You are on page 1of 30

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT (TEAMGAME-TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN

FIQH DI KELAS VIII MTS IBNUL QOYYIM PUTRA BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam Disusun Oleh :

Nurul Hidayati Rofiah NIM. 07410081 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010

ABSTRAK NURUL HIDAYATI ROFIAH. Penerapan Strategi Cooperative Learning Tipe TGT (Team-Game-Tournament) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Fikih di Kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2010. Latar belakang masalah penelitian ini adalah rendahnya keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul Yogyakarta yang disebabkan oleh rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik yang kenyataannya merupakan pihak yang secara langsung terlibat dalam pembelajaran, guru menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional sehingga menimbulkan kebosanan siswa. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan mengambil latar MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus tindakan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, angket, tes, dan dokumentasi. Urutan kegiatan penelitian mencakup: (1) perencanaan, (2) implementasi, (3) observasi, dan (4) refleksi Hasil penelitian menunjukkan: 1). Motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Fikih siswa kelas VIII di MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul sebelum pelaksanaan tindakan terlihat masih rendah. 2) penerapan strategi Cooperative Learning tipe TGT dalam pembelajaran Fikih di kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul dilaksanakan dalam tiga siklus yang setiap siklusnya dua kali pertemuan. Dalam pelaksanaan dengan menggunakan strategi TGT ini berjalan dengan lancar. Strategi TGT dalam pembelajaran ini mencakup presentasi kelas, belajar tim, turnamen, dan penghargaan kelompok. 3) Adanya peningkatan motivasi dan keaktifan siswa terlihat pada rasa senang, perhatian, ketertarikan, antusiasme, dan rasa ingin tahu, bekerjasama dalam kelompok, mendengarkan pendapat orang lain, antusias dalam mengerjakan tugas, perhatian, kemauan bertanya, dan mengemukakan pendapat. Secara keseluruhan peningkatan terjadi cukup baik, pada aspek keaktifan siswa pada observasi awal sebelum tindakan sebesar 31,7% (rendah), kemudian pada siklus I 55%(sedang), siklus II sebesar 74%(tinggi), siklus III sebesar 84% (sangat tinggi) hal ini mengalami peningkatan cukup baik yaitu 52,3%. Sedangkan pada aspek motivasi siswa sebelum tindakan sebesar 31.6%(rendah), kemudian siklus I 83,7% (sangat tinggi), siklus 83,7 % (sangat tinggi) dan siklus III menjadi 89%(sangat tinggi).

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini masih menerapkan dan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional), seperti ceramah, menghapal, demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering.1Dari situasi pembelajaran yang semacam ini hampir tidak ada kesempatan bagi siswa untuk menuangkan kreatifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Hal tersebut dapat menyebabkan proses pembelajaran menjenuhkan, membosankan, tidak menggairahkan, dan membuat siswa kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan Agama Islam. Mayoritas metode pembelajaran Agama Islam khususnya Fikih selama ini lebih ditekankan pada hapalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI.2 Secara psikologis apabila siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Akibatnya timbul rasa ketidakpedulian siswa terhadap guru agama dan tidak tertarik dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Implikasinya ranah afektif dan ranah psikomotorik tidak tercapai dengan maksimal. Kalau kondisinya sudah seperti itu maka akan sulit
1Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:RaSAIL, 2008), hal. 3. 2http://getskripsi.com/2009/10/aplikasi pembelajaran kontekstual diakses tgl 27 September 2010

mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran-ajaran agama. 3 Model pembelajaran aktif nampaknya merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran khususnya di madrasah, dengan menerapkan pembelajaran aktif diharapkan kualitas

pembelajaran lebih meningkat karena siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu siswa akan mengalami atau bahkan menemukan ilmu pengetahuan secara mandiri, sehingga apa yang ia ketahui dan pahami akan menjadi pengetahuan yang mempribadi. Salah satu model yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif.4 Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams-Games- Tournament (TGT). Pada tipe ini terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru. Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga membuat siswa aktif mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga masing-masing siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran tipe TGT, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini
3 Ibid. hal. 4. 4Anita Lie, Cooperatif Learning: Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal.8

memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru. Strategi TGT dapat diterapkan dalam PAI dan harapannya dengan penerapan strategi TGT mampu meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran PAI juga meningkat. Berangkat dari pentingnya perubahan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pembelajaran Fikih yang memiliki tujuan untuk membekali siswa tentang pengertian syariat Islam serta kaitannya dengan kehidupan dunia, siswa diharapkan dapat memahami aturan-aturan dalam hidup di dunia ini sesuai dengan tatanan syariat Islam. Serta karakteristik siswa yang senang terhadap pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan mengajak belajar sambil bermain, sehingga pembelajaran tidak membosankan maka penulis ingin melaksanakan penelitian yang berjudul Penerapan Strategi Cooperative Learning Tipe TGT ( Team-Game Tournament) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Pembelajaran Fikih Kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul Yogyakarta. Motivasi dalam pembelajaran mempunyai peranan yang penting karena tanpa adanya motivasi siswa tidak mungkin mempunyai kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi siswa merupakan salah satu tugas penting guru dalam proses pembelajaran. Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis. Guru menyusun desain pembelajaran dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki

motivasi intrinsik.5 Oleh karena itu, peneliti bersama guru mata pelajaran Fikih ingin melakukan perbaikan untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Fikih dengan menggunakan strategi pembelajaran yang

menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa yaitu dengan menerapkan strategi cooperative learning tipe TGT (TeamGame-Tournament). Dengan ini diharapkan siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar, yaitu pengalaman belajar bekerja bersama dan pengalaman untuk menyampaikan gagasan atau informasi, dan siswa memperoleh pengalaman langsung dalam menemukan pengetahuannya. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pembelajaran Fikih sebelum penerapan strategi cooperative learning tipe TGT (Team-Game Tournament)? 2. Bagaimana penerapan strategi cooperative learning tipe TGT ( Team-Game Tournament) dalam pembelajaran Fikih kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul? 3. Seberapa jauh penerapan strategi cooperative learning tipe TGT ( Team-Game Tournament) dalam meningkatkan keaktifan dan motivasi pembelajaran Fikih kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra
5 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 13.

Bantul? C. Landasan Teori 1. Fikih dan Pembelajarannya 2. Pembelajaran Fikih dengan Cooperative Learning 3. Keaktifan siswa 4. Motivasi D. Metode Penelitian E. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yakni penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. F. Desain (model penelitian) Desain penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan model siklus. Urutan kegiatan penelitian mencakup: (1) perencanaan, (2) implementasi, (3) observasi, dan (4) refleksi. G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah.6 Instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.149.

a. Peneliti Peneliti sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.7Peneliti juga ikut membantu guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. b. Lembar observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa. Lembar observasi keaktifan siswa merupakan lembar yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan aktivitas siswa pada saat pembelajaran di dalam kelas dan kelompok. Peneliti menetapkan 11 indikator untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Setiap indicator diberikan nilai sesuai dengan pengamatan observer terhadap siswa dalam satu kelompok dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Penskoran Aspek Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Nilai 0 1 2 3 4 Keterangan Tidak ada siswa yang melakukan
1 orang melakukan 2 orang melakukan 3 orang melakukan 4 orang melakukan

7 L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 121

c. Dokumentasi Merupakan suatu media untuk memperoleh gambaran visualisasi mengenai aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumen yang digunakan adalah foto-foto kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran dengan media kamera. d. Angket/Quesioner Angket ini berupa pertanyaan kepada siswa mengenai aktivitas, sikap, dan tanggapan mereka selama proses pembelajaran menggunakan strategi TGT. Angket motivasi ini terdiri dari dua puluh pertanyaan yang mengandung lima aspek motivasi yang ingin diamati yaitu: rasa senang, ketertarikan, perhatian siswa, rasa ingin tahu, dan antusiasme. Begitu juga angket keaktifan yang terdiri dari dua puluh butir pernyataan. Butir pernyataan angket keaktifan dinyatakan dalam dua bentuk yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Siswa mengisi angket dengan memberikan tanda (V) sesuai kondisi yang dialaminya pada setiap pernyataan. e. Pedoman wawancara Pedoman wawancara disusun untuk menerangkan dan mengetahui halhal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi serta mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

f. Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terkait dengan materi yang telah dipelajari g. Tes Digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor tes dan memperoleh data tentang hasil belajar siswa baik sebelum dan setelah dilakukan tindakan

KEAKTIFAN, MOTIVASI SISWA DAN STRATEGI TGT (TEAM-GAME-TOURNAMENT) DALAM PEMBELAJARAN FIKIH

A. Pembelajaran Fikih di Kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra sebelum

menggunakan TGT ( Team-Game-Tournament) Berdasarkan hasil observasi bahwa pembelajaran di kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra masih cenderung berpusat pada guru. Hal tersebut ditunjukkan pada pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang berlangsung secara sepihak. Guru membacakan materi, mengartikan mufrodat, dan menjelaskan materi Fikih. Tidak ada keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Hasil pengamatan yang terkait dengan keaktifan bahwa hanya 31,7% (katagori rendah)keaktifan siswa dalam pembelajaran dan motivasi belajar siswa hanya31,6% (katagori rendah). Penyebab keaktifan dan motivasi siswa rendah diantaranya: 1. Pembelajaran yang tidak menarik karena pembelajaran monoton, tidak ada variasi strategi atau metode. 2. Kurang perhatian siswa terhadap guru maupun materi Fikih yang sedang dipelajari dan dibahas. 3. Rasa kurang berani siswa untuk mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan, karena proses pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. 4. Penggunaan sumber belajar yang terbatas pada buku paket Fikih (Darsul Fikih).

B. Penerapan TGT (Team-Game-Tournament) dalam pembelajaran Fikih Kelas

11

VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Bantul Yogyakarta Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama delapan pertemuan, yang meliputi observasi awal, pra tindakan, siklus I (dua pertemuan), siklus II (dua pertemuan), siklus III (dua pertemuan) pada setiap hari Selasa jam ke 5 dan ke 6 (13.00-14.20) dan Sabtu jam ke 5 dan ke 6 (13.00-14.20) di kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra. Urutan kegiatan penelitian mencakup: perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi. C. Analisis Peningkatan Keaktifan dan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Fikih Melalui Strategi Cooperative Learning tipe TGT (Team-GameTournament) pada Siswa kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas pada siklus I, siklus II maupun pada siklus III lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru mampu membawa siswa untuk aktif berbagai bentuk belajar, berupa belajar kelompok, belajar menemukan dan memecahkan masalah. Pelaksanaan tindakan dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe TGT (Team-Game-Tournament) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih. Seorang guru hendaknya mempunyai inovasi dalam pembelajaran dan kaya akan strategi pembelajaran. Penerapan TGT ini mempunyai beberapa keunggulan atau kelebihan

diantaranya: pembelajaran lebih inovatif dan dinamis, menimbulkan rasa senang dan semangat siswa saat pembelajaran berlangsung sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa di kelas, memberikan pengalaman belajar kepada siswa tentang Team Work ( kerja sama), menghargai orang lain, menerima

pendapat orang lain, sikap sportif, dan lain sebagainya. Pelaksanaan tindakan pada siklus I, siklus II maupun siklus III sesuai dengan rencana meskipun ada beberapa rencana pembelajaran yang dimodifikasi. Dari hasil pengamatan (observasi) kelas, angket, dan wawancara terdapat peningkatan yang cukup berarti yang cukup berarti dalam motivasi dan keaktifan siswa yang merupakan dua hal yang mempunyai keterkaitan erat dengan keberhasilan dan kualitas proses pembelajaran. Berikut peningkatan - peningkatan yang terjadi setelah tindakan dilaksanakan:

1. Keaktifan Aktivitas siswa menentukan tercapainya tujuan pembelajaran dan merupakan kunci dari aktifitas pembelajaran, karena siswa adalah sasaran pendidikan.8 Pelaksanaan tindakan pada siklus I, siklus II maupun siklus III dengan menerapkan strategi cooperative learning tipe TGT( Team-GameTournament) dalam pembelajaran Fikih selama enam pertemuan, perubahan
8 Djohar, Guru Pendidikan dan Pembinaannya (Penerapannya Dalam Pendidikan dan UU Guru), (Yogyakarta: Grafika Indah, 2006), hal.100.

13

perilaku siswa yaitu keaktifan siswa terhadap pembelajaran terjadi karena adanya model pembelajaran yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya, pembelajaran di kelas lebih berpusat kepada siswa dengan menekankan adanya interaksi antar siswa, suasana pembelajaran lebih nyaman dan tidak ada ketegangan, siswa mempunyai kebebasan untuk bertanya, mengungkapakan gagasan atau ide. Guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan dan sikap kepada siswa, akan tetapi membawa siswa aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar kelompok, belajar mandiri, memecahkan masalah, game atau turnamen, dan lain sebagainya. Perubahan perilaku pada proses pembelajaran karena ada latihan dan pengalaman siswa. Perubahan yang terjadi tersebut secara bertahap mulai dari pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama hingga pertemuan ke enam pada siklus III. Beragam perubahan keaktifan yang dilakukan siswa selama pelaksanaan tindakan, beberapa diantaranya adalah: a. Visual Activities Kegiatan visual yang dapat dilihat dari perhatian siswa yaitu kegiatan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung memperhatikan dan mencermati penjelasan guru yang terkait dengan materi Fikih yang dibahas, pada siklus I sebagian siswa di kelas mulai tertarik dengan strategi

pembelajaran yang diterapkan sehingga dapat memicu siswa untuk memperhatikan materi yang sedang dipelajari. Aktivitas visual lain yang dapat diamati yaitu kegiatan membaca yang dilakukan siswa saat guru memberikan materi yang ditulis di papan tulis, kemudian ketika siswa mendemonstrasikan tata cara Tayammum yang benar. b. Oral activities Kegiatan-kegiatan lisan yang dilakukan siswa diantaranya dapat dilihat dari ketika masing-masing siswa berdiskusi bersama kelompoknya, kemudian kegiatan siswa ketika mempresentasikan hasil diskusi di depan kelompok lain di kelas, pada siklus I siswa belum terbiasa melaksanakan presentasi sehingga ketika memilih juru bicara untuk mempresentasikan hasil diskusi siswa saling menunjuk temannya, akan tetapi pada siklus II siswa mulai terbiasa dengan kegiatan tersebut. c. Listening activities Kegiatan mendengarkan yang dilakukan siswa dapat diamati ketika masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusinya, siswa mendengarkan presentasi masing-masing kelompok tersebut, kemudian siswa juga mendengarkan penyajian bahan ketika guru menyampaikan materi Fikih atau ketika sedang berlangsungnya turnamen. d. Writing activities
15

Kegiatan menulis yang dilakukan siswa diantaranya adalah mencatat hal-hal penting terkait dengan materi Fikih baik itu mufrodat maupun kesimpulan. Kemudian siswa mengerjakan tugas kelompok dengan menuliskan dalam bentuk paper e. Drawing activities Kegiatan menggambar sebagai salah satu jenis keaktifan siswa dalam kelas telah terealisasian. Hal ini dapat dilihat dari siklus pertama pertemuan kedua ketika mengerjakan lembar kerja siswa berupa menggambar peta konsep mengenai mandi wajib, rukun, dan syarat mandi wajib. f. Motor activities Kegiatan motorik jika dalam pelajaran umum sains dan lainnya perilaku siswa dapat diamati ketika para siswa melakuakan percobaan,

melaksanakan pameran, menari, berkebun, dan sebagainya. Akan tetapi pada pelajaran Fikih ketika pelaksanaan tindakan kelas berlangsung kegiatan motorik tersebut dapat diamati ketika sedang bekerjasama dengan kelompoknya serta kegiatan siswa dalam game-game turnamen yang yang dilaksanakan di akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah mengerjakan tugas kelompok terhadap lembar kegiatan. g. Mental activities

Kegiatan mental yang dilakukan siswa dapat diamati ketika siswa memecahkan masalah yang telah disajikan oleh guru dalam lembar kerja siswa sehingga menimbulkan rasa keberanian untuk menyampaikan pendapat atau gagasan yang dimiliki siswa. h. Emotional activities Kegiatan emosional yang dilakukan siswa diantaranya dapat dilihat dari beberapa siswa yang terlihat gugup ketika pertama kali berbicara di depan kelas atau belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya dan juga dapat diamati dari keberanian mereka ketika berbicara di depan kelas dengan mempresentasikan, mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat. Siswa terlihat antusias dan sangat senang dalam pelaksanaan game-game turnamen. Dari beberapa aspek yang dimati, secara keseluruhan mengalami peningkatan mulai dari pra tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III. Berikut grafik peningkatan keaktifan siswa yang telah diamati:

17

Jenis aktivitas yang dilakukan mempunyai jumlah dan kadar berbeda pada masingmasing individu siswa. Perubahan aktivitas tersebut didukung dengan hasil wawancara guru, observer, dan siswa. Bapak Irfan Saifudin mengungkapkan, Pembelajaran model TGT ini sangat menarik mbak, siswa banyak yang aktif dan mau bertanya, menjawab, dan berdiskusi. Apalagi ada game turnamennya membuat anak-anak senang dalam pembelajaran Fikih. Materipun tersampaikan dan anak-anak kelihatan semangat sekali.9 2. Motivasi Cooperative learning tipe TGT (Team-Game-Tournament)

dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai materi pelajaran guna mencapai
9 Hasil wawancara dengan guru pengampu Fikih Bapak Irfan Saifudin pada hari Selasa tanggal 2 November 2010

prestasi maksimal.10 Peningkatan motivasi siswa tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya. Pembahasan peningkatan keaktifan siswa diatas sebenarnya sudah mengindikasikan bahwa motivasi yang dimiliki siswa kelas VIII meningkat dengan adanya peningkatan keaktifan siswa yang merupakan perwujudan tingkah laku siswa dalam pembelajaran. Akan tetapi untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam terkait dengan peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih berikut beberapa data dari hasil pengamatan, hasil wawancara dan hasil angket. Dari hasil pengamatan selama pelaksanaan siklus I, siklus II dan siklus II dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa meningkat. Hal itu dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya: a. Minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran Pembelajaran Fikih pada pertemuan kedua siklus I mulai mampu menarik siswa sehingga mampu meningkatkan motivasi sebagian besar siswa di kelas VIII. Keinginan siswa untuk masuk kelas lebih awal ketika bel sudah berbunyi, mempersiapkan buku Fikih lebih awal sebelum pembelajaran dimulai, kemauan untuk aktif selama pembelajaran di kelas berlangsung merupakan beberapa indikasi adanya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Fikih.

10Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar (Bandung:Alfabeta, 2009) hal.151

Kelompok,

19

b. Semangat siswa dalam melaksanakan tugas dan turnamen Peningkatan motivasi siswa juga dapat dilihat dari semangatnya dalam melaksanakan tugas dan ketika turnamen akademik berlangsung. Adanya model pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya menjadikan siswa memiliki rasa ingin tahu atau kurousitas yang tinggi dan memicu semangat untuk berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, masing-masing individu dalam kelompok membagi tugas agar semua siswa dalam kelompok berperan dalam mengerjakan tugas yang diberikan disetiap pertemuan c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas Adanya motivasi yang ada dalam diri siswa salah satunya adalah tanggung jawabnya dalam mengerjakan tugas. Tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari hasil pekerjaan rumah yang selesai dikerjakan sesuai waktu yang telah ditentukan. Diantaranya adalah tugas dalam mengerjakan lember kerja siswa tugas kelompok pada materi mandi wajib dan tayamum d. Reaksi siswa terhadap stimulus dari guru dalam pembelajaran Banyak cara yang dilakukan guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa diantaranya adalah melibatkan siswa dengan menerapkan strategi TGT dalam pembelajaran di kelas. Dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan contoh-contoh, menggunakan media yang bervariasi, adanya kegiatan menarik dalam pembelajaran misalnya dengan adanya game atau tournament, menjadikan respon baik dari siswa, respon tersebut berupa rasa

ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan, mengajukan gagasan yang mereka punyai dengan mengungkapkan pengalaman mereka terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Berikut grafik yang menggambarkan peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus I sampai siklus III:

Tim yang dibentuk oleh guru secara heterogen dalam TGT juga memberikan respon yang baik bagi siswa. Dengan belajar dalam tim siswa dapat melatih keberanian untuk berbicara di depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi dan mengungkapkan pendapat mereka. Strategi TGT telah membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan menimbulkan rasa saling menghargai antar sesama teman. Pemberian pujian ketika siswa berhasil menjawab atau menyelesaikan tugasnya, pemberian nilai baik yang memberikan indikasi tentang kualitas

21

pekerjaan

siswa,

pemberian

penghargaan

berupa

sertifikat

ataupun

mengumumkan prestasi mereka, menurut pengakuan beberapa siswa memacu siswa untuk semangat dalam belajar dan untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Peningkatan motivasi dalam pembelajaran Fikih didukung dengan hasil wawancara terhadap beberapa siswa terkait dengan pertanyaan menurutmu setelah menggunakan strategi pembelajran TGT seperti ini, apakah motivasi, keinginan, atau minat belajarmu meningkat? Beberapa siswa mengungkapkan jawabannya sebagai berikut: Siswa bernama Muhammad Zaim Ukhrawi mengungkapkan, Seneng ustazah, ya lumayan jelas habis itu kan kita kompetisi dengan tim lain, jadi harus kompak dalam belajar dalam tim nya. Tambah semangat belajar deh11 Siswa bernama Riyan Oktavian mengungkapkan, Wah, seneng Ustazah, jadi bisa belajar dengan temen-temen. Ya Us, jadi ana harus belajar , kan tiap minggu ada turnamennya, apalagi harus bersaing dengan kelompok lain....12 Siswa bernama Akbar Ishaq Haqiqi mengungkapkan, Enak Us, bisa bermain juga apalagi dapat hadiah. Ya ustazah jadi
11 Hasil Wawancara dengan siswa putra bernama Muhammad Zaim Ukhrawi pada hari Selasa tanggal 2 November 2010. 12 Hasil Wawancara dengan siswa putra bernama Riyan Oktavian pada hari Selasa tanggal 2 November 2010.

semangat belajar neh, apalagi belajarnya kelompok-kelompok jadi bisa Tanya ma temen kalo gak paham....13 Hasil wawancara tersebut menggambarkan bahwa dengan pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dan adanya penghargaan baik secara individu ataupun kelompok dapat meningkatkan siswa dalam pembelajaran. Selain fakta-fakta diatas yang menggambarkan peningkatan motivasi siswa kelas VIII, peneliti juga menggunakan angket sebagai pelengkap data untuk mendukung fakta-fakta yang telah dipaparkan. Angket tersebut dibagikan kepada siswa setelah usai pembelajaran pada setiap siklus selesai diterapkan. Berdasarkan jawaban siswa pada angket dapat diketahui bahwa motivasi siswa mengalami peningkatan baik pada siklus I, siklus II, maupun siklus III. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, pemberian pertanyaan dalam angket atas penerapan strategi TGT pada mata pelajaran Fikih sebagaimana dipaparkan diatas telah menunjukkan bahwa penerapan strategi TGT dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih di kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Bantul Yogyakarta setelah tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III dilaksanakan. Bukti-bukti tersebut digambarkan pada peningkatan keaktifan dan motivasi siswa diantaranya: a. Peningkatan keaktifan siswa dapat diamati melalui beberapa kegiatan

13 Hasil Wawancara dengan siswa putra bernama Akbar Ishaq Haqiqi pada hari Selasa tanggal 2 November 2010.

23

diantaranya, pada aspek perhatian, mengemukakan pendapat, mengerjakan turnamen, dan bersemangat saat pembelajaran. b. Banyaknya siswa kelas VIII yang menyatakan senang terhadap strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe TGT (Team-Game-Tournament). Sehingga siswa mempunyai motivasi atau dorongan belajar untuk memperhatikan, berlangsung. c. Suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan lebih hidup (tidak hanya searah dan berpusat pada guru) karena adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa ketika pembelajaran berlangsung. d. Adanya penghargaan dari guru dan siswa terkait dengan hasil pekerjaan atau hasil turnamen pada masing-masing kelompok. Secara keseluruhan penerapan strategi TGT ini berjalan cukup baik. Secara umum guru juga sudah menerapkannya dengan baik, hanya saja perlu diadakan strategi yang lebih bervariasi dalam strategi TGT. Banyak cara yang dapat dikembangkan oleh guru untuk membangkitkan motivasi dan keaktifan siswa dengan adanya inovasi dan pengembangan dalam strategi pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. memiliki antusias dalam mengikuti pembelajaran

PENUTUP

A. Simpulan 1. Keaktifan dan motivasi dalam pembelajaran Fikih siswa kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra sebelum pelaksanaan tindakan masih rendah. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional dengan menggunakan ceramah dan mencatat sehingga siswa merasa bosan dan tidak memperhatikan pelajaran, selain itu kegiatan pembelajaran tidak memicu siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Suasana kelas kurang kondusif untuk pembelajaran karena kegaduhan yang ditimbulkan oleh siswa. Respon siswa dalam pembelajaran rendah, siswa terlihat kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran. 2. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran Fikih terdiri dari tiga siklus dengan tahapan-tahapan diantaranya: perencanaan,

implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Secara keseluruhan scenario (rencana) pembelajaran yang dibuat telah berjalan dengan lancar dengan perbaikan dan variasi yang dilakukan dengan adanya refleksi pada setiap akhir siklus. Penerapan TGT tertuang dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi: presentasi kelas, kerja

25

kelompok, tournament,dan penghargaan kelompok. Selain itu pembuatan soal dan kuis secara variatif juga ditekankan dalam penerapan pembelajaran ini. TGT merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan strategi Cooperative Learning tipe TGT dalam pembelajaran Fikih dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa. Adanya peningkatan motivasi dan keaktifan siswa terlihat pada rasa senang, perhatian, ketertarikan, antusiasme, dan rasa ingin tahu,

bekerjasama dalam kelompok, mendengarkan pendapat orang lain, antusias dalam mengerjakan tugas, perhatian, kemauan bertanya, dan mengemukakan pendapat. Secara keseluruhan peningkatan terjadi cukup baik, pada aspek keaktifan siswa pada observasi awal sebelum tindakan sebesar 31,7% (rendah), kemudian pada siklus I 55%(sedang), siklus II sebesar 74%(tinggi), siklus III sebesar 84% (sangat tinggi) hal ini mengalami peningkatan cukup baik yaitu 52,3%. Sedangkan pada aspek motivasi siswa sebelum tindakan sebesar 31.6%(rendah), kemudian siklus I 83,7% (sangat tinggi), siklus 83,7 % (sangat tinggi) dan siklus III menjadi 89%(sangat tinggi).

4. Metode pembelajaran kooperatif Team-Games-Tournament (TGT) mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain: a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain f. Motivasi belajar lebih tinggi g. Hasil belajar lebih baik h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Sedangkan kelemahan TGT adalah: a. Bagi guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segiakademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh b. Bagi siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit

27

memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan

pengetahuannya kepada siswa yang lain.

B. Saran-saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mempunyai beberapa saran sebagai berikut: 1. Siswa kelas VIII MTs Ibnul Qoyyim Putra menunjukkan tanggapan yang baik setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Melihat hal tersebut peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu alternatif pembelajaran Fikih selanjutnya. 2. Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka dibutuhkan perencanaan yang baik dan pengelolaan waktu yang tepat. 3. Game yang dipilih sebaiknya yang menarik dan dilaksanakan di akhir tiap pertemuan, sehingga dapat mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi.

4.

Setelah mengadakan turnamen atau game sebaiknya siswa diberi waktu untuk membahas serta diberikan kunci jawabannya agar siswa dapat mengoreksi kesalahan mereka.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat, Tanggal Lahir Agama Alamat asal Alamat di Yogyakarta Golongan darah No telp Nama orang tua : Nurul Hidayati Rofiah : Blora, 11 Mei 1987 : Islam : Jl. Blora-Cepu km 11 RT/RW: 01/01, Genjahan, Jiken, Blora, Jateng 58372 : jl Kusuma GK IV Gendeng, Baciro, Yogyakarta :B : 085228217018 : 1. Ayah: Suwito Pekerjaan: PNS 2. Ibu: Tamsri
29

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Alamat Riwayat Pendidikan : Blora-Cepu km 11 RT/RW: 01/01, Genjahan, Jiken, Blora, Jateng : 1. TK Pertiwi Genjahan 2. SD N Genjahan I 3. SMP N 1 Jiken 4. MA Miftahul Amal 5. UIN Sunan Kalijaga

You might also like