You are on page 1of 18

20

III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


A. Analisis Tekstur Tanah
1. Alat
a. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
b. Mesin pengaduk khusus dengan piala logam
c. Silinder sedimentasi atau gelas ukur 500 ml
d. Pengaduk khusus suspensi
e. Alat hidrometer tanah tipe 152 H
f. Timer atau stop watch
2. Bahan
a. Ctka lolos 2 mm
b. Larutan pendispersi natrium pirofosfat (Na
4
P
2
O
7
. 10H
2
O) 4 %
3. Cara Kerja
a. Menimbang 25 g ctka halus < 2 mm dalam gelas piala 100 ml,
kemudian menambahkan 10 ml larutan pendispersi pirifosfat
b. Memindahkan ke dalam piala logam dan mengencerkannya dengan air
bebas ion sampai 200 ml
c. Mengaduk dengan mesin pengaduk kecepatan tinggi selama 5 menit
d. Setelah 5 menit, pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 500 ml
(melakukan pembilasan), mengencerkannya denagn air bebas ion sampai
500 ml, kemudian mengaduknya dengan pengaduk khusus dan dibiarkan
semalam
1) Catatan : bila mesin pengaduk tidak tersedia, timbang contoh ke
dalam botol kocok, kemudiian menambahkan larutan pendispersi dan
kocok dengan mesin pengocok selama 1 malam, kemudian pindahkan
seluruh suspensi ke dalam gelas ukur 500 ml dan cara kerja yang
sama
2) Dengan cara yang sama, tetapi tanpa contoh, membuat penetapan
blangko

21

Pengukuran fraksi campuran debu + lempung
e. Keesokan harinya, mengaduk setiap suspensi tanah dalam gelas ukur
selama 30 detik dengan pengaduk
f. Menyiapkan stop watch untuk pengukuran fraksi campuran debu dan
lempung
g. Mengocok suspensi hingga homogen dengan pengaduk (cukup 20 detik),
kemudian memasukkan hidrometer tanah ke dalam suspensi dengan
perlahan dan hati-hati
h. Mencatat angka skala hidrometer yang berimpit dengan permukaan
suspensi, tepat setelah 40 detik (pembacaan 1). Angka tersebut adalah
jumlah gram fraksi campuran debu dan lempung dalam 1 liter suspensi
i. Mengukur larutan blangko untuk koreksi suhu fraksi debu dan lempung
Pengukuran fraksi lempung
j. Membiarkan suspensi selama 2 jam agar diperoleh suspensi lempung
kemudian mengukurnya dengan alat hidrometer
k. Mencatat angka skala hidrometer yang berimpit dengan permukaan
(pembacaan 2). Angka tersebut adalah jumlah gram fraksi lempung
dalam 1 liter suspensi. Mengukur larutan blangko untuk koreksi suhu
fraksi lempung.
Perhitungan
Selain koreksi kadar air, bahan organik (BO) dalam contoh perlu
dikoreksi supaya fraksi pasir yang dihitung lebih mendekati kebenaran.
Dari hasil pengukuran pada pembacaan 1 diperoleh fraksi campuran debu-
lempung = A g/l dan blangko = a g/l, sedangkan pada pembacaan 2
diperoleh fraksi lempung = B g/l dan blangkonya = b g/l. Diketahui bahwa
persen BO = C (% C organik x 1,724) dan faktor koreksi kelembaban
(faktor koreksi kadar air) = fk.

22

Dalam 25 gr tanah kering udara terdapat :
Tanah kering 105
o
C =
) (
25
fk

Bahan organik =
g
C
100
. 25

Pasir + debu + lempung =
fk
25

g
C
100
. 25

Lempung =
(


2
) ( b B
g
Debu =
)
`

2
) (
2
) ( b B a A
gr
Pasir = (25 fk
-1
)
g
C
100
. 25
(Aa)gr
Dengan demikian
Pasir (%) = % 100
100
25 25
2
a) - (A
-
100
25 25


C
f k
C
f k

Debu (%) = % 100
100
25 25
2
) (
2
) (

C
f k
b B a A

Lempungan (%) = % 100
100
25 25
2
) (

C
fk
b B

Keterangan :
A = fraksi campuran debu-lempung (g/l)
a = blangko pada pembacaan 1
B = fraksi lempung (g/l)
b = blangko pad apembacaan 2
23

C = persen bahan organik (% C organik x 1,724)
fk = faktor koreksi kadar air =
s kadarlenga % 100
100


2 = faktor konversi kadar suspense dari g/l ke
ml
g
500

25 = berat ctka 25 gr
100 = faktor konversi ke %.
B. Analisis Struktur Tanah
1. Bobot Volume (BV) / Bulk Density
a. Alat
1) Cawan pemanas
2) Lampu bunsen
3) Pipet ukur
4) Benang
5) Timbangan analitik
6) Termometer
b. Bahan
1) Tanah bongkah asli (ring sampel)
2) Air
3) Lilin
c. Cara Kerja
1) Mengikat bongkah tanah dengan benang dan menimbangnya (a g)
2) Mencairkan lilin samapai suhu lilin 60oC, kenudian mencelupkan
tanah ke dalam cairan lilin sampai terbungkus sempurna
3) Menimbang tanah berlilin (b g)
4) Mengisi tabung ukur dengan aquadest sampai volume tertentu (p cc)
5) Memasukkan tanah berlilin ke tabung ukur
6) Mencatat volume air setelah tanah dimasukan (q cc)

()[()()]

24

2. Bobot Jenis (BJ) / Particle Density
a. Alat
1) Piknometer
2) Termometer
3) Timbangan analitik
4) Kawat pengaduk
5) Corong kaca
6) Tabel BJ
7) Tissu
b. Bahan
1) Ctka 2 mm
2) Aquadest
c. Cara Kerja
1) Mengambil piknometer kosong dan kering kemudian menimbang
beserta tutupnya (a g)
2) Mengisi piknometer dengan aquadest sampai penuh kemudian
menutupnya hingga ada aquadest yang keluar dan mengeringkan
aquadest yang menempel pada bagian luar piknometer dengan tissu
dan menimbangnya (b g)
3) Mengukur suhu dengan termometer dan menentukan BJ-nya dengan
melihat tabel BJ sesuai suhu yang diukur (BJ1)
4) Membuang air dan membersihkannya hingga kering kemudian mengisi
piknometer dengan tanah 5 gram dan memasang tutupnya serta
menimbangnya (c g)
5) Mengisi piknometer yang telah ditimbang dengan aquadest hingga
separuh volume
6) Mengaduknya sampai tidak ada gelembung udara dan membiarkannya
semalam dalam keadaan piknometer tertutup sumbatnya
7) Membuang gelembungnya lalu mengisi piknometer dengan aquadest
sampai penuh dan menimbang (d g)
25

8) Mengukurr suhu dengan termometer dan menentukan BJ-nya sesuai
tabel (BJ2)

( )

( )[

( )

( )]

3. Porositas
(

)
C. Analisis Lengas Tanah
1. Lengas Tanah Kering Angin
a. Alat
1) Botol timbang
2) Oven
3) Eksikator
4) Penimbang
b. Bahan
1) Bongkahan
2) Contoh tanah kering angin (ctka) 0,5 mm dan 2 mm
c. Cara Kerja
1) Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit
kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol
penimbang denagn tutupnya (a g)
2) Memasukkan ctka kurang lebih 5 kg ke dalam botol penimbang lalu
menimbangnya (b g) dan masing-masing ctka dilakukan 2 kali ulangan
3) Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 105
o
C
selama 4 jam
4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam
keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah dingin
(c gr)

26

5) Melakukan perhitungan kadar lengas

( )
( )

Nilai c a adalah berat contoh tanah kering mutlak (ctkm).
2. Kapasitas Lapangan
a. Alat
1) Botol semprong
2) Kain kassa
3) Statif
4) Gelas piala
b. Bahan
1) Ctka 2 mm
c. Cara Kerja
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol denagn kain
kassa
2) Memasukkan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang
tertutup kain kassa sebagai dasarnya
3) Memasang botol semprong pada statuf dan diatur seperlunya
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes
terakhir
6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian tengah
semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali ulangan.
3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
1. Alat
a. Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
b. Mortir porselin
c. Saringan 2 mm
d. Timbangan analitik
e. Spatel
f. Oven
27

g. Eksikator
h. Gelas arloji
i. Kertas saring
j. Petridish
2. Bahan
a. Ctka 2 mm
b. Aquades
3. Cara Kerja
a. Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi 2
mm
b. Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring yang
sudah dibasahi
c. Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya (a g)
d. Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang
lebih 1/3 nya lalu diketuk-ketukan, menambahkan lagi ctka smapai 2/3
lalu diketuk-ketukan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai
penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya
e. Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air
sampai permukaan air mencapai kurang lebih tinggi dinding cawan,
perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan cembung
minimal rata/mendatar)
f. Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan
tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (b g)
g. Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105
o
C selama 4 jam, lubang
pembuangan air pada oven harus terbuka
h. Memasukkan ke dalam eksikator kemudian menimbang dengan diberi
gelas arloji (c g)
i. Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (d g)

28

j. Menghitung kadar lengasnya

( ) ( )
( )

D. Konsistensi Tanah
1. Alat
a. Botol timbang
b. Colet
c. Botol pemancar
d. Eksikator
e. Cassa grande
f. Cawan penguap
g. Oven
h. Timbangan analitik
i. Spatel
j. Lempeng kaca
k. Papan kayu
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. Aquadest
3. Cara Kerja
a. Batas Cair (BC)
1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka 0,5 mm dengan
air pada cawan penguap
2) Mengambil pasta tanah secukupnya dan memasukkannya ke dalam
cassagrande dan meratakan dengan colet setebal 1 cm, lalu membelah
pasta tanah dengan spatel dalam keadaan tegak lurus sampai pada
dasar cawan
3) Mengatur tinggi rendah cawan cassagrande pada meja penumpunya,
kemudian memutar alat cassagrande dengan kecepatan 2x per detik
dan menghitung jumlah ketukan hingga pasta bertemu sepanjang 1-2
cm
29

4) Mengulangi sebanyak 4 kali (2x untuk > 10-< 25 ketukan dan 2x untuk
>25-<45 ketukan)
5) Mengambil tiap pasta tanah hasil ketukan dan menganalisis KL-nya
6) Mencari log ketukan kemudian dianalisis dengan regresi (nilai
BC=KL pada ketukan 25)
b. Batas Lekat (BL)
1) Membuat gumpalan dengan pasta tanah sebesar bola pingpong
2) Menusuk gumpalan dengan spatel sedalam 2,5 cm dengan kecepatan
0,5 detik
3) Bila tanah menempel 1/3 batas spatel (kurang lebih 8 mm) maka tanah
disekitar tusukan diambil dan menganalisis KL-nya
4) Melakukan ulangan sebanyak 2 kali
c. Batas Gulung (BG)
1) Menggiling-giling pasta tanah di atas lempeng kaca hingga terbentuk
silindris (3 mm) dan mulai retak-retak. Bila belum retak-retak
menambah sedikit tanah lalu menggilingnya lagi
2) Menghitung kadar lengas tanah tersebut denagn analisis lengas
3) Mengulang sekali lagi sebagai duplo
d. Batas Berubah Warna (BBW)
1) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian
pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke tepi makin tipis
2) Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil tanahnya
selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis KL-nya.
E. Analisis pH Tanah
1. Alat
a. Flakon
b. Pengaduk kaca
c. pH meter
d. Timbangan


30

2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm sebanyak 10 gram
b. Reagen H
2
O (pH aktual) dan KCl (pH potensial), dengan perbandingan
1:2,5
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan ke dalam dua buah
flakon
b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisa pH H
2
O, 12,5 cc KCl
untuk pH KCl, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF
c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit
d. Mendiamkannya selama 30 menit kemudian diukur.
F. Analisis Pertukaran Kation
1. Alat
a. Erlenmeyer
b. Alat penggojog
c. Kertas saring
d. Corong
e. Pipet ukur
f. Labu destilasi
g. Destilator
h. Biuret dan statif
i. Timbangan
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. NH
4
COOH 1 N
c. Alkohol 95 %
d. NaCl 10 %
e. NaOH 45 %
f. HCl 0,1 N
g. H
3
BO
3
2 %
h. Indikator campuran (BCG dan MR)
31

i. Aquadest
j. Butir Zn
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka 0,5 mm 10 g
b. Memasukkan dalam erlenmeyer, menambahkan amonium asetat 20 cc
dan menggojog selama 30 menit kemudian menyaring
c. Mencuci dengan amonium asetat 8 kali masing-masing 10 cc
d. Filtrat disisihkan (jangan dibuang) untuk penentuan KB dan ctka dicuci
lagi dengan alkohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian filtrat dibuang
e. Mencucinya dengan KCl 10 % 10 cc sebanyak 8 kali dan memindahkan
filtrat ke dalam tabung destilasi
f. Mengencerkan dengan aquadest sampai volume 150 cc
g. Menambahkan 5 cc NaOH 45% dan 2 butir Zn
h. Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc H
3
BO
3
2% dan menambah
2 tetes indikator campuran
i. Menunggu hasil destilasi sampai volume 10 cc
j. Menitrasi dengan 0,1 N HCl sampai warna kehijauan
k. Mencatat cc HCl yang habis untuk titrasi
l. Perhitungan :



()
G. Analisis Bahan Organik
1. Alat
a. Labu takar 50 ml
b. Gelas piala 50 ml
c. Gelas ukur 25 ml
d. Pipet drop
e. Pipet ukur
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. K
2
Cr
2
O
7
1N
32

c. H
2
SO
4
pekat
d. H
3
PO
4
85%
e. FeSO
4
0,5 N
f. Indikator DPA
g. Aquadest
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka 0,5 mm 0,5 gram dan memasukkan ke dalam labu
takar 50 ml
b. Menambah 10 ml K
2
Cr
2
O
7
1 N
c. Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc H
2
SO
4
pekat setetes
demi setetes. Hingga menjadi berwarna jingga. Apabila warna menjadi
kehijauan menambah K
2
Cr
2
O7 dan H
2
SO
4
kembali dengan volume
diketahui (melakukan dengan cara yang sama terhadap blangko)
d. Menggojog dengan memutar dan mendatar selama1 menit lalu
mendiamkannya selama 30 menit
e. Menambah 50 ml H
3
PO
4
85% dan mengencerkan dengan aquadest
hingga volume 50 ml, menggojog sampai homogen
f. Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta
indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya bolak-balik
sampai homogen
g. Menitrasi dengan FeSO
4
1 N hingga warna hijau cerah
h. Perhitungan :

( )


()


B = Blanko
A = Baku
KL = Kadar Lengas

33

H. Kadar N, P dan K pada Tanah
1. N Total Tanah
a. Alat
1) Gelas Arloji
2) Timbangan Analitik
3) Tabung Kjeldahl
4) Erlenmeyer
5) Buret
6) Labu Destilasi
b. Bahan
1) Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm 0,5 gr
2) H
2
SO
4
pekat 0,1 N
3) CuSO
4
dan K
2
SO
4
(perbandingan 20 : 1)
4) Aquades
5) H
3
BO
3
1% dan metyl red
6) NaOH pekat 0,1 N
7) Butir Zn
c. Cara kerja
1) Destruksi
a) Menimbang tanah kering angin diameter 0,5 mm 0,5 gram
b) Memasukkan ke tabung Kjedahl dan menambahkan 3 ml H
2
SO
4

pekat
c) Menambahkan campuran serbuk K
2
SO
4
dan CuSO
4
1 sendok kecil
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna
2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjedahl dingin, menambahkan
aquades 50 ml dan menuangkan ke dalam tabung destilasi (tanah
tidak ikut) dan menambahkan 2 butir Zn dan 10 ml NaOH pekat
34

b) Membuat larutan penampung 10 ml (sudah tersedia yaitu campuran
dari H
2
SO
4
0,1 N dan menambahkan 2 tetes metyl red pada
erlenmeyer)
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung hasil destilasi 10 ml dan
melakukan titrasi pada larutan dalam gelas piala, dengan NaOH 0,1
N sampai warna hampir hilang/ kuning bening
b) Melakukan prosedur di atas blanko
c) Menghitung nilai N total tanah

( )


()

2. P Tersedia Tanah
a. Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
3) Tabung reaksi
4) Corong
5) Kertas whatman
6) Erlenmeyer
7) Pipet
8) Spektrofotometer
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan 0,025 N HCl
3) Larutan NH
4
F 0,03 N
4) Amonium Molibdat
5) Larutan SnCl
2

6) Larutan Standard P

35

c. Cara Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P (oleh Co-Ass)
2) Menimbang 1 gram tanah kering angin kemudian memasukkannya
ke dalam flakon
3) Menambah 7 ml larutan Bray I (0,025 N HCl + 0,03 N NH
4
F), lalu
menggojognya selama 1 menit
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih
5) Mangambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades
6) Menambah 2 ml ammonium molybdat hingga homogen
7) Menambah 1 ml SnCl
2
dan menggojognya
8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm




3. K Tersedia Tanah
a. Alat
1) Gelas ukur
2) Gelas reaksi
3) Timbangan analitik
4) Kertas saring
5) Corong
6) Flamefotometer
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm 2,5 gr
2) Lithium Khlorida 0,05 N
3) Amonium Asetat 1 N pH 7
c. Cara Kerja
1) Menimbang contoh tanah 2,5 gram
2) Menambah amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit
3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml
4) Menambah 5 ml LiCl
2
dan menjadikan volume 50 ml dengan
aquades
36

5) Menembak dengan flamefotometer


()

I. Ommision Test
1. Alat
a. Label
b. Plastik
c. Polybag
2. Bahan
a. Pupuk Urea
b. Pupuk KCl
c. Pupuk SP-36
d. Benih Kacang Tanah
e. Tanah Pasir ukuran 2mm/ 5mm, 3-5 kg.
3. Cara kerja
a. Persiapan
1) Tanah pasir dikeringanginkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari langsung.
2) Tanah pasir diayak dengan ukuran 2mm atau 5mm.
3) Tanah pasir ditimbang masing-masing 3-5 kg sebanyak perlakuan
dan ulangan.
4) Label disiapkan yang dimasukkan dalam plastik agar tidak basah.
5) Pupuk disiapkan untuk perlakuan sebagai berikut:
a) T1 : Tanaman Kacang Tanah
b) T2 : Tanaman Jagung
c) L0 : Tanpa diberi Legin
d) L1 : Diberi legin
e) L2 : Diberi mikoriza
f) M0 : Tanpa diberi pupuk anorganik
g) M1 : Urea 100 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, dan KCl 125kg/ha.
37

h) M2 : SP-36 50 kg/ha dan KCl 25 kg/ha.
i) M3 : urea 100 kg/ha, dan KCl 25 kg/ha
j) M4 : urea 100 kg/ha, dan SP-36 kg/ha
6) Tanah pasir, pupuk mikro hara, dan pupuk perlakuan dicanpur,
sehingga diperoleh interaksi perlakuan sebagai berikut:
T1L0M0 T1L0M1 T1L0M2 T1L0M3 T1L0M4
T1L1M0 T1L1M1 T1L1M2 T1L1M3 T1L1M4
T2L0M0 T2L0M1 T2L0M2 T2L0M3 T2L0M4
T2L2M3
7) Benih kacang tanah/ jagung dimasukkan ke dalam setiap polybag dan
menyiram polybag dengan air hingga kapasitas lapangan.
8) Kondisi polybag harus dijaga agar tetap pada kapasitas lapangan.
b. Pengamatan
1) Setelah kurang lebih 30-40 hari setelah tanam (fase vegetatif
maksimal), tanaman diamati khususnya pada bagian daun dan
batangnya untuk mengetahui gejala kekurangan unsur hara.
2) Amati juga tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan serta
perakaranya (pada tanaman kacang tanah diamati jumlah bintil akar
dan pada tanaman jagung diamati perakaranya).
3) Bandingkan data-data yang diperoleh antara satu perlakuan denagn
perlakuan lain.

You might also like