You are on page 1of 49

TUGAS

MATAKULIAH

SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH

PERBANDINGAN BASIS CASH TOWARD ACCRUAL DENGAN BASIS ACCRUAL


SERTA DAMPAK PERUBAHAN PERLAKUAN AKUNTANSINYA

KELOMPOK 1 1. ADITYA DHARMAWAN 2. AUNURROFIK 3. HARRIS MURDANI D 4. MARTUA 5. NOVIANTI EKA PUTRI (1) (8) (15) (21) (25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia berupaya melakukan reformasi di bidang akuntansi. Hal ini terlihat dari keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi

pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Menurut kacamata akuntansi, secara konsep akuntansi berbasis akrual dianggap dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksanakannya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005): 1. Mendukung manajemen kinerja. 2. Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik. 3. Memperbaiki pengertian akan biaya program. 4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya. 5. Meningkatkan pelaporan keuangan. Page | 2 Selama pengakuan dan

pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan

6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas). Dalam salah satu penelitiannya, Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di negara-negara berkembang harus direncanakan secara realistis dan praktis sesuai dengan kemampuan sumber daya dan kapasitas yang tersedia. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual adalah strategi

implementasi yang direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang dikomunikasikan secara jelas, sumber daya manusia yang andal, dan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Penerapan akuntansi berbasis akrual jika akan dilakukan harus dirancang secara hati-hati mengingat Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual (cash towards accrual) baru saja diterbitkan dan belum diimplementasikan sepenuhnya, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Kondisi di atas bagaimanapun akan memungkinkan timbulnya kesulitan dalam penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual. Bagi kalangan yang baru belajar menerapkan akuntansi berbasis kas menuju akrual, peralihan ini pasti menuntut waktu untuk memahaminya. Bagi kalangan yang lebih akrab dengan akuntansi pemerintahan, berbagai permasalahan konseptual dan teknis yang menyertai penerapan akuntansi

berbasis akrual dalam kondisi praktik dan aturan manajemen keuangan negara Republik Indonesia saat ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi perbedaan penting antara Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual (cash towards accrual) dengan akuntansi berbasis akrual untuk mengantisipasi penerapannya di masa mendatang. Dengan latar belakang di atas, kelompok kami akan mencoba membahas perbedaan-perbedaan penting tersebut. B. Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Pemerintahan dan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari basis Cash Toward Accrual menuju Accrual serta dampak terhadap perlakuan akuntansinya.

Page | 3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dasar Hukum Penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8 menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. 4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (20) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara. 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. 6. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (2) menyatakan bahwa Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawabnya. 7. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Page | 4

Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. 8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (2) menyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/Lembaga masing-masing. 9. Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. 10. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2005 Pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa setelah Tahun Anggaran 2005 berakhir, Pemerintah menyusun Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005 berupa Laporan Keuangan. 11. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Pasal 60 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban

penggunaan dana bagian anggaran yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Keputusan Presiden tersebut telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. B. Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat. (Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal. 1)

Page | 5

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. (Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal. 4) Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah : a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari : Perusahaan Perseroan, dan Perusahaan Umum

c. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah

C. Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat a. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,

pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum; b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas; c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan; d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien. D. Ciri-ciri Pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat a. Basis Akuntansi Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas ata setara kas diterima atau dibayar. Page | 6

b. Sistem Pembukuan Berpasangan Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu : Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait. c. Dana Tunggal Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal. d. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah. e. Bagan Perkiraan Standar SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi. f. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

E. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuangan pemerintah pusat tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga yang telah direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode. b. Neraca Pemerintah Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah pusat berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal/tahun anggaran tertentu. Page | 7

c. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran d. Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai.

F. Klasifikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP); Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan ( Ditjen PBN) dan terdiri dari: i. SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca Kas Umum Negara (KUN); ii. SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU. Pengolahan data dalam rangka penyusunan laporan keuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh unit-unit Ditjen PBN yang terdiri dari: 1. 2. 3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN); Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN); Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.

b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi keuangan (SAK) dan unit akuntansi barang (SABMN). Unit akuntansi keuangan terdiri dari: i. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA); ii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon1 (UAPPA-E1); iii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W); iv. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) ; Page | 8

Unit akuntansi barang terdiri dari: i. ii. iii. iv. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB); Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon1 (UAPPB-E1); Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W); Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).

c. Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan-laporan keuangan yang dapat dihasilkan dari proses komputerisasi SAPP adalah:

Page | 9

BAB III PEMBAHASAN

A. ISI POKOK SAP BERBASIS AKRUAL 1. Pasal 12 dan Pasal 13 UU Nomor 1 Tahun 2004, sebagaimana diacu dalam Pasal 70 ayat (2), mengatur bahwa pengakuan pendapatan dan belanja pada APBN/APBD menggunakan basis akrual. Di lain pihak, praktik penganggaran dan pelaporan pelaksanaannya pada sebagian besar negara, termasuk Indonesia, menggunakan basis kas. Untuk itu KSAP menyusun SAP Berbasis Akrual yang mencakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports), sebagaimana dicantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk pelaporan finansial, yang pada PSAP 12 memfasilitasi pencatatan pendapatan dan beban dengan basis akrual. 2. Laporan pelaksanaan anggaran yang berbasis kas terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (untuk Entitas Pelaporan di Pemerintah Pusat). Laporan finansial yang berbasis akrual terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.

B. PERBEDAAN SAP BERBASIS AKRUAL DENGAN SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL

Page | 10

No.

PP No. 24 Tahun 2005

PP No. 71 Tahun 2010

Page | 11

1.

Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran menyajikan Laporan Realisasi Anggaran menyajikan

ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh sumber daya keuangan yang dikelola pemerintah pusat/daerah dalam satu periode oleh pelaporan pemerintah pusat/daerah, perbandingan yang antara

menggambarkan

anggaran dan realisasinya dalam satu Laporan Realisasi Anggaran unsur-unsur menyajikan periode pelaporan. sebagai Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum

sekurang-kurangnya berikut: a) pendapatan; b) belanja; c) transfer; d) surplus/defisit; e) pembiayaan;

f) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

Negara/Bendahara Umum Daerah atau

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan oleh entitas pemerintah lainnya yang perbandingan antara anggaran dengan menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun yang dan tidak anggaran menjadi perlu yang hak dibayar

realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih bersangkutan lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan. pemerintah,

Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang kembali oleh pemerintah. mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti (b) Belanja adalah semua pengeluaran kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab oleh Bendahara Umum

terjadinya perbedaan yang material antara Negara/Bendahara Umum Daerah yang anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam yang merinci lebih lanjut angka-angka yang periode tahun anggaran bersangkutan dianggap perlu untuk dijelaskan. yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah. PSAP No. 02 mengatur persyaratan- (c) Transfer adalah penerimaan atau

persyaratan untuk penyajian Laporan Realisasi pengeluaran uang oleh suatu entitas Anggaran dan pengungkapan informasi terkait. pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Page | 12

(d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran berpengaruh entitas yang pada perlu yang tidak bersih kembali

kekayaan dibayar

dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran tahun-tahun bersangkutan anggaran

maupun

berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup surplus defisit atau memanfaatkan Penerimaan

anggaran.

pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. lain

Pengeluaran

pembiayaan

antara

digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

2.

STRUKTUR ANGGARAN Laporan informasi

LAPORAN

REALISASI STRUKTUR ANGGARAN

LAPORAN

REALISASI

Realisasi realisasi

Anggaran

menyajikan Laporan Realisasi Anggaran menyajikan belanja, informasi realisasi pendapatan-LRA,

pendapatan,

transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan masing-masing diperbandingkan dengan pembiayaan, diperbandingkan yang dengan masing-masing anggarannya

anggarannya dalam satu periode.

dalam satu periode.

Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang pada diidentifikasikan secara jelas, dan diulang setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, pada informasi berikut: setiap halaman laporan, jika

dianggap perlu, informasi berikut:

(a) nama entitas pelaporan atau sarana (a). nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya; identifikasi lainnya; Page | 13

(b) cakupan entitas pelaporan; (c) periode yang dicakup; (d) mata uang pelaporan; dan (e) satuan angka yang digunakan.

(b). cakupan entitas pelaporan; (c). periode yang dicakup; (d). mata uang pelaporan; dan (e). satuan angka yang digunakan.

3.

PERIODE PELAPORAN Laporan Realisasi Anggaran

PERIODE PELAPORAN disajikan Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekali dalam

sekurang kurangnya sekali dalam setahun. sekurang-kurangnya

Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu setahun. Dalam situasi tertentu tanggal entitas berubah dan Laporan Realisasi laporan suatu entitas berubah dan

Anggaran tahunan disajikan dengan suatu Laporan Realisasi Anggaran tahunan periode yang lebih panjang atau pendek dari disajikan dengan suatu periode yang satu tahun, entitas mengungkapkan informasi lebih panjang atau pendek dari satu sebagai berikut: tahun, entitas mengungkapkan informasi

(a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak sebagai berikut: satu tahun; (a). alasan penggunaan periode

(b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif pelaporan tidak satu tahun; dalam Laporan Realisasi terkait Anggaran tidak dan (b). fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dapat dalam Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan diperbandingkan. terkait tidak dapat

catatan-catatan diperbandingkan.

4.

TEPAT WAKTU

TEPAT WAKTU suatu Laporan Realisasi

Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran Manfaat

berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia Anggaran berkurang jika laporan tersebut tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti tidak tersedia tepat pada waktunya. kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan pemerintah entitas pelaporan untuk menyajikan laporan pembenaran keuangan tepat entitas tidak atas dapat dijadikan

ketidakmampuan untuk menyajikan

pelaporan

waktu. Suatu entitas pelaporan menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu Laporan Realisasi Anggaran selambat- entitas pelaporan menyajikan Laporan

lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya Realisasi Anggaran selambat-lambatnya tahun anggaran. 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun Page | 14

anggaran.

7.

ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan sedemikian Realisasi rupa Anggaran sehingga

ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN

disajikan Laporan Realisasi Anggaran disajikan

menonjolkan sedemikian rupa sehingga menonjolkan unsur pendapatan, belanja,

berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, berbagai surplus/defisit, diperlukan dan pembiayaan yang

yang transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan wajar. yang diperlukan untuk penyajian yang Laporan Realisasi realisasi Anggaran pendapatan-

untuk

penyajian

Laporan Realisasi Anggaran menyandingkan wajar. realisasi pendapatan, dan belanja, pembiayaan

transfer, menyandingkan

surplus/defisit,

dengan LRA, belanja, transfer, surplus/defisitdan pembiayaan Laporan dengan Realisasi

anggarannya. Laporan Realisasi Anggaran LRA,

dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas anggarannya.

Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti Catatan atas Laporan Keuangan yang kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab memuat hal-hal yang mempengaruhi

terjadinya perbedaan yang material antara pelaksanaan anggaran seperti kebijakan anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar fiskal dan moneter, sebab-sebab yang material

yang merinci lebih lanjut angka-angka yang terjadinya dianggap perlu untuk dijelaskan.

perbedaan

antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

Laporan

Realisasi

Anggaran

sekurang- Laporan Realisasi Anggaran sekurangkurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut: (a). Pendapatan-LRA; (b). Belanja; (c). Transfer; (d). Surplus/defisit-LRA; (e). Penerimaan pembiayaan; (f). Pengeluaran pembiayaan;

kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut: (a) Pendapatan (b) Belanja (c) Transfer (d) Surplus atau defisit (e) Penerimaan pembiayaan (f) Pengeluaran pembiayaan (g) Pembiayaan neto; dan

(h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (g). Pembiayaan neto; dan Page | 15

(SiLPA / SiKPA)

(h).

Sisa

lebih/kurang

pembiayaan

anggaran (SiLPA / SiKPA).

Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan Pos, judul, dan sub jumlah lainnya dalam Laporan Realisasi Anggaran apabila disajikan diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Anggaran Pemerintahan ini, atau apabila penyajian Pernyataan dalam apabila Laporan Realisasi oleh

diwajibkan

Standar

Akuntansi

tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Pemerintahan ini, atau apabila penyajian Realisasi Anggaran secara wajar. tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan wajar. Realisasi Anggaran secara

Contoh format Laporan Realisasi Anggaran Contoh

format

Laporan

Realisasi

disajikan dalam lampiran IV.A-C standar ini. Anggaran disajikan dalam ilustrasi PSAP Lampiran merupakan lampiran merupakan bagian ini ilustrasi dari dan bukan 02.A, 02.B, dan 02.C standar ini. Ilustrasi Tujuan merupakan contoh dan bukan merupakan

standar.

adalah

mengilustrasikan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini

penerapan standar untuk membantu dalam adalah memberikan gambaran penerapan klarifikasi artinya. standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.

8.

INFORMASI

YANG

DISAJIKAN

DALAM INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM REALISASI ANGGARAN ATAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN ATAU LAPORAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN ATAU

DALAM

CATATAN

KEUANGAN Entitas pelaporan menyajikan

LAPORAN KEUANGAN klasifikasi Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi

pendapatan menurut jenis pendapatan dalam pendapatan menurut jenis pendapatanLaporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih LRA dalam Laporan Realisasi Anggaran, lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan atas Laporan Keuangan. disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Entitas

pelaporan

menyajikan

klasifikasi Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi

belanja menurut jenis belanja dalam Laporan belanja menurut jenis belanja dalam Page | 16

Realisasi

Anggaran.

Klasifikasi

belanja Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi menurut organisasi disajikan

menurut organisasi disajikan dalam Laporan belanja

Realisasi Anggaran atau di Catatan atas dalam Laporan Realisasi Anggaran atau Laporan Keuangan. Klasifikasi belanja menurut di Catatan atas Laporan Keuangan. fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Klasifikasi Keuangan. belanja menurut fungsi

disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

9.

AKUNTANSI ANGGARAN Akuntansi anggaran merupakan dan

AKUNTANSI ANGGARAN teknik Akuntansi anggaran merupakan teknik

pertanggungjawaban

pengendalian pertanggungjawaban dan pengendalian yang digunakan untuk

manajemen yang digunakan untuk membantu manajemen pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan membantu pembiayaan.

pengelolaan

pendapatan,

belanja, transfer, dan pembiayaan.

Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai Akuntansi

anggaran

diselenggarakan

dengan struktur anggaran yang terdiri dari sesuai dengan struktur anggaran yang anggaran pendapatan, belanja, dan terdiri dari anggaran pendapatan, belanja,

pembiayaan. Anggaran pendapatan meliputi dan pembiayaan. Anggaran pendapatan estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi meliputi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja dijabarkan estimasi menjadi pendapatan alokasi yang

estimasi

terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran apropriasi pembiayaan terdiri dari penerimaan otorisasi yang kredit dijabarkan anggaran menjadi

(allotment).

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan

Akuntansi anggaran diselenggarakan pada pengeluaran saat anggaran disahkan dan

pembiayaan.

Akuntansi

anggaran anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan anggaran

dialokasikan.

dialokasikan.

10.

AKUNTANSI PENDAPATAN

AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA diakui pada saat

Pendapatan diakui pada saat diterima pada Pendapatan-LRA Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

diterima pada Rekening Kas Umum Page | 17

Negara/Daerah. Pendapatan pendapatan. diklasifikasikan menurut jenis Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.

Transfer masuk adalah penerimaan uang dari Transfer masuk adalah penerimaan uang entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dari entitas pelaporan lain, misalnya dana perimbangan dari pemerintah pusat dan penerimaan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. dana perimbangan dari

pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.

Akuntansi berdasarkan

pendapatan azas bruto,

dilaksanakan Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan yaitu dengan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan penerimaan bruto, dan

membukukan penerimaan bruto, dan tidak membukukan mencatat jumlah netonya

(setelah tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

dikompensasikan dengan pengeluaran).

Dalam hal badan layanan umum, pendapatan Dalam hal besaran pengurang terhadap diakui dengan mengacu pada peraturan pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat

perundangan yang mengatur mengenai badan variabel terhadap pendapatan dimaksud layanan umum. dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu selesai, dikarenakan maka asas proses bruto belum dapat

dikecualikan.

Dalam

hal

badan diakui

layanan dengan

umum, mengacu yang layanan

pendapatan pada

peraturan

perundangan badan

mengatur umum.

mengenai

Pengembalian berulang

yang

sifatnya atas

normal

dan Pengembalian yang sifatnya sistemik

(recurring)

penerimaan (normal) dan berulang (recurring) atas pendapatan-LRA maupun pada pada

pendapatan pada periode penerimaan maupun penerimaan pada periode sebelumnya dibukukan sebagai periode

penerimaan

Page | 18

pengurang pendapatan.

periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak Koreksi dan pengembalian yang sifatnya berulang (non-recurring) yang atas penerimaan tidak berulang (nonrecurring) atas

pendapatan

terjadi

pada

periode penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi

penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pada periode penerimaan pendapatanpengurang pendapatan pada periode yang LRA sama. dibukukan sebagai pada pengurang yang

pendapatan-LRA sama.

periode

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak Koreksi dan pengembalian yang sifatnya berulang (non-recurring) yang atas penerimaan tidak berulang (nonrecurring) atas

pendapatan

terjadi

pada

periode penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi periode sebelumnya Saldo dibukukan Anggaran

sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pada ekuitas dana lancar koreksi dan pada

periode sebagai

pengurang

ditemukannya tersebut.

pengembalian Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

Akuntansi memenuhi

pendapatan kebutuhan

disusun

untuk Akuntansi

pendapatan-LRA memenuhi sesuai untuk bagi

disusun kebutuhan dengan keperluan

pertanggungjawaban untuk

sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pertanggungjawaban pengendalian bagi manajemen pemerintah ketentuan pusat dan daerah. pengendalian dan

manajemen

pemerintah pusat dan daerah.

11.

AKUNTANSI BELANJA Belanja diakui dari pada saat

AKUNTANSI BELANJA terjadinya Belanja Kas diakui pada saat terjadinya

pengeluaran

Rekening

Umum pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Negara/Daerah.

Khusus

pengeluaran

melalui

bendahara Khusus pengeluaran melalui bendahara

pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pengeluaran pengakuannya terjadi pada pertanggungjawaban atas pengeluaran saat pertanggungjawaban atas

Page | 19

tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai pengeluaran tersebut disahkan oleh unit fungsi perbendaharaan. yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui Dalam hal badan layanan umum, belanja dengan mengacu pada peraturan perundangan diakui dengan mengacu pada peraturan yang mengatur umum. mengenai badan layanan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Belanja

diklasifikasikan

menurut

klasifikasi Belanja klasifikasi

diklasifikasikan ekonomi (jenis

menurut belanja),

ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.

organisasi, dan fungsi.

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan Klasifikasi

ekonomi

adalah

belanja yang didasarkan pada jenis belanja pengelompokan belanja yang didasarkan untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi pada jenis belanja untuk melaksanakan ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pegawai, belanja barang, belanja modal, pemerintah pusat yaitu belanja pegawai,

bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja barang, belanja modal, bunga, belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk subsidi, pemerintah daerah meliputi terdiri dari belanja belanja hibah, lain-lain. bantuan sosial, dan

Klasifikasi

ekonomi

pegawai, belanja barang , belanja modal, untuk pemerintah daerah meliputi belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja tak terduga. bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran Belanja untuk kegiatan sehari-hari pemerintah anggaran

operasi untuk

adalah kegiatan

pengeluaran sehari-hari

pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pemerintah pusat/daerah yang memberi pendek. Belanja operasi antara lain meliputi manfaat jangka pendek. Belanja operasi belanja pegawai, belanja barang, bunga, antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.

subsidi, hibah, bantuan sosial.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran Belanja

modal

adalah

pengeluaran Page | 20

untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya

anggaran untuk perolehan asset tetap

yang memberi manfaat lebih dari satu periode dan aset lainnya yang memberi manfaat akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain lebih dari satu periode akuntansi. Belanja belanja modal untuk perolehan tanah, gedung modal meliputi antara lain belanja modal dan bangunan, peralatan, dan aset tak untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

berwujud.

Belanja

lain-lain/tak

terduga

adalah Belanja

lain-lain/tak

terduga

adalah

pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang pengeluaran anggaran untuk kegiatan sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan yang sifatnya tidak biasa dan tidak berulang seperti penanggulangan bencana diharapkan berulang seperti

alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak penanggulangan bencana alam, bencana terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam sosial, dan pengeluaran tidak terduga rangka penyelenggaraan kewenangan lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan

pemerintah pusat/daerah.

pemerintah pusat/daerah.

Contoh klasifikasi belanja menurut ekonomi Contoh (jenis belanja) adalah sebagai berikut: Belanja Operasi: - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Bunga - Subsidi - Hibah - Bantuan Sosial Belanja Modal: - Belanja Aset Tetap - Belanja Aset Lainnya Belanja Lain-lain/Tak Terduga xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

klasifikasi

belanja

menurut

ekonomi (jenis belanja) adalah sebagai berikut: Belanja Operasi : - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Bunga - Subsidi - Hibah - Bantuan Sosial Belanja Modal : - Belanja Aset Tetap - Belanja Aset Lainnya Belanja Lain-lain/Tak Terduga Transfer xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari

Transfer keluar adalah pengeluaran uang Page | 21

entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain dari

entitas

pelaporan

ke

entitas

seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pelaporan lain seperti pengeluaran dana pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah. perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi Klasifikasi berdasarkan anggaran. unit organisasi belanja

menurut

organisasi

yaitu

pengguna klasifikasi berdasarkan unit organisasi menurut pengguna anggaran. Klasifikasi belanja organisasi di lingkungan

Klasifikasi

organisasi di lingkungan pemerintah pusat menurut antara lain belanja per

kementerian pemerintah pusat antara lain belanja per

negara/lembaga beserta unit organisasi di kementerian negara/lembaga beserta unit bawahnya. Klasifikasi belanja menurut organisasi di bawahnya. Klasifikasi

organisasi di pemerintah daerah antara lain belanja menurut organisasi di pemerintah belanja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat daerah antara lain belanja Sekretariat Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

pemerintah provinsi/kabupaten /kota, dinas (DPRD), Sekretariat Daerah pemerintah pemerintah dan tingkat provinsi/kabupaten/kota, provinsi/kabupaten/kota, teknis daerah pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan dinas tingkat lembaga

lembaga

provinsi/kabupaten/kota.

teknis daerah provinsi/kabupaten/kota.

Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi Klasifikasi

menurut

fungsi

adalah

yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama klasifikasi yang didasarkan pada fungsipemerintah pusat/daerah dalam memberikan fungsi utama pemerintah pusat/daerah pelayanan kepada masyarakat. dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Contoh klasifikasi belanja menurut fungsi Contoh klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut: Belanja : - Pelayanan Umum - Pertahanan - Ketertiban dan Keamanan - Ekonomi xxx xxx xxx xxx adalah sebagai berikut: Belanja : - Pelayanan Umum - Pertahanan - Ketertiban dan Keamanan - Ekonomi xxx xxx xxx xxx Page | 22

- Perlindungan Lingkungan Hidup - Perumahan dan Permukiman - Kesehatan - Pariwisata dan Budaya - Agama - Pendidikan - Perlindungan sosial

xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

- Perlindungan Lingkungan Hidup - Perumahan dan Permukiman - Kesehatan - Pariwisata dan Budaya - Agama - Pendidikan - Perlindungan sosial

xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai Realisasi anggaran belanja dilaporkan dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dokumen anggaran. dalam dokumen anggaran.

Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan Koreksi

atas

pengeluaran

belanja

kembali belanja) yang terjadi pada periode (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pengeluaran belanja dibukukan sebagai pada periode pengeluaran belanja

pengurang belanja pada periode yang sama. dibukukan sebagai pengurang belanja Apabila diterima pada periode berikutnya, pada periode yang sama. Apabila

koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan diterima pada periode berikutnya, koreksi dalam pendapatan lain-lain. atas dalam pengeluaran belanja dibukukan dalam pos

pendapatan-LRA

pendapatan lain-lain-LRA.

Akuntansi memenuhi sesuai

belanja

disusun

selain

untuk Akuntansi belanja disusun selain untuk kebutuhan sesuai dengan

kebutuhan

pertanggungjawaban memenuhi juga dapat pertanggungjawaban juga

dengan

ketentuan,

dikembangkan untuk keperluan pengendalian ketentuan, bagi manajemen dengan cara yang untuk

dapat

dikembangkan bagi

keperluan

pengendalian

memungkinkan pengukuran kegiatan belanja manajemen untuk mengukur efektivitas tersebut. dan efisiensi belanja tersebut.

12.

AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT

AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT-LRA antara pendapatan-LRA dan

Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan Selisih dan belanja selama satu periode pelaporan.

belanja selama satu periode pelaporan Page | 23

dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.

Defisit

adalah

selisih

kurang

antara Defisit-LRA adalah selisih kurang antara

pendapatan dan belanja selama satu periode pendapatan-LRA dan belanja selama pelaporan. satu periode pelaporan.

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit.

13.

AKUNTANSI PEMBIAYAAN Pembiayaan transaksi (financing) keuangan adalah pemerintah,

AKUNTANSI PEMBIAYAAN seluruh Pembiayaan (financing) adalah seluruh baik transaksi keuangan pemerintah, baik

penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu penerimaan maupun pengeluaran, yang dibayar atau akan diterima kembali, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, dalam penganggaran pemerintah terutama yang dalam penganggaran pemerintah dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau terutama dimaksudkan untuk menutup memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan defisit dan atau memanfaatkan surplus pembiayaan antara lain dapat berasal dari anggaran. Penerimaan pembiayaan

pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, antara lain dapat berasal dari pinjaman, pengeluaran pembiayaan antara lain dan hasil divestasi. pembiayaan Sementara, antara lain

digunakan untuk pembayaran kembali pokok pengeluaran

pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas digunakan untuk pembayaran kembali lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

14.

AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penerimaan penerimaan Negara/Daerah pembiayaan Rekening antara lain adalah Kas

AKUNTANSI

PENERIMAAN

semua PEMBIAYAAN Umum Penerimaan pembiayaan adalah semua dari penerimaan Rekening Kas Umum

berasal

Page | 24

penerimaan pemerintah,

pinjaman, hasil

penjualan

obligasi Negara/Daerah antara lain berasal dari

privatisasi

perusahaan penerimaan pinjaman, penjualan obligasi

negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman pemerintah, hasil privatisasi perusahaan yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan negara/daerah, penerimaan kembali

investasi permanen lainnya, dan pencairan pinjaman yang diberikan kepada fihak dana cadangan. ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat Penerimaan pembiayaan diakui pada diterima pada Rekening Kas Umum saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. penerimaan pembiayaan Akuntansi penerimaan pembiayaan

Negara/Daerah. Akuntansi

dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dilaksanakan berdasarkan azas bruto, dengan membukukan penerimaan bruto, dan yaitu dengan membukukan penerimaan tidak mencatat jumlah netonya (setelah bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

dikompensasikan dengan pengeluaran)

pengeluaran). Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Pencairan Dana Cadangan mengurangi Cadangan yang bersangkutan. Dana Cadangan yang bersangkutan.

15.

AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pengeluaran pengeluaran Negara/Daerah pembiayaan Rekening antara adalah Kas lain

AKUNTANSI

PENGELUARAN

semua PEMBIAYAAN Umum Pengeluaran pembiayaan adalah semua

pemberian pengeluaran

Rekening

Kas

Umum

pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan Negara/Daerah antara lain pemberian modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman pinjaman dalam periode tahun anggaran penyertaan kepada modal pihak ketiga,

pemerintah,

tertentu, dan pembentukan dana cadangan.

pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat Pengeluaran pembiayaan diakui pada dikeluarkan dari Rekening Kas Umum saat dikeluarkan dari Rekening Kas

Negara/Daerah.

Umum Negara/Daerah. Page | 25

Pembentukan Dana Cadangan menambah Pembentukan Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil- menambah Dana

Dana

Cadangan yang

Cadangan

hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh Cadangan di pemerintah daerah merupakan dari pengelolaan Dana Cadangan di penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut pemerintah dicatat sebagai pendapatan dalam pos penambah daerah Dana merupakan Hasil

Cadangan.

pendapatan asli daerah lainnya.

tersebut dicatat sebagai pendapatan-LRA dalam lainnya. pos pendapatan asli daerah

16.

AKUNTANSI PEMBIAYAAN NETO Pembiayaan penerimaan neto adalah selisih

AKUNTANSI PEMBIAYAAN NETO antara Pembiayaan neto adalah selisih antara dikurangi penerimaan pembiayaan setelah

pembiayaan

setelah

pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam anggaran tertentu. periode tahun anggaran tertentu.

Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan Selisih lebih/kurang antara penerimaan pengeluaran pembiayaan selama satu periode dan pengeluaran pembiayaan selama pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Neto. satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.

17.

AKUNTANSI

SISA

LEBIH/KURANG AKUNTANSI PEMBIAYAAN

SISA

LEBIH/KURANG ANGGARAN

PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA/SIKPA) Sisa lebih/kurang pembiayaan

anggaran (SILPA/SIKPA)

adalah selisih lebih/kurang antara realisasi SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang penerimaan dan pengeluaran selama satu antara periode pelaporan. realisasi penerimaan satu dan periode

pengeluaran pelaporan.

selama

Selisih

lebih/kurang

antara

realisasi Selisih

lebih/kurang dan dan selama

antara

realisasi serta

penerimaan dan pengeluaran selama satu pendapatan-LRA periode pelaporan dicatat dalam pos penerimaan pembiayaan

Belanja,

pengeluaran satu periode

SiLPA/SiKPA.

Page | 26

pelaporan SiLPA/SiKPA.

dicatat

dalam

pos

Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran pada akhir ke periode Laporan pelaporan Perubahan

dipindahkan

Saldo Anggaran Lebih.

18.

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

TRANSAKSI

DALAM

MATA

UANG

Transaksi dalam mata uang asing harus ASING dibukukan dalam mata uang rupiah dengan Transaksi dalam mata uang asing harus menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut dibukukan dalam mata uang rupiah. menurut kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan dalam transaksi, maka

transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah transaksi. bank sentral pada tanggal

Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing tersebut.

Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk bertransaksi dan mata uang asing

Page | 27

tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya, maka: (a). Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs transaksi; (b). Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. 19. TRANSAKSI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN BERBENTUK BARANG DAN JASA Transaksi pendapatan, belanja, dan

pembiayaan dalam bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran dengan cara menaksir nilai barang dan jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat

memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh transaksi berwujud barang dan jasa adalah hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.

20.

TANGGAL EFEKTIF

TANGGAL EFEKTIF Standar Akuntansi

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan

ini berlaku efektif untuk laporan keuangan Pemerintahan (PSAP) ini berlaku efektif pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran untuk mulai Tahun Anggaran 2005. laporan keuangan pelaksanaan

pertanggungjawaban

anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.

Page | 28

Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.

21.

LAPORAN

PERUBAHAN

SALDO

ANGGARAN LEBIH Laporan Perubahan Saldo Anggaran

Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

22.

Neraca Neraca suatu menggambarkan entitas pelaporan posisi

NERACA keuangan Neraca menggambarkan posisi keuangan aset, suatu entitas pelaporan mengenai aset,

mengenai

kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. tertentu.

Klasifikasi

Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri

Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masingasetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta masing unsur dapat dijelaskan sebagai mengklasifikasikan kewajibannya menjadi berikut :

kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (a) Aset adalah sumber daya ekonomi dalam neraca. yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa Setiap setiap entitas pos pelaporan dan mengungkapkan masa kewajiban yang lalu dan dari mana manfaat

asset

yang ekonomi dan/atau sosial di masa depan

mencakup

jumlah-jumlah

diharapkan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 pemerintah maupun masyarakat, serta (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dapat diukur dalam satuan uang,

dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan termasuk sumber daya nonkeuangan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 yang diperlukan untuk penyediaan jasa Page | 29

(dua belas) bulan.

bagi masyarakat umum dan sumber-

Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan sumber daya yang dipelihara karena barang-barang yang akan digunakan dalam alasan sejarah dan budaya. menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu (b) Kewajiban adalah utang yang timbul peristiwa masa lalu yang

adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar dari dan nonlancar dalam neraca

untuk penyelesaiannya mengakibatkan aliran barang- keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Ekuitas adalah yang kekayaan merupakan bersih selisih

memberikan

informasi

mengenai

barang yang akan digunakan dalam periode (c)

akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan pemerintah untuk keperluan jangka panjang.

antara aset dan kewajiban pemerintah.

Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas pelaporan. dan solvabilitas suatu entitas tanggal

Informasi

tentang

penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga

bermanfaat untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan nonlancar dan sebagai aset lancar dan

kewajiban

diklasifikasikan

sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut: a) kas dan setara kas; b) investasi jangka pendek; c) piutang pajak dan bukan pajak; d) persediaan; e) investasi jangka panjang; f) aset tetap; g) kewajiban jangka pendek; h) kewajiban jangka panjang; i) ekuitas dana. Page | 30

Pos-pos

selain

yang

disebutkan

pada

paragraph disajikan dalam Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan.

Contoh

format

Neraca

disajikan

dalam

Lampiran III.A dan III.B Standar ini. Lampiran hanya merupakan bagian ini ilustrasi dari dan bukan Tujuan

merupakan lampiran

standar.

adalah

mengilustrasikan

penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan keuangan.

Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah didasarkan pada faktor-faktor berikut ini: a) Sifat, likuiditas, dan materialitas aset; b) Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan; c) Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.

Aset dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan fungsi kadang-kadang diukur dengan dasar pengukuran yang berbeda. Sebagai contoh, sekelompok aset tetap tertentu dicatat atas dasar biaya perolehan dan kelompok lainnya dicatat atas dasar nilai wajar yang diestimasikan.

23.

Aset Page | 31

Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan atau

penghematan belanja bagi pemerintah.

Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan

segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. dimasukkan Aset yang tidak dapat tersebut

dalam

kriteria

diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.

24.

Aset Lancar

Aset lancar meliputi kas dan setara kas,

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar investasi jangka pendek, piutang, dan jika: a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau b) berupa kas dan setara kas. Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan sebagai aset nonlancar. persediaan.

Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan

persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai Page | 32

12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang

antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup

barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti

komponen bekas.

25.

Aset Nonlancar

Aset nonlancar mencakup aset yang

Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat bersifat jangka panjang, dan aset tak jangka panjang dan aset tak berwujud, yang berwujud yang digunakan baik langsung digunakan secara langsung atau tidak maupun tidak langsung untuk kegiatan atau yang digunakan

langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang pemerintah digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan

masyarakat umum. menjadi Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi

investasi jangka panjang, aset tetap, dana investasi jangka panjang, aset tetap, cadangan, dan aset lainnya untuk dana cadangan, dan aset lainnya.

mempermudah pemahaman atas pos-pos aset nonlancar yang disajikan di neraca.

Investasi jangka panjang adalah investasi yang Investasi

jangka

panjang

merupakan

dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari investasi yang diadakan dengan maksud 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang untuk mendapatkan manfaat ekonomi terdiri dari investasi nonpermanen dan dan manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu jangka periode panjang akuntansi. meliputi

investasi permanen.

Investasi

investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka Investasi nonpermanen antara lain

Page | 33

panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki investasi dalam Surat Utang Negara, secara tidak berkelanjutan. penyertaan modal dalam proyek pembangunan, Investasi permanen adalah investasi jangka nonpermanen dan lainnya. investasi Investasi

panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki permanen antara lain penyertaan modal secara berkelanjutan. pemerintah lainnya. Investasi nonpermanen terdiri dari: a) Pembelian Surat Utang Negara; b) Penanaman modal dalam proyek dan investasi permanen

pembangunan yang dapat dialihkan kepada fihak ketiga; dan c) Investasi nonpermanen lainnya

Investasi permanen terdiri dari: a) Penyertaan Modal Pemerintah pada daerah,

perusahaan

negara/perusahaan

lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan internasional dan badan hukum lainnya bukan milik negara. b) Investasi permanen lainnya.

26.

Aset

tetap

adalah

aset

berwujud

yang Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan

mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas mesin, gedung dan bangunan, jalan, bulan untuk digunakan atau dalam kegiatan irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, oleh dan konstruksi dalam pengerjaan.

pemerintah

dimanfaatkan

masyarakat umum.

Aset tetap terdiri dari: a) Tanah; b) Peralatan dan mesin; c) Gedung dan bangunan; d) Jalan, irigasi, dan jaringan; e) Aset tetap lainnya; dan Page | 34

f) Konstruksi dalam pengerjaan.

Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang

memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan

pembentukannya.

27.

Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan asset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya sebagai aset lainnya. Termasuk dalam adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan aset lainnya adalah aset tak berwujud angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua dan aset kerja sama (kemitraan). belas) bulan, dan aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan).

28.

Pengukuran Kewajiban Kewajiban dicatat sebesar nilai

Kewajiban nominal. Karakteristik esensial kewajiban adalah

Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan bahwa pemerintah mempunyai kewajiban dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. masa kini yang dalam penyelesaiannya Penjabaran mata uang asing menggunakan mengakibatkan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. pengorbanan sumber

daya ekonomi di masa yang akan datang.

Kewajiban

umumnya

timbul

karena

konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,

kewajiban muncul antara lain karena penggunaan pinjaman dari sumber pembiayaan lembaga

masyarakat,

keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban

pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada Page | 35

pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.

Setiap

kewajiban

dapat

dipaksakan

menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.

Kewajiban

dikelompokkan

kedalam

kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka

pendek merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang

penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal

pelaporan.

29.

Ekuitas Dana Setiap entitas pelaporan

Ekuitas mengungkapkan Ekuitas adalah yang kekayaan merupakan bersih selisih

secara terpisah dalam Neraca atau dalam pemerintah Catatan atas Laporan Keuangan:

antara aset dan kewajiban pemerintah

a) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di pembiayaan anggaran /saldo anggaran lebih; b) Ekuitas Dana Investasi; c) Ekuitas Dana Cadangan. Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan anggaran, cadangan piutang, cadangan

persediaan, dan dana yang harus disediakan Page | 36

untuk pembayaran utang jangka pendek.

Ekuitas

Dana

Investasi

mencerminkan

kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.

Ekuitas

Dana

Cadangan

mencerminkan

kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan

perundang undangan.

Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam Neraca maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan subklasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan operasi entitas yang

bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut, bilamana perlu, sesuai dengan sifatnya.

Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di Catatan atas Laporan

Keuangan tergantung pada persyaratan dari Standar Akuntansi Pemerintahan dan

materialitas jumlah pos yang bersangkutan. Faktor-faktor yang disebutkan dalam paragraf 84 dapat digunakan dalam menentukan dasar bagi subklasifikasi.

Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap Page | 37

pos, misalnya: (a) piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut sumbernya; (b) persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur akuntansi untuk persediaan; (c) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar yang

mengatur tentang aset tetap; (d) utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya; (e) dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya; (f) komponen ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan; (g) pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan negara/daerah/lainnya

adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat pengendalian dan metode penilaian. 30. PENGAKUAN KEUANGAN Pengakuan dalam akuntansi adalah UNSUR LAPORAN

proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatanLRA, belanja, pembiayaan, pendapatanLO, dan beban, sebagaimana akan

termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Page | 38

Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh

kejadian atau peristiwa terkait.

Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu: (a) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang bersangkutan; (b) kejadian atau peristiwa tersebut

mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal.

Dalam

menentukan

apakah

suatu kriteria

kejadian/peristiwa

memenuhi

pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas.

31.

KEMUNGKINAN

BESAR

MANFAAT

EKONOMI MASA DEPAN TERJADI Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar manfaat

ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos atau

kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir dari atau ke entitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi Page | 39

ketidakpastian

lingkungan

operasional

pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus manfaat

ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan.

32.

KEANDALAN PENGUKURAN Kriteria pengakuan pada atau pada nilai umumnya akibat dapat

didasarkan peristiwa

uang yang

kejadian

diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya hasil pengakuan yang didasarkan layak. pada

estimasi

Apabila dan

pengukuran estimasi

berdasarkan layak

biaya

yang

tidak

mungkin

dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada

Catatan atas Laporan Keuangan.

Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.

33.

Pengakuan Aset

PENGAKUAN ASET

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi Aset diakui pada saat potensi manfaat masa depan diperoleh oleh pemerintah dan ekonomi masa depan diperoleh oleh mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur pemerintah dan mempunyai nilai atau dengan andal. biaya yang dapat diukur dengan andal.

Aset

diakui

pada

saat

diterima

atau Sejalan dengan penerapan basis akrual, Page | 40

kepemilikannya berpindah.

dan/atau

kepenguasaannya aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau

Pengukuran Aset Pengukuran aset adalah sebagai berikut: a) Kas dicatat sebesar nilai nominal;

manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau

b) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai diestimasi. perolehan; c) Piutang dicatat sebesar nilai nominal; d) Persediaan dicatat sebesar: Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari

(1) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pajak, bea masuk, cukai, penerimaan pembelian; bukan pajak, retribusi, pungutan hasil

(2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan pemanfaatan kekayaan negara, transfer, memproduksi sendiri; dan setoran lain-lain, serta penerimaan seperti hasil pinjaman. unsur

(3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara pembiayaan, lainnya seperti donasi/rampasan. Proses

pemungutan

setiap

penerimaan tersebut sangat beragam dan Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya melibatkan banyak pihak atau instansi. perolehan termasuk biaya tambahan lainnya Dengan demikian, titik pengakuan

yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan penerimaan kas oleh pemerintah untuk yang sah atas investasi tersebut; mendapatkan pengakuan akuntansi

memerlukan pengaturan yang lebih rinci, Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. termasuk pengaturan mengenai batasan Apabila penilaian aset tetap perolehan nilai wajar aset pada dengan waktu sejak uang diterima sampai

menggunakan memungkinkan didasarkan perolehan. pada

biaya maka nilai

tidak penyetorannya ke Rekening Kas Umum tetap Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika saat pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode

Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, akuntansi berjalan. seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik asset tersebut.

Biaya perolehan aset tetap yang dibangun Page | 41

dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Aset

moneter

dalam

mata

uang

asing

dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing

menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

34.

Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai

kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban

jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.

Kewajiban

jangka

pendek

lainnya

adalah

kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Page | 42

Misalnya

bunga

pinjaman,

utang

jangka

pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

Kewajiban Jangka Panjang Suatu entitas pelaporan kewajiban tetap jangka

mengklasifikasikan

panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika: a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan; b) entitas bermaksud mendanai kembali

(refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali

(refinancing), atau adanya penjadualan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan

sebelum laporan keuangan disetujui. Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek sesuai dengan

paragraf ini, bersama-sama dengan informasi yang mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin

diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan

kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Page | 43

Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak otomatis dapat dan

dipertimbangkan

secara

kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum

persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.

Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan menyebabkan tertentu kewajiban (covenant) jangka yang panjang

menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan panjang hanya jika: a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. sebagai kewajiban jangka

35.

Pengakuan Kewajiban

PENGAKUAN KEWAJIBAN Page | 44

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi bahwa akan dilakukan atau telah dilakukan untuk ekonomi pengeluaran akan sumber daya untuk ada

dilakukan yang

menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, menyelesaikan dan perubahan atas kewajiban

kewajiban

tersebut sampai saat pelaporan, dan perubahan

mempunyai nilai penyelesaian yang dapat atas kewajiban tersebut mempunyai nilai diukur dengan andal. penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban pinjaman diakui diterima pada atau saat pada dana saat

kewajiban timbul.

36.

PENGAKUAN PENDAPATAN Pendapatan-LO diakui pada saat

timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah pelaporan. atau oleh entitas

37.

PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA Beban diakui pada saat timbulnya

kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada Page | 45

saat

pertanggungjawaban

atas

pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

Perbedaan Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas: PP Nomor 24 Tahun 2005 A. Laporan Kinerja Keuangan Merupakan laporan realisasi pendapatan dan belanja, cikal bakal Laporan Operasional. Laporan ini bersifat opsional. Penyusunan oleh entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual. Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: 1. Pendapatan dari kegiatan operasional; 2. Beban, yang diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi; 3. Surplus atau defisit. PP Nomor 71 Tahun 2010 A. Laporan Operasional (PSAP No.12) Merupakan laporan keuangan pokok dan menjadi salah satu PSAP untuk pelaporan atas pendapatan dari sumber daya ekonomi yang diperoleh dan beban untuk kegiatan pelayanan pemerintahan. Menyajikan pos-pos sebagai berikut: 1. Pendapatan-LO operasional; 2. Beban dari kegiatan operasional; 3. Surplus atau defisit dari kegiatan non operasional (jika ada); 4. Pos luar biasa (jika ada); 5. Surplus/defisit-LO. Penyajian pelepasan operasional 71/2010) keuntungan/rugi investasi (paragraf atas selisih laporan 42, PP dari kegiatan

dalam 41 s.d.

B.

Laporan Arus Kas (PSAP No.3)

B. Laporan Arus Kas

Penyajian oleh unit yang memiliki fungsi Penyajian oleh unit yang memiliki fungsi perbendaharaan. Pengklasifikasian berdasarkan 1. aktivitas operasi; 2. investasi aset non keuangan; perbendaharaan umum. Pengklasifikasian arus kas masuk dan arus kas keluar berdasarkan 1. aktivitas operasi;

Page | 46

PP Nomor 24 Tahun 2005 3. pembiayaan; 4. non anggaran.

PP Nomor 71 Tahun 2010 2. investasi; 3. pendanaan; dan 4. transitoris.

Format Laporan Arus Kas bagi Pemerintah Format Laporan Arus Kas bagi Pemerintah Pusat: 1. Kenaikan/penurunan kas; 2. Saldo awal kas di BUN; 3. Saldo akhir kas di BUN; 4. Saldo akhir kas di Pusat: 1. Kenaikan/penurunan kas; 2. Saldo awal Kas di BUN + Kas di Bendahara Pengeluaran; Bendahara 3. Saldo akhir Kas di BUN + Kas di Bendahara Pengeluaran; kas di Bendahara 4. Saldo akhir Kas di Bendahara

Pengeluaran; 5. Saldo akhir

Penerimaan; 6. Saldo akhir Kas;

Penerimaan; 5. Saldo akhir Kas.

C.

Laporan Perubahan Ekuitas

C. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan berisi kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan berjalan

Laporan berisi kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan berjalan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan ini bersifat opsional.

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan laporan ini wajib dibuat ekuitas dikarenakan termasuk

perubahan

sebagai laporan keuangan pokok. Laporan perubahan ekuitas sekurangLaporan ini sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: 1. Ekuitas awal; periode pelaporan 2. Surplus/defisit-LO bersangkutan; 3. Koreksi-koreksi yang langsung pada periode

kurangnya menyajikan pos-pos: 1. SiLPA/SiKPA; (pada akhir dipindahkan ke Neraca pada pos Ekuitas Dana Lancar, sedangkan

menurut PP 71/2010 SiLPA/SiKPA pada akhir periode dipindahkan ke Laporan Perubahan SAL) 2. Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti yang

menambah/mengurangi ekuitas, seperti: koreksi kesalahan mendasar dari

persediaan yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap dikarenakan revaluasi aset tetap; Page | 47

diisyaratkan dalam standar-standar lain,

PP Nomor 24 Tahun 2005 yang diakui dalam ekuitas; 3. Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang mendasar yang diatur dalam suatu standar terpisah.

PP Nomor 71 Tahun 2010 4. Ekuitas akhir.

Page | 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 1. Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005): 1. Mendukung manajemen kinerja. 2. Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik. 3. Memperbaiki pengertian akan biaya program. 4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya. 5. Meningkatkan pelaporan keuangan. 6. Memfasilitasi dengan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas). 2. ruang lingkup SAPP adalah : a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari : (1) Perusahaan Perseroan, dan (2) Perusahaan Umum c. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah 3. Perbedaan terjadi pada ouput Laporan Keuangan Pemerintah, meliputi: a. LRA b. Laporan Perubahan SAL c. Neraca d. LAK e. CALK f. Laporan Perubahan Ekuitas

g. Laporan Operasional

4. SARAN 1. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak dalam mendukung proses perubahan basis akuntansi dari cash toward accrual menjadi accrual murni. 2. Sinergi dari seluruh kementerian juga diperlukan agar perlakuan accrual murni benarbenar dapat diterpkan dengan tepat.

Page | 49

You might also like