You are on page 1of 7

1

KAJIAN KOLAM OLAK


SEBAGAI PEMECAH ENERGI
DI HILIR PINTU AIR

Oleh :
Tania Edna Bhakty
1


ABSTRACT

Hydraulic j ump at downst ream of sluice gat e may
cause local scouring. Many effort s have been done
t o dissipat e t he energy by const ruct ing a st illing
basin, baffle block, end sill, or t he combinat ion of
t hat . The location of j ump is t he most int eresting
part of world wide research in hydraulics. Part of
t he previous st udies explain t he influence of t ail
wat er dept h and Froude number t o lengt h and
locat ion of j ump. This experiment al st udy has an
int ension to short en t he lengt h of hydraulic j ump
by int roducing a stilling basin and endsill.
Experiment s were performed in 30 cm widt h flume
wit h 45 cm of height . Base on moment um
equat ion, t he analyt ical solut ion of hydraulic j ump
and t he location of j ump in t he st illing basin are
developed. The location of j ump is depend on t he
upst ream Froude number (Fr
1
), t ailwat er dept h
(y
3
), dept h and lengt h of st illing basin (H, La) and
height of endsill (h). The results of experiment
show t hat t he locat ion (Ls) and lengt h of j ump (Lj )
depend on Froude numbers, roughness of st illing
basin and t he t ailwat er dept h. For a given Froude
numbers, wit h t he same lengt h of st illing basin and
same t ailwat er dept h, t he deepening of st illing
basin t wice will short en (Ls) four t imes. The
addit ion of endsill at t he end of stilling basin will
decrease oscillat ion of wat er in t he downst ream.

Key word : hydraulic j ump, stilling basin, energy
dissipat ion.

PENDAHULUAN

Terj adinya loncat hidraulik di hilir sluice gat e sering
menimbulkan t erj adinya local scouring. Berbagai
cara unt uk mengat asi masalah t ersebut diant aranya
adalah menambah kekasaran apron menggunakan
endsill di hilir sluice gat e, namun t erkadang
menimbulkan masalah lain, yait u t erj adinya second
j ump. Langkah-langkah t ambahan, sepert i misalnya
menurunkan dan memperpanj ang lant ai apron
sert a menambah t inggi endsill yang bert uj uan
menambah kekasaran apron diperlukan agar dapat
menj amin peredaman energi secara memadai.
Penelit ian ini adalah unt uk mendapat kan hubungan
ant ara dimensi kolam olak dan efekt ifit as
peredaman energi. Beberapa penelit i t elah
melakukan penelit ian t ent ang pengaruh let ak
endsill di hilir pint u air. S.Wu dan N.Raj arat nam
(1995) menyelidiki t ent ang pengaruh let ak endsill
di hilir pint u air pada aliran submerged. Ranga Raj u
dan Visaradia (1979) menyelidiki t ent ang sifat -sifat
debit yang t erj adi pada pint u penguras dengan
kondisi aliran bebas. Mossa M., Pet rillo A. dan
Chanson H. (2002), melakukan penelitian t ent ang
peredaman energi loncat hidraulik dalam kolam
olak.

TI NJAUAN PUSTAKA

Ada 3 macam pola loncat hidraulik yang
mempunyai kemungkinan t erbent uk pada daerah
hilir sluice gat e (Chow, V.T., 1959), yait u :
1. Kasus 1, apabila kedalaman hilir (t ailwat er
dept h) y
3
sama dengan kedalaman y
2
(sequent
dept hs) yakni lanj ut an dari y
1
. Nilai-nilai Fr
1
, y
1

dan y
3
(= y
2
) akan memenuhi persamaan 1 :
|
.
|

\
|
+ = 1 8 1
2
1
2
1
1
2
Fr
y
y
(1)
2. Kasus 2, apabila kedalaman hilir y
3
< y
2
. Hal ini
berart i kedalaman hilir pada kasus 1 berkurang.
Akibat nya, loncat hidraulik akan mundur ke hilir
ke suat u tit ik dimana persamaan 1 dipenuhi
kembali
3. Kasus 3, apabila kedalaman hilir y
3
> y
2
. Hal ini
berart i kedalaman hilir pada kasus 1 bert ambah
besar. Akibat nya, loncat an didorong ke arah
hulu dan berubah menj adi loncat an t erendam.

Persamaan Moment um di Mul ut Sl ui ce Gat e

Mossa M., Pet rillo A. dan Chanson H. (2002)
menunj ukkan bahwa :
Pola aliran =
)
`

0 0
1
0
, ,
y
H
y
y
Fr f (2)
Persamaan dasar aliran unt uk penyelesaian analit is
pada penelitian t ersebut di at as diaplikasikan dalam
penelit ian ini.

Gambar 1. Pers. Moment um di mulut sluice gat e

Persamaan moment um di mulut sluice gat e
(gambar 1) adalah
( )
0 1 1 0
U U Q F F F
H
= + (3)
dengan :
y0 F0
FH H
F1
y1
1)
St af Pengaj ar Jurusan Teknik Sipil Fakult as
Teknik Universit as Janabadra Yogyakart a
2
B
H
y H F
B y F
H
|
.
|

\
|
+ =
=
2
2
1
0
2
0 0


B y F
2
1 1
2
1
= (4)
Subst it usi persamaan (4) ke persamaan (3) dan
dengan penj abaran seperlunya, didapat kan :
|
|
|
|
.
|

\
|
|
|
|
|
.
|

\
|

(
(

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
=
0
1
0
2
0
2
0
1
2
0
1
1 2
1
2
y
y
y
H
y
H
y
y
Fr (5)

Kekasaran Sal uran

Energi aliran superkrit is yang masuk dalam kolam
olak akan diredam oleh kekasaran saluran.

Gambar 2. Gaya-gaya yang Bekerj a pada Loncat
Hidraulik

Persamaan moment um pias 0-2 adalah :
( )
0 2 2 2 0 0
U U Q z A h A z A
f
= (6)
Bila
f f
S Ls h = dan
3
4
2
2 2
R A
n Q
S
f
= (7)
Subst it usi persamaan (7) ke dalam persamaan (5)
dan dengan penj abaran seperlunya, didapat kan :
( )
3
4
2
2 2
2 0
0 2
2
2
2
2
0
2
R A
n Q
y y
y y
Bg
Q
y y
B
Ls
|
|
.
|

\
|

+
= (8)

Persamaan Moment um Loncat Hi drauli k

Bila La adalah panj ang kolam olak, L= Ls+ Lj ,
dimana Ls adalah j arak ant ara pint u air dengan
awal loncat hidraulik dan Lj adalah panj ang loncat
hidraulik, maka posisi loncat hidraulik di dalam
kolam olak, yait u :
a. Apabila L/ La< 1, maka persamaan yang
berlaku adalah persamaan 1.
b. Apabila L/ La1, maka fenomena loncat
hidraulik yang t erj adi sama dengan fenomena
loncat hidraulik yang t erj adi pada peninggian
saluran secara mendadak.
Gambar 3. Posisi Loncat Hidraulik dalam Kolam Olak

Persamaan moment um di uj ung hilir kolam olak
(gambar 3) adalah :
( )
1 2 3 2 1
U U Q F F F = (9)
dengan :
2
2 2
2
1 1
2
1
2
1
By F
By F

=
=

BH U F
2
1 3
= (10)
Subst it usi persamaan (10) ke dalam persamaan (9)
dan dengan penj abaran seperlunya, didapat kan :
( )
( ) ( )
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2 1
2
2 1
2 1
y Fr
H Fr
Fr
Fr
y
y
+
+
+
+
= (11)

Panj ang Loncat Hi drauli k

Raj arat nam dan Biro Reklamasi Amerika Serikat
(USBR) mengusulkan hubungan panj ang loncat
hidraulik pada lant ai mendat ar (Chow, V.T., 1959),
yait u :
Lj = A (y
2
y
1
) (12)

METODE PENELI TI AN

Pelaksanaan penelit ian ini dimulai dengan kalibrasi
debit aliran yang melalui St andard Tilting Flume
dan didapat kan sat u nilai debit, yait u Q= 4830
cm
3
/ det , yang besarnya disesuaikan dengan
kapasitas flume pada saat sluice gat e dipasang
dengan bukaan pint u t erkecil agar air t idak meluap.
0
1 1 2
Fs
F0 F1

Ls Lj
F2
y3 u2 u1
y2
F2
y1
F1
(a)

A

B
H
y2 u2
u1
y3
F2
y1
F1
(b)

F3
3
Tinggi bukaan pint u air y
0
, masing-masing bukaan
1.25 cm, 1.5 cm dan 2 cm, agar didapatkan
angka Froude dengan kisaran 1,0< Fr
1
< 4,5.

Pemberian nama pada model dengan ket ent uan :
a. G1 (model dengan bukaan pint u 2 cm), G2
(model dengan bukaan pint u 1.5 cm) dan G3
(model dengan bukaan pint u 1.25 cm)
b. K1 (model dengan kedalaman kolam 1 cm), K2
(model dengan kedalaman kolam 2 cm) dan K3
(model dengan kedalaman kolam 3 cm)
c. E1 (model dengan t inggi endsill 1 cm), E2
(model dengan t inggi endsill 2 cm).
d. D1 (model dengan j arak apron 120 cm), dan
set erusnya hingga D12 (model dengan j arak
apron 10 cm)

Langkah kedua adalah mengat ur kedalaman muka
air hilir (y
3
).
Set elah debit konst an, pada t ahapan ini dilakukan
pengukuran ragam kedalaman aliran yang
t erbent uk di hilir pint u air dengan menggunakan
point gauge ant ara lain kedalaman air di hulu pint u
air y
hul u
, pada daerah vena cont ract a y
c
, awal
loncat hidraulik y
1
, t inggi puncak loncat hidraulik
y
p
, kedalaman aliran di at as endsill y
endsi l l
dan
kedalaman aliran di hilir loncat hidraulik y
3
. Sej alan
dengan pelaksanaan t ersebut j uga dilakukan
pengukuran j arak ant ara pint u air dengan awal
loncat an Ls, panj ang loncat an Lj , j arak ant ara awal
loncat an sampai dengan puncak loncat an Lp dan
j arak ant ara awal loncat an dengan let ak endsill x.

Pelaksanaan pengukuran model selanj ut nya
dilakukan unt uk set iap perubahan j arak apron,
perubahan kedalaman kolam loncat hidraulik,
perubahan t inggi endsill dan perubahan angka
Froude. Pengukuran dibat asi hanya pada kondisi
loncat hidraulik t erbuka (surface flow), t idak
t ermasuk kondisi loncat hidraulik t erendam
(submerged flow)

ANALI SI S HASI L DAN PEMBAHASAN

Kekasaran Sal uran
Hasil pengamat an secara fisik unt uk debit sebesar
Q = 4830 cm
3
/ det diperoleh kedalaman normal
sebesar yn = 5,7 cm. Unt uk bukaan pint u y
0
=
1,25 cm posisi awal loncat hidraulik adalah Ls =
191 cm dan panj ang loncat hidraulik Lj = 31 cm.
Dengan menggunakan persamaan 8, didapatkan
nilai n = 0,0027.

Pengaruh Kedal aman dan Panj ang Kol am
Ol ak ( apron) t erhadap Paramet er Loncat
Hi drauli k

Gambar 4 memperlihat kan bahwa unt uk suat u nilai
Froude number yang sama, H/ y
1
pada kedalaman
kolam 1 (H = 1 cm) < H/ y
1
pada kedalaman kolam
2 (H = 2 cm) dengan nilai perbandingan 1 : 2. Hal
ini menunj ukkan bahwa nilai y
1
t idak dipengaruhi
oleh kedalaman kolam olak.
Kolam 3
Kolam 2
Kolam 3
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
0 1 2 3 4 5
Fr
H
/
y
1
G1K1
G1K2
G1K3
G2K1
G2K2
G2K3
G3K1
G3K2
G3K3

Gambar 4. Hubungan eksperiment al ant ara Fr dan
H/ y
1
pada kolam

Koordinat -koordinat yang t erbent uk pada gambar 4
menunj ukkan bahwa nilai H/ y
1
yang senant iasa
berkurang set iap dilakukan perubahan panj ang La.
Hal ini disebabkan perlawanan gaya yang t erj adi di
uj ung hilir kolam olak unt uk mengimbangi t ekanan
hidrost atis yang t erdist ribusi disepanj ang apron
semakin kecil. Jarak unt uk mereduksi dist ribusi
t ekanan hidrost at is yang semakin pendek (La
semakin pendek), menyebabkan t ekanan
hidrost atis yang t erj adi akan semakin kecil (dit andai
dengan perubahan nilai Fr
1
).
Pada j arak La t ert ent u, kedalaman kolam olak t idak
efekt if lagi dalam memecah energi. Hal t ersebut
berkait an dengan angka Froude, yait u pert ama
apabila nilai Fr
1
t erl al u besar loncat an bergerak
melewat i uj ung hilir kolam olak, kedua nilai Fr
1

t erl al u keci l hingga melewati bat as vena
cont ract a dan menimbulkan loncat an t erendam
(submerged j ump).

Pengaruh Kedal aman dan Panj ang Kol am
Ol ak ( apr on) Terhadap Kedal aman Hi li r
( Tai l w at er Dept hs)

Dengan menggambarkan kedalaman (y) besert a
gaya spesifik (Fs) pada suat u penampang saluran
dengan debit t ert ent u, diperoleh lengkung gaya
spesifik. Unt uk suat u nilai gaya spesifik, lengkung
gaya spesifik memiliki dua kemungkinan kedalaman
yait u y
1
(init ial dept h) dan y
2
(sequent dept h).
Gaya spesifik pada penampang 1 (y
1
) dan 2 (y
2
)
adalah sama (F
1
= F
2
), j ika gaya-gaya luar dan
berat air di bagian saluran yang lurus di ant ara
kedua penampang dapat diabaikan (Chow, V.T.,
1959).
Hubungan nilai y
1
dan y
2
hasil penelitian
diperlihatkan pada gambar 5a. Sebagai cont oh,
unt uk suat u model G
2
K
1
, D
4
= 90 cm; y
1
= 0,0153
m dan y
2
= 0,0515; nilai Fs
1
= Fs
2
= 0,000553 m
3
.
1
4
Grafik Hubungan y
1
& y
2
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0 0,0005 0,001 0,0015
F (m
3
)
Y
Y1
y2-G1K1
y2-G2K1
y2-G2K2
y2-G3K1
y2-G3K2
Grafik Hubungan y
1
& y
3
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0 0,0005 0,001 0,0015
F (m
3
)
Y

(
m
)
y1
y3-G1K1
y3-G2K1
y3-G2K2
y3-G3K1
y3-G3K2
Grafik Hubungan y
1
& (y
3
+H)
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0 0,0005 0,001 0,0015
F (m
3
)
Y

(
m
)
Y1
y3+H/G1K1
y3+H/G2K1
y3+H/G2K2
y3+H/G3K1
y3+H/G3K2

(a) (b) (c)
Gambar 5. Nilai y
1
, y
2
& y
3
hasil eksperimen pada Lengkung Gaya Spesifik

Gambar 5b memperlihat kan hubungan ant ara nilai
y
1
dan y
3
(t ailwat er dept h) hasil penelit ian, dimana
unt uk sat u model, dengan panj ang apron yang
beragam, nilai y
3
t et ap. Pada model G
1
K
1
, D
4
= 90
cm, y
1
= 0,0242 m; Fs
1
= 0,000412 m
3
; y
3
= 0,050
m. Nilai y
3
t erlet ak di sisi at as lengkung gaya
spesifik, yang art inya nilai y
3
> y
2
. Pada model G
2
K
1
,
G
3
K
1
, G
2
K
2
dan G
3
K
2
memperlihat kan nilai y
3

t erlet ak di sisi dalam lengkung gaya spesifik,
art inya bahwa nilai y
3
< y
2
.

Gambar 5c memperlihatkan hubungan ant ara nilai
y
1
dan (y
3
+ H) hasil penelit ian. Pada model G
1
K
1
,
G
2
K
2
, G
3
K
2
, dan sebagian dari model G
2
K
1

memperlihat kan bahwa nilai y
3
t erletak di sisi at as
lengkung gaya spesifik (y
3
> y
2
). Unt uk model G
1
K
1

adanya penambahan kolam hanya berfungsi unt uk
memperbesar pengaruh pembenaman, karena
t anpa adanya penambahan kolam nilai y
3
> y
2
.
Unt uk model G
3
K
1
dan sebagian yang lain dari
model G
2
K
1
menunj ukkan bahwa nilai y
3
t erlet ak di
sisi dalam lengkung gaya spesifik (y
3
< y
2
), unt uk it u
diperlukan penambahan kedalaman kolam agar
y
3
y
2
, agar peredaman energi lebih memadai.
Pada model G
2
K
1
unt uk nilai y
3
< y
2
t erj adi pada
apron dengan panj ang 70 cm s/ d 120 cm. Unt uk
nilai y
3
= y
2
t erj adi pada apron dengan panj ang 60
cm, sedangkan unt uk nilai y
3
> y
2
t erj adi pada apron
dengan panj ang 20 cm s/ d 50 cm.

Panj ang Loncat Hi drauli k pada Kol am Ol ak

Dat a-dat a hasil percobaan dapat dipet akan dengan
absis froude number dan ordinat nya berupa rasio
t ak berdimensi Lj / y
1
. Gambar 6 memperlihatkan
adanya kesamaan pola dalam perubahan. Semakin
besar angka Fr, maka Lj / y
1
cenderung bert ambah
besar. Unt uk suat u angka Froude yang sama,
panj ang loncat hidraulik yang t erj adi semakin
berkurang dengan adanya penambahan kedalaman
kolam, pengat uran t ailwat er dept h dan
penambahan t inggi endsill.
Panj ang loncat hidraulik (Lj ) pada kolam olak
dengan H= 1cm (model G
2
K
1
, gambar 6a) lebih
besar dibanding kolam olak dengan H= 2cm (G
2
K
2
,
gambar 6b). Unt uk kedalaman kolam olak yang
sama, Lj pada kolam olak t anpa endsill (model
G
2
K
1
, gambar 6a) lebih besar dibanding kolam olak
dengan penambahan endsill (G
2
K
1
, gambar 6d).
Begit u pula unt uk kolam olak dengan kedalaman
kolam dan t inggi endsill yang sama, kolam olak
dengan penambahan t ailwat er dept h akan
mengurangi panj ang loncat hidraulik.
Kolam 1
0
5
10
15
20
25
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
L
j
/
y
1
G1 (Eksp)
G2 (Eksp)
G3 (Eksp)
G1(USBR)
G2(USBR)
G3 (USBR)
Kolam 2
0
5
10
15
20
25
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
L
j
/
y
1
G2 (Eksp)
G3 (Eksp)
G2 (USBR)
G3 (USBR)

(a) (b)
5
Kolam 1 & 2
dengan Pengaturan Pintu Hilir
0
5
10
15
20
25
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
L
j
/
y
1
G2K1(Eksp)
G3K1(Eksp)
G2K2 (Eksp)
G3K2 (Eksp)
G2K1(USBR)
G3K1(USBR)
G2K2 (USBR)
G3K2 (USBR)
Kolam 1 & 2
dengan Penambahan Endsill
0
5
10
15
20
25
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
L
j
/
y
1
G2K1(Eksp)
G3K1(Eksp)
G3K2 (Eksp)
G3K1+Hilir (Eksp)
G2K1(USBR)
G3K1(USBR)
G3K2 (USBR)
G3K1+Hilir (USBR)

(c) (d)
Gambar 6. Hubungan angka Froude t erhadap perubahan panj ang loncat hidraulik

Pengaruh Angka Fr oude t erhadap Kehil angan
Energi ( Head Losses)

Kehilangan energi pada loncat hidraulik adalah
sama dengan perbedaan energi spesifik sebelum
dan sesudah t erj adinya loncat hidraulik. Hasil
analisa pada penelitian ini diperoleh hubungan
ant ara angka Froude yang t erbent uk pada bukaan
pint u (y
0
) terhadap besarnya kehilangan energi
yang t erj adi dimulai dari bukaan pint u (y
0
) hingga
t ailwater dept h (y
3
).

Gambar 7. Perubahan angka Froude terhadap
head losses (E=y
0
-y
3
)

Gambar 7 memperlihat kan t erj adinya kehilangan
energi t ot al, yait u dimulai dari hilir sluice gat e (y
0
)
sampai kedalaman hilir (y
3
). Unt uk suat u angka
Froude yang sama, besarnya head losses
dipengaruhi oleh kedalaman kolam yait u G
2
K
1
dan
G
2
K
2
sert a G
3
K
1
dan G
3
K
2
. Semakin besar
kedalaman kolam, maka semakin besar pula energi
yang diredam.

Perbandi ngan y
2
/ y
1
Hasi l Peneli t i an dengan
y
2
/ y
1
Hasi l Formul asi Anal i t i k

Perbandingan y
2
/ y
1
hasil penelit ian dengan y
2
/ y
1

hasil formulasi analit ik diplot kan dalam bent uk
grafik hubungan ant ara angka Froude dengan y
2
/ y
1

dan diperlihat kan pada gambar 8. Posisi loncat
hidraulik dalam kolam olak mempunyai dua
kemungkinan, yait u :
a. Apabila L/ La< 1 (gambar 3a), maka persamaan
yang berlaku adalah persamaan 1.
b. Apabila L/ La1 (gambar 3b), maka
persamaan yang berlaku adalah persamaan
11.
Dari gambar 8a t erlihat bahwa kolam olak dengan
kedalaman H= 1cm sebagian besar posisi loncat
hidraulik t erlet ak pada L/ La1, yang t erj adi pada
bukaan pint u y
0
= 1,25cm. Hal ini menunj ukkan
bahwa angka Froude yang besar menyebabkan
kolam olak belum dapat mengendalikan posisi
loncat hidraulik.

Kolam 1
0
1
2
3
4
5
6
7
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
y
2
/
y
1
Ls+Lj < La Ls+Lj >= La Pers. 2- 1 Pers. 5- 22
Kolam 2
0
1
2
3
4
5
6
7
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
y
2
/
y
1
Ls+Lj< La Ls+Lj >= La Pers. 2- 1 Pers. 5- 22
Kolam dengan Pengaturan Hilir
0
1
2
3
4
5
6
7
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
y
2
/
y
1
Ls+Lj < La Ls+Lj >= La Pers. 2- 1 Pers. 5- 22

(a) (b) (c)

































































































































11









































11









































11









































6
Kolam dengan Penambahan Endsill
0
1
2
3
4
5
6
7
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
y
2
/
y
1
Ls+Lj < La Pers. 2- 1
Kolam dengan Penambahan Endsill
& Pengaturan Hilir
0
1
2
3
4
5
6
7
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Fr
1
y
2
/
y
1
Ls+Lj < La Pers. 2- 1

(d) (e)
Gambar 8. Perbandingan nilai y2/ y1 hasil penelit ian dengan hasil formulasi analitik

Adanya penambahan kedalaman kolam seperti yang
t erlihat pada gambar 8b menj adikan hampir seluruh
loncat hidraulik berada pada posisi di dalam kolam
olak.
Gambar 8d memperlihat kan bahwa kolam olak
dengan penambahan endsill dapat menggeser
loncat hidraulik ke arah hulu, sehingga seluruh
posisi loncat hidraulik berada dalam kolam olak.
Sedangkan pada gambar 8e memperlihatkan
bahwa adanya penambahan t ailwat er dept h dan
endsill pada kolam olak hanya akan memperbesar
pengaruh pembenaman.
Terdapat kecenderungan yang sama ant ara hasil
penelit ian dengan hasil dari formulasi analitis.
Unt uk kolam dengan penambahan endsill dan
pengat uran hilir ant ara hasil penelit ian dengan
hasil dari formulasi analit is memberikan hasil yang
hampir sama.
Pengaruh Angka Fr oude t erhadap Posi si Awal
Loncat Hi drauli k

Froude number dipengaruhi oleh besarnya debit
dan t inggi bukaan sluice gate. Hasil analisa pada
penelit ian ini diperoleh hubungan ant ara angka
Froude yang t erbent uk pada awal loncat hidraulik
(y
1
) t erhadap posisi awal loncat hidraulik (Ls).
Kolam
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
y
1
/Ls
F
r
G1K1
G2K1
G3K1
G2K2
G3K2

Gambar 9. Hubungan Angka Froude t erhadap y
1
/ Ls

Koordinat -koordinat pada model G
3
K
1
, G
2
K
1
dan
G
1
K
1
dengan panj ang kolam olak yang sama (La
sama) dihubungkan, maka grafik asimt osis ke arah
t it ik 1, begit u pula unt uk model G
3
K
2
dan G
2
K
2
. Bila
diambil suat u angka Froude Fr = 2,75 unt uk model
dengan panj ang kolam olak yang sama :
a. Pada model G
2
K
1
y
1
/ Ls = 0,066 sehingga Ls =
y
1
/ 0,066
b. Pada model G
2
K
2
y
1
/ Ls = 0,281 sehingga Ls =
y
1
/ 0,281
Hal yang sama t erj adi pada model G
3
K
1
dan G
3
K
2
.
Dari angka-angka t ersebut dapat disimpulkan
bahwa adanya penambahan kedalaman kolam olak
mengakibat kan Ls semakin pendek.

KESI MPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang
t elah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Bila diambil suat u nilai Froude number unt uk
model dengan panj ang kolam olak yang sama,
adanya penambahan kedalaman kolam olak
mengakibat kan Ls semakin pendek.
b. Unt uk suat u nilai Froude number yang sama,
panj ang loncat hidraulik yang t erj adi semakin
berkurang dengan adanya penambahan
kedalaman kolam olak, penambahan t ailwat er
dept h dan penambahan t inggi endsill.
c. Penambahan kedalaman dan panj ang kolam
olak, penambahan t ailwat er dept h dan
penambahan t inggi endsill dapat memperbesar
pengaruh peredaman energi.
d. Penambahan endsill pada uj ung hilir kolam olak
dapat mengurangi t erj adinya osilasi yang
menyebabkan t erj adinya kerusakan pada
t anggul-t anggul dari t anah dan riprap.

DAFTAR PUSTAKA

Bos, M.G., 1978, Discharge Measurement St ruct ure,
I LRI , Net herlands
Chow, V.T., 1959, Open Channel Hydraulics,
McGraw-Hill Kogakusha Lt d, Tokyo
DPU Pengairan, 1986, St andar perencanaan I rigasi,
KP-01 s/ d KP-04
French, R.H., 1986, Open Channel Hydraulics,
Singapore
















































































































































































































7
Giles, R.V., 1977, Fluid Mechanics and Hydraulics,
Schaums Out line Series, McGraw-Hill
Company
Hager, W.H dan Lin, D., 1992, Sill Cont rolled Energy
Dissipat or, Journal of Hydraulics Research vol.
30-92, halaman 165-181
Hwang, N.H.C., 1981, Fundament als of Hydraulics
Engineering, Unit ed St at es of America
Mossa M., Pet rillo A. dan Chanson H., 2002,
Tailwat er Level Effect s on Flow Conditions at
an Abrupt Drop
Ranga Raj u, K.G., 1986,
, Journal of Hydraulics
Research vol. 40-4
Aliran Melalui Saluran
Terbuka, t erj emahan Yan Pit er Pangaribuan,
Erlangga, Jakart a
Sharma, S.K., 1988, Design of I rrigation St ruct ure,
S. Chand & Company (Pvt ) LTD, New Delhi
Wu, S. and Raj arat nam, N., 1995, Effect s of Buffles
on Submerged Flow, Journal of Hydraulics
Engineering vol. 121, no. 9, Sept ember, ASCE
Wignyosukart o, B., 1988 Dikt at Hidraulika Saluran
Terbuka, UGM, Yogyakart a

You might also like