Professional Documents
Culture Documents
A. CASE Halaman 1 Ny. Fifi P0A0, 8 minggu kehamilan datang ke klinik kebidanan dengan keluhan perdarahan dari kemaluan. Keluhan tersebut Ny. Fifi rasakan sejak 2 jam yang lalu. Keluhan tidak disertai nyeri perut bagian bawah, Ny. Fifi juga tidak ada massa yang keluar melalui lubang kemaluannya. Ny. Fifi mengaku masih sulit untuk makan, mual dan muntah (+) Ny. Fifi mengaku juga sering mudah lelah dan lesu Ny. Fifi mengaku saat kehamilannya ini dia terkadang masih merokok
1. Identifikasi masalah apa yang dihadapi ny. Fifi! 2. Buatlah hipotesis dari keluhan ny. Fifi! 3. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang dibutuhkan?
Halaman 2 Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : baik TB : 160 cm, BB : 50 kg Tanda vital dalam batas normal Kepala : mata : konjungtiva tidak pucat Dada : Jantung dan Paru : tidak ada kelainan Abdomen : - kontur normal, palpasi suprapubik : tidak ada nyeri - massa abdomen : tidak teraba Uterus : tidak teraba
Pemeriksaan Obstetri Inspeksi : perdarahan vagina ringan, Chadwick sign positif Pemeriksaan Speculum : fluxus positif dari ostium uteri eksternum Vaginal toucher : 1. Portio : lembek, cervical motion tenderness (nyeri goyang) 2. Ostium Uteri : tertutup 3. Ukuran uterus : agak membesar Hegar sign positif Piskacek sign positif
4. Area Adnexa : tidak teraba massa, tidak nyeri 5. Douglas pouch : bulging (-), nyeri (-) Pemeriksaan USG : tampak kantung kehamilan, djj : 120-160 Pemeriksaan Lab Hb : 11 gr% (11.7-15.5) HCG : 1700 mIU/ml (1500-2000) Progesterone : 20 ng/ml
1. Identifikasi masalah ny. Fifi! 2. Buatlah hipotesis! 3. Jelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan! 4. Penatalaksanaan apa yang anda sarankan pada ny. Fifi!
Halaman 3 Ny. Fifi didiagnosa abortus iminens, ny. Fifi disarankan untuk berhenti merokok. Untuk keluhan mual dan muntah, ny. Fifi disarankan mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil namun sering dan diberi vitamin B kompleks Ny. Fifi disarankan bed rest dan diberikan obat progesteron suppositoria 400 mg/hr Selain itu ny. Fifi juga diberi suplemen asam folat 400mcg/hari Akan tetapi ny. Fifi khawatir kalau perdarahan itu berulang lagi di bulan-bulan berikutnya. Dokter menyarankan ny. Fifi untuk antenatal care teratur.
1. Jelaskan abortus! 2. Jelaskan farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, efek samping terapi farmakologik yang diberikan pada ny. Fifi? 3. Apa kelainan perdarahan yang mungkin terjadi pada trimester berikutnya? Jelaskan! 4. Jelaskan tentang antenatal care!
TERMINOLOGI 1. Chadwick sign 2. Fluxus 3. Hegar sign 4. Piskacek sign 5. Adneksa 6. Douglas Pouch 7. Bulging
PROBLEM
Ny. Fifi 24 tahun P0A0 KU : perdarahan dari kemaluan sejak 2 jam yang lalu KT : sulit makan, mual dan muntah (+), mudah lelah, lesu R.Sos : kadang masih merokok
HIPOTESIS Hiperemesis gravidarum Abortus AUB (Abnormal Uterus Bleeding) Kehamilan ektopik Mola hidatidosa Anemia
MEKANISME
Ny. Fifi P0A0 8 minggu kehamilan
Hipotesis -hiperemesis gravidarum -kehamilan ektopik -abortus -mola hidatidosa -AUB -anemia
Pemeriksaan Fisik TB : 160 cm, BB : 50 kg TV : dbn Kepala : dbn Dada : dbn Abdomen : dbn *Pemeriksaan Obstetri -Inspeksi : perdarahan vagina ringan, chadwick sign (+) -spekulum : fluxus (+) dari OUE -vaginal toucher : 1. Portio : lembek, cervical motion tenderness 2. Ostium uteri : tertutup 3. Ukuran uterus : agak membesar Hegar sign (+) Piskacek sign (+) 4. Area Adneksa : tidak teraba massa, tidak nyeri 5. Douglas Pouch : bulging (-), nyeri (-)
Pemeriksaan Penunjang -USG : tampak kantung kehamilan,djj : 120-160 -Lab *Hb : 11gr *hCG : 1700mIU/ml *progesteron : 20ng/ml
Tata Laksana
Farmako -Vitamin B kompleks -Progesteron suppositoria 400mg/hari -As. Folat suplement 400mg/hari
Non Farmako -Stop rokok -Konsumsi makanan porsi kecil namun sering -Bed rest
MORE INFO Anamnesa lanjutan Pemeriksaan fisik -pemeriksaan obstetri Pemeriksaan penunjang -pemeriksaan USG I DONT KNOW & LEARNING ISSUES 1. Perdarahan pada kehamilan -Definisi 2. Perdarahan <20 minggu -Definisi -Klasifikasi -Etiologi -Patofisiologi -Gejala klinis -Diagnosa banding -Tata laksana 3. Perdarahan >20 minggu (antepartum) -Definisi -Klasifikasi -Gejala klinis 4. Organogenesis 5. Hubungan kandungan rokok ke perkembangan janin 6. Anemia dalam kehamilan
-Nilai Hb untuk wanita hamil 7. Antenatal care -non farmako -7T dll 8. Farmako case 9. Interpret lab
BAB 2
ABORTUS
Definisi Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500gr atau < 20 minggu. -abortus spontan : pengakhiran kehamilan tanpa tindakan -abortus buatan : pengakhiran kehamilan dengan tindakan -abortus terapeutik : pengakhiran kehamilan dengan tindakan atas indikasi medis
Etiologi Biasanya kehamilan muda, abortus didahului oleh kematian mudigah. 1. Kehamilan pertumbuhan hasil konsepsi Dapat menyebabkan kematian janin/cacat. Faktor yang mempengaruhi: a. Kelainan kromosom b. Lingkungan dalam rahim c. Pengaruh lingkungan luar 2. Kelainan plasenta Endoteritis dapat terjadi di dalam villi koviales dan menyebabkan oksigenisasi terganggu yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin dapat juga karena hipertensi menahun. 3. Penyakit ibu Penyakit ibu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin atau dapat menyebabkan kematian mudigah. 4. Kelainan traktus genitalis 5. Retroversion uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus. Abortus dalam trimester kedua dapat disebabkan oleh kelemahan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, robekan serviks yg luas yg tidak dijahit.
Patologi Awalnya terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan di mana hasil konsepsi dapat terlepas sebagian atau seluruhnya. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi dan mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi koriales belum menembus desidua. 8-14 minggu sudah mulai menembus desidua di mana plasenta tidak dapat terlepas sempurna yang menyebabkan perdarahan banyak. Kehamilan pada lebih dari 14 minggu ketuban pecah yang dapat menyebabkan janin keluar diikuti plasenta keluar. Di mana apabila plasenta tidak terlepas sempurna dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak dan sebaliknya. Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk yaitu : - kantong amnion kosong - di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang bentuknya masih belum jelas (blighted ovum) - janin telah mati lama (missed abortion)
Diagnosis Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah terlambat haid. Hipotesis dapat diperkuat pada pemeriksaan bimanual dan tes kehamilan. Harus diperhatikan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina. Jenis-jenis Abortus 1. Abortus Iminens Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks. Diagnosis -ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum -mulas
-uterus membesar seperti hamil tua -serviks belum membuka -tes kehamilan positif -terjadi perdarahan yang sedikit seperti pada saat haid Penanganan -istirahat-baring Bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik -pemeriksaan ultrasonografik Untuk mengetahui apakah bayi masih hidup atau tidak -pemberian hormone progesteron Prognosis Kurang baik apabila perdarahan berlangsung lama, mules yang disertai pembukaan serviks
2. Abortus Insipiens Perdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks uteri meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus - gejala : mules yang sering dan kuat - pengeluaran hasil konsepsi dapat dilakukan dengan : kuret vakum disusul dengan kerokan Pada kehamilan kurang dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak namun bahaya perforasi lebih besar pada kerokan sehingga proses abortus harus dipercepat. Dengan pemberian infuse oksitosin janin dapat keluar dan apabila plasenta masih tertinggal pengeluaran plasenta dilakukan secara digital dan disusul kerokan. Namun bahaya yang perforasi yang terakhir ini tidak begitu besar karena dinding uterus jadi lebih tebal karena hasil konsepsi telah keluar.
3. Abortus Inkompletus Pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Diagnosis Pada pemeriksaan vaginal ditemukan kanalis yang terbuka, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Bias terjadi perdarahan yang sangat banyak sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan terhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Penanganan Apabila terjadi syok perdarahan segera beri infuse cairan NaCl atau cairan Ringer lalu disusul transfusi. Lalu apabila syok mulai teratasi dilakukan kuretase dengan menyuntikan ergometrin secara intra muscular gunanya untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
4. Abortus Kompletus Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan. Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus mulai mengecil. Diagnosis Apabila hasil konsepsi saat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap. Penanganan Pada penderita ini disertai anemia sebaiknya disuntikan sulfas ferrosus atau transfuse.
5. Missed Abortion Ditandai embrio/fetus wafat dalam kandungan sebelum minggu ke-20. Penderita (1420 minggu) merasa rahimnya mengecil, tanda-tanda kehamilan sekunder yaitu payudara menghilang (mengecil). Px. USG: ditemukan fetus mati, uterus & gestational sac mengecil. Bila Mis.Abortion lebih dari 4 minggu memungkinkan terjadinya gangguan penjedalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase. Penatalaksanaan: Bila gestasional <12 minggu, bisa langsung dilakukan dilatasi dan kuretase jika seviks memungkinkan. Bila gestasional >12 minggu / <20 minggu, dilakukan induksi (untuk mengeluarkan janin) & diberi Invus (iv) cairan oksitosin( untuk profilaksis retensi cairan). Info: ada tehnik pemberian prostagalandin untuk induksi serta berefek pd pembukaan ostium serviks, dgn pemberian mesoprostol (sublingual).
6. Abortus Habitualis Abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut. Etiologi: 1] Dihubungkan pada reaksi imunologik kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX), bila reaksi dengan antigen ini rendah atau tidak ada maka abortus terjadi. (diobati dengan: transfusi leukosit & heparin) 2] Inkompetensia Serviks (Ketidakmampuan serviks uterus tidak dapat menahan beban pada trimester pertama. (perlakuan: pada gestasi 12-14minggu dengan tehnik Shirodkar/Mc Donald).
7. Abortus infeksius dan Septik Abortus infeksius disertai infeksi pada alat genital. Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritonium. Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang bau dari vagina, uterus besar dan ada nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan syok (lelah, panas, menggigil) Penatalaksanaan: Penisilin, Ampisilin, Gentamisin dan Metronidazol serta antibiotik sesuai kultur. Kuretase dilakukan setelah 6 jam diberikan antibiotika yang adekuat.
8. Kehamilan Anembrionik (Blight Ovum) Mudigah tidak terbentuk, tapi ada gestasional sac. Hanya dengan USG dideteksinya. Umumnya sekitar 12-16 minggu akan terjadi Abortus Spontan. Dengan USG, d = 2,5cm evaluasi 2 minggu kemudian. Bila gest.sac tdk berisi, d=25mm (dinyatakan Kehamilan Anembrionik) Penatalaksanaa: Dilatasi dan kuretase sacara selektif.
Missed abortion
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Definisi Perdarahan pada kehamilan tua dengan batas teoretis kehamilan 22 minggu. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya.
A. PLASENTA PREVIA a. Definisi Yaitu plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
b. Klasifikasi Plasenta previa totalis Yaitu bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta Plasenta previa parsialis Bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta Plasenta previa marginlis Bila pinggir plasenta berada teppat pada pinggir pembukaan Plasenta letak rendah Yaitu plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
c. Frekuensi Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur >35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur <25 tahun. Sedangkan pada grande multipara yang berumur >35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande mutipara yang berumur <25 tahun (Kloosterman, 1973).
d. Gambaran klinik Tanda khas: tanpa rasa nyeri Umumnya perdarahan pada triwulan ketiga, atau setelah kehamilan 28 minggu Perdarahan pertama biasanya tidak banyak Darah berwarna merah segar Bagian terbawah janin belum masuk ke dalam PAP Kelainan letak janin
e. Diagnosis Anamnesis Perdarahan jalan lahir pada kehamilans etelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Pemeriksaan luar Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP. Pemeriksaan in spekulo
Bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari OUE atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari OUE, adanya plasenta previa harus dicurigai Penentuan letak plasenta tidak langsung Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotopi, dan USG. Penentuan letak plasenta secara langsung Dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis, tetapi dapat menimbulkan perdarahan banyak. Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya dilakukan bila penanganan pasif ditinggalkan dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaannya harus dilakukan dalam keadaan siap operasi.
f. Penanganan Prinsip dasar penanganan Lakukan transfusi darah dan operasi Penanganan pasif Tindakan seksio sesarea
g. Prognosis Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki
B. SOLUSIO PLASENTA a. Definisi Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum jalan lahir. Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga. Plasenta dapat terlepas seluruhnya (solusio plasenta totalis), atau sebagian (solusio plasentta parsial), atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta (ruptura sinus marginalis).
b. Klasifikasi Solusio plasenta ringan Solusio plasenta sedang Solusio plasenta berat
c. Etiologi Umur ibu yang tua Multiparitas Penyakit hipertensi menahun Pre-eklampsia Trauma Tali pusat yang pendek Tekanan pada vena kava inferior Defisiensi asam folik
d. Patologi
Terbentuk hematoma
Plasenta terlepas
uterus Cauvelaire
e.
Ruptura sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak Warna darah kehitam-hitam dan sedikit sekali Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang Solusio plasenta sedang Plasenta terlepas lebih dari nya tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya Sakit perut terus menerus disusul perdarahan per vaginam Perdarahannya sedikit Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas dari 2/3 permukaannya Terjadi sangat tiba-tiba Biasanya ibu syok dan janin telah meninggal Uterus sangat tegang dan sangat nyeri Perdarahan per vaginam mungkin belum sempat terjadi Besar kemungkunan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
f. Diagnosis Solusio plasenta berat Sakit perut terus menerus Nyeri tekan pada uterus Uterus tegang terus menerus Perdarahan per vaginam Syok Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah Solusio plasenta sedang Sakit perut terus menerus Nyeri tekan pada uterus Uterus tegang terus menerus Solusio plasenta ringan Uterus tegang terus menerus Merupakan solusio plasenta yang paling sukar didiagnosis. USG sangat membantu diagnostik solusio plasenta.
g. Komplikasi Perdarahan Kelainan pembekuan darah Biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemi terjadi kira-kira 10%. Terjadinya hipofibrinogenemi karena dengan masuknya tromboplastn ke dalam peredaran darah ibu akibat terjadinya pembekuan ddarah retroplasenter sehingga terjadi pembekuan darah intravaskular di mana-mana yang akan menghabiskan faktorfaktor pembekuan darah lainnya, terutama fibrinogen. (Page, 1951) Oliguria Sangat mungkin berhubungan dengan hipovolemi dan penyempitan pembuluh darah ginjal akibat perdarahan yang banyak. Gawat janin
h. Penanganan Solusio plasenta sedang dan berat Transfusi darah Pemecahan ketuban Infus oksitosin Seksio sesarea (jika perlu) Solusio plasenta ringan Perawatan konservatif di RS bila kehamilan <36 minggu, perdarahan berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, dan uterus tidak menjadi tegang Seksio sesarea (bila janin hidup) bila perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta bertambah jelas, atau pemeriksaan USG daerah solusio plasenta bertambah luas Pecahkan ketuban dan susul dengan pemberian infus oksitosin bila janin mati
i. Prognosis Solusio plasenta berat Hampir 100% janin mengalami kematian Solusio plasenta ringan dan sedang
Kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan. Perdarahan yang > 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus solusio plasenta tertentu, seksio sesarea dapat mengurangi angka kematian janin. Pada setiap kasus perdarahan, persediaan darah secukupnya akan sangat membantu memperbaiki prognosis ibu dan janinnya.
Perdarahan eksternal
Tidak ada sampai sedang Hiperaktif, local, atau menyeluruh Selalu, menyeluruh
Tidak ada
Normal
Normal
Hiperaktif, menyeluruh
Tidak ada
Hampir selalu tidak ada, atau terlokalis asi Biasanya hidup, jarang dalam bahaya Frekuens
Selalu, menyeluruh
Kondisi janin
Posisi janin
Seringkali sungsang,
Frekuensi
Frekuensi
i normal
normal
normal
Syok
Jarang
Sering
Sangat jarang
Kadangkadang
Frekuensi normal
Frekuens i normal
Frekuensi meningkat
Meningkat
KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi Suatu kehamilan yg pertumbuhan sel telur yg telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium cavum uteri. Insidens: di indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Kehamilan ektopik berdasarkan lokasi terjadinya Kehamilan tuba, >95% yg terdiri atas: pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fibriae (17%), pars interstisialis (2%) Kehamilan ektopik lain, <5% antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau abdominal Kehamilan intraligamenter Kehamilan heterotopik Kehamilan ektopik bilateral
Patofisiologi Sel telur yg sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai cavum uteri, dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dgn besarnya bua keamilan, akan terjadi ruptura dan menjadi kehamilan ektopik yg terganggu
Faktor abnormalitas dari zigot Apabila terlalu cepat atau tumbuh dgn ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba
Faktor ovarium bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap ole tuba yg kontralateral, membutuhkan proses khusus atau waktu yg lebih panjang
Faktor hormonal Pada akseptor, pil KB yg y mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat.
Faktor lain Pemakaian IUD, umur penderita yg sudah menua, faktor perokok
Patologi Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Pd implantasi scr kolumner, ovum yg di buahi cepat mati karena vaskularisasi kuranG dan dengan mudah terjadi resorbsi total penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat
Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yg terjadi karena pembukaan pembuluh2 darah oleh vili koriales pada dinding tuba di tempat implatasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama2 dgn robeknya pseudokapsularis
perdarahan >> tuba membesar dan kebiru2an (hematosalping) darah mengalir ke rongga perut darah berkumpul di kavum douglasi hematokel retrouterina
Ruptur dinding tuba Ruptur tuba Sering terjadi bila ovum berimplatasi pada ismus dan biasanya pd kehamilan muda Ruptur pars interstisialis tjd pd kehamilan yg lbh lanjut Dpt terjadi scr spontan maupun trauma ringan spt koitus dan pemeriksaan vaginal Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan muskularis dan peritonium pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritonium Gangguan yang terjadi secara mendadak, umumnya lebih gawat, terdapat anemia, shock, suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan darah menurun, nyeri perut pada saat palpasi, kavum douglas menonjol ke vagina karena terdapat darah didalamnya, dan nyeri yg terdapat pada serviks uteri
GEJALA Amenorhea Nyeri perut Perdarahan pervaginam Pembesaran uterus dan lembek
DIAGNOSA Anamnesa Pemeriksaan umum Pemeriksaan genikologi Pemeriksaan lab Pemeriksaan lainnya 1. Dilatasi dan kerokan 2. Kuldosentesis 3. USG
Anamnesa Siklus haid yang terlambat HPHT Gejala hamil muda Nyeri perut bagian bawah Nyeri bahu Perdarahan pervaginam
Pemeriksaan umum Pasien tampak kesakitan Ditemukan tanda-tanda syok Pada jenis tidak mendadak, perut bagian bawah hanya sedikit mengembung & nyeri tekan
Pemeriksaan ginekologi Tanda-tanda hamil muda Pergeseran serviks nyeri Uterus teraba sedikit membesar Teraba tumor disamping uterus dengan batas tidak jelas Kavum douglasi menonjol & nyeri raba hematokel retrouterina S h kadang naik li di edakan dengan infek i pel i )
membedakan KET dengan infeksi pelvis Tes kehamilan berguna untuk diagnosis, tapi tidak berarti menyingkirkan diagnosis KET Pemeriksaan lainnya Dilatasi dan kerokan Kuldosentesis atau tidak USG untuk mengetahui apakah dalam kavum douglasi ada darah
Pengelolaan kehamilan ektopik Pasien dirujuk ke rumah sakit, dan dilakukan : - Laparotomi. - Salpingektomi / salpingostomi - Kemoterapi dgn metotreksat 1 mg/kgBB IV dan faktor sitovorum 0,1 mg/kgBB IM. Berselang- seling setiap hari selama 8 hari Prognosis Kematian karena KET terganggu cenderung turun dgn diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup Kehamilan ektopik dapat berupa: Kehamilan pars interstisialis Kehamilan ektopik ganda Kehamilan ovarial Kehamilan servikal Kehamilan ektopik kronik (Hematokel)
Kehamilan pars interstisialis tuba Terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstitialis tuba Ruptur biasanya pada bulan ke 3 atau 4 karena lapisan myometrium lebih tebal. Dapat menyababkan kematian karena terjadi perdarahan yang sangat hebat Tindakan operasi yg dilakukan adalah laparotomi untuk membersikan isi cavum abdomen dari darah dan sisa jar. Konsepsi serta menutup sumber perdarahan
Kehamilan ektopik ganda Kehamilan ektopik yg berlangsung bersamaan dgn kehamilan intrauterin Frekuensinya berkisar 1 antara 15000-40000 persalinan Pd laparotomi ditemukan selain kelainan ektopik, uterus yg membesar sesuai dgn tuanya keamilan dan 2 korpora lutea
Kehamilan Ovarium Jarang terjadi, terjadi apabila sprematozoon memasuki folikel de graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal dalam folikel Biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dgn akibat pendarahan pd perut
Syarat untuk mendiagnosa kehamilan ovarium murni Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas, dan terpisah dari ovarium Kantung janin harus terletak dalam ovarium Ovarium yang mengandung kantung janin harus berhubungan dengan uterus lewat ligamentum ovarii proprium Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantung janin
Kehamilan Serviks Bila ovum berimplatasi dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pd kehamilan muda Jika kemudian berlangsung trs, serviks membesar dgn ostium uteri eksternum terbuka sebagian Kehamilan ini jarang melampaui 12 minggu
Kriteria klinik kehamilan servikal menurut paalman n mcelin: Ostium uteri internum tertutup Ostium uteri eksternum terbuka sebagian Seluru asil kontrasepsi terletak dalam endoserviks Pendaraan uterus setela fase amenorea tanpa disertai rasa nyeri Serviks lunak, membesar, dpt lbh besar dr fundus uteri
Kehamilan ektopik kronik (Hematokel) Pd keadaan ini anatomi sd kabur, sg biasanya tdk dpt ditentukan apkh khmilan abdominal, khmln tubo-ovarial, atau khmln intraligamen yg janinnya tlh mati disertai
dgn adanya penggumpalan darah yg semula berasal dr perdaraan ruptur kantong gestesi yg kemudian berhenti dan mengumpal dlm bntk kantong jendalan darah Penderita tdk merasa sakit, tp pd pemeriksaan USG didapatkan massa yg berisi jendalan2 darah. Pd umumnya terjadi setela ruptur tuba atau abortus tuba dan selanjutnya janin dpt tumbuh terus krn mdpt cukup zat makanan dan oksigen dr plasenta yg dpt meluaskan insersinya pd jar sekitarnya Bila janin tetap tumbuh membesar dpt bertahan hidup sbg kehamilan abdominal Dianjurkan apabial diagnosis keamilan obdominal sd tegak, harus dilakukan laparotomi untk pengambilan/pengentian khmln trsbt.
MOLA HIDATIDOSA
Definisi Kehamilan yang berkembang tidak wajar, dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan Gejala dan Tanda o Pada permulaan : mual, muntah, pusing. o Pembesaran uterus lebih dari umur kehamilan. o Gejala utama : perdarahan (pada bulan 1-7 , 12-14 minggu) o Pre-eklamsia o Tirotoksikosis o Emboli trofoblas paru-paru o Kista lutein o Makroskopik : gelembung2 putih, tembus pandang , berisi cairan jernih, ukuran bervariasi dari beberapa milimeter hingga 1-2 cm. o Gambaran histopatologik : edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili / degenerasi hidropik dan proliferasi sel2 trofoblas. Anemia
Etiologi o Terjadi degenerasi hidropik dari jaringan trofoblas pada usia kehamilan muda o abnormalitas dari plasenta ditandai oleh pembengkakan struktur villi yang membentuk gelembung mola yang terlihat seperti gelembung buah anggur Kemungkinan diakibatkan oleh kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi. Faktor Resiko 1. Usia saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 2. Faktor gizi: defisiensi protein, asam folat, histidin, dan beta karoten. 3. Etnis: Kaukasus < Mongoloid. 4. Riwayat Obstetri: pernah mola hidatidosa, gemelli (kembar). 5. Genetik: inbalance translocation.
Klasifikasi Terbagi 2 : o Mola Hidatidosa Sempurna o Mola Hidatidosa Parsial o Mola Hidatidosa Sempurna
Diagnosis : Tidak memiliki janin Terdiri dari vili hidropik difus Tidak terdapat pembuluh darah pada vili Hiperplasia trofoblastik tersebar Temuan sonografik : Secara kla ik memilik ampilan adai alj yang di e a kan oleh pem engkakan hidrofik difus tanpa janin. Manifestasi klinis : Perdarahan per vaginam (85%). Anemia, Hiperemesis gravidarum, atau pre-eklamsia (10%). Peningkatan kadar -hCG secara signifikan (tanda khas).
Berisi janin nonviabel dengan malformasi yang bervariasi. Hiperplasia trofoblastik minimal. Temuan sonografik : Visualisasi janin dengan rongga kistik fokal pada plasenta Peningkatan diameter transversal kantung kehamilan. Manifestasi klinis : Biasa ditemukan sebagai aborsi yang tak disadari pada trisemester awal. Peningkatan kadar -hCG yang tidak signifikan.
Pengelolaan Mola Hidatidosa Perbaikan keadaan umum ex : pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok / anemia serta mengurangi penyulit. 2. Pengeluaran jaringan mola ada 2 cara : Vakum kuretase : tanpa bius, diberi pula uterotonika untuk memperbaiki kontraksi. Selanjutnya dilakukan kuretase. Histerektomi : alasan : usia tua dan paritas tinggi (faktor predisposisi terjadinya keganasan) 3. Pemeriksaan tindak lanjut dgn tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi, lama pengawasan 1 tahun. Pasien dianjurkan tidak hamil dulu. 4. Prognosis Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung, ataupun tirotoksikosis. Sebagian pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada beberapa yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
ORGANOGENESIS
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 31 definisi dari organogenesis adalah asal dan perkembangan organ. Ada 3 lapisan germinativum yang akan membentuk jaringan dan sistem organ yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Sebelum membahas hal tersebut mari kita bahas perkembangan janin setelah terjadinya pembuahan. Saat kedua pronukleus ( ibu dan ayah) menyatu dan bercampur melakukan replikasi DNA yang kemudian akan mengalami pembelahan mitotik yang menghasilkan stadium dua sel. Setelah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan mitotik sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini akan semakin kecil pada setiap kali pembelahan yang disebut sebagai blastomer. Setelah tiga kali pembelahan, blastomer akan mengalami pemadatan untuk menjadi gulungan sel yang terkemas rapat dengan lapisan bagian dalam dan bagian luar. Blastomer yang telah padat ini kemudian membelah untuk menghasilkan morula. Sewaktu morula masuk ke uterus mulailah terbentuk suatu rongga dan terbentuklah blastokista.
Massa sel dalam (inner cell mass), yang terbentuk pada saat pemadatan dan akan berkembang menjadi mudigah sejati, terletak di salah satu kutub blastokista. Sedangkan massa sel luar, yang mengelilingi massa sel dalam dan rongga blastokista, akan membentuk trofoblas. Pada awal minggu ke dua, blastokista sudah tertanam sebagian di dalam endometrium. Kemudian trofoblas akan berdiferensiasi menjadi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Akan terbentuk lakuna di sinsitiotrofoblas, lalu sinusoid-sinusoid ibu akan terkikis ooleh sinsitiotrofoblas. Darah ibu akan masuk ke jaringan lakuna dan pada akhir minggu kedua sirkulasi uteroplasenta primitif telah dimulai. Sementara itu sitotrofoblas membentuk kolom-kolom sel yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitium. Kolom ini adalah villus primer.
Massa sel dalam berdiferensiasi menjadi epiblas dan hipoblas yang bersama-sama membentuk diskus bilaminar. Sel-sel epiblas menghasilkan amnioblas yang melapisi rongaa amnion disebelah superior dari lapisan epiblas. Sel-sel endoderm berhubungan dengan membran eksoselom dan bersama-sama mengelilingi yolk sac primitif. Pada akhir minggu kedua, mesoderm ekstraembrional telah memenuhi ruang antar trofoblas dan amnion dan membran eksoselom di bagian dalam. Saat terbentuk vakuola terbentuklah selom ekstraembrional atau rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi sitotrofoblas dan amnion adalah mesoderm somatopleura ekstraembrional, sedangkan lapisan yang mengelilingi yolk sac adalah mesoderm splanknopleura ekstraembrional. Pada minggu ketiga proses yang paling khas terjadi adalah gastrulasi yang diawali oleh munculnya primitive streak (garis primitif), dengan ujung sefaliknya, nodus primitif. Di daerah nodus dan garis ini, sel-sel epiblas bergerak ke arah dalam (invaginasi) untuk membentuk lapisan sel baru yaitu endoderm dan mesoderm. Sel-sel yang tidak bermigrasi membentuk ektoderm.
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi, akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, terjadi perdarahan pada waktu persalinan, laktasi yang jumlah keseluruhannya 900 mg. Penatalaksaan : 1) WHO : menganjurkan untuk memberi 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. 2) Literatur lain : di berikan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan.
2) Defisiensi asam folat Pada kehamilan kebutuhannya meningkat 5-10 kali lebih banyak karena transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Penigkatan lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multipel, diet yang buruk, infeksi, anemia hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi dalam kehamilan memiliki efek yang menghambat absorpsi folat. Anemia megaloblastik : kelainan yang disebabkan oleh karena adanya gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan adanya sel yang megaloblastik. Penatalaksaan : Pemberian folat secara oral sebanyak 1-5 mg perhari. Ibu hamil baiknya mendapat sedikitnya 400 g folat/hari. 3) Anemia aplastik Hubungannya pada kehamilan belum di ketahui dengan jelas. Namun pada beberapa kasus yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan. Terminasi kehamilan mampu memperbaiki sumsum tulang, tapi penyakit dapat memburuk bahkan jadi fatal setelah persalinan. 4) Anemia penyakit sel sabit Kehamilan perempuan penderita anemia sel sabit disertai dengan peningkatan insiden pielonefritis, pulmonal, pneumonia, perdarahan antepartum, dan kematian janin. Berat bayi yang di bawah rata-rata dan kematian janin tinggi.
Kandungan Rokok Benzene Zat kimia benzene disebut juga sebagai senyawa bensol. Senyawa bensol bersifat tidak berwarna, mudah terbakar dan berbau manis. Kandungan Rokok Cadmium Cadmium / kadmium adalah logam berat yang berbahaya bagi pembuluh darah dan sifatnya sangat beracun. Kadmium merusak organ ginjal dan hati dalam jangka waktu yang lama. Kandungan Rokok Metanol Metanol dikenal dengan nama metil alkohol atau spiritus. Metanol merupakan alkohol yang paling sederhana. Sifatnya adalah cairan yang ringan, mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna, berbau khas dan beracun. Metanol biasanya digunakan sebagai bahan additif etanol bagi industri, bahan bakar dan bahan pendingin anti beku. Pada zaman orang Mesir kuno, metanol digunakan untuk campuran pengawetan mayat menjadi mumi. Kandungan Rokok Amonia Amonia adalah senyawa kimia berupa gas dan berbau tajam yang khas. Amonia merupakan zat kimia yang dapat merusak kesehatan karena amonia adalah gas beracun jika terhirup tubuh. Jika terkena paparan amonia dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan sampai pada kematian. Kandungan Rokok Formaldehida Formaldehida merupakan cairan kimia yang sangat beracun. Formaldehida menyebabkan tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, kanker hidung dan tenggorokan. Jika terpapar cairan ini dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kematian. Formaldehida biasanya dipakai untuk membasmi bakteri atau disinfektan. Formaldehida sebagai disinfektan dikenal dengan nama formalin yang dimanfaatkan untuk membersihkan lantai, gudang dan kapal. Berikut ini adalah kegunaan dari formaldehida atau formalin :
Bahan untuk membuat pupuk urea. Bahan pengeras gelatin dan kertas. Bahan untuk membuat zat pewarna, cermin, kaca. Pencegah korosi sumur minyak. Bahan pembuatan berbagai jenis parfum. Bahan untuk pengawet kosmetik dan pengeras kuku.
Kandungan Rokok Arsenik Arsenik adalah zat kimia berbahaya dan sangat beracun yang dimanfaatkan untuk bahan racun tikus. Pada zaman dulu arsenik sering digunakan para penguasa kerajaan untuk membunuh lawan-lawannya karena arsenik memiliki daya bunuh yang luar biasa dan sulit dideteksi. Kandungan Rokok Karbon monoksida Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang berbahaya karena tidak dapat terdeteksi. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa sehingga menyulitkan orang mewaspadai gas ini. Zat kimia beracun ini biasanya dikeluarkan oleh asap buangan mobil. Jika tubuh menghirup gas CO maka akan langsung diserap oleh hemoglobin (sel darah merah). Celakanya gas CO lebih mudah diserap oleh hemoglobin daripada oksigen. Tubuh yang menyerap gas CO akan berakibat pusing karena kekurangan oksigen, muntah-muntah, sesak nafas, pingsan bahkan dapat menyebabkan kematian. ROKOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM REPRODUKSI Rokok menimbulkan banyak kerusakan pada jaringan tubuh, 50-60% merupakan efek yang merusak kesehatan, sedang sisanya menyebabkan kematian. Karenannya masalah terhadap sistem reproduksi pria dan wanita mendapat sorotan tersendiri. Dimana dari sebuah studi di Inggris menunjukan bahwa wanita yang merokok cenderung sulit mendapatkan keturunan, demikian pula pada pria dan wanita perokok yang telah atau sedang melakukan terapi untuk mendapatkan keturunan. Pria akan mengalami dua kali resiko infertil serta terjadinya kerusakan pada DNA sel spermanya. Diketahui juga bahwa rokok juga dapat menyebabkan motilitas sperma buruk karena racun nikotin berpengaruh terhadap spermatogenesis.
Wanita perokok beresiko tinggi terkena penyakit jantung bila mengunakan pil kontrasepsi 35% perempuan berusia 20 sampai 44 tahun yang merokok sambil mengambil pil kontrasepsi, mengalami 4 sampai 10 kali risiko masalah kardiovaskular. Menggabungkan kontrasepsi dengan rokok bisa menimbulkan bahaya kesehatan serius, terutama pada wanita berusia diatas 35 tahun. Darah mengental dan risiko trombosis, stroke dan gangguan vaskuler otak (stroke) dapat muncul akibat tembakau. Juga menyebabkan menopause dini, kanker rahim, kehamilan ektopik (nikotin menyebabkan pergerakan vili pada tuba uteri melambat), ketuban pecah dini, komplikasi pada plasenta, bayi lahir prematur dengan berat lahir rendah dan kematian janin. Merokok mengurangi sekresi estrogen yang diduga bertanggung jawab atas gangguan menstruasi termasuk timbulnya rasa nyeri. Merokok juga bisa menyebabkan perubahan nada suara dan peningkatan bulu tubuh. Menopause terjadi 1 sampai 2 tahun lebih awal di kalangan perokok. Tembakau juga bisa memperbesar resiko perkembangan lesi prakanker leher rahim. Merokok dapat menurunkan kesuburan wanita hingga 50%. Tembakau bisa menyebabkan lendir leher rahim mengental, mencegah perkembangan sperma, serta menurunkan level estrogen yang dapat mengurangi kualitas dinding rahim dan membatasi aliran darah yang diperlukan untuk implantasi telur. Merokok meningkatkan risiko keguguran hingga 3 kali lipat. Efek lain, pertumbuhan janin juga dapat terganggu akibat kurangnya pasokan oksigen. Bayi yang dilahirkan juga cenderung berbobot rendah (kurang dari 200 gram saat lahir). Wanita perokok juga akan menghasilkan ASI 25% lebih sedikit dibandingkan wanita nonperokok. Pada bayi-bayi yang ibunya perokok memiliki resiko tinggi mengalami SIDS (kematian mendadak), infeksi telinga, gangguan pernapasan, mendapat serangan asma, serta serangan asma yang lebih berat bila sebelumnya sudah ada riwayat asma.
ANTENATAL CARE Latar Belakang Salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan ke eha an men j Indone ia Seha 2010, maka i i MPS adalah Kehamilan dan persalinan di Indone ia erlang ng aman er a ayi yang dilahirkan hid p eha . Pengawa an
antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga ahli profesional yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan, bidan, public health care, home help, pemanfaatan jenis pelayanan ANC diharapkan dapat menghasilkan atau memperbaiki status kesehatan ibu hamil. Dalam hal ini pemanfaatan pelayanan ANC yang tepat akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang akan di lahirkannya sehingga menuju ke keluarga yang sehat dan sejahtera. Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil cakupan ibu hamil ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Di samping faktor ibu hamil sendiri (karakteristik) untuk memeriksakan kehamilanya maka, faktor biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan ibu hamil. Antenatal Care 1) Pengertian Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. 2) Tujuan Antenatal Care 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin. 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 3) Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari : 1) Kunjungan Pertama a) Catat identitas ibu hamil b) Catat kehamilan riwayat sekarang c) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain
d) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan e) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium f) Pemeriksaan obstetric g) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) h) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi. i) Penyuluhan/konseling 2) Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu) b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28) c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36). 3) Pelayanan/a han andar minimal erma k 7 T a) (Timbang) berat badan b) Ukur (Tekanan) darah c) Ukur (Tinggi) fundus uteri d) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) e) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan f) Tes terhadap penyakit menular sexual
g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut : Mengupayakan kehamilan yang sehat Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. Persiapan persalinan yang bersih dan aman Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. 4) Pemberian Vitamin Zat Besi Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. Zat besi paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus jeruk (vitamin C) 5) Jadwal Imunisasi TT TT1 Pada kunjungan antenatal pertama TT2 4 minggu setelah TT1 lama perlindungan 3 tahun, keefektifan 80% TT3 6 bulan setelah TT2 lama perlindungan 5 tahun, keefektifan 95% TT4 1 tahun setelah TT3 lama perlindungan 10 tahun, keefektifan 99% TT5 1 tahun setelah TT4 lama perlindungan 25 tahun/seumur hidup, keefektifan 99%
6) Jadwal Kunjungan Ulang a) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk : - Penapisan dan pengobatan anemia. - Perencanaan persalinan. - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. b) Kunjungan II (24 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan: - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya - Penapisan pre eklamesia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan. - Mengulang perencanaan persalinan. c) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir) : - Sama seperti perkunjungan II dan III. - Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi. - Mengenali tanda-tanda persalinan.
FARMAKO CASE
Vitamin B Komplex Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu vitamin B kompleks juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka asupan secara reguler sangat dianjurkan agar tidak kekurangan vitamin B kompleks. Delapan unsur utama pembentuk vitamin B kompleks adalah:
Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat.
Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah migren serta katarak.
Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien, membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada persendian.
Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses pembentukan hormon.
Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan gejala hipertensi, asma serta PMS.
Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat, pembentukan kuku serta rambut.
Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia dan pembentukan hemoglobin.
Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel darah merah.
Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline, inositol dan asam para-aminobenzoic. Berdasarkan penelitian, vitamin B kompleks sangat bermanfaat dalam membantu mengatasi gejala kelelahan dan kegelisahan (stres). Kelelahan dapat menjadi gejala dari banyak penyakit dan vitamin B kompleks dapat membantu meringankan kelelahan/kecapaian. Kecukupan vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan, anemia, gangguan penglihatan, kerusakan syaraf serta gangguan jantung.
Pil Kombinasi Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa serviks (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy). Selain untuk kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Pil kombinasi tidak
direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Estrogen yang terdapat di dalam pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui, dapat mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam ASI. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu. Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai pil kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin ketika ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka bungkus pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom, untuk mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan dengan syarat Ibu tidak sedang menyusui. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan. Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) dapat meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB. Beberapa kondisi dimana kontrasepsi pil kombinasi tidak boleh diigunakan adalah pada wanita dengan kondisi :
Kehamilan Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan Usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari Faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi) Tekanan darah i olik 160 a a TD dia olik 100 mmHg Riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru Operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur Kelainan serebrovaskular Migrain dengan atau tanpa gejala neurologi fokal (dengan aura), stroke Riwayat kanker payudara Sirosis dan kanker hati
a. Efektivitas kehamilan terjadi pada 0,15/100 wanita b. Keuntungan sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi, dan mengurangi nyeri haid c. Kerugian tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi dari Infeksi Menular Seksual (IMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep dokter
d. Efek samping mual, nyeri tekan pada payudara, pertambahan berat badan, sakit kepala, perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan tekanan darah (dapat kembali normal bila pil kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun) e. Cara pemakaian Pil diminum setiap hari secara teratur, pil pertama diminum pada hari kelima siklus haid, dianjurkan agar meminum pil pada waktu yang sama, contoh : pagi hari (setelah bangun tidur). Bila satu pil lupa diminum, telan segera setelah ingat. Jika lupa 2 pil berturut-turut, minum 2 pil segera ketika ingat dan 2 pil lagi pada waktu biasanya pada hari berikut, dan gunakan alat kontrasepsi lain (contoh : kondom). Ada dua cara meminum pil kombinasi, yaitu memakai sistem 28 atau sistem 21-22. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Pada hari pertama haid, pil yang inaktif mulai diminum. Sedangkan sistem 21-22, diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari 1 pil terus-menerus, kemudian dihentikan jika isi bungkus habis. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial). Beberapa hari setelah minum pil dihentikan, biasanya terjadi withdrawal bleeding dan pil dalam bungkus kedua dimulai hari ke-5 dari permulaan perdarahan. Apabila tidak terjadi withdrawal bleeding, maka pil dalam bungkus kedua mulai diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. f. Pengembalian kesuburan ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi pil dan yang tidak memakai
MAKALAH
Perdarahan Pada Kehamilan
TUTORIAL C3
IBU MEISKA BAHAR TOMMY MUHARAM BRIGITTA INTAN PRIWITA S DESY RASMIYANI SOFIAN MEITIKA 1110211170 1110211171 1110211137 1110211105
ROZANDRA DEWANTY A.K.P 1110211044 FAUZAN RUSTANDI GARNIS NIRWANASARI 1110211125 1110211098
QISTHINA NOVITA QUDDUS 1110211162 PANDIT ADWITIYA AHMAD BULDANI TRUNI TUSTHI MAITRI AYUHAPSARI NARESWARI 1010211165 1110211201 1110211002 1110211053
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ca e FK UPN Ve eran Jakar a. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan teknik maupun tulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak. Perdarahan Pada Kehamilan.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Tutorial
Ketua Case
Ahmad Buldani
(1110211002)
(1110211201)
Sekertaris 1
Sekertaris 2
Mengetahui, Tutor C3
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary. 2006. William Obstetric, edisi 21. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi/Rustam Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2. Jakarta: EGC Sarwono, 2000. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http://www.google.co.id/image