You are on page 1of 62

7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 KEHAMILAN 2.1.1 Pengertian Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan. ( Prawirohardjo,S.2009) 2.1.2 Tanda-tanda kehamilan

1. Amenorrhoea Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak datang pada tanggal yang diharapkan. Bila seorang wanita memiliki siklus haid teratur dan mendadak berhenti, ada kemungkinan hamil. Tetapi meskipun demikian sebaiknya ditunggu selama 10 hari sebelum memeriksakan diri ke dokter. Karena sebelum masa itu sulit untuk memastikan adanya kehamilan. Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada umumnya memang akibat adanya kehamilan. Tetapi kehamilan bukanlah

satu-satunya penyebab keterlambatan haid. Haid dapat tertunda oleh tekanan emosi, beberapa penyakit tertentu, dan juga akibat makan obat-obat tertentu. Selain kehamilan, penurunan berat badan dan tekanan emosi juga sering menjadi penyebab keterlambatan haid pada wanita yang semula mempunyai siklus normal. 2. Perubahan pada payudara Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika menjelang haid. Bila terjadi kehamilan, gejala pemadatan bersifat menetap dan semakin bertambah. Payudara menjadi lebih padat, kencang dan lebih lembut, juga dapat disertai rasa berdenyut dan kesemutan pada putting susu. Perubahan diatas disebabkan oleh tekanan kelamin wanita, estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh uri (plasenta). Hormon-hormon ini menyebabkan saluran dan kantong kelenjar susu membesar, dan tertimbun lemak di daerah payudara. Rasa kesemutan dan berdenyut disebabkan oleh bertambahnya aliran darah yang mengaliri payudara. 3. Mual dan muntah-muntah Kira-kira separuh dari wanita yang mengandung mengalami mual dan muntahmuntah, dengan tingkat yang berbeda-beda, biasanya cukup ringan dan terjadi dipagi hari. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi juga disebabkan oleh peningkatan kadar hormon kelamin yang diproduksi selama hamil. Sesudah 12 minggu gejala-gejala itu biasanya menghilang, karena tubuh sudah menyesuaikan diri.

4. Sering kencing Pada awal kehamilan ginjal bekerja dan kandung kencing cepat penuh. 5. Perubahan Fisik Dan Psikologis Yang Terjadi Pada Wanita Hamil 2.1.3 a. b. c. d. Perubahan fisik Berhenti menstruasi Letih dan mudah mengantuk Sering buang air kecil Mual dengan atau tanpa muntah atau mengeluarkan air secara berlebihan e. Rasa panas dalam perut dan mengganggu pencernaan, gas dalam perut dan rasa kembung f. g. 2.1.4 a. b. Enggan makan dan mengidam Pembesaran pada payudara Perubahan psikologis Emosional, mudah marah, suasana hati yang beragam, cengeng Perasaan was-was, takut, elasi (rasa senang yang berlebihan yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas fisik dan mental). 2.1.5 Tanda- tanda bahaya dalam kehamilan 1. perdarahan vagina apapun sebabnya 2. pembengkakan wajah atau jari-jati tangan 3. sakit kepala berat atau terus menerus 4. penglihatan kurang terang atau kabur

10

5. nyeri abdomen 6. muntah-muntah terus 7. menggigil atau demam 8. Disuria 9. Pengeluaran cairan dari vagina 10. Perubahan jelas pada frekuensi atau intensitas gerakan janin (obstetri Wiliiam,2005 hal 299) 2.1.6 Nutrisi yang diperlukan selama kehamilan 1. peningkatan berat badan indeks masa tubuh (BMI =Body Masa Index) pertambahan berat pada kehamilan dapat diperkirakan dari indeks masa tubuh. (BMI atau Weight for height) RUMUS BMI = berat badan(kg) Tinggi Badan(m)2

2. Kalori dan protein a. kalori dan protein sama-sama dibutuhkan sebab kalori berfungsi untuk melindungi protein agar tidak diubah menjadi energi. b. Wanita hamil perlu tambahan 300 kalori dari

rekomendasi 220 kalori wanita tidak hamil. c. Wanita hamil perlu tambahan 60 gram protein dari rekomendasi dari 50 gr protein wanita tidak hamil

11

d. kalsium diperlukan 1,5 gr tiap hari, 30-40 gr untuk pembentukan tulang janin. 3. Suplemen zat besi a. suplemen zat besi akan mengurangi anemia b. suplemen asam folat 200-400 mg atau total 0,4-0,8 mg sehari c. 30 mg elemen besi setiap hari (150 mgbesi sulfat, 300mg besi glukonat atau 100 mg besi fumara d. Teh kopi dan susu akan mengurangi absorpsi zat besi e. zat besi paling baik di konsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk. 4. Suplemen asam folat a. 0,4 sampai 0,8mg perhari b. mencgah anemia megaloblastik c. Dikonsumsi bersama dengan zat besi jika wanita anemia 5. Vitamin C Vitamin C 250mg setiap hari digunakan bersama makanan akan meningkatkan absorpsi besi yang berasal dari makanan, sehingga mencegah perndarahaan saat melahirkan. (Varney,2002: 113-121) Sedangkan cara untuk memperkirakan berat janin digunakan rumus johnson Tausak yaitu:

12

BB= (MD - 12)x 155 keterangan: BB=berat badan MD= jarak simphisis fundus uteri 2.2 ANTENATAL CARE 2.2.1 Pengertian Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan, perkembangan janin dan rahim. ( Sarwono prawirohardjo. S:2002) 2.2.2 Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil Menurut mochtar (2002) tujuan umum dari pemeriksaan kehamilan adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak yang sehat dan dengan kerusakkan sedikit Lebih lanjut mochtar (2002) menjelaskan bahwa tujuan khusus pemeriksaan kehamilan adalah : a. Mengetahui umur kehamilan b. Mengenali dan menangani penyulit atu komplikasi secara dini yang kemungkinan di jumpai dalam kehamilan, persalian dan nifas. c. menentukan diagnosis dan terapi terhadap penyulit atau komplikasi secara dini selama kehamilan d. menurunkan angka morbiditas ibu dan anak e. Memberikan penyuluhan tentang pola hidup sehari-hari dan keluarga berncana, kehamialn, persalinan,nifas, dan laktasi.

13

2.2.3

Jadwal pemeriksaan kehamilan ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal. Kunjungna antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu: 1. Satu kali pada trimester pertama 2. satu kali pada trimester kedua 3. dua kali pada trimester ke tiga 2.2.4 pelayanan atau asuhan standar minimal 10T a. (timbang) berat badan dan ukur tinggi badan b. ukur (Tekanan) darah c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan) d. Ukur (tinggi) fundus uteri e. (Tentukan presentasi) janin dan denyut jantung janin (djj) f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toxoid (TT) bila diperlukan g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet slma kehamilan h. Tes lab (rutin dan khusus) i. Tatalaksana kasus j. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.(Buku pedoman PWS KIA.2009 : 7-8)

14

2.3 PERSALINAN 2.3.1 Pengertian Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006:100). Adapun batasannya, persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN Revisi, 2007:37). 2.3.2 Perubahan fisiologis Menurut Helen Varney, 2007:686-688 adanya perubahan fisiologis selama persalinan, diantaranya: a. Tekanan darah Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik rata-rata naik 15 (10-15) mmHg,diastolik 5-10 mmHg). Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

15

b. Metabolisme Metabolisme karbohidrat aerobic dan an aerobic akan meningkat secara berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skelektal. Peningkatan ini direfeksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, output kardiak, pernafasan dan kehilangan cairan. c. Suhu Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan. Peningkatan ini jangan sampai mencapai 0,5C sampai 1C. d. Denyut Nadi (Frekuensi Jantung) Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat dari pada sebelum persalinan. e. Pernafasan Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit meningkatnya laju jantung pernafasan dianggap normal. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

16

f. Perubahan ginjal Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin

disebabkan peningkatan aliran plasma ginjal. Protein urine dianggap biasa dalam persalinan. g. Perubahan pada Saluran Cerna 1) Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. 2) Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi, yang menandai akhir fase pertama persalinan. h. Perubahan hematologi 1) Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. 2) Sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I persalinan kurang lebih 5000-jumlah rata-rata 15.000 pada saat pembukaan lengkap. Tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. 3) Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktiitas otot uterus dan rangka. (Varney, 2007:686).

17

2.3.3

Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan (Varney, 2007:672). Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seorang wanita sedang mendekati waktu bersalin. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain : a. Lightening, yang mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu, diantaranya: 1) Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang, 2) Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi. 3) Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramen iskiadikum mayor dan menuju ke tungkai. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan delapan bulan. Pada primigravida biasanya Lightening

18

terjadi

sebelum

persalinan.

Hal

ini

kemungkinan

disebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang memang lebih sering ditemukan pada primigravida. b. Perubahan serviks, mendekati persalinan, serviks

semakin matang. Kalau tadinya selama masa hamil serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak,dengan konsistensi seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi (Varney, 2007:673). c. Persalinan palsu, persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan sejati (Varney, 2007:673). d. Bloody Show, plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody show. Bloody show sering terlihat sebagai rabas lendir

bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi, bloody show bukan

19

merupakan

tanda

persalinan

yang

bermakna

jika

pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lender yang bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan dilakukan. Menurut JNPK-KR, 2007, Tanda-tanda inpartu sebagai berikut: a. Penipisan dan pembukaan serviks. b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). c. Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina. e. Gangguan Saluran Cerna, ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual dan muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini (Varney, 2007:674). plak lender saat pemeriksaan tersebut

20

2.3.4

Faktor-faktor persalinan Faktor-faktor yang penting dalam persalinan antara lain : a. Power ( kekuatan mendorong janin keluar ) terdiri dari : 1) His ( kontraksi uterus ) Merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secara tidak sadar. 2) 3) b. Kontraksi otot dinding rahim. Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.

Passanger meliputi : 1) Janin 2) Plasenta

c.

Passage ( jalan lahir ) terdiri dari : 1) Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum / promontorium, dan os coccygis) 2) Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital.

21

2.3.5

Tahap tahap persalinan Proses persalianan terdapat empat kala, yaitu : a. Kala Satu (Kala Pembukaan) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap atau 10 cm (APN Revisi, 2007:38). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu : a) Fase Laten : (1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. (2) serviks membuka kurang dari dari 4 cm. (3) Biasanya berlangsung 8 jam atau kurang. (4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya diantara 20-30 detik. (JNPK-KR, 2007). b) Fase Aktif Persalinan : (1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

22

(2) Dari pembukaan empat sentimeter atau hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 sentimeter akan terjadi dengan kecepatan rata-rata satu sentimeter perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari satu sentimeter hingga dua sentimeter (multipara). (3) Terjadi penurunan bagian terendah janin. (APN Revisi, 2007). Fase aktif ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu: (1) Fase accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam. (2) Fase kemajuan maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yamg dicapai dalam 2 jam. (3) Fase decelerasi (kurangnya kecepatan), dari

pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam. b. Kala II Kala II persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi (Varney, 2007:751). Tanda dan Gejala Kala II, adalah : 1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

23

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya. 3) Perineum menonjol. 4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka. 5) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah : 1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau 2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (APN Revisi, 2007:75). c. Kala III Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (APN Revisi, 2007:123). Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah (Sarwono, 2005:185). a. Fisiologi Persalinan Kala III Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi (APN Revisi, 2007:123).

24

Tanda-tanda lepasnya plasenta : 1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus 2. Tali pusat memanjang 3. Semburan darah mendadak dan singkat b. Manajemen Aktif Kala III Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah (APN Revisi, 2007:124). Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III : 1. 2. 3. Persalinan kala III yang lebih singkat Mengurangi jumlah kehilangan darah Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama : 1. Pemberian suntikan oksitosin, segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada sepertiga bagian atas paha bagian luar (APN Revisi, 2007:125). 2. Penegangan tali pusat terkendali, bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Saat mulai kontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur (APN Revisi, 2007:125).

25

3.

Rangsangan taktil (massase) fundus uteri, dengan lembut tiap mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi (APN Revisi, 2007:130).

c.

Kala IV Persalinan Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang

kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002: N-21). a. Asuhan dan pemantauan pada kala IV setelah lahirnya plasenta: 1) Melakukan massase uterus untuk memastikan uterus berkontraksi yang ditamdai uterus menjadi keras. 2) Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah.

26

3) Pemantauan kehilangan darah yang dikombinasikan dengan pemantauan kontraksi uterus secara keseluruhan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada dua jam pertama. 4) Pemeriksa perineum dari perdarahan aktif yang

disebabkan dari laserasi atau episiotomi. 5) Evaluasi kondisi ibu secara umum. 6) Dokumentsi semua asuhan selama persalinan Kala IV dibagian belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan. b. Pemantauan Keadaan Umum Ibu Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Pemantauan selama dua jam pertama pasca persalinan. 1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama satu jam kedua persalinan Kala IV. 2) Massase fundus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama satu jam kedua persalinan Kala IV.

27

3) Pantau suhu ibu satu kali setiap dua jam pertama pasca persalinan. d. Asuhan Persalinan Normal (2007) 1. Mendengar dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala dua 2. Menyiapkan persalinan 3. 4. Memakai celemek plastik Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan mengeringkannya dengan handuk 5. Pakai sarung DTT pada tangan yang akan melakukan pemeriksaan dalam 6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa tang dibasuhi air DTT 8. Lakukan periksa dalam untuk mengetahui pembukaan lengkap atau tidak 9. Dekontaminasi sarung tangan alat perlengkapan untuk menolong

28

10. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120160x/mnt) 11. Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang aman 12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran bila ibu ingin meneran 13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran 14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika belum ada rasa ingin meneran 15. Laksanakan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 16. Letakkan handuk bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu 17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering

29

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi 21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu meneran saat kontraksi 23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah 24. Setelah bahu dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari jari lainnya) 25. Lakukan penilaian bayi baru lahir 26. Mengeringkan tubuh bayi 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi baru lahir suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas di bagian distal lateral

30

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, mendorong isi dari tali pusat kea rah distal dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat 32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi 34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk mendeteksi 36. Setelah uterus berkontraksi tegakkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ken arah belakang atas (dorso cranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi 37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti arah jalan lahir

31

38. Saat plasenta muncul di introitus vagina lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus 40. Periksa ke dua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap(utuh) 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 43. Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam 44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi beri tetes mata antibiotik proflaksis, dan vitamin K 1 mg IM di paha kanan 45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntik imunisasi hepatitis B 46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam 47. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

32

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan 50. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/mnt) dan suhu tubuh normal (36,5-37,5) 51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT (cairan ketuban, lender dan darah) dan bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering 54. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu member ASI. Anjurkan keluarga untuk memenuhi keinginan ibu (makan dan minum) 55. Dekontaminasi tempat persalina dengan larutan klorin 0,5% 56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

33

58. Lengkapi partograf dan periksa TTV dan berikan asuhan kala IV. e. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) a. Pengertian IMD Inisiasi Menyusu dini (early initiation) adalah bayi diberi kesempatan mulai atau inisiasi menyusui sendiri segera setelah lahir/dini dengan cara membiarkan kulit bayi melekat pada kulit ibu setidaknya satu jam atau sampai menyusu awal selesai, dengan cara merangkak mencari payudara (The Breast Crawl). b. Tahapan Perilaku Bayi Sebelum Menyusui

Untuk mencari payudara, bayi merangkak melalui 5 tahapan, yaitu: 1) Dalam 30 menit pertama : istirahat siaga, sekali-kali melihat ibunya, menyesuaikan dengan lingkungannya. 2) 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan menghisap, memasukan tangan ke mulut. 3) Mengeluarkan air liur. 4) Kaki menekan-nekan perut ibu untuk bergerak kearah payudara. 5) Menjilat-jilat kulit ibu, menyentuh puting susu dan tangannya, menghentakan kepala ke dada ibu, menoleh kekanan dan kiri, menemukan puting, menjilat,

34

mengulum puting susu, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik. c. Manfaat IMD

1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, sehingga menurunkan AKB karena hypotermia. 2) Ibu dan bayi merasa tenang. 3) Memindahkan bakteri kulit ibu ke kulit bayi, dengan menjilat kulit ibu maka bayi menelan bakteri berkoloni dan bakteri yang berada diusus bayi akan menyaingi bakteri ganas dari linkungannya. 4) Jalinan kasih sayang ibu-bayi lebih baik sebab bayi siaga 1-2 jam pertama. 5) Mendapat colostrum, kaya anti bodi, penting untuk pertumbuhan usus, ketahanan infeksi, kehidupan bayi. 6) IMD lebih berhasil menyusui eksklusif dan lebih lama disusui. Sentuhan, emutan, jilatan pada puting merangsang pengeluaran hormon oksitosin, penting untuk : a) Kontraksi pendarahan. b) Merangsang hormon lain membuat ibu tenang, rileks, mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, kebahagiaan. rahim, membantu mengurangi

35

c) d.

Merangsang pengeluaran ASI. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan. 2) Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau mengurangi mempergunakan obat kimiawi. 3) Dikeringkan, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan lemak putih (vernix). 4) Tengkurupkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi 5) Biarkan bayi mencari putting susu ibu sendiri Ibu merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan

memaksakan bayi ke puting susu 6) Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai. 7) Tunda menimbang, mengukur, suntikkan vitamin K dan menetesi dengan obat tetes mata sampai proses menyusu awal selesai. 8) Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to skin contact.

36

9) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Rawat gabung ibu : ibu-bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam. 10) Bila inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin : bayi tetap diletakkan didada ibu waktu dipindah dikamar perawatan. Usaha menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan ibu. e. Peran tenaga kesehatan dalam proses IMD : 1) Menyediakan waktu dan suasana tenang 2) Membantu ibu menemukan posisi yang nyaman 3) Membantu bapak dan ibu menunjukkan perilaku prefeeding yang positif saat bayi mencari payudara . 4) Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu 5) Menghindarkan memaksa memasukkan puting susu kemulut bayi. 6) Perlu Kesabaran. f. Pendapat yang menghambat IMD pada bayi baru lahir 1) 2) 3) 4) 5) Bayi kedinginan. Ibu lelah setelah melahirkan. Kurang tersedia tenaga kesehatan. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk. Ibu harus dijahit.

37

6) 7) 8)

Bayi perlu diberi vitamin K dan tetes mata segera. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur. Colostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik dan bahkan tidak baik untuk bayi.

9)

Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.

10)

Tenaga

kesehatan

belum

sependapat

tentang

pentingnya memberi kesempatan inisiasi dini pada bayi lahir dengan operasi cesarea (Utami Roesli, 2008). 2.4 Masa Nifas 2.4.1 Pengertian Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intra partum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil berlangsung sekitar enam minggu (Varney, 2007:958). Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal (Obstetri William, 2005: 443). Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung selama 6 minggu (Saifuddin, 2006:122).

38

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar enam minggu (Helen varney,2007: 958). 2.4.2 Perubahan fisiologis Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu: a. b. c. d. e. 2.4.3 Perubahan fisik. Involusi uterus dan pengeluaran lochea. Laktasi/ pengeluaran air susu ibu. Perubahan system tubuh lainnya. Perubahan psikis (Saifuddin, 2006).

Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

39

d.

Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2006).

2.4.4

Pemeriksaan Pasca Persalinan Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu sesudah melahirkan.

Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian (www.Hanafiah, 2008). Pemeriksaan pasca persalinan meliputi : 1) Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll 2) Keadaan payudara dan puting susu. 3) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum. 4) Sekret yang keluar (lochia, flour albus). 5) Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa). Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan (www.Hanafiah, 2008). 2.4.5 Kebijakan Teknis Program sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani, masalah-masalah yang terjadi (Saifuddin, 2006:123).

40

a.

Kunjungan pertama Kunjungan ini dilakukan pada saat 6-8 jam setelah persalinan, adapun tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan masa nifas akibat atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, memberikan konseling pada ibu bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas, pemberian ASI awal. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Petugas kesehatan harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b.

Kunjungan kedua Pemeriksaan masa nifas ini dilakukan pada saat 6 hari setelah persalinan dengan tujuan memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak bau, menilai adanya tanda demam, infeksi atau

perdarahan. Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda bahaya penyulit.

41

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. Kunjungan ketiga Kunjungan yang ketiga dlakukan pada saat 2 minggu setelah persalinan, hal-hal yang dilakukan pemeriksaan pada saat ini sama halnya seperti pada pemeriksaan kunjungan kedua d. Kunjungan keempat Kunjungan ibu dilakukan saat 6 minggu setelah persalinan dengan menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayai alami dan memberikan konseling KB secara dini. 2.4.6 Perubahan Fisiologis dalam Masa Nifas a. Involusi Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Regenerasi endometrium lengkap pada tempat

perlekatan memakan waktu hamper enam mnggu. Epitel

42

tumbuh pada saat pendekatan tersebut dari samping dan dari sekitar lapisan uterus, dan keatas dari bawah tempat perlekatan plasenta. Pertumbuhan endometrium ini

membuat pembuluh darah mengalami pembekuan pada tempat perlekatan tersebut rapuh sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam bentuk lokia. Uterus segera setelah pelahiran bayi, plasenta dan selaput janin, beratnya sekitar 1000 g. Berat uterus menurun sekitar 500 g pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 g pada minggu kedelapan pascapartum. Penurunan ukuran yang cepat ini direfleksikan dengan perubahan lokia uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali menjadi organ panggul. Segera setelah pelahiran, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua pertiga hingga tiga perempat bagian atas antara simpisis pubis dan umbilicus. Letak TFU naik sejajar dengan umbilicus dalam beberapa jam. TFU tetap terletak kira-kira sejajar (atau satu ruas jari dibawah) umbilicus selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di

43

atas simpisis pubis setelah hari kesepuluh pascapartum (Helen Varney, 2007:959).

b.

Lochea Menurut Sarwono Prawirohardjo, 2005 Lochea dibagi menjadi 4 macam yaitu: 1) Lochea rubra atau lochea kruenta Terjadi 1 sampai 3 jari berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah. 2) Lochea sanguinolenta Terjadi 3 sampai 7 hari berwarna putih bercampur merah 3) Lochea serosa Terjadi saat 7 sampai 14 hari berwarna kekuningan 4) Lochea alba Terjadi setelah 14 hari dan berwarna putih.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan diatas kemungkinan:

1) Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang baik.

44

2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran loceha rubra lebih lama karena kontraksi uterus kurang baik 3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan lochea rubra berbau anyir. c. Perubahan dinding abdomen Setelah persalinan dinding begitu lama tetapi biasanya pulih kembali dalam enam minggu. Kadang-kadang pada wanita yang athonis terjadi diastosis dari otot-otot rektus abdominus sehingga bagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri peritonium, facia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini akan menonjol atau berisi, dapat dikembalikan dengan nifas secara teratur. d. Perubahan pada Serviks, perineum, vagina dan vulva Pada serviks terbentuk sel-sel baru karena hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan menjadi sembuh. Berkurangnya sirkulasi progesterone mempengaruhi otototot pada pnggul, perineum, vagina dan vulva. Proses ini membantu pemulihan kearah tonisitas atau elasitas normal dari ligamentum otot rahim, ini merupakan proses bertahap yang akan berguna apabila ibu melakukan : ambulasi dini, senam nifas dan mencegah timbulnya konstipasi.

45

Progesteron juga meningkatkan pembuluh darah pada vgina dan vulva selama kehamilan dan persalinan biasanya menyebabkan timbulnya beberapa hematoma pada jaringan ini dan perineum.

e.

Laktasi Pada hari-hari pertama air susu ibu mengandung kolostrum, yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001-0,025 MM. Produksi air susu ibu berlangsung betul pada hari ke 2-3 hari post partum. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin yang mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu

berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Ini semua terjadi setelah partus dimana pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang, selanjutnya imbul pengaruh hormon-hormon hypofisis kembali antara lain lactogenic hormon. Rangsangan psikis merupakan refleks dari maat ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan, sehingga air susu dapat dikeluarkan pula dan sebagai efek sampingan, memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui

46

bayi sendiri ialah akan adanya kasih sayang sehingga tumbuh suatu ikatan yang dekat antara ibu dan anak. ASI mempunyai sifat melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastroenteritis, radang jalan pernafasan dan paru-paru, otiti media, sehubungan air susu ibu mengandung lactoferin, b lysoyme dan imunoglobulin A. Laktasi merupakan bagian dari rawat gabung, setelah ibu dibersihkan segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat ASI. Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih refleks hisap bayi, membina hubungan psikologis ibu dan anak, membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada puting susu, memberi ketenangan pada ibu dan perlindungan bagi bayi dan mencegah kehilangan panas. Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin, konrak dini (bounding atachment) antara ibu dan bayi. 2.4.7 Asuhan Masa Nifas Normal pada Ibu Post Partum a. Pemenuhan kebutuhan gizi Gizi wanita nifas menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 adalah : 1) Kebutuhan ibu saat nifas yaitu 2800 3000 Kkal, sehingg ibu harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

47

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup diantaranya seperti : protein 64 gr, calsium 1,1 mg, vitamin A 850 (RE), vitamin D 15 ug, vitamin E 20, vitamin K 65 mg, Ribloplavin 1,4 mg, Niacin 15 mg, besi 28 mg dan lain-lain. 3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca salin. 5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A pada bayinya melalui ASI. b. Kebersihan diri dan lingkungan 1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2) Mengajarkan ibu mengenai perawatan perineum yaitu setelah buang air besar atau kecil perineum

dibersihkan secara rutin, caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci, cairan sabun yang hangat atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air besar. 3) Mengajarkan ibu tentang perawatan episiotomi yaitu bila partus dengan episiotomi diberikan sitz bath dua

48

kali sehari, suhu air rata-rata 37C-39C. setelah selesai zith bath luka episiotomi dikeringkan dengan lampu sorot atau lampu pijar 40 watt selama 15 menit dengan jarak 50 cm. 4) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari 5) Mengajarkan ibu perawatan haemorroid yaitu dengan memberikan kompres dingin karena efektif untuk menurunkan atau mengurangi bengkak pada

haemoroid, maka diberikan kompres dengan es. Disamping itu juga dapat menggunakan air hangat (zith bath) dengan suhu air 370C-390C selama 20 menit diulang 4 jam sekali. c. Istirahat 1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangganya perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur 3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan

49

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. d. Olahraga 1) Ambulasi Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar atau turun dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin berjalan lancar 2) Senam nifas Program senam dimulai dari yang sederhana sampai sulit dimulai dengan mengulang tiap 15 kali getaran. Jelaskan pada ibu bahwa latihan beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti dengan posisi tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 kali. Sedangkan untuk memperkuat otot tonus vagina dilakukan latihan kegel yaitu berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan panggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali, mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk

50

setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu keenam setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. e. Perawatan payudara 1) 2) Menjaga payudara tetap kering dan bersih Menggunakan BH yang menyokong payudara

3) Apabila putting lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui 4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI diberikan dan diminumkan dengan menggunakan sendok 5) Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum

parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam 6) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, dilakukan : a) Pengompresan payudara dengan menggunakan air kain basah yang hangat selama 5 menit b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut dengan arah Z menuju puting

51

c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak d) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan e) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui payudara keringkan. f) Payudara dikeringkan.

f. Keluarga Berencana 1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-

kurangnya dua tahun sampai ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. membantu Namun petugas kesehatan dapat dengan

merencanakan

keluarganya

mengajarkan mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. 2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel telur sebelum dia mendapatkan haid selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu setelah

52

dijelaskan oleh petugas, ada baiknya untuk bertemu dengan lagi 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut dapat berjalan dengan baik. g. Tanda Bahaya Post Partum Menurut Buku Panduan Mahasiswa Prodi Kebidanan, tanda bahaya post partum diantaranya adalah : 1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saiter dalam waktu setengah jam). 2) Pengeluaran cairan vaginal (lochea) dengan bau busuk yang keras. 3) Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung. 4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric atau masalah penglihatan. 5) Pembengkakan pada wajah dan tangan 6) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidak enak badan 7) Payudara yang memerah, panas dan atau sakit 8) Kehilangan selera makan untuk waktu yang

berkepanjangan

53

9) Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan pada kaki 10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi 11) Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah. (Saifudin,2007). 2.4.8 Panduan Menyusui untuk Ibu Pada masyarakat modern, kecenderungan wanita untuk menyusui semakin menurun. Hal ini dikarenakan tuntutan mereka sebagai wanita karir. Meski demikian, banyak juga yang menyadari keuntungan jangka panjang menyusui bagi anak-anaknya, dimana dikenal sebagai faktor penting dalam membentuk daya tahan tubuh anak. Diluar fakta bahwa ASI mengadung semua nutrisi yang dibutuhkan anak, ASI juga merupakan cara terbaik untuk mempererat ikatan emosional antara ibu dan anak (www.Admin, 2008). Proses Menyusui yang Benar :
a. b.

Mulailah menyusui segera setelah melahirkan Carilah posisi nyaman, dimana bayi anda mudah meraih puting susu anda, pastikan juga anda merasa nyaman dengan posisi tersebut

c.

Selalu lakukan kontak mata saat menyusui

54

d.

Rawatlah puting dan daerah areola anda dengan menghindari penggunaan sabun yang bisa membuat area tersebut mengalami kekeringan

e. f.

Susuilah anak anda sesuai kebutuhannya Pakailah bra khusus untuk ibu menyusui yang memberikan sokongan tambahan bagi payudara anda. (www.Admin, 2008).

Posisi Menyusui Getting Comfortable, pastikan ibu dalam keadaan nyaman dan rileks, sehingga memudahkan bagi ibu dan bayi dalam menyusui. Cobalah untuk duduk di bangku yang mempunyai penyangga belakang, ibu bisa menggunakan bantal untuk menyangga lengan ibu dalam menyusui (www.Admin, 2008). Jika diperlukan, istirahatkan kaki ibu dengan menggunakan alat penyangga kaki, seperti gambar di bawah ini. A B

Gambar 2-1. (A).Menyusui dengan menggunakan alat penyangga kaki. (B).Menyusui tanpa menggunakan alat penyangga kaki. (www.Admin, 2008).

55

Breastfeeding positions A B C

Gambar 2-2. (A). Posisi klasik yang disebut 'front hold' atau 'cradle position' (B). Posisi 'underarm position' atau 'footy hold'. Posisi ini memungkinkan untuk menyusui kembar secara bersamasama. (C). Posisi posisi 'lying down', merupakan posisi yang paling bagus untuk Ibu yang melahirkan secara caesar (www.Admin, 2008).

2.5.

Bayi Baru Lahir Kemampuan bayi untuk bertahan hidup bergantung pada kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan di luar kandungan. Hal ini meliputi adaptasi sirkulasi kardiopulmonal dan penyesuaian fisiologis lainnya untuk menggantikan fungsi plasenta dan

56

mempertahankan keseimbangan. Hubungan orang tua dengan bayi juga dimulai pada tahap ini (Fraster dan Cooper, 2009: 690). Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama dua jam pertama setelah kelahiran (Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal, 2002). Konsep dasar bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 4000 gram dan nilai apgar score antara 7-10. sedangkan neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari. Neonatus merupakan organisme yang sedang tumbuh dan baru mengalami proses kelahiran sehingga harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Saipuddin, 2007:132). Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi setelah bayi tersebut selama jam pertama setelah melahirkan (Sarwono, 2002 : N 30). 2.5.1 Periode transisi Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauteri. Aktivitas periode transisi ini mencerminkan kombinasi respons simpatis terhadap stress kelahiran dan respon parasimpatis (yang ditandai dengan adanya mucus, muntah dan peristaltic). Keberadaan hormone stress membantu mengaktifkan aktivitas kehidupan ektrauteri sepenuhnya.

57

Perilaku bayi baru lahir selama periode transisi dapat berubah jika bayi secara signifikan mengalami distress atau sangat dipengaruhi oleh penggunaan obat saat persalinan. Menurut Helen Varney, 2007:891 bahwa Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap, diantaranya: a. Periode reaktif yang segera dimulai setelah kelahiran bayi dan berlangsung sekitar 30 menit b. Interval yang berlangsung dari 30 menit setelah kelahiran sampai sekitar dua jam setelah kelahiran, selama bayi baru lahir tidur c. Periode reaktif lain yang barlanjut dari 2 jam setelah kelahiran sampai bayi berusia sekitar 6 jam. 1. Klasifikasi Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a. Bayi normal (sehat) memerlukan perawatan biasa b. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulangan khusus seperti adanya asfiksia dan perdarahan (Saifuddin, 2006). 2. Tanda Bayi Baru Lahir Normal Tanda bayi baru lahir normal dapat kita lihat dari : a. Keadaan umum bayi sehat, tampak kemerahan, aktif, tonus otot baik, menangis kuat, minum baik, suhu tubuh 36-370C b. Berat badan bayi 2500-4000 gram dalam 3 hari berat badan anak turun karena mengalami pengeluran kencing dan mekonium, namun setelah hari keempat akan baik

58

c. Tinja berwarna hijau tua saat terbentuk mekonium di dalam pencernaan sejak janin berumur 16 minggu.

3. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir a. Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi seperti : 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi. 2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan 3) Pastikan semua peralatan (klem, gunting, pengikat tali pusat) dll, telah di DTT atau steril. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi 4) Pastitkan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih, demikian juga timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi juga harus bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan (APN Revisi, 2007:95). 4. Imunisasi Jenis - jenis imunisasi pada bayi :

59

a.

BCG Tujuan : kekebalan aktif terhadap TBC Cara imunisasi : 1) Diberikan pada umur bayi kurang dari 2 bulan sampai dengan 12 bulan 2) Jika pada bayi lebih dari 3 bulan, terlebih dahulu dilakukan uji tuberculin. 3) Dosis yang diberikan sebanyak 0,05 ml disuntikan secara intracutan di musculus deltoideus kanan atau paha kanan atas 4) BCG ulang tidak dianjurkan Kontraindikasi 1) Reaksi uji tuberculin > 5 mm 2) Infeksi HIV 3) Gizi buruk 4) Demam 5) Infeksi kulit 6) Pernah TBC

b. DPT Tujuan : kekebalan aktif terhadap DPT Cara imunisasi : 1) Diberikan sebanyak 3 kali 2) Pemberian pertama sejak umur bayi 2 bulan, pemberian selanjutnya selang 4 6 minggu :

60

a.DPT I b.DPT II c. DPT III

: 2 4 bulan : 2 5 bulan : 4 6 bulan

3) Dosis yang diberikan sebanyak 0,5 ml IM Kontraindikasi : 1) Sakit parah 2) Kejang, demam 3) Batuk, pilek, diare ringan 4) Batuk rejan 5) Gangguan kekebalan tubuh c. Vaksin Poliomyelitis Tujuan : kekebalan terhadap polio Cara imunisasi : 1) Diberikan per oral 2) Diberikan pada bayi usia 4 6 minggu 3) Diberikan bersama BCG, hepatitis B dan DPT 4) Dosis yang diberikan sebanyak 2 tetes Kontraindikasi 1) Diare berat 2) Suhu > 38,5 C 3) Mengidap HIV d. Vaksin Campak Tujuan : kekebalan terhadap campak

61

Cara imunisasi : 1) Pemberian sebanyak 1 kali 2) Diberikan pada umur bayi 9 bulan 3) Dosis yang diberikan sebanyak 0,5 ml subkutan/IM Kontraindikasi 1) Demam 2) Kurang gizi 3) TBC 4) Gangguan kekebalan e. Hepatitis B Tujuan : kekebalan terhadap penyakit hepatitis Cara imunisasi : diberikan sebanyak 3 kali interval yaitu : 1) 1 2 bulan (suntikan I ke II) 2) 5 bulan (suntikan II ke III) 3) Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian dasar 5. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu : a. b. Pernapasan Kehangatan 36 C) c. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar : sulit atau lebih dari 60 kali per menit : terlalu panas (> 38C atau terlalu dingin <

62

d.

Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah

e.

Tali pusat

: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah

f.

Infeksi

: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernapasan sulit

g.

Tinja/ kemih

: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja

h.

Aktivitas

: menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu

mengantuk, lunglai, kejang, menangis terus menerus. 2.6 Manajemen Kebidanan 2.6.1 Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori, penemuan, keterampilan dalam tahapan yang logis untuk mengambil keputusan yang berfokus kepada klien. 2.6.2 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan a. Pengumpulan data Data utama, data subjektif yang diperoleh dari anamnesis dan data obyektif dari pemeriksaan fisik. Data

63

subyektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya data subyektif juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau sakit. Data obyektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara : 1) Anamnesis dan observasi langsung 2) Pemeriksaan fisik 3) Pemeriksaan penunjang 4) Catatan medik b. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi masalah Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis untuk mendukung alur algoritma diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan diagnosis merupakan suatu proses sirkuler yang berlangsung terus-menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secara terus-menerus.

64

Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah, diperlukan : 1. Data yang lengkap dan akurat 2. Kemampuan untuk menginterprestasi/analisis data 3. Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada Diagnosis menunjukan variasi kondisi yang berkisar antara normal dan patologik yang memerlukan upaya korektif untuk menyelesaikannya. c. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah mengembangkan berbagai

kemungkinan diagnosis lain. Rumusan masalah dapat pula merupakan masalah utama yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau faktor lain yang berkontribusi dalam terjadinya masalah utama. d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi masalah Petugas kesehatan di lini depan seperti bidan di desa, tidak hanya diharapkan terampil untuk membuat

diagnosis bagi pasien atau klien yang dilayaninya tapi juga harus mendeteksi setiap situasi yang dapat

65

mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya apabila situasi gawat darurat memang terjadi. e. Menyusun rencana asuhan atau intrvensi Rencana asuhan atau intervensi dikembangkan melalui kajian data yang telah diperoleh, identifikasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan intervensi dan mengukur sumber daya atau kemampuan yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk membuat klien dapat dilayani secara baik dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial dapat mengganggu kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam

keselamatan ibu dan bayi. f. Melaksanakan asuhan Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan

rencana tersebut dengan tepat waktu dan aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu dan atau bayinya yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan.

66

g.

Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan saat itu. Proses pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan sendiri, melaksanakan asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler (melingkar).

2.7 Pendokumentasian 2.7.1 Definisi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka, baik tulisan, video, film, gambar dan foto. Dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. (Poerwadarminta, 2003). 2.7.2 Tujuan Pendokumentasian Tujuan pendokumentasian, yaitu : a. b. c. d. e. Sebagai sarana komunikasi Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai informasi statistik Sebagai sarana pendidikan Sebagai sumber data penelitian

67

f. g.

Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan Sebagai sumber data perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan

2.7.3

Sifat Dokumentasi Sifat dokumentasi ada dua yaitu : 1. Tertutup Bila bersifat rahasia, tidak pantas diperlihatkan,

diungkapkan dan disebarluaskan kemasyarakat. 2. Terbuka Dokumentasi selalu berinteraksi dengan lingkungan dan menghimpun informasi. 2.7.4 Teknik Pencatatan Dokumentasi a. b. c. Mencantumkan nama pasien pada setiap catatan lembaran Menulis dengan tinta hitam Menggunakan singkatan atau simbol yang disepakati atau dikenal di institusi tersebut d. Mencantumkan tanggal, jam, suatu tindakan atau obervasi dilakukan e. Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi, pemeriksaaan atau tindakan oleh yang melakukan. f. g. h. Temuan digambarkan secara jelas Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda penutup

68

i.

Tidak boleh ditipex atau dihapus. Coretan harus disertai nama yang mencoret atau memperbaiki kesalahan catatan.

Bentuk Format Dokumentasi yang Dapat Digunakan untuk Mengidentifikasi dan Mengatasi Masalah Klien a. SOAP Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien S : Subjektif adalah pernyataan atau keluhan dari

pasien. O : Objektif adalah data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan diperiksa oleh bidan selagi melakukan pemeriksaan. A : Analisis atau asessment adalah kesimpulan yang dibuat berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data subjektif dan objektif yang sudah

dikumpulkan. P : Planning adalah rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.

You might also like