
Kewajiban Kontijensi dan Aktiva
Kontijensi mengharuskan dilakukannya
pengakuan kewajiban penghentian aktiva
tetap berwujud. PSAK 57 paragraf 15
menyebutkan sebagai berikut:
Kewajiban diestimasi harus diakui apabila
ketiga kondisi berikut dipenuhi:
(a) perusahaan memiliki kewajiban
kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif ) sebagai akibat peritiwa masa
lalu,
(b) besar kemungkinan (probable)
penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya;
dan
(c) estimasi yang andal mengenai
jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Dengan demikian, jika suatu pengadaan
aktiva mengharuskan perusahaan melakukan
pengeluaran sumber daya pada akhir masa
penggunaan aktiva tersebut, maka kewajiban
pengeluaran sumber daya tersebut harus
dicatat sebagai kewajiban pada neraca
perusahaan apabila memenuhi syarat a, b
dan c di atas. Perlu ditambahkan bahwa,
karena biaya yang dikeluarkan memiliki masa
manfaat yang sama dengan masa manfaat
aktiva tetap berwujud terkait, maka biaya
tersebut seharusnya dikapitalisasi dan tidak
dibebankan sekaligus.
SFAS 143
US-GAAP memberikan ketentuan yang
rinci terkait dengan panduan kapitalisasi
biaya penghentian aktiva. SFAS 143 paragraf
11 menjelaskan sebagai berikut:
Upon initial recognition of a liability for
an asset retirement obligation, an entity
shall capitalize an asset retirement cost
by increasing the carrying amount of the
related long-lived asset by the same amount
as the liability. An entity shall subsequently
allocate that asset retirement cost to
expense using a systematic and rational
method over its useful life. Application of
a systematic and rational allocation method
does not preclude an entity from capitalizing
an amount of asset retirement cost and
allocating an equal amount to expense in
the same accounting period.
Estimasi biaya penghentian aktiva
tetap berwujud harus dilakukan dengan
menggunakan teknik nilai kini arus kas
(present value technique). Arus kas
yang didiskontokan diperoleh dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan
ekspektasi arus kas. Jika pendekatan
tradisional yang digunakan, maka arus kas
tunggal didiskontokan dengan menggunakan
tarif diskonto tunggal. Namun, jika
pendekatan ekspektasi arus kas yang
digunakan, maka yang didiskontokan adalah
beberapa skenario arus kas yang mungkin
terjadi (multiple cash fows scenario) dengan
menggunakan tingkat suku bunga bebas
resiko (credit-adjusted risk-free rate).
Sebenarnya tidak terdapat perbedaan
antara PSAK 16R dan SFAS 143. Hanya saja
SFAS 143 memberikan pedoman yang rinci
terkait dengan kapitalisasi biaya penghentian
aktiva tetap. Dengan demikian, SFAS 143
dapat digunakan dalam menerapkan PSAK
16R.
jika pendekatan
ekspektasi arus kas yang
digunakan, maka yang
didiskontokan adalah
beberapa skenario arus
kas yang mungkin terjadi
(multiple cash fows
scenario)
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
51
PROSEDUR KAPITALISASI BIAYA
PENGHENTIAN AKTIVA
Dalam melakukan kapialisasi biaya
penghentian aktiva, manajemen harus
melakukan langkah-langkah sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut:
Pada prosedur di atas, prediksi arus kas
dapat dilakukan dengan menggunakan
expected cashfow approach dan traditional
approach. Dalam menerapkan expected
cashfow approach, manajemen
harus melakukan inventarisir atas
kemungkinan-kemungkinan arus kas
keluar dan melakukan perhitungan
berdasarkan probabilita terjadinya. Hasil
akhirnya kemudian
di-present value-
kan. Sedangkan, jika
manajemen menggunakan
traditional approach,
maka manajemen
cukup mengakomodir
segala kemungkinan-
kemungkinan dalam satu
arus kas yang kemudian
di-present value-kan.

Kasus I**:
PT A adalah perusahaan
yang bergerak di bidang
penambangan batu
bara, yang telah selesai
melakukan pembukaan
area tambang pada
tanggal 1 Januari 2003.
Area pertambangan
ditaksir akan habis masa
ekonomisnya selama
sepuluh tahun. Pada 1
Januari 2003, PT A wajib
melakukan pengakuan atas
kewajiban penghentian
aktiva. Besarnya kewajiban
penghentian aktiva
disajikan sebesar nilai
wajar dengan mengunakan
present value technique.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam
menghitung kewajiban penghentian aktiva
adalah sebagai berikut:
* Besarnya upah yang dibutuhkan untuk
membersihkan area pertambangan didasarkan
pada upah standar di pasar tenaga kerja,
dengan menggunakan expected cash fow
approach dengan rincian sebagai berikut:
* Besarnya biaya overhead yang dibutuhkan
oleh PT A diestimasi sebesar 20% dari biaya
upah sebagaimana rata-rata industri.
* Apabila pembersihan area pertambangan
dilakukan oleh kontraktor, biasanya biaya
akan ditambahkan dengan 20% marjin laba.
* Terdapat resiko ketidakpastian dan kondisi
yang tidak terduga sebesar 5% selama 10
tahun.
* Tingkat suku bunga bebas resiko adalah
sebesar 5% pada tanggal 1 Januari 20x3.
Tingkat suku bunga ini disesuaikan oleh PT
A sebesar 3,5%, sehingga tingkat suku bunga
yang digunakan adalah 8,5%.
*Tingkat infasi selama 10 tahun diperkirakan
sebesar 4%.
* Pada tanggal 1 Januari 20x3, kewajiban
biaya penghentian aktiva diakui dengan
jumlah sebagai berikut:

MULA
Apakah terdapat
biaya penghentian
aktiva tetap di
kemudian hari?
Tidak dilakukan
kapitalisasi biaya
penghentian aktiva
tetap.
Tidak
Ya
Apakah terdapat
kewajiban hukum
menyelesaikan biaya
penghentian aktiva tetap
di kemudian hari?
Tidak
Ya
Lakukan penyusunan prediksi
arus kas keluar biaya penghentian
aktiva tetap berdasarkan expected
cashflow approach atau
traditional cashflow approach.
Lakukan kapitalisasi atas
biaya penghentian aktiva tetap
dan pengakuan kewajiban
penghentian aktiva tetap.
Susun daftar bunga yang akan
dialokasikan dan dibebankan
setiap tahunnya.
Taksi ran
Arus Kas
Probabilitas Ekspektasi
Arus Kas
100.000 25% 25.000
125.000 50% 62.500
175.000 25% 43.750
131.250
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
52
(Dalam jutaan
Rupiah)
Ekspektasi Arus Kas
per 1/1/x3
Ekspektasi upah
buruh
(a) 131.250
Alokasi biaya
perolehan dan
peralatan (80%
x (a))
(b) 105.000
Mark-up atas
marjin laba (20%
x (a)+(b))
(c) 47.250
Ekspektasi arus
kas sebelum
penyesuaian
infasi
283.500
Faktor infasi 4%
selama 10 tahun
1,4802
E k s p e k t a s i
arus kas setelah
p e n y e s u a i a n
infasi
(d) 419.637
R e s i k o
keti dakpasti an
(5% x (d))
20.982
Ekspektasi arus
kas setelah resiko
ketidakpastian
440.619
Present value
dengan tingkat
diskonto 8,5%
194.879
* Pada tanggal 31 Desember 2012, PT A
menyelesaikan kewajiban penghentian aktiva
dengan menggunakan tenaga kerja internal
perusahaan dengan biaya sebesar Rp 351.000.
Diasumsikan tidak terjadi perubahan selama 10
tahun, dan PT A mengakui laba sebagai akibat
penyelesaian kewjaiban penghentian aktiva
sebesar Rp 89.619. Perhitungan penyelesaian
kewajiban penghentian aktiva adalah sebagai
berikut:
(Dalam jutaan Rupiah) Jumlah
Upah Rp 195.000
Alokasi upah dan peralatan (80% x (a)) 56.000
Jumlah biaya 351.000
Kewajiban penghentian aktiva 440.619
Laba penyelesaian hutang penghentian aktiva Rp 89.619
* Alokasi dengan menggunakan metode bunga (interest method of allocation) adalah
sebagai berikut:
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Saldo Awal
Kewajiban
Penambahan
Akibat Bunga
Saldo Akhir
Kewajiban
2003 194.879 16.565 211.444
2004 211.444 17.973 229.417
2005 229.417 19.500 248.917
2006 248.917 21.158 270.075
2007 270.075 22.956 293.031
2008 293.031 24.908 317.939
2009 317.939 27.025 344.964
2010 344.964 29.322 374.286
2011 374.286 31.814 406.100
2012 406.100 34.519 440.619
* Skedul pembebanan biaya adalah sebagai berikut:
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Beban Bunga Beban
Depresiasi
Jumlah Beban
2003 16.565 19.488 36.053
2004 17.973 19.488 37.461
2005 19.500 19.488 38.988
2006 21.158 19.488 40.646
2007 22.956 19.488 42.444
2008 24.908 19.488 44.396
2009 27.025 19.488 46.513
2010 29.322 19.488 48.810
2011 31.814 19.488 51.302
2012 34.519 19.488 54.007
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
53
* Jurnal pencatatan kewajiban penghentian aktiva per
tangal 1 Januari 2003 adalah sebagai berikut:
NO. KETERANGAN Dr Cr
1. Aktiva tetap 194.879
Kewajiban
penghentian aktiva
194.879
* Jurnal penyusutan dan accretion untuk 31/12/03-
31/12/12 adalah sebagai berikut:
NO. KETERANGAN Dr Cr
1. Beban depresiasi 19.488
Akumulasi
depresiasi
19.488
2. Beban bunga Sesuai
skedul

Kewajiban
penghentian aktiva
Sesuai
skedul
* Jurnal pencatatan penyelesaian kewajiban penghentian aktiva per
tangal 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:
NO. KETERANGAN Dr Cr
1. Kewajiban
penghentian aktiva
440.619
Hutang upah 195.000
Alokasi overhead
dan beban peralatan
(80% x 195.000)
156.000
Laba atas
penyelesaian
kewajiban
penghentian aktiva
89.619
* Penulis adalah praktisi pelaporan keuangan di PT
Telekomunikasi Indonesia,Tbk.
** Contoh kasus disadur dari buku Akuntansi Aktiva Tetap,
Pembahasan Komprehensif Akuntansi Aktiva Tetap yang diulis
oleh Marisi P. Purba dan diterbitkan oleh Kris Consulting, Jakarta.
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
54
Jelaskan pemahaman dan
kritik Anda terhadap strategi
diversifkasi. Itulah salah satu
pertanyaan favorit saya dalam
ujian mata kuliah Pasar Modal
atau Manajemen Investasi di
FEUI. Mahasiswa yang hanya
mengandalkan buku teks
umumnya akan memberikan
gambar penurunan total
risiko akibat diversifkasi dan
jawaban berikut. Strategi
diversifkasi adalah strategi
untuk meminimumkan risiko
investasi. Dengan diversifkasi,
risiko nonsistematis mendekati
nol namun risiko sistematis
tidak berkurang dan tetap ada.
Diversifkasi tidak memberikan
manfaat jika koefsien korelasi
adalah satu tetapi manfaat akan
optimal jika koefsien korelasi
mendekati negatif satu.
I
nilah jawaban standar yang diajarkan
semua buku teks investasi bahwa kita
sebaiknya tidak menaruh semua telur
yang kita miliki dalam keranjang yang sama.
Tak dapat dibantah lagi kalau diversifkasi
adalah kaidah terpenting dalam investasi
sekaligus pilar utama dalam pembentukan
portofolio. Investor umumnya percaya dan
menerima kredo ini bahwa diversifkasi
itu hukumnya wajib. Sejatinya, jawaban
di atas kurang lengkap karena hanya
menjelaskan keunggulan tanpa menyebutkan
kelemahannya.
Dipelopori Markowitz
Konsep diversifkasi berawal dari disertasi
Harry Markowitz pada tahun 1952. Dengan
begitu indah dan gamblangnya, Markowitz
menurunkan manfaat utama diversifkasi
secara kuantitatif dengan menggunakan
portofolio yang terdiri atas dua aset berisiko.
Untuk itu, pemenang nobel ekonomi 1990
ini hanya memerlukan tiga variabel yaitu
return dan risiko dari masing-masing aset
dan koefsien korelasi antar kedua aset itu.
Dengan matematika sederhana, Markowitz
berhasil membuktikan kalau risiko
portofolio menjadi minimum jika kedua aset
itu mempunyai koefsien korelasi negatif
sempurna yaitu negatif 1. Contoh dua
sekuritas seperti itu adalah dua saham yang
harganya selalu bergerak secara berlawanan.
Jika yang satu naik, yang lainnya turun
dengan derajat yang sama, dan sebaliknya.
Contoh konkritnya mungkin adalah dua
saham perusahaan yang produknya ramai
di musim hujan seperti jaket, jas hujan, dan
payung; sedangkan yang satunya lagi justru
laku di musim panas seperti es krim dan
pakaian/perlengkapan ke pantai.
Markowitz juga menemukan kalau
diversifkasi selalu dapat menurunkan risiko
portofolio sepanjang koefsien korelasi
tidak positif sempurna atau lebih kecil dari
satu. Dengan return yang sama, portofolio
dengan risiko yang lebih rendah sudah tentu
lebih disukai.
Itulah sebabnya, diversifkasi yang dianjurkan
adalah yang memperhitungkan koefsien
korelasi dan bukan yang acak (random)
atau yang naif (polos) yaitu yang membagi
dana ke dalam n alternatif investasi sebesar
masing-masing 1/n.
Lain teori, lain praktik
Masalahnya adalah, jika diversifkasi
demikian saktinya, mestinya sebagian besar
investor menerapkannya. Kenyataannya,
lain teori, lain praktik. Blume, Crockett,
dan Friend (1974) menemukan kalau 34,1%
investor Amerika dari sampel 17.056
investor hanya memegang satu saham
pembayar dividen, 50% mempunyai dua
saham, dan hanya 10,7% yang mengoleksi
lebih dari 10 saham. Survey Reserve Board
(1975) juga memberikan hasil yang sama
bahwa rata-rata jumlah saham dalam
portofolio investor individu adalah 3,41.
Lease, Lewellen, dan Schlarbaum (1976),
King dan Leape (1984), dan Starr-McCluer
(1994) juga mengonfrmasi hal yang sama
bahwa sebagian besar investor individu
(70%) tidak melakukan diversifkasi, bahkan
ketika aset selain saham diperhitungkan.
Terakhir, kita juga perlu menyimak penelitian
Barber dan Odean selama periode Januari
1991 hingga Desember 1996. Hasil studi
yang sudah dipublikasikan dalam Journal
of Finance tahun 2000 dengan judul The
Common Stock Investment Performance of
Individual Investors ini mengambil sampel
78.000 investor saham di Amerika. Barber
PLUS MI NUS STRATEGI DI VERSI FI KASI
KolomPasarModal
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
55
dan Odean melaporkan kalau median jumlah
saham yang dipegang investor itu nyatanya
antara 2 dan 3. Sebanyak 49,3% investor yang
disurvey ternyata dapat mengalahkan pasar
sebelum memperhitungkan biaya transaksi
dan 43,4% setelah memperhitungkan
biayanya. Padahal mereka memegang rata-
rata kurang dari 3 saham.
Ketika ditanyakan alasan tidak melakukan
diversifkasi, hanya sedikit investor yang
beralasan keterbatasan dana yang dimiliki
yang menjauhkannya dari diversifkasi.
Sebagian besar memberikan jawaban lain.
Seorang investor Amerika yang memegang
satu saham dalam portofolionya ada
yang menjawab, I let Bill Gates manage
my portfolio. Kalau kita melakukan
diversifkasi, return investasi kita tidak
banyak bedanya dengan return IHSG atau
return reksa dana saham yang dikelola
manajer investasi, ujar seorang investor
di BEI. Lain lagi komentar rekan mengajar
saya yang guru besar investasi, Diversifkasi
itu hanya cocok untuk investor awam yang
tidak yakin akan kemampuan pemilihan
sahamnya.
Empat kelemahan
Dari behavioral fnance, artikel dan
buku populer investasi, serta masukan
dari beberapa investor cerdas yang tidak
menerapkan diversifkasi, saya mendapatkan
setidaknya empat kelemahan diversifkasi
berikut. Inilah bagian kedua dari jawaban
lengkap yang saya harapkan dari mahasiswa
setelah mengikuti kuliah saya.
Pertama, diversifkasi itu berangkat dari
paradigma minimisasi risiko dan premis
bahwa investor itu adalah risk averse. Selama
paradigma dan asumsi di atas berlaku, tidak
ada seorang pun yang dapat menentang
kedigdayaan diversifkasi. Namun demikian,
diversifkasi menjadi kurang ampuh untuk
investor yang risk taker dengan paradigma
utama maksimisasi return.
Kenyataannya, investor itu sebenarnya
bukan risk averse tetapi loss averse. Ini sesuai
dengan teori prospeknya Daniel Kahneman
(1979), psikolog pertama dan satu-satunya
yang memenangkan nobel ekonomi pada
tahun 2002. Menurut Kahneman, investor
itu risk averse kalau sedang mengalami
untung. Tapi kalau sedang rugi, investor
cenderung menjadi seorang risk taker
(pengambil risiko).
Kedua, melakukan diversifkasi membuat
Anda tidak fokus. Robert Kiyosaki dalam
bukunya Cashfow Quadrant (1998)
mengakui kalau dia tidak melakukan
diversifkasi karena dia menerapkan strategi
fokus dan tidak ingin berinvestasi dalam
bidang yang tidak dia pahami.
William J. Oneil dalam bukunya How to
Make Money in Stocks: a Winning System in
Good or Bad Times (2002) juga menegaskan
hal yang sama. Bahwa hasil terbaik biasanya
dicapai melalui konsentrasi yaitu dengan
menaruh telur Anda hanya dalam beberapa
keranjang yang Anda benar-benar pahami
dan awasi dengan seksama dan bukan ke
dalam banyak keranjang. Bersediakah Anda
pergi ke dokter gigi yang juga suka pekerjaan
teknik atau pertukangan dan menulis musik
serta merangkap tukang pipa dan perencana
keuangan pada akhir pekan? The more you
diversify, the less you know about any
one area, tulisnya. Menurutnya, banyak
investor mempraktikkan diversifkasi secara
berlebihan atau overdiversifkasi. Semakin
banyak saham yang Anda koleksi, semakin
sulit kita menerapkan strategi investasi ala
Peter Lynch, manajer investasi nomor wahid
dari reksa dana saham terbesar di Amerika,
yaitu Buy what you know and know what
you buy.
Ketiga, strategi diversifkasi umumnya
akan membuat beta portofolio sekitar satu
sehingga kinerja investasi akan bergerak
persis mengikuti pasar atau IHSG. Saat
pasar turun 50% seperti bulan Oktober lalu,
portofolio yang terdiversifkasi pun akan
merosot sekitar itu. Jika Anda tidak percaya,
silahkan teliti kerugian reksa dana saham
dan bandingkan dengan penurunan IHSG
pada tahun ini.
Kelemahan terakhir dari praktik diversifkasi
adalah semakin banyak saham yang Anda
miliki, semakin lambat Anda bereaksi untuk
menjual saham Anda yang relatif sudah
kemahalan dan membeli saham lain yang
sangat tertekan ketika pasar mulai bearish.
Inilah yang pernah dialami saya dan banyak
rekan investor. Istilahnya, diversifkasi
membuat Anda tidak gesit lagi dalam
menyikapi dan mengantisipasi pasar.
Dengan memegang hanya lima saham atau
kurang, sesuai rekomendasi Asosiasi Klub
Investasi di Amerika (1995) yang mewakili
8000 klub pemilihan saham, Anda dapat
dengan mudah keluar-masuk pasar. Menjual
duatiga saham sudah membuat Anda dapat
menyelamatkan sekitar 40 60 persen
portofolio saat pasar menunjukkan tanda-
tanda akan bearish beberapa bulan lalu.
Menjadi jauh lebih sulit untuk mengamankan
portofolio Anda jika jumlah saham mencapai
belasan hingga puluhan saham seperti yang
dialami banyak investor institusi dalam krisis
keuangan tahun ini.
Koordinator Mata Ajar Pasar Modal
& Manajemen Keuangan PPAk FEUI, dan
Penulis buku Matematika Keuangan
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
56
Nilai dari kekayaan
intelektual biasanya
dipengaruhi oleh beberapa
pertimbangan hukum yang
berbeda. Dalam prakteknya,
dampak pertimbangan
hukum atas penilaian
kekayaan intelektual dan
aset intangible kurang begitu
diperhatikan.
B
eberapa pengamat menyadari aspek
hukum atas kekayaan intelektual dan
aset intangible dapat memberikan
dampak yang signifkan atas penilaian aset
tersebut, sehingga kekuatan dari aset
intangible dapat diperhitungkan dalam
model penghitungan aset.
Menurut Prof. Karl-Erik Sveiby, pakar
Knowledge Management (KM) dari Polandia
menyatakan, beberapa elemen dari hak
paten seharusnya dimasukkan dalam proses
penilaian aset. Elemen-elemen hak paten
yang diidentifkasikan memberikan pengaruh
yang signifkan atas nilai suatu aset adalah
ruang lingkup atas hak paten tersebut,
hubungan antara temuan yang dipatenkan
dengan temuan sebelumnya, dan inovasi
atas temuan yang dipatenkan tersebut.
Semakin besar ruang lingkup dan semakin
maju temuan tersebut dibandingkan temuan
sebelumnya, maka semakin besar nilai
ekonomis atas kekayaan intelektual yang
dipatenkan tersebut, kata Sveiby.
Lebih lanjut Sveiby mengatakan, hal lain
yang patut diperhatikan dalam menilai-
nilai ekonomis atas aset intangible adalah
kemampuan pemilik atas kekayaan
intelektual itu untuk mengembangkan dan
mengeksploitasi hak tersebut dibandingkan
dengan pihak lain. Pengembangan optimal
atas suatu hak legal tidak selalu dapat
dilaksanakan karena keterbatasan sumber
daya dari pemilik hak legal tersebut.
Terdapat paling tidak dua komponen atas
penilaian hak legal yang efektif untuk aset
intangible. Pertama, ruang lingkup hak
legal yang berkaitan dengan aset intangible
tersebut. Secara umum, semakin besar
ruang lingkupnya, maka semakin besar nilai
hak kepemilikan atas aset intangible.
Komponen yang kedua, kemampuan
untuk mengoptimalkan hak legal. Jika
pemilik hak legal memiliki sumber daya
untuk memelihara, memonitor, dan
mengeksploitasi hak itu, semakin besar
nilai aset intangible tersebut. Bahkan apabila
pemilik aset intangible memiliki sumber
daya yang dibutuhkan, tidak ada jaminan,
hak paten itu dapat dikembangkan secara
maksimal.
Sebagai contoh, hak paten atas software
komputer, yang sekalipun dilindungi oleh
paten tetapi karena kecepatan perkembangan
teknologi dalam software komputer, hak
paten tidak dapat dikembangkan secara
optimal.
Sveiby, mengatakan, untuk mengukur
internal structure, terdapat tiga indikator
yang perlu diperhatikan, yaitu growth/
renewal, efciency, dan stability. Dalam
keempat model penilaian yang telah dibahas
dalam artikel ini, ketiga indikator tersebut
telah dimasukkan dalam perhitungan,
sehingga untuk memasukkan aspek hak cipta
dan kekayaan intelektual ke dalam keempat
model tersebut, kita bisa menganalisnya
melalui ketiga indikator itu.
Indikator growth/renewal bisa dengan
mudah dilihat berdasarkan pertumbuhan
jumlah hak cipta dan kekayaan intelektual
yang dimiliki oleh perusahaan, atau
berdasarkan nilai tambah yang diperoleh
dari hak cipta dan kekayaan intelektual
tersebut. Indikator efciency bisa dilihat
dari proporsi antara jumlah hak cipta dan
kekayaan intelektual dengan besar pasar
HUKUM BELUM PERHATI KAN ASET KEKAYAAN
I NTELEKTUAL
Oleh Ria Andhini
Features
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
57
yang dihasilkan, atau dengan penjualan
yang berhasil dilakukan oleh perusahaan.
Yang sedikit agak rumit barangkali adalah
melihat indikator stability. Untuk beberapa
macam hak cipta dan kekayaan intelektual,
nilainya bisa bertahan cukup lama, misalnya
paten untuk obat-obatan, sehingga
nilainya bisa dikatakan lebih stabil. Namun
untuk beberapa hak cipta dan kekayaan
intelektual seperti program komputer dan
buku, biasanya memiliki nilai yang tidak
bertahan lama, karena bisa dengan cepat
diikuti oleh para pesaing.
Ia menyimpulkan, terdapat berbagai
macam model untuk penilaian atas kekayaan
intelektual dan aset intangible. Penilaian atas
aset intangible yang bermacam-macam
ini akan memberikan hasil yang berbeda-
beda. Semua model memiliki masing-masing
kelebihan dan kelemahannya sendiri-
sendiri. Kelemahan yang dimiliki oleh semua
model penilaian adalah kegagalan untuk
menghitung secara akurat aspek hukum atas
pengembangan, perlindungan, dan transfer
aset intangible.
Beberapa pengamat juga menyarankan,
nilai aspek hukum dari suatu aspek intangible
dapat diestimasi - paling tidak sebagian -
untuk evaluasi inovasi dari aset intangible,
kata Sveiby.
Kepemilikan hak atas suatu aset intangible
akan lebih besar nilainya apabila dimiliki oleh
pihak-pihak yang memiliki sumber daya yang
diperlukan untuk mengoptimalkan hak legal
tersebut.(***)

Kepemilikan hak
atas suatu aset
intangible akan
lebih besar nilainya
apabila dimiliki
oleh pihak-pihak
yang memiliki
sumber daya yang
diperlukan untuk
mengoptimalkan hak
legal tersebut
U S A S jian ertifikasi kuntansi yariah
Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah untuk tahun 2008 ini merupakan ujian pertama dan satu-satunya
diselenggarakan di Indonesia. Dalam tahun-tahun berikutnya direncanakan akan dilakukan ujian dalam
2 (dua) periode per tahun, yaitu Periode I dan Periode II.
Dengan akan diselenggarakannya Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah (USAS) yang pertama pada tahun
2008, Indonesia telah mempunyai suatu ujian sebagai suatu sistem pembelajaran yang baku bagi mereka
yang akan berpraktik di bidang Akuntansi Syariah. Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah merupakan suatu
strategi pengembangan keilmuan dan keahlian Akuntansi Syariah dalam rangka penyesuaian dengan
perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Tanggal Ujian Periode Pendaftaran Batas Akhir Pendaftaran Batas Pengambilan Kartu
16 Desember 2008 13 Okt s/d 5 Des 08 5 Desember 2008 12 Desember 2008
Tujuan Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah (USAS) diselenggarakan
dalamrangka :
Mengukur kemampuan/kompetensi peserta terhadap pemahaman
ilmu akuntansi syariah,
Menjadi alat ukur standar kualitas bagi mereka yang ingin memahami
akuntansi syariah,
Menjadi alat ukur standar kualitas bagi lembaga/institusi yang ingin
mendapatkan SDMyang memahami bidang akuntansi syariah,
Dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk memasuki bidang profesi
tertentu yang bergerak di bidang akuntansi syariah.

Tujuan Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah


Apa Yang Akan Anda Dapatkan ?
Seseorang yang telah dinyatakan lulus untuk semua tingkat ujian
USAS
. Hal
ini menyatakan bahwa mereka tersebut telah memperoleh
pengakuan atas kompetensinya dalam bidang akuntansi syariah,
dan bidang-bidang terkait.
(Elementary, Intermediate & Advanced) berhak
memperoleh sebutan Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS).
Sertifikat akan dikeluarkan oleh IkatanAkuntan Indonesia
Ujian hanya dapat diikuti oleh mereka yang memiliki gelar
Strata 1 (Sarjana) untuk jurusan apapun tanpa terkecuali, yang
dibuktikan dengan Ijazah yang telah dilegalisir.
Syarat Peserta Ujian
Sekretariat IAI - USAS
Graha Akuntan, Jl.Sindanglaya No.1, Menteng, Jakarta 10310
Telp. (021) 3190-4232 ext.211, 777 / 715-444-55 / 391-9089
Fax. (021) 724-5078 Email. iai-info@iaiglobal.or.id Website. ww.iaiglobal.or.id Blog. http://usas-iai.blogspot.com W
Untuk Pendaftaran Ujian
Siapa Yang Perlu Ikut Serta ?

Praktisi yang bekerja dalam Entitas dan Lembaga-lembaga


Syariah seperti (Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, dan
Lembaga keuangan di bidang Syariah)
Pemerintahan
Akademisi dan Umum
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
59
S
ebagai sebuah renungan spiritual ;
apa yang dapat kita petik dari sebuah
flm kocak segar sarat pesan seperti
Laskar Pelangi ?
Seorang master of science bidang ilmu
ekonomi Universitas de Paris, Sorbone-
Perancis & Shefeld Halam University-UK;
Andreas Hirata menerbitkan trilogi best
seller; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan
Endesor , mendapat sambutan luas dari
masyarakat umunya, para sastrawan dan
kritikus novel khususnya, antara lain Ahmad
SyafI Maarif, Sapardi Djoko Damono,
Korrie Layun Rampan, Garin Nugroho,
Riri Riza, Kak Seto, ditambah hampir semua
media massa terkemuka dinegeri ini.
Apabila Prof. Sapardi menengarai karya
sastra bergaya realis bertabur metafora,
berani, tak biasa, tak terduga, kadang kala
ngawur dan memikat, Prof.Syafi Maarif
menyatakan Andrea langsung membidik
pusat kesadaran, sementara Ahmad Tohari
menyebut sebagai karya sastra bergaya
saintifk, cerdas dan menyentuh. Melampaui
domain ilmu sastra, tak heran apabila Laskar
Pelangi banyak dirujuk sebagai referensi karya
akhir akademik dan ilmiah, diseminarkan,
bahkan menjadi sumber gagasan para
penyusun kebijakan pendidikan negeri ini.
Tersebut dalam cerita bahwa SD
Muhammadiyah adalah sekolah paling miskin
di Belitong nyaris tutup lantaran tak mampu
memenuhi target murid minimum sebanyak
10 orang pada hari pertama masuk sekolah,
padahal sekolah tak mewajibkan iuran
Aku Bermimpi Melihat Surga
Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku mimpi melihat surga
Ternyata surga tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan
Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci
Aku meniti jembatan kecil
Seorang wanita berwajah jernih menyambutku
Inilah surga katanya
Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah
Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja
Menyirami kubah-kubah istana
Mengapa sinar matahari berwarna perak, jingga dan biru ?
Sebuah keindahan yang asing
Di istana surga
Dahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar sunyi yang
bertingkat-tingkat
Gelas-gelas kristal berdenting dialiri air zam-zam
Menebar rasa kesejukan
Bunga petunia ditanam di dalam pot-pot kayu
Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosen jendela tua berwarna biru
Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan dibalik tilam, indah sekali
Sinarnya memancar kedamaian
Tembus membelah perdu-perdu dihalaman
Surga begitu sepi
Tapi aku ingin tetap disini
Karena kuingat janjimu Tuhan
Kalau aku datang dengan berjalan
Engkau akan menjemputlku dengan berlari-lari
(kutipan halaman 181-182, Laskar Pelangi)
Features
Laskar Akunt an
Dituturkan Mustofa & Jan Hoesada
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
60
wajib apalagi uang sekolah. Hadir pada
hari itu hanya sembilan orang calon siswa,
dan Ibu Mus, guru sekolah amatlah cemas
bahwa sekolah harus tutup karena tak
mampu mencapai kuota minimum. Sekolah
menerima sumbangan sukarela orang tua
murid, memberi pendadaran Islam nan
tangguh sejak dini dan menampung anak-
anak yang ditolak oleh sekolah lain. Sekolah
kayu itu telah tiris atapnya, doyong dan
berlubang-lubang dindingnya , lantainya dari
tanah. Kepala sekolah bernama K.A. Harfan
Efendy Noor bin K.A.Fadillah Zein Noor,
sedang guru utama bernama panggil Ibu
Mus, adalah N.A.Muslimah Hafsari Hamid
binti K.A.Abdul Hamid seorang perempuan
muda rupawan selalu berjilbab. Parak jam
11, muncul Harun diantar bunda , maka
kelas bersiswa minimum terpenuhi oleh
kehadiran pemuda bermental terbelakang
yang berkaki X itu. Harun merupakan
pengecualian dari sistem , ia selalu ikut naik
kelas walau tak dapat berhitung, menulis dan
membaca. Ia bersahabat dengan Sahara.
Ibu Mus mengatur duduk, aku dan Lintang
karena sama berambut ikal, Trapani dan
Mahar karena keduanya paling tampan,
Borek dan Kucai karena keduanya sulit diatur,
N.A.Sahara Aulia Fadillah binti K.A.Muslim
Ramdhani Fadillah duduk bersama Akiong.
Seluruh murid suka nonton pelangi sebagai
kegiatan kolektif pada musim hujan, dan
Ibu Mus kelompok laskar pelangi . Menurut
Mahar, pelangi adalah lorong waktu
Dari semua murid baru, barangkali yang
paling ingin bersekolah adalah Lintang adalah
putra sulung nelayan Tanjong Kelumpang,
bersendal cunghai-terbuat dari ban mobil
dengan bau menyengat, setiap subuh harus
bersepeda melewati empat kawasan nipah
berawa-rawa dan berbuaya, sebuah pribadi
amat bersemangat dengan dialek Belitong
pelosok nan lucu. Matanya memancarkan
gairah dan minat pada semua hal,
kepalanya berputar-putar bak burung hantu
mengagumi penggaris kayu satu meter, vas
bunga tanah liat, papan tulis lusuh dan sisa
kapur tulis dilantai kelas. Pada hari pertama
, Lintang yang kemudian tertengarai genius
memegang pinsil seolah memegang belati.
Adalah ayah Lintang ingin putranya keluar
dari lingkarab kemiskinan, dan adalah
Lintang yang setiap pulang sekolah langsung
bekerja sebagai kuli kopra sebagai tanda
terima kasih bahwa ia diberi kemewahan
bersekolah. Ayahnya berharap suatu hari
nanti Lintang mampu menyekolahkan adik-
adiknya.
Beautiful mind Lintang mengalami episode
gemilang tatkala memenangkan lomba antar
sekolah, lalu memasuki episode kelam
tatkala ayahnya tak kunjung pulang dari
melaut menangkap ikan. Lintang berhenti
sekolah lantaran harus menafkahai adaik-
adiknya dan menjadi kepala keluarga.
Sebaliknya dari Lintang adalah Floriana yang
tomboy . Flo berasal dari sekolah mewah
SD Timah, pindah ke SD Muhammadiyah
karena merasa itulah tempat yang cocok bagi
jiwanya, terutama setelah melihat Mahar dan
kreasi tari SD Muhammadiyah pada suatu
perlombaan antar sekolah. Flo melarikan
diri malam hari agar ia dipindahkan ke SD
tersebut. Flo memilih duduk disamping
Mahar. Setiap pagi Flo diantar sopir ,
busana dan aksesoris Flo menyebabkan
ia seperti mahluk asing di sekolah kumuh
tersebut. Ia cantik, ramah dan rendah hati,
sikapnya amat santun pada para guru, selalu
datang pagi untuk menyapu sekolah dan
menyiram bunga. Bukan sebagai kekasih,
Flo bersahabat dengan Mahar, keduanya
pecandu mistik dan mitologi.
Karena tak ada biaya, Mahar mencipta
kereograf massal suku Masai dari Afrika
adalah penyebab perolehan piala itu, suatu
tarian dengan aksesoris kalung buqh aren,
rumbai, bulu ayam dan lukisan tubuh. Tarian
harus dilakukan dengan gerakan cepat,
ganas, rancak, patah-patah, bertenaga, kaki
yang mengehentak bumi atau mengais-
ngais, tangan dibuang kelangit, berputar
dalam formasi limgkaran, menunduk bagai
sapi menanduk lalu melompat berbalik,
lari tanpa arah dan kembali ke formasi
semula. Tak mengherankan performaing
art itu menimba tepuk tangan , kekaguman
penonot dan juri lomba. Sebagai pembangkit
energi , Mahar berucap : Dalam tarian ini
kalian harus mengeluarkan seluruh energi
dan harus tampak gembira!. Bersukacitalah
seperti karyawan PN baru terima jatah kain,
seperti orang Sawang dapat utangan, seperti
para pelaut terdampar di sekolah perawat!.
Inilah piala pengakuan Belitong pada SD
Muhammadiyah Belitong. Piala kedua
diperoleh pada pertandingan pengetahuan
antar sekolah, terutama karena kemampuan
Lintang berhitung diluar kepala.
Dilarang Masuk Bagi Yang Tidak Memiliki
Hak adalah tanda larangan perusahaan
tambang timah yang melukai hati orang
banyak, demikian pula senjang ekonomi
dan eksklusivitas gaya hidup penghuni
kawasan tertutup tersebut , memberi kesan
menjaga jarak dengan penduduk selebihnya.
Rumah bergaya Victoria, pada umumnya
berbangunan empat dan berselasar panjang
, diletakkan pada sebidang tanah berkontur
tinggi, ada taman, kolam, kaca kaca lebar
bertirai berlapis , ada patung anak-anak
gemuk dan telanjang memancarkan air dari
kemaluannya yang kecil dan lucu. Selasar
dihias barisan pot-pot kayu bunga anggrek
dan bejana keramik antik untuk tanaman
kaktus, dan rumah burung dara. Hamparan
rumput Manila pad ataman tanpa parit,
dihiasi palem raja, bambu Jepang dan pisang
kipas , ayam kalkun, kucing angora dan
anjing pudel.
SD Muhammadiyah itu menerima A Kiong,
yang berasal dari keluarga menganut Kong
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
61
Hu Cu . Tak ada diskriminasi , sebaliknya
A Kiong si wajah buruk itu penolong dan
ramah kepada siapapun, kecuali Sahara yang
menuang air minum ketubuhnya pada hari
pertama sekolah.
Kucai menjadi ketua kelas bertahun-tahun
, walau ia sendiri tak suka. Pada suatu
pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan
Bu Mus menyitir Khalifah Umar Bin Khatab
yang berujar bahwa barang siapa yang
ditunjuk seabagi amir dan ditetapkan gajinya
untuk itu, maka apapun yang ia terima selain
gajinya itu adalah penipuan.
Sekelas terpesona akan pencerahan itu,
dan Kucai makin merasa diperlakukan tidak
adil . Ujarnya ;Ibunda guru, Ibunda mesti
tahun bahwa anak-anak kuli ini kelakuannya
seperti setan. Sama sekali tak bias disuruh
diam, terutama Borek, kalau tak ada guru
ulahnya ibarat pasien rumah sakit jiwa yang
buas. Aku sudah tak tahan, Ibunda, aku
menunut pemungutan suara yang demokratis
untuk memilih ketua kelas baru. Aku juga
tak sanggup mempertanggungjawabkan
kepemimpinanku di padang Masyar nanti,
anak-anak kumal ini yang tak bias diatur
ini hanya akan memberatkan hisabku!.
Menanggapi unjuk rasa ketua kelas, kelas
mengadakan pemungutan suara, dan
mayoritas mereka memilih Kucai, kembali.
Borek penemu kaleng bekas minyak
penumbuh rambut bergambar pria bercelana
dalam merah, berbadan tinggi besar, berotot
kaat bertulang besi, berbulu bagi seekor
gorilla jantan , membangun gagasan tentang
diri, berlatih keras dan mendapat sebutan
Samson , dan memprovokasi setiap orang
untuk mencoba manfaat bola tennis dibelah
dua sebagai peniruan benda pembersih
kamar mandi yang bertangkai kayu dan
berujung karet hitam. Borek mungkin orang
pertama yang menetapkan dirinya ingin jadi
apa kelak.
Kecuali Bab 34, Bab Terakhir yang
dituturkan Syahdan Noor Aziz Bin Syahari
Noor Aziz, novel Laskar pelangi diceritakan
sebagai tuturan Ikal. Ikal berkolaborasi
dengan Syahdan menjadi manajer pembelian
kapur tulis sekolah, lantaran Ikal terpesona
jari dan kuku putri pemilik toko kelontong.
Cinta monyet berlangsung bertahun, adalah
cinta bisu tanpa jumpa, surat dan puisi
mengalir deras kepada A Ling mengandalkan
A Kiong , sanak A Ling sebagai kurir rahasia
, berpuncak pada katebelece jumpai aku di
acara sembahyang rebut dan pertemuan
remaja, dengan anti klimaks A Ling pindah
sekolah ke Jakarta. Kepada A Kiong , Aling
menitipkan sebuah buku harian yang berisi
salinan semua puisi Ikal dan sebuah buku
karya Heriot berjudul Seandainya Mereka
Bisa Bicara.
SD Muhammadiyah menghantar siswa
memahami keikhlasan, perjuangan dan
integritas. Lebih dari itu, perintis perguruan
ini mewariskan pelajaran yang amat
berharga tentang ide-ide besar Islam yang
mulia, keberanian untuk merealisasi ide
itu meskipun tak putus-putus dirundung
kesulitan, konsep menjalani hidup dengan
gagasan memberi masfaat sebesar-besarnya
untuk orang lain melalui pengorbanan tanpa
pamrih. Ajaran menjauhi materi dan syirik
, menjauhi budaya asing yang tak sesuai
budaya Melayu , ajaran tentang keaneka
ragaman masyarakat Indonesia , ajaran untuk
selalu belajar dan memberi, merupakan inti
pesan dari flm dan novel.
Hikmah bagi profesi akuntan mungkin
adalah sbb :
Mirip SD Muhammadiyah , keberadaan
profesi akuntan serasa terabaikan. Disaat
akuntan akan diatur dengan undang-
undang profesi , IAI maupun IAPI tidak
dimintai pendapat atau sumbangan pikiran
oleh tim penyusun naskah atau oleh DPR.
Dalam posisi yang dipinggirkan ini ada kata-
kata kepala sekolah SD Muhammadiyah
kepada Laskar Pelangi, yang kurang lebih
menyatakan jangan pernah kita menyerah,
bahwa kita harus menegakkan cita-cita dan
senantiasa berusaha. Pesan inilah selalu
membakar semangat laskar pelangi.
Anggota Laskar Pelangi hanyalah 10 oramg
terdiri dari murid pintar, agak pintar, kurang
pintar dan terbelakang. Kalau kita mau jujur
, golongan itu ada semua pada akuntan
publik . MasyaAllah ! Bahkan akuntan publik
muda jauh lebih sedikit dibanding akuntan
uzur dan atau berusia diatas lima puluh !
Kondisi yang memprihatinkan, walaupun
tanpa simbol gedung sekolah yang reyot
laskar kita benar-benar reyot atau akan
menuju keadaan yang reyot. Mudah-
mudahan hal itu tidak terjadi. Sementara itu
profesi lain seperti profesi dokter, hukum
seperti SD Timah yang berlimpah fasilitas,
kepercayaan masyarakat yg memadai dan
diterima pemerintah dengan lebih baik.
Setelah nonton laskar pelangi di Surabaya,
penulis meminta sahabat Erry Riana
Hardjapamekas ,mantan dirut Timah,
mantan wk ketua KPK dan mantan ketua
Dewan Kehormatan IAI untuk nonton.
Setelah beliau menonton , beliau membuat
sms kepada penulis. Begini isinya ;
Tembok pemisah antara Timah dan
masyarakat diruntuhkan oleh pak Kuntoro
waktu beliau menjadi Dirut Timah (dan
Erry Riyana Direktur Keuangan) kemudiaan
disaat Erry menjadi Dirut PT Timah, maka
SD Timah berubah menjadi SD negeri dan
tidak ada lagi pembatasan penerimaan
siswa. Seluruh masyarakat boleh masuk SD
Timah dan SD reyot itu tidak ada lagi. Penulis
belum bertanya apakah tidak ada lagi berarti
sudah diperbarui atau sudah ambruk.
Apkah kita perlu seorang akuntan seperti
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
62
Kuntoro dan Erry Riyana untuk mengangkat
derajat kita , yang mampu membongkar
yang reyot, membangun dan mengangkat
kesetaraan ! Mari kita renungkan siapa dan
perbuatan apa yang bisa mengangkat serajat
kita para akuntan publik ?
Perubahan kepemimpinan PT Timah itu
sekitar 20 tahun yang lalu terjadi pada saat
Kuntoro dan Erry Ryana berumur sekitar
40. Saat ini para akuntan lebih banyak
berumur diatas 50. Bahkan pengurus IAI
yang dibawah umur 50 dapat dihitung
dengan jari. Jadi, berlomba-lombalah hai
kaum muda akuntan mengisi posisi dari
atas sampai kebawah dari DPN, pengurus
IAPI,Dewan Standar dan lain-lain. Kita tidak
perlu mencari apa yang salah , bersegeralah
bekerja tanpa perhitungan, membangun
organisasi yang lebih mantap untuk kejajaan
laskar kita, organisasi kita.
Yang dapat mengubah, apakah itu
kepercayaan masyarakat maupun
pemerintah adalah PRESTASI. Laskar pelangi
dengan segala keterbatasannya memperoleh
2 piala kejuaraan antar sekolah di Belitong
, mampu membuka mata masyarakat dan
memperoleh kepercayaan kemudian bisa
membuka kelas baru (sampai anak Lintang
bersekolah di SD itu). Apa prestasi yang
perlu kita bukukan;
A. Berpraktik dengan baik sesuai aturan
profesi yang berlaku, menghindari kesalahan
karena nafsu semata-mata untuk mendapat
pekerjaaan dan tunduk terhadap klien.
Ukurannya mudah, selama tidak banyak
keluhan masyarakat atau kasus yg masuk ke
dewan pengawas profesi atau hasil temuan
review depkeu, artinya praktik kita sebagai
akuntan publik profesional makin baik.
B. Kita harus segera menyelesaikan
standar akuntansi internasional atau IFRS
agar produk akuntansi Indonesia dapat
disetarakan di dunia akuntansi internasional.
DPN telah menetapkan 2011 (atau 2012)
saat penerapannya, mudah-mudahan
DSAK kita bisa berpacu dengan waktu dan
menghasilkan yang terbaik.
Prestasi yang sebenarnya atau keadaan
yg seharusnya dicapai, apa yg diperlukan
? Tidak cukup bekerja keras tetapi juga
yang konsisten, taat azas, terus menerus,
tidak pernah menyerah atau dalam bahasa
sederhana istiqomah dari seluruh
pengurus, anggota dewan standar dan
para pelaku, para pekerja profesi. Mudah-
mudahan semangat Laskar Pelangi membuka
mata kita dan membakar semangat kita
untuk bekerja dengan istiqomah.
Saudaraku, marilah kita bangun negeri kita.
Surabaya, Idhul Fitri ,1429 H, tahun
kalender 2008.
Mustofa & Jan Hoesada.
Catatan Redaksi :
Tanggal 26 September 2008, Jan
Hoesada mendapat SMS dari Mustofa
yang meminta agar menikmati flm laskar
pelangi.Menghormati dengan tulusi pesan
tersebut , Jan nonton sendirian malam hari
tanggal yang sama, dan keesokan harinya
mempersiapkan e-mail kepada Mustofa
untuk proyek karangan bersama ini. Tanggal
28 September Mustofa melengkapi dan
menyempurnakan makalah. Mustofa adalah
seorang auditor senior, rekan senior KAP
dan anggota senior DPN-IAI, seorang
pemikir strategis terpenting pada IAI yang
mereformasi IAI & IAPI. Jan Hoesada
adalah anggota DSAK-IAI, anggota KSAP,
sebagai pemerhati sastra Indonesia yang tak
berdisiplin sejak SD, terutama puisi, pakar
bahasa pada Pusat Bahasa-Depdiknas,
anggota sidang pakar bahasa serumpun
Indonesia, Malaysia & Brunei Darussalam..
Prestasi yang
sebenarnya atau
keadaan yg seharusnya
dicapai, apa yg
diperlukan ? Tidak
cukup bekerja keras
tetapi juga yang
konsisten, taat azas,
terus menerus, tidak
pernah menyerah
atau dalam bahasa
sederhana istiqomah
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
63
T
oday, more than 100 countries on
all fve continents use International
Financial Reporting Standards
(IFRS), and over the next few years they will
be joined by many more. The number of
countries using IFRS is increasing rapidly,
says Sir David Tweedie, chairman of the
International Accounting Standards
Board (IASB), and it is expected to
rise substantially within a relatively
short timeframe. Which is why
ACCA has made IFRS one of its
themes for 2008, and is developing
a microsite dedicated to the subject,
and ofering articles, events and a
wealth of related resources (see
the news section).
IFRS are now either required or
permitted in numerous countries
from Australia to Zambia. All
European Union (EU) listed
companies (more than 6,000)
have been preparing accounts
in accordance with IFRS since
1 January 2005; during 2007,
Canada, Chile, Israel and Korea
all announced plans to abandon
national standards for IFRS; and
the major emerging and transition
economies of the world Brazil,
Russia, India and China are adopting or
considering the adoption of IFRS. There is
a clear momentum towards accepting IFRS
as a common fnancial reporting language
throughout the world, says Sir David, and
the benefts of adoption can be signifcant
for companies, investors and regulatory
authorities.
In the EU, for example, IFRS is helping
companies to cut their compliance costs, by
removing the need to consolidate diferent
national accounts into a single statement to
meet their home countrys requirements;
enabling investors to more easily compare
companies operating in
diferent jurisdictions; and
facilitating a more consistent
approach to supervision
by regulators across the
region.
But whereas the EU and
the European Parliament
have spearheaded the global
move towards international
standards, not all jurisdictions
have been quite so keen.
For IFRS to become
anything approaching a
global standard, some of
the worlds most important
economies still need to
converge their national
standards with international
standards. Of the G8
countries, Japan and the US
have been the most notable
laggards, but over the past
Global Standards
The US will now allow foreign private issuers to fle fnancial statements prepared in
accordance with IFRS without reconciliation to US GAAP. So the world is closer than ever
to a single, globally accepted set of fnancial reporting standards and its many benefts.
Internasional
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
64
year, both countries have made signifcant
moves towards international standards.
In August 2007, the Accounting Standards
Board of Japan (ASBJ) and the IASB
announced the Tokyo Agreement, an
initiative to accelerate convergence between
Japanese GAAP and IFRS and eliminate
major diferences between the two by the
end of 2008, with the remaining diferences
removed on or before 30 June 2011.
We have reafrmed our commitment
to convergence, says Ikuo Nishikawa,
chairman of the ASBJ, and are pleased
to have an opportunity to increase the
signifcant involvement of the ASBJ and
Japan more generally in the international
standard setting process.
Fast forward?
Japan started the process of convergence
back in 1997, with reforms to consolidation
policies, income taxes, employee benefts
and fnancial instruments, but bringing J-
GAAP closer to IFRS GAAP has been a
long and complex business. The Tokyo
Agreement resulted in short-term and long-
term convergence projects, but some of
the areas where deliberations are expected
to go on beyond 2011 may include fnancial
instruments, fair value measurements and
revenue recognition. All of which highlights
what those involved mean by the term
convergence.
Convergence has less to do with the
use of identical standards than it does
with comparability. It means that where
transactions are the same or similar,
the accounting should be the same, or
there should be enough transparency in
the disclosures to allow the reader to
understand the diferences. But it also
means that the standard setters involved
will make an ongoing efort to try to reduce
diferences between the systems over
time and this calls for give and take from
national and international standard setters.
The US and the IASB made a commitment
to convergence in 2002 with the Norwalk
agreement, in which they agreed to seek to
remove the diferences between their two
sets of standards, and this was reafrmed
in a February 2006 Memorandum of
Understanding. But the US took its biggest
step so far towards convergence in
December 2007, when it adopted rules to
allow foreign private issuers to fle fnancial
statements prepared in accordance with
IFRS without reconciliation to US GAAP.
The expanded use of a single, high-
quality accounting standard will eventually
empower investors to make better-
informed investment decisions by giving
them information that is more easily
comparable, says Christopher Cox,
Securities and Exchange Commission (SEC)
chairman. So, doing away with the need for
reconciliation for foreign issues that comply
with IFRS could be the frst step in a process
that eventually gives all US public issuers the
choice between fling their fnancials using
US GAAP or IFRS.
This has set of a debate about US
companies use of IFRS, says Richard
Martin, ACCA head of fnancial reporting,
but he doesnt expect to see much more
convergence between the two sets of
standards. This is just the US saying that
its contemplating the switch for all US
companies, he suggests, somewhere down
the line. Maybe in 2011, he adds.
In recent years, the need for a common
accounting language has become compelling,
says Cox, as, increasingly, investors seek
access to foreign markets and companies
seek capital outside their home markets.
Addressing the use of IFRS in US markets
is vitally important for American investors,
and will be critical in determining the role
that American capital will play in global
capital markets, he adds. Also, this year,
the SEC will consider how we will map the
future for US frms and IFRS.
If the US does decide to give US public
issuers the choice between fling their
fnancials using US GAAP or IFRS, it will
face many of the resourcing issues that EU
registrants faced in the run-up to the 2005
switch. IFRS are included in the ACCA
Qualifcation syllabus, and ACCA has also
introduced a Diploma in International
Financial Reporting (DipIFR), but IFRS are
not widely taught in the US (it is not covered
in the CPA exams, for instance) and this
lack of knowledge would make any move
towards IFRS particularly challenging.
As well as training staf to understand
the diferences between US GAAP and
IFRS, listed companies would also need
to modify their information systems and
internal controls. In the run-up to 2005,
Barclays Bank spent more than 50m in
Europe on its IFRS convergence project.
The associated activities take a great deal of
planning, coordination, time and efort, and
US listed companies will need to dig deep
and start planning as early as possible.
Clear as mud?
So, can we expect to see IFRS become a
truly global set of standards? Eventually,
says Richard Martin, but there are still some
barriers. Despite the worldwide convergence
of fnancial reporting standards, there is
still a chance that we will end up with too
many variations on IFRS for the standard to
be really global. There is an issue with the
application of IFRS in some jurisdictions,
says Martin. We need to encourage the
minimisation of diferences and delays, he
adds, particularly in Europe.
The EU may have spearheaded the move
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
65
towards IFRS when it mandated their
use for listed companies, but it has not
been entirely happy with the international
standards developed by the IASB. IAS 39,
the standard that deals with the recognition
and measurement of fnancial instruments,
has been a particular stumbling block
because of EU concerns about macro
hedge accounting and fair value. So, rather
than fully endorse IFRS as developed by the
IASB, the EU has adopted a work around,
resulting in fnancial statements that comply
with IFRS as adopted by the EU.
Because of this sort of tinkering, a set of
fnancial statements prepared using country
As GAAP is not automatically comparable
with a set prepared using country Bs GAAP,
even if they have both been prepared using
IFRS. These diferences must be eliminated,
asserts Martin. We need to be clear about
IFRS in accounts. They need to be the IASB
standard, not a version that is pretty close.
Lack of commonality also worries SEC
chairman Christopher Cox, and when
he announced the SEC rule change on
reconciliation he made it clear that it
would apply only to fnancial statements
prepared using IFRS as issued by the IASB.
Weve always said that our recognition
of IFRS depends on it being a single set
of internationally accepted accounting
standards, and not a multiplicity of accounting
standards interpreted diferently in every
country that uses them, he commented,
and there is still a possibility that we will end
up with at least three diferent versions:
IASB IFRS, EU IFRS and US IFRS.
IASB BACKGROUND
The move towards IFRS (as we now know
it) began in 1973, when an agreement
by professional accountancy bodies in
Australia, Canada, France, Germany, Japan,
Mexico, The Netherlands, the UK and
Ireland, and the US led to the foundation
of the International Accounting Standards
Committee (IASC), which preceded the
International Accounting Standards Board
(IASB).
The following year, the IASC published
its frst exposure draft and issued IAS 1,
Disclosure of Accounting Policies. It also
admitted its frst associate members (from
Belgium, India, Israel, New Zealand, Pakistan
and Zimbabwe), and started the long and
complicated process that could eventually
result in a single set of internationally
accepted accounting standards.
In 2001, 41 International Accounting
Standards later, the IASC changed its
structure. The International Accounting
Standards Committee Foundation (IASCF)
was incorporated in the US State of
Delaware, as a not-for-proft body with
responsibility for raising fnance, appointing
members and acting as an oversight body
for the newly formed IASB, a private UK
company, which was established to act as
an independent standard setter.
This makes the IASB a strange beast.
Although it is concerned with developing
and setting global standards, it does not
have the power to make the standards
obligatory. It does have immense power,
however, and as international adoption of
IFRS has increased, so have calls for the
IASCF and the IASB to meet the highest
levels of transparency and accountability.
Up to now, this has not been the case, says
Richard Martin, ACCA head of fnancial
reporting, and this is needed.
The IASCF and the IASB are working
to improve their governance structure
and strengthen their accountability to
stakeholders (including the jurisdictions
that apply IFRS). The IASCF is also trying to
develop a sustainable, broad-based funding
regime.
At the moment, the IASB is funded by
donations from the Big Four accountancy
frms, central banks and professional
accountancy bodies, plus contributions
levied from some (but not all) of the worlds
listed companies and the infuence of some
jurisdictions and organisations is, arguably,
disproportionate. The funding of the IASB
needs to be carefully balanced between
diferent interest groups and geographies,
says Martin, so that it is not too dependent
on any one interest group.
This article is contributed by ACCA and frst
appeared in its Accounting Link magazine,
a magazine for employers of fnance
professionals. ACCA is a leading global
professional body with 122,000 members
and 315,000 students in 170 countries. For
more information about ACCA, please visit
www.accaglobal.com
ai
M

I

T

R

A


D

A

L

A

M


P

E

R

U

B

A

H

A

N
A K U N T A N I N D O N E S I A
66
D
i Jepang sekarang ini sangat popular
sekali trend minum air segera
setelah Bangun pagi. Apalagi, test
ilmiah telah membuktikan keampuhannya.
Kami memberikan deskripsi penggunaan air
kepada pembaca kami dibawah ini. Terapi
air ini telah dibuktikan sukses oleh kumpulan
pengobatan Jepang untuk penyakit lama dan
serius dan juga penyakit modern.
Penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai
berikut :
Sakit kepala, sakit badan, system jantung,
arthritis, detak jantung cepat, epilepsi,
kelebihan berat badan, asma bronchitis,
penyakit ginjal dan urin, muntah-muntah,
asam lambung, diare, diabetes, susah buang
air besar, semua penyakit mata, rahim,
kanker, datang bulan lancar, dan penyakit
telinga, hidung dan kerongkongan.
METODE TERAPI
1. Setelah anda Bangun pagi sebelum
mengosok gigi, minum 4 x 160ml gelas air
2. Gosok dan bersihkan mulut tetapi
jangan makan ataupun minum apapun
selama 45 menit
3. Setelah 45 menit anda boleh makan
dan minum seperti biasa
4. Setelah 15 menit sarapan, makan
siang dan makan malam, jangan makan
ataupun minum apapun selama 2 jam
5. Untuk anda yang tua ataupun sakit
dan tidak dapat minum 4 gelas air pada saat
mulai bisa digantikan dengan meminum
sedikit air terlebih dahulu dan kemudian
ditingkatkan secara berkala hingga 4 gelas
per hari.
6. Metode diatas adalah terapi untuk
mengobati penyakit dari orang yang sakit
dan orang lain dapat menikmati hidup yang
sehat.
Daftar berikut adalah jumlah hari yang
dibutuhkan untuk terapi pengobatan/
control/mengurangi penyakit utama :
1. Tekanan darah tinggi (30 hari)
2. Asam lambung (10 hari)
3. Diabetes (30 hari)
4. Susah buang air besar/konstipasi
(10 hari)
5. Kanker (180 hari)
6. Tuberculosis (90 hari)
7. Pasien arthritis disarankan untuk
mengikuti
terapi diatas ini hanya 3 hari pada minggu
pertama dan dari minggu kedua dan
seterusnya setiap hari
Metode pengobatan ini tidak mempunyai
efek samping, tetapi pada saat pelaksanaan
pengobatan ini anda mungkin akan buang air
beberapa kali.
Adalah lebih baik jika kita melanjutkan terapi
ini dan menjadikan prosedur ini sebagai
rutinitas kerja dalam kehidupan kita. Minum
air dan tetap sehat dan aktif.
Hal ini masuk akal ... Orang Cina dan Jepang
minum teh hangat pada saat makan mereka
... bukan air dingin. Mungkin sudah waktunya
kita mengadopsi kebiasaan minum mereka
sewaktu makan !!! Tidak ada yang
dirugikan dari hal ini ...
Untuk yang suka minum air dingin, artikel
ini mungkin berguna untuk anda ... Adalah
enak untuk minum minuman dingin setelah
makan. Bagaimanapun, air dingin akan
memadatkan minyak yang anda konsumsi. Ia
akan memperlambat pencernaan.
Sekali kotoran ini bereaksi dengan asam,
ia akan dipecah dan diserap oleh intestine
lebih cepat daripada makanan padat. Ia
akan berbaris dalam usus besar. Dengan
cepat, ini akan berubah menjadi lemak dan
menjadi pemicu kanker. Adalah sangat bagus
untuk minum sup hangat ataupun air hangat
setelah makan.
Pesan yang serius untuk serangan jantung :
- Wanita seharusnya tahu jika tidak
semua simptom serangan jantung adalah
sakit pada lengan kiri.
- Berhati-hatilah terhadap sakit yang
sangat pada garis rahang
- Kamu mungkin tidak pernah
merasakan sakit pertama pada dada selama
serangan jantung
- Pusing dan keringat berlebihan
merupakan simptom pada umumnya.
- 60% dari orang mengalami serangan
jantung ketika mereka sedang tidur tetapi
tidak bangun lagi.
- Sakit pada rahang dapat
membangunkan anda dari tidur yang lelap.
Mari berhati-hati dan sadar. Makin banyak
kita tahu, kesempatan bertahan hidup
menjadi lebih besar ...
Seorang ahli jantung berkata jika semua
orang yang mendapatkan email ini
melanjutkan pengiriman kepada semua orang
yang mereka kenal, anda akan bisa pastikan
kita akan menyelamatkan setidaknya satu
nyawa.
selingan
MI NUM AI R PADA SAAT PERUT KOSONG
UNDANGAN RAPAT ANGGOTA UNDANGAN RAPAT ANGGOTA UNDANGAN RAPAT ANGGOTA UNDANGAN RAPAT ANGGOTA
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Wilayah Jawa Timur
Dengan berakhirnya masa kepengurusan IAI Wilayah Jawa Timur periode 2003-2007,
kami mengundang anggota IAI Wilayah Jawa Timur untuk hadir dalam Rapat Anggota
pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 29 November 2008
Waktu : Pukul 08.30 selesai (didahului seminar Risk Management:
Coordinating Corporate Investment and Financing Policies
dimulai jam 09.00 12.00)
Tempat : Aula Fadjar Notonegoro Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga Surabaya
Jl. Airlangga No. 4 Surabaya
Agenda Utama :
- Pertanggungjawaban pengurus IAI Wilayah Jawa Timur periode
tahun 2003-2007
- Program kerja pengurus periode tahun 2008-2012
- Pemilihan dan pengesahan Ketua IAI Wilayah Jawa Timur yang baru
Surabaya, 12 November 2008
Panitia Penyelenggara
Sekretariat : - Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Jawa Timur
Jl. Raya Ngagel 143 D Surabaya
Telp. 031-5021125 , 031-70652649 ; Fax. 031-5034633
Continuout lmprouement Center
PeIutihun Puguk revet A & sertu revet C
AnuIis iuyu {Cost AnuIyst}
AnuIis Akuntunsi & keuungun
ApIikusi Akuntunsi keuungun
PructicuI Audit Course
PeIutihun In House Truining untuk PubIik & Privute Sector
Workshop Seminur & TuIk Show
(021)715 - 444 - 55
IkatanAkuntan Indonesia menawarkan kegiatanTechnical Workshop yang bervariasi. Kegiatan kami didesain untuk para profesional yang
tertarik mengenai informasi terkini di bidang akuntansi, keuangan, auditing, dan jasa profesional lainnya dalam rangka pengembangan
pengetahuan dan praktik bisnis, keuangan, atestasi, nonatestesi dan akuntansi, baik bagi mereka yang sudah berada pada tingkat lanjut,
menengah, ataupun baru dibidang akuntansi.
IAI KNOWLEDGE CENTER
Kursus Brevet
Kursus Brevet AB
Kursus Brevet C
Eksekutif Sore I (Selasa - Kamis): 9 Des 08 - 19 Peb 09

Eksekutif Sore II (Senin,Rabu,Jumat): 24 Nov 08 - 15 Peb 09


Reguler Pagi & Siang (Sabtu & Minggu): 21 Des 08 - 5 Apr 09
Eks Sore I (Selasa & Kamis): 30 Des 08 - 16 Apr 09
Reguler Intensif (Senin s/d Jumat): 19 Jan 09 - 22 Apr 09
Reguler Ekstra (Senin,Rabu,Jumat): 27 Okt 08 - 16 Jan 09
Reguler Pagi (Sabtu & Minggu): 24 Jan 09 - 21 Mar 09
Informasi Pendaftaran
Reza - Faiza
Divisi Pendidikan IAI
Graha Akuntan, Jl.Sindanglaya No.1, Menteng
Jakarta Pusat.Tlp.(021) 319-04232 Ext.777,123,124,255 dan (021) 391-9089. Fax.(021)724-5078
Website : www.iaiglobal.or.id Email : registrasi@iaiglobal.or.id
Kursus Aplikasi Akuntansi
Kursus Aplikasi Akuntansi Dasar
J
o
i
n
u
s
Workshops Desember
A G E N D A
WORKSHOP
KURSUS 2008
Informasi
& Registrasi
&
PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan: Strategi Penyusunan
SPTPph Badan - Menghitung Mudah Pajak.
PSAK 16: Akuntansi Aset (PSAK Revisi 2007 sesuai dengan
IAS16)
Pajak Pertambahan Nilai dan Cara Mudah Menguasai Teknik
Pemeriksaan PPN& Restitusi PPN
PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum dan Aspek
Perpajaknnya
Penanganan Pemeriksaan Pajak dan Proses Keberatan Pajak
yang Efektif dan Efisien
PSAK 50 & 55 (Revisi 2007 sesuai dengan IAS32 & 39)
ISAK 8: Penentuan Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa
dan Penjelasan Lebih Lanjut Ketentuan Transisi PSAK 30 (2007)
Jadwal Pelatihan :
SKP :8
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)
Rp. 800.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :8
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 1.250.000,- (Anggota IAI)
Rp. 1.450.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :16
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 1.250.000,- (Anggota IAI)
Rp. 1.450.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :16
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 1.250.000,- (Anggota IAI)
Rp. 1.450.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :8
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)
Rp. 800.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :8
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)
Rp. 800.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :24
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 2.500.000,- (Anggota IAI)
Rp. 2.700.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :8
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 800.000,- (Anggota IAI)
Rp. 1.000.000,- (NonAnggota)
Jadwal Pelatihan :
SKP :8
Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)
Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)
Rp. 800.000,- (NonAnggota)
2 Desember 2008
2 - 3 Desember 2008
4 - 5 Desember 2008
10 - 11 Desember 2008
11 Desember 2008
12 Desember 2008
16 - 18 Desember 2008
19 Desember 2008
22 Desember 2008
Corporate Financial Planning, BudgetingandControl.
RiskAnalysisi inFinancial &Budgeting
p

o

t

o

n

g



d

i

s

i

n

i

ai ai ai ai ai
Saya berminat berlangganan majalah Akuntan Indonesia :
Pulau Jawa Rp. 20.000 ,-:
Paket 1 = 12 Edisi Rp. 216.000 ,- (Harga termasuk diskon 10%)
Paket 2 = 6 Edisi Rp. 114.000 ,- (Harga termasuk diskon 5%)
Luar Pulau Jawa Rp. 22.500,- :
Paket 1 = 12 Edisi Rp. 243.000,- (Harga termasuk diskon 10%)
Paket 2 = 6 Edisi Rp. 128.000,- (Harga termasuk diskon 5%)
Nama
Alamat
Telp/Hp/Fax
Paket yg dipilih
Mulai Edisi
Formulir Berlangganan
Pembayaran Tunai Transfer
Pembayaran transfer:
ke rekening IAI Wilayah Jakarta
Bank Central Asia
A/C No. 092.3009318
Kirimkanformulirinike:
RedaksiMajalahAkuntanindonesiaBagianLangganan
TelpNo.83707344,8353588,FaxNo.8290324
Tanda tangan :_____________________________________
Edisi No.12/Tahun II/Oktober 2008
ai
a k u n t a n
i n d o n e s i a
mi tra dal am perubahan
Harga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa)
Rp. 22.500,- (Luar Jawa)
CSR
Voluntary or Mandatory ?
Edisi No.11/Tahun II/September 2008
ai
a k u n t a n
i n d o n e s i a
mi tra dal am perubahan
Harga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa)
Rp. 22.500,- (Luar Jawa)
SUKSESI KEPENGURUSAN
IAI WILAYAH JAKARTA
2008
BUDGETING :
CASH VS ACCRUAL BUDGETING
BEYOND BUDGETING
ACTIVITY BASED BUDGETING
REALISASI APBN RENDAH?
/NE3TEP
!HEAD
BEAMEMBER
OFAPROFESSIONALBODY
4(%).$/.%3)!.).34)454%
/&!##/5.4!.43
Contact your nearest IAI Branch Ofce for more information

You might also like