You are on page 1of 22

KERAGAAN PADI BERAS MERAH CEMPO M3 HASIL RADIASI SINAR

GAMMA 0,1 KGY

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Diajukan kepada :
Program Studi Agroteknologi

Oleh :
Risa Widyasari
H0713160

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2016
2

KERAGAAN PADI BERAS MERAH CEMPO M3 HASIL RADIASI SINAR


GAMMA 0,1 KGY

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Oleh :
Risa WIdyasari
H0713160

Telah disetujui
Pembimbing Utama :

Dr. Ir. Parjanto, M.P. Tanggal :


NIP. 196203231988031001

Pembimbing Pendamping :

Ir. Sukaya, M.S. Tanggal :


NIP. 195905151986031004

Surakarta, Juni 2016

Mengetahui,
Komisi Sarjana
Program Studi Agroteknologi
Ketua,

Dr. Ir. Parjanto, M.P.


NIP. 196203231988031001

ii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di


Indonesia. Kebutuhan beras dari tahun ke tahun semakin meningkat untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Peningkatan permintaan
beras sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk dan upaya perbaikan
gizi masyarakat. Permintaan beras yang meningkat juga disebabkan dengan
perubahan yang terjadi di masyarakat yang menjadikan beras sebagai makanan
utama (Saadah et al. 2013). Padi beras merah dapat menjadi salah satu solusi
untuk mengatasi permintaan beras yang semakin meningkat.
Beras merah merupakan jenis beras yang memiliki warna merah. Warna
merah dari beras merah ditimbulkan oleh pigmen antosianin yang terdapat pada
bagian lapisan luarnya. Beras merah sudah lama diketahui bermanfaat bagi
kesehatan, mengandung gizi yang tinggi, dan makanan pokok bagi sebagian
orang. Indriyani et al. (2013) menyatakan kandungan gizi beras merah per 100
gram terdiri atas protein 7,5 gram; lemak 0,9 gram; karbohidrat 77,6 gram;
kalsium 16 mg; fosfor 163 mg; zat besi 0,3 gram; vitamin B1 0,21 mg, dan
antosianin.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2009) menyatakan permasalahan
beras merah yaitu mutu hasil rendah, harga relatif tinggi, dan umur budidaya
yang panjang. Padi lokal terutama padi beras merah dikenal umumnya
menghasilkan hasil yang rendah (2-3 ton ha -1) dan umur yang panjang
(5-6 bulan). Varietas Saodah merah, Mandel, Segreng, Andel merah, dan Cempo
merah memiliki umur tanam yang lebih cepat, yaitu sekitar 109 hari. Varietas
Mandel dan Segreng asal Gunung Kidul, Saodah Merah dan Andel Merah asal
Bantul serta Cempo Merah asal Sleman. Perbaikan mutu padi beras merah
dapat dilakukan dengan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman memiliki
banyak macam salah satunya yaitu pemuliaan mutasi.
Pemuliaan mutasi adalah mutasi induksi menggunakan agensia mutagenik
pada pemuliaan untuk mengembangkan varietas unggul. Pemuliaan mutasi
menggunakan iradiasi sinar gamma salah satu jenis pemuliaan mutasi fisik yang
telah banyak dilakukan. Soeranto (2003) menjelaskan mutasi adalah perubahan
pada materi genetik suatu makhluk yang terjadai secara tiba-tiba dan acak.
2

Mutasi pada tanaman bertujuan menciptakan keragaman genetik untuk


mengembangkan jenis unggul baru. Melalui teknik penyinaran (radiasi) dapat
menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat-sifat
yang kehendaki.
Varietas Cempo Merah merupakan salah satu varietas lokal yang dapat
dikembangkan menjadi tanaman unggul baru yang dapat ditanam oleh
masyarakat untuk mencukupi kebutuhan1 pangan masyarakat. Pemberian
penyinaran (radiasi) diharapkan dapat merubah gen dari varietas tersebut dan
dapat meningkatkan hasil beras meras dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Hasil mutasi pada umumnya mengalami perubahan susunan gen dan
mengakibatkan perubahan fenotif dari tanaman tersebut. Fenotif tersebut
menunjukkan keragaan dari mutan padi beras merah hasil mutasi penyinaran
sinar gamma. Tanaman M3 merupakan tanaman atau galur M2 yang terseleksi.
Seleksi tanaman M2 berdasarkan sifat-sifat agronomi yang sesuai dengan tujuan
kegiatan pemuliaan yaitu tanaman yang memiliki produktivitas tinggi. Kriteria
seleksi tanaman M2 yaitu umur berbunga, umur panen, jumlah anakan produktif,
panjang malai, jumlah gabah per malai dan berat 100 biji. Keragaan tanaman M3
belum dipelajari sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui
keragaan hasil mutasi generasi ketiga tersebut dengan dilakukan seleksi.
Tanaman M3 dipilih dan diseleksi berdasarkan sifat-sifat agronomi yang
menunjukkan benih berpotensi hasil tinggi.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah :


1. Bagaimana keragaan sifat-sifat agronomi padi beras merah mutan ke-3 hasil
radiasi sinar gamma 0,1 kGy ?
2. Apakah ada tanaman (galur) M3 yang unggul untuk berpotensi hasil tinggi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mempelajari keragaan sifat-sifat agronomi padi beras merah M3 hasil
radiasi sinar gamma 0,1 kGy.
b. Mendapatkan tanaman (galur) M3 unggul berpotensi hasil tinggi.
2. Manfaat Penelitian
3

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapakan


tanaman (galur) padi beras merah varietas cempo generasi ke-3 (M3) yang
unggul berpotensi hasil tinggi.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PADI BERAS MERAH

Tingginya produksi padi ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan


konsumsi. Salah satu peningkatan produksi beras yaitu mengembangkan jenis
padi lain selain padi putih yaitu padi hitam dan padi merah. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan jenis padi ini adalah pemuliaan tanaman agar
varietas padi merah dan padi hitam semakin banyak. Kelemahan dari kedua padi
ini yaitu umur yang panjang yaitu hingga 5 bulan, bentuk tanaman padi yang
tinggi dan hasil panen yang rendah (Sari et al. 2013).
Padi (Oryza sativa) adalah tanaman serealia yang mengandung
karbohidrat tinggi. Produksi padi harus tetap ditingkatkan sebagai sumber
pangan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi beras penduduk Indonesia dapat
dilakukan dengan mengembangkan padi merah yang memiliki keunggulan dalam
kandungan gizi dan antioksidan. Padi merah di Indonesia kurang mendapatkan
perhatian. Hal tersebut disebabkan padi merah menghasilkan produksi yang
masih rendah. Serangan penyakit menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil
produksi padi merah selain karena faktor genetik (Prabawa et al. 2015).
Padi beras merah memiliki aksesi atau genotif yang banyak dan beragam.
5 (lima) genotip padi beras merah yang berasal dari Kabupaten Pasaman, kelima
golongan beras padi merah tersebut termasuk golongan beras ketan. Beras
merah mengandung gizi yang jauh lebih tingg dibanding dengan varietas padi
beras putih. Warna merah pada beras terbentuk dari pigmen antosianin yang
tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen, namun pada setiap bagian
gabah. Setiap daerah mempunyai genotip padi beras merah yang beragam dan
tentunya perlu dikelola dengan baik. Tujuan pengelolan tersebut yaitu sebagai
plasma nuftah padi beras merah dari daerah tersebut. Plasma nuftah yang
dikumpulkan dapat menjadi bahan pemuliaan tanaman padi beras merah
(Anhar 2013).
Padi (Oryza sativa) memiliki keragaman genetik yang tinggi. Aksesi
plasma nutfah padi dengan warna beras yang bermacam-macam yaitu merah
putih, coklat merah, kuning sampai hitam kekuningan. Padi beras merah memiliki
variasi yang tinggi dibandingkan padi beras warna yang lain. keragaman pada
padi beras merah merupakan bahan dasar untuk kegiatan pemuliaan dalam
5

program perbaikan varietas. Plasma nuftah padi beras merah memiliki kedekatan
nenek moyang dengan spesies padi liar. Beberap karakter spesies padi liar yang
dimiliki beras merah antara lain habitus tanaman yang bersifat serak daun, biji
berbulu, tanaman tinggi, biji mudah rontok, memiliki dormansi, batang kecil, dan
mudah rebah. Karakter-karakter tersebut merupakan kendala dalam usaha
budidaya padi beras merah (Utami et al. 2010).
Padi merah diklasifikasikan sebagai padi istimewa karena mempunyai ciri
beras berwarna. Warna merah pada lapisan4 luar perikap menunjukkan kehadiran
pigmen antosianin pada beras merah. Hal tersebut yang mendorong semakin
meningkatnya permintaan padi beras merah. Padi berwarna seperti padi merah
mengandung kandunagn fosforus dan kalsium yang tinggi dibandingkan padi
tidak berwarna. Varietas yang banyak di tanam di Serawak yaitu Udang Besar,
Udang Halus, Ketek Besar dan Silah Besar. MRM 16 telah dikenal sebagai
varietas padi merah yang berpotensi. Keunggulan varietas ini yaitu memiliki
potensi hasil yang baik, tahan terhadap hama penyakit, kandungan fitokimia, dan
pertumbuhan yang baik (Hashim et al. 2014).
Beras merah merupakan sumber bahan pangan fungsional. Kebutuhan
padi beras merah akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat pendapatan. Upaya
peningkatan produksi beras saat ini mengalami kendala seperti degredasi,
konversi lahan, infrastruktur pertanian, ketersediaan sarana produksi, dan adopsi
teknologi tepat guna. Kendala-kendala tersebut berdampat terhadap penurunan
produktivitas padi beras merah (Pita et al. 2016). Beras merah dapat dijadikan
pengganti beras putih. Beras merah cendana di kawasan Catur Angga Batukaru,
Tabanan, Bali memiliki kandungan karbohidrat 78,715%, kadar protein 6,665%,
kadar lemak 2,68%, kandungan serat 0,355%, dan kadar antioksidan 442 ppm.
Padi beras merah merupakan salah satu varietas padi lokal yang pada umumnya
dibudidayakan pada dataran tinggi (Windia 2012).
Beras merah umumnya dikonsumsi tanpa melalui proses penyosohan,
tetapi hanya digiling manjadi beras pecah kulit sehingga kulit arinya masih
melekat pada endosperma, kulit ari beras merah kaya akan serat, minyak alami,
dan lemak esensial. Antioksidan yang dihasilkan beras merah berasal dari
pigmen antosianin. Komposisi gizi per 100 gram beras merah terdiri atas protein
7,5 g; lemak 0,9 g; karbohidrat 77,6 g; kalsium 16 mg; fosfor 163 mg; zat besi 0,3
6

g; dan vitamin B1 0,21 mg. beras ketan dan beras merah yang banyak dijumpai
di pasaran umumnya berasal dari varietas local. Varietas local umunya berumur
5-6 bulan dengan piotensi hasil 40-50% lebih rendah dibanding varietas unggul.
Varietas unggul padi baras ketan dan beras merah yang telah dihasilkan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan varietas unggul lahan
sawah irigasi dan jumlahnya sedikit (Santika dan Rozakurniati 2010).

B. PEMULIAAN MUTASI

Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara untuk menghasilkan


tanaman yang bertujuan meningkatkan pangan. Pemuliaan tanaman yang dapat
digunakan yaitu salah satunya pemuliaan mutasi. Pemuliaan tanaman dengan
menghasilkan tanaman mutan dan memperbanyak keragaman genetik tanaman.
Mutasi induksi adalah pemuliaan tanaman dengan mengubah genetika tanaman
yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan sifat dari tanaman yang lebih
baik daripada sifat asli dari tanaman. Induksi mutasi menggunakan agensia
mutagen baik kimia maupun fisik dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
perbaikan genetik tanaman di berbagai belahan dunia (Warman et al. 2015).
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba dan acak. Bahan mutagen yang sering digunakan terbagi atas
dua kelompok yaitu mutagen kimia dan mutagen fisika. Mutagen kimia yang
sering digunakan berasal dari senyawa alkyl, seperti ethyl methane sulphonate
(EMS), diethyl sulphate (dES), methyl methane sulphonate (MMS),
hydroxylamine, nitrous acids, dan lain-lain. mutagen fisika bersifat sebagai
radiasi pengion antara lain sinar X, radiasi gamma, radiasi beta, neutronas dan
partikel dari aselerators. Macam mutasi yaitu mutasi genom, mutasi kromosom,
dan mutasi gen (Soeranto 2003).
Mutasi pada materi genetik sering diekspresikan secara langsung dan
teramati pada fenotipe tanaman homozygote, dan diturunkan ke generasi
berikutnya. Pada kasus lain, mutasi mungkin tidak secara langsung
terekspresikan pada fenotipe, yaitu bila mutasi terjadi ke arah resesif dan berada
pada struktur genotipe heterozygote (silent mutation). Ekspresi mutasi pada
fenotipe dapat mengarah ke positif atau negatif hal ini relatif tergantung pada
tujuan pemuliaan, dan mungkin juga mutasi dapat kembali menjadi normal
(recovery). Mutasi ke arah negatif mungkin dapat menyebabkan kematian
7

(lethality), ketidaknormalan (abnormality), sterilitas (sterility) atau kerusakan


fisiologis lainnya (physiological disorders). Namun demikian, efek sterilitas dari
mutasi sering diperlukan dalam pembentukan tanaman hibrida seperti pada padi
dan jagung (Soeranto 2011).
Teknik mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman sehingga
memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipe tanaman sesuai dengan
tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat dilakukan pada
tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi
tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar dan sebagainya. Mutasi dapat
diwariskan karena mutasi dapat terbentuk pada fase sel maupun kalus pada
tahap in vitro atau pada eksplan karena adanya sel-sel bermutan pada jaringan
tertentu. Perubahan genetik dalam kultur in vitro dapat disebabkan adanya
perubahan jumlah dan struktur kromosom (Lestari et al. 2010).
Pemuliaan mutasi sangat bermanfaat untuk perbaikan beberapa sifat
tanaman saja dengan tidak merubah sebagian besar sifat tanaman asli.
Pemuliaan mutasi akan lebih cepat jika perubahan karakter genetik yang
diinginkan tersebut dikontrol oleh gen sederhana. Mutasi induksi sementara ini
merupakan metode pemuliaan yang paling efektif untuk perbaikan satu atau
beberapa sifat yang tidak diinginkan. Kelebihan teknik mutasi antara lain adalah
salah satu sifat dari suatu varietas dapat diperbaiki tanpa merubah sifat yang
lain, menimbulkan sifat baru yang tidak dimiliki oleh induknya, dapat
memisahkan pautan gen dan metode ini bersifat komplemen dengan teknik yang
lain sehingga teknik tersebut dapat digunakan bersamaan dengan teknik lain
seperti hibridisasi dan bioteknologi (Harsanti 2015).
Keberhasilan program pemuliaan mutasi tergantung pada pemilihan
mutagen (fisik atau kimia), metode aplikasi, dosis optimum, tahap perkembangan
fisiologi materi tanaman (dorman atau pertumbuhan), bagian tanaman atau
jaringan yang diperlakukan (mata tuvas, steek, jaringan, zigot, atau embrio) dan
teknik penanganan materi yang diradiasi dan seleksi pada generasi selanjutnya.
Mutasi dapat terjadi secara alamiah atau melalui induksi dengan teknik kimia
atau fisik. Induksi mutasi tersebut dapat memperluas keragaman genetik
tanaman melalui perubahan susunan gen yang berasal dari tanaman itu sendiri.
Mutasi spontan (alamiah) tidak mampu memberikan keragaman genetik secara
cepat dan akurat. Oleh karena itu, metode untuk menginduksi mutasi merupakan
8

masalah yang penting untuk diketahui dalam upaya perbaikan tanaman dan
meningkatkan produktivitas tanaman (Ahloowalia dan Maluszynsky 2001).

C. MUTASI SINAR GAMMA PADA PADI

Penerapan teknologi budidaya pertanian melalui penggunaan benih


unggul dan perbaikan lingkungan tumbuh merupakan kunci utama peningkatan
produktivita tanaman padi. Lahan kering merupakan salah satu lahan yang
potensial untuk dikembangkan sebagai lahan produksi padi. Keterbatasan suplai
air pada lahan kering merupakan kendala utama untuk mengembangkan padi
lahan kering karena tanaman padi membutuhkan air yang cukup pada fase
pertumbuhannya. Varietas padi yang mampu beradaptasi pada lahan kering
masih sedikit. Mutasi dan proses evolusi adalah cara untuk menghasilkan
tanaman yang tahan cekaman kekeringan. Kombinasi antara penggunaan
iradiasi sinar gamma dan seleksi in vitro telah dihasilkan genotype mutan padi
harapan toleran cekaman kekeringan. Penggunaan iradiasi sinar gamma mampu
meningkatkan sifat toleransi tanaman peka menjadi toleran. Mutan padi tersebut
data dikembangkan sebagai tanaman padi lahan kering (Kadir 2011).
Padi merupakan tanaman sereal yang penting karena lebih dari separuh
penduduk dunia menggunakan beras sebagai makanan pokok. Varietas padi
yang banyak ditanam yaitu varietas yang mampu berproduksi tinggi. Varietas
berproduktivitas tinggi dicirikan yaitu jumlah anakan banyak, mempunyai indeks
panen tinggi, dan mempunyai tipe tanaman yang agak pendek sehingga tahan
rebah. Varietas padi agak pendek dari IRRI seperti varietas IR24, IR36, dan lain-
lain digunakan dalam perakitan varietas baru. Mutasi buatan dengan
menggunakan mutagen kimia dan fisika merupakan metode alternative untuk
mendapatkan sumber genetic baru. Benih padi Atomita 4 diberikan perlakuaan
iradiasi sinar gamma dengan dosis 0,2 kGy dapat memperngaruhi keragaan dari
varietas ini. Radiasi benih Atomita 4 dengan sinar gamma dosis 0,2 kGy
diperoleh galur mutan yang bertipe pendek. Sifat pendek tersebut dikontrol oleh
satu gen resesif yang terletak pada genom (Sobrizal et al 2004).
Induksi mutasi pada beberapa varietas padi telah banyak dilakukan
dengan menghasilkan tananam yang tahan terhadap penyakit, panen lebih awal
dan potensial hasil tinggi dan unggul. Tanaman mutan yang unggul hasil iradiasi
sinar gamma harus melalui serangkaian tahap yaitu pengujian, seleksi dan
9

sertifikasi. Syarat dalam teknik radiasi sinar gamma yaitu pemilihan galur tetua
sebagai bahan pengujian dan dosis radiasi tertentu. Lebih dari 510 variets baru
berasal dari mutasi padi di Asia Pasifik. Iradiasi sinar gamma telah banyak
digunakan dalam perbaikan sifat baik padi dan tanamam lain (Haris et al. 2013).
Tanaman padi mutan dihasilkan dengan melakukan iradiasi yang
umumnya diberikan pada biji. Radiasi sinar gamma pada biji padi dapat
mengakibatkan mutasi pada berbagai segmen kromosom dari sel embrio seperti
daerah scutelum dan sumbu embrio zigotik. Terbentuknya individu yang bersifat
kimera, yaitu perubahan genetik yang dihasilkan tidak terjadi pada seluruh sel
dari individu tersebut dan tidak dapat diwariskan. Perlakuan iradiasi dapat
memberikan hasil yang lebih baik dalam menghasilkan varian baru dalam suatu
tanaman dengan mutasi sel somatic seperti kalus. Iradiasi pada tingkat kalus
akan menghasilkan frekuensi varian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jaringan tanaman karena pada tingkat kalus sel-selnya masih bersifat merismatik
sehingga lebih responsive terhadap bahan radioaktif. Pemberian iradiasi sinar
gamma 10-30 Gy pada kalus dapat meningkatkan keragaman somaklonal
(Yunita et al 2014).
Persentase kelangsungan hidup kecambah padi di bawah kondisi
laboratorium dengan perlakuan dosis radiasi 300 Gy belum mengalami
perubahan yang signifikan. Peningkatan dosis radiasi hingga 600 Gy
menyebabkan penurunan kemampuan hidup pada hari ke 8 sampai hari ke 14.
Peningkatan dosis sinar gamma 50-300 Gy memiliki sedikit atau tidak ada efek
pada produksi anakan karena tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah
anakan bibit iradiasi dan non-iradiasi untuk semua varietas yang di evaluasi
(Harding et al. 2012).
Penggunaan iradiasi sinar gamma dalam aspek pemuliaan tanaman
sangat besar manfaatnya dalam perakitan varietas unggul atau klon baru.
Sebanyak 64% dari 1.585 varietas dari perlakuan iradiasi sinar gamma telah
dilepas sejak tahun 1985. Perbaikan genetik pada tanaman padi sawah dengan
teknik mutasi telah dilakukan di BATAN. Varietas padi baru dan telah dilepas
yaitu Atomita 1, Atomita 2, Atomita 3, Atomita 4, Situgintung, Cilosari, Woyla,
Meraoke, Kahayan, Winongo, Diah Suci, Yuwono dan Mayang
(Yunita et al 2012).
10

Beberapa varietas padi unggulan hasil mutasi genetic radiasi diantaranya


Atomita I IV, Situgintung, Cilosari, Merauke, Woyla, Kahayan, Winongo, Diah
Suci, Yuwono, Mayang, Mira I, Bestari, dan Inpari Sidenuk. Sifat-sifat unggul dari
varietas padi tersebut yaitu produktivitas tinggi, tahan hama dan penyakit, dan
berumur genjah. Padi penemuan Batan mampu menghasilkan panen rat-rata
mencapai 7 ton gabah kering per hektar. Produktivitas padi masih bias
dimaksimalkan potensialnya hingga mencapai 9,2 ton gabah kering giling per
hektar (Patir Batan 2012).
11

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Parangjoro, Kecamatan Grogol,


Kabupaten Sukoharjo pada bulan Januari sampai dengan Juni 2016.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih 13 galur padi
beras merah varietas Cempo generasi M3 hasil radiasi sinar gamma 0,1 kGy
yang berpotensi hasil tinggi dan benih padi beras merah varietas Cempo
(varietas asal) sebagai kontrol. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
meteran, sabit, kantung kertas, gunting, penggaris, timbangan analitik, alat tulis
dan kamera.

C. Perancangan Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan melalui percobaan lapang dengan menanam


benih M3 (hasil seleksi tanaman M2) hasil iradiasi sinar gamma 0,1 kGy. Galur-
galur akan ditanam dalam populasi untuk dikarakterisasi dan diseleksi guna
membentuk galur M4 unggul berpotensi hasil tinggi. Seleksi galur menggunakan
metode seleksi pedigree. Metode seleksi pedigri dilaksanakan memilih galur
yang memiliki sifat-sifat agronomi yang dikehendaki.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persemaian
Biji padi merah hasil seleksi M2 disemai pada lahan yang telah
dipersiapkan. Lahan semai terlebih dahulu digemburkan dengan cara
dicangkul. Menyemaikan biji padi merah hasil seleksi M2 dengan membeda-
bedakan setiap petak. Biji padi merah hasil seleksi M2 yang telah tumbuh siap
dipindahtanam atau transplanting ke lahan yang lebih besar.
2. Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Persiapan lahan dan pengolahan tanah dilakukan dengan
membersihkan gulma dan sisa tanaman yang terdahulu, membajak tanah, dan
meratakan lahan. Pembersihan lahan dari gulma dan sisa tanaman bertujuan
agar sisa tanaman tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan
ditanam dan gulma yang tumbuh dapat menjadi tumbuhan yang bersaing
12

dalam mendapatkan nutrisi dan air yang diperlukan tanaman padi merah.
Membajak tanah bertunjuan menggemburkan tanah yang telah mengeras
selama tanah digunakan sebelumnya.
3. Penanaman
Penanaman padi merah dilakukan dengan menanam satu bibit per
lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan yaitu 23 cm x 23 cm. setiap galur
dtanam sebanyak 91 tanaman.
4. Pemeliharaan 11
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pengairan, pemupukan,
penyiangan, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Pengairan diberikan
pada tanaman padi merah memasuki fase vegetatif dan mengurangi
pengairan pada saat tanaman memasuki fase generatif. Pemupukan yang
diberikan pupuk kandang dan pupuk N 250 kg/Ha, pupuk P 150 kg/Ha, pupuk
K 100 kg/Ha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang
diperlukan tanaman selama pertumbuhan dan perkembangan. Penyiangan
gulma perlu dilakukan agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu
pertumbuhan padi merah yang ditanam. Pengendalian hama penyakit
tanaman perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh baik.
5. Panen
Pemanenan dilakukan setalah padi beras merah mengalami masak
penuh yang ditandai oleh buku-buku bagian atas berwarna kuning, batang
mulai mongering, dan isi gabah sukar pecah. Tanaman dipanen satu per satu
dengan menggunakan sabit.
6. Pasca Panen
Hasil panen disimpan menggunakan kantung kertas dan keadaan kering.
Hal tersebut bertujuan mencegah adanya jemur pada hasil panen. Memberi
tanda pada setiap rumpun padi merah yang dipanen dan melakukan
pengamatan peubah.

E. Pengamatan Peubah

1. Tinggi Tanaman
13

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan satu kali yaitu saat tanaman padi
merah mulai berbunga. Pengamatan tinggi tanaman pada kontrol sebanyak 30
tanaman sebagai sampel dan semua tanaman pada tiap perlakuan. Tinggi
tanaman diukur dari pangkal batang sampai dengan pucuk daun tertinggi.
2. Umur Berbunga
Pengamatan tanaman berbunga dimulai pada saat fase vegetatif terhenti
dengan melihat ciri-ciri adalah tanaman padi merah sudah berbunga dan
adanya bulir padi. Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan mengamati
per individu tanaman. Pengamatan umur berbunga dilakukan setiap minggu
dengan menandai tanaman padi yang sudah berbunga.
3. Umur Panen
Pengamatan umur panen dilakukan pada saat tanaman sudah siap
dipanen dengan melihat sebanyak 75% tanaman sudah menguning dan berisi.
4. Jumlah Anakan Produktif
Pengamatan jumlah anakan produktif dilakukan dengan menghitung
anakan produktif yakni menghasilkan bulir padi berisi.
5. Panjang Malai
Pengamatan panjang malai dilakukan setelah panen dengan cara
mengukur dari pangkal malai sampai ujung butir malai. Pengamatan dilakukan
dengan mengukur 5 malai setiap rumpun tanaman.
6. Jumlah Biji per Malai
Pengamatan jumlah biji per malai dilakukan dengan menghitung biji yang
terdapat pada malai. Pengamatan dilakukan dengan menghitung 3 malai
setiap rumpun tanaman.
7. Bobot 1000 Biji
Pengamatan bobot 1000 biji dilakukan dengan menimbang biji padi
merah yang telah masak fisiologis sebanyak 1000 biji.
8. Hasil Biji per Tanaman
Pengamatan hasil biji per tanaman dilakukan dengan menimbang
seluruh biji setiap tanaman (rumpun).

F. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji T untuk membandingkan


keragaan antar galur-galur M3 dengan kontrol. Hasil pengamatan selanjutnya
dianalisis secara deskriptif untuk membandingkan keragaan dan keragaman
antar individu tanaman dalam satu galur (yang sama).
1

IV. JADWAL KEGIATAN

V. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Keragaan Padi Beras Merah Cempo M3 Hasil Radiasi Sinar Gamma 0,1 kGy
IX. F
VIII. J
e XIV.
a X. M XI. A
b XIII. J Wakt
n a p XII. M
r u
VI. u r r e
u n XV.
N VII. Kegiatan a e i i
a i (min
r t l
r
i
i
XVIII.
XIX.XX.XXI.XXII.
XXIII.
XXIV.XXV.XXVI.XXVII.
XXVIII.
XXIX.
XXX.
XXXI.XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
XXXV.
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII.
XXXIX.
XL. XLI. XLII.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
XLIII. XLIV. Penyemaian XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L. LI. LII. LIII.LIV.LV. LVI.LVII.LVIII.
LIX.LX.LXI.LXII.
LXIII.
LXIV.
LXV.
LXVI.LXVII.
LXVIII.
LXIX.
1 benih
3
LXX. LXXI. Persiapan dan LXXII.
LXXIII.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
LXXXII.
LXXXIII.
LXXXIV.
LXXXV.
LXXXVI.
LXXXVII.
LXXXVIII.
LXXXIX.
XC.XCI.XCII.
XCIII.
XCIV.
XCV.
XCVI.
2 pengolahan lahan
1
XCVII.XCVIII. Penanaman XCIX.
C. CI. CII.CIII.CIV.CV.CVI.CVII.
CVIII.
CIX.CX.CXI.CXII.
CXIII.
CXIV.
CXV.
CXVI.
CXVII.
CXVIII.
CXIX.
CXX.
CXXI.
CXXII.
CXXIII.
3
1
CXXIV.CXXV. Pemeliharaan CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.
CXXIX.
CXXX.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
CXXXIX.
CXL.CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.
CXLV.
CXLVI.
CXLVII.
CXLVIII.
CXLIX.
CL.
4
10
CLI. CLII. Pengamatan CLIII.
CLIV.
CLV.
CLVI.
CLVII.
CLVIII.
CLIX.
CLX.
CLXI.
CLXII.
CLXIII.
CLXIV.
CLXV.
CLXVI.
CLXVII.
CLXVIII.
CLXIX.
CLXX.
CLXXI.
CLXXII.
CLXXIII.
CLXXIV.
CLXXV.
CLXXVI.
CLXXVII.
5 tinggi tanaman 1
2

CLXXVIII.
CLXXIX. Pengamatan CLXXX.
CLXXXI.
CLXXXII.
CLXXXIII.
CLXXXIV.
CLXXXV.
CLXXXVI.
CLXXXVII.
CLXXXVIII.
CLXXXIX.
CXC.
CXCI.
CXCII.
CXCIII.
CXCIV.
CXCV.
CXCVI.
CXCVII.
CXCVIII.
CXCIX.
CC.CCI.CCII.
CCIII.
CCIV.
6 umur berbunga
4
CCV. CCVI. Panen CCVII.
CCVIII.
CCIX.
CCX.CCXI.
CCXII.
CCXIII.
CCXIV.
CCXV.
CCXVI.
CCXVII.
CCXVIII.
CCXIX.
CCXX.
CCXXI.
CCXXII.
CCXXIII.
CCXXIV.
CCXXV.
CCXXVI.
CCXXVII.
CCXXVIII.
CCXXIX.
CCXXX.
CCXXXI.
7
1
CCXXXII.
CCXXXIII. Pengamatan CCXXXIV.
CCXXXV.
CCXXXVI.
CCXXXVII.
CCXXXVIII.
CCXXXIX.
CCXL.
CCXLI.
CCXLII.
CCXLIII.
CCXLIV.
CCXLV.
CCXLVI.
CCXLVII.
CCXLVIII.
CCXLIX.
CCL.CCLI.
CCLII.
CCLIII.
CCLIV.
CCLV.
CCLVI.
CCLVII.
CCLVIII.
8 daya hasil
8
CCLIX.CCLX. Analisis data CCLXI.
CCLXII.
CCLXIII.
CCLXIV.
CCLXV.
CCLXVI.
CCLXVII.
CCLXVIII.
CCLXIX.
CCLXX.
CCLXXI.
CCLXXII.
CCLXXIII.
CCLXXIV.
CCLXXV.
CCLXXVI.
CCLXXVII.
CCLXXVIII.
CCLXXIX.
CCLXXX.
CCLXXXI.
CCLXXXII.
CCLXXXIII.
CCLXXXIV.
CCLXXXV.
9
1
CCLXXXVI.

15
1

IV. RANCANGAN ANGGARAN

CCLXXXVII. Tabel 2. Rancangan Anggaran Penelitian Keragaan Padi Beras


Merah Cempo M3 Hasil Radiasi Sinar Gamma 0,1 kGy
CCLXXXVIII.
CCLXXXIX. Jenis Pengeluaran CCXC. Biaya (Rp)
N

CCXCI.
CCXCII. Pengolahan lahan
1 CCXCIII. 500.000

CCXCIV.
CCXCV. Pupuk
2 CCXCVI. a. N (1,5 kg x Rp 2.000,00) CCXCIX. 3.000
CCXCVII. b. P (0,9 kg x Rp 1.700,00) CCC. 1.600
CCXCVIII. c. K (0,6 kg x Rp 2.300,00) CCCI. 1400
CCCII.CCCIII. Tenaga kerja 5 orang @ Rp
3 60.000,00 CCCIV. 300.000

CCCV.CCCVI. Peralatan penunjang CCCVII. 5.000


4a. Alat tulis CCCVIII. 10.000
b. Label
CCCIX. 5.000
c. Penggaris
d. Gunting CCCX. 7.000
CCCXI.
CCCXII. Transport
5 CCCXIII. 200.000

CCCXIV. CCCXV. Total CCCXVI. 1.033.000


CCCXVII.
CCCXVIII.
CCCXIX.
CCCXX.
CCCXXI.
CCCXXII.
CCCXXIII.
CCCXXIV.
CCCXXV.
CCCXXVI.
CCCXXVII.
CCCXXVIII.
CCCXXIX.
CCCXXX.
CCCXXXI.
CCCXXXII.
CCCXXXIII.
CCCXXXIV.
CCCXXXV.
CCCXXXVI.
CCCXXXVII.

16
2

CCCXXXVIII. DAFTAR PUSTAKA


CCCXXXIX. Ahloowalia, Maluszynsky. 2001. Application of iv vivo and in vitro
mutation for crop improvement. Euphytica 85(5): 303-315.
CCCXL. Anhar A. 2013. Explorasi dan mutu beras genotip padi merah di
kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat. J Sainstek 5 (1) : 1-5 ISSN :
2085-8019.
CCCXLI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Menyelamatkan
sumber daya genetik padi beras merah. Warta Plasma Nuftah Indonesia
Nomor 21:4-6.
CCCXLII. Harding SS, Johnson SD, Taylor DR, et al. 2012. Effect of gamma
rays on seed germination, seedling height, survival percentage and tiller
production in some rice varieties cultivated in Sierra Leone. American
Journal of Experimental Agriculture 2 (2) : 247-255.
CCCXLIII. Haris A, Abdullah, Bakhtiar et al. 2013. Gamma ray radiation
mutant rice on local aged dwarf. Middel-East Journal of Scientific
Research 15 (8) : 1160-1164 ISSN 1990-9223.
CCCXLIV. Harsanti L. 2015. Perbaikan pemuliaan mutasi pada tanaman
kapas
(Gossupium hirsutum L,) musim kemarau di NTB. Prosiding Pertemuan
dan Presentadi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Nuklur 2015. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator-BATAN. Yogyakarta,
9-10 Juni 2015 pp 88-93 ISSN 0216-3128.
CCCXLV. Hashim S, Asfalica R, Zaki M. 2014. Penanaman padi merah
tempatan, MRM 16 dalam keadaan tanah semi-aerob dan aerob dapat
mengurangkan pengambilan arsenic. J Teknologi (Sciences and
Engineering) 70 (6) : 69-71 ISSN : 2180-3722.
CCCXLVI. Indriyani F, Nurhidajah, Agus S. 2013. Karakteristik fisik, fimia dan
sifat orgnoleptik tepung beras merah berdasarkan variasi lama
pengeringan.
J Pangan dan Gizi 4 (8) : 27-34.
CCCXLVII. Kadir A. 2011. Respon genotipe padi mutan hasil iradiasi sinar
gamma terhadap cekaman kekeringan. J Agrivigor 10 (3) : 235-246 ISSN
14122286.
CCCXLVIII. Lestari EG, Ragapadmi P, M. Syukur, Rosa Y. 2010. Keragaman
somaklonal untuk perbaikan tanaman Artemisia (Artemisia annua L.)
melalui kultur in vitro. J AgroBiogen 6 (1) : 26-32.
CCCXLIX. Patir BATAN. 2012. Balai iradiasi, elektromekanik, dan
instrumental. http://www.batan.go.id Diakses pada 22 April 2016.
CCCL. Pita PLR, Sumiyati, I Made N. 2016. Aplikasi metode SRI (system rice of
intensification) dan system tanam jajar legowo terhdap iklim mikro yang
mempengaruhi produktivitas padi beras merah. Skripsi. Universitas
Udayana. Bali.
CCCLI. Prabawa PS, Izmi Y, Nur B. 2015. Uji ketahanan 10 genotip padi
merah
(Oryza sativa L.) terhadap penyakit blas daun (Pyricularia oryzae Cav.)
Ras 173. J Produksi Tanaman 3 (6) : 496-502.
CCCLII.
CCCLIII. Saadah IR, Supriyanta, Subejo. 2013. Keragaman warna gabah
dan warna beras varietas lokal padi beras hitam (Oryza sativa l.) Yang
3

dibudidayakan oleh petani kabupaten sleman, bantul dan magelang. J


Vegetalika 2 (3) : 13-20.
CCCLIV. Santika A, Rozakurniati. 2010. Teknik evaluasi mutu beras ketan
dan beras merah pada beberapa galur padi gogo. J Buletin Teknik
Pertanian 15 (1) : 1-5.
CCCLV. Sari RP, Edi P, Djoko M. 2013. Effect of water stress period to the
yield growth and anthocyanin content of black paddy and red paddy as
functional food. Journal of Agronomy Research 2 (5) : 34-39 ISSN : 2302-
8226.
CCCLVI. Sobrizal, Sutisna S, Carkum et al. 2004. Mutan padi pendek hasil
iradiasi sinar gamma 0,2 kGy pada varietas Atomita 4. Seminar Ilmiah
Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Puslibang
Technologi Isotop dan Radiasi. BATAN.
CCCLVII. Soeranto H. 2003. Peran iptek nuklir dalam pemuliaan tanaman
untuk mendukung industri pertanian. Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TM-
BATAN. Yogyakarta, 8 Juli 2003 pp 308-316 ISSN 0216-3128.
CCCLVIII. Soeranto. 2011. Riset Pengembangan Sorgum dan Gandum untuk
Ketahanan Pangan. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Radiasi. BATAN
Jakarta.
CCCLIX. Utami DW, Aderahma I, Ida H. 2010. Sidikjari DNA plasma nutfah
padi local menggunakan marka molekuler spesifik untuk sifat padi beras
merah. Berita Biologi 10 (2) : 143-150.
CCCLX. Warman B, Irfan S, Etty S, et al. 2015. Selection and semi-dwarf
allele mutants segregation pattern as the result of gamma ray irradiation of
west sumatera balcak rice. International Journal on Advanced Science
Engineering Information Technology 5 (5) : 362-365 ISSN : 2088-5334.
CCCLXI. WIndia W. 2012. Pengusahaa agroekowisata sebagai upaya
community development dan peningkatan kemampuan pendapatan
(income generating capacity) system subak. Laporan Penelitian
PENPRINAS MP3EI 2011-2025. Universitas Udayana. Bali.
CCCLXII. Yunita R, Endang GL, Iswari SD. 2012. Regenerasi tunas dari
kalus yang telah diberikan perlakuan iradiasi pada padi varietas
Fatmawati. J Berita Biologi 11 (3) : 359-366.
CCCLXIII. Yunita R, Nurul K, Didy S et al. 2014. Penagruh iradiasi sinar
gamma terhadap pertumbuhan dan regeneradi kalus padi varietas
Ciherang dan Inpari 13. J Agrobiogen 10 (3) : 101-108.
CCCLXIV.
CCCLXV.
CCCLXVI.
CCCLXVII.
CCCLXVIII.
CCCLXIX.
CCCLXX. LAMPIRAN 1
CCCLXXI.
CCCLXXII. Lay-Out Rancangan Percobaan
CCCLXXIII.
CCCLXXIV. U

CCCLXXV. Kontrol CCCLXXVI. CCCLXXVII. CCCLXXVIII. B


Kontrol T CCCLXXIX.

S
4

Cempo (KC-1) Segreng (KS-1)


CCCLXXX. C1-57 CCCLXXXIII. S0-24

CCCLXXXIV.
po Hasil Radiasi Sinar
CCCLXXXI.

Segreng Hasil
CCCLXXXV. C1-99 CCCLXXXVIII. S0-7

Gamma 0,1 kGy


CCCXC. C1-80 CCCXCIII. S2-5

Tinggi
CCCXCV.C1-45 CCCXCVIII. S2-23/22
CD. C1-49 CDIII. S2-35
CDV. C1-39 CDVIII. S2-49
CDX. C1-117 CDXIII. S3-33
CDXV. C1-52 CDXVIII. S1-BA1

Cem
CDXX. C1-56 CDXXIII. S1-BA-7

CDXIX. Bunga Awal


CDXXV. C1-87 CDXXVIII. S1-BA-3
CDXXX. Kontrol Cempo

(Genjah)
CDXXXI. CDXXXIII. S2-BA-4
(KC-2)
CDXXXVIII. C1-BA-2
CDXXXV. C2-25

CDXXXVI.
Utara
Hasil Radiasi Sinar
CDXL. C2-21 CDXLIII. C2-BA-2
Gamma 0,2 kGy

CDXLV. C2-56 CDXLVIII.C1-BA-2 Selatan


CDL. C2-73 CDLIII. C2-BA-3
CDLV. C2-146 CDLVIII. C1-MU-1

CDLIX.
Mer
ah
CDLX. C2-10 CDLXIII. S1-MU-1
CDLXV. C2-30 CDLXVIII.S3-MU-2
Cempo

CDLXXIII.Kontrol Segreng
CDLXX. C2-67 CDLXXIV.
(KS-2)
CDLXXV. C2-7 CDLXXVIII. CDLXXIX.
CDLXXX. C3-1 CDLXXXIII. CDLXXXIV.
CDLXXXI.

CDLXXXV. C3-77 CDLXXXVIII. CDLXXXIX.


Radiasi

Cempo
Hasil

CDXC. C3-9 CDXCIII. CDXCIV.


CDXCV. C3-52 CDXCVIII. CDXCIX.
D. C3-99 DIII. DIV.
DV. Kontrol Cempo
DVI. DVIII. DIX.
(KC-3)
DX. Keterangan : KC1 : Kontrol Cempo; C1 : Hasil Radiasi Sinar Gamma
0,1 kGy
DXI.
DXII. Gambar 1. Lay-Out Percobaan Penelitian Padi Beras Merah
Varietas Cempo Generasi Mutan ke 3 (M3) Hasil Radiasi Sinar
Gamma 0,1 kGy
DXIII.
DXIV. Lampiran 2
DXV. Kebutuhan Pupuk
DXVI. Tabel 3. Kebutuhan Pupuk Kimia per Lahan Penelitian Padi Beras
Merah Cempo M3 Hasil Radiasi Sinar Gamma 0,1 kGy
DXVII. DXVIII. Pupuk DXIX. Kebutuhan per DXX. Kebutuhan
N Hektar Penelitian

DXXI. DXXII. N DXXIII. 250 kg DXXIV.1,5 kg


1

DXXV. DXXVI. P DXXVII. 150 kg DXXVIII. 0,9 kg


2

DXXIX. DXXX. K DXXXI. 100 kg DXXXII. 0,6 kg


3

DXXXIII.
Keterangan : Luas lahan penelitian untuk 14 petak yaitu 60 m2
5

DXXXIV.
DXXXV.
Kebutuhan pupuk per 60 m2
1. Pupuk N
DXXXVI. Kebutuhan pupuk =

Kebutuhan pupuk per Ha x Luas lahan percobaan


10 . 000 m
250 kg x 60 m
DXXXVII. = 10 . 000 m
DXXXVIII. = 1,5 kg
2. Pupuk P
DXXXIX. Kebutuhan pupuk =

Kebutuhan pupuk per Ha x Luas lahan percobaan


10 . 000 m
150 kg x 60 m
DXL. = 10 . 000 m

DXLI. = 0,9 kg
3. Pupuk K
DXLII. Kebutuhan pupuk =

Kebutuhan pupuk per Ha x Luas lahan percobaan


10 . 000 m

100 kg x 60 m
DXLIII. = 10 . 000 m
DXLIV. = 0,6 kg
DXLV.

DXLVI.

You might also like