You are on page 1of 44

I. PENDAHULUAN A.

Latar belakang Sumber daya alam berupa hasil hutan pada dasarnya adalah milik umum, oleh karena itu negara mempunyai kewajiban atas hasil hutan tersebut untuk mengelola dan menjaga kelestariannya, untuk itu pendapatan negara yang berasal dari hasil hutan tersebut perlu dilindungi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2007 dengan perubahannya Nomor 3 Tahun 2008, dinyatakan bahwa untuk melindungi hak-hak negara atas hasil hutan dan kelestarian hutan, maka terhadap semua hasil hutan harus diadakan pengukuran. Pengukuran hasil hutan mendukung kegiatan penatausahaan hasil hutan yang diatur dengan peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/ MenhutII/2006 beserta perubahannya Nomor P.63/MenhutII/2006 dan Nomor P.8/Menhut-II/2009, khususnya di bidang pengukuran hasil hutan oleh Petugas Penatausahaan Hasil Hutan (Pembuat LHP, Penerbit FAKB) yang telah berkualifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

Hutan Produksi Lestari Pengujian Kayu Bulat Rimba (GANISPHPL-PKB-R) sebagaimana diatur didalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.58/MenhutII/2008 Jo. Nomor : P.20/Menhut-II/2010. Sedangkan teknis pelaksanaan pengukuran kayu bulat rimba tersebut berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.14/VI-BIKPHH/2009. Berkenaan dengan kepentingan peran tenaga GANISPHPL PKB-R terutama yang ditempatkan sebagai petugas Penatausahaan Hasil Hutan maka perlu disusun Buku Saku GANISPHPL PKB-R sebagai salah satu pendukung dalam pelaksanaan tugas. B. Maksud Untuk membantu kelancaran pelaksanaan pengukuran Kayu Bulat Rimba sesuai dengan ketentuan. C. Tujuan Pelayanaan pelaksanaan pengukuran Kayu Bulat Rimba oleh GANISPHPL PKB-R lebih optimal.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

II. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor : 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan; 2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2007 jo. Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan; 3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/MenhutII/2006, Jis Nomor : P.63/Menhut-II/2006, Nomor : P.8/Menhut-II/2009 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara; 4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.58/MenhutII/2008 jo. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.20/Menhut-II/2010 tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari; 5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.58/Kpts/VI-Olah/2005 tentang Peralatan Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan; 6. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.14/VI-BPPHH/2009 tentang Metoda Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

I. TUGAS DAN WEWENANG A. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 58/Menhut-II/2008 tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. GANISPHPL PKB-R memiliki tugas dan wewenang melakukan: 1. Pengukuran dan pengujian kayu bulat sesuai dengan metode yang dipersyaratkan. 2. Pengukuran dan pengujian kayu bulat sesuai dengan peralatan pengukuran dan pengujian yang dipersyaratkan. 3. Penatausahaan hasil hutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Membuat laporan yang menguraikan secara jelas tentang pelaksanaan tersebut diatas. B. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/Menhut-II/2006 dengan perubahannya Nomor P.63/Menhut-II/2006 dan Nomor P.8/Menhut-II/2009 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara.
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

Dalam penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan negara, GANISPHPL PKB-R dapat ditugaskan sebagai Pembuat Laporan Hasil Penebangan Kayu Bulat/Kayu Bulat Kecil (Pembuat LHP KB/KBK), Penerbit Faktur Angkutan Kayu Bulat (Penerbit FAKB).

1. Pembuat LHP-KB/LHP-KBK

a. Membuat LHP-KB/LHP-KBK dan Rekapitulasi LHPKB/LHP-KBK berdasarkan Buku Ukur dan dibuat sekurang-kurangnya dua kali dalam setiap bulan. b. LHP-KB/LHP-KBK dibuat menurut masing-masing blok kerja tebangan dan masing-masing kabupaten/kota bersangkutan. c. Membuat LHP-KB/LHP-KBK Nihil dengan menyebutkan alasannya pada kolom keterangan apabila tidak ada realisasi penebangan/pemanenan pohon. d. Mengajukan permohonan pengesahan LHP-KB/LHPKBK kepada P2LHP dalam wilayah kerjanya sekurang-kurangnya setiap pertengahan dan akhir bulan.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

e. Membuat rekapitulasi LHP-KB/LHP-KBK dan melaporkan kepada Kepala Dinas kabupaten/kota dengan tembusan: Kepala Dinas Provinsi Kepala Balai P2SKSKB (LHP-KB Hutan Alam)/Penerbit FA-KB (LHP-KB Hutan Tanaman/Perum Perhutani dan LHP-KBK) P2LHP

2. Penerbit Faktur Angkutan Kayu Bulat (FA-KB)

a. Menerbitkan FA-KB dilampiri dengan DKB-FA/DKBKFA. b. Mengisi DKB-FA/DKBK-FA dengan memindahkan data identitas KB/KBK yang akan diangkut berupa nomor dan tanggal LHP-KB/KBK, nomor batang, kelompok jenis kayu, ukuran dan volume kayu bulat dari SKSKB atau FA-KB/KBK dengan menggunakan mesin ketik. c. Menerbitkan FA-KB sebanyak 5 (lima) rangkap, dengan peruntukan:

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

Lbr ke 1 dan ke 2 :

Lbr ke 3 Lbr ke 4 Lbr ke 5

: : :

bersama-sama dengan hasil hutan (lbr ke 1 untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota tujuan dan lbr ke 2 untuk arsip penerima). untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota asal hasil hutan untuk Kepala Balai asal hasil hutan untuk arsip penerbit.

II. PENILAIAN KINERJA A. Pelaksanaan 1. Pelaksanaan penilaia kinerja oleh Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi, yang dilakukan oleh Tim Penilai yang ditunjuk. 2. Petunjuk teknis dan materi pelaksanaan penilaian kinerja dibuat oleh Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi. 3. Biaya pelaksanaan penilaian kinerja dibebankan pada anggaran pemerintah atau anggaran lain yang tidak mengikat.
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

4. Penilaian kinerja dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. 5. Nilai kinerja menggunakan hasil penilaian kinerja yang terakhir. 6. Penilaian kinerja dilakukan terhadap GANISPHPL yang sudah bertugas minimal selama 3 (tiga) bulan dalam tahun berjalan. 7. Hasil penilaian kinerja dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut: a. Baik : Jumlah nilai tertimbang 2,40 termasuk kategori A b. Sedang : Jumlah nilai tertimbang 1,80 s/d 2,39 termasuk kategori B c. Kurang : Jumlah nilai tertimbang < 1,80 termasuk kategori C 8. Hasil penilaian kinerja ditetapkan dalam surat keterangan dari Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

B. a. b. c. d. e.

Kriteria Pemahaman dan penguasaan peraturan = 20 Keterampilan menggunakan sarana kerja = 20 Pelaporan = 40 Pengembangan Profesi = 10 Pelanggaran = 10

C. Tindak Lanjut 1. GANISPHPL dan WASGANISPHPL yang memperoleh nilai dalam kategori baik (A), kepada yang bersangkutan diberi penghargaan dan atau insentif, berupa pembebasan dari kewajiban mengikuti penyegaran yang dilaksanakan oleh Balai, dalam proses perpanjangan pengangkatan sebagai GANISPHPL dan WASGANISPHPL. 2. GANISPHPL dan WASGANISPHPL yang memperoleh nilai dalam kategori sedang (B), kepada yang bersangkutan diwajibkan untuk mengikuti penyegaran yang dilaksanakan oleh Balai, dalam proses perpanjangan pengangkatan sebagai GANISPHPL dan WASGANISPHPL. 3. Bagi GANISPHPL dan WASGANISPHPL yang berdasarkan hasil penilaian kinerjanya termasuk dalam kategori kurang (C), kepada yang
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

bersangkutan dibekukan kartu GANISPHPL dan WASGANISPHPL sesuai dengan bidangnya, selama 1 (satu) tahun, oleh Balai atas nama Direktur Jenderal. III. SANKSI A. Sanksi Terhadap GANISPHPL PKB-R berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/MenhutII/2008 Jo. No.20/Menhut-II/2010 tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. 1. Jenis Sanksi a. Jenis Sanksi Pembekuan Kartu GANISPHPL berupa penerbitan Surat Keputusan Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi atas nama Direktur Jenderal tentang Pembekuan Kartu. Pencabutan Kartu GANISPHPL berupa penerbitan Surat Keputusan Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi atas nama Direktur Jenderal tentang Pemberhentian Pengangkatan dan Pencabutan Kartu GANISPHPL. b. Proses pengenaan sanksi melalui peringatan atau tanpa melalui peringatan.
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

10

c. Pembekuan Kartu GANISPHPL hanya terhadap kualifikasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya dan berlaku kembali setelah masa pembekuan kartu berakhir selama 1 (satu) tahun melalui penyegaran. d. Pencabutan Kartu GANISPHPL dikenakan terhadap seluruh kartu GANISPHPL yang dimiliki dan diberhentikan pengangkatannya serta tidak diberikan kesempatan kembali untuk memperoleh kartu GANISPHPL. 2. Pengenaan Sanksi a. Pengenaan sanksi pembekuan kartu : Melalui peringatan, karena tidak melaksanakan salah satu atau lebih kewajiban dibawah ini: - Tidak membuat laporan sesuai ketentuan. - Terlambat atau tidak menyampaikan laporan kepada instansi yang berhak. - Tidak memiliki atau kurang lengkap memiliki peralatan, sarana dan kelengkapan administrasi. - Tidak menyimpan dengan baik dan lengkap dokumen yang menjadi tanggungjawabnya.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

11

Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai prosedur dan waktu kerjanya. - Tidak mengikuti penilaian kinerja dengan sengaja Tanpa melalui peringatan, karena : - Berdasarkan hasil penilaian kinerja mendapat nilai kurang (C). - Meninggalkan tugas sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan yang jelas. b. Pengenaan sanksi berupa pencabutan Kartu GANISPHPL tanpa melalui peringatan apabila melakukan salah satu atau lebih pelanggaran dibawah ini: Meninggalkan tugas selama > 3 bulan tanpa ijin dari perusahaan. Tidak membuat Buku Register Memanipulasi dokumen Memberikan pelayanan dokumen pada tempat yang menjadi kewenangannya. Melimpahkan tugas dan tanggungjawabnya kepada orang lain. Menyalahgunakan wewenang dan tanggungjawabnya.
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

12

IV.

TEKNIS PENGUKURAN KAYU BULAT RIMBA

Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.14/VI-BIKPHH/2009 tentang Metoda Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. A. PENGERTIAN 1. Kayu Bulat Rimba adalah bagian batang/cabang dari semua jenis kayu selain jenis kayu Jati, terdiri dari kayu bulat asal hutan alam, kayu bulat asal hutan tanaman. 2. Kayu Bulat (KB) adalah bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi batang dengan ukuran diameter 50 (lima puluh) centimeter atau lebih. 3. Kayu Bulat Sedang (KBS) adalah bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi batang dengan ukuran diameter 30 (tiga puluh) centimeter sampai dengan 49 (empat puluh sembilan) centimeter. 4. Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah pengelompokan kayu yang terdiri dari kayu dengan diameter diameter kurang dari 30 (tiga puluh) centimeter; kayu dengan
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

13

5. 6. 7.

8.

diameter 30 (tiga puluh) centimeter atau lebih yang direduksi karena mengalami cacat/busuk bagian hati pohon/gerowong lebih dari 40% (empat puluh persen); limbah pembalakan; kayu lainnya berupa kayu Bakau, Tonggak, Cerucuk, Tiang jermal, Tiang pancang dan Cabang. Pengukuran hasil hutan adalah kegiatan untuk menetapkan jumlah dan isi (volume)/berat dari hasil hutan. Pengujian hasil hutan adalah kegiatan untuk menetapkan jumlah, jenis, volume/berat dan mutu (kualita) hasil hutan. Petugas yang berwenang adalah Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Pengujian Kayu Bulat Rimba (GANISPHPL PKB-R) atau Pengawas Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Pengujian Kayu Bulat Rimba (WAS-GANISPHPL PKBR) sebagai tenaga ahli yang berkualifikasi, dan diangkat oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. GANISPHPL PKB-R adalah GANISPHPL yang memiliki kompetensi dalam kegiatan pengukuran dan pengujian kayu bulat rimba, bilet, pacakan yang

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

14

berbentuk kayu bulat rimba dari hutan alam maupun hutan tanaman. 9. WAS-GANISPHPL PKB-R adalah WAS-GANISPHPL yang memiliki kompetensi GANISPHPL PKB-R serta mempunyai tugas dan wewenang mengawasi, memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil kerja GANISPHPL PKB-R. 10. Peralatan pengukuran kayu bulat adalah alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran untuk mengetahui panjang dan diameter kayu bulat rimba. 11. Bontos adalah penampang melintang kayu bulat terdiri dari bontos yang berukuran lebih besar atau bontos pangkal (Bp) dan bontos yang berukuran lebih kecil atau bontos ujun (Bu). 12. Cacat adalah kelainan yang terdapat pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu/kualitas. 13. Cacat bontos adalah cacat yang terdapat pada bontos kayu bulat. Cacat bontos yang dapat mengurangi (mereduksi) isi adalah teras busuk (Tb) dan Gerowong (Gr). 14. Cacat Gubal adalah cacat yang terdapat pada badan kayu bulat, cacat gubal yang dapat mengurangi (mereduksi) isi adalah gubal busuk (Gb) dan Lubang
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

15

Gerek Besar (Lgb) lebih dari 10 buah/tiap meter panjang (tmp). 15. Diameter (d) adalah angka rata-rata dari diameter ujun (du) dan diameter pangkal (dp). 16. Diameter ujun (du) adalah angka rata-rata hasil pengukuran garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) pada bontos ujun (Bu) melalui pusat bontos (B). 17. Diameter pangkal (dp) adalah angka rata-rata hasil pengukuran garis tengah terpendek (d3) dan garis tengah terpanjang (d4) pada bontos pangkal (Bp) melalui pusat bontos (B). 18. Gerowong (Gr) adalah lubang pada bontos ke arah panjang kayu, baik tembus maupun tidak tembus ke bontos yang lain tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan, kecuali lubang yang disebabkan oleh kesalahan teknik penebangan. 19. Gubal (Gu) adalah bagian kayu antara kulit dan teras, pada umumnya berwarna lebih terang dari kayu teras. 20. Gubal Busuk (Gb) adalah gubal yang telah mengalami pembusukan, dicirikan oleh rapuhnya bagian badan.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

16

21. Isi kotor (Ik) adalah isi kayu bulat yang didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Brereton metric yang didasarkan pada hasil pengukuran panjang kayu bulat (p) dan diameter kayu bulat (d) dinyatakan dalam satuan meter kubik (m3). Dalam perhitungan isi kotor ini masih termasuk adanya cacat teras busuk, gerowong, gubal busuk dan lubang gerek besar (Lgb) lebih dari 10 buah/tiap meter panjang (tmp). 22. Isi bersih (Ib) adalah isi kayu bulat yag bebas dari cacat teras busuk, gerowong, gubal busuk dan lubang gerek besar (LgB) lebih dari 10 buah/tiap meter panjang (tmp). 23. Isi cacat (Ic) adalah isi kayu bulat yang mengandung cacat teras busuk, gerowong, gubal busuk dan lubang gerek besar (Lgb) lebih dari 10 buah/tiap meter panjang. 24. Panjang (p) adalah jarak terpendek antara kedua bontos dan sejajar dengan sumbu kayu. 25. Pusat bontos adalah titik tengah dari lingkaran bontos. 26. Reduksi adalah pengurangan isi kayu bulat yang disebabkan oleh adanya teras busuk, gerowong dan

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

17

atau gubal busuk dan lubang gerek besar (Lgb) lebih dari 10 buah/tiap meter panjang. 27. Tabel isi adalah daftar yang memuat angka-angka dalam satuan meter kubik (m3) yang didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus isi Brereton metric untuk mencari/menetapkan isi kayu bulat rimba. 28. Tabel reduksi adalah daftar yang memuat angkaangka dalam satuan persen, yang terdiri dari Tabel C dan Tabel D. Tabel C adalah tabel reduksi cacat bontos dan Tabel D adalah tabel reduksi cacat gubal. 29. Teras (Te) adalah bagian kayu yang terletak antara hati dan gubal. Teras berdasarkan keadaanya digolongkan menjadi teras sehat, teras rapuh dan teras busuk. 30. Teras busuk (Tb) adalah teras yang memperlihatkan tanda-tanda pembusukan dan mereduksi isi kayu bulat, termasuk hati busuk. 31. Teras rapuh (Tr) adalah teras yang memperlihatkan kerapuhan yang abnormal, termasuk rapuh. 32. Tiap meter panjang (tmp) adalah setiap satu meter panjang kayu dimulai dari bontos pangkal. 33. Toleransi adalah batas penyimpangan yang masih diperkenankan.
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

18

34. Stapel meter (sm) adalah satuan isi tumpukan. 35. Angka konversi adalah angka-angka yang digunakan untuk mengkonversi volume KBK dan atau KBS/KB dalam satuan stapel meter (sm) ke volume dalam satuan meter kubik (m3), yang besarnya sudah ditentukan dan tergantung jenis dan panjang KBK dan atau KBS/KB (dalam satuan meter). B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Pengukuran Maksud dilakukan pengukuran kayu bulat rimba adalah untuk menentukan ukuran panjang, diameter dan cacat yang mereduksi, sebagai dasar untuk menetapkan isi (volume) kayu bulat rimba. 2. Tujuan Pengukuran Tujuan dilakukan pengukuran kayu bulat rimba adalah agar diperoleh keseragaman bagi berbagai pihak yang berkepnetingan dalam tata cara menentukan ukuran panjang, diameter, cacat yang mereduksi dan menetapkan isi (volume) kayu bulat rimba.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

19

C. SISTEM SATUAN UKURAN Sistem satuan ukuran yang dipergunakan dalam pengukuran kayu bulat rimba adalah sistem metrik, yaitu sistem ukuran yang menggunakan satuan centimeter (cm), meter (m) dan meter kubik (m3). D. PERALATAN PENGUKURAN Peralatan pengukuran kayu bulat rimba terdiri dari ; 1. Tongkat ukur (scale stick) untuk mengukur garis tengah kayu bulat. 2. Pita ukur yang terbuat dari bahan yang tidak mudah berkembang dan susut serta tidak mudah patah atau putus dan mudah dipergunakan untuk mengukur panjang kayu bulat. 3. Peralatan pengukuran kayu bulat rimba tersebut diatas wajib dilaporkan dan diregister oleh Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi setempat dan secara periodik dikalibrasi oleh instansi yang berwenang.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

20

E. TATA CARA PENGUKURAN KAYU BULAT RIMBA 1. Pelaksanaan pengukuran: a. Pengukuran kayu bulat rimba dilaksanakan oleh GANISPHPL PKB-R di tempat penebangan (blok tebangan) atau Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) atau di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) sesuai kepentingannya, atau tempat lain yang ditunjuk/ditetapkan. b. Pemeriksaan hasil pengukuran GANISPHPL PKB-R dilakukan oleh WAS-GANISPHPL PKB-R di tempat tugasnya masing-masing sesuai dengan ketentuan. 2. Syarat-syarat pengukuran: a. Kayu bulat rimba sebelum dilakukan pengukuran harus bebas banis/cabang/ranting, telah dikuliti dan kedua bontosnya dipotong siku dan rata. b. Kayu bulat rimba yang diukur harus tersusun sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk dapat dilakukan pengukuran diameter pada kedua bontos serta panjang kayu bulat rimba tersebut.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

21

c. Pelaksanaan pengukuran dan pemeriksaan hasil pengukuran kayu bulat rimba pada prinsipnya dilakukan di darat, tempat terbuka dengan penerangan yang cukup sehingga semua bagian batang kayu bulat tersebut dapat dilihat dengan jelas. d. Pengukuran kayu bulat rimba dapat dilakukan di air dengan syarat sekurang-kurangnya (seperempat) bagian dari batang kayu bulat terapung diatas permukaan air dan dapat diukur diameter dan panjangnya. 3. Penetapan Jenis: a. Setiap batang kayu bulat rimba yang akan pengukuran harus diketahui/ditetapkan dahulu jenis kayunya. b. Dalam penetapan jenis kayu, yang dilakukan dengan cara mengamati ciri umum kayu, apabila meragukan dapat dengan mengamati ciri anatomi kayu. dilakukan terlebih pertama kasar/ciri dilakukan

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

22

4. Langkah-langkah pengukuran: a. Semua kayu bulat rimba harus dilakukan pengukuran batang per batang untuk mengetahui isi (volume) setiap batang kayu bulat yang bersangkutan. b. Pengukuran kayu bulat rimba dilakukan dengan cara mengukur panjang dan diameter kayu bulat. Berdasarkan panjang dan diameter kayu bulat tersebut ditetapkan isi (volume) kayu bulat dengan memperhatikan/mengukur/menghitung ada tidaknya cacat bontos dan cacat gubal yang mereduksi isi. 5. Pengukuran panjang: a. Panjang kayu bulat rimba merupakan jarak terpendek antara kedua bontos sejajar dengan sumbu kayu bulat tersebut. b. Panjang kayu bulat rimba diukur dalam satuan meter kelipatan 10 cm, dan pembulatan ke bawah.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

23

Contoh : Panjang sebenarnya 8,19 8,10 8,09 8,65 8,62 m m m m m Panjang yang dicatat (p) 8,10 m 8,10 m 8,00 m 8,60 m 8,60 m

c. Cara pengukuran panjang kayu (p) : Kayu lurus, potongan bontos siku dan rata

p = panjang kayu Sb = sumbu kayu

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

24

Kayu lengkung

p = panjang kayu bukan p

p = panjang kayu bukan p

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

25

Apabila bontos siku tetapi tidak rata (Apabila pusat bontos masih berada didalam lingkaran bontos)

p = panjang kayu bukan p B = pusat bontos

(Apabila pusat bontos masih berada diluar lingkaran bontos)

p = panjang kayu bukan p B = pusat bontos


BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

26

Apabila bontos tidak siku p = panjang kayu bukan p

6. Pengukuran diameter: a. Pengukuran kayu bulat rimba yang berasal dari hutan alam dan hutan tanaman dengan panjang > 5 m Pengukuran diameter pada kedua bontos dilakukan tanpa kulit dalam satuan centimeter dengan kelipatan 1 cm, dan pembulatan kebawah. Pengukuran diameter pada tiap bontos dilakukan dengan cara mengukur garis tengah terpendek melalui pusat bontos, kemudian diukur garis tengah terpanjang juga melalui pusat bontos,
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

27

dan rata-rata ukuran garis tengah dari bontos tersebut merupakan diameter dari bontos yang bersangkutan (du atau dp). Diameter kayu bulat (d) diperoleh dengan cara merata-ratakan ukuran diameter ujung (du) ditambah diameter pangkal (dp).

Contoh : Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) yang melalui pusat bontos (B) pada Bu kemudian dirata-ratakan (du). Ukur garis tengah terpendek (d3) dan garis tengah terpanjang (d4) melalui pusat bontos (B) pada Bp kemudian dirataratakan (dp). Diameter kayu bulat rimba (d) adalah rata-rata dari du dan dp.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

28

Pengukuran sebenarnya : d1 = 93,2 cm d2 = 96,0 cm d3 = 97,6 cm d4 = 102,9 cm

Pengukuran perhitungan : d1 = 93 cm d2 = 96 cm d3 = 97 cm d4 = 102 cm

du = d1 + d2 = 93 + 96 = 94 cm 2 2 dp = d3 + d4 = 97 + 102 = 99 cm 2 2 d = du + dp = 94 + 99 = 96 cm d = 96 cm 2 2 Keterangan : d adalah diameter kayu bulat p adalah panjang kayu bulat d1 adalah garis tengah terpendek pada Bu d2 adalah garis tengah terpanjang pada Bu d3 adalah garis tengah terpendek pada Bp d4 adalah garis tengah terpanjang pada Bp du adalah diameter ujung dp adalah diameter pangkal Bu adalah Bontos Ujung Bp adalah Bontos Pangkal B adalah pusat Bontos
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

29

b. Pengukuran diameter kayu bulat rimba untuk kayu bulat yang berasal dari hutan tanaman dengan panjang sampai dengan 5 m. Pengukuran diameter pada bontos terkecil (Bu) tanpa kulit dalam satuan centimeter dengan kelipatan 1 cm, dan pembulatan ke bawah. Pengukuran diameter dilakukan dengan cara mengukur garis tengah terpendek melalui pusat bontos (B) dan garis tengah terpanjang melalui pusat bontos (B). Diameter kayu bulat (d) diperoleh dengan merata-ratakan ukuran garis tengah terpendek (d1) ditambah garis tengah terpanjang (d2) pada bontos ujung (Bu). Contoh : Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) melalui pusat bontos (B) pada ujung terkecil (Bu)

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

30

Pengukuran sebenarnya d1 = 52,6 cm d2 = 67,2 cm Pengukuran perhitungan d1 = 52 cm d2 = 67 cm d = d1+d2 2 d = 59,5 d = 52+67 2 d = 59 cm d = 119 2

Keterangan : d adalah diameter kayu bulat rimba p adalah panjang kayu bulat d1 adalah garis tengah terpendek pada Bu d2 adalah garis tengah terpanjang pada Bu Bu adalah bontos ujung B adalah pusat bontos

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

31

c. Dalam hal kayu bulat rimba terdapat tonjolan yang panjangnya kurang dari panjang kayu bulat maka pengukuran diameter dilakukan dengan mengabaikan tonjolan tersebut. Contoh Gambar :

dp = d1+d2 tidak termasuk X 2 x = tonjolan yang tidak ikut dihitung dalam pengukuran diameter d. Dalam hal kayu bulat rimba terdapat tonjolan yang panjangnya panjang kayu bulat atau lebih maka pengukuran diameter dilakukan termasuk tonjolan.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

32

Contoh Gambar :

dp = d1+d2 tidak termasuk X 2

e. Dalam hal kayu bulat mengalami belah pada bontos.

dp = d1+d2 tidak termasuk X 2 f. Dalam hal kayu bulat rimba tidak diketahui asalnya (temuan, tangkapan, sitaan), pengukuran dan penetapan isi dilakukan dengan cara pengukuran kayu bulat rimba yang berasal dari hutan alam.
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

33

7. Penetapan Isi (volume) m3 PENETAPAN ISI (VOLUME) m3 Dalam Penetapan Isi (Volume) m3 memakai rumus Brereton Metric
KBR dengan tabel A (untuk KBR dari hutan alam dan hutan tanaman dengan panjang > 5 m, serta KBR dari hutan tanaman < 1 m) Rumus : I = 0,7854xd2xp (m3) 10.000 Keterangan : I = Isi KB-R dalam m3 0,7854=xPhi:x3,1416 d = satu diameter KB-R dalam cm p = panjang KB-R dalam m. KBR dengan tabel B (untuk KBR dari hutan tanaman panjang 1 m s/d 5 m) Berdasarkan kelompok panjang: 1. 1,00 m 1,50 m Rumus: I=0,7854x(1,0134.d+0,3537)2xp (m3) 10.000 2. 1,60 m 3,00 m Rumus: I=0,7854x(1,0223.d+0,7962)2xp (m3) 10.000 3. 3,10 m 4,00 m Rumus: I=0,7854x(1,0220.d+1,2534)2xp (m3) 10.000

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

34

4. 4,10 m 5,00 m Rumus: I=0,7854x(1,0171.d+1,8493)2xp (m3) 10.000 Keterangan: I = Isi KB-R dalam m3 0,7854 = xphi : x3,1416 d = Diameter KB-R terkecil dlm cm p = panjang KB-R dalam m.

ISI KAYU BULAT RIMBA YANG DIUKUR DI AIR (Ia) Rumus: Ia = I x 1,04 Keterangan: Ia = Isi Kayu Bulat Rimba I = Isi Kayu Bulat Rimba hasil pengukuran 1,04 = Angka koreksi akibat bias pengkuran sebesar 4 %. ISI BERSIH

Rumus: IB = IK IC

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

35

Keterangan: IB = Isi Bersih tanpa Cacat Bontos/Cacat Gubal (Cb/Cg) IK = Isi Kotor termasuk Cacat Bontos/Cacat Gubal (Cb/Cg) IC = Isi Cacat Bontos/Cacat Gubal (Cb/Cg) CACAT BONTOS (Cb) CACAT GUBAL (Cg)

Teras Busuk (Tb) / Gerowong (Gr)

Panjang Gb dan Lgb > 10 bh/tmp dianggap sepanjang kayu Hitung IB, 2 cara : 1. Langsung a. Ukuran panjang & lebar Cb terbesar dari 2 bo (diambil salah satu terbesar) dan di rata-ratakan dalam kelipatan 1 cm penuh. Hitung IB, 2 Cara : 1. Langsung a. Ukur d kayu tanpa Cg Rumus: Ib = 0,7854 x (d)2 x p 10.000 d = diameter tanpa Cg

Gubal Busuk (Gb) & Lgb > 10 buah per tiap meter panjang (tmp)

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

36

Cb1=x1 + x2 (mis. Terbesar) 2 Cb2=x3 + x4 (mis. Terkecil) 2 Maka, diameter () Cb = Cb1 b. Isi balok dibentuk dari sisi-sisi Cb dan panjang Cb tembus/tidak tembus. ICb = ( Cb)2 x p 10.000 2. (m3)

Menggunakan Tabel C a. Ukur Cb secara langsung b. Angka Cb dibandingkan dengan angka

2. Menggunakan Tabel D a. Gubal Busuk (Gb) Ukur tebal Gb tertebal & tertipis setiap bo dirataratakan, kelipatan 1 cm penuh dan diambil tebal terbesar. b. Lgb > 10 bh/tmp c. Angka TCg dibandingkan dengan angka diameter KB pada Tabel D, akan menghasilkan % Cg. Apabila tidak tercantum dapat menggunakan rumus :
%Cg=4.TCgx(d-TCg)x100% d2

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

37

diameter KB pada tabel C. Apabila tidak tercantum dapat menggunakan rumus:


%Cb=1,273x(Cb)2x100% d2

d.

Isi Cg = %Cg x Ik IB = IK ICg

c.

Isi Cb = %Cb x I.KB IB = IK Icb

8. Pengukuran Dalam Satuan Stapel Meter (sm) 1. Cara-cara pengukuran untuk kayu bulat sortimen Kayu Bulat Kecil (KBK) dan/atau Kayu Bulat Sedang (KBS)/Kayu Bulat (KB) yang pemanfaatannya sebagai bahan baku industri pulp, perhitungan volumenya dapat menggunakan stapel meter (sm).

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

38

2. Sedangkan sortimen KB, KBS, dan KBK yang pemanfaatannya selain untuk bahan baku pulp (kayu pertukangan, veneer dsb) perhitungan volume menggunakan pengukuran kayu bulat (Brereton metric). 3. Cara pengukuran dengan menggunakan stapel meter adalah sebagai berikut: a. Panjang kayu bulat kecil untuk perhitungan menggunakan stapel meter (sm) disarankan minimal 1,00 m dalam kelipatan 0,50 m. b. Kayu bulat yang akan diukur harus ditumpuk secara teratur, sehingga setiap tumpukan mempunyai ukuran lebar yang sama (sebagai cerminan penumpukan kayu yang mempunyai panjang yang sama) serta tinggi yang sama. c. Untuk memudahkan perhitungan, agar setiap panjang tumpukan yang dapat mencerminkan isi tertentu diberi tanda pancang, seperti pada gambar sebagai berikut:

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

39

t tp l tp

p tp

Gambar tumpukan kayu bulat rimba sortimen KBK yang mempunyai ukuran diameter lebih kecil dari 30 cm.
Keterangan : Ltp adalah lebar tumpukan (rata-rata panjang kayu) dalam satuan meter (m). Ttp adalah tinggi tumpukan dalam satuan meter (m). Ptp adalah panjang tumpukan dalam satuan meter (m).
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

40

d. e.

Isi tumpukan merupakan hasil perkalian lebar, tinggi dan panjang tumpukan, satuannya sm. Jadi 1 sm adalah 1 m ltp x 1 m ttp x 1 m ptp. Untuk keperluan pemeriksaan, pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan metode stapel meter (sm) dapat dilakukan pada alat angkut (truk). Untuk menghitung sm didalam truk, dapat dihitung dengan mengalikan lebar tumpukan (ltp)/(rata-rata panjang kayu), panjang tumpukan (ptp) dan rata-rata tinggi tumpukan kayu (ttp) dalam bak truk, seperti pada gambar berikut :

p tp t tp l tp
Gambar tumpukan kayu bulat rimba sortimen KBK dialat angkut (truk).
BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

41

Keterangan : Ltp adalah lebar tumpukan (rata-rata panjang kayu) dalam satuan meter (m). Ttp adalah tinggi tumpukan dalam satuan meter (m). Ptp adalah panjang tumpukan dalam satuan meter (m). f. Perhitungan volume tumpukan stapel meter (sm) ke dalam volume (isi) satuan meter kubik (m3) KBK menggunakan angka konversi dengan berpedoman kepada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. g. Angka Konversi dari sm ke m3 untuk KBK berpedoman kepada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. h. Kesesuian antara volume KBK/KBS/KB yang tercantum dalam dokumen hasil hutan dengan volume KBK/KBS/KB hasil pemeriksaan fisik (volume KBK/KBS/KB sampel). Perbedaan/selisih volume sampel hasil pemeriksaan pengukuran oleh WASGANISPHPL PKB-R yang ditunjuk tidak

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

42

i. j.

diperkenankan melebihi 10 % (baik selisih lebih maupun selisih kurang). Jika selisih tidak melebihi 10%, maka partai tersebut dinyatakan benar/telah sesuai dengan dokumen hasil hutan. Jika selisih melebihi 10 %, maka terhadap seluruh partai tersebut harus dilakukan tindakan sesuai ketentuan yang berlaku.

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

43

CATATAN
Hari/Tanggal Catatan

................. ................. ................. ................. ................. ................. ................. ................. ................. ................. ................. .................

........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ...........................................................

BP2HP-II Medan-2010 | Buku Saku GANISPHPL-PKB R

44

You might also like