You are on page 1of 34

Asma Bronkial

Erisa Herwindasari/ I11108020

Definisi

Penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan dimana banyak sel dan elemen selular yang berperan Inflamasi kronik berhubungan dengan hiperesponsif saluran pernapasan yang muncul sebagai wheezing berulang, sesak napas, rasa penuh di dada, dan batuk terutama malam atau menjelang pagi Gejala ini terkait dengan obstruksi saluran napas yang sering reversiel spontan atau dengan pengobatan

Inflamasi kronik saluran pernapasan ini akan mengakibatkan obstruksi dan aliran udara menjadi terbatas (karena bronkokonstriksi, sumbatan mukus dan peningkatan inflamasi) ketika jalan napas terpapar berbagai macam faktor resiko Faktor resiko seseorang terserang asma dibagi menjadi dua, yaitu faktor host dan faktor lingkungan

Faktor Resiko

Faktor Host

Genetik Obesitas Jenis Kelamin

Faktor Lingkungan

Alergen Infeksi Asap rokok

Faktor Host

Genetik

Gen predisposisi atopi Gen predisposisi hiperresponsif saluran napas

Obesitas

Diduga mediator seperti leptin bisa mempengaruhi fungsi pernapasan dan kemungkinan meningkatkan perkembangan asma

Jenis Kelamin

Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki Setelah dewasa prevalensi asma lebih besar pada wanita daripada laki-laki Kejelasan mengenai hubungan jenis kelamin ini tidak jelas Akan tetapi ukuran paru lebih kecil pada laki-laki daripada perempuan saat lahir tapi lebih besar saat dewasa

Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan

Umunya faktor resiko gejala asma meliputi paparan alergen (seperti house dust mites, bulu binatang, kecoak, serbuk sari dan jamur), occupational irritant, asap rokok, infeksi saluran napas (virus), latihan, ekpresi emosi kuat, iritan bahan kimia, dan obat (seperti aspirin dan beta blocker)

Alergen dan Occupational factor

Alergen dan Occupational factor adalah penyebab penting asma Alergen indoor dan outdoor dapat menyebabkan eksaserbasi asma Alergen indoor yang penting adalah: house dust mites, alergen hewan (kucing, anjing dan roden), alergen kecoak dan jamur Alergen outdoor: serbuk sari terutama dari pohon, weeds dan grasses dan fungi, mold dan yeast

Polusi Udara

Ada dua polutan outdoor yang penting yaitu:

Asap industrial (sulfur dioksida, particulate complex) Asap fotokimia (ozone dan nitrogen oksida)

Polusi indoor termasuk cat, vernis yang mengandung formaldehid dan isocyanate

Infeksi

Berhubungan dengan Respiratory Syncycal Virus (RSV), data menunjukkan bayi yang terinfeksi RSV akan terus mengi atau menjadi asma pada usia lebih besar Interaksi antara atopi dan infeksi virus muncul sebagai hubungan yang kompleks Atopi dapat mempengaruhi respon saluran napas bawah terhadap infeksi virus dan kemudian mempengaruhi perkembangan sensitisasi alergi

Asap Rokok

Asap rokok berhubungan dengan percepatan kemunduran fungsi paru pada orang asma, meningkatkan keparahan asma, dapat mengubah respon pasien dengan pengobatan inhalasi dan sistemik glukortikosteroid, dan mengurangi kontrol asma

Patofisiologi

Patofisiologi

Hambatan aliran udara pada asma disebabkan oleh berbagai perubahan dalam saluran napas seperti berikut:

Bronkokonstriksi pada asma eksaserbasi bronkospasme akut yang menyebabkan penyempitan saluran napas sebagai respon terhadap berbagai stimuli seperti alergen dan iritan. Bronkokonstriksi akut akibat alergen terjadi lewat IgE-dependent release of mediator dari sel mast. Edema Saluran Napas jika inflamasi makin progresif ada faktor-faktor lain yang menghambat aliran udara antara lain: edema, hipersekresi mukus, sumbatan mukus, hipertrofi dan hiperplasi otot polos saluran napas

Patofisiologi

Hiperesponsif saluran napas mekanisme hiperesponsif saluran napas bersifat multipel termasuk inflamasi, disfungsi neroregulasi dan perubahan struktural Airway remodeling airway remodeling menimbulkan perubahan struktural yang meningkatkan hambatan aliran udara saluran napas dan hiperesponsif saluran napas dan menyebabkan pasien kurang respon terhadap pengobatan

Diagnosa

Gejala dan Riwayat

Asma dapat didiagnosis berdasarkan dengan gejala yang dialami pasien dan riwayat penyakitnya Munculnya beberapa tanda dan gejala dapat meningkatkan kecurigaan terhadap asma: Wheezing: suara siulan nada tinggi ketika ekspirasi Selain itu dapat diikuti :

Batuk, yang memberat saat malam Sulit bernapas berulang Rasa penuh di dada berulang

Gejala dan Riwayat

Gejala memberat pada malam hari atau menjelang pagi Gejala memberat pada musim tertentu Gejala memberat jika terpapar alergen tertentu Gejala berespon terhadap terapi anti-asma Pasien juga mempunyai riwayat keluarga asma atau atopi

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada saat serangan asma adalah akibat dari penyempitan saluran napas dan hipersekresi mukus serta dari peningkatan kerja napas, peningkatan kebutuhan metabolik dan rangsangan saraf simpatis

Takipnea dan takikardi Wheezing difus Penggunaan otot napas tambahan, pulsus paradoksus dan banyak keringat obstruksi napas berat

Pemeriksaan Faal Paru

Pengukuran fungsi paru dapat memperkirakan keparahan, reversibilitas, dan variabilitas keterbatasan aliran udara dan membantu memperkuat diagnosis asma Spirometri: peningkatan FEV1 12% and 200 ml setelah terapi bronkodilator menunujukkan obstruksi saluran napas yang reversibel Peak expiratory flow (PEF): perbaikan 60 L/min (atau 20%) setelah pemberian bronkodilator inhalasi ; atau PEF variasi diurnal 20% menujukkan diagnosis kearah asma

Pemeriksaan Laboratorium

Pada penderita asma alergi dan non alergi ditemukan eosinofilia (5-15%) Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi dengan Skin tests atau mengukur kadar IgE spesifik serum : munculnya alergi meningkatkan kemungkinan diagnosis asma dan dapat membantu mengidentifikasi faktor resiko yang menyebabkan gejala

Tes Provokasi Bronkus

Pada pasien dengan gejala asma tapi fungsi paru normal, pengukuran airway responsiveness (AHR) AHR adalah kondisi saluran napas yang menyempit setelah paparan stimulus dimana pada saluran napas normal tidak menimbulkan reaksi Dibagi 2 kategori

Uji farmakologi Uji non-farmakologi

Diagnosis Banding
Kategori Sesak berulang
Batuk Obstruksi saluran napas

Kriteria PPOK, PJK, GERD, CHF, emboli paru


Rhinitis, sinusitis, otitis, bronkiektasis PPOK, bronkiolitis obliterans, cystic fibrosis

Klasifikasi

Asma Kontrol
No. 1. 2. 3. 4. 5. Karakteristik Gejala siang hari Hambatan aktivitas Gejala malam/ bangun waktu malam Perlu reliever Fungsi paru (PEFR/ FEV1) Terkontrol Terkontrol Parsial Tak Terkontrol 2x/ minggu > 2x/ minggu 3 atau lebih keadaan Tidak ada Ada terkontrol Tidak ada Ada parsial pada tiap-tiap 2x/ minggu > 2x/ minggu minggu Normal < 80% prediksi atau hasil terbaik (nila ada)

Keparahan Asma

Asma ringan: dapat dikontrol dengan baik dengan intensitas terapi rendah seperti kortikosteroid inhalasi dosis rendah, leukotren modifier atau cromolin Asma berat: memerlukan terapi intensitas tinggi

Penatalaksanaan

Obat Asma

Pengendali (controller): dikonsumsi tiap hari untuk membuat serangan asma dalam keadaan terkontrol terutama melalui efek antiinflamasi. Pelega (reliever): obat yang digunakan bila perlu berdasarkan efek cepat untuk menghilangkan bronkokonstriksi dan menghilangkan gejalanya

Pengendali Kortikosteroid (inhalasi, sistemik) Leucoriene modifier LABA (Inhalasi, oral) Chromolin

Pelega SABA (inhalasi, oral) Kortikosteroid sistemik Antikolinergik Teofilin

Teofilin lepas lambat Anti IgE Antikolinergik

Pengobatan Eksaserbasi

Tujuan pengobatan: menghilangkan obstruksi saluran napas dan hipoksemi secepat mungkin dan mencegah kekambuhan Pengobatan awal

Oksigen unttk mencapai SaO2 >90% Inhalasi SABA kontinyu 1 jam Kortikosteroid sistemik jika tidak ada respon segera atau jika pasien sudah minum steroid oral atau episode berat Evaluasi 1 jam

You might also like