You are on page 1of 8

BAB X TEORI MOTIVASI KONTEMPORER DAN APLIKASINYA DALAM KOMUNIKASI

E. Teori Motivasi kontemporer. Yang digolongkan ke dalam teori-teori motivasi kontemporer adalah teori ERG ( Existence, relatedness and growth ), teori kebutuhan McClelland, teori evaluasi kognitif, teori penyiapan tujuan ( goal setting ), dan teori keadilan ( equity ). 1. Teori ERG Untuk menyelaraskann lebih dekat dengan penelitian empirik ,Clayton Alderfer dari Universitas Yale telah mengerjakan kembali dan merevisi teori Hierarki kebutuhan dari Maslow menjadi teori baru yang diberi label teori EGR. Alderfer menegaskan, bahwa adalah berhubungan denganmbuhan ( growth ). Kelompok eksistensi adalah menyangkut penyediaan tuntutan eksistensi material dasar ada tiga kelompok kebutuhan inti, yaitu: Eksistensi ( Existence ), keterhubungan ( relatedness ), dan pertu

manusia. Kelompok ini mencakup jenis-jenis yang dianggap oleh Maslow sebagai kebutuhan fisik dan keamaman. Kelompok kebutuhan kedua adalah keterhubungan, yaitu dorongan manusia untuk memelihara hubungan antar personal yang penting. Dorongan social dan status ini menuntut interaksi dengan orang lain. Kelompok kebutuhan ini selaras dengan apa yang dikemukakan Maslow sebagai kebutuhan social dan penghargaan ( social and esteem needs ). Kelompok kebutuhan yang ke tiga disebut oleh Alderfer sebagai kebutuhan pertumbuhan ( gowth needs ), yaitu dorongan intrinsic untuk perkembangan personal. Kelompok kebutuhan ini mencakup komponen-komponen intrinsic yang oleh Maslow digolongkan sebagai kelompok kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri. Perbedaan antara teori Hierarki kebutuhan dari Maslow dengan teori ERG dari Aldelfer, yaitu: Secara tegas teori ERG mengetengahkan, bahwa (1). Lebih dari satu kebutuhan mungkin berlangsung dalam waktu yang sama, (2).Jika kepuasan ( gratification ) dari kebutuhan tingkat tinggi tertahan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih rendah akan meningkat.Sebaliknya teori hierarki Maslow bersifat kaku , lebih merupakan langkah-langkah kemajuan yang hanya bisa dicapai melalui kebutuhan yang lebih rendah sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Tidak demikian halnya dengan teori ERG, bahwa seseorang dapat, Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

sebagai contoh, mengembangkan atau mengaktualisasikan diri meskipun kelompok kebutuhan eksistensi dan keterhubungan belum terpenuhi. Tiga kelompok kebutuhan bisa jadi berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Teori ERG juga memiliki dimensi frustrasi regresi. Maslow menegaskan, bahwa seseorang akan tetap tinggal pada tingkat kebutuhan tertentu sampai kebutuhan tersebut terpuaskan. Alderfer membantah pendapat tersebut dengan menyatakan, bahwa ketika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami frustrasi, dorongan individual pada tingkat kebutuhan yang lebih rendah akan meningkat. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami kegagalan untuk memenuhi kebutuhan interaksi social mungkin dorongan untuk mendapatkan uang lebih banyak akan meningkat. Jadi frustrasi dapat mengarah pada regresi terhadap kebutuhan yang lebih rendah. ( Robbins,1996: 219 ) 2. Teori Kebutuhan McClelland Teori ini memusatkan pada tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi ( Need for achievement/n-ach ), kebutuhan untuk berkauasa ( need for power/ n-pow ), dan kebutuhan untuk berhubunga ( need for affiliation/n-aff ) Kebutuhan untuk berprestasi ( n-ach ) adalah dorongan untuk mengungguli ( excel ), berprestasi dalam hubungan dengan seperangkat standar, dan haus akan keberhasilan. Beberapa orang memiliki dorongan yang sangat kuat untuk berhasil. Mereka haus akan prestasi personal dari pada imbalan tentang keberhasilannya.Orang-orang jenis ini memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dari pada yang dikerjakan sebelumnya. Dalam studi yang berjudul The Achieving Siciety ( 1961 ) McClelland mengemukakan, bahwa untuk memajukan masyarakat, dimulai dengan mengubah sikap mental ( attitude ) para anggotanya. Penelitiannya menunjukkan, bahwa masyarakat yang telah maju ternyata didorong oleh kebutuhan untuk pencapaian seseuatu atau need for achievement Kebutuhan untuk berkuasa ( n-pow )adalah dorongan untuk mempunyai dampak dan pengaruh serta mengendalikan orang lain. Seseorang yang mempunyai dorongan besar untuk berkuasa menykai tangung jawab, ingin mempengaruhi yang lain, lebih suka ditempatkan dalam situasi kompetitif dan situasi yang berorientasi status, serta cenderung lebih mementingkan gengsi dan pengaruh dari pada kinerja yang efektif. Sedangkan kebutuhan untuk berhubungan adalah terkait dengan dorongan ingin disukai dan diterima oleh orang lain. Individu-individu yang memiliki motif affiliasi haus akan pertemanan,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

lebih suaka pada situasi kooperatif dari pada kompetitif, serta dorongan relationshipnya melibatkan tingkat pengertian bersama yang tinggi. McClelland juga mengasumsikan, bahwa motivasi itu penting, namun hanya meruapakan satu unsure dari matriks kepribadian yang berpengaruh bagi pembangunan ekonomi. Unsur-unsur lain seperti: percaya diri, berorientasi ke depan, berkompetisi dan menyukai risiko semuanya merupakan unsure-unrur dari motivasi. 3. Teori Evaluasi kognitif ( Cognitive Evaluation Theory ).

Di penghujung tahun 1960-an seorang peneliti mengusulkan, bahwa pengenalan ekstrinsik, seperti gaji, untuk upaya bekerja sebelum terbukti bermanfaat atau menguntungkan secara intrinsik karena kesenangan dihubungkan dengan isi pekerjaan itu sendiri akan cenderung menurunkan keseluruhan tingkat motivasi. Proposal ini kemudian disebut sebagai Teori Evaluasi Kognitif, yaitu teori yang berhubungan dengan cara penggajian atau pengupahan orang di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Secara histories, teoritisi motivasi umumnya mengasumsikan, bahwa motivasi intrinsic seperti prestasi, tangung jawab dan kompetensi adalah bebas dari motivator-motivator ekstrinsik seperti gaji tinggi, promosi, relasi supervisor yang baik , dan kondisi-kondisi pekerjaan yang menyenangkan. Atau dengan lain perkataan , bahwa stimulasi yang satu tidak akan mempengaruhi yang lain. Akan tetapi teori Evaluasi Kognitif menyarankan sebaliknya. Teori ini menegaskan, bahwa ketika imbalan ekstrinsik digunakan oleh organisasi seperti pembayaran gaji sebelum terbukti kinerja , imbalan intrinsic yang didorong dari individual akan menurun. Dengan perkataan lain, bahwa ketika imbalan ekstrinsik diberikan kepada seseorang untuk menunjukkan kinerja tugas yang menarik, imbalan tersebut menyebabkan minat intrinsic dalam tugas itu sendiri akan menurun. 4. Teori Penyiapan Tujuan (Goal-Setting Theory ). sangat

Riset tentang teori penyiapan tujuan menekankan issu tentang bagaimana orang bekerja pada tingkat terbaiknya ( do on his or her best ), kita akan melihat sesuatu yang 1960-an, Edwin Locke mengemukakan,bahwa niat bekerja mengesankan dari efek spesifik tujuan, tantangan, dan umpan balik kinerja. Pada akhir tahun dalam mencapai suatu tujuan adalah sumber motivasi kerja yang besar.. Tujuan-tujuan menjelaskan kepada pegawai tentang kebutuhan-kebutuhan harus dipenuhi dan seberapa banyak upaya yang diperlukan.. Kita dapat mengemukakan, bahwa tujuan-tujuan spesifik akan meningkatkan kinerja; bahwa tujuantujuan yang sulit, apabila diterima, mengasilkan kinerja yang lebih tinggi dari pada tujuan-tujuan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

yang mudah; dan umpan balik mengarah pada kinerja yang lebih tinggi dari pada tidak ada umpan balik. Teori ini mengasumsikan, bahwa individual adalah committed pada tujuan, yang ditentukan bukan oleh rendahnya atau banyaknya tujuan, akan tetapi tujuan dibuat umum, ketika individu mempunyai lokus umumnya terjadi ketika tujuanpengendalian internal, dan ketika

tujuan-tujuan meruapakan kesiapan diri ( self set ) dari pada tujuan itu ditugaskan oleh orang lain. Atau dengan kata lain, seseorang mempunyai keampuhan diri ( self- efficacy ), yaitu ia secara individual yakin, bahwa ia mampu untuk menjalankan suatu tugas. Makin tinggi selfefficacy seseorang, makin yakin atau percaya diri untuk mampu berhasil menjalankan suatu tugas. 5. Teori Perkuatan ( Reinforcement Theory )

Teori ini merupakan sanggahan terhadap teori goal-setting. Sebelumnya adalah pendekatan kognitif mengajukan, bahwa tujuan-tujuan individual mengarahkan perilaku atau tindakannya. Dalam teori perkuatan , pendekatannya bersifat behavioristik, yaitu menekankan bahwa perkuatan mengkondisikan perilaku. Dua teori sebelumnya , yaitu evaluasi kognitif dan goa setting lebi bersifat filosofis, sedangakn teori perkuatan melihat perilaku sebagai keadaan yang disebabkan oleh lingkungan ( environmentally caused ). Teori perkuatan mengabaikan mengabaikan keadaan internal individual hanya pada apa yang terjadi pada orang ketika ia dan memusatkan melakukan beberapa tindakan. Dalam

bentuknya yang asli teori perkauatan mengabaikan perasaan-perasan, sikap-sikap, harapanharapan dan variable kogniotif lain yang dikenal mempengaruhi perilaku. Tidak disangsikan, bahwa perkauatan mempengaruhi perilaku, akan tetapi faktor tersebut bukan satu-satunya pengaruh. 6. Teori Keadilan ( Equity Theory )

Teori ini mengakui, bahwa indvidu-individu menyangkut tidak hanya jumlah imbalan absolut yang mereka terima bagi usahanya, tetapi juga tentang hubungan jumlah tersebut dengan penerimaan lainnya. Mereka mempertimbangkan hubungan antara input atau outcomes dengan input dan outcomes tentang lain-lain. Berdasarkan inputs seseorang, seperti upaya, pengalaman, pendidikan dan kompetensi, ia membandingkan outcomes seperti tingkat gaji, kenaikan gaji, pengakuan dan faktor-faktor lain. Apabila orang mempersepsikan suatu ketidakseimbangan relatif rasio outcome- inputnya, timbul ketegangan. Ketegangan ini

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

memberikan dasar untuk motivasi,

yaitu

orang bekerja keras sesuai dengan apa yang secara

mereka persepsikan tentang kewajaran dan keadilan. Teori keadilan menunjukkan, bahwa motivasi kebanyakan pegawai dipengaruhi signifikan oleh imbalan relatif juga oleh imbalan absolut. Beberapa issu kunci masih belum jelas, seperti : Bagaiman pegawai mendefinisikan input dan outcome?; Bagaimana mereka mengkombinasikan dan menimbang input dan outcome sampai kepada jumlah? Namun demikian, tanpa memperdulikan masalah-masalah tersebut, teori keadilan menawarkan kepada kita beberapa wawasan penting tenatng motivasi pegawai. 7. Teori Ekspektansi ( Expectancy Teory )

Dewasa ini, salah satu penjelasan tentang motivasi yang diterima paling luas adalah teori Ekpektansi dari Victor Vroom. Teori ini menandaskan, bahwa kekuatan tentang suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu tergantung pada kekuatan tentang ekspektansi, bahwa ketertarikan tindakan tersebut diikuti oleh outcome yang diberikan dan pada dari outcome terhadap individu. Teori Ekpekstansi mengemukakan, bahwa

seseorang dimotivasi untuk mendesak tingkat upaya yang tinggi, jika ia menyakini upaya akan mengarah pada penilaian kinerja yang baik; penilaian yang baik akan mengarah pada imbalan organisasi seprti bonus, kenaikan gaji, atau promosi; dan imbalan-imbalan akan memuaskan tujuan-tujuan personal.. Teori ini memusatkan pada tiga hubungan ( relationships), yaitu: a. kinerja; b. c. Hubungan Kinerja Imbalan: Tingkat yang diyakini individu, bahwa kinerja Hubungan Imbalan - tujuan-tujuan personal : Tingkat imbalan organisasi pada tingkat tertentu akan mengarah pada pencapaian outcome yang diinginkan; memuaskan tujuan-tujuan personal atau kebutuhan dan ketertarikan imbalan yang potensial bagi individu. F. Aplikasi Motivasi dalam Komunikasi. diaplikasikan dalam dunia pekerjaan , organisasi atau Hubungan Upaya Kinerja: Probabilitas yang dipersepsikan oleh individual yang mendesak sejumlah upaya yang diberikan akan mengarah pada

Teori motivasi paling banyak

perusahaan berhubungan dengan upaya meningkatkan kinerja yang sesuai dengan standar dan tujuan organisasi tersebut. Proses motivasi pada dasarnya menyentuh upaya perubahan sikap orang lain yang sesuai dengan harapan atau keinginan dari pemberi motivasi. Dalam perilaku komunikasi selain banyak digunakan istilah motivasi juga istilah reinforcement, Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

karena proses komunikasi juga merupakan upaya menyamakan persepsi dan atau pandangan, membangun citra mengubah sikap dan perilaku bahkan membentuk pribadi komunikan, sesuai dengan keinginan komunikator. Proses komunikasi bisa terjadi dalam banyak situasi, baik di tempat khusus maupun di tempat umum seperti: di rumah antara orang tua dengan anakanaknya atau antara anak dengan anak; di caf atau restoran antara pramusaji dengan tamu atau antara sesama tamu yang sedang membicarakan bisnisnya; di pasar antara pedagang dengan pembeli atau antara pedagang dengan pedagang; di kampus atau di ruang kuliah antara mahasiswa dengan mahasiswa atau antara mahasiswa dengan dosen; di pangkalan beca atau ojek antara sesama abang beca atau abang ojek atau dengan calon penumpangnya. Pendek kata , komunikasi terjadi hampir dalam semua aspek kehidupan manusia dalam pemerintahan antara presiden dengan menteriatau kontrak rumah berbagai tingkatan dan cara. Mulai dari yang membicakan

menterinya yang sedang membahas keadaan ekonomi dan politik sampai kepada tukang beca kelangkaan dan kenaikan harga minyak tanah petaknya yang hampir habis dan tidak ada uang untuk memperpanjang masa kontraknya. Dalam proses komunikasi , status komunikator bisa jadi perorangan, kelompok atau organisasi ( organized communicator ), seperti stasiun televisi, radio, surat kabar atau instansi lain yang menjalankan tugas dan fungsi menyampaikan top down, tapi bisa juga bersifat lateral, dan menyebarluaskan pesan atau informasi kepada pihak lain atau komunikan. Proses komunikasi bisa jadi bersifat linier satu arah atau timbal balik, beragam arah dan dinamis. Proses briefing, indoktrinasi, pengarahan, komunikasi yang disebut pertama, terjadi seperti dalam

propaganda, agitasi. Sementara proses komunikasi yang disebut kemudian, terjadi seperti dalam diskusi, sarasehan, debat, rapat, musyawarah. Komunikasi timbal balik dan satu arah bisa dilakukan baik secara langsung (face to face ) maupun melalui media. Umpan balik ( feedback ) dan atau tanggapan dalam proses komunikasi melalui media ,pada umumnya tidak bersifat langsung ( delayed feedback), kecuali pada situasi tele- conference atau tele- wicara. Konsep motivasi dalam komunikasi termasuk ke dalam perspektif interaksi social. Proses komunikasi merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik , sepanjang pesan atau informasi dan metoda termasuk penggunaan media komunikasi mampu menggugah dan menggerakkan komunikan kepada tindakan yang diharapkan komunikator. Pesan atau informasi akan berperan sebagai motivasi, apabila faktor tersebut merupakan bagian dari kebutuhan komunikan, baik sekarang maupun yang akan datang. Ketertarikan komunikan terhadap pesan atau informasi juga ditentukan oleh tingkat kerumitan dan kepraktisan pesan itu sendiri untuk dicerna dan dimanfaatkan dalam kehidupan komunikan sehari-hari. Komunikator juga menjadi faktor Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

motivasi ekstrinsik, apabila ia memiliki kredibilitas, yaitu dianggap mampu dan dipercaya oleh komunikan. Begitu pula sebaliknya proses komunikasi merupakan motivasi intrinsik, yaitu mencakup segala sesuatu kebiasaan dan latar belakang masing-masing keluarga, seperti etika, norma, agama, dan juga pengalaman lain yang diperolehnya di luar rumah, seperti tingkat pendidikan dan lingkungan pergaulan. Dengan demikian proses komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempertemukan aspekaspek motivasi ekstrinsik dengan aspek-aspek motivasi instrinsik untuk menyampaikan informasi, pesan atau dalam rangka mencapai pengertian dan kesepakatan tertentu pada berbagai tingkatan kehidupan manusia. Dalam komunikasi satu arah, dorongan atau motivasi yang muncul kepermukaan dalam bentuk sikap atau perilaku komunikator lebih dominan dari pada motivasi yang nampak pada komunikannya. Sedangkan pada komunikasi timbal balik ,motivasi antara komunikator dengan komunikan cenderung saling mempengaruhi, saling memperkuat atau memperlemah proses komunikasi yang sedang berlangsung. Motivasi baik pada komunikator maupun komunikan dalam komunikasi bentuk dan dalam situasi apapun selain beragam jenis , juga bersifat kompleks dan satu sama lain akan saling mempengaruhi. Menurut Noelker Schoenfeld ( dalam Sunario,1993:222 ), beberapa teknik motivasi meliputi: Pemberian informasi yang jelas tentang topik; Keterkaitan topik dengan komunikan; Uraian tentang kemudahan dan kesukaran yang akan dialami dalam proses belajar; Materi dan cara penyampaian yang menimbulkan perasaan menarik; Anjuran untuk belajar mandiri; Komunikator mengolah arus balik dan atau umpan balik dari komunikan. Selain itu Astrid S. Susanto-Sunario (Sunario,1993:222-223 ) mengemukakan, bahwa reinforcement atau penguatan/pemantapan kembali sebagai salah satu bentuk motivasi juga banyak digunakan dalam komunikasi. Reinforcement dikenal dalam dua bentuk, yaitu sebagai material reinforcement pemantapan materi dan reinforcement pemantapan social. Kecuali dalam iklan-iklan mengenai produk barang , di Indonesia, bentuk reinforcement yang kedua ini , belum banyak dilakukan, sehingga pesan atau informasi tentang banyak hal penting yang harus diketahui, dimengerti , dipahami dan dilaksanakan, atau suatu gagasan , program yang telah didifusikan dengan baik dalam masyarakat seringkali tidak dipelihara kesinambungan ( Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

continuity ) dan keberlanjutannya ( sustainability ), padahal pikiran, waktu yang dicurahkan. Rangkuman Teori Motif dan motivasi

telah banyak uang, tenaga,

banyak digunakan selain dalam dunia pekerjaan, perusahaan,

organisasi dan industri dalam rangka upaya meningkatkan cara kerja yang efektif dan efisien serta pencapaian kinerja pegawai atau pekerja seoptimal mungkin. Dalam bidang komunikasi, motivasi termasuk reinforcement sering digunakan dalam proses difusi inovasi dan diseminasi gagasan, program dan pesan-pesan social, iklan barang atau jasa dalam rangka membangun dan memelihara citra perorangan, kelompok, usahawan, politisi agar terjadi perubahan dan pembentukan sikap yang diharapkan. Teori motivasi awal mencakup teori hierarrki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori X dan Y dari dari Douglas Mc Gregor, dan Teori dua faktor Motivasi- Kesehatan dari Frederick motive sebagai sesuatu Herzberg. Meskipun teori-teori tersebut memandang unsure-unsur pada khususnya, sangat dikenal luas. Teori-teori motivasi kontemporer seperti ERG, teori kebutuhan (N-ach, n-pow dan n-aff )dari Mc Clelland, Evaluasi Kognitif, Reinforcement, keadilan ( Equity ) dan expectancy mengulas dan mengkaji ulang dengan dukungan data penelitian yang lebih komprehensif dan peranan serta aplikasinya tidak hanya dalam dunia pekerjaan semata-mata ,tapi dalam aktivitas yang lebih luas termasuk dalam bidang komunikasi penyebar serapan ( difusi ) serta diseminasi berbagai gagasan, program dan inovasi, baik yang bersifat komersial maupun ideal.

atau masing-masing berdiri sendiri , namun aplikasi dan peranannya dalam dunia pekerjaan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Marhaeni F. Kurniawati S.Sos.M.Si PSIKOLOGI KOMUNIKASI

You might also like