You are on page 1of 24

KEGIATAN KEBERSIHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KANDIS SUBANGEK DI KELURAHAN BALAI GADANG, KECAMATAN KOTO TANGAH, KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime) sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau river basin. Sehingga batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang punggung pegunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah (catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadah. Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada hubungan antara kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Pengelolan sumberdaya biasanya sudah menjadi keharusan manakala sumberdaya tersebut tidak lagi mencukupi kebutuhan manusia maupun ketersediaannya melimpah. Pada kondisi dimana sumberdaya tidak mencukupi kebutuhan manusia pengelolaan DAS dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat sebaik-baiknya dari segi ukuran fisik, teknik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan-kemantapan nasional. Sedangkan pada kondisi dimana sumberdaya DAS melimpah, pengelolaan dimaksudkan untuk mencegah pemborosan. Maksud pengelolaan DAS adalah untuk mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut
1

waktu. Mengingat bahwa DAS merupakan suatu system yang terbentuk dari gabungan sumberdaya yang saling berkaitan dan berinteraksi, maka dalam pengelolaannya harus memperhatikan semua anasir-anasir penyusunnya. Karena DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat komplek maka pemanfaatan DAS harus bersifat komprehensif yang lebih mementingkan pengoptimuman kombinasi keluaran daripada pemaksimuman salah satu keluaran saja. Oleh karena itu, pengelolaan DAS harus guna dilaksanakan mendapatkan secara manfaat terpadu, terencana, dan

berkesinambungan

sebaik-baiknya.

Dengan

memahami DAS sebagai suatu system ekologi, diharapkan pengelolaan DAS akan dapat lebih terarah, bermanfaat, dan berkelanjutan.

II. BATASAN DAN PERUMUSAN KEGIATAN 2.1. Batasan Kegiatan Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakan diatas, maka kegiatan ini perlu dibatasi sebagai berikut: 1. Kegiatan ini di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang. 2. Kegiatan akan dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa Prodi Pendidikan STKIP PGRI Padang Sumatera Barat sebanyak 264 orang (Sesi 2010 A, B, C, D, E dan F) 2.2. Perumusan Kegiatan Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, dan kegiatan ini dapat berhasil, maka rumusan kegiatan adalah: Kegiatan pembersihan daerah di sekitar sungai Kandis Subangek yang dilakukan bersama sama dosen dan mahasiswa. 2.3. Tujuan Kegiatan Berdasarkan masalah yang ada, maka kegiatan ini bertujuan: Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kebersihan daerah di sekitar DAS Kandis Subangek untuk meningkatkan kualitas DAS sehingga menurunkan resiko terjadinya banjir. 2.4. Kegunaan Kegiatan Adapun kegunaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: 1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan pentingnya pengelolaan kebersihan DAS. 2. Meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk memperhatikan kebersihan DAS.

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan tema Kegiatan Kebersihan Daerah Aliran Sungai Kandis Subangek di Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang yang diadakan pada: Hari dan tanggal Waktu Tempat : Rabu / 27 Juni 2012 : 09.00 Wib sampai selesai : Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah Padang

3.2. Rincian Dana Kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan memiliki rincian dana sebagai berikut: 1. Biaya konsumsi dosen 2. Biaya Administrasi 3. Biaya laporan akhir 4. Perbanyakan laporan kegiatan (Rp 15.000 x 22) 5. Biaya transportasi 6. Sumbangan untuk mushalla Total Rp 200.000,Rp 50.000,Rp 100.000,Rp 330.000,Rp 100.000,Rp 70.000,Rp 850.000,-

MATERI

FUNGSI HIDROLOGIS DAERAH ALIRAN SUNGAI

Pendahuluan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime) sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau river basin. Sehingga batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang punggung pegunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah (catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadah. Berdasarkan definisi di atas, dapat dikemukan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan sutau bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari Das dapat merata sepanjang tahun. Pendekatan menyeluruh pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Pendekatan terpadu juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat.

Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) 1) DAS Bagian Hulu (Upperland) DAS bagian hulu mempunyai ciri-ciri: a) Merupakan daerah konservasi. b) Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi. c) Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (> 15%). d) Bukan merupakan daerah banjir. e) Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. f) Jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. g) Laju erosi lebih cepat daripada pengendapan. h) Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf V. 2) DAS Bagian Tengah (Middle Land) DAS bagian tengah merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian hilir dan mulai terjadi pengendapan. Ekosistem tengah sebagai daerah distributor dan pengatur air, dicirikan dengan daerah yang relatif datar. Daerah aliran sungai bagian tengah menjadi daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda antara hulu dengan hilir. 3) DAS Bagian Hilir (Lowerland) DAS bagian hilir dicirikan dengan: a) Merupakan daerah pemanfaatan atau pemakai air. b) Merupakan zone sedimentasi c) Kerapatan drainase kecil. d) Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8%). e) Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan). f) Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.

g) Jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan bakau/gambut. h) Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf U Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu akan berpengaruh sampai pada hilir. Oleh karenanya DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, jadi apabila terjadi pengelolan yang tidak benar terhadap bagian hulu maka dampak yang ditimbulkan akan dirasakan juga pada bagian hilir. Misalnya, erosi yang terjadi tidak hanya berdampak bagi daerah dimana erosi tersebut berlangsung yang berupa terjadinya penurunan kualitas lahan, tetapi dampak erosi juga akan dirasakan dibagian hilir, dampak yang dapat dirasakan oleh bagian hilir adalah dalam bentuk penurunan kapasitas tampung waduk ataupun sungai yang dapat menimbulkan resiko banjir sehingga akan menurunkan luas lahan irigasi. Fungsi Hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS) Indonesia memiliki jutaan hektar lahan kritis dan daerah aliran sungai (DAS) yang terdegradasi, sehingga perlu dilakukan upayan perbaikan. Salah satu cara untuk memperbaiki DAS terdegradasi adalah melalui kegiatan penanaman pohon. Selain itu, diperlukan pula upaya untuk memperbaiki kebijakan yang berkaitan dengan tata guna dan pengelolaan lahan kritis dan DAS. Terpeliharanya kondisi DAS terjadi karena aliran sungai dikelola dengan baik, apalagi didukung oleh institusi sosial yang menjaga keseimbangan antara kepentingan umum maupun individu. Masyarakat telah menyadari bahwa dengan menanam pohon pohon bernilai ekonomi di sela sela sistem pertanian berarti mereka telah mempertahankan DAS karena pepohonan mampu menjaga kestabilan lereng perbukitan dan menahan hilangnya tanah akibat erosi dan aliran air.

Berhasil tidaknya masyarakat dalam mengelola lanskap suatu DAS dipengaruhi oleh faktor faktor berikut yang saling berinteraksi : Jumlah penduduk (beserta ternak) dan bagaimana mereka saling berinteraksi, termasuk interaksinya dengan pemerintah daerah. Sebagai contoh, apakah mereka mempunyai adar dan apakah aturan adat tersebut masih mereka terapkan dalam kehidupan sehari hari Sistem penggunaan lahan atau jenis tutupan lahan dapat terbentuk hutan alam, hutan bekas tebangan, tanaman pangan, pohon bernilai ekonomis, padang rumput dan pematang yang ditanami makanan ternak, jalan dan jalan setapak serta perumahan Kondisi tanah, seperti tingkat kepadatan tanah, tingkat penutupan tanah oleh lapisan serasah, organisme tanah dan perakaran tumbuhan yang berperan dalam menjaga struktur tanah dari pemadatan Topografi lahan dan geologi tanah yang berkaitan dengan kecuraman lereng, bukti adanya pergerakan tanah, sejarah geologi, gempa bumi dan gunung meletus, keseimbangan antara pembentukan tanah dan erosi Iklim dan cuaca yang berkaitan dengan curah hujan dan pola musim, siklus harian cahaya matahari dan intensitas matahari dan intensitas hujan, pola aliran sungai yang mengikuti pola bebatuan dan perbukitan, ada tidaknya meandering (pembentukan pembelokan aliran) yang menyebabkan sedimentasi tanah yang mungkin berasal dari erosi dan tanah longsor, yang dianggap merusak di masa lalu, namun akhirnya menjadi lahan subur.

Fungsi DAS dapat ditinjau dari

dua sisi yaitu ketersediaan (supply) yang

mencakup kuantitas aliran sungai (debit), waktu, kualitas aliran sungai dan sisi permintaan (demand) yang mencakup tersedianya air bersih, tidak terjadinya bencana bajir, tanah longsor serta genangan lumpur. Sulitnya mendapatkan air bersih merupakan faktor penentu utama kemiskinan dan buruknya kesehatan. Hal ini juga tertera dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Masalah persediaan
9

air yang tidak mencukupi dan tidak tepat waktu bagi masyarakat di daerah hilir dapat ditangani dengan dua pendekatan : 1. Pendekatan teknis, biasanya diterapkan pada badan sungai di bagian tengah Das, antara lain dengan meningkatkan kecepatan aliran sungai untuk mengurangi banjir di tempat tempat rawan, membuat waduk atau dam sebagai tempat penampungan air sementara, membuat pipa atau penampung air (embung, menara air) untuk

mendistribusikan air minum dari sumber di hulu ke konsumen di hilir. 2. Pendekatan tata guna lahan di hulu, dengan menetapkan kawasan hutan lindung 3. Perencanaan tata ruang ; kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak kerusakan dialami oleh masyarakat akibat banjir karena masyarakat tersebut tinggal pada tempat dan waktu yang salah. Upaya upaya perencanaan tata ruang yang bertujuan untuk menghindari atau menurunkan kerusakan di hilir perlu dilakukan. 4. Pembayaran dan imbal jasa lingkungan ; pendekatan ini dapat menjadi pelengkap berbagai peraturan yang ada yang bersifat mengikat. Insentif berupa imbal jasa lingkungan sudah cukup dikenal dan menjadi topik hangat disetiap dialog dan deabt yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Namun demikian masih perlu diuji keberhasilannya dalam penerapan di lapangan.

Fungsi DAS didefinisikan sebagai suatu keadaan suatu lanskap yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan periode waktu suatu aliran sungai : 1. Fungsi transmisi/proses aliran sungai 2. Fungsi penyangga 3. Fungsi pelepasan secara perlahan lahan 4. Fungsi mempertahankan kualitas air 5. Fungsi mempertahankan kondisi tanah yang baik
10

DAS berfungsi sebagai transmisi melaui tiga jalur hidrologis yang dapat dilalui air untuk mencapai sungai : secara langsung melalui aliran permukaan (dalam waktu kurang lebih satu jam setelah turun hujan, tergantung kepada jarak ke sungai), melalui lapisan dalam tanah ( dalam waktu kurang lebih satu hari) atau aliran dalam tanah (air tanah, dalam hitungan waktu mingguan atau bulanan). Penutupan /penggunaan lahan dapat mempengaruhi besarnya

perbandingan antara berbagai aliran air, yakni dengan melalui : Pemadatan tanah, yang khususnya akan mempengaruhi

makroporositas tanah. Makroporositas tanah berhubungan dengan perbedaan antara kejenuhan dan kapasitas lapang. Proses pemadatan tanah tidak dapat dipulihkan dengan mudah. Pembentukan kerak permukaan tanagh (surface sealing), berhubungan langsung dengan hilangnya mineral permukaan tanah karena sinar matahari dan hujan langsung setelahnya hilangnya lapisan seresah. Pembentukan kerak tanah dapat dipulihkan dengan mudah, dengan memadukan dan

memanfaatkan pengaruh penutup tanah dan biota tanah.

Apabila aliran cepat terjadi akrena kondisi permukaan tanah, maka proyek rehabilitas lahan dengan penanaman pohon mempunyai peluang untuk berhasil dan efektid dalam memperbaiki fungsi hidrologis DAS. Keberhasilan ini dapat dicapai dengan catatan bahwa penambahan penggunaan air oleh pohon yang ditanam harus dapat diimbangi oleh infiltrasi curah hujan tambahan, sehingga dapat terjadi penambahan terhadap jumlah aliran dasar. Apabila aliran cepat terjadi karena kejenuhan tanah di DAS dan kurangnya kapasitas penyimpanan air, maka proyek

11

rehabilitas lahan tidak akan banyak mempengaruhi meskipun telah mampu mengkondisi penutupan tanah/lahan.

Berdasarkan persepsi umum, fungsi penyangga DAS berkaitran erat dengan keberadaan hutan, meskipun pada kenyataannya sebagian besar air akan tersimpan dalam tanah bukan pada vegetasi. Jenis penutupan lahan yang mampu meningkatkan penyerapan air hujan secara cepat oleh tanah mempunyai kontribusi terhadap fungsi penyangga lansekap, dalam pengertian berkurangnya proporsi aliran permukaan dibandingkan dengan jumlah curah hujan. Struktur fisik yang dapat menyimpan air di permukaan, seperti sawah, dapat juga mengurangi aliran air permukaan relatif terhadap air hujan.

Secara prinsip , kemampuan sawah ini sebanding dengan hutan dari sisi kemampuannya menyangga air secara temporer. Untuk membandingkan secara lebuh tepat bagaimana suatu sistem, baik itu berupa sawah, hutan maupun sistem penyangga air lainya. Kita perlu memiliki indikator yang dapat mengukur fungsi penyangga secara kuantitatif. Indikator ini akan dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai faktor faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan fungsi penyangga.

Indikator penyangga dapat kita manfaatkan untuk dinamika kemampuan menyangga DAS dan keterkaitannya dengan vegetasi, tanah dan curah hujan. Indikator ini dapat didasarkan pada perbandingan langsung antara pola aliran masuk dan keluar dari waktu ke waktu dan pada berbagai skala spasial.

Pada suatu DAS, lokasi penyimpanan air sementara dapat terjadi di beberapa lokasi dengan kapasitas total dan laju penurunan yang berbeda
12

beda. Secara keseluruhan, fungsi penyangga aliran sungai tergantung pada karakteristik curah hujan, tanah, vegetasi dan sistem penyimpanan air di permukaan dan bawah permukaaan baik yang bersifat alami atau buatan.

Dalam melakukan penilaian fungsi DAS di berbagai lokasi, indikasi sementara menunjukkan bahwa vegetasi berperan besar terhadap fungsi penyimpanan pada skala plot atau lapangan, pengelolaan tanah pada skala lereng bukit, teknik konstruksi pada skala sub DAS dan iklim pada skala DAS.

13

Fungsi pelepasan air secara bertahap berkaitan dengan aliran sungai selama periode kering atau aliran dasar sangat diinginkan oleh para pengguna air di daerah hilir, karena aliran air tersebut dapat menjaga kestabilan sarana pengangkutan dan ketersediaan air. Tanpa adanya hujan, aliran sungai dapat dipastikan menurun. Kondisi yang baik bagi pengguna air sungai adalah jika penurunan ini berlangsung secara perlahan.

Fungsi mempertahankan kualitas airr berkaitan dengan masalah erosi dan sedimentasi partikel tanah. Padahal. Secara ekologis keruskan kualitas air yang utama berkaitan erat dengan pencemaran karena unsur hara, pestisida dab bahan bahan organik yang mengurangi ketersediaan oksigen dalam air.

Unsur unsur yang dapat mencemari air antara lain unsur hara, logam berat, bahan organik yang dapat terurai pada aliran air serta bahan bahan biologi aktid. Untuk mengetahu ada tidaknya bahan pencemar di aliran air, diperlukan pengukuran khusus dan penelusuran yang rinci jenis dan asal sumber pencemaran tersebut. Sebenarnya mencegah pencemaran sebelum terjadi jauh lebih baik daripada melakukan penanggulangan setelah ada kejadian. Namun, pengambil kebijakan biasanya membutuhkan bukti nyata akan adanya resiko pencemaran. Untuk dapat melihat terjadinya pencemaran secara nyata, dibutuhkan waktu yang lama dan sangat tergantung pada curah hujan, kondisi hidrologis dan sebarap baik filter alami yang ada di DAS. Fungsi mempertahankan kualitas tanah sering kali dikaitkan dengan tanah di hutan tua sebagai acuan dalam menilai terdegradasi tidaknya tanah. Degradasi tanah melibatkan hilangnya bahan organik, penurunan

ketersediaan hara, perubahan biota tanah dan jaring makanan dalam tanah, pemadatan tanah serta perubahan retensi air. Perubahan retensi tanah
14

berkaiatan dengan kapasitas atanah dalam menyerap air selama kejadian hujan, melepaskan air setelah kejadian hujan, melepaskan air setelah kejadian hujan hingga tanah mencapai kapasitas lapang dan

mempertahankan air pada tekanan yang sesuai bagi tanamanuntuk menyerap dan mengambil air tersebut. Pemadatan tanah dapat terjadi dengan cepat, apalagi dengan adanya jejak bulldozer, mobil, binatang dan manusia yang dapat memadatkan tanah terutama pada kondisi tanah basah seperti pada musim penghujan. Tanpa adanya penutup tanah, pelepasan partikel partikel halus tanah dapat memberikan pengaruh yang sama seperti pemadatan tanah. Proses pemulihan tanah berupa pembentukan makroporositas bersifat lambat dan sangat tergantung pada aktifitas cacing tanah dan organisme tanah. Jika tanah sudah padat, proses pemulihan mungkin berlangsung berpuluh tahun. Pengolahan tanah dengan membalikkan tanah tidak dapat menggantikan proses pembentukan struktur tanah secara biologi. Beberapa proses alami dalam DAS dapat memberikan dampak menguntungkan kepada sebagian kawasan DAS, tetapi pada saat yang sama dapat merugikan bagian yang lain. Bencana alam banjir dan kekeringan silih berganti yang terjadi di suatu wilayah atau daerah merupakan dampak negatif kegiatan manusia pada suatu DAS, dapat dikatakan bahwa kegiatan manusia telah menyebarkan DAS gagal dalam menjalankan fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpan, dan pendistribusian air ke saluran-saluran atau sungai. Air permukaan baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa) dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem daerah aliran sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

15

Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, dan manusia. Apabila salah satu faktor tersebut mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi juga ekosistem DAS tersebut dan akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS. Apabila fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem hidrologisnya akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya menjadi sangat berkurang atau sistem penyalurannya menjadi sangat boros. Kejadian itu akan menyebabkan melimpahnya air pada musim penghujan dan sangat minimum pada musim pada musim kemarau, sehingga fluktuasi debit sungai antara musim hujan dan musim kemarau berbeda tajam. DAS yang sehat dapat menyediakan unsur hara bagi tumbuhtumbuhan, sumber makanan bagi manusia dan hewan, Air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya dan tempat berbagai aktivitas manusia dan hewan. Hubungan Fungsi Hidrologis DAS dengan Tutupan Lahan oleh Pohon Tutupan lahan oleh pohon (tutupan pohon) dengan segala bentuknya dapat mempengaruhi aliran air. Tutupan pohon tersebut dapat berupa hutan alami, atau sebagai permudaan alam (natural regeneration), pohon yang dibudidayakan, pohon sebagai tanaman pagar, atau pohon monokultur (misalnya hutan tanaman industri). Pengaruh tutupan pohon terhadap aliran air adalah dalam bentuk:

Intersepsi air hujan. Selama kejadian hujan, tajuk pohon dapat mengintersepsi dan menyimpan sejumlah air hujan dalam bentuk lapisan tipis air (waterfilm) pada permukaan daun dan batang yang selanjutnya akan mengalami evaporasi sebelum jatuh ke tanah. Banyaknya air yang dapat diintersepsi dan dievaporasi tergantung pada indeks luas daun
16

(LAI), karakteristik permukaan daun, dan karakteristik hujan. Intersepsi merupakan komponen penting jika jumlah curah hujan rendah, tetapi dapat diabaikan jika curah hujan tinggi. Apabila curah hujan tinggi, peran intersepsi pohon penting dalam kaitannya dengan pengurangan banjir.

Daya pukul air hujan. Vegetasi dan lapisan seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan meningkat. Peran lapisan seresah dalam melindungi permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap pelapukan; seresah berkualitas tinggi (mengandung hara, terutama N tinggi) akan mudah melapuk sehingga fungsi penutupan permukaan tanah tidak bertahan lama.

Infiltrasi air. Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah. Struktur tanah juga dipengaruhi oleh aktivitas biota yang sumber energinya tergantung kepada bahan organik (seresah di permukaan, eksudasi organik oleh akar, dan akar-akar yang mati). Ketersediaan makanan bagi biota (terutama cacing tanah), penting untuk mengantisipasi adanya proses peluruhan dan penyumbatan pori makro tanah.

Serapan air. Sepanjang tahun tanaman menyerap air dari berbagai lapisan tanah untuk mendukung proses transpirasi pada permukaan daun. Faktor faktor yang mempengaruhi jumlah serapan air oleh pohon adalah fenologi pohon, distribusi akar dan respon fisiologi pohon terhadap cekaman parsial air tersedia. Serapan air oleh pohon diantara
17

kejadian hujan akan mempengaruhi jumlah air yang dapat disimpan dari kejadian hujan berikutnya, sehingga selanjutnya akan mempengaruhi proses infiltrasi dan aliran permukaan. Serapan air pada musim kemarau, khususnya dari lapisan tanah bawah akan mempengaruhi jumlah air tersedia untuk aliran lambat ( slow flow).

Drainase lansekap. Besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang memungkinkan air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya infiltrasi, tipe saluran yang terbentuk akibat aliran permukaan yang dapat memicu terjadinya aliran cepat air tanah ( quick flow).

Selain tutupan pohon, ada faktor lain yang dapat mempengaruh fungsi hidrologi DAS. Pada hutan alami, perlintasan hewan biasanya meninggalkan jalan setapak yang merupakan pemicu petama terbentuknya jalur aliran permukaan walaupun tingkatannya masih belum terlalu membahayakan. Jalan setapak yang terbentuk oleh roda pedati atau kendaraan berat selama penebangan pohon di hutan cenderung

meningkatkan intensitas aliran permukaan dan penghanyutan sedimen ke sungai. Pengelo laan lahan setelah konversi hutan biasanya ditujukan untuk perbaikan drainase guna melindungi tanaman dari bahaya penggenangan dan atau aliran permukaan. Adanya daerah rawa pada suatu lansekap mempunyai peranan penting dalam mengurangi terjadinya banjir di daerah hilir. Namun sebaliknya, jika ada usaha mengurangi frekuensi terjadinya banjir di daerah hulu dengan mempercepat aliran ke hilir, justru akan meningkatkan resiko banjir di daerah hilir.Jadi, dampak umum dari konversi hutan dan atau perubahan tutupan pohon pada suatu bentang lahan dapat dipahami dari kombinasi dan interaksi berbagai proses tersebut di atas.
18

DAFTAR PUSTAKA Paimin. et al. 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Pusat Penelitian, Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor. Pawitan, H. 2009. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Hidrometeorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Rahayu, S. et al. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Center South East Asia Regional Office. Ramdan, H. 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti, Jatinangor. Van Noordwijk, M. et al. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS). 2004. Agrivita Vol 26 No 1. Universitas Brawijaya, Malang.

19

LAMPIRAN

20

KUMPULAN FOTO KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 27 JUNI 2012

21

22

23

24

You might also like