You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga tugas makalah mengenai MOLA HIDATIDOSA dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa sumber buku maupun text book . Kami menyelesaikan makalah ini sesuai dengan kemampuan kami, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari itu kami kelompok 1 Group A2 sebagai penyusun makalah ini memohonkan maaf yang setinggi-tingginya apabila terdapat kesalahan konsep ataupun tulisan di makalah ini. Kami juga mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari pembaca / Dosen / Asisten Lab agar makalah ini lebih sempurna dan memperbaiki tugas kami berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baik bagi penyusun maupun pembaca. Terimakasih

Medan , April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1 NAMA-NAMA KELOMPOK..2 KATA PENGANTAR...3 DAFTAR ISI.4 BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang5 Tujuan Penulisan Masalah.5 BAB II PEMBAHASAN Pengertian..7 Epidemiologi........8 Etiologi.8 Patogenesis..9. Manifestasi Klinik. Pemeriksaan Penunjang Periosdopi.. Komplikasi.. Diagnosis Diagnosis banding. Penatalaksanaan.. Prognosis Prognosa. Pengobatan BAB III PENUTUP Kesimpulan. Saran DAFTAR PUSTAKA..

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG :
Didunia sejumlah kematian ibu makin meningkat hampir setiap hari pertambahan AKI. Dalam 1 jam ada 2 orang ibu yang kehilangan nyawanya atau meninggal. Penyebab kematian ibu dalam pertolongan persalinan yang terlambat, kehamilan ibu yang terganggu misalnya ibu menderita penyakit yang berat, preeklampsi, dll. Kesalahan mendiagnosa kehamilan juga akan membahayakan ibu dan anaknya. Seperti mendiagnosa mola hydatidosa yang bila dilakukan pemeriksaan tidak intensif ibu akan didiagnosa hamil.
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Mola Hidatidosa banyak ditemukan di Negara negara asia, Afrika dan Amerika latin daripada di Negara negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakitwanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45tahun.Penyebab Mola tidak diketahui, faktor faktor yang dapatmenyebabkan antara lain yaitu keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietastinggi. Keluhan dari penderita seperti gejala gejala hamil muda yang kadang kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya.

TUJUAN PENULISAN MAKALAH


- Untuk melengkapi tugas - Untuk mengetahui lebih jelas Mola Hidatidosa - Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan ibu yang menderita Mola Hidatidosa - Deteksi dini perubahan-perubahan pada ibu yang menderita Mola Hidatidosa.
- Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa. - Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan MolaHidatidosa parsial. - Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
3

- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis. - Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa. - Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.

BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN [3]
Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh wilayah vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik yang terjadi pada awal kehamilan.
Mola hidatidosa juga dikatakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin. Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa. Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur.Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan disertai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan hidrofik. Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.

2. EPIDEMYOLOGI[2,4,5,7]
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latindibandingkan dengan negara negara barat lainnya.Dinegara negara barat dilaporkan 1: 200 atau 2000 kehamilan . Di Negaranegara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. . Biasanya dijumpai lebih sering pada umurreproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara.Jadi dengan meningkatkanparitas kemungkinan menderita mola lebih besar.

3,Etiologi[8]
Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi. Namun yang paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein.Faktor resiko terjadinya mola adalah status sosial-ekonomi yang rendah , diet rendah protein, asam folat dan

karotin. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.

4. Patogenesis
Mola Hidatidosa berkembang dari trofoblas ekstraembrionik. Mola Hidatidosa terbagi menjadi : 1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. 2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial) , jika disertai janin atau bagian janin. Mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri-ciri histologik: ada gambaran proliferasi trofoblas,degenerasi hidropik villi chorialis dan berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein,(25-30%). Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilisasi sebuah telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif (lihat gambar).Mola menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel hidropik (berisi cairan) bertumbuh dengan cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari usia kehamilan yang seharusnya..Biasanya mola tidak mengandung janin, plasenta, membran amniotik atau air ketuban.Darah maternal tidak memiliki plasenta.Oleh karena itu, terjadi perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui vagina.Pada sekitar 3% kehamilan, mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma (suatu neoplasma ganas yang bertumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada kehamilan mola sebagian jauh lebih kecil dibanding kehamilan mola komplet.Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal.Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma.Pada mola yang komplet, vili khoriales memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat tropoblastik hiperplasia.mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46xx sering, 46 xy jarang, tapi 46xx nya berasal dari reduplikasi haploid SPERMA dan tanpa kromosom dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid, 69xxx atau 69xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia).

Mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus.Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas.Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya, Mati pada trimester pertama.mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan.Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok.

Gambar 1. Mola hidatidosa komplet Gambar 2. Gambaran mikroskopik Mola hidatidosa komplet

Gambar 3. Gambaran mikroskopik Mola hidatidosa inkomplet Gambar 4. Mola hidatidosa inkomplet

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadang-kadang ada janin.Gelembung itu sebesar bulir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast.Pada pemeriksaan chromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua karus mola susunan sex chromatin adalah wanita.Pada mola hydatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein ka-dang-kadang hanya pada satu ovarium kadang-kadang pada keduanya.

Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan. B-hCG meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggi menimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi. Teori Acosta-Sison : defisiensi protein.

5. Manifestasi klinik
Amenore dan tanda tanda kehamilan Perdarahan pervagina berulang, dari bercak sampai perdarahan berat. Darah cenderung berwarna cokelat.sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa

minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS. Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab. Gejala-gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II (tekanan darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai,

proteinuria). Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti.

6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan sonde uterus (Hanifa). Tes Acosta Sison. Dendan tang abortus, gelembung mola dapat

dikeluarkan. Peningkatan kadar beta hCG darah atau urin. Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern) Foto toraks ada gambaran emboli udara.

10

Pemeriksaan

dan

bila ada gejala tirotoksikosis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : 1. Serum -hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan -hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu) 2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal 3. Foto rontgen dada

7. Predisposisi
1. F. ovum sudah patologis sehingga mati,tetapi terlambat dikeluarkan 2. Imuno selektif dan trofoblas 3. Keadaan sosek menurun 4. Paritas tinggi 5. Kekurangan protein 6. Infeksi oleh virus dan F. kromosom

8. Komplikasi
- Perdarahan yang hebat sampai syok - Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia - Infeksi sekunder - Tirotoksikosis

- Eklampsia
- Perforasi karena tindakan atau keganasan

9. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sepertilaboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejalaklasik yakni:

11

1. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahanvaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina.Gejala ini terdapat dalam 97% kasus. 2. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakanakibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG. 3. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit yanghangat. Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onsetgejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejalamola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan gejalaseperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dantidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola kompletdidapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri).Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yangeksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yangterjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein,yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium.Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapatdiidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar betaHCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Biladidapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakankomplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehinggapemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsihati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin.Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk

12

mengidentifikasi kehamilanmola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang mengindikasikan vilikhoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intra uterin yangkompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa,maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru merupakan tempatmetastasis pertama bagi PTG.Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus,terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagaitambahan pada mola komplet

memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Padamola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.

I Klinis a. Berdasarkan anamnesis: ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yangberlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklatdan kadang bergelembung seperti busa.

b. Pemeriksaan fisik Inspeksi : muka dankadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola(mola face) c. Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek tidak terababagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin. d. Auskultasi : tidak terdengar bunyidenyut jantung janinPemeriksaan dalam : Memastikan besarnyauterus, Uterus terasa lembek, Terdapat perdarahandalam kanalis servikalis

Hasil Penemuan Fisik. I) Mola sempurna 1) Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripadabiasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna.Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan

13

trofoblastik berlebih dan darah yangtertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahkanlebih kecil tidak jarang ditemukan. 2) Preeklampsia: Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai olehadanya hipertensi (tekanan darah [BP] >140/90 mm Hg), proteinuria (>300 mg/d), dan edemadengan hyperreflexia. Kejang jarang terjadi.. 3) Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan diikutidengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaanbimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis.Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibatadanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola Gambar 1.Contoh dari Mola Sempurna

II) Mola Parsial 1) Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG 2) Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus 3) Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi

III) Mola Kembar 1) Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah dilaporkan.Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini juga pernahdilaporkan. 2) Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderungdapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan. 3) Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan, thyrotoxikosis,atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi

14

tahu mengenai resiko dari morbiditas maternalakibat komplikasi mola kembar. 4) Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesisdirekomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

II LaboratoriumPengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik danimunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli Mainini1/300 (+) maka suspek molahidatidosa

III Radiologik - Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin- USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

IV Uji Sonde (cara Acosta-sison)Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awalcurretage.

V Histopatologik Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab.

11. Penatalaksanaan
1. Evaluasi a. Perbaiki keadaan umum b. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20

minggu sesudah hari ketujuh . c. Untuk memperbaiki kontrasksi , sebelumnya diberikan uterotonik (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500ml NaCl 0,9 % ) . Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan histerotomi. d. Histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup anak. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup 3.

15

e. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada kasus dengan risiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi f. Pemeriksaan ginekologi , radiologi , dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bias berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama . Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi negative selama 3 minggu lalu tiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto toraks tiap 6 bulan sampai kadar beta hCG negatif. g. Mola harus dikeluarkan seluruhnya dari dalam rahim yang biasanya dilakukan melalui tindakan dilatasi dan kuretase atau lebih dikenal sebagai kuret. Sebagai alternatif dapat digunakan obat oksitosin atau prostaglandin untuk membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Setelah itu tindakan kuretase tetap harus dilakukan untuk memastikan rahim sudah bersih. h. Ibu harus memeriksakan darah dan air seninya secara teratur selama 1 tahun setelah dilakukannya tindakan untuk memastikan hormon hCG kembali normal dan tidak ada pertumbuhan jaringan plasenta lagi. Apabila terapi berhasil dengan baik maka wanita pada umumnya dapat kembali hamil lagi jika mereka menginginkannya. Namun penting untuk diingatkan bahwa sebaiknya wanita dengan mola tidak hamil terlebih dahulu selama 12 bulan pertama i. Secara medis pasien distabilkan dahulu, dilakukan transfusi bila terjadi anemia, koreksi koagulopati dan hipertensi diobati. Evakuasi uterus dilakukan dengan dilatasi dan kuretase penting dilakukan. Induksi dengan oksitosin dan prostaglandin tidak disarankan karena resiko peningkatan perdarahan dan sekuele malignansi. Pada saat dilatasi infus oksitosin harus segera dipasang dan dilanjutkan pasca evakuasi untuk mengurangi kecenderungan perdarahan. Pemberian uterotonika seperti metergin atau hemabate juga dapat diberikan.

Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini terjadi karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF, dan iatrogenik overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator.

16

Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 6 minggu dan penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat selama periode ini. Pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi oral, sistemik atau barier selama waktu monitoring. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG. Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR) tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena terdapat resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG kembali normal. Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan HCG yang dilakukan secara berkala sampai didapatkan kadar HCG normal selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa pasca 48 jam evakuasi mola, kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan terdeteksi dalam 3 minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap bulan sampai dengan tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut turut. Waktu ratarata yang dibutuhkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi setelah evakuasi kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 11 minggu. Tinjauan kepustakaan lain menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar normal sekitar 6-9 bulan. Setelah monitoring selesai maka pasien dapat periksa HCG tanpa terikat oleh waktu. 2. Terapi sitotastika profilaksis Terapi profilaksis diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan misalnya umurnya tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil histopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan methotrexate atau antinomycin D. 3. Pengawasan Lanjutan a. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

b. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun : Setiap minggu pada Triwulan pertama

17

Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

c. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan : Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan Pemeriksaan dalam : Keadaan Serviks Uterus bertambah kecil atau tidak

d. Laboratorium Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil negative 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya 1x3 bulan selama tahun berikutnya Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

12. Prognosis
Ada kebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1 dari 1000 wanita. Kadar hormon yang dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih tinggi dari kehamilan biasa.

Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola hidatidosa parsial jarang . Mola yang terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan menjadi lebih ganas lebih tinggi.

Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi penyakit trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati. Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang tua, kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL), eclamsia, hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah proliferasi trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi PTG masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada atau tidaknya faktor-faktor risiko ini.

18

Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5 .

13. PROGNOSA[2,4,5,6]
- Mortalitas. Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali puat sudah dipotong atau belum (LIVE BIRTH) Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH) Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin) 1) Abortus, kemtian janin menjelang dan sampai 16 minggu. 2) Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur kandungan 28 minggu. 3) Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir. Kematian bayi di luar rahim (extra uterin) 1) Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan. 2) Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan. 3) Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur satu bulan teetapi kurang dari satu tahun. 4) Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.

- Mula destruens.

Merupakan suatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang2 terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.

19

Kehamilan yang berkembang tidak wajar Tidak ditemukan janin Hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik Bila disertai janin atau bagian janin disebut Mola parsial Pembuahan sel telur yang kehilangan intinya atau inti tidak aktif lagi

- Koriokarsinoma.
Koriokarsinoma adalah sebuah tumor ganas yang terdiri dari lapisan trofoblasma seluler dan sinsital. Istilah koriokarsinoma adalah istilah yang lebih tepat digunakan untuk kanser jenis ini, korio adalah istilah yang diambil dari vili korionik (chorionic villi) iaitu salah satu komponen uri manusia. `Istilah karsinoma pula merujuk kepada kanser yang berasal dal sel-sel epitelial. Disebabkan kanser ini mempunyai atau berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta maka salah satu ciri khusus kanser ini adalah ia boleh menghasilkan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) yang sangat tinggi malah lebih tinggi daripada wanita-wanita yang hamil. Penyakit koriokarsinoma boleh berlaku kepada sesiapa yang pernah hamil termasuk kepada wanita-wanita yang pernah mengalami kehamilan molar.

14. Pengobatan
Untuk wanita yang masih ingin punya anak, pengobatan dapat dilakukan dengan membersihkan rahim (kuret). Sedangkan untuk yang tidak ingin punya anak, dapat dilakukan dengan pengangkatan rahim.

2.9 Planning 1. Di BPS Pasang infuse rujuk Baksoku 2. Di Rumah Sakit : Pasang Infus kolaborasi dengan Dokter untuk dilakukan curretase. Kalau perd. Banyak dan keluar jaringan mola : Atasi syok dan perbaiki K/U dengan pemberian transfusi / cairan Kalau masih kecil : - Pasang agang laminaria untuk memperlebar - 12 jam - Pasang infuse dex 5% + 10 IU oxytosin pada saat kuret

20

- Lakukan evakuasi isi kavum UT dengan cunam Ab. Yang agak besar - Kalau perd. Banyak tranfusi dan lakukan tampon utero vaginal Selama 12 jam Bahan pem. Histo PA Porsi I : Yang dikeluarkan dengan Cunam Ab Porsi II : Yang dikeluarkan dengan kuret Pemberian obat-obatan - Antibiotika - Uterotonika Dan untukperbaikan K/U Kuretase ke 2 K/P dilakukanpada hari ke 7 10 post kuret 1 Histerektomi dilakukan dengan Mola yang resti yaitu usia > 30 tahun dengan paritas 4 dan uterus sangat besar ( setinggi /> ) 2.9.1 Follow Up - Dianjurkan untuk jangan hamil dulu dan menggunakan kontrasepsi pil - Pemeriksaan ulang selama 2 -3 tahun Tiap minggu pada triwulan I Tiap 2 minggu pada triwulan II Tiap bulan pada 6 bulan berikutnya Tiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya tiap 3 bulan. 2.9.2 Periksa ulang perhatikan : Gejala klinis : perd dan K/U Lakukan Pem. Inspekulo Ro Photo Torax GM HCG

21

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi Korialisnya mengalami perubahan hidrofobik 2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin 3. Mola hidatidosa terbagi menjadi : a. Mola hidatidosa sempurna b. Mola hidatidosa parsial 4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama dari mola hidatidosa 5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium, radiologik dan histopatologik 6. Penatalaksanaan : a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap b. Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-3 tahun

22

c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX) 7. Komplikasi - Syok - Anemia - Infeksi Sekunder

SARAN
- Memberitahukan pada ibu dan keluarganya tentang keadaan ibu - Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan yang lebih intensif atau konsultasi Pada dokter - Kami mengharapkan makalah ini berguna bagi pembaca dan kami juga mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah atau tugas berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN

TERAPI LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal 25-28. Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik

2.

Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

3.

Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA

KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267

4.

Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta


23

& Selaput Janin. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.

5.

Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.

Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

6.

Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU

KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

7.

Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. OBSETETRI PATOLOGIK.

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas


Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung. 1981. Hal38-42.

8.

Mochtar, Rustam ,1998 : 23

24

You might also like