You are on page 1of 3

Jenis-jenis Demokrasi

Jenis-jenis demokrasi ditinjau dari penyaluran kehendak rakyat

Demokrasi Langsung: Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang melibatkan seluruh
rakyat secara langsung dalam membicarakan atau menentukan urusan negara. Terjadi pada
zaman Yunani kuno karena penduduknya masih sedikit.

Demokrasi Tidak Langsung: Demokrasi tidak langsung/perwakilan adalah sistem demokrasi


yang untuk menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam
parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakilnya di parlemen.

Jenis-jenis demokrasi ditinjau dari hubungan antar-alat kelengkapan Negara:

Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum adalah rakyat memilih para wakilnya untuk
duduk di parlemen, tetapi dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem referendum.

Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer adalah adanya hubungan yang erat antara
badan eksekutif dan legislatif. Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atas
usul legislatif, sehingga bertanggung jawab kepada parlemen. Kedudukan presiden atau raja
sebagai kepala negara yang tidak menjalankan pemerintahan. Eksekutif dalam menjalankan
tugasnya harus sesuai dengan pedoman atau program kerja yang telah disetujul oleh parlemen.
Selama eksekutif menjalankan tugasnya sesuai dengan program tersebut, kedudukan eksekutif
akan stabil dan mendapat dukungan dan parlemen. Jika eksekutif melakukan penyimpangan,
parlemen bisa menjatuhkan kabinet dengan mengajukan mosi tidak percaya, yang berarti para
menteri harus meletakkan jabatannya. Kedudukan eksekutif berada di bawah parlemen dan
sangat bergantung pada dukungan parlemen.

Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan merupakan kedudukan legislatif


terpisah dari eksekutif, sehingga kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung
seperti dalam demokrasi parlementer. Menteri-menteri diangkat oleh presiden dan
berkedudukan sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Kedudukan
presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Jabatan presiden dan para menteri
tidak tergantung pada dukungan parlemen dan tidak dapat diberhentikan oleh parlemen.

Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat merupakan gabungan
antara demokrasi perwakilan dan demokrasi langsung. Badan perwakilan tetap ada, tetapi
dikontrol oleh rakyat, baik melalui referendum yang bersifat obligator maupun fakultatif.

Jenis-jenis demokrasi yang didasarkan oleh prinsip ideologi:

Demokrasi Liberal: Demokrasi liberal menekankan kepada kebebasan individu dengan


mengabaikan kepentingan umum.

Demokrasi Rakyat: Demokrasi rakyat didasari dan dijiwai oleh paham sosialisme/komunisme
yang mengutamakan kepentingan negara atau kepentingan umum.

Demokrasi Pancasila: Demokrasi Pancasila berlaku di Indonesia yang bersumber dan tata nilai
sosial dan budaya bangsa Indonesia serta berasaskan musyawarah untuk mufakat dengan
mengutamakan keseimbangan kepentingan.

Demokrasi yang pernah dianut di Indonesia


1. Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer adalah sebuah sistem demokrasi yang pengawasannya dilakukan oleh
parlemen. Ciri utama negara yang menganut paham Demokrasi Parlementer adalah dengan adanya
parlementer dalam sistem pemerintahannya.Indonesia pernah mencobanya, pada saat pertama
merdeka sampai tahun 1957.
Kekuasaan pemerintahan parlementer dipengaruhi oleh hubungan antara parlemen dan pemerintah
yang berkuasa. Di begara federal hubungan parlemen dan pemerintah memiliki dua keistimewaan.
Pertama, kepala pemerintah dipilih oleh parlemen, tetapi bisa dicopot dari jabatannya oleh mosi
tidak percayayang dikeluarkan. Hal ini menyiratkan bahwa kekuasaan sebuah pemerintah sangat
bergantung pada kepercayaan parkemen. Kedua, sebagian besar dari anggota pemerintahan yang
ada merupakan anggota parlemen juga. Hal inilah yang merupakan ciri khas sistem pemerintahan
ini.
2. Demokrasi Terpimpin
Paham politik ini dicetus oleh Soekarno. Awalnya pada tahun 1957 saat pengunduran diri Ali
Sastroamidjojo sebagai ketua parlemen, Karena sudah tidak ada lagi parlemen, maka demokrasi
pemerintah kala itu hangus. Apalagi tak lama setelah pengunduran diri dari perdana menteri, pada 5
Juli 19579 Presiden Soekarno membubarkan parlemen dan mengeluarkan dekrit presiden.
Pada Masa demokrasi terpimpin, Soekarno menjadi kekuatan politik yang hampir tidak tergoyahkan.
Bahkan pada saat itu beliau mencalonkan untuk menjadi presiden seumur hidup. Namun konsep ini
di tentang oleh Hatta yang menganggap sistem pemerintahan ini malah mengemlikan Indonesia ke
negara feodal dan berpusat pada raja.
3. Demokrasi Liberal.
Demokrasi liberal adalah salah satu paham yang mendorong munculnya banyak parta politik. Karena
dalam praktiknya, setiap masyarakat memiliki hak yang sama untuk berkecimpung dalam
pemerintahan. Dalam sistem politik ini, pemilu harus dilakukan secara bebas dan adil. Selain itu,
pemilihan kepala pemerintah harus kompetitif.
Demokrasi liberal mengharuskan rakyat memiliki kesadaran politik.yang tinggi. Karena
banyaknya paham politik dan kebebasan untuk memilih, maka rakyat harus bisa mencerna dengan
baik visi dan misi partai politik tersebut.
Masyarakat yang berhak mengikuti pemilu adalah masyarakat yang sudah dewasa. Semua warga
negara memiliki hak yang sama dalam memilih, tidak memandang laki-laki, perempuan ataupun ras.
Sampai saat ini Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem politik demokrasi liberal.
Saat Ini
Indonesia saat ini menganut sistem demokrasi liberal. Menurut Juwono Sudarsono, Indonesia telah
lama disebut sebagai negara demokrasi terbesar ketiga, setelah India dan Amerika Serikat.
Sedikitnya hasil Bali Democracy Forum yang diselenggarakan 9-10 Desember 2010 lalu

membuktikannya. Di samping itu, kita juga sudah terlalu sering mendengarkan betapa Indonesia
dibangga-banggakan sebagai negara yang sangat maju dalam kiprahnya berdemokrasi di permukaan
bumi ini, setelah bergulirnya era reformasi. Terlepas dari prestasi yang sangat membanggakan itu,
realita yang kini dihadapi adalah justru berwujud gambar yang sangat memprihatinkan.

Referensi:

Gunawan, Markus. 2008. Buku pintar calon anggota dan anggota legislatif, DPR, DPRD dan
DPD. Tangerang: Visimedia.

You might also like