You are on page 1of 22

YUNITA DWI SETIYOWATI K11109311

Badan legislatif dua dewan (bicameral) / satu dewan (unicameral)

Dalam badan legislatif satu dewan, hanya ada satu majelis atau dewan, sementara dalam badan legislatif dua dewan, ada dewan kedua atau dewan tingkat tinggi, yang peranannya adalah mengkritik dan memeriksa kualitas rancangan undang undang yang diumumkan secara resmi oleh majelis yang lebih rendah. Biasanya, hanya majelis yang lebih rendah yang bisa menentukan apakah rancangan undang undang akan menjadi undang undang atau tidak. Jenis organisasi formal yang mencakup hirarki, sifat umum, kontinuitas, dan keahlian Suatu negara (yaitu presiden dan atau perdana menteri dan menteri menteri lain). Perdana menteri atau presiden dan menteri menteri senior sering disebut sebagai kabinet Level pemerinatahan subnasional atau propinsi tidak berada di bawah pemerintahan nasional namun memiliki kekuasaan substansial yang tidak bisa di ambil oleh pemerintah nasional

Birokrasi Pimpinan Eksekutif Sistem federal

Badan Yudikatif

Terdiri hakim dan pengadilan yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemerintahan yang berkuasa (badan eksekutif) bertindak sesuai dengan undang undang yang disahkan oleh badan legislatif. Yg menetapkan Undang2 yg mengatur sebuah negara dan mengawasi badan eksekutif. Badan ini biasanya dipilih secara demokratis untuk mewakili rakyat negara tsb dan biasanay disebut sebagai parlemen/majelis. Seringkali ada dua dewan/majelis dalam parlemen. Anggota badan eksekutif jg merupakan anggota badan legislatif dan dipilih berdasarkan mayoritas anggota badan legislatif yg mendukung mereka. Presiden atau kepala negara dipilih secara langsung dalam sebuah proses pemilihan yg terpisah dari proses pemilihan anggota legislatif

Badan Legislatif

Sistem parlementer Sistem Presidensial

Perwakilan proporsional

Sistem pemungutan suara yang didesain untuk sejauh mungkin memastikan bahwa proporsi suara yang diterima oleh setiap partai politik sebanding dengan jatah kursi mereka dalam badan legislatif.
Tingkat pemerintahan yg lebih rendah secara hukum berada di bawah pemerintahan ansional. Pemerintahan di tingkat yg lebih rendah menerima kewenangan mereka dari pemerintahan pusat

Sistem unitarian

Dua ciri sistem pemerintahan yang paling berdampak pada kemampuan negara untuk membuat dan menerapkan kebijakan adalah otonomi dan kapasitas (Howlett dan Ramesh, 2003). Otonomi berarti kemampuan badan-badan pemerintah untuk tidak terperangkap oleh kelompokkelompok yang mementingkan diri sendiri dan untuk bertindak secara adil sebagai penengah konflikkonflik sosial. Kapasitas mengacu pada kemampuan sistem pemerintahan untuk membuat dan menerapkan kebijakan.

Sistem unitarian : Ada rantai komando yang jelas yang menghubungkan tingkatan-tingkatan pemerintahan yang berbeda sehingga pemerintahan di tingkat yang lebih rendah benar-benar berada di bawah tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Sistem federal: Ada 2 tingkatan pemerintahan yang terpisah dalam negara yang saling berbagi wewenang. Dengan kata lain, pemerintah dalam tingkatan subnasional tidak berada di bawah pemerintah tingkat nasional melainkan memiliki kebebasan yang tinggi atas hal-hal yang termasuk dalam wilayah hukumnya.

Sistem Presidensial
badan eksekutif dapat mengusulkan sebuah kebijakan, namun dibutuhkan persetujuan dari badan legislatif (yang mayoritas anggotanya mungkin tidak berasal dari partai politik yang sama) untuk membuat kebijakan tersebut menjadi undang-undang.
Contohnya Presiden Amerika Serikat, sering kali harus menawarkan konsesi pada badan legislatif mengenai satu area kebijakan sebagai timbal-balik atas dukungan yang diberikan pada area lain. Anggota badan legislatif dapat berperan aktif dalam merancang dan mengamandemen kebijakan. Sehingga proses perumusan kebijakan dalam sistem presidensial lebih bersifat terbuka

Sistem Parlementer
Terdapat kemungkinan perselisihan dan tawar-menawar mengenai kebijakan-kebijakan dalam partai politik yang memerintah. Hal ini terjadi di belakang layar dan badan eksekutif mengandalkan mayoritas anggotanya yang ada dalam badan legislatif untuk memperoleh dukungan atas langkah-langkah yang akan diambilnya. Ketika badan eksekutif sama sekali tidak memiliki mayoritas dalam badan legislatif, seperti yang terjadi di negara-negara dengan sistem perwakilan proporsional yang memiliki banyak partai politik, badan eksekutif harus berkompromi agar dapat meloloskan kebijakan melalui badan legislatif.

Hal ini membuat proses kebijakan menjadi lebih lambat dan lebih kompleks. Dalam sistem parlementer, pembuatan kebijakan pada akhirnya masih terpusat pada badan eksekutif,

Partai politik tidak terlalu memiliki pengaruh langsung terhadap kebijakan. Kontribusi terbesar berada di awal tahapan pengidentifikasian kebijakan Namun memberikan pengaruh langsung yang lebih besar dalam mempengaruhi keanggotaan lembaga-lembaga legislatif dan eksekutif (dan kadang-kadang yudikatif).

Dalam sistem partai tunggal, partai politik merumuskan semua kebijakan sementara pemerintah bertugas untuk menemukan cara terbaik guna menerapkan kebijakan-kebijakan tersebut

Dalam demokrasi liberal, jika satu partai politik memenangkan pemilihan umum, pemerintah akan memegang kendali. Menteri dapat mengadaptasi kebijakan partai dengan mengingat tekanan politik yang menyertainya dan sifat lingkungan kebijakan yang selalu berubah.

Badan legislatif memiliki tiga fungsi formal:

Mewakili rakyat

Menetapkan undang-undang

Mengawasi badan eksekutif (perdana menteri atau presiden dan para menteri).

Dalam sistem presidensial, badan legislatif memiliki otonomi yang berasal dari badan eksekutif dan, kadang-kadang juga bisa membuat kebijakan

Dalam sistem parlementer, tugas badan legislatif yang terutama adalah membuat pemerintah mempertanggungjawabkan kinerjanya pada rakyat daripada untuk memulai suatu kebijakan. Anggota badan legislatif dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam rancangan undangundang dan meminta dilakukannya perubahan atas rancangan undang-undang tersebut.

Badan eksekutif atau kabinet memiliki sumber

daya konstitusional, informasional, keuangan dan personal yang jauh lebih besar. Kabinet berwewenang untuk memerintah negara dan memiliki kewenangan tertinggi untuk memulai dan menerapkan kebijakan. Pada saat yang penting, pemerintah dapat memilih waktu yang tepat untuk mengajukan rancangan undangundang pada badan legislatif. badan eksekutif memiliki keleluasaan dalam berbagai area kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan pertahanan, keamanan nasional dan kebijakan luar negeri.

Di negara-negara miskin yang pemimpin politiknya bersifat pribadi dan tidak dapat dipertanggungjawabkan ( karena tidak berjalannya pengawasan konstitusional terhadap badan eksekutif) sebagian besar keputusan menyangkut kebijakan-kebijakan besar akan berada di tangan kepala negara Kadang, pengambilan keputusan berada di tangan sekelompok kecil menteri yang dipilih oleh kepala negara dari anggota kabinet karena mereka sangat memihak tujuan dan langkah -langkah kepala negara..

Para pejabat yang ditunjuk untuk menjalankan sistem pemerintahan disebut pegawai pemerintah. Meski disebut sebagai pegawai dari para politisi, peran mereka lebih dari sekedar bertugas untuk menjalankan proses kebijakan di banyak area kebijakan. Sebagian dari tugas badan eksekutif didelegasikan pada para birokrat

Pegawai pemerintah jmemiliki pengaruh karena keahlian, pengetahuan dan pengalaman mereka. Sementara para menteri dan pemerintahan terus berganti, sebagian besar birokrat tetap pada posisinya untuk menjaga kelangsungan sistem pemerintahan

Sebuah Departemen Kesehatan memiliki divisi yang berhubungan dengan bentuk utama sistem kesehatan seperti rumah sakit, layanan kesehatan dasar dan kesehatan masyarakat, juga divisi-divisi medis, keperawatan dan penasihat profesional lain.

Di negara-negara miskin, Departemen Kesehatan sering berada pada posisi terendah dalam hirarki, di bawah Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan, Departemen Luar Negeri, Departemen Perindustrian, Departemen Perencanaan dan Departemen Pendidikan.
Terlepas dari kenyataan bahwa Departemen kesehatan memiliki anggaran yg relatif besar karena banyak tenaga kerja, pusat2 kesehatan, dan RS yg harus dibiayai.

Negara-negara miskin sering menghadapi masalahmasalah ekonomi yang sangat mendesak yg pemecahan lebih mengarah ke perbaikan dan peningkatan ekonomi daripada dalam pengembangan sistem kesehatan.
Pengeluaran dalam Bidang Kesehatan sebagai

ANGGAPAN:

KONSUMSI (yaitu, pengeluaran saat ini yang hanya memberikan manfaat untuk saat ini saja) dan cenderung untuk tidak melihatnya
sebagai INVESTASI (yaitu, pengeluaran saat ini untuk memperoleh manfaat di masa depan) yang mereka anggap sebagai prioritas yang lebih tinggi.

Departemen lain yang kebijakannya mempengaruhi kesehatan cenderung untuk memntingkan persoalan kebijakan sektoral mereka sendiri daripada memusatkan diri untuk berkontribusi pada seperangkat luas kebijakan kesehatan pemerintah. Departemen yang bertanggung jawab atas sektorsektor seperti sumber daya alam, pertanian dan terutama pendidikan, memiliki tujuan tersendiri yang ingin mereka capai dan mereka bertanggung jawab penuh untuk mencapainya. Akibatnya, mereka tidak terlalu memprioritaskan dampak kesehatan dari keputusan-keputusan yg dibuatnya.

Contohnya Departemen pertanian terus mempromosikan hasil-hasil panen (misalnya, tembakau) dan bentuk-bentuk peternakan (misalnya, pemeliharan ternak intensif) dengan satu tujuan untuk memaksimalkan keuntungan tanpa pertimbangan yang serius mengenai kemungkinan dampak negatifnya bagi kesehatan dan gizi.

Pada tahun 1970-an, Banyak negara membentuk badan-badan intersektoral (lintas departemen) mis. Dewan Kesehatan Nasional di Sri Lanka) atau Staf Peninjau Kebijakan Sentral Central Policy Review Staf di Inggris untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan kesehatan. Baru2 ini banyak negara membentuk Komite Nasional dlm usaha untuk merespons epidemi HIV/AIDS.

Satu ciri penting dari Departemen Kesehatan terletak pada relatif tingginya status para penasihat utama. Di banyak negara, kepala divisi dalam departemen kesehatan sebagian besar adalah profesional di bidang kesehatan, khususnya dokter. Sehingga konflik di antara para profesional yang berstatus tinggi dan birokratbirokrat lain sangat mungkin terjadi.

Apabila Menteri Kesehatan adalah seorang dokter, kemungkinan akan ada ketidakcocokkan antara tujuan profesional dan tujuan-tujuan lain.

Contohnya:
1. Sang menteri mungkin akan keberatan untuk memulai perubahan yang mengancam kebebasan klinis para dokter. 2. Mungkin juga akan ada kecenderungan dalam pemikiran kebijakan untuk menganggap pelayanan medis sebagai sarana utama peningkatan kesehatan dan mengabaikan langkahlangkah kesehatan masyarakat seperti imunisasi atau persediaan air bersih yang lebih baik.

You might also like