You are on page 1of 54

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas.

Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya. SDM yang perlu dibangun di antaranya adalah SDM masyarakat pertanian (petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian), agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui penyuluhan pertanian. Melalui penyuluhan pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh pertanian (Deptan 2009).

Tujuan penyuluhan pertanian adalah dalam rangka menghasilkan SDM pelaku pembangunan pertanian yang kompeten sehingga mampu mengembangkan usaha pertanian yang tangguh, bertani lebih baik (better farming), berusaha tani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan lingkungan lebih sehat. Penyuluhan pertanian dituntut agar mampu menggerakkan masyarakat, memberdayakan petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian, serta mendampingi petani untuk: 1. Membantu menganalisis situasi-situasi yang sedang mereka hadapi dan melakukan perkiraan ke depan. 2. Membantu mereka menemukan masalah. 3. Membantu mereka memperoleh pengetahuan/informasi guna memecahkan masalah. 4. Membantu mereka mengambil keputusan. 5. Membantu mereka menghitung besarnya risiko atas keputusan yang diambilnya. Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat dilihat dengan indikator banyaknya petani, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian yang mampu mengelola dan menggerakkan usahanya secara mandiri, ketahanan pangan yang tangguh, tumbuhnya usaha pertanian skala rumah tangga sampai menengah berbasis komoditi unggulan di desa. Selanjutnya usaha tersebut diharapkan dapat berkembang mencapai skala ekonomis. Semua itu berkorelasi pada keberhasilan perbaikan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, lebih dari itu akan bermuara pada peningkatan pendapatan daerah. Ke depan

arah pembangunan, menuju pada industrialisasi di bidang pertanian melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam memanage usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang berkualitas. Namun hal yang cukup fundamental, mentalitas petani sebagai pelaku usaha tani padi perlu diperhatikan. Semangat usaha yang cenderung menurun akibat dihadapkan pada nilai jual produk yang belum menguntungkan, dan choise dengan produk komoditi usaha tani lain yang lebih menguntungkan. Karena itu petani padi kita perlu mendapatkan inspirasi yang selalu up to date agar tumbuh motivasi dan gairah usaha dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi untuk maju demi nusa bangsa kita.

1.2. Tujuan PKL Adapun tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) di BP4KKP Bekasi adalah mahasiswa dapat mengetahui sbb : 1. Mengerahui Peran Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan, Kehutanan Dan Ketahanan Pangan melalui BP3K tingkat kecamatan Dalam Meningkatkan Kualitas Sektor Agribisnis Di kecamatan Bojongmanagu 2. Membina relasi dengan instansi atau perusahaan tempat Praktek Kerja Lapang 3. Memperoleh pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja, serta memperoleh referensi dari tempat melakukan PKL. 4. Memahami konsep-konsep non akademisi dan non teknis dalam dunia kerja pertanian 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Laporan Ruang lingkup pembahasan laporan adalah kegiatan BP4KKP melalui BP3 tingkat kecamatan dalam upaya mencapai program-program yang telah di rencanakan : 1. Pembahasan umum mengenai gambaran kegiatan BP4KKP melalui BP3K tingkat kecamatan dalam upaya mencapai program-program yang telah di rencanakan; 2. Fokus pembahasan mengenai peran GAPOKTAN dan BP3K dalam meningkatkan Agribisnis di Desa Bojongmangu;

3. Fokus kegiatan atau program mengenai tindakan tindakan yang di lakukan oleh GAPOKTAN dan BP3K dalam rangka meningkatkan kualitas sector Agribisnis di perdesaan Bojongmangu; 1.4. Metode Praktek Kerja Lapangan Dalam kegiatan praktek kerja ini, metode yang digunakan adalah: 1. Praktek Kerja Praktek kerja di laksanakan dikantor BP4KKP dan di disposisikan ke BP3K tingkat kecamatan tepatnya di Bojongmangu dan banyak terjun ke masyarakat khususya tokoh dan Gapoktan-Gapoktan secara langsung selama 2 (dua) bulan untuk memperoleh keterangan langsung serta menambah wawasan dan pengalaman kerja. 2. Wawancara Wawamcara dilakukan pada hari-hari tertentu kepada Kapala BP4KKP, dan pendamping PKL, kepala BP3K Bojongmangu serta tenaga kerja yang ada, langsung ke masyarakat setempat mengenai program yang diterapkan; 3. Pengamatan tidak langsung Pengamatan tidak langsung yaitu pengumpulan data melalui studi pustaka dan mengumpulkan keterangan dan data dari tempat kerja praktek;

1.5. Profil BP4KKP Kab. Bekasi Pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia pada prinsipnya tidak terlepas dari kegiatan penyuluhan pertanian. Sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia memiliki rentang waktu dan pengalaman yang cukup panjang. Di mana pada jaman penjajahan dulu dikenal sebagai Lanbouw Voorlichting Dienst (LVD) dengan Lanbouw Consultent-nya. Pada awal jaman kemerdekaan dikenal Jawatan Pertanian Rakyat dengan BPMD (Balai Pendidikan Masyarakat Desa)-nya, dan diera 70-an Institusi Penyuluhan Pertanian dibawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan yaitu di setiap kecamatan ada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Hingga sekarang lembaga ini masih juga terkena perubahan yaitu dengan terbitnya SKB Mentan-Mendagri tahun 1991, Balai Penyuluhan Pertanian sebagai Base Camp-nya para penyuluh pertanian dipisah-pisah ke dalam subsektor pertanian yang mengakibatkan dikenalnya sebutan Penyuluh Pertanian subsektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan. Begitu banyak sekali perubahan yang terjadi, sehingga ada pemeo setiap kali ganti menteri ganti juga kebijakan, memang penyuluh pertanian sudah demikian adanya. Sejak dilahirkan pada jaman BIMAS para penyuluh pertanian sudah berkali-kali ganti wadah, mula-mula diatur oleh Dinas Pertanian, tahun 1986 diserahkan kepada Sekretariat Pelaksana Harian BIMAS (SPHB), sejalan dengan keluarnya SKB Mentan-Mendagri tahun 1991 pecah lagi ke dinas-dinas subsektor pertanian. Pada tahun 1996 keluar lagi SKB Mentan-Mendagri

yang melahirkan suatu organisasi baru sebagai wadah untuk menampung para Penyuluh Pertanian yang berserakan pada setiap dinas subsektor pertanian yaitu Balai Informasi Penyulukan Pertanian (BIPP) yang status dan fungsinya merupakan lembaga struktural yang berada di bawah Pemerintah Kabupaten. Sejalan dengan reformasi dan demokratisasi dalam bidang politik kenegaraan yang melahirkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, maka berdasarkan hasil sidang DPRD Kabupaten Bekasi maka lahirlah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001 yang mengukuhkan lembaga

penyuluhan pertanian di Kabupaten Bekasi yang semula namanya Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) menjadi Kantor Penyuluhan dan Pelatihan Pertanian (KPPP). Seiring dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan maka setiap daerah dituntut harus membentuk lembaga penyuluhan pertanian, dengan adanya Undang-undang tersebut, maka tanggal 13 Juni 2008 terbitlah Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi , maka ditingkatkan lagi status kelembagaannya dari KPPP menjadi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP).Adapun dasar hukum pembentukannya adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan; 3. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 4 Tahun 2008, tentang Organisasi Perangkat Daerah; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 8 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi;

1.5.1. Visi Terwujudnya Peningkatan Sumber Daya Manusia Pelaku Utama dan Pelaku Usaha Pertanian, Perikanan, Kehutanan yang Handal dalam Upaya Mewujudkan Tercapainya Kecukupan Pangan.

1.5.2.

Misi 1. Meningkatkan SDM , Badan / Lembaga, dan Penyuluh Pertanian; 2. Meningkatkan SDM pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian, perikanan dan Kehutanan; 3. Meningkatkan sarana dan prasarana baik di badan / lembaga maupun di UPT-BPP; 4. Memotivasi dan memfasilitasi untuk berkembangnya program penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan yang berdasarkan kepada aspirasi dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha;

5. Mengembangkan desa mandiri pangan.untuk mendukung desa mandiri gotong royong; 6. Menjalin kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan lembaga swasta, BUMN, BUMD, badan diklat, perguruan tinggi bagi petani dan lembaga ekonomi; 7. Mendorong berkembangnya kemitraan usaha tani yang berwawasan agribisnis; 8. Meningkatkan jasa pelayanan penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; 9. Melaksanakan manajemen penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan yang profesional; 10. Mengembangkan sentra-sentra produksi pengolahan hasil komoditi unggulan; 11. Mewujudkan kecukupan pangan di pedesaan; 12. Meningkatkan daya beli masyarakat yang memadai dalam memenuhi kebutuhan pangan;

1.5.3.

Tugas Pokok Membantu Bupati dalam melaksanakan kewenangan dibidang penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan.

1.5.4.

Fungsi 1. Perumusan kebijakan, program dan programa penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan;

2. Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja dan metode serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; 3. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi penyuluhan bagi para pelaku utama dan pelaku usaha; 4. Pelaksanaan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan

kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta pembiayaan penyuluhan; 5. Pelaksanaan penumbuhkembangkan dan pelaksanaan fasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan pelaku utama dan pelaku usaha; 6. Pelaksanaan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan; 7.Pelaksanaan pembinaan terhadap BP3K dan Pos Penyuluhan Pedesaan; 8.Pengelolaan kegiatan ketahanan pangan; 9.Pengelolaan urusan kesekretariatan Badan;

1.5.5.

Struktur Organisasi Adapun Susunan Organisasi Dinas Pertanian, terdiri dari : 1. Kepala Badan 2. Sekretaris a. Sub Bagian Keuangan dan Program b. Sub Bagian Aparatur dan Umum

10

c. Sub Bagian Perlengkapan 3. Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan a. Sub Bidang Pengembangan b. Sumberdaya Manusia c. Sub Bagian Pengembangan Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana 4. Bidang Penyediaan Informasi, Pengkajian, dan Prasarana Sub Bidang Penyediaan Informasi dan Pengkajian Teknologi Sub Bidang Pengembangan Kemitraan dan Kerjasama 5. Bidang Pengembangan Penyuluhan Sub Bidang Programa dan Tata Penyuluhan Sub Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan 6. Bidang Ketahanan Pangan a. Sub Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan b. Sub Bidang Distribusi dan Konsumsi Pangan 7. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) 8. Kelompok Jabatan Fungsional

11

Table 1. Tujuan dan Sasaran BP4KKP Bekasi

TUJUAN 1 .

SASARAN kemampuan aparatur dan

Meningkatkan kapasitas aparatur 1.1.Meningkatnya dan petani dalam mengelola dan mempromosikan hasil pertaniannya dalam

memberikan

penyuluhan

pembinaan kekelompok masyarakat.

1.2.Meningkatnya pengetahuan petani 2.

kemampuan

dan

Meningkatkan produksi pertanian 2.1. Meningkatnya produksi hasil pertanian untuk kesejahteraan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat.

3.

Mendorong perkembangan pangsa 3.1.Meningkatnya peluang bagi pasar produk pasar produk pertanian pertanian

Sumber : Profil Kinerja Pelayanan BP4KKP Bekasi

12

1.5.6. Potensi Usaha Wilayah kabupaten bekasi secara geografis terletak pada terletak pada 1060 88 77 BT dan 6.10-6.30 LS.secara administratif memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah barat : Laut Jawa : Kabupaten Bogor : kabupaten karawang : DKI Jakarta dan Kota Bekasi

Luas wilayah Kabupaten Bekasi 1.273,88 Km2 yang terdiri dari 23 kecamatan , 182 desa, dan 5 kelurahan. Dengan posisi geografis yang strategis ini akan menambah daya tarik Kabupaten Bekasi khususnya sebagi daerah industry, perdagangan, jasa dan perumahan / pemukiman. Kabupaten Bekasi sebagai Wilayah Penyangga Ibu Kota DKI Jakarta dengan karakteristik pertambahan penduduk yang cukup tinggi sejalan dengan arah kebijakan pada sektor industri, perdagangan, pemukiman dan jasa. Hal ini memberikan dampak terhadap tingginya kebutuhan atau permintaan akan produk hasil pertanian, peternakan, perikanan,

13

baik jenis, kuantitas maupun kualitas. Perkembangan sosial ekonomi dan kemajuan teknologi menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap keamanam pangan baik nabati maupun hewani semakin tinggi salah satu cara mendukung terpenuhinya tuntutan tersebut adalah dengan melakukan pengawasan dan pengujian mutu terhadap bahan dan produk pangan dan kegiatan pertanian lainnya yang masuk, dan diperjualbelikan di Kabupaten Bekasi. Dalam pelaksanaannya diperlukan pengaturan, penetapan norma, dan standar mutu pangan dan proses pengujian mutu pangan. Sesuai dengan karakteristik wilayah perkotaan, maka komoditi pertanian, peternakan, dan perikanan yang dikembangkan adalah komoditas yang tidak memerlukan lahan luas dengan penerapan teknologi dan memiliki nilai tambah dengan memanfaatkan pekarangan, ruang-ruang terbuka hijau dan perairan umum. Untuk di manfaatkan sebagai produksi dalam bidang pertanian.

14

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Penyuluhan Dan Penyuluh Pengertian dari penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua stakeholders agribisnis melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola kegiatan agribisnisnya yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik, dan semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2003). Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik .Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.

15

Margono Slamet (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an. Penyuluhan pembangunan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya better-farming, better business, dan better living, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat (sasaran) untuk mengadopsi strategi produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahan-perubahan kondisi sosial, politik dan ekonomi sehingga mereka dapat (dalam jangka panjang) meningkatkan taraf hidup pribadi dan masyarakatnya (SDC, 1995 dalam Mardikanto 2003). Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Mardikanto, 1987). Anwar (2000) menjelaskan fungsi-fungsi penyuluhan yang perlu diarahkan untuk: 1. 2. 3. Pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk peningkatan mutu sumberdaya manusia. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam beragam aspek pembangunan Bersama-sama institusi dan pakar-pakar terkait mendukung perencanaan

pembangunan daerah. Mardikanto (1999) mengatakan Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang

16

lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan prodiktivitas pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat. Didalam kenyataanya, kualifikasi penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya. Menurut Suhardiyono (1997). Seorang penyuluh dapat

membantu petani dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksi guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu penyuluh mempunyai banyak peran antara lain sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian dibidang pertanian Lippit (1999) dalam tulisannya tentang perubahan yang terencana, merinci lingkup kegiatan penyuluh sebagai agen pembaruan dalam 7 (tujuh) kegiatan pokok, yaitu: 1. Penyadaran, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menyadarkan masyarakat tentang keberadaannya, baik keberadaan nya sebagai individu dan anggota masyarakat, maupun kondisi lingkungannya yang menyangkut lingkungan

fisik/teknis, sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Proses penyadaran seperti itulah

17

yang dimaksudkan oleh Freire sebagai tugas utama dari setiap kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya penyuluhan. 2. Menunjukkan adanya masalah, yaitu kondisi yang tidak diinginkan yang kaitannya dengan keadaan sumberdaya (alam, manusia, sarana-prasarana, kelembagaan, budaya, dan aksesibilitas), lingkungan fisik/teknis, sosial-budaya dan politis. Termasuk dalam upaya menunjukkan masalah tersebut, adalah faktor-faktor penyebab terjadinya masalah, terutama yang menyangkut kelemahan internal dan ancaman eksternalnya. 3. Membantu pemecahan masalah, sejak analisis akar-masalah, analisis alternatif pemecahan masalah, serta pilihan alternatip pemecahan terbaik yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi internal (kekuatan, kelemahan) maupun kondisi eklsternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi. 4. Menunjukkan pentingnya perubahan, yang sedang dan akan terjadi di lingkungannya, baik lingkungan organisasi dan masyarakat (lokal, nasional, regional dan global). Karena kondisi lingkungan (internal dan eksternal) terus mengalami perubahan yang semakin cepat, maka masyarakat juga harus disiapkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut melalu kegiatan perubahan yang terencana 5. Melakukan pengujian dan demonstrasi, sebagai bagian dan implementasi perubahan terencana yang berhasil dirumuskan. Kegiatan uji-coba dan demonstrasi ini sangat diperlukan, karena tidak semua inovasi selalu cocok (secara: teknis, ekonomis, sosialbudaya, dan politik/kebijakan) dengan kondisi masyarakatnya. Di samping itu, uji-

18

coba juga diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang beragam alternatip yang paling bermanfaat dengan resiko atau korbanan yang terkecil. 6. Memproduksi dan publikasi informasi, baik yang berasal dari luar (penelitian, kebijakan, produsen/pelaku bisnis, dll) maupun yang berasal dari dalam (pengalaman, indegenuous technology, maupun kearifan tradisional dan nilai-nilai adat yang lain). Sesuai dengan perkembangan teknologi, produk dan media publikasi yang digunakan perlu disesuaikan dengan karakteristik (calon) penerima manfaat penyuluhannya 7. Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas. Yang dimaksud dengan

pemberdayaan disini adalah pemberian kesempatan kepada kelompok grassroot untuk bersuara dan menentukan sendiri pilihan-pilihannya (voice and choice) kaitannya dengan: aksesibilitas informasi, keterlibatan dalam pemenuhan kebutuhan serta partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan, bertanggung-gugat (akuntabilitas publik), dan penguatan kapasitas lokal. Sedang yang dimaksud dengan penguatan kapasitas, menyangkut penguatan kapasitas individu, kelembagaan-lokal, masyarakat, serta pengembangan jejaring dan kemitraan-kerja. Menurut Mulyana (2000) Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku Agribisnis melalui kegiatan pendidikan Non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Penyuluhan Pertanian adalah Sistem Pemberda-yaan Petani dan Keluarganya

19

Melalui Kegiatan Pembelajaran yang Bertujuan agar Para Petani dan Keluarganya Mampu secara Mandiri Mengorganisasikan Dirinya dan Masyarakatnya untuk Bisa Hidup Lebih Sejahtera. Petani harus diajak belajar bagaimana memelihara dan memanfaatkan sumberdaya yang ada dilingkungannya untuk kesejahteraannya yang lebih baik secara berkelanjutan dan kreteria penyuluh pertanian yang akan diterima petani sebagai berikut : Layak untuk dipercaya karena kemampuan dan keahliannya; Tahu persis situasi petani sehingga dapat menunjukkan permasalahan yang dihadapi sekaligus menunjukkan alternatif pemecahannya;
3. 4.

1. 2.

Selalu ada jika dibutuhkan, dalam arti penyuluh pasti punya waktu untuk sasaran; Penyuluh tidak sering ganti;

Kemampuan yang harus dimiliki penyuluh pertanian sebagai berikut : Kemampuan berkomunikasi; Sikap penyuluh: menghayati profesinya, menyukai masyarakat sasaran, yakin bahwa inovasi yang disampaikan telah teruji;
3.

1. 2.

Kemampuan penyuluh tentang: isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi;

4.

Kemampuan untuk mengetahui karakteristik sosial budaya wilayah dan sasarannya (bahasa, agama, kebiasaan, dll.)

20

Peran Penyuluh Pertanian adalah sebagai berikut : Sebagai fasilitator yaitu orang yang memberikan fasilitas atau kemudahan; Sebagai mediator yaitu orang yang menghubungkan lembaga pemerintah / lembaga penyuluhan dengan sasaran;
3.

1. 2.

Sebagai dinamisator yaitu orang yang dapat menimbulkan (menjadikan) dinamis;

Fungsi penyuluh pertanian adalah sebagai berikut : Memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada petani tentang pengetahuan dan perkembngan pertanian;
2.

1.

Membantu petani memperoleh pengetahuan yang lebih terperinci tentang cara memecahkan masalah-masalah pertanian;

3.

Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihan yng dianggap paling tepat;

4.

Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan kedepan; Dengan adanaya penmyuluhan baik di tingkat pusat masupun di daerah tidak alain

tujuannya agar pertanian di Indonesia umumnya dan khususnya dapat berkembang serta dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Selain itu dapat menambah

21

pengetahuan serta perubahan sikap yang lebih baik yang akan diambil petani untuk kedepannya. 2.2. Sejarah Gapoktan Tahun 2008, Departemen Pertanian melaksanakan program pembangunan pedesaan, yaitu pengembangan agrobisnis pedesaan yang merupakan terobosan Deptan, untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan antar pusat Salah satu program tersebut adalah memberikan bantuan bergulir kepada pengurus Gapoktan/Poktan Se-Indonesia. Gapoktan ( Gabungan Kelompok Tani ) adalah suatu wadah yang membawahi beberapa Kelomok tani sebagai kelembagaan ekonomi di Pedesaan. Di Bojonmangu ada 8 (Delapan) Gapoktan yang tiap kelompoknya terdiri dari 7-9 (Tujuh-Sembilan) Poktan. Program dari gapoktan itu sendiri adalah memberikan pinjaman modal kepada petani sebagai modal usaha pertanian, peternakan, dan perikanan. 2.3. Pengertian Gapoktan Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan penumbuhan dan pengembangan kelompoktani dan Gapoktan sesuai Permentan No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, yaitu Kelompok tani adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

22

lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Gabungan kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya mencapai sebagian apa yang dibutuhkan dan/atau diinginkan, Dengan kesadaran semacam itu setiap anggota menginginkan dan akan berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam menjalankan fungsinya, dengan meningkatkan mutu interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada anggota dan lingkungannya untuk mencapai tujuan kelompok. Dinamika kelompok adalah tingkat kegiatan dan tingkat keefektifan kelompok dalam rangka mencapai tujuan.dan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para petani dalam mengembangkan usahanya; 2. Memudahkan para pengambil kebijakan melaksanakan program-program yang akan dikembangkan; 3. Memudahkan penyuluh pertanian melakukan pemberdayaan terhadap petani; Pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Menurut Mulyana (2009) GAPOKTAN adalah sekumpulan kelompok tani untuk mencapai

yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain

23

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari gabungan kelompok tersebut. GAPOKTAN pada dasarnya adalah gabungan dua kelompok atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu. Menurut Polak (1999) maksud struktur sebuah gab un gan kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang terdiri atas: 1. Suatu rangkaian status-status atau kedudukan- kedudukan para anggotanya yang hirarkis. 2. Peranan-Peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu. 3. Unsur-Unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma, model) yang

mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan struktur. Menurut Sukanto (1999) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri gabungan kelompok yaitu; setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok ada hubungan timbal balik antara sesama anggota, dan terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Perry dan Winardi, (2004) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu gabungan kelompok adalah:

24

1. Ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang relatif lama; 2. Setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota; 3. Adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai; 4. Adanya struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang

semuanya tumbuh di dalam kelompok; Kementrian Pertanian RI (1999) memberi batasan bahwa kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani. Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani /

GAPOKTAN meiliki keunggulan / peran sebagai berikut: 1. Anggota wadah kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok tersebut;

25

2.

Besaran GAPOKTAN

disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di

lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 5-10 kelompok tani 3. Keanggotaan kelompok tani bersifat Non formal; Pemilihan pengurus tiap kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok dan dukungan masyarakat dan instansi terkait. Susunan kepengurusan kelompok tani minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta dapat kelompok. Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Kelompok Tani: 1. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usahatani; 2. Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugas/penyuluh serta kesepakatan yang berlaku; 3. Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, penggurus maupun dengan petugas/penyuluh; 4. Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat demi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok; Jumlah anggota kelompok tani sangat bervariasi dan ada kecenderungan bahwa makin banyak anggota kelompok makin rendah persentase keaktifannya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

dalam pertemuan kelompok. Disimpulkan bahwa jumlah anggota kelompok yang ideal adalah 30-40 orang (Wahyuni dan Hendayana, 2001).

26

Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Kelompok Tani sebagai berikut : 1. Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani. Dalam hal ini pengurus melakukan koordinasi

terhadap anggota dengan mengidentifikasi jumlah anggota kelompok tani yang bertambah atau berkurang; 2. Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas/penyuluh untuk selanjutnya diteruskan pada anggota kelompok. Pengurus wajib menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada kelompok taninya; 3. Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain; 4. Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota. Yakni dengan menumbuhkan swadaya dan swakarsa anggota; 5. Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan/ musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas/ penyuluh;

2.4. Definisi Peran Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

27

kemasyarakatan. Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).Peran juga dapat dimaknai sebagai perilaku individu yang sangat pentingbagi struktur sosial dalam masyarakat atau sebuah instansi.Peranan adalah suatu tugas utama yang dilakukan oleh individu ataupunorganisasi sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat guna mewujudkan cita-citadan tujuan hidup sehat bersama.

BAB III

28

GAMBARAN UMUM 3.1.Waktu dan Tempat PKL Waktu dilaksanakannya PKL adalah tanggal 14 Maret 2012 sampai dengan tanggal 14 Mei 2012 dengan sistem full time dan part time (paruh waktu). Lokasi pelaksanaan PKL adalah di Komplek Perkantoran Pemerintahan Kabupaten Bekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Tlp . 021-89970065 , 021- 89970129 Fax. 021- 89970064 Ext. 197 dan di disposisikan ke BP3K Kecamatan Bojongmangu.

3.2. Rincian Pelaksanaan PKL 3.2.1. Garis Besar Rencana Kerja Tiap Minggu Sebagai bahan acuan kerja dalam melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL), penulis menjabarkan rangkaian acuan kerja dengan mengklasifikasikan kegiatan perminggu. Pada minggu sebelum pelaksanaan PKL penulis mencoba untuk menjalin tali silaturahmi dan hubungan yang baik dengan Kepala Bagian seperti Bagian Kepegawaian dan jajarannya Selain itu, penulis juga mencoba mensosialisasikan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan PKL. Pada tahap ini, sama sekali tidak ditemukan suatu masalah atau hambatan yang berarti dari pihak manapun juga. Minggu pertama pelaksanaan PKL, merupakan tahap perkenalan dan sosialisasi kepada kepala dan staf BP4KKP baik di pusat maupun di cabang. Pada minggu itupun

29

penulis juga mencoba mencari informasi mengenai Struktur Organisasi dan Tata Kerja BP4KKP baik di pusat maupun di cabang. Minggu kedua, merupakan kegiatan dimana penulis menggali informasi lebih mendalam dengan mengetahui dan mempelajari Kebijakan dan program-program Umum di BP4KKP Bekasi dan Bojongmangu. Penulis juga mengunjungi Kabid Pertanian Pemerintah Bekasi untuk mengetahui lebih dalam mengenai kebijakan sector Agribisnis di Bekasi maupun di perdesaanya. Penulis juga mengetahui dan mempelajari profil kinerja BP4KKP baik di pusat maupun di cabang. Minggu ketiga, penulis mengetahui dan mempelajari Rencana Strategis dan Implementasinya dalam rangka

meningkatkan kualitas Agribisnis di perdesaan, Pada minggu ini penulis lebih banyak melakukan diskusi dengan pihak terkait untuk lebih mendalam mengetahui kegiatan-kegiatan yang telah di lakukan BP3K di daerah perdesaan atau di perkotaan, Pada minggu keempat, merupakan kegiatan dimana penulis lebih mencari informasi mengenai program-program yang belum dijelaskan, pada minggu ini juga penulis melakukan survey lapangan untuk observasi langsung dengan mengunjungi kegiatan pertanian baik ketemu dengan tokoh masyarakat dan ketua kelompok tani dan ketua GAPOKTAN. Minggu kelima yang dimana merupakan minggu dimana penulis telah bekunjung ke berbagai tokoh masayarakat dan pemerintah dan pemuka agama , penulis mengklasifikasikan dan mulai menyusun laporan dan juga mempersiapkan planning kerja untuk minggu yang akan datang selaigus mengadakan diskusi dengan kepala BP3K dan pendamping lapangan. Minggu keenam dimana merupakan minggu dimana penulis telah bekunjung ke berbagai tokoh masayarakat

30

Gapoktan sekaligus mengikuti pelatihanpelatiahan dari penyuluh pertanian , Penulis mengklasifikasikan dan mulai menyusun laporan dan juga mempersiapkan planning kerja untuk minggu yang akan datang selaigus mengadakan diskusi dengan kepala BP3K dan pendamping lapangan. Minggu ketujuh merupakan minggu dimana penulis telah bekunjung dan telah berkunjung dan observasi langsung ke lapanghan dan sekaligus ikut andil dalam kegiatan yang melibatkan BP3, gapoktan, pemuda, dan LSM yang ada di masyarakat. Pelaksanaan kegiatan PKL, penulis mencoba mencari informasi dan data yang bisa diperoleh di tempat PKL. Dengan menghubungi pihak terkait mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Penulis juga berusaha untuk mendapatkan data dan informasi berdasarkan rincian rencana kerja yang telah dibuat sebelumnya dalam Term of Refrence (TOR) PKL yang telah disetujui oleh dosen pembimbing dan pendamping lapangan. Untuk data lebih jelas mengenai kegiatan rutin yang dilakukan oleh penulis setiap hari kerja selama kegiatan PKL berlangsung, dapat dilihat pada lampiran catatan harian PKL (Lampiran 1).

3.3.

Rekan PKL Selama menjalankan kegiatan PKL di BP4KKP dan di disposisikan ke BP3K Bojongmanagu, yang beralamatkan di Desa Bojongmangu, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, penulis mendapatkan beberapa rekan kerja dan pendamping lapangan.

31

Sehingga dalam pelaksanaan praktek penulis dapat melakukan kegiatan dengan bantuan dan bimbingan dari pegawai dan pendamping. Kegiatan sehari-hari mereka memiliki bagian pekerjaan masing-masing dan terkadang saling membantu di setiap pekerjaan dengan memberikan pengarahan dan menanyakan apa yang belum dipahami. Semua pegawai di BP3K Bojongmanagu, yang beralamatkan di Desa Bojongmangu, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi sangat antusias bilamana penulis menanyakan mengenai program-program yang dijalankan, sehingga penulis mendapatkan informasi yang jelas. Adapun pemimpin dan pegawai yang menjadi rekan kerja yang selalu berdiskusi dengan penulis selama PKL berlangsung untuk mendapatkan informasi adalah sebagai berikut: 1. Dinas BP4KKP Pusat 2. BP3K Bojongmangu 3. Bojongmangu 4. Bojongmangu Bapak Rouf Ghofur selaku staff BP3K Bapak Rudi selaku Bendahara BP3K Bapak Mardalih Amd, selaku Kepala Ibu Ir.Yeta Hendriwideta selaku Kepala

32

5. Bojongmangu Interaksi Dengan Pendamping Profil pendamping Praktek Kerja Lapangan : Nama NIP Jabatan : Mardalih Amd, : 19580415197803 1 003 : Kepala BP3K Bojongmangu

Bapak Uneng

selaku staff

BP3K

3.4.

Selama pelaksanaan kegiatan PKL, pendamping memberikan perhatian yang sangat luar biasa. Dalam berinteraksi biasanya penulis berdiskusi mengenai apa saja program yang sudah dilakukan dan apa yang mau dilakukan. Diskusi yang dilaksanakan dilakukan pada waktu yang formal seperti pada jam kerja berlangsung dan waktu informal yakni di waktu senggang seperti waktu istirahat. Hubungan kerja dan sosial sehari hari dengan pendamping berlangsung dengan sangat baik dan terus terjaga hingga masa PKL. Dalam setiap kesempatan pendamping tidak ragu-ragu memberi informasi dan data yang dibutuhkan penulis saat pelaksanaan PKL, selain itu pendamping juga mengarahkan untuk bila memperoleh data yang lebih mendalam. Keadaan ini sungguh sangat mendukung penulis baik saat sedang melakukan kegiatan PKL maupun sesudahnya, yaitu pada masa penyusunan laporan hasil kegiatan PKL tersebut.

33

3.5.

Keterampilan yang Diperoleh dari PKL Pelaksanaan PKL yang dilakukan selama 7 minggu, memberikan penulis berbagai banyak hal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang sangat berguna bagi penulis. Dengan pelaksanaan PKL ini penulis mendapatkan Keterampilan dan pengalaman sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana instansi pemerintah dalam pelayanannya ke masyarakat; 2. Mampu merencanakan program pertanian yang tepat yang harus diterapkan di daerah perdesaaan maupun perkotaan; 3. Memperoleh wawasan yang luas mengenai ketahanan pangan dan sektor Agribisnis di perdesaan ; 4. Memperoleh pengalaman pelatihan pertanian dan pendemplotan padi dalam kunjungan lapangan ke masyarakat; 5. Menambah pengalaman dalam dunia kerja di instansi pemerintah; 6. Menambah pengalaman,keahlian, dan kenalan dalam dunia kerja di instansi pemerintah dan lingkungan;

34

BAB IV PEMBAHASAN 4.I. Penyuluh Sebagai Fasilitator Fasilitator adalah mereka yang ditugasi untuk melakukan fasilitasi dalam proses pembelajaran. Sebutan fasilitator biasanya digunakan dalam proses pembelajaran orang dewasa, dan metoda yang dipakai dalam proses ini adalah metoda andragogi. Metoda ini dirancang mengacu pada pendidikan orang dewasa, suatu model pendidikan yang

mengutamakan penggalian, pendalaman, pengembangan, pegejawantahan pengalaman dan potensi individu secara optimal. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam metoda ini yakni mengalami, mengemukakan, mengolah, melakukan simpulan, serta diakhiri dengan aplikasinya. (Mulyana 2003) Peran penyuluh penulis batasi hanya kepada peran sebagai fasilitator karena ruang lingkup penulis hanaya bergerak di bidang tersebut.walaupun masih banyak lagi peran penyuluh yang bisa di kaji lagi dan di terangkan secara lebih dalam.di bawah ini penulis gambarkan peran penyuluh sebagai fasilitator sebagin berikut :

35

4.1.1.

Pelayanan UPJA UPJA merupakan salah satu model yang ditempuh pemerintah dalam rangka pendayagunaan dan pengembangan alsintan. Perkembangan UPJA di tiap

Provinsi/Kabupaten menunjukkan bahwa rata-rata pemanfaatan alsintan oleh kelompok tani UPJA sudah optimal atau belum dalam memanfaatkan alsintan. Demikian pula pendapatan usaha pengelolaan alsintan oleh kelompok tani UPJA masih rendah. Alat dan mesin pertanian (alsintan) merupakan salah satu komponen input sistem agribisnis yang memiliki peran signifikan dalam kaitannya dengan produktivitas, efisiensi dan peningkatan mutu produk. Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 25/Permentan/PL.130/5/2008 bahwa legal konsep UPJA adalah lembaga ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani/gapoktan. Dari pengertian tersebut, ada empat hal yang mendasari kebijakan, strategi dan operasionalisasi pengembangan UPJA, dijabarkan sebagai berikut;

36

1.

Alsintan mempunyai peranan penting dan strategis dalam mencapai tujuan dari sistem pembangunan pertanian mulai pada proses budidaya, panen, pasca panen sampai pengolahan hasil pertanian.

2.

Keterkaitan yang signifikan antara target pencapaian pembangunan pertanian dengan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA).

3.

Perlunya tata kelola yang baik (good governance) dan pengelolaan (management) penumbuhan dan pengembangan UPJA.

4.

Asas desentralisasi dan otonomi penumbuhan dan pengembangan UPJA yang disesuaikan dengan karakteristik kondisi wilayah. Lebih lanjut, hal ini akan mempengaruhi model pengembangan UPJA.

4.1.2. Program Pemberdayaan Petani dengan Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP/FEATI) Program (P3TIP/FEATI) adalah suatu program untuk memberdayakan petani dan organisasi petani dalam meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan aksesbilitas terhadap informasi, teknologi, modal dan sarana produksi, pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha sasarannya meliputi : 1. Petani yang telah tergabung dalam kelompok tani (Poktan); 2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan);

37

3. Asosiasi dan korporasi petani; Ruang lingkup kegiatannya diantaranya meliputi : 1. Pengembangan kelembagaan Penyuluh; 2. Pengembangan kelembagaan Petani; 3. Penguatan Ketenagaan Penyuluh; 4. Perbaikan Sistem dan Metode Penyuluhan; 5. Perbaikan Penyelenggaraan Penyuluhan; 6. Penguatan Dukungan Teknologi pada Usaha Tani / Agribisnis 7. Perbaikan Pelayanan Teknologi dan informasi Pertanian; 4.1.3. Memberdayakan Usaha Petani/Agribisnis Perdesaan Melalui Pendekatan Keuangan Mikro (PUAP) Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi

38

petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah (2005-2009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan

mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja diperdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun

Kementerian/ Lembaga lain dibawah payung program PNPM Mandiri. 4.1.4. Tujuan PUAP bertujuan untuk:

39

1.

Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;

2.

Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;

3.

Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis;

4.

Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan;

4.1.5.

Sasaran Sasaran PUAP yaitu sebagai berikut: 1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa; 2. Berkembangnya 10.000 GAPOKTAN/POKTAN yang dimiliki dan dikelola oleh petani; 3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin,

petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; 4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman;

40

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan langkah terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. PUAP merupakan entry point dan perekat bagi seluruh program Departemen Pertanian dan sektor lain yang terkait dalam program PNPM-Mandiri. Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP diperlukan berbagai upaya dan strategi pelaksanaan yang terpadu melalui: 1. Pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan pada penduduk miskin perdesaan melalui peningkatan kualitas SDM; 2. 3. Penguatan modal bagi petani, buruhtani dan rumahtangga tani; Penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil dan pengelolaan nilai tambah; Keberhasilan PUAP sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan dukungan anggaran dari tingkat pusat sampai daerah. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Beras mempunyai peran strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional. Swasembada Beras Lestari merupakan salah satu perwujudan dari kemandirian pangan dan kunci keberhasilan program ketahanan pangan

4.1.6.

41

nasional. Melalui kebijakan swasembada beras yang dikembangkan berdasarkan definisi swasembada mutlak (on trend) dalam suatu kurun waktu tertentu dan swasembada proporsional yaitu dapat memenuhi (90-99%) kebutuhan nasional, maka diharapkan dapat tercapai sasaran penyediaan beras dari produksi domestik dengan harga yang terjangkau bagi sebagian besar penduduk (Suryana, 2007; Suryana et al., 2008). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka salah satu program peningkatan produksi yang digulirkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian, diantaranya melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dan Badan Litbang Pertanian adalah Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di 32 propinsi, termasuk di Provinsi Jawa Barat tepatnya di daerah Bojongmangu. Berkenaan dengan program SL-PTT sebagai salah satu program strategis Kementrian Pertanian, BPTP di masing-masing provinsi sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian dituntut untuk berperan aktif memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan untuk melakukan pengawalan penerapan teknologi di lapangan (Kementrian Pertanian, 2010). PTT merupakan pendekatan yang memadukan beberapa komponen teknologi unggulan secara sinergis untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dengan tetap menjaga kesuburan tanah secara melalui teknologi ramah lingkungan secara berkelanjutan. 4.1.7. Tujuan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu

42

Tujuan kegiatan Pendampingan Teknologi Mendukung SL-PTT Tahun 2011, yaitu : 1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan pemandu lapangan (PL), baik PL-II maupun PL-III dalam menerapkan PTT Padi Sawah Inbrida (Non Hibrida), Padi Hibrida, Padi Gogo, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Jalar dan PTT Ubi Kayu; 2. Meningkatkan penyebaran informasi teknologi PTT padi dan palawija; 3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam penerapan PTT utamanya PTT padi sawah, padi gogo dan PTT kedelai; 4. Meningkatkan penyebaran dan penggunaan benih bermutu varietas unggul baru (VUB) padi sawah, padi gogo dan kedelai; 5. Mengembangkan PTT padi dan palawija spesifik wilayah yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat; 6. Mengkaji berbagai inovasi teknologi yang berkembang di tingkat lapangan sebagai bahan penyusunan rekomendasi teknologi bagi pengguna; 7. Merumuskan bahan rekomendasi teknologi spesifik wilayah di Jawa Barat; Keluaran Yang Diharapkan Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Pendampingan Teknologi Mendukung SLPTT Tahun 2011, sebagai berikut :

4.1.8.

43

1. Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan terhadap PTT padi dan palawija meningkat pada 1.000 orang pemandu lapangan (PL), baik PPL, THL, maupun POPT; 2. Tersampaikannya informasi teknologi PTT padi dan palawija kepada 1.000 orang pengguna pada wilayah pengkajian; 3. Pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam penerapan PTT padi sawah, padi gogo dan PTT kedelai meningkat pada + 1.650 orang peserta Demfarm di Jawa Barat; 4. Tersebarnya benih bermutu VUB padi sawah pada 4.700 unit LL, padi gogo pada 860 unit LL dan kedelai pada 1.290 unit LL pada wilayah SL-PTT di Jawa Barat; 5. Teknologi PTT padi sawah, PTT padi gogo dan PTT kedelai dapat diadopsi oleh petani peserta Demfarm dan petani peserta SL-PTT di 4.700 unit LL SL-PTT padi sawah, di 860 unit LL SL-PTT padi gogo dan di 1.290 unit LL SL-PTT kedelai wilayah SL-PTT di Jawa Barat; 6. Diperoleh data keragaan berbagai inovasi teknologi yang berkembang di tingkat lapangan sebagai bahan rekomendasi teknologi spesifik wilayah pada 11 wilayah kabupaten pengkajian di Jawa Barat; 7. Rumusan bahan rekomendasi teknologi spesifik wilayah terdiri atas teknologi PTT padi sawah, PTT padi gogo, PTT kedelai, teknologi varietas unggul baru, dan beberapa komponen teknologi dari beberapa produk stakeholders yang berkembang di tingkat lapangan;

44

4.1.9.

Perkiraan Manfaat dan Dampak Perkiraan manfaat pendampingan teknologi pada SL-PTT padi dan palawija, antara lain: 1. Pemandu lapang dapat mengawal dan mendampingi pelaksanaan SL-PTT padi dan palawija sesuai dengan petunjuk dan kaidah PTT; 2. Petani memahami dan melaksanakan SL-PTT dengan baik; 3. Dapat menyempurnakan pelaksanaan SL-PTT padi dan kedelai pada tahun berikutnya; Sedangkan dampak yang diharapkan dari pendampingan teknologi pada SL-PTT padi dan kedelai, antara lain: 1. Peningkatan produktivitas padi sawah 10-20%, peningkatan produktivitas padi gogo 20-50%, dan peningkatan produktivitas kedelai 5-10% pada lahan usahatani lokasi Demfarm di Jawa Barat; 2. Dengan peningkatan produktivitas, maka diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah, padi gogo, dan petani kedelai; 3. Mendukung upaya pencapaian swasembada pangan dan dapat mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat;

45

4. Menumbuhkan kegiatan usaha pada sektor perbenihan melalui penumbuhan dan pengembangan para penangkar benih bermutu guna memenuhi kebutuhan pasar benih VUB padi dan kedelai terutama untuk wilayah setempat; 5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan produk domestik bruto wilayah setempat; 4.5. Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai sehingga terdapat senjang permintaan dengan pemenuhan kebutuhan daging sapi. Secara nasional kebutuhan daging sapi sebesar 385 juta ton dapat dipenuhi oleh ternak lokal sebesar (249,9 ribu ton) dan sisanya dipenuhi dari ternak import (135,1 juta ton). Demikian pula halnya dengan kebutuhan daging sapi di Jawa Barat kurang lebih (113,8 ribu ton) daging sapi setara dengan (574 ribu ekor), baru dapat dipenuhi secara internal sebesar (45.744 ekor), import (94.072 ekor) dan import lokal sebesar (157.85 ekor). Dalam konteks perdagingan, Jawa Barat memiliki dua dimensi, yaitu sebagai konsumen daging terbesar nasional dan sebagai pemasok daging nasional dengan share yang relatif kecil, yaitu sekitar (14%) (Deptan, 2008).

46

Operasionalisasi PSDS meliputi tujuh langkah kegiatan yaitu: 1. Optimalisasi akseptor dan kelahiran melalui inseminasi buatan(IB) dan kawin alam (KA) yang diikuti pemendekan jarak kelahiran; 2. Mengembangkan rumah potong hewan (RPH) untuk pengendalian pemotongan betina produktif/bunting; 3. Perbaikan mutu bibit dan penyediaan induk; 4. Penanganan gangguan reproduksi dan kesehatan hewan; 5. Pengembangan pakan lokal; 6. Intensifikasi kawin alam; 7. Pengembangan SDM dan kelembagaan pendukung. 4.5.1. Keluaran Program (PSDS) Keluaran Jangka Panjang Peningkatan Usaha ternak sapi potong, Peningkatan populasi sapi potong, dan tercapainya swasembada daging sapi di Jawa Barat yang didukung oleh teknis, manajemen, dan kebijakan yang terpadu antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan peraturan perundang undangannya, seperti pengendalian pemotongan betina produktif (bunting), pengaturan lalu lintas ternak

47

sapi bibit dan potong, alokasi ternak sapi bibit antar daerah, pemasukan dan pengeluaran ternak(suplai/demand), pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular, village breeding sistem dan sertifikasi bibit sapi potong. Keluaran Tahunan Adopsi inovasi teknologi meningkat , pada pelaksanaan pendampingan di lokasi PSDS melalui apresiasi, demplot, melatih tenaga khusus dan bimbingan penerapan inovasi teknologi menunjang pembibitan sapi potong. Prioritas Utama Agenda BP4KKP Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan Tupoksi BP4KKP, maka disusunlah prioritas utama agenda penyuluhan sebagai berikut : 1. Peningkatan kapasitas penyuluh dan produktifitas sumberdaya petani (pelaku utama & pelaku usaha) masyarakat pertanian, melalui: 1.1. Peningkatan keterampilan penyuluh, pelaku usaha & pelaku utama dalam upaya peningkatan kuantitas & kualitas produksi; 1.2. Pengembangan keterampilan home industri atau teknologi tepat guna, tidak lagi produk primer, tetapi mulai mengolah & mengemas untuk meningkatkan nilai tambah (value added products); 1.3. Meningkatkan efektifitas & efisiensi usaha tani melalui penyediaan informasi, pola pertanian berteknologi modern, petani sebagai operator produksi (subyek/pekerja produksi);

48

1.4.

Fasilitasi permodalan, kemitraan, & kerjasama usaha tani, penataan tataniaga usaha produksi pertanian serta peningkatan aksesbilitas termasuk fasilitasi pemasaran produksi;

1.5. Peningkatan kuantitas, kualitas, & sarana prasarana penyuluhan (penyuluh PNS, swasta, dan swadaya) Penataan kelembagaan penyuluhan (BPP atau UPTB, pos penyuluh desa), pemberdayaan kelembagaan kelompok tani & membangun keterkaitan fungsional & institusional dengan elemen agribisnis lainnya dalam rangka mendorong peningkatan produksi, pendapatan tani, keterampilan & keberlanjutan diversifikasi usaha tani. 2. Pengembangan manajemen sumberdaya penyuluh, penataan programa penyuluhan, & perbaikan manajemen penyelenggaraan operasional lapangan. 3. Pengembangan ketahanan pangan daerah melalui kegiatan: 3.1. Menjaga ketersediaan pangan daerah bersama-sama dengan dinas teknis terkait melalui kegiatan intensifikasi dan perluasan areal tanam, serta peningkatan produksi komoditas pangan daerah; 3.2. Melakukan diversifikasi pangan, yaitu mengembangkan alternatif komoditas pangan daerah (non beras) & mengembangkan teknologi tepat guna aneka

ragam makanan pangan; 3.3. Melaksanakan distribusi pangan yang merata di wilayah Kec.Bojongmangu terutama produksi pangan dalam daerah.

49

4.6.

Permasalahan Operasional Penyuluhan

Adapun permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan penyuluhan di lapangan dapat dipaparkan bahwa Luas wilayah Kabupaten Bekasi 1.273,88 Km2 yang terdiri dari 23 kecamatan , 182 desa, dan 5 kelurahan. Dengan posisi geografis dan topografi yang berat dengan penyebaran antar desa yang jauh, ternyata sangat memberatkan petugas penyuluh lapangan. Kondisi infrastruktur sarana prasarana jalan dan jarak tempuh ke pedesaan berpengaruh terhadap efektivitas dan efisien kegiatan penyuluhan terhadap para petani. Dan juga sumberdaya keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha masih minim memerlukan kualitas petugas penyuluh yang handal berbasis kepada teknologi dan agribisnis. Dengan pola pertanian dengan berbasis pertanian dengan pola tradisional yang telah membudaya, memerlukan strategi dalam upaya mengubah menjadi pola pertanian modern dengan usaha tani yang produktif dan berorientasi pada agribisnis. 4.7. Kondisi Yang diinginkan dan Proyeksi Ke Depan Cakupan pelaksanan tugas BP4KKP dan BP3K cukup luas karena bersifat lintas sector, olehnya membutuhkan dukungan sumber daya yang memadai, yakni sumber daya

50

manusia, biaya serta sarana prasarana. Kurangnya dukungan sumberdaya dimaksud sangat berpengaruh terhadap kinerja badan untuk mendapatkan out put kinerja berupa Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang di evaluasi setipa triwulan dan satu periode anggaran. Kelemahan lain juga menjadi polemic secara nasional adalah kurang afektifnya pencapaian sasaran Penyuluhan selama ini diakibatkan oleh kurangnya database serta tidak dilakukan Fisibility study dan pengkajian Penyuluhan sebelum melahirkan program Penyuluhan dan kurangnya evaluasi terhadap pelaksanaan program yang dilaksanakan tahuntahun sebelumnya. Kondisi ini cenderung melahirkan ketimpangan program baik dalam peningkatan kinerja BP3K di perlukan peningkatan kuantitas maupunkualitas personil malalui diklat-diklat Penyuluhan dan diklat-diklat yang sesuai dengan tugas dan fungsi BP3K. BP3K adalah salah satu institusi perangkat daerah yang mempunyai tugas melaksankan Program Penyuluhan, sehingga memiliki posisi yang starategis dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Untuk memaksimalkan tugas pokok tersebut maka kondisi yang diharapkan ke depan adalah antara lain : 1. Adanya kompetisi sumberdaya yang proporsional dengan beban tugas dan fungsi BP3K sebagai institusi Pelaksana Penyuluhan;

51

2.

Pelaksanaan Penyuluhan yang senantiasa mendasar pada database yang lenkap dan akurat dengan memperhatikan aspirasi masyarakat;

3.

Adanya revisi tata ruang yang sesuai dengan kondisi daerah saat ini yang telah mengalami pemekaran wilayah, pemekaran kecamatan dan pemekaran desa/kelurahan; BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Praktek Kerja Lapang yang dilakukan selama kurang lebih 2 ( Dua) bulan maka penulis dapat menyimpulkan : 1. Implementasi seluruh program tidak akan berjalan secara optimal dan tepat sasaran jika penyuluh dan Gapoktan serta Dinas yang terkait tidak memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang telah di rencanakan dan visi dan misi yang sama; 2. Seluruh program yang telah di rumuskan sudah berjalan sesuai rencana jika di lihat dari pelaksanaan, sudah sesuai dengan pedoman teknis tinggal pengembangan dan menjaga konsistensi baik pelaku usaha dan pelaku utama dan kebijakan pemerintah; 3. Faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan seluruh program baik di tingkast pusat maupun di daerah karena adanya Political Will yang kuat dari setiap kalangan dan

52

terintegrasi dengan yang lainnya dan di dukung dengan Standar Operation Prosedur (SOP) yang jelas dan Akuntable; 4. Beberapa kendala yang di hadapi di lapangan baik Teknis atau Non-teknis bisa diatasi dengan adanya kerjasama, baik dari pihak pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan masyarkat sebagai objek Implementasi Kebijakan dan Kebijakan itu sendiri yang cepat, tepat, dan akurat sampai pada objek yang di maksud; 5. Belum terbentuknya lembaga keuangan mikro yang tersebar di daerah perdesaan sebagi sumber keuangan permodalan bagi pelaku ekonomi masyarakat petani; 5.2.Saran Praktek Kerja Lapang yang dilakukan selama kurang lebih 2 ( Dua) bulan maka penulis dapat menyimpulkan : 1. Pemerintah dalam hal ini Dinas terkait harus tetap dan Konsisten dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap kelompok-kelompok Tani (GAPOKTAN) yang telah di bentuk untuk meningkatkan produktifitas dan kinerja kelompok tersebut, agar benar-benar melaksanakan program sebagaimana tujuan awalnya; 2. Pemerintah atau Dinas yang terkait harus mampu dalam pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi, dan sumberdaya pengembangan dalam hal masalah sumberdaya pertanian agar produksi pertanian atau usaha tani benar-benar terIntegrasi dari hulu sampai hilir (On-Farm-Off Farm);

53

3. Program atau Kegiatan yang telah di Sosialisasikan bahkan yang sudah di Implementasiklan tidak boleh terputus bahkan harus di pertahankan dan di kembangkan dan di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai baik SDM yang handal, kebijakan yang tepat, dan pengawasan yang berjalan agar tercapai keluaran atau hasil yang di inginkan dengan terciptanya masyarakat yang berswasembada dan mandiri. 4. Pentingnya kerjasama antara Kelompok Tani dengan Penyuluh atau Pendamping Lapangan untuk mengajak dan membimbing masyarakat guna meningkatkan partisipasi masyarakat dan kesadarannya dalam mengikuti program-program yang dilakukan pemerintah atau instansi lain di lingkungan perdesaan; 5. Pembentukan lembaga permodalan yang menjadi sumber keuangan bagi masyarakat khususnya para Petani / Gapoktan;

54

You might also like