You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular merupakan penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosio ekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16% dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93%) dengan umur ratarata 31 tahun. Berdasarkan angka kesakitan diatas, maka kelompok tertarik membahas tentang pembahasan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Trauma Alkali Mata

B. TUJUAN UMUM Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Trauma Alkali Mata dengan menggunakan metode proses keperawatan.

C. TUJUAN KHUSUS 1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit trauma alkali mata 2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan trauma alkali mata 3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa 4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Trauma oleh bahan kimia basa menyebabkan proses penyabunan membran sel disertai dehidrasi sel. Terjadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke lapisan yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terus hingga kerusakan terus terjadi lama setelah trauma. Terbentuk koagulase1 yang akan menambah kerusakan kolagen2 kornea. Bila menembus bola mata, akan merusak retina dan berakhir dengan kebutaan. Bahan kaustik soda3 dapat menembus bilik mata depan dalam waktu 7 detik. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000) Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH lebih dari 7. Trauma Mata

Trauma mekanik

Trauma nonmekanik

1. Trauma tajam 2. Trauma tumpul 3. Trauma benda asing

1. Trauma kimia 2. Trauma radiasi 3. Trauma

. penggumpalan, atau proses menggumpal dan membeku. koagulase adalah enzim yang yang menyebabkan koagulasi 2 . zat albuminoid, bahan penun jang utama kulit, tulang rawan dan jaringan ikat 3 . sifat membakar, merusak jaringan hidup. Kaustik soda adalah soda api, natruim hidroksida (NaOH)

Trauma Alkali pada Mata

2. ETIOLOGI Zat-zat basa atau alkali yang dapat menyebabkan trauma pada mata antara lain : a. Semen b. Soda kuat c. Amonia d. NaOH e. CaOH f. Cairan pembersih dalam rumah tangga Bahan alkali Amonia merupakan gas yang tidak berwarna, dipakai sebagai bahan pendingin lemari es, larutan 7% ammonia dipakai sebagai bahan pembersih. Pada konsentrasi rendah ammonia bersifat merangsang mata. Amonia larut dalam air dan lemak, hal ini sangat merugikan karena kornea mempunyai komponen epitel yang lipofilik4 dan stroma5 yang hidrofilik6. Amonia mudah merusak jaringan bagian dalam mata seperti iris dan lensa. Amonia

merusak stroma lebih sedikit dibandingkan dengan NaOH dan CaOH. pH cairan mata naik beberapa detik setelah trauma.

3. PATOFISIOLOGI a. Secara Umum Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non-mekanik, semua ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu berbagai akibat klasik seperti rasa sakit akibat
4 5

. hormone yang baik larut dalam lemak dan kurang larut dalam air . Jaringan yang merupakan zat dasar, kerangka atau matrixs sesuatu alat. 6 . Hidrofilik adalah hormone yang larut dalam air

trauma, gangguan penglihatan kabur, pendarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah. Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan berbagai akibat seperti erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible rays) dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris katarak. (Mangunkusumo, 1988) b. Patofisologi Trauma Alkali Mata Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi7 lebih lanjut dari pada alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumapalan sel kornea atau keratosis8. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen9-activator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivatir dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan
7 8

. Proses masuknya sesuatu ke dalam bagian tubuh tanpa menembusnya. . Pertumbuhan lapisan tanduk secara berlebihan, mis.kutil 9 . Plasminofen : precursor plasmin yang tidak aktif sewaktu pendarahan atau karena pengaruh enzim proteolitik. Plasminofen activator : zat yang mengubah plaminogen menjadi plasmin.

penyembuhan empitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea dan dapat terjadi perforasi10 kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya tukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan tukak berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea. Teori terbentuknya kolagenase :

a. Pada defek11 epitel kornea plasminogen activator yang terbentuk merubah plasminogen menjadi plasmin. b. Plasmin melaui C3a mengeluarkan faktor hemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear (PMN) c. Kolagenase laten berubah menjadi kolagenase aktif akibat terdapatnya tripsin, plasmin ketepepsin. d. Kolagenase aktif dapat juga berasal dari tukak kornea. e. Keratosit juga membentuk kolagenase akif melalui kolagenase laten. Kelainan pada jaringan lain akibat trauma alkali a. Kelopak Mata : 1) Trauma alkali akan membentuk jaringan parut pada kelopak. 2) Margo12 palpebra rusak sehingga mengakibatkan gangguan ada break up time air mata. 3) Lapisan air pada depan kornea atau tear film menjadi tidak normal. 4) Terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesori air mata yang mengakibatkan mata menjadi kering. :

10 11

. Menembus, tentang suatu benda yang menembus bagian tubuh . Cacat atau ketidaksempurnaan 12 . Pinggiran

b. Konjungtiva : 1) Terjadi kerusakan pada sel goblet. 2) Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang daya basahnya pada setiap kedipan kelopak. Dapat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola mata sehingga pergerakan mata menjadi terbatas. 3) Akibat terjadinya simblefaron penyebaran air mata menjadi tidak merata. 4) Terjadi pelepasan kronik daripada epitel kornea. 5) Terjadi keratinisasi (pertandukan) epitel kornea akibat berkurangnya mucin13. c. Lensa :

1) Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.

4. MANIFESTASI KLINIS a. Keadaan akut yang terjadi ada minggu pertama : 1) Sel membrane rusak 2) Bergantung pada kuatnya alkali akan mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah 3) Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan siliar dan epitel lensa, trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi 4) Tekanan intra-ocular akan meninggi 5) Hipotoni14 akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar 6) Kornea keruh dalam beberapa menit 7) Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblast15 b. Keadaan minggu kedua dan ketiga :

1) Mulai terjadi regenerasi sel epitel konjugtiva dan kornea. 2) Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea diserta dengan sel radang. 3) Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali 4) Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblast memasuki kornea.
13

. Mukopolisakarida atau glikoprotein yang dihasilkan oleh sel-sel selaput lendir, unsur penting dalam lendir (mucus) 14 . Berkurangnya tonus atau ketegangan otot 15 . Sel jaringan ikat muda, berbentuk seperti bintang atau kumparan

5) Terbentuknya kolagen. 6) Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan badan siliar sehingga terjadi fibrosis. c. Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya :

1) Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh darah. 2) Jaringan pembuluh darah akan membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan jaringan seperti protein dan fibroblast. 3) Akibat terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan terjadi perforasi kornea. 4) Mulai terjadi pembetukan panus pada kornea. 5) Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea. 6) Terdapat membaran retrokornea, iristis, dan membrane siklitik. 7) Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejala seperti tekanan bola mata mata dapat rendah atau tinggi.

5. KOMPLIKASI Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain : a. Simblefaron16 b. Kornea keruh, edema, neovaskuler c. Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa dari trauma mata. Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan aquos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahanlahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena

16

. Adalah perlengkapan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang. d. Phtisis bulbi (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus trauma basa mata adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH netral. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp yang bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengatahui tekanan intra-okular.

7. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah : a. Memperbaiki penglihatan b. Mencegah terjadinya infeksi c. Mempertahankan arsitektur mata d. Mencegah sekuele jangka panjang. Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani trauma basa pada mata adalah : a. Bila terjadi trauma basa adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Irigasi dilakukan sampai pH menjadi normal, paling sedikit 2000 ml selama 30 menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik. b. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata 7,3. c. Bila penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan. d. Pemberian antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. e. Pemberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris mengatasi iritis dan sinekia posterior.
9

f. Pemberian Anti-glaukoma (beta blocker dan diamox) untuk mencegah terjadinya glaucoma sekunder. g. Pemberian Steroid secara berhati-hati karena steroid menghambat

penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan proses peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat diberikan pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap 2 jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya fibrin dan membrane siklitik. h. Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase. Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini kolagenase mulai terbentuk. i. Pemberian Vitamin C untuk pembentukan jaringan kolagen. j. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan). k. Operasi Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan.

B. PROSES KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Riwayat kesehatan 1) Keluhan Utama Keluhan yang ditimbulkan dari trauma kimia mata antara lain rasa nyeri, mata merah, fotofobia, terasa ada benda asing, penglihatan kabur, dan mata berair. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit mata lainnya. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit mata lainnya.

10

b. Pola Fungsi Kesehatan 1) Aktivitas dan istirahat Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari di karenakan adanya penurunan daya atau kemampuan penglihatan. 2) Makan dan minum Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler. 3) Neurosensori a) Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi (dari terang ke gelap, memfokuskan penglihatan). b) Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan. c) Peningkatan pengeluaran air mata. 4) Nyeri dan kenyamanan a) Rasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata. b) Tiba-tiba dan nyeri yang menetap di sekitar mata, nyeri kepala. 5) Keamanan Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun. c. Pemeriksaan penunjang 1) Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina. 2) Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor atau massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. c. Gangguan sensori perseptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau status organ indera. d. Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasan informasi.
11

3. INTERVENSI a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi Tujuan :

Nyeri berkurang atau hilang. Kriteria hasil : 1) Klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. 2) Klien tidak gelisah. :

Intervensi

1) Kaji tingkat nyeri pasien 2) Lakukan tindakan penghilangan nyeri yang non-invasif dan nonfarmakologi, seperti berikut a) :

Posisi : Tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah-ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak sakit.

b) c)

Distraksi Latihan relaksasi

3) Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif. 4) Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan dokter. 5) Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat, jika nyeri bertambah.

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. Tujuan :

Tidak terjadi infeksi. Kriteria hasil : 1) Klien menunjukkan penyembuhan tanpa gejala infeksi. 2) Nilai Labotratorium : SDP normal, kultur negatif. Intervensi :

1) Tingkatkan penyembuhan luka a) Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat.
12

b) Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas. 2) Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata : a) Cuci tangan sebelum memulai. b) Pegang alat penetes agak jauh dari mata. c) Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat penetes. d) Ajarkan tehnik ini kepada klien dan anggota keluarganya. 3) Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan. 4) Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian antibiotika dan steroid..

c. Gangguan sensori perseptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau status organ indera. Kriteria Hasil : 1) Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. 2) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. 3) Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan Intervensi :

1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat. 2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya. 3) Observasi tanda tanda dan gejala-gejala disorientasi: pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestasia. 4) Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang tedekat tinggal dengan pasien. 5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimanan dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

d. Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasan informasi. Tujuan :

Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang perawatan.

13

Intervensi

1) Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang akan di lakukan. 2) Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan. 3) Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, mengedan, buang ingus, bersin atau merokok. 4) Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu tidur. 5) Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas.

14

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa trauma kimia mata terdiri atas dua macam yaitu trauma asam dan trauma basa. Trauma basa dua kali lebih sering terjadi dibanding trauma asam karena bahan basa digunakan secara luas di rumah maupun industri, selain itu trauma basa menimbulkan akibat yang lebih berat dibanding trauma asam. Keluhan yang ditimbulkan dari trauma kimia mata antara lain rasa nyeri, mata merah, fotofobia, terasa ada benda asing, penglihatan kabur, dan mata berair. Pada penyakit trauma alkali mata, diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH. Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia basa adalah irigasi mata dengan segera dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin terutama vitamin A dan C. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien.

B. SARAN 1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien trauma alkali pada mata sesuai dengan indikasi penyakit 2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien trauma alkali pada mata dengan baik dan benar

15

DAFTAR PUSTAKA
Masjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI. Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Balai penerbit FK UI; Jakarta Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Sumber Lain :

http://www.rsfamilymedicalcenter.com/index.php/trauma-pada-mata http://somelus.wordpress.com/2010/07/09/trauma-basa-pada-mata/ http://sanirachman.blogspot.com/2010/09/trauma-oculi.html

16

You might also like