You are on page 1of 37

BAB II ETIKA

2.1. Pendahuluan 2.2. Perbedaan Pengertian Etika, Etiket , Moral, Hukum dan Agama 2.3. Peran Etika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2.4. Etika Akademisi ??budi..

2.1. Pendahuluan
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, etika bertugas : Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya Etika mempersolakan pula hak setiap lembaga seperti orangtua, sekolah, negara dan agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati Etika dapat mengantarkan manusia, pada sifat kritis dan rasional Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua norma Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang ambingkan oleh norma-norma yang ada.

Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos" yang berarti wtak kesusilaan atau adat. Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin "mos" yang dalam bentuk jamahnya Mores yang berarti juga Adat atau cara hidup. Etika dan Moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian sehariharinya ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai-nilai yang ada. Menurut Ir Poedjawiyatna, etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manuisia yang manakah yang baik. Sedangkan memurut Austin Fogothetu etikika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai : antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan ilmu hukum. Perbedaanya terletak pada aspek keharusan (ought). Pebedaan dengan teologi moral, karena tidak bersandarkan padakaidah-kaidah keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri.

2.2. Perbedaan Pengertian Etika, Etiket , Moral, Hukum dan Agama

Perbedaan Etika dan Etiket : Seringkali dua istilah tersebut disamakan artinya, padahal perbedaan antara keduanya sangat mendasar. Dari asal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan Ethiquetle. Etika berarti moral sedangkan Eiket berarti sopan santun. Namun meskipun berbeda, ada persamaan antara keduanya, yaitu : Keduanya menyangkut perilaku manusia Etika dan eiket mengatur perilkau manusia secara normative, artinya memberi norma bagi perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Perbedaannya yang penting antara lain yaitu : Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut pilihan yaitu apakah perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, maka maka etiket tidak berlaku. Etika selalu berlaku meskipun tidak ada saksi mata, tidak tergantung pada ada dan tidaknya seseorang. Etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dala suatu kebudayaan, isa saja diangap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi. Etiket hanya memadang mausiadari segi lahiriah saja. Etika menyangkutmanusia dari segi dalam. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

Perbedaan Moral dan Hukum : Sebenarnya ataa keduanya terdapat hubungan yang cukup erat. Karena anatara satu dengan yang lain saling mempegaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh moralnya. Karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Secaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabil atidak dikukuhkan, diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum dapat meningkatkan dampak social moralitas. Walaupun begitu tetap saja antara Moral dan Hukum harus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain : Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-undang. Maka hkum lebih memiliki kepastian yang lebih besar. Norma bersifat subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.

Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia saja. Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang. Sanksi hukum bisanya dapat dipakasakan. Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang. Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat. Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat

Perbedaan Etika dan Agama : Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahtu Tuhan dan ajaran agama. Etika dan Moral Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Dua kaidah dasar moral adalah : Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakann dalam bentuk yang kongkret, tergantung dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu. Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-masing.

??budi 2.3. Peran Etika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlansung sangat cepat. Dengan pekembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup manusia. Untuk menjadi manusia secara utuh. Maka tidak cukup dengan mengandalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, manusia juga harus menghayati secara mendalam kode etik ilmu, teknologi dan kehidupan. Apabila manusia sudah jauh dari nalai-nilai, maka kehidupan ini akan terasa kering dan hampa. Oleh karena ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia harus tidak mengabaikan nilainilai kehidupan dan keluhuran. Penilaian seorang ilmuwan yang mungkin salah dan menyimpang dari norma, seyokyanya dapat digantikan oleh suatu etika yang dapat menjamin adanya suatu tanggung jawab bersama, yakni pihak pemerintah, masyarakat serta ilmuwan itu sendiri.

2.4. Etika Akademisi 2.4.1. Kejujuran dalam etika profesi


Kejujuran merupakan hal yang sangat mendasar dari manusia yang akan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Kejujran pasti diajarkan oleh seluruh agama melalui kitab-kitabnya. Kejujuran dan keadilan merupakan kunci pokok dalam berbuat, bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini sangat disadari mengingat suatu hasil kerja bila tidak dilandasi dengan kejujuran, merupakan suatu awal yang buruk dan malapetaka

2.4.2. Taksonomi Ketidakjujuran


a. Bohong Seseorang dikatakan berbohong apabila dia mengetahui informasi sebagaimana mestinya, tetapi tidak menatakan demikian. Atau bila terjadi suatu kesalahan yang dia ketahui, tetapi dia tidak mau melakukan upaya untuk menyampaikan kebenaran atau pembenaran. b. Kecurangan Sengaja Hal ini terjadi, misalnya bila pada kondisi melamar pekerjaan, dan dia menyampaikan sesuatu yang tidak mempunyai pengalaman. Namun masih saja dilakukan agar dapat memperoleh pekerjaan. c. Mempergunakan data Orang Lain / Klien Seringkali seorang ahli dengan sengaja mempergunakan data/ informasi yang nyata-nyata bukan hasil karyanya, meskipun mungkin data / informasi tersebut didapat dari mantan kliennya. d. Menahan Informasi Informasi yang sebenarnya harus disampaikan malah disimpan atau tidak disampaikan. Misalnnya seorang atasan tidak memberi informasi pada bawahan dan sebaliknya . e. Tidak Menyebarkan Informasi Tujuan pokok seorang ahli berada di tengah-tengah masyarakat adalah untuk melindungi dan menjaga keamanan serta kesejahteraan masyarakat. Untu iitu diperlukan penyebaran informasi kepada masyarakat yang memang membutuhkan informasi tersebut, bukan mallah tidak menyebarkannya, apalagi bila informasi itu sangat berharga dan mendedsak bagi masyarakat.

2.4.3. Penyalahgunaan Penggunaan Data :


Dalam istilah keilmuuan penyalahgunaan ini dibagi menjadi empat macam : a. Trimming Juga dikenal dengan sebutan smoothing, yakni memperhalus data data sehingga tampilannya nampak lebih akurat dan baik. b. Cooking Merupakan usaha membuat / merekayasa data sedemikian rupa sehingga menjadi "Fit - Cook" (sesuai) dengan suatu Theorema/toeri yang sudah ada. Sehingga terlihat kebearannya. c. Forging Pengertian sederhana forging adalah merekayasa data seola-olah telah melakukan eksperimen. Data yang ada sebagian atau seluruhnya dibuat seolah-olah didapat dari hasil eksperimen. d. Plagiat Kasus inilah yang sering muculdi kalangan masyarakat, dimana seseorang

mengambil, memakai data/hasil karya orang lain tanpa seizin orang yang membuatnya.

2.4.4. Permasalahan dalam Publikasi


Dalam publikasi hasil karya biasanya terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tidak mengindahkan etika, misalnya : a. Plagiat, sudah dijelaskan diatas b. Referencing Kecurangan berupa penukilan dalam penulisan karya ilmiah tapi tidak mencantumkan nama pengarang atau sumber penukilan itu diambil. Hakl tersebut sangat bertentangan dengan etika. c. Authorship dan Kontrtribusi Permasalahan muncul pada saat menetapkan siapa yang akan dicantumkan dalam penulis hasil penelitian baik dalam report ataupun paper-paper. Problem ini nmakin nampak sewaktu penelitian dikerjakan oleh grup dan diantara mereka ada yang tidak aktif, pertanyaan yang muncul apakah orang tersebut pantas untuk dicantumkan namanya dalam karya itu.

BAB VII ILMU DAN TEKNOLOGI


oleh Dr. Ir. Muh Nuh DEA dan Ir. Endrotomo 7.1. Pendahuluan 7.2. Pengertian Teknologi 7.3. Hubungan Ilmu Teknologi, Pengetahuan, Seni dan Agama 7.4. Multi Makna Penguasaan IPTEK 7.5. Tinjauan Ilmu Secara Filsafat

7.1. Pendahuluan
Menurut pengertian bahasa, ilmu dapat diterjemahkan sebagai. pengetahuan. Sehingga nama pengetahuan menceminkan adanya redudensi peristilahan (words redudancy), yang tujuannya untuk lebih menegaskan suatu makna, seperti jatuh ke bawah, naik ke atas dan lain sebagainya. Ada dua jems pengetahuan, yaitu "pengetahuan ilmiah" dan "Pengetahuan

Biasa". Pengetahuan Biasa (knowledge) diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Sedangkan "Pengetahuan Ilmiah" (science) juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek, cara yang digunakan dan kegunaan dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Baik Science atau knowledge pada dasamya keduanya merupakan hasil observasi pada fenomena alam atau fenomena sosial. Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki cakupan yang amat luas, yaitu ilmu pengetahuan alam, sosial budaya dan seterusnya. Penjelasan di atas, merupakan penjelasan umum ilmu dan keterkaitannya dengan istilah Seins (Science) dan Knowledge, namun apabila dilihat dari sisi bawah makna yang terkandung dalam kata ilmu perlu lebih ditegaskan. Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu dilakukan pambahasan tentang peristilahan Sains dan ilmu. Seringkali istilah Sains (Science) dan Ilmu ('Ilm) disepadankan, sehingga memberikan pensifatan yang sepadan pula yaitu antara Scientific dengan ilmiah. Penyepadanan antara ilmu dengan Sains, dimana Sains hanya berkaitan dengan obyek-obyek inderawi adalah menyempitkan makna ilmu yang sebenamya. Konsekwensi dari penyepadanan tersebut adalah mengeluarkan obyek-obyek yang tidak bisa diketahui, namun bisa dikenali (Ma'rifah), seperti hal-hal yang terkait dengan "ke-Tuhanan" dikeluarkan dari wilayah ilmu. Implikasi lebih jauhnya, tersirat dalam penggunaan kata "Ilmiah" (Scientific). Segala pernyataan yang tidak "ilmiah" (tidak Sceintific) dianggap lebih rendah nilainya. Yang pada gilirannya berarti segala ilmu yang bersumber dari agama yang tidak bisa "dibuktikan" secara inderawi (masalah moral sebagai misal) menjadi tidak bernilai. Penyempitan makna ini, baik secara sadar atau tidak, telah memberikan isyarat tentang terjadinya proses penghapusan makna-makna ruhaniah (sekuralisasi) yang sesungguhnya memang dimulai dari pemberian makna suatu bahasa. Dalam pembahasan di sini, tidak.dilakukan perbedaan antara Sains dan Ilmu dan tidak pula dilakukan penyempitan makna atau lingkup otoritas dari Sains. Artinya Sains yang dimaksudkan di sini bisa memiliki otoritas cakupan sama dengan yang dimiliki oleh limu. Sains merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu dengan memperhatikan objek (Otologi), cara (episteinologi) dan kegunaaninya (aksiologi). Berangkat dari tiga kerangka tersebut, dengan memanfaatkan kemampuan akal untuk memahami fenomena alam semesta (keseluruhan ciptaan atau mahluk Allah) sebagai objek pemahaman yang pada akhirnya hasil pemahaman tersebuti dipergunakan untuk memberikan nilai manfaat sebesar-besamya bagi kemanusiaan. Dalam perkembaiigan diskursus ilmu, daerah perbedaan yang sering terjadi dalam Sains adalah pada Epistemologi dan Aksiologi. Perbedaan itu terjadi di sekitar persoalan apakah sains itu bebas nilai atau surat nilai. Bagi kita bangsa Indonesia, atau umumnya pada bangsa dari negara-negara yang sedang berkembang persoalan mendasarnya bukanlah berada diskursus (discourse) tentang apakah ilmu itu bebas atau sarat nilai. tetapi lebih mendasar yaitu bagaimana kita bisa menguasai dan

memanfaatkan ilmu untuk kemaslahatan (kesejahteraan) masyarakat secara luas. Para filosofi masih berbeda pendapat tenatng bagaimana memperoleh Sains itu. Sehingga muncullah beberapa aliran antara lain : Skeptisme, Academic Doubt, Rasionalisme, Empirisme dan Intuisi. Aliran-aliran tersebut pada umumnya berbeda di dalam melihat fungsi dari panca indera dan akal, seakan terjadi pertentangan antara citra inderawi (mahshushat) dengan citra akliah (mu'qulat). Dalam dimensi keimanan, dari aspek aksiologinya, penguasaan Sains semuanya harus bermuara pada Peningkatan Kualitas Keimanan yang disimbolkan dengan. pengakuan kekuasaan Tuhan yang dalam konteks penciptaan, bahwa segala ciptaan Tuhan tidak ada yang sia-sia. jadi ada keterpaduan (koherenitas) antara penguasaan Sains dengan peningkatan 'kualitas Keimanan. Di samping pengakuan akan kekuasaan Tuhan, munculnya rasa takut dan permohonan -perlindungan dari kegagalan yang hakiki yaitu heraka.

??budi 7.2. Pengertian Teknologi


Beberapa pengertian teknologi telah diberikan atara lain oleh David L. GOETCH : people tools, resources ,to solve problems or to extend their capabilities. Sehinga teknologi dapat dipahami sebagai "upaya" untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusta dengan memanfaatkart peralatan (tools), proses dan sumberdaya (resources). Pengertian yang lain, telah diberikan oleh Arnold Pacey "The application os scientific and other knowledge to practical task by ordered systems. that involve people and organizations, living things and machines". Dari definisi ini nampak, bahwa teknologi tetap terkait pada pihak-pihak yang terlibat dalain perencanaannya, karena itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas budaya dan sosial, ekonomi dan politik. Definisi teknologi yang lain diberikan oleh Rias Van Wyk "Technology is a "set of means" created by people to facilitate human endeavor". Dari definisi tersebut, ada bebempa esiensi yang terkandung yaitu : 1. Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknotogi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia. 2. Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artificial 3. Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of means), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudtit pandang analisis 4. Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi human endeavor (ikhtiar manusia). Sehingga tekno logi harus mampu merungkatkan performansi (kinreja) kemampuan manusia.

Dari definisi di atas, ada 3 (tiga) entitas Yang terkandung dalam teknologi yaitu, Skill (Keterampilan), Algorithnia (Logika berfikir) dan hardware (Perangkat Keras).Dalam pandangan Management of Technology, Teknologi dapat digambarkan dalam beragam cara 1. Teknologi sebagai makna uiituk memenuhi suatu maksud di dalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk merubah (mengkonversikan) sumberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa. 2. Teknologi tidak ubahriya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan (objective). 3. Technologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa (Engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.

7.3. Hubungan Ilmu Teknologi, Pengetahuan, Seni dan Agama


Proses Alir Teknologi (Technology Flow Process) Suatu teknologi biasanya dimulai dari imajinasi baik secara individual atau kelompok dengan memanfaatkan sentuhan fenomena almn dan kebutuhankebutuhan praktis. Dari imajinasi tersebut seorang individu atau kelompok mengembangkan menjadi suatu temuan (Invention). Daya invensi tersebut sangat dipengaruhhi oleh kreatifitas, kemampuan menangkap fenomena alam dan kebutuhan praktis dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ujung dari semua itu terletak pada kualitas Sumber Daya Manusia, yang didalamnya pendidikan sebagai salah satu faktor yang sangat dominan. Hasil dari invensi tersebut memiliki dua kemungkinan yang pertama dapat "dikemas" untuk memenuhi kebutuhan pasar (marketed) dan yang kedua hasil invensi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan atau tidak dapat dikomersialkan. Produk teknologi yang berada di pasar akan mengikuti "Siklus Teknologi" (Technology Cycle) yang diakhiri dengan masa kadaluwarsa (Obsolete) suatu produk teknologi. Sedangkan Siklus Teknologi (Technology Cyclc,) terdiri dari 5 (lima) Fase yaitu : Fase Kesadaran (Awareness Phase), Fase Akuisisi (Acqtiuisition Phase), Fase Adaptasi (Adaptatio" Phase), Fase pengembangan (Advancement Phase) dan diakhiri dengan Fase Kedaluwarsa. (Abandonment Phase).

7.4. Multi Makna Penguasaan IPTEK


Terdapat koreksi yang kuat antara kemajuan suatu bangsa dan penguasaan IPTEK. Beberapa indikator dapat dijadikan sebagai tingkat penguasaan IPTEK antara lain ; Tingkat Literacy (melek huruf), Rasio jumlah tenaga ahli atau pakar terhadap jumlah populasi, jumiah anggaran (%) yang dialokasikan untuk kegiatan keilmuan (Riset dan Pengembangan). Jumiah karya ilmiah (karya tulis, patent dan lain sebagainya). Data berikut

ini (tabel 7. 1) memberikan gambaran bagaiinana bangsa Indonesia masih harus beduang lebih serius dalam pe guasaan IPTEK. Meskipun data tersebut relatif lama yaitu 12 (dua belas) tahun yang lalu, namun secara relatif data tersebut masih dapat dipergunakan untuk menggambarkan keadaan sekarang ini. Menurut Prof De Solla Proce, terdapat hubungan kesebandingan antara jumlah pakar (saintis dan insinyur) yang melakukan tiset dan pengembangan di suatu negara dengan GNP (Gross National Product atau Produk -National Bruto) per kapital. Perbandingan Jumiah Pakar dan GNP di Beberapa Negara Negara Amerika Serikat Perancis Jerman Barat Jepang Belanda Inggris Pakistan Indonesia Nigeria Turki Iran Israel US$ GNP/CAP 16.690 9.540 10.925 11.300 9.290 8.460 380 530 760 1.130 1.778 Pakar / juta penduduk Pakar / juta per $ 1000 GNP / CAP 6.500 390 4.500 3.000 6.500 4.500 3.200 99 64 52 353 203 16.000 472 275 575 484 361 281 121 68 312 114

Penguasaan IPTEK memiliki beragam makna stratcgis yaitu untuk meningkatkan Kepercayaan Diri (Self Cotifidetice atau Self Reliatice), Kemandirian (Indepeiidence), Kesejahteraan ekonomi (Economical Welfare), dan Kewibawaan (Prestige). Keempat makna strategis tersebut dan pentingnya penguasaan IPTEK secara umum dapat disepakati oleh para ahli. Kontraversi yang seringkali muncul justru pada penentuan prioritas di dalam memilih jenis teknologi. Mana yang harus didahulukan, apakah teknologi rendah (Low Tech; biasanya dikaitkan dengan istilah kerakyatan) atau teknologi tinggi (High Tech). Dalam penerapannya, keempat makro tersebut memiliki tekanan yang berbeda tergantung dari tujuan asal penguasaan IPTEK tersebut. Jadi untuk mengevaluasi keberhasilan dari suatu penguasaan IPTEK harus ditinjau

dengan menggunakan empat aspek tersebut, walaupun dengan pembobotan masing-masing aspek tersebut berbeda. Pertanyaan / Diskusi : 1. Jelaskan keterkaitan antara Ilmu dan Teknologi. 2. Berikan beberapa contoh kasus suatu ilmu dengan menguraikan landasan Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. 3. Jelaskan, inengapa dalam siklus suatu produk, pendifinisian produk (product definition) merupakan masalah yang paling krusial. 4. Bagaimanakah pendapat Saudara tentang produk IPTN, yang jumlah terjualnya relatif rendah dan produk IPTN yang dibarter dengan Beras Ketan oleh Thailand dan Mobil Sedan Proton oleh Malaysia. Kalau dilihat dari.penguasaan Teknologi, apakah IPTN dikatagorikan memberikan makna pengembangan dan penguasaan Teknologi. Referensi : 1. Gerard H. Gaynoi-, I-landbook of Technology Management, Mc Graw IEII, 1996. 2. Prof. A. Baiqui, Al Qur'an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dana Bhakti Wakaf, 1995. 3. Muhammad Null, 'I'eknologi Tepat Guna Sebagai Penunjang Ekonomi Kerakyatan, Dies Natalis XXXIV IKIP Surabaya, 17 Desember 1998.

7.5. Tinjauan Ilmu Secara Filsafat


Olch Ir. Endrotonio I. Pengertian Ilmu. a. lstilah ilmu dan pengetahuan dalam penggunaan sehari-hari (arti tersurat) mempunyai banyak arti 1. sebagai pengetahuan pada umui-nnya (misal, ilmunya tinggi 2. sebagai cabang ilmu tertentu (misal, Antropologi, Geologi, Psikologi) 3. sebagai pengetahuan yang memberikan gagasan ilmu-ilmu kealaman (Natural Sciences) atau scring disebut Saixs dan Teknologi Secara tersirat ilmu (science) mempunyai tiga makna yakni :Sebagai pengetahuan, sebagai aktivitas, dan sebagai metode. Jadi ilmu merupakan suatu aktivitas tertentu yang menggunakan metode tertentu dan menghasilkan pengetahuaan tertentu b. Suatu ilmu senantiasa membahas suatu pokok soal (subject matter) tertentu yang disebut obyek matereial yang bisa berupa ide abstrak (sifat bilangan) atau benda fisis (misalnya geologi obyek materialnya tanah, ilmu sosial - obyek materiainya manusia, psikologi obyek materialnya juga manusia). Tetapi obyek material saja tidak cukup untuk membedakan ilmu satu dengan yang lain, perlu titik usat minat / obyek formal (fociis of interest). Obyek material (manusia) bisa dibahas oleh Antropologi, biologic psikologi dan lain-lain. Obyek material

(kekuasaan) bisa dibahas oleh ilmu politik, hukum, sosiologi Jadi misalnya psikologi - obyek materiainya manusia, obyek foi-malnya adalah kejiwaan. Jadi Pengertian ilmu secara yang sesungguhnya (tersirat/konotatif) bisa dipahami dari ciri aktivitasnya, ciri metodenya dan ciri pengetahuannya. c. Dengan memiliki ilmu manusia dapat mencapai nilai kebenaran (ilmiah), memahami aneka kejadian, meramalkan peristiwa yang akan terjadi bahkan menguasai alam untuk pemanfaatannya. Untuk mendapatkan ilmu manusia menggunakan akalnya sebagai mahluk rasional yang memiliki do'rongan yang terus menerus dan mendalam guna memenuhi hasrat intelektual tersebut, dan ini tidak hanya menyangkut alam semesta dan diri sendiri, juga munculnya kebudayaan, masyarakat, melainkan perilaku, bahasa, dan berbagai segi kehidupan lainnya Mengenai pemikiran rasional melainkan yang diartikan sebagai pernikiran yang mematuhi kaidah logika, bisa dibahas dalam bab Logika. d. Sikap ilmiah Tujuan,pokok suatu ilmu adalah menemukan kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah yang dapat ditemukan secara ilmiah atau dengan menggunakan Metode Ilmiah. Dalam proses menemukan kebenaran ilmiah ini dapat berkembang nilai-nilai lain yang sering dinamakan pola umum..Pemikiran Ilmiah yaitu kebenaran berfikir, kejujuran intelektual sikap obyektif, berpandangan terbuka dan sebagainya. Mempunyai pemikiran ilmiah belum menjamin seseorang berkembang dalam menemukan kebenaran ilmiah tadi bila tidak didukung dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan pribadi seorang (ilmuwan) untuk berprilaku atau mcmberi tanggapan dalam hal-hal tertentu yang sesuai dengan pemikiran ilmiahnya atau tidak bertentangan dengan cita keilmuan pada umumnya. Sikap ilmiah ini mempunyai ciri-ciri pokok yaitu : Keinginan mengetahui dan memahami. Kecondongan bertanya mengenai semua hal Kecondongan mencari data dan makna Kecondongan menuntut suatu pengujian Kecondongan memeriksa pangkal pikir, menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis. Penghargaan terliadap logika Pertanyaan / diskusi : 1. bagaimana Ilmu itu dipahami secara baik dan benar ? 2. apa yang dibutuhkan untuk pemahaman "kebenaran ilmiah" 3. adakah kebenaran lainnya selain kebenaran ilmiah dan bagaimana penjelasannya Referensi : 1. Susunan Ilmu Pengetahuan , CA Van Peursen (terjemahan), Gramedia, Jakarta 2. Kemmapuan Studi, No 21-26, tahun 1986 The Liang Gie 9id), Pusat Kemajuan Studi, Ygyakarta

3. Pengantar Filsafat Teknologi, The Liang Gie, 997, Penerbit andi, Jakarta

BAB VIII TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN


Oleh Widi Agus Pratikto 8.1. Teknologi dan Pembangunan 8.2. Teknologi dan Kebudayaan / Masyarakat 8.3. Masyarakat Adaptable Industrialisasi 8.4. Perubahan Tata Nilai 8.5. Masyarakat Padat Elektronik 8.6. Perspektif Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Era Industrialisaasi dan Globalisasi

8.1. Teknologi dan Pembangunan


Negara Indonesia melaksanakan pembangunan untuk menjadikan negeri ini menuju suatu negara yang makmur. Dalam pembangunan tersebut akan diperiukan SDM (sumber daya manusia) , Teknologi dan Kapital (Resources).

SDM diperlukan, karena dalam pembangunan diperlukan : Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian / Evaluasi. Kualitas SDM akan sangat mempengaruhi hasil pembangunan. Kualitas SDM tersebut meliputi: Pendidikan / Pelatihan (Kemampuan), Kejujuran, Kedisiplinan, Etos Kerja, dll. Kita bisa melihat berbagai fakta bahwa kualitas SDM adalah modal yang paling pokok dalam pembangunan, karena karena berapapun besarnya Kapital (resources) yang dipergunakan, apapun teknologi yang dipergunakan (dibeli) namun bila kwalitas SDM nya rendah maka kegagalan pembangunan akan menghadang kita semua. Teknologi adalah suatu perangkat atau sarana yang diperlukan dalam suatu proses pembangunan. Kita membangun gedung bertingkat, maka diperlukan teknologi. Demikian pula dalam membangun saran transportasi (Kapat, Pesawat Terbang, Kereta Api, dll.) maka diperlukan teknologi. Teknologi diperlukan dalam proses pembangunan, schingga dalam proses pembangunan tersebut hasilnya (produknya) baik, tepat waktu, efesien, kompetitif (kualitas dan harga), dan lain sebagainya. Teknologi yang diperlukan dalam pembangunan bias tersedia, namun dalam dunia ketiga lazimnya harus diperoleh dari negara maju. Cara memperoleh teknologi (trasfer teknologi) dari negara maju dapat dilakukan dengan beberapa hal, misalnya lisensi, pembelian patent dan lain-lainnya. Untuk melakukan suatu proses transfer teknologipun diperlukan suatu kondisi, misalnya adanya suatu pemerintahan yang stabil.

Proses dan Kondisi untuk Transfer Teknologi


Tujuan pembangunan tentunya kita semuanya sudah tahu untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, Untuk melakukan pembangunan perlu modal, teknologi dan tenaga kerja. Teknologi yang diperlukan untuk pembangunan bisa dari yang sudah ada di tanah air dan teknologi luar. Kondisi atau syarat agar transfer teknologi dapt berlangsung : 1. Willingness, yaitu kedua belah pihak pada dasanya harus mempunyai kemauan yang sama. Pihak penerima harus mempunyai persiapan yang baik dalam proses ini 2. Pemeintahan yang Stabil, suatu proses yang dikehendaki tidak aakn tercapai kalau kondisi yang stabil dapat terwujud. Demikian pula dalam proses transfer teknologi. Kepercayaan akan adanya pemerintahan yang stabil harus ada, untuk adanya arus teknologi, penanaman modal dan sebagainya 3. Perlunya Back Up dari R &D. kesiapan R & D dalam negeri adalah sangat vital dalam proses alih teknologi. R & D dalam negeri meberikan sarana untuk penemuan lebih lanjut, adptasi, dan penggunaan teknologi yang telah diimport. 4. Kesiapan sistem pendidikan. Kesiapan perguruan teknik merupakan faktor terpenting, karena lembaga ini yang akan menghasilkan insinyur, teknisi selain jumlah juga kualitas yang memadai. Juga ditempat ini pula diharapkan adanya pengembangan ilmu dan penelitian. 5. Proses alih teknnologi memeriukan perencanaan dan beaya yang besar. Kecepatan arus perpindahan diantaranya dipengaruhi oleh perencanaan yang baik.

Adapun sarana untuk alih teknologi adalah : 1. Kerjasama teknik luar negeri, misalnya kerja sama RI dengan pemerintah Republik Federasi Jerman, dani lain lainnya. 2. Pembeliaii patent/lisensi misalnya untuk pembuatan Helicopter B.O. 105, CASSA 212. 3. Training dan sekolah di negara maju. Pengiriman karyawan ataupun karyasiswa untuk mengikuti training atau sekolah dinegara maju. 4. Penanaman modal asing 5. Penempatan staf ahli asing di Indonesia, misalkan di perguruan tinggi, di angkatan laut, dan lain-lainnya.

Pemilihan Teknologi yang Diperlukan


Kenapa kita perlu mengimpor teknologi? Kita perlu mengimpor teknologi karena beberapa alasan, diantaranya : 1. Bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pokok. 2. Untuk ekstrasi kekayaan alam. 3. Kebutuhan akan ilmu dan toknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. 4. Untuk dapat dipergunakan dalam proses added value dari hasil alam yang ada. 5. Strategis. Dari uraian diatas, dapat disusun daftar teknologi yang kita perlukan: 1. Teknologi Pertanian dan Perikanan. 2. Food Teknologi. 3. Metallurgy and Material Engineering. 4. Chemistry dan Chemical engineering. 5. Mechanical and Construction Engineering. 6. Electrical dan Electronic Engineering. 7. Ocean dan Offshore Technology 8. Operation research, Informatika, Industrial Engineering 9. Information Technology (IT) and Information System (IS) Teknologi pertanian dan perikanan diperlukan karena banyak kekayaan alam kita belum di manfaatkan secara optimal. Sebagai contoh sumber daya ikan kita sekitar 5.5 juta ton setahun, yang dapat kita ambil sekitar separohnya. Problem utama diantaranya adalah pengambilan dan pengawetan hasil tangkapan. Dengan kemajuan food teknologi tentunya banyak hasil alam yang dapat dimanfaatkan lebih baik, dan tentunya dapat diekspor. Penguasaan ilmu dan teknologi bahan . kiniia, elektro dan elektronics, mesin, merupakan landasan pokok dari industri. Industri kimia, refinery oil, pabrik kapal, pesawat terbang dan lainlainnya memerlukan teknologi tersebut diatas. Selain itu kita perlu infra struktur transportasi yang baik untuk menunjang tumbuhnya industri, disini diperlukan teknologi sipil construction engineering. Industri minyak kita sekarang ini sekitar sepertiga dari perairan laut Jawa, sekitar Balikpapan, sekitar Natuna, selat Malaka, namun ditahun 2025 industri pengambilan minyak akan bergeser ke laut yang lebih dalam, disekitar selat Bali, sekitar Timor, daerah laut Arafuru. Penguasaan ilmu dan teknologi di bidang ofsshore/ocean, selain

memberikan lapangan kerja, juga dapat menekan beaya produksi. Makin maju dan besar jaringan industri dan kegiatan produksi lainnya, perlu perencanaan dan manajemen industri yang baik, untuk itu perlu penguasaan operation research, industrial engineering.

Peran Perguruan Tinggi dalam proses alih Teknologi


Proses alih teknologi adalah suatu proses yang mahal, sehingga memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik. Perguruan tinggi adalah wadah untuk menghasilkan insinyur, teknisi, profesional, peneliti. Kesiapan perguruan tinggi untuk menghasilkan insinyur dengan kwalitas yang baik adalah sangat penting. Keterkaitan perguruan tinggi dengan industri adalah sangat membantu perkembangan kedua belah pihak. Dinamika kurikulum, dan aktivitas penelitian sangat bergantung kepada hubungan tersebut. Model kerjasama semacam ini dapat diharapkan dari hubungan Nurtanio - ITB, dan PAL - ITS. Selain itu diperguruan tinggi, pengembangan ilmu teknik dasar harus mendapatkan perhatian yang besar pula. Pengembangan teknologi maju lebih mudah diadaptasi kalau penguasaan ilmu dasarnya kuat. Bagaimanakah hubungan perguruan tinggi dan industri bisa rapat? Kita bisa melihat model hubungam SINTEF ( the Foundation of Scientific and Industrial Research at the Norwegian Institute of Technology ) dengan NTH the Norwegian Institut of Technology ). SINTEF melakukan kegiatan riset untuk Bidang Industri swasta dan pemerintah. Lembaga Lain-lain NTH, kemudian memasarkannya, untuk memperoleh kontrak kerja. Lembaga, semacam ini di Indonesia sebenarnya sudah ada, tetapi pendayagunaannya perlu lebih dihidupkan. Kapital (Resources) di Indonesia begitu melimpah meskipun dalam bentuk kekayaan alam. Dalam pembangunan tentunya selain diperlukan modal dalam bentuk finansial (cash), bentuk kekayaan alam juga sangat diperiukan. Meskipun Indonesia memiliki keterbatasan dalam kekayaan finansial (cash), namun dengan keadaan alam yang melimpah dan menjajikan dapat menarik investor asing untuk menanamkan modalnya. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengatur sedemikain rupa sehingga kekayaan alam tidak punah dan hasil dari pada proses ekstraksi / penggunaan kekayaan alam, dapat memberikan kesejahteraan rakyat di Indonesia. Untuk itu, tentunya sangat diperlukan manajemen sumber daya alam untuk pengelolaan tersebut. Didepan dinyatakan Perguruan Tinggi (PT) adalah wadah untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional. Menghadapi melinium ketiga yang akan datang, akan tedadi globalisasi. kerjasama teknik sebagai akibat integrasi ekonomi berbagai bangsa/negara, ini membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan supplay dan deman jasa-jasa teknik secara intemasional, termasuk Indonesia. Dengan berlakunya AFTA mulai tahun 2003 (disusul APEC dan WTO/GATT tahun tahun berikutnya), maka lulusan Perguruan Tinggi dalam negeri

harus mampu bersaing dengan lulusan luar negeri untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dalam negeri atau lebih-lebih di luar negeri, karena kesepakatan-kesepakatan bersama tersebut diatas akan memberikan kebebasan lulusan luar negeri masuk ke Indonesia dan sebaliknya. Bila kemampan profesional lulusan perguruan tinggi Indonesia ingin setara dengan lulusan perguran tinggi luar negeri, sangat urgent semua pengelola perguruan tinggi maupun sivitas akademiknya memperhatikan kriteria lulusan sarjana (S1) bidang teknik dan teknologi yang diterbitkan oleh Badan Akreditasi independen di Amerika bernama ABET 2000. Program Studi Teknik Teknologi harus dapat mendemonstrasikan bahwa lulusan SI memiliki 1. Kemampuan memahami pengetahuan matematika, science dan teknik. 2. Kemampuan dasar dan melakukan eksperimen, juga menganalisa dan menginterpret data. 3. Kemampuan design suatu sistem, komponen atau proses memenuhi suatu kebutuhan. 4. Kemampuan bekerja dalam tim multidisiplin. 5. Kemampuan mengidentifisir, memformulasi, dan memecahkan masalahmasalah teknik. 6. Pengertian kewajiban profesional dan etika. 7. Kemampuan berkomunikasi secara efektif (terutama dalam bahasa Inggris). 8. Pendidikan yang luas sehingga memahami impect pemakaian teknik. 9. Mengakui pentingnya dan mampu mengikuti "long life learning" pengetahuan mengenai tempovery issues. 10. Kemampuan memakai teknik, ketrampilan, dan peralatan teknik modern yang diperiukan untuk melakukan praktek-praktek keteknikan. Nampaknya kurikulum Perguruan Tinggi di Indnesia masih terlalu memperhatikan proses untuk memperoleh kemampuan 1, 2 dan 3. Karena itu untuk waktu-waktu yang akan datang kriteria untuk mewujudkan kemampuan 4 sampai dengan 10 harus secepatnya dimasukkan dalam kurikulum yang baru. Satu catatan yang perlu dipahami oleh semua yang terlibat dalam proses pendidikan tinggi ini adalah keberhasilan mencapai lulusan seperti yang diidentifisir oleh ABET 2000 tidak saja membutuhkan commitment pengelola perguruan tinggi tapi juga commitment mahasiswa dan orang tuanya. Mahasiswa dituntut bersedia bekerja lebih keras dan orang tua bersedia menyediakan dana lebih besar lagi. DiskusilPertanyaan : 1. Jelaskan peran teknologi dalam membawa kemakmuran masyarakat 2. Peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan teknologi 3. Dalam transfer teknologi uraikan hal yang berkaitan dengan syaratsyarat dan sarana Referensi : 1. "Teknologi dan Dampak Kebudayaan" Vol. I dan 11, YB. Mangun Wijaya,Yayasan Obor, Jakarta, 1983. 2. "Konsep Transfer Teknologi", WA. Pratikto, Seminar Persentasi Mahasiswa Se Amerika Serikat, Ames - Iowa, 1990. 3. Gelombang ketiga, Alvin Toffler, Pantja Simpati,Jakarta, 1992.

8.2. Teknologi dan Kebudayaan / Masyarakat


Oleh Drs. Usman A rief, MS . Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah banyak membawa berkah bagi umat manusia baik teknologi yang lahir dari rahim ilmu, maupun yang telah ada mendahului eksistensi ilmu. Berkat kemajuan di bidang teknologi maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa diwujudkan lebih cepat dan lebih mudah, lagi pula telah menciptakan berbagai kemudahan di berbagai bidang, misalnya kesehatan, transportasi, komunikasi, pendidikan, pemukiman dan sebagainya. Namun secara keseluruhan benarkah teknologi selalu membawa dampak positif bagi manusia dan kemanusiaan. Sejak awal perkembangan, peradaban manusia sudah terlihat adanya benang merah antara teknologi dan perang, dengan teknologi sebagai salah satu sarana dalam mencapai tujuan perang. Manusia tidak hanya menciptakan senjata pembunuh maupun pemusnah massal, namun juga berhasil mengembangkan berbagai teknik penyiksaan dan cara memperbudak massa. Di sisi lain perkembangan teknologi sering mengabaikan faktor manusia. Sering pula terjadi, teknologi tidak berkembang seirama dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, manusialah yang terpaksa harus menyesuaikan diri dengan teknologi dengan berbagai macam produknya. Dewasa ini semakin nampak berkembangnya gejala-gejaia dehumanisasi. Perkembangan teknologi kadang-kadang harus dibayar mahal oleh manusia karena kehilangan sebagian arti kemanusiannya. Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaan, serta harkat dan martabaatnya Kecenderungan di atas, memaksa manusia khususnya para ilmuwan / teknolog untuk menjawab ulang pertanyaan-pertanyaan, antara lain Untuk apa sebenarnya Iptek itu harus dipergunakan ?. Ke arah mana perkembangan Iptek harus diarahkan ?. Sampai di mana batas-batas pengembangan lptek ?. Bagi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan se zamannya, pertanyaan di atas dirasa belum penting. Tetapi bagi ilmuwan/teknolog yang hidup di abad kedua puluh dan kedua puluh satu yang mengalami dua kali perang dunia, eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam secara semena-mena tanpa memikirkan kelestariannya, dan menyaksikan kerusakan-kerusakan di darat, di laut, dan di udara, pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat merisaukan hatinya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mereka harus berpaling kepada hakekat "moral". Dengan demikian iptek secara moral harus ditujukan untuk kebaikan/kebahagiaan manusia tanpa harus merendahkan martabat atau mengubah hakekat kemanusiaan. Dengan demikian ilmu, khususnya teknologi harus senantiasa berjalan dalam koridor moral yang dilandasi ajaran agama. Salah satu bentuk teknologi yang memberikan harapan masa depan cerah bagi umat manusia di samping sekaligus melahirkan kekhawatirankekhawatiran adalah apa yang dinamakan bioteknologi. Bioteknologi adalah ilmu yang bersifat multidisiplin, yaitu gabungan dari berbagai ilmu, seperti genetika, biologi molekuler, bio-kirnia, mikrobiologi,

immunologi, dan embriologi, yang ditujukan untuk proses-proses produktif. Proses-proses tersebut juga didukung oleh ilmu-ilmu keteknikan seperti rekayasa kimia, teknologi informasi dan robotik. Teknik-teknik modern bioteknologi, seperti rekayasa genetik (teknologi DNA rekombinan), anti bodi monoklonal dan metode kultur jaringan yang baru, telah memungkinkan ilmuwan untuk mengubah "jasad hidup menja&jasad hidup baru " contoh sederhana adalah pemanfaatkan rekayasa genetik untuk mendobrak hambatan genetik antar spesies yang tadinya tidak mungkin disilangkan, dewasa ini menjadi mungkin. Baahkan akhirakhir ini pengembangan reproduksi oleh ilmuwan di Skotlandia (oleh lan Wilmut) dan di China (oleh Zhu Yuding) dengan teknik yang berbeda, masing-masing telah berhasil menciptakan "klon domba Dolly". Hasil penelitian tersebut ternyata telah merangsang untuk membuat kion manusia seperti yang dilakukaii di Belgia (oleh Martine Nys). Diakut bahwa Bioteknologi berkembang dengan pesat. Para pakar bioteknologi; telah mampu mengubah kodrat alami suatu jasad. Hal ini tidak hanya memberikan janji dan harapan dalam meningkatkan produksi pangan dan memperbaiki kesehatan hewan dan manusia, mencegah pencemaran terhadap lingkungan yang disebablcan penanganan lingkungan yang tidak cermat, tetapi dimungkinkan mengubah kodrat alami manusia, serta kemungkinan digunakannya untuk senjata biologis, Maka masalah keselamatan hayati (biosafety) dan bioetika perlu mendapatkan perhatian utama agar resiko yang terkait dengan produk bioteknologi tidak merupakan bencana bagi umat manusia. Ada faktor-faktor lain yang perlu dicermati dalam mengembangkan terdesaknya produk-produk tradisional, serta dampak negatif terhadap kondisi sosial dan ketenagakerjaan yang dapat mengarah kepada timbulnya konflik sosial. Di samping itu karahasiaan pengetahuan karena dipatenkan menyebabkan perkembangan iptek agak terhambat, juga dapat menimbulkan kemampuan pemasok untuk melakukan monopoli serta kemungkinan terjadinya erosi sumber daya genetik. Untuk itu perlu dicatat bahwa dalam mencermati perkembangan teknologi yang sangat cepat, dalam mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh serta menghadapi resiko besar yang mungkin terjadi, seyogyanya kita jangan menggunakan tolak ukur budaya negara-negara maju, tetapi mungkin akan lebih aman apabila kita menggunakan tolak ukur budaya (filsafat dan agama), kebutuhan masyarakat yang mendesak dalam upaya memecahkan permasalahan pangan, kesehatan industri dan lingkungan. (Soedarsono, Yoedoro, 1997). Dalam menyingkapi perkembangan teknologi khususnya teknologi nuklir, orientasi pikir manusia harus selalu mengedepankan pertanyaan; Bagaimana sebaiknya kita menggunakan tenaga nuklir untuk keluhuran martabat manusia, sedangkan dalam menyingkapi perkembangan bioteknologi bidang reproduksi manusia, sebaiknya kita berpegang pada pesan filisofis "Jangan petik buah terlarang itu". Manusia berharap dapat menciptakan Superman namun yang muncul adalah Frankenstein. Sungguh mengerikan ! Apakah ilmu dan teknologi mampu memberi jaminan ?. Sekali lagi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Pertimbangkan balk-baik, manfaat dan kerugiannya. Begitulah pesan moral agama. Diskusi / Pertanyaan:

1. Berikan komentar Anda tentang rencana pemerintah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir yang mendapat protes keras anggota DPR RI 2. Bagaimana pendapat anda mengenai pemasangan jaringan listrik tegangan tinggi yang melintasi perumahan penduduk di desa Manyaran Tuban, sehingga meresahkan penduduk setempat yang dimanifestasikan dalam bentuk unjuk rasa ?. Berikan tinjauan dari berbagai segi dan berikan pula solusi anda 3. Jelaskan sikap anda mengenai upaya pengkloningan manusia dari berbagai sudut pandang (aspek) 4. Bagaimana pendapat anda mengenai upaya pasangan suami-istri yang menginginkan keturunan melalui bank sperma. Berikan tinjauan dari berbagai segi Referensi :

1. Ulrich Beck, Anthony Giddens and Scott Lash, "Reflexive


Modernization Politics" Tradition and Aesthetic in the Modem Social Order", Standford University Press, Stanford, 1994 2. Lorenzo C. Simson, "Technology, Time and the Conversations ofmodernity",Routledge, New York, London, 1995. 3. Soedarsono, Joedono, "Biotelatologi data Perkembangannya", Makalah pada Internship Filsafat Ilmu, Universitas Gajah Mada, 1997. 4. Miller, D.D., and A.R. Nayak Nature Biotech, India, 1997.

8.3. Masyarakat Adaptable Industrialisasi


Oleh Dr. Ir. Widi Agus Pratikto Menuju suatu tatanan masyarakat industri pcrlu sckali dipersiapkan secara perilaku masyarakat industri mempunyai banyak kontradiksi (perbedaan) dengan masyarakat agraris. Untuk itu berbagai usaha harus dipersiapkan sehingga masyarakat Indonesia siap menerima kenyataan dan menjadi pemenang dalam perubahan tatanan menuju suatu negara Industri.

Menuju Negara Industri


Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi negara industri dan negara besar. Beberapa persyaratan dimiliki Indonesia untuk menjadi negara besar, antara lain misalnya ; besarnya luas teritorial wilayah Republik Indonesia, kekayaan alam hayati dan mineral yang luar biasa, penduduk yang bervariasi dan jumlahnya yang sangat besar. Bila negeri Indonesia dikeloia dengan cara yang baik, dipersiapkan dengan seksama maka tidak mustahil negeri ini akan menjadi negeri yang kaya dan disegani. Memperhatikan akan kejadian power shift yang telah terjadi, misalnya Uni Soviet, hancur pada tahun 1989. Kemudian Eropa berebut untuk suatu supermasi antara European Community dibawah Perancis, kemudian Inggris dan Federal Jerman. Indonesia sepantasnya mempersiapkan. diri dalam kompetisi global yang segera akan terjadi.

Untuk menuju suatu negara industri salah satu cirinya antara lain adalah produktivitas manusia, kompetitiveness, infra struktur industri, sistem perbankan menunjang, back up lembaga R & D dan lain-lainnya. Dari beberapa hal tersebut menurut hematnya investasi dalam bidang Sumber Daya Manusia adalah yang terpenting. Dalam hal ini peran Perguruan Tinggi dalam menunjukkan kemandiriannya dalam menghasilkan manusiaa (SDM) yang jauh dari hipokrit dan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sangat diharapkan. Perlu diingatkan apa yang telah disampaikan oleh Winston Churchill "EMPIRES OF THE FUTURE ARE EMPIRES OF MIND". Apa yang dikatakan oleh Churchill sekarang kita bisa melihatnya. Negari Amerika dan Singapura yang mermliki competitiveness negaranya (termasuk manusianya) menguasat perdagangan dan kesejahteraan warganya, Adapun parameter yang dipergunakan adalah Domistic Economic Strength Internatiorialization Government Finance Diskusi / Pertanyaan : 1. Apa yang menyebabkan Indonesia memperoleh hambatn dalam mauju negra industri 2. Menurut pengamatan saudara, bagaimana kemungkinan negara Indonesia menjadi negara besar, apa yang segera harus dikerjakan dalam menju cita-cita tersebut 3. Dalam investasi SDM kesan Anda apakah Indionesia keliru dalam menerapkan strategi ? Uraikan ! Referensi : 1. Teich, Albert ed, "Technology and the Future", St. Martin Press Inc. New York, USA, 1997 1. Pyik, E.C. et al, "Technology, Change an Society", Davis PulicationInc, Massachussets, USA, 1978 2. Ravianto, J "Produktivitas dan Teknologi, Evolusi Teknologi Robotisasi dan Manajemen Produksi, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktifitas", Jakarta, 1985 3. Taufik, I "Pembangunan dan Pengembangan Kelembagaan IPTEK", Seminar TNI-AL, Jakarta, 1996

8.4. Perubahan Tata Nilai


Oleh Dis. Usmatt Arief, MS. Agar suatu bangsa dapat sukses me6jadi masyarakat industrial maka masyarakat bangsa tersebut harus memiliki "budaya industrial". Budaya industrial harus terwujud pada 2 tataran yaitu pertama ; budaya industrial pada tataran "pemerintah dan aparatnya", scria kedua ; budaya industrial pada tataran "masyarakat" sebagai pendukung masyarakat industrial.

Budaya industrial pada tataran pemerintah dan aparatnya memiliki tata nilai scbagai berikut pertama ; nilai "kejujuran", artinya pemerintah dan aparatnya harus senantiasa menjunjung tinggi nilai tersebut dalam melayani masyarakat. Salah satu contoh perilaku yang tidak scjalan dengan nilai kejujuran yang terjadi di Indonesia adalali adanya "budaya birokrasi" yang dinamakan kleptocracy, yaitu pemotongan atau penyunatan hampir setiap dana pembangunan yang dikeluarkan pemerintah oleh oknum aparat negara, seperti perilaku penderita kelainan jiwa "kleptomani" yaiig selalu terdorong mencuri/mengambil barang rnilik orang lain tanpa disadari. Gejala kleptocracy ini akan sangat menghambat terjadinya proses industrialisasi apabila tidak bisa dihilailgkan. Kedua, nilai "demokrasi" artinya pemerintah dan aparatnya harus senantiasa menjunjung tinggi demokrasi dalam berinteraksi dengan masyarakat. Budaya demokratis sangat diperlukan, karena hal itu merupakan persyaratan lahirnya reativitas masyrakat dan sekaliglis dapat meredam ekses-ekses industrialisasi yaiig cenderung dapat menimbulkan dehumanisasi manusia. Tanpa didukung suatu sistem pemerintahan yang demokratis, maka industrialisasi dan prosesnya akan berubah menjadi industrialisme, atau suatu ideology dari atas, seperti halnya di Rusia (Uni Soviet watktu itu) pada masa pemerintahan Stalin. Memang pada waktu singkat Stalin telah mampu mengubah Rusia menjadi negara industri. Namun perubahan itu tidak lestari. Masyarakat industrial yang dibangun oleh Stalin berumur kurang dari satu abad dan kemudian mengalami kehancuran. Rusia pada saat ini adalah berkedudukan sama dengan negara ketiga karena pembangunan kembali negara itu dibantu oleh hutang luar negeri. Dengan demikian pengalaman Rusia dapat dijadikan pelajaran bahwa pemerintahan otoriter, membunuh kreativitas masyarakat, menghilangkan kcsempatan tumbuhnya pikiran-pikiran alternatif. yang berguna ketika bangsa dan negara menghadapi masa-masa krisis. Ketiga, nilai "division of labor" artinya menegakkan adanya pembagian tugas/fungsi yang jelas dengan menghilangkan adanya pembagian fungsi yang tumpang tindih. Bercampur aduknya fungsi-fungsi instansi dan aparat negara akan menghambat terjadinya industrialisasi secara mantap dan bermutu. Tanpa "division of labor" tidak akan lahir birokrasi yang memiliki "aprediciability dan "accountability"yang sehat, guna menopang terwujudnya masyarakat industrial. Yang akan lahir justru adalah masyarakat dengan "budaya banci", artinya bukan masyarakat industrial yang modern, juga tidak pula masyarakat tradisional. Contoh sederhana adalaii banyaknya gedung mewah di instansi pemerintah maupun kampus, nainuti siyatig sekati WC-nya kotor dan bcrbau busuk. Contoh lain misainya, sesuai dengan konstitusi kita, disebutkan bahwa perekonomian didasarkan atas azas kekeluargaan, dalam kenyataanya, selama kekuasaan Orde Baru, perekonomian dengan corak monopoli makin merebak dan berkembang dengan subur. Akibatnya, sistem perekonomian kita menjadi semakin tidak jelas coraknya, kapitalisme bukan, kekeluargaan/keakyatan pun juga tidak. Di sisi lain, budaya industrial pada tataran masyarakat memiliki tata nilai sebagai berikut, pertama; nilai "rasionalisme yang tinggi, dalam arti kemampuan manusia untuk melihat segala fenomena yang ada di alam dalam konteks objektivitas ilmiah. Kedua; milai "kreafiiitas" yang tinggi. Ketiga; nilai "commitment" dalam arti tekad untuk menyelesaikan

suatu masalah dengan tuntas dan mempertahankan sesuatu yang dia'nggap dan dirasakan benar. Keempat; nilai objeklivitas" dalam arti berani memberi penilaian secara objektif dan taat pada aturan main/hukum. Kelima; nilai "toleransi" adalah memiliki sikap teleran yang tinggi atas kenyataan adanya perbedaan dalam SARA. Keenam; nilai "kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan" Hal ini timbul karena adanya kesadaran yang tinggi tentang pentingnya kesehatan, baik kesehatan diri maupun lingkungan. Ketujuh; nilai "etos kerja" yang tinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat industrial merasa perlu untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu diperlukan kerja keras agar pendapatannya terus meningkat. Kedelapan; nilai "produkfivitas yang tinggi ". Produktifitas yang tinggi merupakan akibat dari etos kerja yang tinggi. Dalam kenyataan di masyarakat kita, hubungan sebab akibat tersebut seringkali tidak kita temui. Keberhasilan kelompok elit ekonomi tidak selalu akibat dari etos kerja mereka, melainkan lebih ditentukan oleh kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan aparat pemerintah yang menguasai faktor produksi. Demikian pula pernyataan umum bahwa produktivitas rendali timbul karena pendidikan rendah, tidak selalu benar di lapangan. Di tengah-tengah masyarakat sering kita jumpai orang-orang yang berpendidikan tinggi, Namun justru etos kera mereka lebih rendah dari petani yang bekerja keras sepanjang hari. Sehingga pernah terdengar istilah "Batalion 702" untuk menyindir aparat yang rendah sekali etos kerjanya. yang menjadi sasaran dari istilah tersebut adalah para aparat pemerintah yang datang pukul 7, hasil kerjanya 0 (nol), dan pukul 2 siang sudah pulang. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi negara industri baru yang mapan, tidak hanya dibutuhkan kemampuan pemerintah atau kekuatan ekonomi lain yang ada dalam suatu masyarakat untuk mendirikan suatu industri secara fisik dalam masyarakat, namun yang lebih penting dari itu adalah diperlukan suatu budaya industrial dengan segala nilai-nilai yang melekat padanya, bagi segenap komponen bangsa guna menopang tegaknya masyarakat industrial. Dengan demikian maka bangsa Indonesia yang sedang perkjalanan menuju ke arah masyarakat industrial harus berani melakukan perubahan tata nilai yang sesuai dengan budaya industrial, tanpa harus mennggalkan nilainilai dasar yang ada, serta nilai-nilai positif lainnya. Diskusi / Pertanyaan: 1. Mana yang terlebih dahulu ditumbuhkan, budaya industrial pada tataran pemerintah dan aparatnya atau budaya industrial pada tataran masyarakat ? berikan argumen anda ! 2. Empat negra asia (Korea elatan, Hong Kong, Taiwan dan Singapura) kini mendapat predikat negara Industri baru, Bagaimana pendapat anda jika aapernyataan bahwa empat macan asia tersebut maju pesat karena adanya nilai etos kerja yang tinggi dan hidup sederhana yang diamalkan dari ajaran Konfusianisme, sedangkan kita lambat maju karena tidak memiliki landasan nilai (bias diambil dari ajaran agama) yang menunjang kemajuan ? 3. Berikan beberapa contoh dan jelaskan budaya banci yang kita temukan di masyarakat kita 4. Mengapa pembagian fungsi yang tumpang tindih merupakan salah satu penyebab lambatnya pembangunan bangsa.

Referensi :

1. Goulet, Denis ; The Uncertain Promise ; "Value Conflicts in 2. 3. 4.

Technology Transfer" , IDOC-North America Inc, 1997 Trainer, Ted; Developed To Death : "Rethinking Third World Development", Green Print, 1989 Boomgard, Paul Alexander Peter, White Ben (ed); "In The Shadow of Agriculture : Non Form Activities In the Javanese Economy, Past and Present", Cambridge, 1991 Soetrisno, Loekman, Seminar dengan judul "Transformasi Sosial pada Masyarakat Seni Industri", oleh HIPPIS Cabang Yogyakarta, 13 September1994.

8.5. Masyarakat Padat Elektronik


Oleh Dr Ir. Widi Agus Pratikto Kehidupan manusia sekarang ini telah mengalami perubahan yang luar biasa. Kehidupan manusia telah dipenuhi dengan peralatan yang serba elektronik, terutama mereka yang hidup di perkotaan. Dalam suatu bentuk kehidupan (keluarga) di kota, maka manusia sudah sangat bergantung pada peralatan elektronik dan listrik. Mereka lazimnya terbiasa hidup dengan sarana seperti : pompa air, rice cooker dan penghangat nasi (magic jar), microvawe oven, fan dan air conditioning, pesawat telepon dan fax, TV dan sarana audio-visual, computer dan lain sebagainya. Pada dasarnya manusia kota mengandalkan sistem kehidupannya pada peralatan tersebut. Sarana tersebut dapat muncul karena adanya adanya kemajuan dalam penguasaan teknologi. Manusia menuju ke suatu sistem kehidupan instant, dan masyarakat sudah nampaknya sudah pada tahapan menuntut adanya suatu pelayanan yang mengandung jaminan kepastian dan ketepatan waktu. Dapat kita bayangkan betapa ketidak berdayaan kita bila peralatan tersebut rusak ataupun sistem supplai tenaga listfik tidak berjalan.

Peran teknologi dalam Masyarakat


Kita memahami teknologi telah menjadi motor dan penggerak perubahan. Banyak hal yang tidak dapat dapat diselesaikan dan terungkap dimasa lalu sekarang dapat dipecahkan. Perhitungan perhitungan non linear yang sangat kompleks sekarang telah dapat diselesaikan dengan super computer atau bahkan dengan mempergunakan Personal Computer versi mutkhir yang terbaru. Dari satu aspek, maka dapat dikatakan bahwa teknologi dapat dikatakan sebagai motor perubahan dan perbaikan kualitas hidup manusia. Dalam hal produktivitas Robot Cerdas telah dapat menggantikan pekerjaan manusia dengan ketelitian yang sangat tinggi dan tanpa niempunyai perasaan lelah. Namun, untuk kasus Indonesia dampak lain seyogyanya memperoleh perhatian yang seksama. Dampak tersebut antara lain penyerapan angkatan kerja yang selalu menumpuk.

Sisi lain dari kemajuan teknologi dalam bidang elektronik, komputer dan software adalah dikembangkannya Sistem Pakar, sehingga dampaknya adalah banyak aktivitas yang personilnya dapat dikurangi. Sebagai contoh masalah ini adalah Sistim Pakar untuk Kegiatan Medis dan Sistim Permesinan Kapal telah dapat menguarangi banyak staf yang lazimnya diperlukan di lingkungan tersebut. Dalam kasus ini Kemajuan Teknologi telah merampas pekerjaan manusia.

Teknologi dan Sistem Value


Teknologi telah mengubah sistem nilai dari suatu masyarakat. Pada masa masa sebelumnya, perusahaan besar yang mempunyai markas besar di beberapa kota besar, misalnya New York, Chicago, Los Angeles dan Houston pada umumnya memiliki suatu setting perkantoran yang lengkap termasuk staffingnya. Namun sekarang ini dengan sistem komunikasi yang sangat canggih hal tersebut (perkantoran cabang) dapat dikurangi dan dapat dikendalikan dari suatu markas besar dengan fasilitas cabang yang jauh sederhana dari masa sebelumnya. Pada hampir segala posisi dan waktu seorang pimpinan dapat mengontrol kemajuan pekerjaan dari stafnya. Letak dan geografis sekarang ini bukan lagi merupakan kendala dalam suatu sistem manajemen. Memperhatikan diatas, maka nilai kebangsaan sudah bergeser. Pada mulanya nilai kebangsaan dibatasi oleh letak geografis atau suatu negara, sekarang ini banyak warga suatu negara menjadi anggota kosmopolitan atau warga dunia. Seandainya pengertian ini tidak dari awal disampaikan, hal tersebut akan mcmberikati kemungkinan salah persepsi atau cap yang keliru kepada orang yang mempunyai kualitas mendunia dengan sebutan anasionalis. Ini adalah suatu paradigma baru dari sistem kehidupan akibat kemajuan dalam teknologi khususnya dalam bidang elektronik atau telekomunikasi. Contoh lain dapat dielaborasi dalam perkuliahan dikelas. Diskusi / Pertanyaan : 1. Coba dielaborate lebih jauh perihal dampak peralatan elektronik pada kehidupan manusia 2. Berikan suatu bahasan atas perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan teknologi 3. Dalam aspek values dari kehidupan berikan suatu evaluasi baik kebaikan maupun ketidakbaikannya menurut Saudara Referensi : 1. "Teknologi dan Dampak Kebudayaan", Vol I dan II, YB. Mangun Wijaya, Yayasan Obor, Jakarta, 1983 2. Teich, Albert ed , "Technology and the Future", St. Martin Press Inc. NewYork, USA, 1997 3. Pytlik, E.C. et al, "Technology Change ad Society", Davis Publication Inc, Masachussets, USA. 1978 4. Ravianto, J. ; "Produktivitas dan Teknoloi;, EvolusiTeknologi, Robotisasi dan Manajemen Produksi, Lembaga sarana Informasi Usaha dan Produktivitas", Jakarta, Indonesia. 1985 5. Toffler, A; "The Thrd Wafe", alih bahasa a.n. PT. Pantja Simpati, Jakarta Indonesia. 1989

8.6. Perspektif Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Era Industrialisaasi dan Globalisasi
Oleh Ir. Syarifu(l(lin M, M. Eng.

Pendahuluan
Arus Globalisisi yang inelanda dunia bisnis pada saat ini, dicirikan oleh perubahan- perubahan dalam proses bisnis internasional yang tidak pernah dibayangkan semula. Jika globalisasi tersebut dapat dianggap sebagai proses integrasi bisnis global tanpa mengenal batas-batas negara lagi, maka tekanan-tekanan yang terjadi dalam dunia bisnis dimana saja membawa serta peluang, tantangan dan ancaman yang semakin sulit dihadapi dunia bisnis negara-negara berkembang dan yang sedang membangun. Laju kemajuan teknologi, ditandai oleh kemajuan dalam Bidang "Advanced Material Technology", Bio Technology, Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta kecepatan informasi yang bersifat global, merupakan suatu ancaman yang berat bagi industri di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Globalisasi telah menyebabkan gelombang-gelombang dan gejolak ekonomi global yang tidak menentu arahnya, sehingga menimbulkan kesulitan dan kendala khusus bagi negara-negara bekembang, yang pada umumnya masih bergantung pada sektor primer dan sektor sekunder yang bersifat konvensional dan tradisional. Proteksionisme, baik yang direkayasa secara canggih, maupun yang diterapkan secara terang-terangan, seperti "Super Law 301" Amerika, merupakan hasil rekayasa yang disebut "Keunggulan Komparatif buatan manusia" (Man Made Comparative Advantages) , Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan eksternal bisnis industri nasional, menuntut adaptasi dan terobosan tepat waktu dan secara tepat. Gejaia-gejala berikut ini adalah merupakan indikator tantangan global masa depan industri di Indonesia yaitu Tumbuhnya kawasan wilayah pasar bersama yang saling bersaing denganketat. Makin singkatnya daur hidup produk dan makin canggihnya teknologi proses produksi dan teknologi manufaktur. Meningkatnya penemuan material baru. Persepsi yang berbeda di antara kelompok-kelompok dalam lembaga wilayah pasar bersama Terjadi "Cross Cultural problems" dalam proses bisnis intern semakin meningkatnya peran IPTEK dengan dukungan R & D Dasar dalam persaingan produk dan jasa hasil industri. Teknologi pemasaran dan operasional berwawasan global yang terselubung dan makin canggih. Fluktuasi mata uang dunia yang berdampak pada tingkat harga produk dan jasa yang dipasarkan.

Terjadinya resesi dunia yang bekepanjangan. Export Financing dengan rekayasa keuangan yang makin canggih dan bersifat global, yang dikaitkan dengan suplai produk dan jasa industri. Dalam dunia yang pertumbuhannya makin saling mendekati antar negara dan bangsa, sehingga makin kompleks, dan terjadi persaingan yang makin ketat tetapi menuntut kerjasama yang makin koperatif; dan ciri-ciri proses bisnis menjadi sebagai berikut Perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung semakin cepat. Teknologi yang berubah semakin maju dan cepat. Kecepatan komunikasi dan arus informasi berlaku secara global. Timbulnya unifikasi kawasan dan wilayah pasar, yang merombak tatanan ekonomi, sosial, politik, budaya dan pertahanan keamanan. Persaingan yang makin keras berdimensi lintas batas negara dalam konteks perdagangan bebas, dan membawa serta masalah lintas budaya silang (Cross Cultural Problems), tetapi membawa serta makin meningkatnya proteksionisme diantara negara maju. Mencuatnya masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia dan "Intelectual Property Right" dan perdagangan global. Perubahan dalam gaya hidup, yang membawa serta singkatnya daur hidup produk, mengecil dan makin cepatnya "Production Batch", tuntutan "Total & Fast Services" bagi industri jasa, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang memuaskan pelanggan.

Permasalahan yang Dihadapi


Demikian cepatnya pembangunan sektor industri serta sector-sektor ekonomi lainnya pada PJP I temyata telah menimbulkan pennasalahanpermasalahan di bidang penyediaan SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRIAL yang memiliki keahlian dan kemampuan / keterampilan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan ekonomi yang bersangkutan. Hal tersebut dapat timbul karena antara pihak penyedia tenaga kerja dengan pihak pengguna tenaga kerja masih belum terkait secara seimbang dan serasi (terjadi "mismatch"). Belum adanya "LINK and MATCH", antara pihak-pihak yang berkecimpung dibidang pengembangan Sumber daya Manusia Industrial dengan Pihak pengguna sumber . daya manusia industrial ditandai dengan terjadinya "kontradiksi" sebagai berikut Disatu pihak dunia usaha/dunia industri memerlukan adanya sumber daya manusia yang siap keja dan memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan kualifikasi jabatan industri yang telah ditetapkan. Didalam praktek, seringkali dunia usaha mengalami kesulitan untuk memperolehnya. Dilain pihak ternyata banyak dijumpai tenaga kerja yang tidak mendapatkan tempat kerja (menganggur) yang jumlahnya relatif cukup besar.

Permasalahan yang terungkap diatas adalah sebagai akibat adanya hal-hal sebagai berikut Belum adanya lembaga pendidikan Umum (General Education) dan Lembaga Pendidikan Khusus (Special Education) dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia yang ahli dan terampil (dalam jenis,

klasifikasi dan kualifikasi yang sesuai) dan dalam jumiah yang memadai untuk mengisi adanya kebutuhan sumber daya inanusia yang siap kerja bagi sektor industri dan sektor-sektor lainnya yang dalam lima tahun terakhir ini berkembang dengan relatif sangat cepat. Belum jelas hubungan antara kegiatan pendidikan umum dengan pendidikan spesial kejuruan sehingga tidak dapat diciptakan iklim yang mendukung penyelenggaraan pendidikan tersebut secara lebih mantap. Sudah tidak sesuainya kurikulum dan silabus pendidikan secara nasional sehingga hal tersebut tidak dapat menghasilkan sumber daya manusia yang tepat dan siap kerja.

Penerapan Teknologi Maju di Indonesia


Teknologi Maju yang padat modal dicetuskan dalam Pembangunan Indonesia karena bcrbagat pertimbangan, yaitu : Pembangunan Sektor Industrr yang menggunakan Teknologi Modern yang mutakhir merupakan pertanda bahwa suatu negara sanggup untuk secara ekonomi berkembang. Perlu diadakan Investasi dengan Proyeksi yang jauh kemasa depan. Penggunaan dari Teknologi Modern dan Maju memungkinkan manager dan pekerja untuk menguasai keterampilan-ketrampilan yang harus dipunyai untuk dapat menggerakkan ekonomi yang modern. Industri-industri yang mempunyai laju pertumbuhan besar adalah Industri-industri yang menggunakan Teknologi Maju. Derajat intensitas modal yang besar dari industri modem memungkinkan dikumpulkannya surplus yang besar yang kemudian dapat diinvestasikan untuk mendapatkan laju portumbuhan yang lebih besar lagi. Penggunaan Teknologi Maju pada negara-negara berkembang pada umumnya gagal untuk menghasilkan laju pertumbuhan yang diperkirakan, dan malah dicap sebagai biang keladi dari Ketidakmampuan dari ekonomi yang dihasilkan dari strategi tersebut untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerjanya. Pendorong urbanisasi, yang menyebabkan masalah-masalah urban yang kompleks dan menakutkan di kota-kota atau didaerah urban.

Alternatif TEKNOLOGI apa yang tepat untuk diterapkan disuatu negara berkembang ? Perlu diperhatikan pemasalahan-permasalahan sebagai berikut : Sejauh mana Teknologi Alternatif tersebut dapat memadukan berbagai komposisi faktor ekonomi berupa modal, tanah, ketrampilan tenaga kerja untuk menghasilkan produk yang diinginkan ?. Baikkah pengembangan finansial dari Teknologi Altematif tersebut ? Apakah harga dari faktor-faktor produksi benar-benar sudah sesuai dalam mencerminkan secara relatif kelangkaannya didalam suatu ekonomi ?

Argumen-argumen yang mendukung digunakannya Teknologi Tepat (Appropriate Technology) di dalam pembangunan negara-negara berkembang : Teknologi Modern yang mutakhir dikembangkan untuk memenuhi tuntutan dan negara-negara yang maju industrinya. Negara-negara tersebut mempunyai pasar yang besar akibat daya belinya kuat. Kondisi dinegara maju adalah berlimpah dalam modal, entrepreneur dan keterampilan managemen, sedangkan tenaga kerja sangat langka. Modal yang tersedia di dalam suatu negara yang berkembang tidak dapat membeli teknologi modern yang cukup untuk mempekerjakan semua tenaga kerjanya dalam sektor-sektor industri yang cukup luas. Sebaliknya di negara berkembang, tenaga kerja yang tidak trampil merupakan hal yang melimpah. Sumber ini sewaktu-sewaktu dapat dikerahkan kedalam usaha produksi dan suatu teknologi yang tepat akan memanfaatkan sumber kekayaan SDM ini dcngan lebih banyak dalam setiap satuan INPUT produksinya. Setiap tahapan pertumbuhan mempunyai alternatif teknologinya yang terbaik. Oleh karena itu negara-negara yang berkembang jangan secara drastis dan tiba-tiba melepaskan diri dari tradisinya, sebaliknya negara-negara ini, mengembangkan dan menciptakan hubungan-hubungan dengan teknik-teknik, ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan-pengetahuan tradisionalnya. sektor-sektor Tradisional yang telah dikembangkan ini erat hubungannya dengan pertanian dan industri-industri penunjang, lagi pula bersifat meningkatkan permintaan akan "consumer's good" yang tradisional. Oleh karena pada dasarnya investasi dapat dipecah-pecah, maka teknik-teknik yang lebih tepat dapat dengan lebih mudah. diintrodusir keunit-unit yang aktifitas ekonorninya tradisional dan kecil. Penyebaran modal kecil-kecilan serupa ini serasi dengan ukuran-ukuran organisasi dan kemampuan manajemen dan entrepreneur yang sudah ada. Penerapan dari Teknologi Modern sering tidak memperhitungkan sumber-sumber bahan baku yang tersedia dinegara berkembang, karena teknologi-teknologi tersebut dikembangkan untuk alam lingkungan negara maju yang berbeda. Proses-proses dan konstruksi-konstruksi dari teknologi modern dapat tidak tepat sama sekali bagi iklim dan geografi dari negara-negara berkembang. Teknologi-teknologi yang memanfaatkan sumber-sumber kekayaan suatu negara berkembang dengan lebih baik, pada kenyataaannya menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih besar disamping juga mengakibatkan terdapatnya suatu distribusi pendapatan yang lebih imbang.

Jadi suatu Strategi Pembangunan yang komprehensif haruslah memanfaatkan, baik teknologi yang padat modal (teknologi tinggi), maupun yang padat tenaga kerja. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengelola tenaga kerja agar mereka berusaha keras menyesuaikan diri dan meningkatkan semangat kerja sesuai dengan program organisasi adalah Adanya rasa kepastian akan kelanjutan mereka bekerja tanpa adanya pemecatan atau pemindahan yang tidak dimengerti oleh yang bersangkutan.

Pimpinan yang bersedia membuka diri, mempertimbangkan saran-saran bawahan, sudi melihat masalah dari sudut bawahan sebagai bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan. Fasilitas kerja yang layak yang memungkinkan terlaksannya pekerjaan dalam batas minimal bagi jabatan tertentu. Kemungkinan untuk maju, kesempatan menambah pengetahuanpengalaman, mengikuti program-program training, upgrading dan sebagainya. Penempatan jenis pekerjaan yang cocok dengan minat, bakat, pengalaman, pendidikan, dan cita-cita masa depan. Adanya teman sepekerjaan yang sefaham, bisa diajak bicara dan bekerjasama, hubungan baik, dan saling mengerti Adanya peraturan-peraturan kepegawaian yang adil, dipatuhi semua pejabat secara konsekwen, tak selalu berubah dalam waktu yang singkat, jelas dan praktis. Adanya kondisi kerja yang layak bagi kesehatan karyawan, penerangan lampu, ventilasi, suhu dan kebersihan.

Teknologi dan Pendidikan


Dalam abad informasi ini, berbicara apa saja, apalagi bidang pendidikan hampir tidak bermakna, tanpa dikaitkan dengan "perubahan" (change) dan "persaingan" (competition). Baik perubahan maupun persaingan, langsung atau tidak ditentukan oleh manusia. Sedangkan bobot sang manusia tadi "nilai tambahnya" ditentukan oleh proses pendidikan. Jadi ketiganya (perubahan, persaingan dan pendidikan) dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Dimana pendidikanpun, tidak saja mengalami perubahan tetapi sekaligus menjadi medium untuk memenangkan perlombaan alias persaingan serta menjadikan orang mampu untuk menghadapi perubahan. Salah satu segi yang menonjol dari perubahan tadi adalah Perkembangan IPTEK termasuk Teknotogi Komunikasi serta kaitannya dengan Teknolo Informasi (Komputer) yang hyper peka terhadap Inovasi. Yang pada gilirannya turut melahirkan lagi perubahan demi perubahan berikutnya. Kesan dan pesan yang dibawa oleh informasi tadi bergerak serentak menjagad dan terus menerus, membuat bumi kita semakin mengecil dan menyatu, tak ubahnya seperti kapal angkasa yang bemama "BUMI", dengan beratus Kabin, baik diburitan maupun dihaluan. Satu diantaranya kabin bernama INDONESIA dengan 200 juta penumpang yang berjubel didalamnya. Pertanyaan yang relevan dengan hal ini adalah Bagaimana peran TEKNOLOGI dalam alam perubahan tersebut diatas ? Industrialisasi yang demikian sarat dengan teknologi didalamnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap tatanan social kemasyarakatan yang ada. Industrialisasi juga banyak diharapkan akan menyerap tenaga kerja. Masalah pokok yang dihadapi disini justru kualitas sumber daya manusia yang ada dianggap terlalu rendah, yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia. Kurangnya tenaga kerja yang berkualitas dan berketrampilan tinggi akan bisa menghambat laju pertumbuhan industri yang terus meningkat pesat. Proril tenaga kerja Indonesia kita pada saat ini (Pada awal Pembangunan Jangka Panjang Kedua) seharusnya: 5 % Berpendidikan Tinggi

32 % Berpendidikan Menengah 52 % Berpendidikan Dasar 11% Tidak berpendidikan Kenyataannya sampai saat ini, profil tenaga kerja Indonesia, masih 2 % Berpendidikan Tinggi 11 % Berpendidikan Menengah 34 % Berpendidikan Dasar 53 % Tidak Berpendidikan Artinya kita masih belum memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk masuk era industrialisasi untuk lepas Kemajuan Teknologi pada negara-negara industri 40 % sampai dengan 50 % disebabkan oleh penggunaan teknologi Jepang 65 % disebabkan oleh penggunaan teknologi. Pandangan bahwa Teknologi yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan kesempatan kerja, adalah pandangan yang tidak tepat karena persepsinya adalah jangka pendek; malahan yang terjadi adalah sebaliknya kalau kita menurunkan tingkat teknologi berarti akan menurunkan pula daya saing, dan dengan turunnya daya saing berarti pangsa pasar akan mengecil, dan dengan demikian surutlah kesempatan kerja, dan jelas ini merupakan proses mundur. Didalam mengantisipasi tantangan abad XXI yan diramalkan akan sangat sarat dengan IPTEK, maka strategi yang harus diambil adalah sejauh mana pendidikan mampu menjadi wadah untuk mempersiapan peserta didik memasuki abad teknologi tersebut. Kenyataan yang dihadapi pendidikan (kurikulum, laboratorium, kualitas pengajar, dan lain-lain) seringkali tampak sering tertinggal didalam menghadapi kemajuan IPTEK yang begitu cepatnya. Industri dan lapangan pekerjaan lainnya seringkali justru tampak jauh lebih cepat mengaplikasikan kemajuan teknologi yang ada, sedangkan pendidikan karena birokrasi kelembagaan yang di hadapi tampak tidak begitu saja bisa cepat menyesuaikan dirinya. Akibatnya, lembaga pendidikan yang seharusnya bias memasok kebutuhan tenaga kerja dalam jumlah, mutu dan kesesuaian dengan lapangan kerja yang ada seringkali tidaklah bisa memenuhinya. Kondisi inilah yang kemudian sering dikeluhkan oleh masyarakat industri dengan istilah "tidak siap pakai". Haruslah disadari bahwa IPTEK adalah sesuatu yang akan terus berkembang. Teknologi sendiri yang sekarang diaplikasikan dalam berbagai macam sektor industri, mungkin dalam waktu 3 sampai 5 tahun lagi sudah akan dianggap usang dan tidak terpakai lagi. Kecenderungan yang ada sekarang adalah perkembangan teknologi tampak sedemikian pesat, tetapi disisi lain daur hidupnyapun jadi lebih pendek. Oleh karena sifat teknologi yang dernikian itu , maka sebaiknya dalam pendidikan kepada peserta didik diajarkan dan diupayakan untuk lebih menguasai ilmu-ilmu dasar (science) dan ilmu-ilmu terapan (engineering) yang melandasi perkembangan teknologi tersebut. Didalam menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi maka ada beberapa hal yang perlu ditanamkan kepada para peserta didik, yaitu kesadaran, disiplin dan kepekaan mereka terhadap kualitas, waktu dan biava. Ketiga hal ini merupakan jiwa dan semangat (spirit) yang melandasi lndustri didalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Bilamana pendidikan dianggap sebagai tempat untuk mempersiapkan pescrta

didik didalam mengisi lapangan kerja di Industri maka tak pelak lagi penanaman nitai-nilai (kualitas, waktu dan biaya) yang pada saatnya nanti justru akan menentukan kelangsungan hidup industri haruslah bisa diberikan sedini mungkin. Industri juga menuntut satu etos kerja yang harus dipenuhi oleh setiap tenaga kerja yang ada dan kesadaran untuk bekerja sama dalam sebuah tim Proses industrialisasi keberhasilannya akan dilihat tidak saja dari pertumbuhan ekonomi, melainkan juga seberapa jauh industrialisasi tersebut akan mampu mengatasi problem ketenaga-kerjaan. Dengan industrialisasi, maka akan dipertanyakan seberapa efektif pembangunan di sektor indlistri ini mampu menyerap tenaga kerja dan seberapa efektif pula kesempatan kerja yang telah tercipta tersebut akan berhasil dipakai sebagai ukuran pemerataan pendapatan.

Penidikan Ditengah Perubahan


Semakin dirasakan bahwa tidak ada yang langgeng, kecuali perubahan itu sendiri. Seperti diungkapkan oleh Leon Martel yang bersama Herman Kahn dan William Brown dalam buku "The Next 2000 Years" menyatakan adanya perubahan struktural pada berbagai bidang kehidupan, yaitu antara lain bidang Informasi, Komunikasi, Industrialisasi, Penduduk, Pekerjaan, Sikap dan Pendidikan. Dengan berakhimya perang dingin Timur dan Barat, maka perlombaan senjata bergeser kearah perlombaan ekonomi. Pada bidang ekonomi ternyata Jepang mengungguli Amerika Serikat dan negara maju lainnnya. Negara maju terutama Amerika Serikat penasaran, mencari sebab musabab keunggulan ekonomi Jepang tadi. Dan semua mereka sepakat bahwa biang keladi kemajuan ekonomi Jepang terletak pada Sistem Pendidikannya yang unggul. Bahwa anak SD umur 12 tahun di Jepang prestasi akademiknya di bidang matematika dan sains lebih unggul dari kawan sebaya mereka di barat, Misalnya anak Jepang usia 12 tahun sama dengan kemampuan anak Barat termasuk Amerika Serikat berusia 15 tahun. Kerisauan mengenai ketertinggalan mutu pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah ini tampak dalam laporan Komisi Pembaharuan Pendidikan (amerika Serikat) pada tahun 1983 dengan judul "A Nation at Risk." (Sebuah Bangsa dalam Bahaya - Leon Martel). Dapat kita bayangkan, Amerika yang Perguruan Tingginya terkenal "excellent" menyadari pendidikan dasar dan menengahnya kalah dibandingkan dengan Jepang. Dan hal demikian dianggap ancaman bagi eksistensi negaranya. Untuk mengejar ketertinggalan ini semua negara maju termasuk Amerika Serikat berlomba merombak pendidikan mereka. Dengan keyakinan bahwa perlombaan bahwa tidak lagi dibengkel dan laboratorium tetapi dalam ruang kelas. Dalam waktu singkat kita menyaksikan bahwa obyek perlombaan telah bergeser dan bcrubah yaitu dari "perlombaan senjata" ke "perlombaan ekonomi" yang akhirnya bermuara pada perlombaan bidang pendldikan. Dunia Pendidikan mengalami perubahan structural. "Leon Martel" memperinci perubahan tadi sebagai berikut Pertama : Literasi tradisional sebentar lagi hampir universal. Perang terhadap buta huruf (iliterasi) dimana-mana menunjukkan hasil yang memuaskan, Misalnya sejak tahun 1980-an lebill dafi 50 % pemuda usia

sekolah 6 - 23 tahun di dunia telah mengenyam pendidikan. Tidak mustahil titik balik ini akan membawa kecerahan bagi ununat manusia. Kedua : Literasi baru (Komputer) sama pentingnya dengan literasi tradisional. Pelbagai negara berlomba-lomba memasukkan komputer dalam kurikulum pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Malah di Singapura, bukan saja pada lingkungan sekolah, tetapi juga pada lingkungan kerja maupun komunitas. Sehingga pada tahun 1990, semua kebutuhan tenaga komputer profesional, sudah dipenuhi sendiri. Hal yang sama diikuti oleh semua negara ASEAN kecuali kita. Ketiga : Menyiapkan peserta didik untuk masa depan karenanya isi (content) pendidikan berubah. Diantaranya yang menonjol adalah sebagai berikut Keahlian menjadi jantung (core subject) ialah matematika dan sains (IPTEK).Subjek ini tidak. saja menjadi dasar teknologi informasi, tetapi juga menjadi prasyarat untuk semua keahlian, seperti . communications, material sciences, robotics, alternative energy sources, enviromental protection, medical electronics, bio science aild bio engineecring. Dan subyek-subyek lain yang dibutuhkan antara lain adalah Scientist and and engineers for research and technology. Vocational Training. Education for non specialist. Pengetahuan tentang bangsa lain, baik prestasi manusia maupun bahasanya. Humanities, demi inemelihara mutu kreativitas dalam menghadapi perubahan. Juga mengingatkan bahwa dalam akselerasi perubahan yang konstan adalah "human nature" dan "natural world" Keempat : Kapan dan dimana kita dididik telah mengalami perubahan. Yang dididik bukan saja sebatas usia 6 - 23 tahun, pendeknya sekarang untuk segala usia. Lokasinya tidak saja di sekolah atau kampus, tetapi meluber ke berbagai lingkungan kerja dan perusahaan yang menawarkan berbagai program sesuai dengan kebutuhan. Pendeknya pendidikan untuk semua.Siapa saja dapat belajar apa saja, kapan saja dan dimana saja secepat kemampuan masing-masing. Jadi setiap lingkungan kehidupan menjadi lingkungan belajar. Tak ada waktu tanpa belajar. Hidup sebagai "Universitas Kehidupan" semakin menjadi kenyataan.

Situasi Pendidian Lingkungan


Implikasi perubahan diatas menunjukkan bahwa semakin banyak manusia yang melek huruf, maka semakin terbuka peluang untuk menjadi anggota yang secara penuh berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat harl ini. Sedangkan penguasaan literasi baru (Komputer) memampukan manusia untuk secara penuh berpartisipasi sebagai warga hari esok. Disamping itu

kebutuhan akan reorientasi isi (content), pendidikan dari sekadar memelihara warisan masa silam kepada persiapan masa depan. Dan aktifitas tidak saja melibatkan peserta didik manusia muda (6-23 tahun) dalam ruang kelas, tetapi segala umur pada semua jenis lingkungan tempat. Dan bagaimana posisi dan kondisi pendidikan di "kabin" Indonesia menghadapi perubahan dan perlombaan tadi, merupakan tantangan bagi pemuda Indonesia. Beranikah mereka menghadapinya ?. "Donald P.Macedo" mengkritik dengan tajam sistem pendidikati di negerinya (Amerika Serikat) yang dikatakan melahirkan kaum terpelajar yang sudah termanipulasi dan sudah terindoktrinasi sehingga tidak mampu secara kritis membaca realita dan lantas menjadi munafik. Mereka juga semakin terikat kepada kepentingan pribadi dan pada sistem yang memberikan "special privileges". Dalam banyak kasus individu-individu tadi mulai mempercayai kebohongan, dan dalam melaksanakan peranan sebagai pejabat, merekapun mempropagandakan kebohongan. Ia mengambil contoh "Perang VIETNAM" yang didukung oleh mayoritas warga terdidik, nyatanya, menurut Gallup Poll (1982) mengungkapkan diatas 70 % rakyat biasa tetap mengatakan perang Vietnam "fundamentally wrong and immoral" (secara fundamental salah dan tidak bermoral dan bukan suatu kekeliruan). Selanjutnya Donaldo P.Macedo mengecam bahwa bukan pendidikan demokratis yang dipunyai oleh Amerika seperti yang mereka klaim, tetapi sesungguhnya model pendidikan kolonial yang canggih yang direkayasa untuk melatih pegawai negeri. Jadi bukan sistem yang menggalakkan pemikiran bebas dan kritikal tetapi model literasi zaman kolonial yang dirancang untuk menjinakkan agar menghasilkan persetujuan (manufacture of consent). Yang lebih gawat lagi inenurut Macedo sistem yang ada tidak berbeda dengan fasis Hitler yang menentang fikiran bcbas dan kritikal. Dan Macedo menutup tulisannya yang provokatif itu dengan mengutip katakata Hitler "What good fortune for those in Power that people do not think". Dari tulisan Macedo, moral yang kita tarik ialah keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang selama ini dianggap telah mapan (established) di negerinya (Amerika Serikat). Bukankah pendidikan Amerika selama itu, apalagi pendidikan tingginya terkenal unggul, melahirkan pemikiran demokratis, bebas dan kritikal. Dan Macedo mengecam sistem pendidikan tadi sebagai "literasi untuk pembodohan, mendidik kebohongan-kebohongan besar" (Literacy for Stupidification, the Pedagogy of Big Lies) seperti yang dipublikasikan pada Jumal "Harvard Education Review - 1993. Dan timbul pertanyaan kita, bagaimana komentar Macedo mengenai Sistem Pendidikan Indonesia ? Apakah sistem pendidikan kita lebih baik atau lebih jelek atau sama saja dengan, Amerika Serikat ? Akan tetapi hal ini tidaklah menjadi soal, yang terpenting buat kita apakah kita masih mempunyai keperdulian, "inquiry kind", kepetualangan dan tentu saja keberanian untuk mempertanyakan apa yang kita miliki. Untuk maksud itulah pintu sekolah dibuka dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Referensi :

1. ITS, "Strategi Pendidikan dan kaitannya dengan Pertumbuhan Tenag 2. 3. 4.


Kerja dan Pembangunan Idnustri pada dengar Pendapat dengan Kmisi IX DPR RI",4 Juni 1993, Jakarta Ditjen Dikti Depdikbud, "Perkembangan Pembinaan Pendidikan tinggi dalam Pelita V dan Rancangan Pembinaan pada REOELITA VI", Rakernas depdikbud 1993, 3-5 Agustus 1993 B.J. Habibie, Prof .Dr. Ing, Menristek RI, Seminar "Trend Teknologi abad 21", 26 Agustus 1993, BPPT, Jakarta Wardiman Djojonegoro, Prof, Dr, Ing, "Arah dan sarana PJPT II sepuluh tahun pertama Bidang Pendidikan / Pendidikan Tinggi, Seminar Nasional Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perguruan tingi di Idonesia", 30-31 agustus 1993, Sawangan Bogor. John naisbitt, "The Global Paradox", John Naisbitt, 1994 Syariffuddin, Mahmudsyah : "Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Kebudayaan Nasional",Surabaya, 1 Oktober 1994 Syariffuddin, Mahmudsyah : "Peranan Lembaga Pendidikan Tinggi Teknik elektro dalam Menunjang Industri Pariwisata" ; Denpasar Natour bali Hotel, 29 Oktober 1994

5. 6. 7.

8.7. Bentuk Masyarakat Masa Depan


Olek Drs. Usman A.iief, M. Dalam rangka memasuki era masyarakat industrial di dalam wadah negara industri perlu dipersiapkan dan diupayakan terwujudnya bentuk masyarakat masa depan yang diharapkan. Bagaimana bentuk masyarakat masa depan Setidak-tidaknya ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebagai gambaran masyarakat masa depan. Bentuk masyarakat masa depan adala'h suatu masyarakat/bangsa yang harus memiliki : 1. Struktur sosial masyarakat yang bersifat egaliter. Tanpa struktur masyarakat yang egliter, maka walaupun proses industrialisasi tersebut dapat menciptakan industri secara fisik, namun tidak mampu mengangkat harkat hidup anggota masyarakat secara utuh, karena kreativitas anggota masyarakat terbelenggu. Kritik yang konstruktifpun diberangus, apalagi yang tidak konstruktif. Hal ini merupakan penghambat lahirnya anak-anak bangsa yang datang dengan menawarkan pemikiran-pemikiran altematif untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa/masyarakat. Dalam hal ini kita harus bercermin pada kegagalan pemerintah Rusia yang bersifat otofiter. 2. Kelompok / Kelas Menengah. Yaitu suatu kelompok elit yang kehidupan sosial ekonominya tidak tergantung pada negara dalam struktur sosial suatu masyarakat. Mereka merupakan suatu kekuatan yang tangguh, karena mereka menjadi besar bukan hasil dari KKN. Keberadaan kelas menengah ini sangat dibutuhkan sebagai sumber inovasi teknologi maupun sumber pemikiran alternatif dalam mendukung keberhasilan proses industrialisasi. 3. Masyarakat yang partisipatif terhadap program-program pembangunan di segala bidang. Dalam hal ini, maka tugas pemerintah terutama,

disamping masyarakat, untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi munculnya masyarakat yang partisipatif, termasuk munculnya kelas menengah baru. Di samping tiga hal di atas, dalam skala ruang dan waktu yang lebih luas dan jauh ke depan, masyarakat / bangsa di dunia pada umumnya harus membangun peradaban baru, yaitu apa yang dikenal dengan nama "peradaban integratistik", ada pula yang menyebut "peradaban holistik". Peradaban tersebut harus diwujudkan apabila masyarakat/bangsa di dunia ini tidak ingin menyaksikan kehancuran umat manusia. Peradaban tersebut lahir sebagai akibat kegagalan -kegagalan peradaban besar yang lahir dari 2 ideologi besar, yaitu ideologi komunis dan ideologi liberalisme Dalam perjalan sejarahnya, kedua ideologi tersebut telah melahirkan trageditragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan. Bersyukur, peradaban komunis telah bangkrut, ditandai dengan hancumya negara adi kuasa Uni Soviet yang berideologi komunis. Pada saat ini, secara perlahan-lahan namun pasti, peradaban modern (liberalis) dengan semangat individualistiknya juga semakin surut. Fenomena surutnya peradaban modern/liberalis dan keharusan tumbuhnya peradaban integralistik terekam dalam 2 (dua) laporan dari Club of Rome. Klub tersebut beranggotakan sejumlah pemikir, pemimpin agama, negarawan, filosof dari berbagai bangsa. Laporan ke-3 dengan judul "Reshaping the International Order" menyimpulkan adanya "Planetery Interdependence" (saling ketergaiitungan di planet bumi ini). Dengan adanya hal tersebut jelas bahwa tidak ada satu bangsapun yang dapat hidup dalam isolasi dari bangsa lain. Juga bangsa yang paling maju dan kuatpun tidak dapat lagi bereksklusif diri dari hubungannya detigan bangsa lain, juga tidak ada satu bangsapun yang dapat menghindarkan diri dari dampak tingkah laku dunia lain. Dari hasil penilaian tersebut, Club of Rom (berpendirian bahwa ketertiban hanya dapat dilaksanakan dengan 6 (enam) prinsip, yaitu 1. keadilan 2. kemerdekaan 3. demokrasi dan partisipasi 4. kesetiakawanan 5. kebinekaan budaya, dan 6. integritas lingkungan Untuk itu bangsa-bangsa disarankan untuk menjalin kerjasama multilateral maupun global untuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan umat manusia. Kesimpulan Club of Rome tentang adanya. planetary interdependence merupakan petunjuk mengenai prospek surutnya peradaban modern (liberalis) dengan semangat individualistiknya, dan terlihat pula adanya trend berkembangnya peradaban integralistik. Kesimpulan tersebut juga mengisyaratkan adanya kesamaan prinsip-prinsip ketertiban dunia yang ditawarkan Club of Rome dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yang memang disusun oleh para pendiri bangsa ini dengan semangat dan jiwa integralistik. Isi Laporan ke-5 Club of Rome yang terpenting di sini adalah adanya penilaian, bahwa keadaan di dunia yang tegang dan di ambang kehancuran disebabkan oleh dianutnya berbagai pandangan dunia, antara lain pandangan dunia liberal oleh masyarakat Barat. Ada 3 (tiga) buah premis

ajaran ideologi liberalisme yang dianggap tidak lagi memadai untuk memecahkan problema dunia, karena itu harus direvisi. Tiga premis itu adalah;_ Pertama , kebebasan total individu untuk mengejar tujuan apa saja yang telah ia pilih, harus direvisi menjadi kebebasan dan tanggung jawab dalam mengejar tujuan yang sifatnya enlightened self interest yang akan membuahkan hasil yang menguntungkan individu maupun masyarakat. Kedua ; premis ini intinya mengandung konsep kebebasan maksimum bagi individu, harus direvisi menjadi kebebasan optimal bagi orang, organisasi korporasi, dan negara kebangsaan. Ketiga ; premis ini intinya adalah mengenai demokrasi, jika ingin tetap mewujudkan cita-cita demokrasi liberal, "the greatest goods for the greatest number" dalam kondisi dunia yang semakin saling tergantung dewasa ini, harus dilaksanakan dengan cara menahan diri secara suka rela dan tanggung jawab moral terhadap orang, grup dan bangsa lain. Laporan ke-5 dari Club of Rome ini, meskipun di satu pihak masih menunjukkan keengganan untuk meninggalkan pandangan hidup liberal, di lain pihak mengenai pemecahan problema dunia menunjukkan pemikiran integralistik. Konsep kerjasamaa antar bangsa dengan wujud tiap bangsa menyumbangkan kemampuan maupun sumber alam yang dimiliki, demi perdamaian dan kesejahteraan seluruh umat manusia yang disarankan oleh Laporan ke-5 Club of Rome ini adalah pergaulan antar bangsa yang bersifat integralistik. Dengan kata lain, peradaban integralistik yang meliputi kehidupan.antar bangsa/masyarakat sedang mulai tumbuh. Dalam hubungan ini, ideologi Pancasila yang sifat bawaannya adalah integralistik memiliki prospek yang cerah, karena mendapat peluang untuk berperan aktif dalam skala dunia, dengan. menawarkan pemikiranpemikiran alternatif yang bersifat integralistik untuk memecahkan berbagai persoalan dunia, dan untuk mewujudkan ketertiban dunia seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri negara Republik Indoiiesia, sekaligus demi kepentingan scluruh umat manusia. Namun yang harus dikerjakan pertama-tama oleh bangsa Indonesia adalah membangun peradaban integralistik bagi bangsa Indonesia sendiri. Diskusi / Pertanyaan: 1. Sudahkah muncul kelas menengah di Indonesia ? kalau jawaban anda sudah paparkan kondisinya dan harapan Anda 2. Apa saja yang harus dikerjakan dan dibenahi untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi munculnya masyarakat partisipatif ? 3. Pancasila bukan Integralistik. Integralistik adalah sebagian sifat bawaan atau pola pikir pacasila. Buktikan bahwa dengan mengamalkan pancasila berarti bangsa Indonesia ikut membangun peradaban integralistik ! Referensi: 1. Tichelman, F : "The Social Evoluation of Indonesia : The Asiatic Mode of Production and Its Legalcy", The haque, 1980 2. Goulet, Denis ; "The Uncertain Promise :value Conflict in Technology Transfer", IDOC-North America Inc, 1977 3. Vic George and paul Wilding ; "Ideology and Social welfare,

Routledge and paul Keagen", London, 1976 4. Laszio,elvin; "Goala for Mankind : A Report to the Club of rome on the New Horizons of Global Community", EP Dutton, New York, 1977

You might also like