You are on page 1of 10

BAB IV PEMBAHASAN 4.1.

Identifikasi Kasus Obyek pemeriksaan adalah Jembatan Noemuke yang berada pada wilayah Kecamatan Amanuban Selatan (Panite) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), tepatnya berada di Desa Oebelo (Bena) dengan jarak tempuh dari Kota Kupang 132,3 km arah Timur. Kondisi umum Jembatan Noemuke saat ini mengalami kerusakan yang cukup serius, di mana elemen jembatan, terutama pada tembok penahan tanah, pier dan lantai deck kendaraan dalam kondisi kritis yang membutuhkan penanganan secepatnya. Pentingnya dilakukan identifikasi ini adalah untuk mengetahui berapa besar kondisi kerusakan yang terjadi pada elemen Jembatan Noemuke dan menentukan nilai kondisi Jembatan Noemuke, untuk selanjutnya merumuskan solusi serta merekomendasikan alternative penanganan kerusakan yang terjadi pada jembatan Noemuke tersebut. Pemeriksaan inventarisasi dan detail telah dilakukan pada obyek Jembatan Noemuke tanggal 23 bulan Juni tahun 2012, oleh tim survei D IV Teknik Perancangan dan Pemeliharaan Jalan Jembatan (TPPJJ), situasi lapangan/cuaca saat itu cerah. Dalam pemeriksaan ini, selain berdasarkan pada pengamatan visual, juga dilakukan pengukuran dimensi elemen-elemen jembatan dilapangan, metode yang digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan ini yakni, Bridge Management System, 1993. Secara garis besar, digambarkan bahwa pemeriksaan ini meliputi: aliran sungai (aliran air utama), bangunan pengaman (dinding penahan tanah), bangunan bawah (abutmen/kepala jembatan, tembok sayap), bangunan atas (gelagar baja dan plat lantai kayu), timbunan tanah jalan pendekat (oprit). Elemen-elemen yang diperiksa dimaksud untuk menentukan nilai kondisi kerusakan Jembatan Noemuke. Nilai kondisi jembatan berdasarkan standar Bridge Management System yakni : 0 elemen / jembatan dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan, 1 elemen / jembatan mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin, 2 elemen / jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan atau

37

pemeliharaan berkala, 3 elemen / jembatan mengalami kerusakan dan memerlukan tindakan secepatnya, 4 elemen / jembatan dalam kondisi kritis, 5 elemen / jembatan tidak berfungsi atau runtuh. Hasil pemeriksaan ini dapat dilihat pada ( tabel 4.1) Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Elemen Jembatan Noemuke No 1. Item pemeriksaan Aliran Sungai Aliran Air Utama Terhambat, sehinggga pada dasar pier Jembatan bagian tengah terjadi gerusan. Tumpukan sedimen dan sampah yang menghalangi aliran air saat banjir. Terjadinya tumpukan sampah, kotoran dan pepohonan pada pier jembatan. Hasil pengamatan Keterangan

2.

Bangunan Atas a. Lantai Kayu Rusak Kritis Retak, pecah dan ada yang patah sehingga berbahaya bagi lalu lintas yang lewat pada jembatan tersebut.

b. Gelagar Baja

Rusak Ringan

Mengalami karatan sehingga perlu diadakan pemeliharaan.

38

3.

Bangunan Bawah a. Pondasi langsung Rusak Ringan Retak vertikal, pada pasangan batu dan terjadi kerusakan di dasar dan pinggir abutmen.

b. Pier Jembatan

Rusak ringan

Terjadi penumpukan kotoran, yang berupa batang pohon kayu yang dapat mengakibatkan kerusakan.

c. Tembok Sayap

Rusak Kritis

Terjadinya patahan pada daerah atas dari tembok penahan tanah akibat banyaknya pepohonan sehingga akarnya merusak tembok penahan tanah.

4.

Bangunan Pengaman Dinding Penahan Tanah Rusak berat Dinding penahan tanah bangunan pengaman atau pengarah aliran air hancur akibat terjadinya gerusan air sungai.

Sumber : Hasil Pengamatan Dilokasi.

39

4.2. Identifikasi Masalah Lantai Jembatan Pada dasarnya permasalahan yang terjadi pada obyek studi Jembatan Noemuke adalah pada bangunan atas jembatan yaitu pada elemen lantai deck jembatan yang sampai pada saat ini masih terbuat dari balok kayu, sedangkan jika dilihat dari status jalan pada ruas jalan batu putih kolbano sudah masuk pada kategori jalan propinsi yang akan berakibat naiknya arus lalulintas yang akan melewati pada jalur jalan tersebut. Dengan semakin besarnya arus lalulintas yang melewati jalur jalan tersebut maka semakin bertambah juga beban tetap yang akan melewati jembatan tersebut. Dalam menganalisis masalah kerusakan lantai jembatan dijelaskan dengan metode pohon masalah pada diagram dibawah ini.
KERUSAKAN BALOK KAYU LANTAI JEMBATAN NOEMUKE ( BEBAN TETAP TIDAK ADANYA PEMELIHARAAN

Pohon Masalah

Akar Masalah

YANG BERLEBIHAN

STATUS JALAN TERJADI

ADANYA LOKASI TAMBANG

JENIS & KELAS KAYU

KONDISI ALAM / CUACA

PENINGKATAN

Gambar 4.1. Diagram Analisis Kerusakan Lantai Jembatan


Sumber : Hasil Analisa

Lantai deck Jembatan Noemuke terbuat dari balok kayu dengan ukuran 20cm x 15cm dengan panjang 5 meter sesuai lebar jembatan, menurut informasi yang diperoleh dari masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi jembatan bahwa jenis kayu yang digunakan pada lantai jembatan adalah jenis kayu kasuari dengan klasifikasi kayu tersebut masuk dalam kayu kelas 2 lokal. Kerusakan pada balok kayu lantai jembatan dengan melihat kondisi dilapangan maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya keretakan dan patahan di akibatkan karena beban tetap yang melewati jembatan tersebut sudah melebihi kapasitas kayu dalam menahan/memikul beban. Adapun akibat lain adalah kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga dapat merusak kayu dan tidak adanya pemeliharaan pada lantai jembatan tersebut, menurut masyarakat setempat bahwa

40

dalam waktu 1 bulan balok kayu pada lantai jembatan tersebut sudah rusak/ retak, bahkan ada yang patah. Pada daerah pinggir dari lantai jembatan baloknya sudah mulai lapuk dan baut pengikatnya juga longgar dan ada yang terlepas. Kerusakan ini terjadi akibat kurang adanya perhatian yang dilakukan oleh pemerintah atau dinas terkait terhadap struktur jembatan tersebut. Untuk lebih melihat jelasnya kondisi lantai jembatan dapat dilihat pada foto yang dilampirkan pada lampiran. 4.3. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan inventarisasi dan detail jembatan sesuai dengan hasil pengamatan visual dan pengukuran di lapangan, maka diidentifikasi jenis-jenis kerusakan yang terjadi di jembatan Noemuke yakni : 1. Daerah aliran sungai (DAS). Elemen aliran air utama terjadi penumpukan sampah yang di hanyutkan oleh banjir dan menumpuk disekitar daerah abutmen dan terutama pada pier jembatan yang mengakibatkan pengikisan dasar abutmen dan perubahan aliran sungai. Kerusakan elemen ini diberi nilai kondisi 3, dan 4 dimana elemen/jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya dan elemen jembatan dalam kondisi kritis. 2. Bangunan pengaman (Tembok penahan tanah) Dinding penahan tanah runtuh dan terjadi pengikisan tanah timbunan jalan pendekat sepanjang 4 m. nilai kondisi 3, dan 4 dimana elemen/jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya sebelum elemen jembatan menjadi dalam kondisi kritis. 3. Bangunan bawah Pondasi langsung, tembok sayap mengalami penurunan mutu pada pasangan batu dan terjadi retakan serta hilangnya adukan pengikat akibat dari pengikisan dan gerusan air pada dinding abutmen. Nilai kondisi kerusakan elemen 3, dan 4 dimana elemen/jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya. 4. Gelagar Gelagar baja sebagai penopang lantai jembatan mengalami penurunan mutu akibat terjadinya karatan pada gelagar. Kerusakan yang terjadi pada elemen ini

41

diberi nilai 1 dan 2 karena mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala. 5. Lantai Kendraan ( Deck Kendaraan) Lantai kendaraan terbuat dari balok kayu yang berukuran 9/20 cm mengalami retakan, pelapukan dan menyerpih yang mana membutuhkan penanganan

darurat dalam elemen ini kerusakan yang terjadi cukup serius. Nilai kondisi kerusakan elemen ini 4, dimana elemen/jembatan dalam kondisi kritis. Dari hasil pemeriksaan inventarisasi dan detail, maka ditentukan total nilai kondisi kerusakan yang terjadi pada elemen jembatan Noemuke yaitu (NK = 4), elemen/jembatan dalam kondisi kritis. Laporan hasil pemeriksaan inventarisasi dan detail dapat dilihat pada halaman lampiran. 4.4. Kemungkinan Penyebab Kerusakan Berdasarkan hasil pemeriksaan inventarisasi dan detail di lapangan, maka selanjutnya dianalisa penyebab-penyebab kerusakan yang terjadi pada elemen Jembatan Noemuke, sebagai berikut : 1. Daerah aliran sungai (aliran air utama) Dari hasil pemeriksaaan di lapangan kerusakan pada elemen ini disebabkan penumpukan sampah dan sedimentasi yang hanyut akibat banjir, tertumpuk pada abutmen/kepala jembatan dan menjadi tumpukan yang besar yang dapat memberikan beban tambahan bagi abutmen. Penampang jembatan yang tidak sebanding dengan penampang basah aliran sungai, dan mempengaruhi aliran air sungai saat bajir yang berakibat pada pengikisan/gerusan dasar abutmen.

Tumpukan Sampah

Penyempitan Aliran Sungai

Gambar 4.2. Elemen Aliran Air utama Sumber : Bridge Management System, 1993

42

2. Dinding penahan tanah ( patah/retak ) Kerusakan yang terjadi pada elemen ini disebabkan terjadinya gerusan air pada saat banjir dan penurunan mutu pada pasangan batunya. 3. Pondasi langsung (Retak vertical) disebabkan keadaan cuaca yang tidak menentu, seperti panas dan air hujan yang mengakibatkan hilangnya kerekatan antara adukan dan batu. Kerusakan pada elemen ini bisa membahayakan karena abutmen/kepala jembatan mengalami retakan vertical yang mana konstruksi ini tidak lagi dapat bekerja sebagai satu kesatuan melainkan menjadi terpisah.

Gambar 4.3. Retak Pada Pasangan Batu Sumber : Bridge Management System, 1993

4. Tembok sayap (pecah/retak) Dimana disebabkan mutu material dan terjadinya penurunan tanah yang mengakibatkan hilangnya kerekatan antara adukan dan dapat mengurangi kekuatan pada pasangan batu. 5. Gelagar Baja (Terjadinya Karatan) Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukan penyebab terjadi kerusakan elemen ini yakni banyak terdapatnya tumpukan material (tanah) dan tumbuhnya rumput pada daerah perletakan sehingga dapat terjadinya serangan jamur pada gelagar jembatan dan tidak adanya pemeliharaan sehingga terjadi karatan pada daerah gelagar bajanya. Penyebab kerusakan elemen ini adalah serangan jamur dan akibat cuaca panas dan hujan yang silih berganti.

43

6. Lantai Jembatan (Retak, Lapuk dan patah pada balok kayunya) Kerusakan pada elemen ini sesuai yang diuraikan diatas mengalami kerusakaan fungsional dan structural. Namun sesuai dengan hasil identifikasi kerusakan ini disebabkan balok kayu pada lantai yang sudah lapuk sehingga apabila terjadi pembebanan yang tetap dari roda kendaraan yang akan mengakibatkan baut pengikatnya longgar dan akan terjadi retak/pecah dan patah.

Gambar 4.4. Retak dan pecah pada balok/papan lantai jembatan Sumber : Bridge Management System, 1993

4.5. Rekomendasi Alternatif Penanganan Dari uraian pemeriksaan inventarisasi dan detail diatas serta analisa penyebab-penyebab kerusakan yang di kemukakan di atas, maka selanjutnya dapat dirumuskan solusi / rekomendasi alternatif penanganan dari kerusakan eleman pada Jembatan Noemuke, sebagai berikut : 1. Aliran air utama. Pada elemem ini dimana terdapat penumpukan sampah dan sedimentasi yang mana membutuhkan penanganan yakni ; pembersihan

sedimentasi/sampah secepatnya. Penampang jembatan dalam perencanaan disesuaikan dengan luas penampang basah/lebar sungai, sehingga daerah gerusan/pengikisan disekitar abutmen tidak terlampau luas.

44

2. Dinding penahan tanah. Elemen ini sudah mulai hancur dengan nilai kondisi 4, penangannya cukup parah sehingga direkomendasikan untuk perencanaan dan pembangunan dinding penahan yang baru. 3. Pondasi langsung. pasangan batu pada pondasi ini mengalami kerusakan yang tidak terlalu serius dengan nilai kondisi 2, maka dapat disimpulkan rekomendasi alternatif penangannya dengan pemeliharaan berkala. 4. Tembok sayap. Kondisi elemen dalam keadaan kritis, dengan nilai kondisi 4, maka rekomendasinya yang harus dilakukan pembangunan/perencanaan baru. 5. Gelagar Baja. Nilai kondisi kerusakan pada elemen ini 1 dan 2, dimana kerusakan elemen ini dalam kondisi rusak ringan, dilihat dari segi ekonomis penanganannya cukup dengan pekerjaan pembersihan dan pengecatan ulang pada gelagar, namun dari segi mutu gelagar baja bisa bertahan dalam waktu yang lama bila selalu berhubungan cuaca yang selalu berubah-ubah sesuai musim. Rekomendasinya pemeliharaan rutin pada gelagar jembatan tersebut. 6. Lantai Kendaraan (tebuat dari balok kayu). Kerusakan yang terjadi pada elemen ini cukup parah dan berbahaya bagi lalu lintas, dimana nilai kondisinya 4, elemen jembatan dalam kondisi kritis. Alternatif pananganan cukup ekonomis bila dilakukan penggantian balok lantai yang baru atau bisa juga diganti dengan lantai deck kendaraan slab beton bertulang di karenakan status jalan tersebut sudah menjadi jalan propinsi, Rekomendasinya pembangunan baru (penggantian konstruksi)

dengan menggunakan lantai slab beton bertulang. Dari uraian diatas tentang alternatif penanganan kerusakan yang terjadi pada elemen Jembatan Noemuke, yang mana nilai kondisi kerusakan masing-masing elemen cukup parah yang mana mulai mengarah pada kondisi kritis. Maka direkomendasikan alternative penanganan dengan penggantian konstruksi pada

45

lantai (Deck) kendaraan dengan menggunakan deck slab beton bertulang atau pembangunan jembatan baru. Adapun dari hasil pengamatan/survey pada lokasi Jembatan Noemuke, maka diperoleh nilai kondisi jembatan seperti tabel 4.2. Nilai kondisi jembatan seperti dibawah ini

Tabel 4.2. Nilai Kondisi Jembatan


NO
1

PARAMETER
2

KODE ELEMEN
3

NILAI KONDISI
4

KATEGORI
5

ALIRAN SUNGAI/ TIMBUNAN 1. 2. Aliran Air Utama Dinding penahan aliran 4.212 4.227 3 3 Rusak yang memerlukan penanganan secepatnya Rusak yang memerlukan penanganan secepatnya

II 1. 2.

BANGUNAN ATAS Gelagar (baja) Pelat lantai (kayu) 4.411 4.502 2 4 Memerlukan pemeliharaan berkala Rusak Kritis

III

BANGUNAN BAWAH 1. 2. Pondasi langsung/pier Tembok Sayap 4.313 4.324 3 4 Rusak yang memerlukan penanganan secepatnya Rusak Kritis

Jumlah I + II + III Nilai rata-rata -

19 3.167 Nilai kondisi total 3,167 dibulatkan menjadi 3. Jembatan dalam kondisi yang memerlukan tindakan secepatnya. Direkomendasikan penggantian konstruksi khususnya pada deck lantai kendaraan atau pembangunan jembatan baru.

JEMBATAN

1,000

Sumber: Hasil pengolahan Data

46

You might also like