You are on page 1of 7

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PONTIANAK

Adhitya Rahardhian

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan kegiatan remediasi dalam pembelajaran dan mengetahui besar pengaruhnya pada penurunan persentase jumlah miskonsepsi pada dinamika rotasi. Bentuk penelitian berupa Pre-Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 1 (28 orang) dan IPA 2 (28 orang). Tes yang digunakan disusun dengan metode CRI (Certainty of Response Index) termodifikasi berbentuk pilihan ganda berjumlah 12 soal dengan tiga soal untuk masing-masing konsep. Proporsi penurunan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 82,74%. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat menurunkan jumlah miskonsepsi secara signifikan (zhitung = -6,51 ; df = 55; 5%). Hasil uji McNemar menunjukan efektivitas remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran untuk masing-masing konsep yang tergolong tinggi, yakni: hubungan lengan momen terhadap torsi (0,69); hubungan momen inersia terhadap percepatan sudut (0,67); gerak menggelinding (0,94); dan kekekalan momentum sudut (0,82). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan secara lebih luas pada pengembangan remediasi yang dilakukan bersamaan ketika pembelajaran.

Kata kunci : integrasi remediasi dalam pembelajaran, dinamika rotasi, siswa SMA, miskonsepsi siswa, remediasi.

Pengantar Miskonsepsi dapat diperbaiki dengan mengadakan remediasi. Emi Sulistri (2010) memetaanalisis 13 skripsi mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Untan terbitan tahun 2009. Ditemukan tiga jenis remediasi miskonsepsi yang dilakukan yakni jenis remediasi umpan balik (3 skripsi), bacaan alternatif yang disusun dengan struktur refutation text (3 skripsi) dan pemberian pembelajaran ulang (7 skripsi). Pembelajaran ulang dilakukan setelah pembelajaran utama dilakukan. Berarti, perlu tambahan waktu. Penggunaan tambahan waktu di luar jadwal pembelajaran menjadi kelemahan remediasi dengan pembelajaran ulang ini. Karena itu, pilihan meremediasi miskonsepsi dengan pembelajaran ulang jarang dilakukan oleh para guru. Guru lebih memilih memberikan tes ulang satu atau dua kali lagi dibandingkan dengan melakukan kegiatan remediasi untuk membantu para muridnya mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Ironisnya, agar hasil tes semakin meningkat, sejumlah guru dengan sengaja mempermudah pertanyaan dalam tes ulang ini (Sutrisno, 2011).

Hingga saat ini, masih sangat sedikit sekolah yang menyediakan waktu tambahan khusus untuk remediasi. Sebagai contoh di SMA Negeri 9 Pontianak tidak tersedia alokasi waktu khusus untuk meremediasi siswa sehingga guru yang bersangkutan harus pandai mencari waktu di luar jam pembelajaran untuk mengadakan remediasi. Untuk mengatasi masalah ini perlu dicari remediasi miskonsepsi yang dapat dilakukan bersamaan dengan pembelajaran. Penelitian ini diarahkan pada integrasi remediasi miskonsepsi ke dalam pembelajaran fisika. Hal ini menjadi baru karena sejauh penelusuran literatur lewat internet dengan kata kunci integrasi remediasi miskonsepsi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris tidak ditemukan tulisan yang berhubungan. Pengintegrasian remediasi miskonsepsi ke dalam pembelajaran merupakan pendekatan kegiatan remedial yang bersifat pengembangan. Menurut Warkitri (dalam Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 6.30) melalui kegiatan remedial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar (mencapai kriteria keberhasilan) secara bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pengintegrasian kegiatan remediasi dalam pembelajaran pada penurunan persentase jumlah miskonsepsi pada materi dinamika rotasi. Dihipotesiskan bahwa integrasi remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran mempengaruhi penurunan persentase jumlah miskonsepsi siswa kelas XI SMA Negeri 9 Pontianak dalam mempelajari dinamika rotasi. Langkah-langkah implementasi remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran sebagai berikut. 1. Penyajian masalah Guru menampilkan sebuah soal diagnostik sebagai apersepsi. Soal tersebut merupakan salah satu dari soal pretes yang telah diberikan sebelumnya. 2. Identifikasi konsep Guru menyampaikan jawaban-jawaban soal yang miskonsepsi tanpa harus menyebutkan bahwa itu miskonsepsi. 3. Klasifikasi dan Verifikasi konsep Guru melakukan Tanya jawab kepada beberapa siswa sehingga diketahui konsepsi mengenai soal yang ditanyakan sebelumnya. Pertanyaan dilakukan pada siswa yang menjawab soal dengan menebak. 4. Pembetulan konsep Guru membetulkan konsepsi siswa dengan demostrasi atau Tanya jawab.

5. Mengetes konsepsi kembali Guru menampilkan sebuah soal diagnostik lain untuk mengetahui perubahan konsepsi siswa. Soal tersebut merupakan salah satu dari soal pretes yang telah diberikan sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilaksanakan dengan penelitian konvensional dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian konvensional

Metode Bentuk penelitian Bentuk penelitian berupa Pre-Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Rancangan ini mencakup satu kelompok yang diobservasi pada tahap pretes yang kemudian dilanjutkan dengan perlakuan dan postes (Creswell, 2010: 241).

Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak yang terdiri dari XI IPA 1 (28 orang) dan XI IPA 2 (28 orang). Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh populasi agar tidak terjadi perbedaan kondisi berupa halo effect antara kedua kelas ini. Halo effect is a psychological tendency many people have in judging others based on one trait that they approve of and concluding that the person must have other attractive traits. This one trait leads to the formation of an overall positive opinion of the person on the basis of that one perceived positive trait (Grcic, 2008: 1)

Pengumpulan Data Konsepsi awal siswa tentang dinamika rotasi sebelum pembelajaran diketahui dengan memberikan pretes. Konsepsi akhir siswa setelah pembelajaran diketahui dari postes. Pretes dan postes yang digunakan berupa pilihan ganda tanpa alasan sebanyak 12 soal dengan tiga pilihan yang dibuat sendiri oleh peneliti dan ada pula dari penelitian Juniardi (2009) sebanyak 4 soal. Jawaban yang bersifat tebakan ditetapkan dengan metode CRI (Certainty of Response Index) yang termodifikasi (Rini Muliani, 2011). CRI yang termodifikasi ini berupa tes pilihan ganda yang dalam satu konsep dibuat tiga bentuk soal yang terletak di nomor yang berbeda. Pada penelitian ini digunakan 12 soal yang mewakili 4 konsep pada dinamika rotasi, yaitu: 1. Hubungan lengan momen terhadap momen gaya (torsi) pada soal nomor 1, 5 dan 9. 2. Hubungan momen inersia terhadap percepatan sudut pada soal nomor 2, 6 dan 10 3. Gerak Menggelinding pada soal nomor 3, 7 dan 11 4. Hukum kekekalan momentum pada soal nomor 4, 8 dan 12 Satu konsep yang ditanyakan dalam tiga soal yang berbeda inilah yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat kepastian jawaban siswa (Rini Muliani, 2011: 46). Jumlah jawaban benar atau salah dari siswa kemudian diubah ke dalam skala 0-1 kemudian dikelompokkan ke dalam kategori menebak atau tidak menebak. Kombinasi jawaban untuk menentukan sifat jawaban dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kemungkinan kombinasi jawaban untuk menentukan sifat jawaban dengan metode Certainty of Response Index (CRI) yang termodifikasi Jumlah Jawaban Kombinasi Jawaban Status Siswa Sifat Jawaban Siswa Nilai Siswa Salah Benar
S S S S S B S B B B B B Keterangan : B = Jawaban yang benar S = Jawaban yang salah 0 1 2 3 3 2 1 0 Miskonsepsi Tidak Miskonsepsi Tidak Menebak Menebak Menebak Tidak menebak 1 0 0 0

Analisis Data Analisis dilakukan pada siswa yang tidak menebak dalam menjawab soal baik pretes maupun postes. Penurunan persentase jumlah miskonsepsi siswa dihitung dengan mengurangi jumlah miskonsepsi siswa tidak menebak pada pretes dengan jumlah miskonsepsi siswa tidak menebak pada postes dengan rumus berikut ini.

% penurunan jumlah miskonsepsi =

n0 n1 x100% n0

Keterangan: = Jumlah miskonsepsi tiap-tiap siswa dalam menyelesaikan pretes n0

n1

= Jumlah miskonsepsi tiap-tiap siswa dalam menyelesaikan postes

Signifikansi perubahan konseptual antara sebelum dan setelah remediasi dengan menggunakan remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran untuk masing-masing konsep digunakanlah uji McNemar (Siegel, 1986: 79). Efektivitas remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran pada tiap konsep dihitung dengan menggunakan Cramers V (Yatani, 2010). Tingkat efektivitas ditetapkan menggunakan barometer efektivitas John Hattie (2009). Untuk mengetahui signifikansi penurunan persentase miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan digunakan uji statistik Wilcoxon (Siegel, 1986: 99).

Hasil dan Pembahasan Hasil Hasil perhitungan menunjukkan bahwa proporsi penurunan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 82,74%. Efektivitas kegiatan remediasi tiap siswa dalam penelitian ini sebesar 0,82 (tinggi). Namun demikian masih ditemukan 6 orang siswa yang tidak mengalami penurunan jumlah miskonsepsi. Dari uji Wicoxon ditemukan bahwa remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat menurunkan persentase miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak (zhitung = -6,51 ; df = 55 5%).

Pembahasan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengintegrasikan kegiatan remediasi dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat menurunkan jumlah miskonsepsi siswa secara signifikan pada materi dinamika rotasi. Tingkat efektivitas remediasi untuk masing-masing konsep tergolong tinggi. Banyak penelitian yang berusaha mengatasi miskonsepsi dengan melakukan

pembelajaran ulang. Sejauh penelusuran literatur yang dilakukan belum ada penelitian yang mengintegrasikan remediasi dalam pembelajaran. Inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Langkah-langkah yang telah disusun dalam remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat diimplementasikan secara praktis oleh guru saat belajar di kelas. Sehingga alasan berupa kurang waktu dapat diatasi. Penelitian ini juga menyumbangkan implikasi teoritis mengenai pilihan meremediasi miskonsepsi siswa saat pembelajaran berlangsung sebagai kegiatan remediasi yang memiliki pendekatan pengembangan. Hasil penelitian ini membuka kesempatan untuk pengembangan model remediasi lanjutan yang terintegrasi dalam pembelajaran.

Simpulan dan Saran Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan kegiatan remediasi dalam pembelajaran dan mengetahui besar pengaruhnya terhadap penurunan persentase miskonsepsi siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak pada materi dinamika rotasi. Ditemukan bahwa remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat menurunkan persentase miskonsepsi (zhitung = -6,51 ; df = 55 5%). Proporsi penurunan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 82,74%. Efektivitas remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran tergolong tinggi. Mengingat bahwa penelitian ini menemukan bagaimana langkah-langkah remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat menurunkan miskonsepsi siswa, maka para guru sebaiknya mengembangkan langkah-langkah tersebut dalam pembelajaran. Diharapkan kegiatan remediasi dapat dilakukan. Selain itu, mengingat selama proses pembelajaran berlangsung. Remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran belum banyak diteliti dan dikembangkan, ada baiknya dilakukan penelitian pada materi dan waktu/siswa yang berbeda untuk meningkatkan validitas eksternal hasil penelitian ini.

Penghargaan Terima kasih kepada Dr. Leo Sutrisno yang telah bersedia mengoreksi dan memberi masukan pada artikel ini.

Daftar Referensi Creswell, John W. 2010. Research Designs. (Penterjemah: Ahmad Fawait). Yogyakarya: Pustaka Pelajar. Emi Sulistri. 2010. Efektivitas Kegiatan Remediasi untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa: Sebuah Rangkuman Meta-Analisis Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN 2009. Pontianak: FKIP UNTAN (skripsi). Grcic, Joseph. 2008. The Halo Effect Fallacy. (Online). (http://nb.vse.cz/kfil/elogos/mind/grcic08.pdf, dikunjungi 19 November 2011). Hattie, John. 2009. Meta Analyst in Education. (Online). (http://www.learningandteaching.info/teaching/what_works.htm, dikunjungi 28 November 2011). Juniardi. 2009. Deskripsi Miskonsepsi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pontianak tentang Dinamika Rotasi. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). Rini Muliani. 2011. Metode Certainty of Response Index (CRI) yang Termodifikasi untuk Menentukan Tingkat Kepastian dari Jawaban Siswa Kelas X dalam Memahami Materi Rangkaian Listrik Sederhana di SMA Kristen Immanuel Pontianak. Pontianak: FKIP UNTAN (skripsi). Siegel, Sidney. 1986. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Cetakan ke-2. (Penterjemah: Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang). Jakarta: Gramedia. Sutrisno, Leo. 2011, 13 November, hal: 2. Rancangan Percobaan. Pontianak Post. Sutrisno, Leo., Kresnadi, Hery & Kartono. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas. Yatani, Koji. 2010. Chi-square, Fisher's exact, and McNemar's test. (Online). (http://yatani.jp/HCIstats/ChiSquare.com. dikunjungi 10 Januari 2012).

You might also like