You are on page 1of 3

e-Voting

Rakhmad Azhari Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia email: rakhmad@cs.ui.ac.id 1 Juni 2005
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membawa perubahan yang besar bagi manusia, termasuk cara unPenggunaan voting sebagai media untuk mencari keputus- tuk melaksanakan voting. Penggunaan teknologi komputer an yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak telah pada pelaksanaan voting ini dikenal dengan istilah electronic dimulai sejak lama. Dalam pelaksanaannya, banyak terjadi voting atau lazim disebut dengan e-Voting. penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian golongan masyarakat untuk kepentingan mereka sendiri. Hal ini menyebabkan timbulnya konik di masyarakat, serta menurunnya 2 Sistem Voting Konvensional tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pihak penyelengDari penjelasan sebelumnya, dapat dilihat bahwa voting adagara voting dan pihak pemenang voting tersebut. Penggunaan teknologi informasi dalam proses voting lah kegiatan yang memiliki resiko yang cukup tinggi. Hal ini diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah-masalah disebabkan banyak kepentingan yang tercakup didalamnya. tersebut. Akan tetapi, apakah e-Voting merupakan solusi Prosedur pelaksanaan voting telah diatur agar kerahasiaan yang tepat untuk diimplementasikan di Indonesia?, atau ma- dan keabsahan dari proses pemungutan suara tersebut dasih diperlukan banyak pembenahan sebelum implementasi pat terjaga, sehingga tidak akan terjadi kontroversi mengenai hasil voting tersebut. Secara garis besar, voting dapat dibae-Voting tersebut berhasil dilaksanakan di Indonesia. gi menjadi 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu pendaftaran para pemilih, pemungutan suara dan penghitungan hasil. Dalam sistem voting standar, pada masing-masing tahapan masih 1 Pendahuluan menggunakan proses manual dengan menggunakan banyak tenaga manusia dalam melaksanakan tahapan-tahapan terseVoting telah menjadi salah satu metode untuk mengambil but. keputusan penting dalam kehidupan manusia. voting diguDalam pelaksanaan voting, sering terjadi kesalahannakan mulai dari tingkat masyarakat terkecil, yaitu keluar- kesalahan yang disebabkan oleh human error, atau disega, sampai dengan sebuah negara. voting digunakan untuk babkan karena sistem pendukung pelaksanaan voting yang menghimpun aspirasi dari seluruh elemen masyarakat, dan tidak berjalan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa perkemudian menemukan jalan keluar yang dianggap paling ba- masalahan yang timbul dalam pelaksanaan voting di Indoneik untuk menyelesaikan permasalahan. voting memiliki ba- sia selama ini: nyak tipe pelaksanaan, [2] menjelaskan mengenai tipe-tipe 1. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendaftaran pepelaksanaan voting dan ilustrasi pelaksanaannya. milih. Kesalahan ini terjadi karena sistem kependudukDalam negara yang menganut sistem politik demokrasi, an yang masih belum berjalan dengan baik. Konsep voting digunakan untuk mengambil keputusan negara yang penggunaan banyak kartu identitas menyebabkan basangat krusial, antara lain adalah untuk memilih wakil-wakil nyaknya pemilih yang memiliki kartu suara lebih dari rakyat, atau untuk memilih pemimpin negara yang baru. Aksatu buah. Keadaan ini seringkali dimanfaatkan oleh an tetapi, tidak seluruh warga negara dapat memberikan supihak-pihak tertentu untuk meningkatkan jumlah suara ara mereka dalam voting. Terdapat beberapa persyaratan pilihannya sehingga dapat memenangkan voting terseyang harus dipenuhi oleh warga negara tersebut untuk menbut. dapatkan haknya, dan negara wajib untuk melindungi warga negara tersebut dalam memberikan suaranya. Oleh karena 2. Pemilih salah dalam memberi tanda pada kertas suara, itu, voting membutuhkan prosedur pelaksanaan yang dapat karena ketentuan keabsahan penandaan yang kurang jemenjamin kerahasiaan dan keabsahan dari hasil pelaksanaan las, sehingga banyak kartu suara yang dinyatakan tidak voting tersebut. sah. Pada tahapan verikasi keabsahan dari kartu suara, Sebagian dana riset ini dibiayai dengan Hibah-B DIKTI untuk FASILsering terjadi kontroversi peraturan dan menyebabkan konik di masyarakat. KOM UI 1

Abstrak

3. Proses pengumpulan kartu suara yang berjalan lambat, karena perbedaan kecepatan pelaksanaan pemungutan suara di masing-masing daerah. Penyebab lainnya adalah kesulitan untuk memeriksa keabsahan dari sebuah kartu suara, sehingga pengumpulan tidak berjalan sesuai dengan rencana. 4. Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap daerah berjalan lambat karena proses tersebut harus menunggu semua kartu suara terkumpul terlebih dahulu. Keterlambatan yang terjadi pada proses pengumpulan, akan berimbas kepada proses penghitungan suara. Lebih jauh lagi, proses tabulasi dan pengumuman hasil perhitungan akan meleset dari perkiraan sebelumnya. 5. Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitungan suara dari daerah. Kendala utama dari proses tabulasi ini adalah kurangnya variasi metode pengumpulan hasil penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya infrastruktur teknologi komunikasi di daerah. Oleh karena itu, seringkali pusat tabulasi harus menunggu data penghitungan yang dikirimkan dari daerah dalam jangka waktu yang lama. Akibat dari hal tersebut, maka pengumuman hasil voting akan memakan waktu yang lama. 6. Permasalahan yang terpenting adalah kurang terjaminnya kerahasiaan dari pilihan yang dibuat oleh seseorang. Banyak pemilih mengalami tekanan dan ancaman dari pihak tertentu untuk memberikan suara mereka kepada pihak tertentu. Lebih buruk lagi, terjadi jual-beli suara di kalangan masyarakat tertentu, sehingga hasil voting tidak mewakili kepentingan seluruh golongan masyarakat. Permasalahan-permasalahan diatas akan menimbulkan kontroversi terhadap keabsahan hasil voting dan memicu munculnya konik antara golongan masyarakat yang memiliki perbedaan kepentingan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa ketidakpuasan terhadap hasil voting dapat mengakibatkan pertumpahan darah diantara golongan masyarakat. Penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan voting diharapkan dapat mengurangi tingkat kesalahan yang muncul selama ini. Dengan demikian potensi terjadinya konik dalam masyarakat dapat dihindari. Harapan ini yang menyebabkan besarnya desakan untuk menggunakan bantuan komputer dalam pelaksanaan voting.

pengganti kartu suara, dan masih banyak variasi teknologi yang digunakan. Penerapan e-Voting telah berjalan di beberapa negara di benua Eropa dan Amerika. Masing-masing negara memiliki sistem e-Voting tersendiri yang telah disesuaikan dengan keadaan dan infrastruktur yang dimiliki negara tersebut. Sebagai contoh, negeri Belanda memiliki sistem e-Voting yang dinamakan RIES (Rijnland Internet Election System). Sistem ini menggunakan internet sebagai media pengumpulan suara. [4] menjelaskan detil sistem tersebut dan melakukan analisis terhadap mekanisme pemungutan suara dalam sistem RIES. Walaupun sistem e-Voting memberikan banyak keuntungan bagi manusia dalam melaksanakan pemungutan suara, terdapat beberapa permasalahan yang muncul akibat dari implementasi sistem ini: Tingkat keamanan sistem e-Voting. [6] melakukan analisis terhadap bagian dari salah satu sistem e-Voting yang cukup banyak digunakan, yaitu Diebold System, dan ternyata sistem tersebut memiliki beberapa kelemahan dalam keamanannya. Penggunaan internet yang sangat rentan dengan gangguan dari luar. Muncul dugaan bahwa dapat terjadi perubahan data hasil pemungutan suara. Untuk itu, penggunaan algoritma enkripsi dalam e-Voting mulai dianjurkan. Salah satunya, [3] yang menerangkan algoritma enkripsi yang sebaiknya digunakan dalam proses pengiriman data hasil pemungutan suara dalam e-Voting. Penggunaan perangkat lunak yang tidak dapat diaudit oleh publik. Kekhawatiran yang muncul adalah adanya kecurangan yang dapat memanipulasi hasil pemungutan suara. Masalah-masalah diatas mengakibatkan terjadinya kontroversi terhadap keabsahan hasil penghitungan suara, yang menyebabkan implementasi e-Voting tidak efektif, karena menghasilkan permasalahan yang sama dengan sistem voting standar. Untuk mengatasi permasalahan itu, maka diperlukan sebuah standar yang mengatur tentang pelaksanaan e-Voting. [5] mengajukan 9 (sembilan) persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem e-Voting.

e-Voting di Indonesia

Electronic Voting (e-Voting)

Pengertian dari electronic voting (e-Voting) secara umum adalah penggunaan teknologi komputer pada pelaksanaan voting. [1] menjelaskan secara umum sejarah, jenis Electronic Voting, keuntungan dan kerugian dalam penggunaannya. Pilihan teknologi yang digunakan dalam implementasi dari e-Voting sangat bervariasi, seperti penggunaan smart card untuk otentikasi pemilih, penggunaan internet sebagai sistem pemungutan suara, penggunaan touch screen sebagai 2

Untuk melakukan implementasi e-Voting di Indonesia, dibutuhkan banyak pembenahan dalam bidang kehidupan. Pembenahan tersebut harus dimulai dengan memperbaiki sistem pendidikan, agar tingkat pengetahuan masyarakat mengenai teknologi informasi menjadi lebih baik. Masalah lain yang cukup serius harus dilakukan pada infrastruktur teknologi yang dimiliki saat ini, agar pelaksanaan e-Voting tidak sia-sia. Pembenahan lain juga perlu dilakukan terhadap sistem pendukung pelaksanaan voting, misalnya perbaikan terhadap sistem pencatatan kependudukan. Hal ini akan memudahkan tahapan pendataan warga negara yang

berhak memberikan suaranya. Pembenahan-pembenahan ini harus dilakukan sesegera mungkin, mengingat besarnya peranan teknologi informasi dalam kehidupan kita. Jika mengalami ketertinggalan dalam teknologi informasi, maka Indonesia akan menghadapi kesulitan dalam persaingan dengan negara-negara lain.

Penutup

Electronic voting dengan semua kelebihan dan kekurangannya, dapat menjadikan proses voting menjadi lebih baik. Sebagai bahan pembelajaran, masih banyak pembenahan yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mencoba pelaksanaan voting dengan bantuan teknologi informasi. Besar harapan kita, penggunaan teknologi komputer akan membawa kehidupan Indonesia menuju keadaan yang lebih baik di masa depan.

Pustaka
[1] Electronic voting. http://en.wikipedia.org/wiki/ E-voting, May 2005. Wikipedia, the free encyclopedia. [2] Vote. http://en.wikipedia.org/wiki/Voting, May 2005. Wikipedia, the free encyclopedia. [3] Moti Yung Aggelos Kiayias. The vector-ballot e-voting approach. FC 2004, 3110:7289, 2004. [4] W.Pieters E.Hubbers, B.Jacobs. Ries - internet voting in action. Technical report, Institute for Computing and Information Sciences, University of Nijmegen, 2004. [5] Association of Information Technology Professionals. Legislative committee resolution awaiting bod approval. http://www.aitp.org/newsletter/2004julaug/ index.jsp?article=evoteside.htm, 2004. [6] Aviel D. Rubin Dan S. Wallach Tadayoshi Kohno, Adam Stubbleeld. Analysis of an electronic voting system. Technical report, IEEE Symposium on Security and Privacy, 2004.

You might also like