You are on page 1of 2

silahkan klik www.kopkun.

com atau pindai barcode di samping

Newsletter Title

Joyeux Anniversaire: 900 Words For You


Saya mulai sadar tentang hari ulang tahun ketika SMP dulu kala. Sebelumnya tak pernah ada ucapan atau perayaan khusus. Tentu berbeda dengan yang sedari kecil ulang tahunnya senantiasa dirayakan keluarga. Dan semuanya mengarah pada makna bahwa perayaan ulang tahun merupakan momen sosial, bukan individual. Adanya perayaan mengandaikan adanya orang lain. Saya jadi ingat film Into The Wild. Film berdasar kisah nyata ini berakhir tragis. Kisah ini tentang seorang pemuda broken home. Ia tinggalkan keluarganya, melakukan petualangan, bermukim dari satu ke komunitas yang lain. Sampai akhirnya ia merasa perlu hidup di Alaska untuk mencari makna hidup. Di Alaska, hutan itu, ia hidup sendirian di dalam mobil karavan yang lama ditinggal pemiliknya. Berbekal peralatan survival ia bertahan. Hari-harinya ia isi dengan membaca buku dan menulis diary. Dan suatu ketika ia sakit. Sendirian di tengah hutan ia cari tumbuhan yang bisa ia makan. Naasnya, ia salah memilih dan makin membuatnya sakit. Pada malam itu, ia merasa waktunya sudah habis. Ia buka buku harian dan tuliskan sesuatu, Kebahagiaan akan terasa jika dibagi dengan orang lain. Ia titikkan air mata. Dan bagi saya, perayaan ulang tahun menjadi paripurna hanya jika dibagi dengan yang lain. Kebahagiaan baru terasa saat seorang teman, kekasih atau sahabat berucap selamat. Tanpanya kita merasa sendirian dan kesepian. Momen ini juga mengingatkan pada kita dimana jabang bayi lahir dengan dikelilingi sanak keluarga. Sedari awal kita lahir, kita tak sendirian. Saya mulai merasakan perayaan ulang tahun yang lengkap saat kuliah dulu. Ada roti ulang tahun, ada iringan happy birthday dan tak ketinggalan kado kejutan. Semuanya nampak mirip di film -film yang saya tonton. Ya, sebuah imitasi budaya: dari Eropa ke kelas menengah Indonesia dulu kala dan sampailah ke kampung saya. Proses ini tentu sudah berjalan ratusan tahun lamanya sejak masa Belanda. Dan, kita menerimanya sebagai bagian dari budaya kita. Saya tak akan berdebat soal orisinalitas, asal-muasal, karena lebih penting bagi saya adalah maknanya. Momen itu memberi ruang penyegaran pertemanan antar sahabat. Saling ucap selamat memberi pesan, Hai saya ingat kamu, kamu hari ini ulang tahun, bukan? Selamat ya! Dan syukurlah, saat ini kita hidup di zaman social media. Piranti-piranti seperti facebook, twitter, friendster dan semacamnya dengan baik hati beri tahu siapa saja yang berulang tahun. Di sisi lain, momen ini memberi ruang permenungan; Usia kita bertambah, alih-alih usia kita berkurang. Saya pikir itu soal sudut pandang yang digunakan. Dan saya lebih suka menyebut usia bertambah daripada berkurang. Ini seperti tes psikologi dasar, Adakah gelas di atas meja separuh isi atau

separuh kosong? Orang bilang bertambah usia belum tentu makin dewasa. Karena dewasa adalah soal pilihan. Sedang di sisi lain, soal dimana lingkungan juga merangsangnya bersikap dewasa. Namun apa sesungguhnya dewasa? Karena sampai sekarang, di usia saya yang mendekati kepala tiga, saya akan nampak kembali kanak-kanak saat melihat kucing. Ya, benar. Saya akan gendong, belai dan ajak dia ngobrol. Saya merasa punya keintiman tersendiri dengan hewan ini yang membuat saya lupa, saya sudah dipanggil Om oleh keponakan. Lalu apa itu dewasa? Dulu ketika keluarga saya dalam kesulitan ekonomi, saya pernah usulkan untuk tak lanjutkan kuliah. Saya bilang biarlah saya kerja dan tahun depan mulai kuliah. Saat itu ibu saya menangis. Saya rasa saat itu saya bersikap dewasa dengan mengusulkan hal itu. Meskipun kemudian usul itu tak terwujud dan saya tetap kuliah. Jadi saya pikir dewasa adalah soal sensitivitas dalam merespon situasi. Sejajar dengan makna berempati pada keadaan tertentu. Sedang soal kucing, saya pikir itu adalah insting infantil (kekanak-kanakan) yang masih mengendap dalam diri saya. Yang mana ia keluar pada situasi tertentu, saat bertemu kucing. Dan saya rasa tiap orang punya insting itu. Tengok saja seorang ayah yang gemar pelihara burung, ikan dan lainnya. Atau juga saat ia menikmati memancing di sungai. Atau lihatlah tingkah polah orang tua kita saat reuni dengan sahabat masa mudanya. Saya yakin insting infantil itu akan merembes keluar. Insting itu tak perlu dihilangkan. Justru itulah insting yang innocent, polos seperti anak kecil yang membuat hidup kita jadi berwarna dan mempesona. Di zaman social media ini sebagian orang bersungguh-sungguh memantau wall facebook-nya untuk melihat berapa banyak dan siapa saja teman, relasi, kolega yang berucap selamat. Saya khawatir jangan-jangan ini adalah sindrom narsisme. Sebuah hasrat ingin diperhatikan dan merasa pantas diberi perhatian karena sedang ulang tahun. Dan saya pikir lepaskan hasrat itu, biarlah semuanya berjalan alamiah. Tak perlu berharap lebih, cukup sekedarnya. Karena momen ulang tahun bukan soal berapa banyak atau siapa saja yang mengucapkan. Melainkan momen dimana ada seorang teman dengan tulus mendoakan kebaikan untuk kita di masa depan. Dan saya termasuk orang yang meyakini bahwa doa adalah energi positif yang mendukung hidup kita. Doa merupakan pengharapan tentang kebaikan di masa depan. Soal harapan, ada kisah klasik tentang lilin. Ada empat lilin tengah berbagi rasa. Lilin Damai, Aku merasa sendiri, manusia bertindak kasar. Padamlah lilin

itu. Manusia tak mengenalku lagi. Hidup mereka sungguh gersang, ujar Lilin Iman. Dan padamlah dia. Di negeri-negeri lain, orang selalu dekat padaku. Namun di sini, aku tercampakkan, kata Lilin Cinta dengan menangis. Padamlah dia. Kemudian lilin terakhir berkata, Hai, bukankah dunia dan manusia berjalan begitu rupa? Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang baik, kadang menyimpang. Kadang benar, tak sedikit salah. Namun aku selalu berdoa semoga dunia dan manusia senantiasa menjadi lebih baik. Setelah Lilin Harapan menyelesaikan kalimatnya, cahaya kembali memancar dari ketiga lilin lainnya. Lilin Harapan memberi energi yang melampaui masa lalu, kini dan masa depan. Ketiga masa itu itu ramu jadi satu dalam sebuah pengharapan menjadi lebih baik. Joyeux Anniversaire, kata orang Perancis. Selamat ulang tahun. Semoga sehat selalu, sukses mencapai cita-cita, berkah dalam hidup dan memberi manfaat bagi banyak orang. Semoga Tuhan selalu memberkati. Amien. []

Firdaus Putra, Manajer Organisasi Kopkun. Esai ini merupakan pandangan pribadi dan tidak mewakili pandangan lembaga. E: mr.firdausputra@gmail.com atau BB: 29762E08

You might also like