You are on page 1of 67

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB I PENDAHULUAN Dasar Teori BAKTERI Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme: 1. Bakteri
2. Archaea 3. Jamur mikroskopis

4. Virus 5. Protozoa
6. Mikro algae

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP A. Metode Lama


1. Superkingdom Prokariota

a. Kingdom Monera (Eubacteria dan Archaeabacteria) 2. Kingdom Eukariota b. Kingdom Protista : eukariota bersel tunggal terdiri dari 3 bagian Protophyta Protomycota Protozoa

c. Kingdom Fungi

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

d. Kingdom Plantae e. Kingdom Animalia B. Metode baru 1. Kingdom Prokariota a. Domain Bacteria b. Domain Archaea 2. Kingdom Eukariota 3. Domain Protista : protozoa, krisofita, slime molds (termasuk Chromista) :diatomae, haptofita 4. Domain Fungi 5. Domain Plantae : fungi (kapang + khamir), lichenes : tumbuhan, algae, bryophytes,

6. Domain Animalia : (metazoa) hewan

Eubacteria Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani yang memiliki arti "small stick".Memiliki ciri, yaitu: Prokariotik Uniseluler Tidak ada intron pada genom Mempunyai peptidoglikan pada dinding sel Didasarkan pada cocci, bacilli, spirilla Membutuhkan nutrient dan melakukan respirasi

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Bereproduksi dengan membelah, konjugasi, transformasi, dan transduksi. Prokariota tidak mempunyai membran inti ~ materi genetik terletak dalam sitoplasma/nukleoid. Archaebacteria Memiliki ciri: - Tidak mempunyai peptidoglikan pada dinding sel - Membran sel mengandung lemak yang komplek dan tidak ditemukan pada organisme lainnya. - Gen-gen diinterupsikan melalui intron-intron Klasifikasi dalam 3 kelompok : 1. Methanogensgas beracun pada oksigen 2. Thermaphileshidup pada temperature yang tinggi atau extreme 3. Halophileshidup pada larutan saline MORFOLOGI SEL BAKTERI - Ukuran sel bakteri 0,2 10 mm - Antar jenis bakteri dapat dibedakan berdasarkan: bentuk, komposisi kimia, kebutuhan nutrisi dan aktivitas biokimia. Secara umum bentuk sel bakteri dapat diamati dengan mikroskop cahaya
- Bentuk dasar sel bakteri terdiri atas 3 macam, yaitu ; coccus, bacil, dan spiral.

- Bakteri berkembang dengan pembelahan biner, sejumlah sel anak bergabung membentuk kelompok = koloni Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
a)

Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
o

Mikrococcus, jika kecil dan tunggal

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

o o o o o b)

Diplococcus, jka bergandanya dua-dua Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus Staphylococcus, jika bergerombol Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o o

Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

c)

Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o o

Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua. STRUKTUR SEL BAKTERI 1. Flagel Flagel adalah bagian sel yang berbentuk seperti benang 12-30 nm, umumnya terdiri dari protein (flagelin) berfungsi sebagai: alat gerak bakteri. Flagel mudah lepas, namun dapat tumbuh kembali dalam waktu 3-6 menit. Monotrikh Lofotrikh Amfitrikh Peritrikh : flagel tunggal, terdapat pada ujung sel. Contoh: Vibrio : flagela lebih dari 1 disalah satu ujung sel. Contoh: : flagel satu atau lebih di kedua ujung sel. Contoh: B. cereus : flagel terdapat di sekeliling sel. Contoh: Proteus

Pseudomonas

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

2. Filamen aksial Memiliki struktur sama dengan flagel berfungsi sebagai alat gerak pada Spirochaeta 3. Pili (Fimbria) diluar di dinding sel Adalah rambut pendek, yang terdapat di seluruh badan sel biasanya terdapat pada bakteri gram negative, berfungsi: - untuk adhesi bakteri dengan sel tubuh hospes, faktor virulens konjugasi antar 2 bakteri, transfer plasmid dari sel donor ke sel resifien. 4. Kapsul Beberapa bakteri mensintesis polisakarida yang berkondensasi dan membentuk lapisan disekeliling sel, pada medium agar, koloni bakteri berkapsul akan terlihat berlendir. Bakteri berkapsul tahan terhadap efek fagositosis dan faktor virulen.

5. Dinding sel Komposisi senyawa kimia dinding sel : Bakteri Gram positif : Asam teikoat Peptidoglikan lebih tebal (asam amino, N-asetilglukosamin, Asam N-asetilmuramat) Membran sitoplasma Bakteri Gram negatif : Lipopolisakarida Fosfolipid
5

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Lipoprotein Peptidoglikan lebih tipis Membran sitoplasma 6. Membran sitoplasma Membran sitoplasma berfungsi untuk mengatur keluar masuk zat kedalam dan keluar sel 7. Nukleoid Nukleoid tidak mempunyai membran inti dan nukleoid materi genetik: kromosom tunggal 8. Ribosom 9. Mesosom dalam dinding sel Mesosom terbentuk dari invaginasi membran plasma kearah dalam berperan dalam pembelahan sel. Kromosom bakteri (DNA) melekat pada septal mesosom. 10. Spora Spora dalam bentuk istirahat, bila keadaan lingkungan tidak menguntungkan: kering, panas dan zat kimiawi. Bila lingkungan membaik bergerminasi kembali membentuk sel vegetatif. Letak spora spora:terminal, subterminal dan sentral. Peranan Bakteri A. Bakteri yang menguntungkan: Bakteri pengurai Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisasisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri ini sangat

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

berperan dalam mineralisasi di alam dan dengan cara ini bakteri membersihkan dunia dari sampah-sampah organik. Bakteri nitrogen Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah. Bakteri usus Bakteri Entamoeba coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi membantu membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus.

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

1. Bakteri fermentasi Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan: Nama produk atau makanan Yoghurt Mentega Terasi Asinan buah-buahan Sosis Kefin Bahan baku susu Susu Ikan buahbuahan daging Susu

No.

Bakteri yang berperan Lactobacillus bulgaricus dan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Streptococcus thermophilus Streptococcus lactis Lactobacillus sp. Lactobacillus sp. Pediococcus cerevisiae Lactobacillus bulgaricus dan

Srteptococcus lactis

2. Bakteri penghasil antibiotik

Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah :

Bacillus brevis, menghasilkan terotrisin Bacillus subtilis, menghasilkan basitrasin Bacillus polymyxa, menghasilkan polimixin

B. Bakteri Merugikan

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Bakteri perusak makanan Beberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka mengubah makanan dan mengeluarkan hasil metabolisme yang berupa toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia. Contohnya :

Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan

pada makanan kalengan (botox)

tempe bongkrek

Bakteri patogen Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Bakteri penyebab penyakit pada manusia: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama bakteri Salmonella typhosa Shigella dysenteriae Vibrio comma Haemophilus influenza Diplococcus pneumoniae Mycobacterium tuberculosis Clostridium tetani Neiseria meningitis Neiseria gonorrhoeae Penyakit yang ditimbulkan Tifus Disentri basiler Kolera Influensa Pneumonia (radang paru-paru) TBC paru-paru Tetanus Meningitis (radang selaput otak) Gonorrhaeae (kencing nanah)

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

10. 11. 12.

Treponema pallidum Mycobacterium leprae Treponema pertenue

Sifilis atau Lues atau raja singa Lepra (kusta) Puru atau patek

Dekomposisi Bakteri bekerja secara terstruktur dalam proses degradasi organisme atau proses pembusukan mayat. Proses pembusukan berawal dari mikroorganisme, misalnya bakteri-bakteri yang hidup di dalam usus besar manusia. Bakteri tersebut mulai mendegradasi protein yang terdapat dalam tubuh. Jika seluruh jenis ikatan protein sudah terputus, beberapa jaringan tubuh menjadi tidak berfungsi. Proses ini disempurnakan bakteri yang datang dari luar tubuh mayat, bisa berasal dari udara, tanah, ataupun air. Seluruh jenis bakteri ini menyerang hampir seluruh sel di tubuh dengan cara menyerang sistem pertahanan tubuh yang tidak lagi aktif, menghancurkan jaringan otot, atau menghasilkan enzim penghancur sel yang disebut protease. Kemudian dengan berbagai jenis metabolisme, mikroorganisme mulai memakan jaringan mati dan mencernanya. Tak jarang kerja proses ini dibantu reaksi kimia alami yang terjadi dalam organisme mati. Bakteri heterotrof Tidak semua mikroorganisme mampu mendegradasi mayat. Kebanyakan mereka berasal dari jenis bakteri heterotrof. Bakteri ini membutuhkan molekul-molekul organik dari organisme lain sebagai nutrisi agar ia dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Berbeda dengan bakteri autotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan CO2 sebagai nutrisi makro serta bantuan dari cahaya matahari atau sumber energi kimia lainnya. Jenis bakteri heterotrof biasanya hidup dan berkembang biak pada organisme mati. Mereka mendapatkan energi dengan menguraikan senyawa organik pada organisme mati. Molekul-molekul besar seperti protein,

10

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

karbohidrat, lemak, atau senyawa organik lain didekomposisi metabolisme tubuh bakteri tersebut menjadi molekul-molekul tunggal seperti asam amino, metana, gas CO2, serta molekul-molekul lain yang mengandung enam nutrisi utama bakteri, yaitu senyawa-senyawa karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (O), fosfor (P), serta sulfur (S). Gram-negatif Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin). Media Pertumbuhan Mikroorganisme Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi.

Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (preenrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa

11

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.

EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.

Nutrient Agar

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak

12

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.

Nutrient Broth

Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut. 1. 2. Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air destilasi/aquadest. Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada

langkah pertama. 3. 4. 5. Atur pH sampai 7,0. Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml. Sterilisasi dengan autoklaf.

MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)

MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar

13

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung: 1. Protein dari kasein 10 g/L 2. Ekstrak daging 8,0 g/L 3. Ekstrak ragi 4,0 g/L 4. D (+) glukosa 20 g/L 5. Magnesium sulfat 0,2 g/L 6. Agar-agar 14 g/L 7. dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L 8. Tween 80 1,0 g/L 9. Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L 10. Natrium asetat 5 g/L 11. Mangan sulfat 0,04 g/L Plate Count Agar (PCA)

PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. Pewarnaan

14

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Bakteri merupakan organisme yang sanggat kecil yaitu rata2 berukuran lebar 0,5 1 mikron dengan panjang hingga 10 mikron. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian bagiannnya. Untuk melihat bakteri dengan jelas perlu dilakukan proses pewarnaan (Koes Irianto ,2006) Pewarnaan secara sederhana berarti mewarnai suatu mikroorganisme dengan suatu zat warna yang memperjelas suatu struktur tertentu. Sebelum suatu mikroorganisme dapat diwarnai, mikroorganisme tersebut harus difiksasi terlebih dahulu pada object glass. Proses fiksasi ini secara langgsung mematikan mikroorganisme tersebut dan melekatkannya pada object glass. Proses ini dilakukan dengan mengoleskan spesimen yang akan difiksasi pada object glass kemudian dibiarkan kering diudara. Dapat juga dilakukan dengan melewatkan object glass tersebut pada api beberapa kali (olesan menghadap ke atas) atau dengan menutupi olesan tersebut dengan metil alkohol selama 1 menit. Tanpa adanya fiksasi ini, zat warna akan melenturkan olesan mikroba dari object glass. (Tortora , Funke & case , 2007) Zat warna merupakan garam yang terdiri dari ion positif dan ion negatif dimana salah satu komponen tersebut berwarna dan disebut kromofor. Terdapat dua macam zat warna berdasarkan komponen warnanya. (Tortora , Funke & case , 2007)

Zat warna alkali yaitu bila komponen warnanya adalah ion positif misalnya kristal violet, biru.

Zat warna asam yaitu bila komponen warnanya adalah ion negatif misalnya eosin, fuchsin asam, dan nigrosin. Pada PH 7, bakteri bermuatan negatif sehingga komponen warna positif pada zat warna alkali terserap oleh dinding sel bakteri yang bermuatan negatif. Zat warna asam tidak terserap pada dinding sel bakteri sebab mempunyai muatan yang sama sehingga kompleks warna unggu kristal pada

15

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

waktu pembiasan dengan alkohol namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan (sel sel tampak merah muda). Diklasifikasikan sebagai gram negatif (Hardioetomo , 1985) Sifat Lapisan peptidoglikan Kadar lipid Resistensi terhadap alkali Resistensi terhadap tellurit Sifat tahan asam Bakteri gram positif Lebih tebal 24% Tidak larut Lebih tahan Ada yang tahan asam Bakteri gram negtif Lebih tipis 15 20 % Larut Lebih peka Tidak ada yang tahan asam Kurang peka Lebih peka Kurang tahan Lebih sederhana

Kepekaan terhadap penisilin Lebih peka Kepekaan terhadap streptomisn Kurang peka Digesti oleh enzim preteolitik Kebutuhan nutrisi Lebih tahan Lebih kompleks

Berbagai macam penyelidikan telah dilakukan dalam usaha menerangkan mekanisme pengecatan gram, namun sampai saat ini mekanismenya belum dapat dimengerti sepenuhnya. Terdapat tiga macam teori yang telah diusulkan untuk menjelaskan mekanisme ini. Perbedaan permeabilitas terdapat kelarutan kompleks zat warna iodin diusulkan oleh benians; perbedaan terhadap titik isoelektrik pada komposisi sel antara bakteri gram positif dan gram negatif diusulkan oleh stearn dan stearn dengan asumsi bahwa titik isoelektrik pada bakteri gram positif menghasilkan komplekls yang lebih stabil dengan pewarna primer dan kemudian diusulkan oleh churchman bahwa reaksi gram terjadi pada lapisan luar atau korteks dari sel sedangkan materi internal adalah gram negatif pada tiap bakteri. (Burrows, 1959) Reaksi gram bukanlah merupakan suatu ketentuan yang mutlak. Reaksi ini dapat berubah menurut umur biakan, PH, dan sebab sebab lain. Menurut Bartholomew dan Mittwer (1952 ), sinar ultraviolet dari 2537 Angstrom menyebabkan organisme gram negatif, maka besar kemungkinan sinar sinar

16

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

ultraviolet itu mempunyai pengaruh destruktif terhadap sel sel mikroorganisme tersebut. (Koes Irianto , 2006) Faktor faktor yang juga dapat menimbulkan keragaman dalam reaksi Gram ialah (Hadioetomo , 1985) Pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan Kerapatan sel pada olesan Konsentrasi dan umur reagen reagen yang digunakan untuk pewarnaan gram Sifat, konsentrasi dan jumlah pemucatan yang dipakai dan Sejarah biakan Sejarah biakan yang dimaksud di atas meliputi umur biakan secara keasaman atau alkalinitas (pH) kemudian tempat bakteri yang bersangkutan ditumbuhkan. Biakan organisme gram positif yang lebih tua (terutama bila memperhatikan autolitas) dan yang ditumbuhkan dalam medium asam seringkali tampak gram negatif atau gram variabel (artinya biakan yang sama menampakan selsel baik gram positif maupun gram negatif). Hal ini berkaitan dengan permeabilitas dinding sel pada biakan tua yang menyebabkan hilangnya sifat gram positif. Tetapi organisme gram negatif tidak menjadi gram positif terlepas dari umur atau medium yang dipergunakan. (Hadiotomo , 1985)

Pewarnaan tahan asam ( Acid Fast Staining ) Salah satu metode pewarnaan diferensial lain yang penting adalah pewarnaan tahan asam yang hanya berikatan kuat pada bakteri yang memiliki lapisan lilin pada dinding selnya. Mikrobiologis menggunakan pewarnaan ini untuk

17

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

mengidentifikasi genus Mycrobacterium termasuk Mycrobacterium tubercolosis, penyebab tuberkolosis dan Mycobacterium leprae, penyebab lepra. Pewarnaan ini juga digunakan untuk mengidentifikasi patogen dari genus Nocardia. (Tortora, Funke & Case, 2007) Teknik pewarnaan ini mulamula dikembangkan oleh Paul Ehrlicl pada tahun 1882 ketika meneliti M. Tuberculosis. Prosedur pewarnaan yang umum digunakan pada masa kini merupakan hasil perbaikan teknik Ehrlich yang asli , yaitu pewarnaan Ziebl Neelsen, dinamakan menurut kedua orang peneliti yang mengembangkannya pada akhir 1880-an. Prosedur ini menggunakan pewarnaan utama dengan pemanasan dan biru metilena Loeffler sebagai pewarna tandingan. Pada modifikasi teknik ini yang dikembangkan kemudian, perlakuan panas diganti dengan pembasah (suatu detergen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak) untuk menjamin penetrasi, pewarna yang mengandung bahan pembasah ini disebut pewarna Kinyoun. (Hadioetomo , 1985) Pada prosedur pewarnaan tahan asam, oleskan bakteri yang telah difiksasi diberi pewarna merah carbolfuchsin dan dipanaskan selama beberapa menit (pemanasan meningkatkan penetrasi dan retensi zat warna). Kemudian olesan tersebut dicuci dengan air lalu didekolorisasi dengan alkohol asam yang akan melunturkan warna merah dari bakteri yang tidak tahan asam. Bakteri tahan asam mempertahankan warna merah dari carbolfuchsin karena carbolfuchsin lebih mudah larut dalam lemak dinding sel daripada alkohol asam. Pada bakteri tidak tahan asam yang memiliki kandungan lipid yang sedikit, carbolfuchsin dengan cepat hilang pada proses dekolorisasi dan membuat bakteri tersebut tidak berwarna sampai diberi warna tandingan biru pada akhir prosedur. (Tortora , Funke & Case , 2007) Pewarnaan khusus Pewarnaan khusus digunakan untuk mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari suatu mikroorganisme, misalnya endospora dan flagela atau untuk menunjukan adanya kapsul. (Tortora , Funke & Case , 2007)

18

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Macam macam pewarnaan khusus antara lain : 1. Pewarnaan Granula Metakromatik Di antara bakteri bentuk batang gram positif, ada yang dalam sel nya ditemukan granulasi polifosfat yang disebut yang granula metakromatik atau volutin bodies. Granula ini bersifat kromofil dan metakromatik yang berarti memiliki aktivasi kuat terhadap zat zat warna dan seringkali tampak berwarna lain dari zat yang diberikan misalnya pada Corynebacterium diphteriae. (Koes Irianto, 2006) Pewarnaan Neisser

Pewarnaan ini menggunakan tiga macam zat warna yaitu Neisser A (biru metilen), Neisser B (kristal violet), dan Neisser C (Krisoidin atau Bismarck brown) hasil dari pewarnaan adalah warna biru hitam pada granula dan warna kuning (Krisoidin) atau tengguli (Bismarck brown) pada sitoplasma . Pewarnaan Albert

Prosedur dilakukan dengan mewarnai preparat menggunakan zat warna Albert selama 3-5 menit kemudian dicuci dengan air dan diberi larutan iodium selama 1 menit. Hasil pewarnaan ini warna biruhitam pada granul dan warna hijau pada sitoplasma . 2. Pewarnaan Negatif Kapsul Pewarnaan kapsul lebih sulit dilakukan dibanding pewarnaan lainya sebab materi penyusun kapsul larut dalam air dan dapat hilang pada penyucian. Untuk menunjukan adanya kapsul, mikrobiologis mencampur bakteri dalam suatu suspensi zat warna (biasanya tinta india atau nigrosin) untuk membuat latar yang gelap kemudian bakteri tersebut diwarnai dengan pewarnaan sederhana misalnya safranin. Karena susunan kimianya, kapsul

19

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

tidak menyerap zat warna sehingga tampak sebagai daerah kosong di sekitar sel bakteri yang berwarna. (Tortora, Funke & Case , 2007) 3. Pewarnaan Flagela Flagela bakteri merupakan alat pergerakan bakteri yang sangat kecil untuk dapat dilihat dengan mikroskop cahaya tanpa pewarnaan. Prosedur pewarnaanya menggunakan pemantek (mordant) dan zat warna carbolfuchsin. Mikrobiologis menggunakan jumlah dan susunan flagela sebagai bantuan diagnosa. (Tortora, Funke & Case , 2007) 4. Pewarnaan spora Jenis-jenis bakteri tertentu yang tergolong ke dalam genus Bacillus dan Clostridium, membentuk suatu struktur di dalam sel pada tempat tempat yang khas, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas dan unsur unsur fisik lainya seperti pembekuan, kekeringan, radiasi ultraviolet serta terhadap bahanbahan kimia yang dapat menghancurkan bakteri yang dapat membentuk spora. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. (Hadioetomo, 1985) Endospora tidak dapat diwarnai dengan cara biasa misalnya dengan pewarnaan sederhana gram sebab zat warna tidak dapat menembus dinding endospora tersebut. Cara yang umum digunakan dalam mewarnai endospora adalah metode Schaeffer Fulton. Pada pewarnaan ini, pewarna utama, Malachite green diberi pada olesan bakteri yang telah difiksasi dan dipanaskan selama sekitar 5 menit. Pemanasan ini membantu penetrasi zat warna pada dinding endospora. Kemudian olesan tersebut dicuci dengan air yang akan melunturkan malachite green dari semua bagian sel kecuali endospora lalu diberi pewarna tandingan yaitu safranin yang akan mewarnai bagian sel tersebut. Saat dilihat dengan mikroskop cahaya, endospora tampak berwarna hijau dalam sel vegetatif yang berwarna merah muda. (Tortora, Funke & Case , 2007)
20

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Dari pengamatan ini dapat juga diketahui letak dari endospora tersebut misalnya di bagian di bagian tengah sel (center), di ujung sel (terminal), atau berada diantara bagian tengah dan ujung dari sel (subterminal). (Burrows, 1959) Bakteri lebih sering di amati dalam olesan terwarnai dari pada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah lihat dan dipelajari. Pada umumnya olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran. Zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat baik kapsul atau flagella, maupun halhal terinci dalam sel. Zat warna yang mengungkapkan perbedaan kimia pada struktur bakteri dapat dipakai juga. Zat ini dinamakan zat pewarna diferensial.

21

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Tipe pewarnaan pada mikroba dibagi dalam dua keleompok besar, yaitu pewarnaan tunggal dan pewarnaan bertingkat. Pewarnaan tunggal yaitu pewarnaan yang hanya menggunakan satu jenis pewarnaan saja, missal dengan metilen biru, gentian violet, fuhsin basa, safranin dan sebagainya. Sedang yang dimaksud dengan pewarnaan bertingkat yaitu cara pewarnaan beberapa jenis pewarna secara bertahap. Ini mengingat bentuk dan sifat sel mikroba yang berbeda penerimaannya terhadap pewarna. Sehingga pada akhirnya cara pewarnaan bertingkat ini dapat pula dipergunakan sebagai salah satu cara untuk mebedakan kelompok mikroba. Untuk menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai, sedikit biakan disebarkan dalam setetes air pada gelas preparat.inilah yang dinamakan olesan. Olesan ini dikeringkan pada suhu kamar dan bakteri dapat dilekatkan erat ( difiksasi ) dengan jalan melewatkan gelas preparat ( olesan di permukaan atas) 2 atau 3 kali dengan cepat pada nyala api pembakaran bunsen. Jika sudah dingin, olesan sudah siap diwarnai. Secara altenatif, banyak labortorium memakai metanol untuk melekatkan bakteri pada gelas preparat, sebab panas mungkin dapat menyebabkan distorsi pada penampilan bakteri yang terwarnai. Cara ini yang dilakukan dengan meletakkan beberapa tetes metanol pada olesan kering di udara dan kemudian membiarkan olesan itu kering di udara lagi. Reaksi Pewarnaan Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan negatif, salah satu diantaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna itu berada pada positif ( yaitu, zat pewarna = Cl- ), sedangkan pada zat pewarna asam itu pada ion negatif ( yaitu, Na+ dan zat berwarna -). Hubungan bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri bereaksi dengan

22

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

ion positif zat pewarna basa. Lembayung kristal, safranin, dan biru metilen adlah beberapa zat pewarna basa yang lazim dipakai. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai olesan bakteri dengan zat pewarna asam menghasilkan hanya pewarna an pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna, teknik ini sangat berguna untukmengamati bentuk keseluruhan sel yang sangat kecil. Proses pewarnaan ini disebut pewarnaan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai olesan bakteri dengan zat pewarna asma menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna, teknik ini sangat berguna untuk mengamati bentuk keseluruhan sel yang sangat kecil. Proses pewarnaan ini disebut pewarnaan negatif. PEWARNAAN GRAM Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut: zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.

23

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Kegunaan dari metode pewarnaan gram adalah: untuk melihat/mengamati bentuk-bentuk sel-sel bakteri dan untuk mengetahui sifat reaksi pewarnaan bakteri, apakah negatif-gram (berwarna merah) atau positif-gram (berwarna biru). Pewarnaan gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel. Kelebihan dan kekurangan pengecatan gram Kelebihan : 1. Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika. 2. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore. Kekurangan : Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.

24

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB II METODE KERJA


Steril secara aseptis dengan jarum ose: Pijarkan Steril secara aseptis dengan jarum ose: Pijarkan jarum ose sampai batangbagian jarum ose sampai pada bagian pada ose, batang ose, dinginkan dinginkan

Teknik Aseptik

Jepit kapas penutup tabung/wadah larutan/biakan di sela-sela jari tangan kanan

Jepit kapas penutup tabung/wadah larutan/biakan di sela-sela jari tangan kanan

Ambil larutan/biakan dengan ose yang telah dipijarkan sebelumnya.

Letakkan lagi mulut tabung larutan/biakan di api

Tutup kembali dengan kapas penutupnya.

Pijarkan jarum ose di api

25

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Pengamatan Mikroskopik dan Motilitas Bakteri


1. Preparat ragi hidup dari biakan miring pada Saccharomyces cerevisiae

Ambil setetes air atau NaCl 0,9 % steril secara aseptis dengan pipet tetes atau jarum ose

Jepit kapas penutup tabung/wadah larutan NaCl 0,9 % di sela-sela jari tangan kanan

Lewatkan mulut tabung di api sebentar

Ambil larutan NaCl 0,9 % beberapa kali dengan ose yang telah dipijarkan sebelumnya

Letakkan di tengah-tengah kaca obyek hingga kurang lebih satu tetes

Lewatkan lagi mulut tabung larutan NaCl 0,9 % di api

Tutup kembali dengan kapas penutupnya

Pijarkan jarum ose di api

Dengan menggunakan jarum ose, ambil biakan ragi secara aseptis seperti cara di atas pijarkan jarum ose
26

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Jepit kapas penutup tabung biakan miring Saccharomyces cerevisiae.

Lewatkan lagi mulut tabung di api sebentar

Kemudian tutup dengan kapas penutupnya . Suspensikan sel-sel yang terdapat pada ujungujung jarum ose tersebut ke dalam larutan NaCl 0,9 %

Pijarkan kembali jarum ose di api

Siapkan kaca penutup yang tepi-tepinya telah diolesi vaselin

Tutupkan pada suspensi sel ragi tersebut (bagian yang bervaselin menghadap ke kaca obyek)

Amati preparat di mikroskop pada perbesaran 100 X, 400 X, 1000 X. Gambar sel-sel ragi yang anda amati pada perbesaran 1000 X

27

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

2. Preparat bakteri hidup dari biakan cair pada Echerichia coli Ambil setetes (4-5 ose) biakan secara aseptis menggunakan jarum ose

Siapkan kaca penutup yang tepi-tepinya telah di olesi vaselin

Tutupkan kaca penutup menghadap ke kaca obyek

Ambil preparat di mikroskop pada perbesaran 100 X, 400 X, dan 1000 X. Gambar sel-sel yang ada diamati pada perbesaran 1000 X .

Amati sifat pergerakan atau motilitas bakteri

28

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

3. Pembuatan preparat bakteri hidup pada biakan padat Staphylococcus aureus

Ambil 4-5 ose NaCl 0,9 % pada obyek gelas secara aseptis

Ambil 1 ose biakan padat dan disusupensikan (tanpa peralatan) pada obyek gelas

Siapkan kaca penutup yang tepi-tepinya telah diolesi vaselin

Tutupkan kaca penutup menghadap ke kaca obyek

Amati preparat di mikroskop pada perbesaran 100 X, 400 X, dan 1000 X

Gambar sel-sel yang ana amati pada perbesaran 1000 X

Amati sifat pergerakan atau motilitas

29

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Pewarnaan Gram Sel Bakteri (Gram Positif dan Gram Negatif) 1. Pembuatan peparat olesan bakteri untuk pewarnaan gram Echerichia coli Siapkan kaca obyek bebas lemak

Ambil 4-5 ose suspensi sel Bacillus subtilis (dari kultur cair) secara aseptis

Dengan jarum osesebarkan suspensi bakteri tersebut secara merata dari tengah-tengah kaca obyek kearah lurus (posisi jarum ose horizontal)

Bila biakan berasal dari biakan padat atau bukan kultur cair maka suspensikan dahulu sel-sel bakteri ke dalam larutan NaCl 0,85 %

Biarkan olesan bakteri kering di udara. Jangan dikeringkan dengan pemanasan. Bila perlu pengeringan cepat, lewatkn preparat di atas api spiritus pada ketinggian kurang lebih 33 cm diatas api spiritus

Lakukan fiksasi untuk melewatkan olesan bakteri pada kaca obyek diatas api spiritus

30

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

2. Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus Tetesi preparat olesan bakteri yang telah difiksasi dengan beberapa larutan karbolgentian violet (Gram I) biarkan selama 3 menit. Bilas air

Tetesi preparat dengan larutan lugol (Gram II) beberapa tetes. Biarkan selama 1 menit.

Bilas dengan air.

Cuci dengan larutan Gram III (alcohol 96 %) dengan memiringkan preparat lalu tetesi perlahanlahan dengan Gram III hingga tidak ada pewarnaan yang terlunturkan.

Bilas Preparat secara hati-hati dengan air

Tetesi preparat dengan larutan fuchsin (Gram IV) beberapa tetes.

Diamkan selama 2 menit

Bilas preparat dengan air. Kemudian keringkan di udara atau dengan cara menyerap kelebihan air dengan tissue

Ambil preparat di mikroskop dengan cara yang sama. Gambar sel-sel dan reaksi gram yang terlihat pada mikroskop perbesaran 1000 X.

31

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB III HASIL PRAKTIKUM Pengamatan Mikroskopik dan Motilitas Bakteri


a. Preparat ragi hidup dari Saccharomyces cerevisiae

Gambar sel-sel Saccharomyces cerevisiae (1000x)

Keterangan : Motilitas negative (diam)


b. Preparat bakteri hidup dari biakan cair pada Echerichia coli

Gambar sel-sel Echerichia coli (1000x)

Keterangan : Motilitas positif (bergerak)

32

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

c. Preparat bakteri hidup dari biakan padat Staphylococcus aureus

Gambar sel-sel Staphylococcus aureus (1000x)

Keterangan : Motilitas negative (diam)

Pewarnaan Gram
a. Gambar sel-sel Echerichia coli (1000x)

Keterangan : termasuk Gram (-) , Single cell, Batang pendek Warna sel : merah

33

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

b. Gambar sel-sel Staphylococcus aureus (1000x)

Keterangan : termasuk Gram (+), sel bergerombol, bulat-bulat Warna sel : ungu

c. Gambar sel-sel Bacillus subtilis (1000x) Keterangan : termasuk Gram (+), Single cell, batang panjang, bergandengan Warna sel : ungu

34

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengamatan Mikroskopik Yeast dan Sediaan Hidup Bakteri Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pengambilan air steril secara aseptis menggunakan jarum ose. Dengan cara menjepit kapas penutup tabung di selasela jari tangan, dilewatkan mulut tabung di api kemudian diambil air steril 4-5 ose dan diletakkan di tengahtengah kaca obyek. Setelah itu, mulut tabung dilewatkan lagi di api dan tutp kembali dengan kapas penutupnya, jarum ose juga dipijarkan di api. Pada praktikum ini penambahan air steril bertujuan untuk mengencerkan/mensuspensikan biakan bakteri atau jamur, dengan menggunakan ose. Pada setiap proses pewarnaan perlu dilakukan proses fiksasi terlebih dahulu untuk memperdsiapkan preparat, yang dimaksud dengan fiksasi ialah melekatkan bakteri pada kaca objek dilakukan setelah preparat kering. Selanjutnya diambil biakan menggunakan jarum ose secara aseptis seperti pada pengambilan air steril. Perlakuan secara aseptis dan steril ini bertujuan untuk membunuh dan melenyapkan semua mikroorganisme hidup yang terdapat di alat atau medium sehingga tidak ditumbuhi mikroba pencemar. Motilitas dapat diamati dengan baik pada biakan yang masih baru. Pada biakan yang sudah lama akan dapat menjadi penuh sesak dengan makhluk hidup yang giat dan banyak bakteri yang sudah mati, sehingga sangat sukar untuk mendapatkan sel yang motil, selain itu produksi asam dan produk yang bersifat racun dapat menyebabkan hilangnya motilitas sel bakteri pada biakan. Pengambilan ose pada biakan tidak boleh saat panas karena akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak dapat mengamati pergerakan mikroba tersebut. Setelah biakan diletakkan pada obyek tepat pada letak air steril, obyek ditutup dengan kaca penutup (cover) yang sebelumnya pada ujung telah diolesi vaselin. Dimana olesan vaselin pada cover berfungsi untuk mencegah penguapan.

35

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Dengan demikian dapat diamati

motilitas atau gerak bakteri melalui

mikroskop. Bakteri tersebut bergerak secara positif (bakteri bergerak tidak beraturan baik atasbawah maupun kanankiri) atau gerak negatif (bakteri tidak bergerak atau bergetar saja). Dan dari hasil praktikum kami yang menunjukkan gerak positif adalah pada bakteri Eschercia coli yang berbentuk cocobasil sedangkan pada gerak negatif adalah pada bakteri Staphyloccocus aureus yang berbentuk cocus dan jamur Saccharomyces cerevisiae. Pergerakan positif dari bakteri tersebut diakibatkan adanya flagella. Flagella pada bakteri berfungsi untuk bergerak. Flagella berbentuk panjang, ramping dan memiliki panjang sekitar 12 sampai 30 nm. Flagella dapat dilihat pada mikroskop cahaya jika ditambah dengan substansi khusus yaitu mordan yang merupakan substansi yang dapat mempertajam pengamatan yang berfungsi untuk membesarkan garis lengan flagella. Flagela tersusun atas tiga bagian, yaitu: pangkal (basal) adalah bagian yang berhubungan dengan membran plasma, Hook merupakan bagian dari flagella yang pendek dan filamen yang bentuknya seperti benang, panjangnya sampai beberapa kali melebihi panjang tubuhnya. Flagela yang ada pada bakteri selalu berliuk, apalagi jika bakteri sedang bergerak. Pergerakan bakteri yang diamati berbeda dengan gerak pada bakteri yang bersifat immotil/tidak bergerak. Pergerakan pada bakteri yang bersifat motil menunjukkan pergerakan yang lebih kompleks, menuju ke arah tertentu sedangkan gerak pada bakteri yang bersifat tidak motil adalah gerak statis atau bergetar saja dan terjadi karena adanya tumbukan antara molekul air/pelarut dengan molekul koloid. Tumbukan yang terjadi adalah lenting sempurna, artinya tenaga kinetik molekul pelarut dan partikel koloid sama tetapi karena partikel koloid lebih besar maka gerakannya lebih lambat jika dibandingkan dengan molekul pelarut.

36

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

B. Pewarnaan Gram Pada proses pewarnaan gram, digunakan empat macam zat yang memiliki fungsi tersendiri dalam pewarnaan tersebut. Tujuan masingmasing pewarnaan pada proses pewarnaan Gram antara lain :
a. Gram I yaitu larutan karbolgentian violet merupakan pewarna utama yang

berfungsi untuk memberi warna ungu pada dinding sel bakteri . b. Gram II yaitu larutan lugol berfungsi untuk menambah intensitas warna dari pewarnaan gram I.
c. Gram III yaitu larutan alkohol 96% berfungsi sebagai peluntur atau

decolorizer yang akan menghilangkan warna ungu dari pewarnaan gram I.


d. Gram IV yaitu larutan fuchsin berfungsi memberi warna merah sebagai

warna tandingan. Pada pewarnaan dengan pewarnaan gram didapatkan hasil bahwa Eschericia coli berwarna merah. Hal ini berarti Eschericia coli termasuk bakteri gram negative, sedangkan Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis termasuk bakteri gram positif karena pada pengamatan didapatkan warna ungu. Penyebab perbedaan warna ini antara lain:
a) Perbedaan struktur pada dinding sel Eschercia coli (gram negatif) dan

Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis (gram positif) yang mempengaruhi retensi atau keluarnya kompleks kristaliodin. Bakteri gram positif memiliki kandungan peptidoglikan (disacarida dan asam amino) yang lebih tebal pada dinding selnya dibandingkan pada dinding sel bakteri gram positif. Sebagai tambahan, bakteri gram negatif juga memiliki lapisan lipopolisakarida (lipid dan polisakarida) pada dinding selnya. Saat ditambahkan pada bakteri gram positif dan gram negatif, molekul kristal violet dan iodine memasuki sel dan membentuk kompleks kristal violet iodine yang berukuran lebih besar dan oleh sebab itu tidak dapat dilunturkan

37

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

melalui lapisan peptidoglikan dari sel gram positif. Sebagai akibatnya, sel gram positif mempertahankan warna dari zat warna kristal violet. Sedangkan pada bakteri gram negatif, alkohol merusak lapisan peptidoglikan dari dinding sel dan kompleks tersebut terlunturkan melalui lapisan tipis peptidoglikan. Akibatnya bakteri gram negatif tidak berwarna sampai diberi pewarna tandingan fuchsin. (Tortora , Funke & Case , 2007)
b) Dinding sel yang lebih tebal pada bakteri gram positif menyusut oleh

perlakukan alkohol karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan poripori dinding sel menutup sehingga memecah larutnya kompleks kristal violet iodine pada proses pelunturan. Di pihak lain, selsel gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding sel nya dan lipid umumnya larut dalam alkohol. Larutnya lipid ini memperbesar pori pori dinding sel sehingga proses pelunturan pada bakteri gram negatif berlangsung lebih cepat dan warna unggu menjadi hilang. (Hadioetomo , 1985)
c) Adanya kompleks proteinmagnesium ribonukleat pada dinding sel

bakteri gram positif yang tidak dijumpai pada dinding sel bakteri gram negatif kompleks tersebut mengikat kuat pewarna unggu pada dinding sel sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol, dinding sel tetap menggikat pewarna ungu dan tidak dapat mengikat pewarna fuchsin. Kompleks ini dapat dihilangkan dan membuat bakteri gram positif menjadi gram negatif dan apabila kompleks ini dikembalikan, bakteri tersebut ini akan kembali menjadi gram positif. Bakteri gram positif juga dapat dibuat menjadi gram negatif bila diberi perlakuan dengan ribonukleuse. (Burrows , 1959)

38

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB V KESIMPULAN
a. Saccharomyces cerevisiae dan Staphylococcus aureus memiliki motilitas

negative (tidak bergerak).


b. Echerichia coli memiliki motilitas positif (bergerak ke segala arah). c. Echerichia coli termasuk gram negatif dengan warna sel merah. d. Staphyllococcus aureus dan Bacillus subtilis termasuk gram positif

dengan warna sel ungu.

39

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB I PENDAHULUAN PEWARNAAN ZN Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan pewarnaan gram. Zat warna Ziehl Neelsen disebut juga zat pewarna tahan asam (acid fast stain). Pewarnaan ini digunakan untuk mengidentifikasi orgaisme bermarga Mycobacterium. Marga ini mempunyai banyak organisme baik yang tidak menimbulkan penyakit maupun beberapa pathogen virulen. Dua pathogen tersebut yang terpenting adalah Mycobacterium tubercolosis dan Mycobacterium leprae. Suatu Mycobacteria dikatakan tahan asam karena apabila diwarnai dengan zat pewarna merah (karbolfuksin). Sifat kimianya yang unik mampu menahan zat warna walaupun olesan yang terwarnai telah dicuci dengan alkohol asam. Perlakuan ini menghilangkan zat pewarna dari organisme lain dalam olesan. Suatu perkecualian pada bakteri pathogen yaitu marga Nocardia. Bakteri ini tidak setahan asam seperti Mycobacteria. Dengan pencucian yang terus menerus menyebabkan Nocardia kehilangan zat warna. Mycobacterium memiliki lapisan lilin yang mengandung asam mikolat disebelah luar dinding sel sehingga zat warna tidak dapat masuk ke dalam. Mycobacterium memiliki kandungan lipida yang tinggi dan mempunyai lapisan lilin di luar sel yang bersifat impermeable. Supaya zat warna dapat menembus ke dalam sel diperlukan pemanasan dan penambahan bahan kimia khusus. Untuk membantu perasukan dari zat warna, ditambahkan karbol fuksin yang mengandung fenol 5 %.

40

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Jika warna telah masuk ke dalam sel maka Mycobacterium akan tetap berwarna merah meski ditambahkan asam alkohol sebagai pemucat. Larutan pemucat dalam pewarnaan ZN lebih kuat karena mengandung HCl 3 %. Lamanya pemucatan tidak akan mempengaruhi reaksi pewarnaan ZN. Untuk dapat mewarnai Mycobacterium, Paul Ehrlich mewarnai

Mycobacterium dengan menggunakan larutan pemucat yang mengandung asam. Pewaranaan ZN digunakan saat ini merupakan penyempurnaan metode Ehrlich. Pada pewarnaan ini digunakan zat warna : Karbol fuksin Asam alkohol sebagai larutan pemucat Biru metil sebagai zat warna pembeda

PEWARNAAN SPORA Tidak semua bakteri dapat membentuk spora. Sifat dari endospora adalah tahan tehadap pemanasan. Pada bakteri spora berfungsi dalam mempertahankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba karena bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista berada dalam fase yang sama. Dimana kedua mikroorganisme ini berubah bentuk dalam usaha melindungi diri dari keadaan tidak menguntungkan. Hanya golongan basil yang membentuk spora, namun tidak semua golongan basil dapat mebentuk spora. Endospora lebih tahan terhadap pengaruh luar dibandingkan bakteri biasa yaitu dalam bakteri bentuk vegetatif.

Bentuk-bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini bergantung kepada spesiesnya. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula yang besar dari pada diameter sel induk. Sel yang mengandung endospora itu kemudian disebut sporangium atau kotak spora. Pembentukkan spora disebut dengan sporulasi, pada umumnya sporulasi mudah terjadi, apabila keadaan medium memburuk, zat-zat yang timbul sebagai tempat pertukaran zat menumpuk dan
41

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

faktor merugikan. Beberapa spesies bakteri dapat kehilangan kemampuan nya untuk dapat membentuk spora. Adanya spora dapat diketahui dengan pengamatan secara morfologi dan secara fisiologi. Bentuk spora dapat dilihat dengan mikroskop biasa, apalagi kalau spora itu diwarnai. Pewarnaan spora memerlukan pemanasan. Biasanya pewarnaan spora dipakai untuk menyebut alat pembiakkan yang terdapat pada jamur, ganggang, lumut, paku - pakuan. Istilah spora pada bakteri mempunyai arti yang lain. Spora bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terdapat pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase, dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor faktor luar yang tidak menguntungkan. Setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora atau dinding kista, dan tumbuhlah bakteri atau amoeba sebagaimana biasanya. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapa spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora ini lazim disebut endospora, ialah karena spora itu dibentuk didalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasnya, yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Menurut knaysi terjadinya spora atau sporulasi itu dapat dibagi atas 4 tahap :
1) Tahap permulaan, di mana koloni menunjukkan pertumbuhan yang sangat

lambat. 2) Selama beberapa jam kelihatan adanya bahan-bahan lipo protein yang mengumpul kesalah satu ujung sel, sehingga ujung itu sangat padat. 3) Maka timbullah bungkus yang menyelubungi calon spora. Selubung terdiri atas 2 lapis, yaitu kulit luar (eksin) dan kulit dalm (intin). Pada beberapa spesies inti itu menjadi dinding sel, apabila spora melanjutkan

42

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

pertumbuhannya menjadi bakteri biasa. Dinding spora melanjutkan pertumbuhannya menjadi bakteri biasa. Dinding spora itu imermeabel bagi zatzat yang dapat mengganggu kehidupan bakteri. 4) Pada tahap yang terakhir maka spora tampak berubah bentuk dan berubah volume. Endospora dapat tetap tinggal disalah satu ujung atau di tengah-tengah sel. Sel dapat pecah karena perkembangan endospora. Pecahan itu kemudian luluh menjadi satu dengan medium. Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang lebih kecil dan ada pula yang lebih besar dari pada diameter sel induk. Sel yang mengandung endospora itu kemudian disebut sporangium atau kotak spora. Biasanya satu sporangium berisi satu endospora, akan tetapi ada kalanya satu sporangium berisi dua spora, hal ini disebabkan karena pembelahan sel yang lambat. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap disenfektan, sinar, dan terutama terhadap kekeringan, panas, dan kedinginan. Hal ini disebabkan karena dinding spora sedikit banyak impermeabel, sedang banyaknya asam ribonukleat di dalam protoplasma dapat menawar pengaruh buruk dari sinar, lebih lebih dari sinar ultra violet. Berhubung spora itu mengandung sangat sedikit air, maka keadaan ini menyebabkan spora tidak mudah megalami perubahan temperatur. Jika keadaan luar menguntungkan, maka spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri biasa. Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora menjadi retak karenanya. Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung, tetapi dapat juga pada tengah-tengah spora, hal ini merupakan salah satu ciri khas pada Bacillus. Jika kulit spora pecah di tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada kedua ujung bakteri. Adanya spora dapat diketahui dengan pengamatan secara morfologi dan secara fisiologi. Bentuk spora dapat dilihat dengan mikroskop biasa, apalagi kalau spora itu diwarnai. Pewarnaan spora memerlukan pemanasan lebih dulu. Spora

43

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

yang tidak meresap zat warna nampak berlainan dari pada sporangiumnya. Jika spora tidak diwarnai, ia nampak sebagai benda yang agak suram di samping protoplasma yang tembus cahaya. Penyelidikan spora secara fisiologi dilakukan sebagai berikut: suatu koloni dipanasi barang 10-15C di atas temperature maksimumnya. Dengan demikian maka sel-sel vegetatif akan mati, akan tetapi spora-sporanya mungkin belum. Hal ini akan terbukti, jika kita mengadakan pemindaan piaraan ke medium baru yang disimpan dalam temperatur biasa. Jika tumbuh koloni-koloni baru, maka ini merupakan satu bukti ,bahwa bakteri yang kita selidiki itu mempunyai spora. Sporaspora tersebut bertahan, dapat mengatasi pemanasan ekstra.

44

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB II METODE KERJA Pewarnaan ZN pada Sel Bakteri (Bakteri ZN positif dan ZN Negatif) Siapkan preparat olesan bakteri Staphylococcus aureus yang telah difiksasi.

Tetesi dengan beberapa tetes larutan carbol-fuchsin (ZN I).

Sisihkan dari api hingga uap hilang.

Lalu panaskan lagi hingga timbul uap lagi dan lakukan lagi seperti sebelumnya sebanyak 2-3 kali (selama 4-5 menit). Jaga jangan sampai larutan pewarna mendidih atau mongering, tambahkan lagi larutan ZN I bila pewarna mulai berkurang / mengering. rutan / biakan di api

Dinginkan preparat. Bilas air, tetesi dengan larutan ZN II (larutan alcohol-HCl) hingga tidak ada pewarna yang terlunturkan.

Bilas secara hati-hati dengan air.


45

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Warnai dengan pewarna tandingan (ZN III), yaitu larutan biru metilen selama 30 detik. Bilas dengan air. Lalu keringkan-udarakan atau dikeringkan dengan cara menyerap kelebihan air dengan kertas saring atau tissue. Ambil preparat di mikroskop dengan cara yang sama. Gambar bentuk sel dan reaksi pewarnaan tahan asam yang terlihat pada mikroskop perbesaran 400 X dan 1000 X.

Pewarnaan Spora pada Sel Bakteri Siapkan preparat olesan Bacillus subtilis yang telah difiksasi.

Tetesi dengan eberapa tetes larutan malachite- III), Warnai dengan pewarna tandingan (ZN green (SF I). yaitu larutan biru metilen selama 30 detik.

Panaskan di atas api spiritus hingga timbul uap.

Sisihkan dari api hingga uap hilang.

Lalu panaskan lagi hingga timbul uap lagi dan lakukan lagi seperti di atas sebanyak 2-3 kali (4-5 menit).

Jaga jangan sampai larutan pewana mendidih atau mongering, tambahkan lagi larutan SF I selama pemanasan untuk mencegah pengeringan

46

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Dinginkan preparat. Bilas dengan air hingga tidak ada pewarna terlunturkan.

Tetesi denga larutan fuchsin basa selama 1 menit

Bilas dengan air. Lalu kering-udarakn atau dikeringkan dengan cara menyerap kelebihan air dengan kertas saring atau tissue Ambil preparat di mikroskop dengan cara yang sama. Gambar bentuk sel dan reaksi pewarnaan tahan asam yang terlihat pada mikroskop perbesaran 400 X dan 1000 X.

Lakukan pengamatan juga pada preparat Echerichia coli yang telah disiapkan petugas.

47

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB III HASIL PRAKTIKUM Pewarnaan ZN pada Sel Bakteri (Bakteri ZN Positif dan ZN Negatif) Preparat olesan bakteri Staphyllococcus aureus Gambar sel sel Staphyllococcus aureus

Keterangan : Warna sel Sel termasuk ZN : biru keunguan : negative

Preparat olesan bakteri Mycobacterium tuberculosis Gambar sel- sel Mycobacterium tuberculosis

Keterangan : Warna sel : merah

48

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Sel termasuk ZN

: positif

Pewarnaan Spora pada Sel Bakteri


a. Preparat olesan Bacillus substilis

Gambar sel-sel Bacillus substilis (1000x)

Keterangan : Bentuk sel vegetative : batang atau basil yang panjang Warna sel Warna spora Letak spora : merah muda : hijau : central

b. Preparat olesan Echerichia coli

Gambar Echerichia coli (1000x)

49

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Keterangan : Bentuk sel vegetative Warna sel Spora : cocobasil (tidak bulat dan tidak batang) : merah : tidak ada

50

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pewarnaan ZN

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan didapat bahwa, Staphylococcus aureus yang diberi pewarna ZN berwarna ungu. Hal ini membuktikan bahwa Staphylococcus aureus termasuk bakteri ZN negatif atau dapat dikatakan bahwa Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang tidak tahan asam. Karena dinding sel dari Staphylococcus aureus bersifat tidak tahan asam sehingga akan melepas pewarna pertama (merah) setelah pelunturan dan dengan pemberian metilen blue akan memberikan warna ungu atau biru. Pada pewarnaan ZN dilakukan proses pemanasan untuk mebantu penetrasi pewarna ke dalam lapisan lilin tebal yang menyelubungi dinding sel bakteri gram ZN positif. Pada bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bersifat ZN positif, dinding selnya bersifat tahan asam karena adanya kandungan asam mikolat yang tinggi pada lipid penyusun dinding selnya, yaitu sekitar 60%. Bakteri ZN positif pada saat diwarnai dengan pewarna merah akan mengikat warna tersebut. Selanjutnya pada proses pelunturan dengan alkohol asam dinding selnya tetap mempertahankan pewarna merah karena lipid (asam mikolat) bersifat tidak terlunturkan oleh alkohol asam. Jadi pada saat pemberian warna ketiga (ungu), dinding selnya tidak dapat mengikat pewarna ungu tersebut dan tetap bewarna merah.

51

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Bakteri ZN negatif tidak mempunyai asam mikolat pada dinding selnya sehingga lipid pada dinding selnya akan larut oleh pemberian alkohol asam dan melepaskan pewarna merah. Selanjutnya sel akan tewarnai dengan pewarna ke tiga (ungu). Hal ini membuktikan bahwa dinding sel Staphylococcus aureus tidak mengandung asam mikolat sehingga bakteri ini termasuk bakteri yang bersifat ZN negatif.
B. Pewarnaan Spora

Spora bakteri berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dari lingkungan yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk spora berasal dari bakteri Gram Positif, seperti dari genus Bacillus, Clostridium. Macam-macam letak endospora : Sentral Terminal Subterminal : di bentuk di tengah-tengah sel : dibentuk di ujung : dibentuk dekat ujung

Lokasi spora membantu identifikasi berbagai spesies bakteri Spora tahan terhadap proses pewarnaan biasa, tetapi beberapa pewarna basa dapat dipaksa masuk ke dalam spora dengan cara pemanasan (pori-pori spora membesar sehingga zat warna dapat masuk). Sekali spora menyerap zat warna maka spora tidak mudah di dekolorisasi (dilunturkan warnanya). Sedangkan zat warna dapat dengan mudah dicuci dari sel vegetatif. Karena itu, saat olesan dicuci dan diberi pewarna tandingan dengan zat warna kedua, spora akan tetap mempertahankan pewarna pertama dan sel vegetatif akan menunjukkan warna dari pewarna kedua. Dalam praktikum pewarnaan spora pada bakteri Bacillus subtilis setelah diberi warna safarin I (larutan melachite green) dilakukan pemanasan 2-3 menit yang ditujukan untuk membantu masuknya pewarna menembus kulit spora yang tebal, dengan adanya pemanasan pori-pori membesar, spora meregang dan zat warna dapat masuk dengan mudah. Pewarna pertama untuk spora belum tentu
52

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

malachite green, bisa juga menggunakan pewarna lain, misal karbol fuchsin yang berwarna merah, tapi proses tetap diikuti dengan pemanasan. Pada pewarnaan karbon fuchsin, spora berwarna merah. Malachite green segera masuk ke dalam spora dan spora yang telah terpisah dari sel vegetatif akhirnya terlihat berwarna hijau pada perbesaran dengan mikroskop. Selanjutnya karena spora telah terpisah dari sel vegetatif dan berwarna oleh safranin I, maka sel vegetatif terakhir terlihat berwarna merah karena warna yang terserap adalah warna merah dari safranin II yang terakhir diberikan dan dibiarkan 1 menit, dibilas dan dikeringkan.

53

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB V KESIMPULAN
a. Staphylococcus aureus termasuk bakteri yang tidak tahan asam karena

dalam pewarnaannya ZN negatif.


b. Mycobacterium tuberculosis termasuk bakteri yang tahan asam karena

dalam pewarnaannya ZN positif.


c. Bacillus substilis memiliki spora berwarna hijau dan letaknya dominan

sentral. Dengan bentuk sel vegetative batang atau basil yang panjang dan warna sel merah.
d. Echerichia coli tidak memiliki spora, memiliki bentuk sel vegetative

coccobasil dan warna sel merah.

54

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB I PENDAHULUAN JAMUR Latar belakang teori Fungi merupakan sebuah kingdom, atau kerajaan dalam susunan taksonomi makhluk hidup. Kedudukannya sejajar dengan hewan and tumbuhan. Sebagai kingdom fungi memiliki filumfilum dibawahnya. Sampai saat ini telah dibentuk tujuh filum, yaitu Chytridiomycota, Neocallimastogomycota, Blastoclamycota, Microsporidia, Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, tidak berklorifil, berupa sel atau benang bercabangcabang, dengan dinding dari selulosa atau dari kitin, atau dari keduanya, dan pada umumnya secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan jamur Perkembangbiakan jamur secara aseksual dapat berlangsung dengan berbagai cara : 1. Jamur bersel satu berbiak dengan membelah diri, atau dengan bertunas. 2. Sepotong miselium atau sepotong hifa dapat memulai (melanjutkan) keehidupan koloni.

55

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

3. Banyak jamur menghasilkan konidia, yaitu ujung hifahifa tertentu yang

membagibagi diri menjadi bentukbentuk yang bulat, atau yang serupa telur, atau yang serupa empat persegi panjang. 4. Ujung hifa pada beberapa jamur dapat menggelembung merupakan suatu wadah, sedangkan protoplastnya membagibagi diri menjadi suatu spora.

Pembiakan secara seksual memerlukan dua jenis jamur yang cocok, artinya yang dapat kawin. Untuk kecocokan ini kita berikan istilah kompatibel. Dua jenis yang kompatibel kita tandai dengan (+) dan (-) atau dengan A dan a, atau dengan kode lain.

KLAS ASCOMYCETES

Sifat sifat umum Ascomycetes: 1. Hifa bersekatsekat, tiap sel lazimnya berinti lebih dari satu. 2. Ascomycetes tidak menghasilkan spora kembar. 3. Ascomycetes mempunyai alat pembentukan spora yang disebut askus.

KLAS ZYGOMYCETES

Jamurjamur dari kelas ini tidak mempunyai spora kembar, karena itu ada ahli yang menamakannya Aplanatae. Ciri utama dari klas ini adalah : 1. Pembiakan seksual dengan gametangiogami yang menghasilkan zigospora.
2. Pembiakan aseksual dengan spora tak berflagel (aplanospora), dan spora ini

berupa sporangiospora atau berupa konidia.

56

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Saccharomyces cerevisiae Termasuk golongan Ascomycetes yang tidak memiliki hifa dan tubuh buah. Memiliki fulting body yang mengandung kantung yang disebut askus dan didalam askus terdapat askospora. Perkembangbiakan Saccharomyces cerevisiae dengan dua cara : Sel vegetative dengan tunas Konjugasi antara 2 sel yang berlawanan sifat.

Candida albicans Termasuk golongan Ascomycetes, mempunyai hifa bersepta. Reproduksi melalui aseksual yaitu konidio (chlamydospora), sedangkan seksual dengan akospora. Chlamydospora adalah spora yang berdinding tebal dan mempunyai fase istirahat (banyak ditemukan pada hifa tua).

Penicillium sp Termasuk golongan Ascomycetes dan disebut juga fungi

beraskus/berkantung, sebab dalam setiap askus terdapat 8 askospora juga punya hifa yang bersepta dengan sel nukleat. Habitat alaminya adalah tanah, tumbuhan/hewan. Reproduksi secara aseksula dengan konidio (phralospora) berbentuk seperti vas bunga, sedangkan secara seksual dalam askus.

Rhizopus sp

57

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Termasuk golongan zygomycetes, pembentukan zoospore/sporangia pada waktu reproduksi aseksual. Zygospora berdinding tebal yang berasal dari gamptogia (ujung hifa yang membengkak). Sporangiospora adalah spora yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompokkelompok kecil dan masingmasing mempunyai membrane serta ini sendiri. Hifa tidak bersepta/bersifat coenocytic.

Aspergillus sp Termasuk golongan ascomycetes, hifa bersepta. Spora konidiospora adalah spora yang terjadi karena ujung satu hifa membelah seperti tasbih, dalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiofora. Reproduksi secara aseksual dengan konidio (sporulasi diikuti germinasi spora), secara seksula dalam askus.

BAB II METODE KERJA Ambil setetes larutan lactophenol cotton-blue atau air steril secara aseptis menggunakan jarum ose, letakkan ditengah-tengah kaca obyek

Ambil biakan jamur sedikit secara aseptis menggunakan jarum ose/ent masukkan ke dalam larutan lactophenol cotton-blueI/air di atas
58

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Tutup campuran di atas dengan kaca penutup

Ambil preparat di mikroskop dengan cara yang sama. Gambar bentuk sel dan reaksi pewarnaan tahan asam yang terlihat pada mikroskop perbesaran 400 X dan 1000 X.

Lakukan percobaan pada biakan jamur Saccharomyces cerevisiae, Candida albicans, Rhizopus sp, Penicillium sp, Aspergillus sp

BAB III HASIL PRAKTIKUM Pengamatan jamur


a. Gambar Saccharomyces cerevisiae

59

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Keterangan : - tidak mempunyai hifa - bertunas untuk berkembang biak - memiliki isi sel
b. Gambar Candida albicans

Keterangan : - memiliki pseudohifa (rantai dari sel sel)


c. Gambar Rhizopus sp

60

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Keterangan : - hifanya tidak bersekat - sporanya terletak disuatu kantong yang dinamakan sporangium
d. Gambar Penicillium sp

Keterangan : - hifanya bersekat - konidia membentuk rantai karena muncul satu persatu dari sterigma
e. Gambar Aspergillus sp

61

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Keterangan : - hifanya bersekat - terdapat ruang kosong atau fesikel pada ujung konidiafor - miseliumnya bercabang

BAB IV

62

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

PEMBAHASAN A. Pengamatan Jamur Pada pengamatan mikroskopik jamur dilakukan pembuatan sediaan hidupnya, dengan mengambil beberapa air steril dengan ose secara aseptis pada sebuah obyect glass, kemudian mengambil biakan jamur secara aseptis pula (diusahakan mengambil sampai akar dengan tidak merusak agar) kemudian campur hingga homogen dan ditutup dengan cover glass dan diamati dengan mikroskop perbesaran 100X, 400X dan 1000X. Untuk jenis kapang atau mold sudah dapat diamati pada perbesaran 400X, sedangkan yeast atau khamir pada perbesaran 1000X. Karena kapang memiliki ukuran diameter hifa 5-10m, sedangkan yeast 1-5m x 5-30m. Adapula cara pemeriksaan jamur dengan pemeriksaan langsung menggunakan Lactophenol cotton-blue dan pembiakan pada kaca obyek menurut Riddel yang bertujuan untuk melihat struktur khusus dari fungi. a. Saccharomyces cerevisiae Tergolong jamur uniseluler yang bereproduksi secara vegetatif atau aseksual dengan cara pertunasan sel. Pada Saccharomyces cerevisiae terdapat tunas atau bud yang muncul disekitar ujung sel. Pertunasan tersebut merupakan cara reproduksi yang dilakukan oleh khamir. Tunas akan terus tumbuh dan membentuk dinding sel baru dan jika ukuran tunas sudah hampir sama dengan inangnya maka tunas akan terlepas dan terbentuk dinding penyekat. b. Candida albicans Tergolong jamur uniseluler, memiliki tipe spora konidia (konidiaspora). Reproduksi aseksual Candida albicans dikelompokkan melalui spora yang dihasilkan, yaitu : Klamidiospora :

63

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

a. Spora berdinding tebal b. Banyak ditemukan pada hifa yang tua c. Berbentuk bulat danterletak pada ujung Blastospora : a. Spora berdinding tipis b. Merupakan spora yang dihasilkan untuk pertunasan dan pemisahan sel induk Pseudohifa : Tunas yang tidak dapat terpisah dari induknya dan membentuk rantai Pada habitat normal pada membran mukosal manusia dan pada darah beberapa organisme ini akan membentuk seperti yeast dan dapat menyebabkan kerugian pada saat terjadi pengaruh kondisi dibawah psikologis seperti temperature, pH dan adanya serum, maka Candida albicans akan membentuk hifa semu yang disebut pseudohifa. Dan bersifat patogenik seperti candidosis, vaginitis, sariawan, gangguan saluran pencernaan dan pernafasan.
c.

Rhizopus sp bersepta. Memilki spora askesual berupa

Tergolong kapang tak

sporangiospora, yaitu spora yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok-kelompok kecil dan masing-masing memiliki membran dan inti sendiri. Sel tempat terbentuknya spora disebut sporangium, sedangkan tempat atau tangkai terdapatnya sporangiosporayaitu, sporangiofor. Untuk perkembangan seksual memiliki zigospora yaitu, spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung hifa yang secara seksual serasi.

64

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

Rhizopus sp sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti. Tetapi selain itu dapat juga digunakan untuk pembuatan makanan fermentasi secara konvensional seperti Rhizopus oryzae.
d.

Penicillium sp

Tergolong kapang yang merupakan fungi anamorphik, yaitu fungi yang memproduksi spora secara aseksual yang disebut konidiospora. Sedangkan spora seksual berupa askospora. Penicilium sp jarang melakukan pembentukan spora seksual dibanding dengan Aspergillus. Penicillium sp dapat menyebabkan kerusakan pada bahan sayuran dan buah-buahan tetapi juga penting dalam industri obat sebagai produksi antibiotik Penicilin.
e.

Aspergillus sp

Tergolong kapang bersepta. Kapang ini mampu tumbuh dengan baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam yang tinggi. Memilki spora seksual berupa askospora, yaitu spora bersel satu yang terbentuk didalam kantung yang disebut askus. Dan spora aseksual berupa konidiospora yang terjadi karena pada ujung satu hifa terbelah-belah seperti tasbih, sedangkan tangkai terdapatnya konidia disebut konidiofor.

65

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

BAB V KESIMPULAN
a. Saccharomyces cerevisie tergolong kelas Ascomycetes dengan ciriciri:

1. Tergolong yeast karena bentuknya uniseluler 2. Reproduksi seksual askospora 3. Reproduksi aseksual pertunasan 4. Cirri khusus pada sel terdapat tonjolan yang disebut budding cell
b. Candida albicans tergolong kelas Deuteromycetes dengan ciriciri:

1. Tergolong yeast atau khamir 2. Reproduksi seksual termasuk inperfect fungi yang tidak jelas 3. Reproduksi aseksual spora konidia 4. Memiliki pseudohifa
c. Rhizopus sp tergolong kelas Zygomycetes dengan ciriciri:

1. Tergolong kapang atau mold 2. Reproduksi seksual berupa rhizoid 3. Reproduksi aseksual berupa spora miospora 4. Memiliki hifa tanpa sekat
d. Penicillium sp tergolong kelas Ascomycetes dengan ciriciri:

1. Tergolong kapang

66

Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2012

2. Reproduksi seksual berupa askospora 3. Reproduksi aseksual berupa konidiospora 4. Ciri khususnya adalah konidia membentuk rantai karena muncul satu persatu dari sterigmanya
e. Aspergillus sp tergolong kelas Ascomycetes dengan ciriciri:

1. Tergolong kapang 2. Reproduksi seksual berupa askospora 3. Reproduks aseksual berupa konidiospora
4. Ciri khususnya adalah terdapat ruang kosong pada ujung konidiofor

dan miseliumnya bercabang

67

You might also like