You are on page 1of 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kata listrik (electricity) berasal dari kata Yunani electron yang berarti amber. Amber adalah damar pohon yang membatu dan orang zaman dahulu mengetahui bahwa jika anda menggosok batang amber dengan kain maka amber tersebut akan menarik daun-daun kecil atau debu. Efek amber ini kita sebut sekarang dengan nama listrik statis. Hal tersebut karena proses penggosokan dan dikatakan memiliki muatan listrik total. Berawal dari itu semua, pengembangan peradabab manuasiapun mulai berkembang. Peralatan-peralatan listrik yang kita nikmati sekarang bermula dari perangkat-perangkat kecil yang disebut dengan komponen listrik. Komponen listrik tersebut disatukan menjadi suatu rangkaian terpadu. Untuk lebih mengetahuai kegunaan dan cara kerja komponen-komponen listrik tersebut, diperlukan suatu kegiatan untuk mendalami ilmu Elektronika Dasar yang dikhususkan pada pokok bahasan Komponen dan Alat Ukur Listrik.

1.2 Ruang Lingkup Dalam penyusunan laporan praktikum Elektronika Dasar ini, praktikan membatasi pada pokok permasalahan komponen pasif (resistor, kapasitor, induktor, dioda) dan komponen aktif (transistor) serta alat ukur listrik (multimeter, osiloskop).

1.3 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mampu menggunakan berbagai komponen listrik

2. Mampu menggunakan alat-alat ukur seperti multimeter untuk mengukur besaran-besaran elektronik yang diperlukan. 3. Mampu menggunakan osiloskop untuk berbagai pengukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komponen Listrik Komponen pasif adalah komponen yang dapat berkerja tanpa adanya catu daya. Adapun komponen-komponen yang termasuk komponen pasif yaitu : 1. Resistor Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan atau menagatur arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya. Dengan resistor, listrik dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Resistor dengan simbol R dan lambang merupakan komponen pasif yang

dibuat untuk mendapatkan hambatan tertentu. Agar dapat menggunakan resistor dengan baik kita perlu mengetahui beberapa hal seperti bahan pembuatnya, nilai hambatan, toleransi, lesapan daya, derau dan perilakunya pada frekuensi tinggi. berdasarkan hukum Ohm:

Ohm (simbol: ) adalah satuan SI untuk resistansi listrik, diambil dari nama Georg Simon Ohm. Biasanya digunakan prefix miliohm, kiloohm dan megaohm.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1. (a) Bentuk fisik dari resitor, (b) Simbol Resistor < Eropa>, (c) Simbol Resistor <US, Jepang>

Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium). Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, resistor harus cukup besar secara fisik agar tidak menjadi terlalu panas saat memboroskan daya. Rangkaian Resistor Rangkaian resistor digunakan untuk mendapatkan suatu nilai dari beberapa resistor. Rangkaian resistor terdiri dari rangkaian seridan rangkaian paralel. 1. Rangkaian Resistor Seri

Gambar 2. Rangkaian Resistor Seri

Resistor yang disusun seri selalu menghasilkan resistansi yang lebih besar. Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap resistor sama besar. R1, R2, dan R3 disusun secara seri, resistansi dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan satu resistor pengganti yaitu Rs. Resistor yang

dirangkai secara seri mempunyai nilai pengganti, yang besarnya dapat dirumuskan: Jika semua nilai R yang disusun sama, dapat ditulis: Rs = R1+ R2 + R3 + .... + Rn dengan n banyaknya R yang disusun. 2. Rangkaian Resistor Paralel

Gambar 2. Rangkaian Resistor Paralel

Resistor yang disusun secara paralel selalu menghasilkan resistansi yang lebih kecil. Pada rangkaian paralel arus akan terbagi pada masingmasing resistor pada masing-masing resestor, tetapi tegangan pada ujungujung resistor sama besar.Pada rangkaian fresestor disamping untuk R1, R2, dan R3 disusun secara paralel, resistansi dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan satu resistor pengganti yaitu Rp. Resistor yang dirangkai secara paralel mempunyai nilai pengganti, yang besarnya dapat dirumuskan: 1/ Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + .... + 1/Rn Jika semua nilai R yang disusun sama besar, maka resistor penggantinya dapat ditulis: Rp = R / n dengan n banyaknya R yang disusun.

Jenis Resistor Berdasarkan nilainya resistor dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu : 1. Fixed Resistor yaitu resistor yang niulai hambatannya tetap 2. Variabel Resistor yaitu resistor yang nilai hambatannya dapat diubahubah 3. Resistor non-linier yaitu resistor yang nilai hambatannya tidak linier karena pengaruh lingkungan misalnya suhu dan cahaya Fixed Resistor Hal-hal yang harus diperhatikan : Makin besar bentuk fisik resistor, makin besar pula daya resistor tersebut Semakin besar nilai daya resistor makin tinggi suhu yang bisa diterima resistor tersebut. Resistor bahan gulungan kawat pasti lebih besar bentuk dan nilai dayanya dibandingkan resistor dari bahan karbon.

Gambar 3. Bentuk fisik resistor tetap

Resistor Variabel Trimpot, yaitu variabel resistor yang nilai hambatannya dapat diubah dengan menggunakan obeng. Potensio, yaitu variabel resistor yang nilai hambatannya dapat diubah langsung mengunakan tangan (tanpa alat bantu) dengan cara memutar poros engkol atau mengeser kenop untuk potensio geser.

Gambar 4. Contoh bentuk fisik dari variable resistor jenis Trimpot

Gambar 5. Contoh Bentuk fisik dari variable resistor jenis Potensio

(a)

(b)

Gambar 6 Simbol Resistor variabel (a) untuk Amerika, Jepang (b) untuk Eropa

Resistor non-linier Bentuk fisik dari resistor non-linier yaitu :

(a)

(b)

(c)

Gambar 7. Bentuk fisik dan simbol dari resistor non-linier

Keterangan : (a) PTC : Positive Temperatur Coefisien adalah jenis resistor non linier yang nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang mempengaruhi makin besar nilai hambatannya. (b) NTC : Negative Temperatur Coefisien adalah jenis resistor non linier yang nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang mempengaruhi makin kecil nilai hambatannya. (c) LDR : Light Dependent Resistor adalah jenis resistor non linier yang nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan intensitas cahaya yang
7

mengenainya. Makin besar intensitas cahaya yang mengenainya makin kecil nilai hambatannya.

Identifikasi warna pita

Warna Pita pertama Pita kedua Hitam 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pita ketiga Pita keempat Pita kelima (pengali) (toleransi) (koefisien suhu) 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 10-1 10-2 5% (J) 10% (K) 20% (M) 0.5% (D) 0.25% (C) 0.1% (B) 0.05% (A) 1% (F) 2% (G) 100 ppm 50 ppm 15 ppm 25 ppm

Cokelat 1 Merah 2

Oranye 3 Kuning 4 Hijau Biru Ungu 5 6 7

Abu-abu 8 Putih Emas Perak Kosong 9

2.

Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung
8

plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Kapasitansi Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :

Q = CV .(1) Q = muatan elektron dalam C (coulombs) C = nilai kapasitansi dalam F (farads) V = besar tegangan dalam V (volt)

Membaca Kapasitansi

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis

kapasitansinya sebesar 22uF/25v. Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan tersebut dua angka yaitu adalah 47, maka kapasitansi dari kapasitor bernilai 47 pF.

Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal,
9

sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000 dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka

kapasitansinya adalah 10 x 10.000 = 100.000pF atau = 100nF. Contoh lain misalnya tertulis 222, artinya kapasitansi kapasitor tersebut adalah 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.

Ada dua tipe kapasitor, yaitu polar dan nonpolar/ bipolar. Perbedaan dari keduanya adalah pada ketentuan pemasangan kaki-kakinya. Polaritas pada kapasitor polar dapat diketahui melalui label polaritas (negatif atau positif) kaki kapasitornya atau panjang-pendek kaki-kakinya. Pemasangan kapasitor polar ini harus sesuai dengan polaritasnya. Sementara, untuk pemasangan kapasitor nonpolar, tidak ada ketentuan pemasangan polaritas kaki-kakinya karena itu pula pada kapasitor nonpolar tidak ada label polaritasnya.Desain kapasitor, baik polar maupun nonpolar, ada dua bentuk, yaitu aksial dan radial. Contoh bentuk kapasitor aksial dan radial ditunjukan pada Gambar 9

(a)

(b)

Gambar 8. Jenis kapasitor(a) radial (b) aksial

Kapasitor polar Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah contoh jenis kapasitor polar. Rating tegangan kedua kapasitor tersebut rendah, yaitu 6.3 Volt 35 Volt. Pada badan kapasitor tersebut tercetak label polaritas yang menunjukan polaritas kaki komponen yang sejajar dengan label polaritas tersebut. Saat ini, nilai kapasitansi dan rating tegangan kedua jenis kapasitor tersebut dapat dibaca langsung dari label yang tercetak dengan jelas pada badan kapasitornya. Namun, pada kapasitor tantalum biasanya dicetak dengan kode angka. Dahulu, mungkin saat ini juga masih ditemukan di beberapa toko komponen elektronik, nilai kapasitansi dan rating tegangan kapasitor

10

tantalum dicetak dengan label kode warna. Kode warna tersebut mengikuti kode warna standard (seperti kode warna pada resistor). Besar muatan yang dapat disimpan oleh suatu kapasitor ditunjukan oleh nilai yang tertera pada kapasitor tersebut. Besar muatan tersebut biasanya ditulis dalam besaran piko (p), nano (n) dan mikro () Farad: = 10-6, 1000000F = 1F n = 10-9, 1000nF = 1F p = 10-12, 1000pF = 1nF

(a)

(b)

(c)

Gambar 9. (a) simbol kapasitor polar, (b) kapasitor tantlum (c) kapasitor elektrolit

Kapasitor nonpolar Kapasitor nonpolar memiliki rating tegangan paling kecil 50 Volt. Kapasitor nonpolar yang banyak digunakan biasanya memiliki rating tegangan 250 Volt atau lebih. Nilai kapasitansi kapasitor nonpolar yang tercetak pada label berupa kode angka atau kode warna. Hal-hal yang harus diperhatikan : Label 0.1 pada kapasitor paling kiri artinya bahwa kapasitor tersebut memilki nilai kapasitansi 0.1F = 100nF. Contoh lain, label 4n7 artinya nilai kapasitansi kapasitor tersebut adalah 4.7nF. Aturan pembacaan kode warna kapasitor (gambar kedua dari kiri) mirip dengan pembacaan kode warna resistor. Kode warna dibaca dari warna paling atas: warna pertama: angka pertama nilai kapasitansi warna kedua: angka kedua nilai kapasitansi warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan pF

11

warna keempat: toleransi warna kelima: Rating tegangan Misal, tiga warna pertama kapasitor tersebut adalah coklat-hitam-jingga memiliki arti bahwa nilai kapasitansinya 10x103pF = 10000pF.

Aturan pembacaan kode angka pada jenis kapasitor seperti tampak pada gambar ketiga adalah sebagai berikut:

angka pertama: angka pertama nilai kapasitansi angka kedua: angka kedua nilai kapasitansi angka ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan pF huruf yang mengikuti angka-angka tersebut adalah nilai toleransi dan rating tegangannya Misalnya, label 102 artinya 10x102pF=1000pF; 472 artinya 4700pF dengan toleransi J, yaitu 5%.

Label 470 pada gambar kapasitor nonpolar paling kanan artinya kapasitor tersebut memiliki kapasitansi 470pF. Kapasitor jenis ini, yaitu kapasitor polystyrene sudah jarang digunakan saat ini.

(a)

(b) Gambar 10. (a) Simbol Kapasitor, (b) Jenis-jenis Kapasitor

3.

Induktor Induktor adalah sebuah komponen elektronika pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang

12

dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat didalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik. Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas parasitnya. Selain memboroskan daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya didalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena penjenuhan.

Gambar 11. Simbol danbeberapa bentuk fisik dari konduktor

Jika terdapat arus yang mengalir pada inductor maka akan terbentuk medan magnet, jika arus tersebut berubah maka medan magnet tersebut akan berubah pula. Jika arus meningkat maka medan magnet juga akan meningkat. Perubahan medan magnet ini akan menginduksi suatu tegangan pada koil. Hal ini terjadi karena suatu sifat yang disebut dengan induksi diri atau sering disebut dengan induktansi. Induktansi adalah ukuran kemampuan sebuah inductor untuk membangkitkan suatu tegangan induksi sebagai akibat dari perubahan arus yang mengalir pada inductor. Inductor dapat menyimpan energy di dalam medan magnet yang dihasilkan oleh arus. Inductor dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Inductor dapat menyimpan energy didalam medan magnet yang dihasilkan oleh arus. Besar energy dinyatakan dalam rumus :

13

W = LI2 dimana : W= energy dalam joule L = induktansi dalam Henry I = arus dalam Ampere Jika arus listrik yang berubah-ubah mengalir dalam kumparan, maka akan timbul medan magnetic yang berubah-ubah sehingga akan menyebabkan adanya atau terinduksinya e.m.f yang akan bekerja melawan daya yang membentuknya dan disebut e.m.f. balik yang tergantung pada jumlah lilitan kumparan dan tingkat perubahan arus. Induktansi sebuah rangkaian atau sebuah komponen adalah sifat atau kemampuan memproduksi e.m.f. kalau arus yang berubah-ubah mengalir dalam rangkaian atau komponen itu yang dinyatakan dalam rumus : L = N d / dI Sedangkan energy yang digunakan dalam pembentukan medan magnet yang menyebabkan energy tersimpan dalam medan magnet sebesar E = LI2 joule Induktor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan arus listrik dalam bentuk induksi listrik, pada dasarnya induktor adalah suatu komponen yang terbuat dari suatu kawat email(kawat dengan isolator) yang dililitkan pada suatu inti, inti yang dimaksud dapat berupa inti udara, inti ferit ataupun inti besi. satuan fungsi yang digunakan dalam induktor adalah Henry(H). biasanya komponen induktor banyak dipakai dalam rangkaian rangakaian radio transmitter dan receiver karena komponen ini tidak dapat dipisahkan dari komponen capasitor yang membentuk rangkaian rangkaian filter dan rangkaian oscilator.

14

4.

Dioda Dioda adalah merupakan jenis komponen pasif. Dioda memiliki dua kaki/kutub yaitu kaki anoda dan kaki katoda . Dioda terbuat dari bahan semi konduktor tipe P dan semi konduktor tipe N yang di sambungkan. Semi konduktor tipe P berfungsi sebagai Anoda dan semi konduktor tipe N berfungsi sebagai katoda. Pada daerah sambungan 2 jenis semi konduktor yang berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk gaya barier.Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7 volt yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum dimana dioda akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik. Dioda bersifat menghantarkan arus listrik hanya pada satu arah saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada tegangan + dan kutub katoda kita hubungkan dengan tegangan - (kita beri bias maju dengan tegangan yang lebih besar dari 0.7 volt) maka akan mengalir arus listrik dari anoda ke katoda (bersifat konduktor). Jika polaritasnya kita balik (kita beri bias mundur) maka arus yang mengalir hampir nol atau dioda akan bersifat sebagai isulator. Karena sifat dioda yang bekerja sebagai konduktor jika kita beri bias maju dan bekerja sebagai isulator pada bias mundur, maka dioda sering digunakan sebagai penyearah (rectifier) arus bolak-balik. Contoh

penggunaannya adalah pada rangkaian adaptor, DC power supply (Catu Daya DC) dsb.

Gambar 12. Simbol dioda dan bentuk fisik dari dioda

15

Jenis-jenis dioda dan penggunaannya : - Dioda silikon Banyak digunakan pada peralatan catu daya sebagai penyearah arus, pengaman tegangan kejut dsb. Contoh : 1N4001, 1N4007, 1N5404 dsb. - Dioda zener Digunakan untuk membatasi/mengatur tegangan. Contoh : zener 6.2 volt, zener 3.2volt. - Dioda Bridge Empat buah dioda yang dirangkai menjadi rangkaian jembatan/bridge. Banyak digunakan pada rangkaian catu daya sebagai penyearah gelombang penuh (full wave rectifier). Contoh : B40C800, kiprox pada kendaraan bermotor dsb. - Dioda pemancar cahaya (LED) LED adalah kepanjangan dari Light Emiting Diode (Dioda Pemancar Cahaya). Diode ini akan mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan sebesar 1,8 V dengan arus 1,5 mA. LED banyak digunakan sebagai lampu indicator dan peraga (display). Penggunaan pertama dioda adalah demodulasi dari isyarat radio modulasi amplitudo (AM). Dioda menyearahkan isyarat AM frekuensi radio, meninggalkan isyarat audio. Isyarat audio diambil dengan menggunakan tapis elektronik sederhana dan dikuatkan. Dioda digunakan untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Contoh yang paling banyak ditemui adalah pada rangkaian adaptor. Pada adaptor, dioda digunakan untuk menyearahkan arus bolak-balik menjadi arus searah. Sedangkan contoh yang lain adalah alternator otomotif, dimana dioda mengubah AC menjadi DC dan

16

memberikan performansi yang lebih baik dari cincin komutator dari dinamo DC.

Adapun komponen aktif yaitu kompone yang dapat bekerja tanpa adanya catu daya. Komponen aktif yang akan dibahas yaitu transistor. Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian2 digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya. Cara kerja Transistor Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.
17

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut. BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda yang terminal positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis (B). Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada koletor dengan arus pada basis biasanya dilambangkan dengan atau hFE. biasanya berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT. FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insulated Gate FET (IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET (MOSFET). Berbeda dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk sebuah dioda dengan kanal (materi semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini membuat N-channel JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga membentuk sebuah dioda antara antara grid dan katode. Dan juga, keduanya (JFET dan tabung vakum) bekerja di "depletion mode", keduanya memiliki impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan arus listrik dibawah kontrol tegangan input. FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan depletion mode. Mode menandakan polaritas dari tegangan gate dibandingkan
18

dengan source saat FET menghantarkan listrik. Jika kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion mode, gate adalah negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif, aliran arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritaspolaritas semua dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan hampir semua JFET adalah tipe depletion mode. Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori: * Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide * Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC, dan lain-lain * Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET, MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated Circuit) dan lain-lain. * Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel * Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power * Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor, Microwave, dan lain-lain * Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-lain Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang lain antara kolektor dan

19

basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat dengan dioda kolektor.

Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat. Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif, daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu besar.

Parameter dari transistor merupakan perolehan arus maksimum yang dapat diperoleh kalau transistor bekerja dalam ragam umum emitter (CE). Beta dc (disimbolkan c) sebuah transistor didefinisikan sebagai rasio arus kolektor dc dengan arus basis dc. Beta dc juga dikenal sebagai gain arus karena arus basis yang kecil dapat menghasilkan arus kolektor yang jauh lebih besar. Bias basis berguna didalam rangkaian-rangkaian digital karena rangkaian tersebut biasanya dirancang untuk beroperasi didaerah jenuh dan cutoff. Oleh sebab itu, mereka memiliki tegangan keluaran rendah ataupun tegangan keluran tinggi. Rangkaian digital sering dinamakan rangkaian saklar karena titik Q berubah diantara dua titik pada garis beban yaitu daerah jenuh dan cutoff.

20

B.

Alat Ukur Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai-

nilai dari suatu komponen elektronika. Dalam hal ini yang akan dibahas yaitu: 1. Voltmeter Voltmeter merupakan suatu alat ukur yang akan menunjukan beda potensial pada sustu rangkaian. Meter ini selalu dipasang pararel pada potensial yang berbeda. Voltmeter biasanya disusun secara paralel (sejajar) dengan sumber tegangan atau peralataan listrik. Cara memasang voltmeter adalah dengan menghubungkan ujung sumber tegangan yang memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) harus dihubungkan ke terminal positif voltmeter,dan ujung sumber tegangan yang memiliki potensial lebih rendah (kutub negatif) harus dihubungkan ke terminal negatif voltmeter. Biasanya voltmeter digunakan untuk mengukur sumber tegangan seperti baterai, elemen Volta, atau aki. Bagian-bagian voltmeter hanya terdiri dari skala penunjuk besarnya tegangan, setup pengatur fungsi, dan kutub positif serta negatif. Selain voltmeter sederhana, juga tedapat voltmeter elektronik yaitu voltmeter elektronik analog dan voltmeter digital. Kita dapat juga memperbesar batas ukur sebuah voltmeter sebesar n kali batas ukur dasarnya (dengan arus skala penuh yang sama), yaitu dengan memasang suatu hambatan luar secara seri. Untuk rangkaian pada gambar 3.3-b menunjukkan sebuah meter dasar dengan batas ukur arus maksimum sebesar 1 mA akan digunakan untuk mengukur tegangan sebesar 2 V. Total resistansi (resistor luar + resistor meter) adalah sebesar 2 V/1 mA = 2000 W dengan demikian hambatan luar yang harus dipasang sebesar RS = (2000 - 25) W = 1975 W Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur

21

voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengelir maka semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi.

Gambar 13. Cara mengukur menggunakan voltmeter

2. Ohmmeter Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm. Sebelum melakukan pengukuran, lepaskan dahulu hubungan rangkaian dari sumber tegangan untuk mencegah rusaknya ohmmeter, dan lepaskan hubungan komponen yang akan diukur dari bagian rangkaian yang lain. Ohmmeter yang sederhana memerlukan sumber listrik kering untuk mengalirkan arus memelalui suatu miliamperemeter atau mikroamperemeter. Secara proporsional arusyang dilewatkan berbanding terbalik dengan hambatan yang akan diukur.
R1 R2

IM RM + V _

RX

Gambar 14. Rangkaian dasar Ohmmeter paralel

22

V = sumber tegangan searah/batere RM = resistansi dalam meter M Dalam keadaan tidak dipergunakan, saklar S harus dibuka agar batere V tidak lekas menjadi lemah. Bila ohmmeter dipergunakan, maka saklar S ditutup. Mula-mula diambil RX = tak terhingga atau A-B dalam keadaan terbuka, sehingga diperoleh arus melalui M + IM. Pada keadaan ini pontensiometer R2 diatur agar arus melalui M mencapai harga maksimum (skala penuh), sehingga:
I maks V R1 R2 RM

Kedudukan R2 jangan diubah lagi sehingga selalu terpenuhi persamaan (8) dengan demikian akan diperoleh bahwa skala dengan RX = tak terhingga terletak id sebelah kanan. Untuk RX = nol atau A-B dihubungsingkatkan maka tidak ada arus melalui M atau I M nol . Jadi skala nol ohm terletak di sebelah kiri. 3. Amperemeter Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar ditambhan dengan hambatan shunt. Ampermeter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar ditambhan dengan hambatan shunt. Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan

23

gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya. Amperemeter biasanya dipasang secara seri (berderet) dengan elemen listrik. Dalam praktikum sumber listrik arus searah , amperemeter biasanya digunakan untuk mengukur besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar. 4. Multimeter Multimeter sering dignakan dalam pengukuran besaran-besaran listrik . Selain itu alat ini juga atau biasa disebut AVO (ampere, volt, dan ohm) meter yang artinya suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik (I) dengan satuan ampere, mengukur tegangan listrik (V) dengan satuan volt, dan untuk mengukur besarnya tahanan listrik (W) dengan satuan ohm. Kegunaan multimeter ini selain untuk mengukur besaran-besaran listrik juga sangat berguna untuk mencari dan menemukan gangguan yang terjadi pada semua jenis pesawat atau alat-alat elektronika.

(a)

(b)

Gambar 15. (a) multimeter digital, (b) multimeter analog

Jenis Multimeter Multimeter Non Elektronis Multimeter jenis bukan elektronik kadang-kadang disebut juga AVOmeter, VOM (Volt-Ohm-Meter), Multitester, atau Circuit Tester. Pada

dasarnya alat ini merupakan gabungan dari alat ukur searah, tegangan searah, resistansi, tegangan bolak-balik. Untuk mengetahui fungsi dan sifat

24

multimeter yang dipergunakan pelajarilah baik-baik spesifikasi teknik (technical specification) alat tersebut. Multimeter Elektronis Multimeter ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM + Vacuum Tube Volt Meter, Solid State Multimeter = Transistorized Multimeter. Alat ini mempunyai fungsi seperti multimeter non elektronis. Adanya rangkaian elektronis menyebabkan alat ini mempunyai beberapa kelebihan. Bacalah spesifikasi alat tersebut. Perhatikan " resistasi dalam" (input resistance, input impedance) pada pengukuran tegangan DC dan AC. 5. Osiloskop Osiloskop adalah salah satu alat ukur yang dapat menampilkan bentuk dari sinyal listrik. Dengan Osiloskop kita dapat mengetahui dan mengamati frekuensi, periode dan tegangan AC atau DC, fasa dan berbagai bentuk gelombangdari sinyal. Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontalyang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Pada bagian panel kontrol osiloskop terdapat dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran. Contoh beberapa kegunaan osiloskop : Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik. Membedakan arus AC dengan arus DC. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

25

Bagian kontrol yang tampak pada bagian depan osiloskaop dapat dibagi menjadi tiga bagian : kontrol cahaya, kontrol penyimpanan X, dan kontrol penyimpanan Y. Fungsi berbagai kontrol dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Layar. Biasanya dibagi-bagi kedalam kotak-kotak bujur sankar berisi 1 cm dengan sumbuutama yang terbagai dalam skala ukuran 2 mm. 2. Penerangan skala. Kontrol hambatan variable sebauh lampu yang menerangi skala ukuran pada layar. 3. Skalar penghidup daya. Jelas bahwa scalar ini tidak diaktifkan maka indicator tidak menyala dan osiloskop tidak dapat digunakan. 4. Pengatur cahaya. Bagian mengontrol intensitas cahaya yang dapat membuat cahay tetap ada pada layar dalam keadaan normal. Tetapi janganlah terlalu lama mempertahankan gambar pada layar, sebab dapat mengakibatkan terbakarnya fosfor pada permukaan layar. 5. Fokus. Mengatur letak atau jalur kurva sehingga tampak lebih jelas. 6. Astigmator. Kalau kontrol ini ada, ia dapat membantu mengubah bentuk elips ke bentuk lingkaran. 7. Pemindahan Y. menggerakkan seluruh kurva dalam arah vertical. 8. Pengatur Y. Memperkuat atau memperlemah sinyal yang dating untuk memperoleh ukuran vertical display yang sesuai. Biasanya berbentuk saklar pengatur ukuran untuk berbagai posisi dalam sama satuan persentimeter. 9. Osiloskop adalah instrumen ukur yang dapat menampilkan visualisasi dinamis signal tegangan yang diukurnya.

26

Skema Gambar Osiloskop

Gambar 16. Tampilan Muka Osiloskop

Beberapa tombol pengatur yang penting: Intensitas: mengatur intensitas cahaya pada layar. Fokus : mengatur ketajaman gambar yang terjadi pada layar Horizontal dan Vertikal: mengatur kedudukan gambar dalam arah horizontal dan vertical Volt/Div (atau Volts/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol ditempatkan pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum jam) menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran. Kedudukan tombol di luar menyatakan besar tegangan yang tergambar pada layar per kotak (per cm) dalam arah vertikal Time/Div (atau Time/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol di tengah pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum jam) menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran. Kedudukan tombol diluar menyatakan factor pengali untuk waktu dari gambar pada layar dalam arah horizontal Sinkronisasi: mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang tidak bergerak Slope: mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu sinyal naik (+) atau pada waktu sinyal turun (-) Kopling: menunjukan hubungan dengan sinyal searah atau bolak-balik

27

External Trigger: Trigger dikendalikan oleh rangkaian di luar osiloskop. Pada kedudukan ini fungsi tombol sinkronisasi, slope dan kopling tidak dapat dipergunakan Internal Trigger: trigger dikendalikan oleh rangkaian di dalam osiloskop. Pada kedudukan ini fungsi tombol simkronisasi, slope dan kopling dapat dipergunakan.

28

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat Osiloskop Multimeter Kapasitor 3 buah Resistor 5 buah Resistor kapur 1 buah Transistor 1 buah Dioda biasa 1 buah Dioda zener 1 buah Potensio 1 buah LED 1 buah Induktor 1 buah Papan rangkai

3.2 Prosedur Kerja 1.Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum 2.Catat kode warna resistor,hitung manual, lalu ukur nilai hambatannya menggunakan ohmmeter. 3.Perhatikan komponen resistor yang ada, catat nilai kapasitansi dan dapatkan nilai tegangan kerja pada masing-masing kapasitor.

29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Resistor Nilai Warna 22 K R1 Merah Merah Orange Emas 5 10 K R2 Cokelat Hitam Orange Emas 5 100 K R3 Cokelat Hitam Kuning Emas 5 0.56K R4 Hijau Biru Cokelat Emas 5 27 K R5 Merah Ungu Hitam Merah Cokelat 1 Hasil Pengukuran 21,6 K 5 9.92 K 5 100.9 K 5 594 K 5 2.68 K 1

Resistor Kapur R = 10 dengan kerja 5 Watt

Kapasitor Biasa C = 0.1 F C = 1.0 x 102 pF

Kapasitor Keramik Berukuran besar = C = 1.0 x 104 pF Berukuran Kecil = C = 1.0 x 102 pF
30

Kapasitor Elektrolit C = 4.7 F dengan kerja 50 volt

4.2 Pembahasan Pada beberapa resistor didapatkan hasil, bahwa hasil perhitungan dengan menggunakan Multimeter tidak berbeda jauh. Namun pada resistor empat dan lima didapatkan hasil yang berbeda jauh hal tersebut karena keadaan fisik dari resistor tersebut (adanya debu-debu yang menghalangi pengukuran atau hal yang lain). Nilai besaran pada kapasitor dapat dilihat pada komponen itu sendiri. Jika hanya 2 angka menandakan bahwa kapasitor tersebut bersatuan pF, sedangkan 3 angka bersatuan F. Pada Osiloskop hanya dilakukan pengenalan bagian-bagian osiloskop. Dan pengkalibrasian perangkat tersebut dan belum dilakukan pengukuran

31

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melelkukan praktikum Elektronika Dasar dengan judul Komponen dan Alat Ukur Listrik , maka dapat disimpulkan bahwa : Komponen pasif terdiri atas : Resistor berfungsi untuk menghambat arus listrik dan mengatur hamabatan yang lewat sehinggadidapatkan hambatab tertentu. Kapasitor berfungsi untuk menyimpan muatan listrik. Induktor berfungsi untuk memperoleh tegangan DC yang konstan terhadap fluktuasi arus. Dioda berfungsi untuk menyearahkan arus listrik.

Komponen pasif yaitu : Transistor berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, serta modulasi sinyal. Alat ukur listrik :
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Multimeter untuk mengukur kuat arus listrik (I) dengan satuan ampere, mengukur tegangan listrik (V) dengan satuan volt, dan untuk mengukur besarnya tahanan listrik (W) dengan satuan ohm.

Osiloskop adalah salah satu alat ukur yang dapat menampilkan bentuk dari sinyal listrik

32

5.2 Saran Sebaiknya komponen-komponen yang telah rusak segera diganti, dan diadakan pendingin ruangan untuk mengefisienkan praktikum.

33

You might also like