You are on page 1of 12

Komunikasi Pedesaan

KOMUNIKASI PEDESAAN

RELEVANSI KEEFEKTIFAN MODEL KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PADA KELOMPOK KECIL (Studi Kasus : Penyuluhan Calon Transmigran di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan)

ARNOLIA FEBRIANTY P054040191

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpindahan penduduk melalui transmigrasi telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Secara individual, manfaatnya telah dirasakan dan resikonya pun telah dipahami. Kontribusinya terhadap pembangunan daerah dan pembangunan bangsa juga telah dirasakan, walaupun disadari masih banyak persoalan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Dalam perubahan yang sangat cepat yang diwarnai oleh situasi transisional menuju terwujudnya otonomi daerah, muncul anggapan publik yang meragukan eksistensinya. Kini, program perpindahan transmigrasi dihadapkan kepada persoalan yang dilematis. Pada satu sisi masih dirasakan sebagai kebutuhan dan disisi lain terjadi penolakan (Depnakertrans, 2004). Menyikapi tuntutan permasalahan yang dilematis tersebut, penyelenggaraan transmigrasi kedepan haruslah dikomunikasikan secara baik dan tepat. Kegiatan

tersebut membutuhkan kerjasama antara masyarakat calon transmigran, penyuluh, dan pemerintah. Penyuluh yang terutama berperan secara langsung dalam menggerakkan dan menyebarluaskan ketransmigrasian ini pada masyarakat. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara langsung kepada masyarakat oleh penyuluh lapangan transmigrasi. Sistem komunikasi yang digunakan sistem komunikasi kelompok kecil dan komunikasi interpersonal. Sehubungan dengan kegiatan penyuluhan tersebut, model komunikasi yang digunakan oleh seorang komunikator (penyuluh) sebagai agen pembangunan masyarakat harus dapat berlangsung seefektif mungkin. Kegiatan penyuluhan yang diamati melingkupi Penyuluh sebagai source, isi pesan, saluran, masyarakat (receiver) dan efek/umpan balik yang diharapkan terjadi. 1.2. Tujuan Studi Evaluatif Menghadapi perubahan mendasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam mencapai berhasilnya program Transmigrasi diperlukan suatu bentuk komunikasi yang dalam hal ini berupa penyuluhan. Proses komunikasi/penyuluhan tersebut memiliki tujuan baik tujuan dari penyuluhan itu sendiri dan tujuan dari pembuatan makalah. Tujuan dari penyuluhan : Meningkatkan motivasi dan memfasilitasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan transmigrasi yang mandiri. Tujuan studi evaluatif : Melihat keefektifan model komunikasi yang digunakan dilihat dari Source, Message, Channel, Receiver dan Effect/Feedback dari proses penyuluhan yang berlangsung. 1.3. Manfaat Studi Evaluatif Manfaat yang didapat dari pelaksanaan Studi Evaluatif ini yaitu sebagai mahasiswa dapat melihat fenomena komunikasi yang terjadi terutama pada proses penyuluhan secara langsung. Selain itu sekaligus mengamati keefektifan model komunikasi yang berlangsung dimana komunikasi berjalan sebagai sebuah proses untuk mencapai kesamaan makna. 1.4. Metodologi Studi kasus yang diamati pada makalah ini yaitu kegiatan penyuluhan Transmigrasi di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan. Pengamatan dilakukan secara langsung pada hari Rabu, 15 Desember 2004 pukul 13.00 yang bekerjasama dengan Penyuluh Lapangan dari Instansi Dinas Kependudukan dan Keluarga Berencana yang berada pada seksi Transmigrasi dan Mutasi Penduduk. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Transmigrasi Program transmigrasi tumbuh dari masyarakat dan didasarkan pada kebutuhan masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang hanya akan dilakukan apabila ada permintaan dari dua daerah atau lebih, melalui mekanisme kerjasama dengan prinsip saling menguntungkan dan mampu menjawab tiga kebutuhan (kebutuhan daerah asal,

daerah tujuan dan nasional) secara integrasi dimana tanggung jawab masyarakat dan pemerintah daerah melalui anggaran APBD dengan fasilitas dan bantuan pemerintah melalui dana dekonsentrasi dan dana pembantuan (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2002) Penyelenggaraan program transmigrasi berasaskan kepeloporan, kesukarelaan, kekeluargaan, keterpaduan, wawasan lingkungan dan kemandirian, sehingga keberhasilan penyelenggaraan transmigrasi tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah semata namun merupakan tanggung jawab segenap komponen bangsa. Informasi mengenai transmigrasi sangat penting bagi masyarakat yang ingin bertransmigrasi. Keberhasilan program transmigrasi tersebut tidak akan terlepas dari proses komunikasi. Penyuluh sebagai pembawa informasi transmigrasi merupakan penghubung antara pemerintah dan masyarakat. Penyuluh merupakan orang terdekat dengan masyarakat sasaran dan merupakan posisi strategis untuk menjalankan tugas sebagai penghubung guna mencapai tujuan yang diharapkan. Penyelenggaraan program transmigrasi sangat ditentukan oleh minat masyarakat untuk berperan secara aktif sehingga dengan demikian komunikasi dan transfer informasi antara petugas penyuluh dan masyarakat perlu dikembangkan. Salah satu faktor yang dituntut adalah penyediaan informasi yang jelas dan benar kepada khalayak sasaran sesuai dengan situasi dan kondisinya. 2. 2. Model Komunikasi Untuk lebih memahami fenomena komunikasi digunakan model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak dengan menonjolkan unsur terpenting fenomena tersebut. Model bukan fenomena itu sendiri. (Mulyana, 2001) Model dibangun agar kita dapat mengidentifikasi, menggambarkan dan mengkategorikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah model dapat dikatakan sempuna jika mampu memperlihatkan semua aspek yang mendukung terjadinya suatu proses (Cangara, 2004). Selanjutnya menurut Cangara (2004), komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi dapat digambarkan dalam berbagai macam model. Model tersebut dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi dan juga menspesifikasi bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia dalam hal ini yang efektif digunakan oleh seorang komunikator (penyuluh) sebagai agen pembangunan masyarakat. 2.3 Metode Penyuluhan yang dilakukan terhadap masyarakat sasaran diamati secara langsung. Data yang diperoleh merupakan data primer.

1. Bagaimana mengemas pesan (M)

2. Bagaimana melakukan Approach (A) 3. Siapa/apa segmentasi Receiver (R) Komunikasi merupakan sebuah proses untuk mencapai kebersaman dalam arti kesamaan pesan. Metode komunikasi harus dapat mendekatkan Source pada Receiver. Hal tersebut terkait dengan bagaimana Source mengemas Message dan melakukan Approach dalam mendekati Receiver melalui Saluran komunikasi sehingga adanya Effect dan Feed Back yang diharapkan (terjadinya Mutual Understanding). Penyuluhan dilakukan terhadap 13 orang responden masyarakat Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan yang sudah lolos seleksi dan menjadi calon transmigran yang tinggal menunggu pemberangkatan ke lokasi transmigrasi tengah tahun 2005. Kegiatan penyuluhan menggunakan sistem komunikasi kelompok kecil. Kegiatan tersebut sudah lebih kepada pembinaan, pemberian motivasi dan penyampaian informasi yang lebih spesifik. Penyuluh juga melakukan pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk meningkatkan hubungan kemitraan yang saling mendukung terhadap masyarakat. Penyuluhan dilakukan di salah satu rumah tokoh melalui forum diskusi. Tabel Responden Calon Transmigran No. Nama Umur Pekerjaan 1. Ujang Gofur 50 tahun Tukang sepatu 2. Dadi 44 tahun Pedagang 3. Agus Sukarsa 39 tahun Buruh 4. Ahmad Kosim 41 tahun Pedagang 5. Herman 21 tahun Pedagang 6. Iwan Ruswandi 24 tahun Buruh 7. Endang Surya 46 tahun Pedagang 8. Wawan Setiawan 32 tahun Pedagang 9. Rosid 47 tahun Pedagang 10. Yusup Supratman 41 tahun Petani 11. Yudotomo 46 tahun Petani 12. Sugiarto 34 tahun Petani 13. Alih 44 tahun Petani

3. PEMBAHASAN 3.1. Model komunikasi Komunikasi sebagai upaya mencapai kebersamaan dalam arti kesamaan pesan diharapkan menjadi komunikasi yang efektif bagi seorang komunikator. Komunikasi yang tertuju pada masyarakat bawah diharapkan menjadi suatu empowering bagi pemberdayaan masyarakat. Kesamaan makna tersebut didapat dari sistem yang dyadic yang berarti adanya dialog. Namun pada saat ini, yang dibutuhkan tidak hanya dialogis tetapi suatu model yang konvergen dimana adanya kesepakatan makna (mutual understanding). Model yang efektif pada kegiatan penyuluhan tersebut yaitu komunikasi interpersonal dengan peran opinion leader (komunikator) yang masih

sangat penting. Namun adanya ego lokal dari pemerintah, masyarakat banyak yang tidak tersentuh. Informasi sebagai output dalam proses pembangunan diharapkan dapat digunakan sebagai pembuat keputusan. Terkadang masih adanya empowering di level source yang tidak memikirkan sistem dan pola komunikasi yang masih bersifat top down membuat masyarakat hanya dapat menerima apa yang didifusikan dari atas tanpa mereka dapat memberi pesan apa yang mereka inginkan. Pola komunikasi yang diinginkan oleh masyarakat yaitu berpola bottom up, dimana mereka menginginkan aspirasi mereka ikut dilibatkan dalam konteks pembangunan. Karena mereka tahu apa yang mereka butuhkan. Komunikasi belum efektif jika masih timbul ketidakpastian atau belum adanya kesepahaman dalam kandungan informasi yang disampaikan. SOURCE Forum Sudalitik dengan mengarah pada Model Konvergen MASYARAKAT Proses komunikasi diharapkan tidak lagi searah namun berputar menjadi sesuatu yang terpola sehingga menjadi suatu model. Komunikasi yang diharapkan dapat mempartisipasikan komponen-komponen yang ada sehingga dapat juga menggunakan pendekatan komunikasi partisipasi. D. Lawrence Kincaid dan Everett M. Rogers mengembangkan sebuah model komunikasi berdasarkan prinsip pemusatan. Model ini muncul setelah melihat beberapa kelemahan model komunikasi satu arah yang telah mendominasi berbagai riset komunikasi sebelumnya. Dalam konteks komunikasi antar manusia, komunikasi sebagai suatu proses yang memiliki kecenderungan bergerak ke arah satu titik temu (convergence). Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih saling menukar informasi untuk mencapai kesamaan makna/pengertian satu sama lainnya dalam situasi dimana mereka berkomunikasi. Antara mereka dapat dicapai kesamaan pengertian melalui pendekatan yang lebih erat dengan toleransi pada tingkat yang lebih tinggi. (Kincaid and Rogers dalam Cangara, 2004)

dan kemudian dan kemudian

Model komunikasi yang digambarkan sebagai model komunikasi yang konvergen. Pada saat ini komunikasi tidak lagi dipandang sebagai aliran informasi satu arah namun suatu proses yang interaktif, menyatu dan partisipatif. Selain itu memberi tekanan pada khalayak bersifat dua arah, interaktif (saling mempengaruhi) dan mencapai kesamaan makna (mutual understanding). Jelasnya dalam komunikasi semua elemen berada dalam posisi sama untuk dapat saling membagi informasi, dipengaruhi dan mempengaruhi. Komunikasi partisipatif dan efektif dapat dicapai dimana semua peserta ikut aktif secara dinamis dalam memenuhi fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat. Kegiatan komunikasi (penyuluhan) dilakukan di rumah salah satu tokoh masyarakat. Kegiatan penyuluhan tersebut dilaksanakan secara kontinyu oleh petugas penyuluh transmigrasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar penyuluhan berhasil sesuai yang diharapkan, yaitu faktor Massage (isi/pesan) yang disampaikan, faktor Audience (sasaran/penerima pesan) dan peranan serta kredibilitas komunikator (penyuluh). Selain itu saluran yang digunakan dalam proses komunikasi dan efek yang mungkin ditimbulkan (feed back yang diharapkan akan terjadi). 3. 2. Source Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak/receiver. Komunikator biasa disebut source/sumber. Source merupakan pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, komunikator harus terampil berkomunikasi dan kaya ide serta penuh daya kreativitas. Source harus memiliki kredibilitas yang baik/tinggi supaya dapat dipercaya dan dianggap mampu untuk memberikan informasi yang benar dan mampu untuk mengajak (bersikap persuasif) pada receiver/ masyarakat sasaran. Kegiatan penyuluhan transmigrasi yang dilakukan oleh penyuluh lapangan dinilai sangat baik dalam pelaksanaannya. Penyuluh sebagai sumber dinilai sangat menguasai informasi dan mengenal bidangnya mengenai transmigrasi. Kredibilitas sumber sangat berpengaruh terhadap sasaran/komunikan. Para calon transmigran tersebut sangat antusias dan kegiatan diskusi antara komunikator dan komunikan terasa sangat aktif. Transmigrasi merupakan program pemerintah yang peraturan serta persyaratannya sudah jelas. Informasi tersebut sepintas terlihat berpola top down, namun penyuluh dapat menyampaikan semua program tersebut dan membuat komunikan tidak melihat adanya sedikitpun paksaan dalam pelaksanaannya. Penyuluh sebagai sumber memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada komunikan dan mendengarkan apa keinginan dan kebutuhan dari komunikan. Disinilah terlihat adanya mutual understanding dalam proses pencapaian kesamaan makna. Strategi komunikasi yang dilakukan penyuluh sudah sesuai dengan sasaran penyuluhan. Hal tersebut terlihat dari konsep 5W, 1 H dimana penyuluh sebagai agen pembaharu tidak hanya sebagai penyampai pesan tapi sekaligus sebagai penggerak masyarakat agar secara bertahap mempunyai persepsi yang sama terhadap transmigrasi. Upaya yang dilakukan penyuluh kepada komunikan diantaranya : a. Memperluas jangkauan sasaran penyuluhan secara berkelanjutan yang diharapkan akan berlangsung secara alami, sehingga minat dan partisipasi akan muncul sebagai

mekanisme sosial budaya dalam masyarakat. b. Menggerakkan masyarakat sebagai penerima pesan untuk dapat merubah sikap dan perilaku sehingga ikut berpartisipasi dalam pembangunan transmigrasi c. Membina kesertaan masyarakat yang berimplikasi terhadap peningkatan peran serta dan partisipasi yang bertanggung jawab dalam program pembangunan transmigrasi dan mewujudkan transmigran yang tangguh dan mandiri Berkenaan dengan isi pesan (apa yang dibicarakan), penyuluh sebagai sumber informasi melakukan pemilihan informasi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan informasi tersebut dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi tentang potensi lahan, peluang berusaha dan kesempatan kerja berupa buku, leaflet, brosur, foto dan bentuk informasi lainnya. Selain itu juga persiapan yang sangat penting yaitu melakukan koordinasi, konsultasi dan konfirmasi dengan unit kerja yang terkait dengan linking system transmigrasi mengenai informasi potensi yang tersedia dan siap ditawarkan kepada masyarakat. Tujuan dari penyiapan informasi tersebut supaya sasaran penyuluhan/komunikan mendapatkan informasi secara rinci, jelas dan aktual mengenai kondisi rumah baru mereka. 3. 3. Message Informasi mengenai transmigrasi ini sangat penting bagi masyarakat yang ingin bertransmigrasi. Keberhasilan program transmigrasi tersebut tidak akan terlepas dari subsistem didalamnya (suatu linking system) yang merupakan sistem penghubung atau sistem keterkaitan yang menyangkut pemerintah daerah, penyuluh dan masyarakat sasaran. Subsistem tersebut berinteraksi satu dengan yang lain. Penyuluh sebagai pembawa informasi transmigrasi merupakan penghubung antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, penyuluh merupakan orang terdekat masyarakat sasaran dan merupakan posisi strategis untuk menjalankan tugas sebagai penghubung guna mencapai tujuan yang diharapkan. Penyelenggaraan program transmigrasi sangat ditentukan oleh minat masyarakat untuk berperan secara aktif sehingga dengan demikian komunikasi dan transfer informasi antara petugas penyuluh dan masyarakat perlu dikembangkan. Salah satu faktor yang dituntut adalah penyediaan informasi yang jelas dan benar tentang potensi lahan, peluang berusaha dan kesempatan kerja yang tersedia di daerah transmigrasi. Hal tersebut harus dapat diinformasikan secara tepat waktu kepada khalayak sasaran sesuai dengan situasi dan kondisinya (Dirpenmot, 1997). Materi Pesan Informasi yang disampaikan penyuluh pada sasaran/komunikan yaitu informasi mengenai keadaan calon lokasi yang akan ditawarkan sebelum pekerjaan pemukiman dilaksanakan. Informasi tersebut diantaranya : a. Hak dan kewajiban transmigran secara detail b. Kondisi fisik calon lokasi yang menyangkut topografi, aksesabilitas, iklim serta potensi alam c. Pola usaha pokok yang akan dikembangkan serta komoditas yang akan dan dapat dikembangkan

d. Kondisi kependudukan dan masyarakat yang ada baik pada calon lokasi maupun di sekitar lokasi e. Peluang usaha yang tersedia dan yang dapat dikembangkan oleh transmigran f. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyiapan calon lokasi (perkiraan) waktu penempatan. Selain dari hal diatas, materi pesan yang dikomunikasikan oleh penyuluh kepada komunikan pada saat penyuluhan yaitu : a. Kondisi riil calon lokasi pemukiman yang ditawarkan kepada calon transmigran b. Perhitungan keuntungan dan kerugian yang akan dihadapi pada calon lokasi pemukiman disertai gambaran mengenai hambatan dan permasalahan yang mungkin dihadapi secara seimbang c. Potensi lahan dan potensi peluang bekerja di lokasi transmigrasi 3. 4. Channel (Saluran) Strategi komunikasi yang digunakan oleh penyuluh transmigrasi yaitu mengemas pesan penyuluhan yang menarik dan mudah dipahami oleh khalayak sasaran penyuluhan sehingga dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dalam rangka penyuluhan transmigrasi. Penyuluh transmigrasi mengemas pesan komunikasi dan publikasi berupa bahan cetakan, rekaman audio atau rekaman audio visual (multi media) yang memuat informasi tentang pembangunan transmigrasi yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan komunikasi, publikasi dan penyuluhan baik dalam rangka pengembangan citra, peningkatan partisipasi masyarakat maupun peningkatan minat masyarakat untuk bertransmigrasi. Penyuluhan yang dilakukan pada saat sasaran/komunikannya sudah menjadi calon transmigran yaitu penyuluhan yang lebih mendekati pada pemberian motivasi. Proses komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi kelompok kecil yang dilakukan dalam forum diskusi dengan saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil terjadi pada sejumlah individu yang kecil sehingga masih mungkin terjadi interaksi yang bersifat langsung. Berkaitan dengan kelompok calon transmigran yang dijadikan kajian pada makalah ini, adanya diskusi antara kelompok calon dengan penyuluh memudahkan dalam proses komunikasi. Terjadinya proses kerjasama dalam memecahkan masalah karena semua dapat berinteraksi dan bertukar ide secara langsung serta mempercepat proses belajar. Terbentuknya kelompok calon transmigran ini memang memakan waktu yang cukup lama. Setelah terbentuk, karena kelompok calon transmigran ini berasal dari daerah/perkampungan yang sama, mudah bagi mereka untuk bekerjasama dan terikat satu sama lain. Kelompok yang terbentuk merupakan kelompok primer. Berdasarkan karakteristik komunikasinya, kualitas komunikasi bersifat dalam dan meluas dan bersifat personal. Hal tersebut dapat terlihat antara komunikan dan penyuluh yang melakukan diskusi kelompok kecil dan proses yang terjadi berjalan secara interpersonal. Kedekatan dan kemudahan dalam berkomunikasi menjadikan proses penyuluhan yang terjadi menjadi mudah karena tidak banyak hambatan dalam

berkomunikasi. Karakteristik berikutnya yaitu komunikasi menekankan pada hubungan daripada isi. Hal tersebut menjelaskan, hubungan interpersonal yang terjaga sangat baik, walaupun isi penyuluhan pun harus tetap dijaga. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara informal sehingga tidak kaku. Pengaruh Kelompok dalam Proses Komunikasi Pengaruh kelompok dalam proses komunikasi yang terlihat yaitu Konformitas (Conformity) yang berarti jika sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan atau melakukan hal yang sama (Rakhmat, 2001). Pada kegiatan penyuluhan, yang menjadi sentral yaitu penyuluh sebagai pembawa informasi. Sebagai pembawa informasi, pendapat dan perkataan penyuluh biasanya didengarkan dan berusaha untuk dikaji. Penyuluh ingin semua informasi tersebut diterima oleh calon, tapi biasanya ada pihak dari calon transmigran yang pro dan kontra. Fenomena yang terlihat bahwa anggota lain cenderung mengikuti pendapat seseorang yang dituakan ataupun yang sedikit lebih berpengaruh diantara mereka. Biasanya mereka akan diam bila penyuluh bertanya apa yang masih tidak jelas, misalnya. Jika satu orang mulai membuka suara, yang lain akan turut bersuara. Jika satu orang berpendapat, yang lain akan ikut dengan suara yang sama. Ada fenomena yang menjelaskan bahwa mereka kadang tidak punya pendirian atas sesuatu, hanya mengekor, namun dengan keahlian penyuluh dalam memahami kepribadian mereka (dalam hal ini penyuluh sudah cukup mengenal mereka dengan baik secara interpersonal) penyuluh dapat membuat mereka mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Penyebab adanya kelompok calon transmigran karena adanya suatu kebutuhan yang sama. Adanya kebutuhan untuk dapat bertransmigrasi, memudahkan anggota kelompok tersebut mendapatkan informasi dan berdiskusi langsung dengan penyuluh. Keadaan tersebut membuat mereka menganggap seluruh anggota senasib sepenanggungan, sama-sama ingin berjuang di tempat yang lebih baik. Pada awalnya yang harus mereka jaga yaitu kekompakan agar hubungan baik tetap terjaga. Memudahkan mereka hidup di daerah transmigrasi agar dapat saling berempati. Salah satu tugas penyuluh disini yaitu membangun mental dari anggota kelompoknya, memotivasi dan juga membina mereka agar selalu kompak, menghindarkan sikap egosentris dan harus mau tolong menolong dan menganggap anggota kelompok adalah saudara agar lebih mudah bagi mereka untuk melakukan hubungan interpersonal dan menjalankan kehidupan di daerah baru. Kegiatan penyuluhan dengan menggunakan forum diskusi dalam komunikasi kelompok kecil dirasakan sebagai saluran komunikasi yang cukup efektif. Selain dari diskusi dalam kelompok kecil, terjadi pula kegiatan komunikasi interpersonal yang memungkinkan hubungan antara komunikator dan komunikan berjalan lebih baik lagi karena hubungan dirasakan menjadi lebih akrab. 3. 5. Receiver (Komunikan) Receiver atau dapat disebut sebagai komunikan, khalayak atau audience. Komunikan adalah salah satu unsure dalam proses komunikasi yang tidak boleh diabaikan sebab berhasil tidaknya suatu pross komunikasi sangat ditentukan oleh komunikan. Suatu

proses komunikasi akan gagal jika tidak ada kesepahaman antara komunikator dan komunikan. Berlo (1960) menyatakan bahwa derajat pesan yang dapat diserap oleh penerima dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain keterampilan berkomunikasi, tingkat pengetahuan dan sistem sosial budaya penerima. Perbedaan penerimaan pesan oleh komunikator menyebabkan terjadinya pelapisan penerima terhadap suatu informasi. (Rogers dalam Cangara, 2004) membagi pelapisan penerima pesan atas lima tipe, yaitu : Innovator (pembaharu), Early adopter (penerima dini), Early majority (penerima mayoritas cepat), Late majority (penerima mayoritas lambat) dan Laggard (pengikut/kaum kolot). Komunikan (calon transmigran) yang ada pada kegiatan penyuluhan tersebut merupakan sekelompok individu yang jelas berbeda. Karakteristik dan latar belakang mereka mungkin berbeda-beda, namun mereka memiliki persamaan dalam hal motivasi, keinginan dan kebutuhan. Komunikan tersebut mungkin tidak terampil berkomunikasi tapi keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan bertransmigrasi membuat komunikator tidak sulit dalam menyamakan persepsi dengan komunikannya tersebut. Komunikan/receiver yang dalam hal ini adalah calon transmigran yang siap diberangkatkan merupakan sekelompok individu yang lolos seleksi berdasarkan kriteria yang ada. Kelompok sasaran/komunikan dari kegiatan penyuluhan ini adalah : 1. Di Kabupaten Asal a. Transmigran (Eksodan) b. Pekerja yang terkena PHK dari tempat kerjanya c. Petani gurem atau buruh tani d. Korban bencana alam pencari kerja e. Kaum putus sekolah f. Perambah hutan g. Penduduk sekitar yang tanahnya dipergunakan untuk kepentingan umum (Misalnya untuk pembangunan waduk) 2. Di Daerah Tujuan (Transmigrasi Lokal) a. Penduduk yang berdekatan dengan lahan yang digunakan disekitar area calon pemukiman transmigrasi (Trans Lokal) b. Pecahan keluarga transmigran yang belum memperoleh lahan atau kesempatan bekerja maupun peluang berusaha Mengetahui keadaan komunikan akan memudahkan komunikator dalam melakukan penyuluhan. Pendekatan komunikasi dapat dirancang untuk mendapatkan keefektifan dalam proses komunikasi yang akan berjalan. 3. 6. Effect / Feed Back Kegiatan penyuluhan diharapkan dapat menhasilkan efek positif dan respon yang baik. Pada penyuluhan yang berlangsung, efek yang diharapkan dari kegiatan penyuluhan diantaranya : 1. Munculnya minat, motivasi dan partisipasi masyarakat untuk bertransmigrasi. 2. Menggerakkan masyarakat sebagai penerima pesan untuk dapat merubah sikap dan perilaku sehingga ikut berpartisipasi dalam pembangunan transmigrasi 3. Membina kesertaan masyarakat yang berimplikasi terhadap peningkatan peran serta

dan partisipasi yang bertanggung jawab dalam program pembangunan transmigrasi dan mewujudkan transmigran yang tangguh dan mandiri Feed back (umpan balik) dari kegiatan penyuluhan ini, dari pemerintah kepada masyarakat, pemerintah menawarkan kehidupan yang lebih baik dan layak bagi masyarakat, dan masyarakat membantu pemerintah dalam menjalankan program pemerintahan. 3. 7. Relevansi Keefektifan Model Komunikasi Komunikasi yang terjadi pada proses penyuluhan bersifat dialogis. Selain itu komunikasi sudah berjalan menjadi komunikasi interaktif (suatu model konvergen). Pola komunikasi memang bersifat top down karena program tersebut datang langsung dari pemerintah yang harus didiseminasikan pada masyarakat. Namun dengan kemampuan komunikator dalam mengemas pesan dan melakukan pendekatan (approach), pola bottom up dimana penyuluh dapat mendengarkan keinginan dan kebutuhan masyarakat dan aspirasi mereka kemudian di follow up. Kegiatan tersebut pada akhirnya menjadi suatu proses yang interaktif dan partisipatif karena adanya partisipasi dan interaksi langsung antara komunikator dan komunikan sehingga dapat mencapai kesamaan makna. Komunikator dan komunikan berada dalam posisi sama untuk dapat saling membagi informasi, dipengaruhi dan mempengaruhi. Komunikasi partisipatif dan efektif dapat dicapai dimana semua peserta ikut aktif secara dinamis dalam memenuhi fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat. Model komunikasi partisipatif dan interaktif dirasa sangat efektif dalam kegiatan penyuluhan. Sumber dapat mengemas pesan dengan baik untuk komunikan melalui saluran komunikasi dimana yang terjadi adalah komunikasi dalam kelompok kecil dan mendapatkan efek positif dan umpan balik sesuai harapan komunikator sebagai agen pembaharu. Komunikasi yang terjadi tidak sekedar menjadikan komunikator sebagai opinion leader dan komunikan hanya sekedar sasaran tembak (objek) namun adanya proses transaksional dimana masing-masing dapat memberikan penafsiran dan mengutarakan aspirasi, informasi dan pendapat pada saat yang bersamaan. Hal tersebut yang memperlancar proses penyuluhan dan berhasilnya program transmigrasi yang dijalankan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4. 1. Kesimpulan Pembahasan makalah ini mengenai relevansi keefektifan model komunikasi dalam kegiatan penyuluhan. Studi kasus pada penyuluhan calon transmigran di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan. Kesimpulan yang didapatkan bahwa penyuluhan dengan sistem komunikasi kelompok kecil dan relevansinya dengan model komunikasi interaktif dan partisipatif pada kelompok calon transmigran di kota Bogor berjalan baik. Indikator bahwa komunikasi kelompok tersebut berjalan baik yaitu Source menjalankan fungsinya tidak sekedar sebagai opinion leader namun juga mampu mendengarkan aspirasi komunikan

Message dikemas dengan baik dan penyampaian materi detail Channel/saluran yang digunakan yaitu saluran komunikasi kelompok kecil dengan media udara sebagai pengantar gelombang suara. Dengan sistem tersebut memungkinkan komunikator dan komunikan berdiskusi secara terbuka. Receiver/komunikan bebas berinteraksi dengan komunikator. Komunikan dapat mengutarakan aspirasinya dan menafsirkan isi pesan secara interaktif dan partisipatif. Effect yang didapat positif dan mendapat tanggapan dan umpan balik sesuai harapan komunikator sebagai agen pembaharu dari pemerintah untuk masyarakat. 4. 2. Saran Model komunikasi partisipatif diharapkan dapat digunakan secara luas terutama bagi pemerintah. Kegiatan penyuluhan jangan hanya sekedar menjadikan komunikator sebagai opinion leader namun harus dapat berinteraksi lebih dekat dan meningkatkan partisipasi komunikan. 5. DAFTAR PUSTAKA Berlo, D.K, 1960. The Process of Communication. An Introduction to Theory and Practices. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York. Cangara, H. H, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Informasi Potensi Lahan, Peluang Berusaha dan Kesempatan Kerja di Daerah Transmigrasi. Direktorat Penyuluhan dan Motivasi. 1997. Menggerakkan dan Melayani Perpindahan Transmigrasi. Direktorat Jendral Mobilitas Penduduk. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2004. Mulyana, D. 2004. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Petunjuk Teknis Pengerahan dan Penempatan Transmigrasi Propinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2002. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Bandung. 2002. Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

You might also like