You are on page 1of 7

Landasan Teori

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain. Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 2 juta senyawa hidrokarbon. Untuk mempermudah mempelajari senyawa hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli mengolongkan hidrokarbon berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam molekulnya. Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana. Contoh senyawa hidrokarbon alifatik jenuh: Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna. Contoh senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh:

Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatik.

Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai tertutup.

Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk rantai benzena. Senyawa benzena Benzena, juga dikenal dengan nama C6H6, PhH, dan benzol, adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri. Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Pertanyaan : 1. Dari tabel, bagaimanakah titik didih, berat jenis dan indeks bias dari persenyawaan normal alkana dengan semakin panjangnya rantai atau karbon? 2. Bagaimanakah hubungan antara titik didih dan indeks bias dari alkana berantai cabang dengan isomernya yang berantai lurus? 3. Bagaimanakan hubungan antara berat jenis dan indeks bias dari alkana berantai cabang dengan yang berantai lurus (normal)? Jawaban: 1. Semakin panjang rantai karbonnya maka semakin besar titik didihnya, karena ikatan nya semakin kuat sehingga dan ikatannya semakin banyak sehingga memerlukan energi yang lebih untuk memutuskan ikatannya pada senyawa yang memiliki rantai panjang dari pada senyawa yang memiliki rantai yang pendek. Begitu pula sama halnya dengan besar kecilnya berat jenis, semakin panjang rantai karbon maka semakin besar pula berat jenisnya karena massa molekul merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya berat jenis. Dan dalam hal besar kecilnya index bias rantai karbon yang lebih

panjang memiliki indeks bias yang lebih tinggi karena memiliki kerpatan medium yang lebih tinggi juga dibandingkan dengan udara. 2. Ketika kita membandingkan titik didih suatu isomer yang berantai cabang dengan yang berantai lurus maka isomer dari yang berantai cabang memili titik didih yang lebih rendah dibandingkan dengan isomernya yang berantai lurus, ini terjadi karena isomer yang berantai lurus lebih kuat ikatannya daripada isomer yang bercabang, Sehingga pada saat dipanaskan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk memutuskan ikatan ( keadaan mendidih). Begitu pula indeks bias , ketika kita mengamati indeks biasnya senyawa yang memiliki rantai lurus memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada isomernya yang memiliki rantai bercabang. 3. Ketika kita membandingkan berat jenis dan indeks bias suatu senyawa yang memiliki rantai lurus dan rantai bercabang, hasilnya adalah yang memilik rantai bercabang memiliki berat jenis yang lebih kecil dari pada yang memiliki rantai yang lurus, dan jika kita juga membandingkan indeks bias dari sebuah senyawa yang memiliki rantai bercabang dan berantai lurus, indeks bias yang terbesar adalah indeks bias yang dimiliiki oleh senyawa yang berantai lurus. PEMBAHASAN

Percobaan Pada Hidrokarbon Jenuh (alkana) Pada percobaan kali ini hidrokarbon yang digunakan adalah alkana C5 dan C6, hal ini dikarenakan pada suhu ruang mereka adalah cairan, sehingga lebih memudahkan dalam pengamatan reaksi. Adapun hidrokarbon jenuh (alkana) yang digunakan adalah n-pentana, nheksana, dan siklo-heksana. Sikloalkana dan alkana hanya mempunyai 2 reaksi penting, yaitu halogenasi dan pembakaran, pada halogenasipun diperlukan katalis berupa cahaya matahari dan pada saat pembakaran diperlukan katalis berupa bunga api. Penyebab kurang reaktifnya senyawa alkana dan sikloalkana adalah karena hibridisasi alkana dan sikloalkana adalah sp3 sehingga kelektronegatifannya kecil dan tidak mempunyai ikatan hidrogen meskipun karbon mengikat hidrogen, akibatnya senyawa alkana dan sikloalkana tidak larut dalam senyawa polar, seperti air dan alkohol, karena alkana dan sikloalkana itu sendiri adalah senyawa nonpolar dimana gaya tarik antar molekulnya lemah.

Pada saat direaksikan dengan asam sulfat pekat dingin n-pentana tidak larut karena H2SO4 merupakan senyawa polar, hal ini dibuktikan dengan terbentuknya 2 fasa pada saat pencampuran. n-pentana juga tidak bereaksi dengan H2SO4 karena tidak terjadi perubahan suhu. Hal ini disebabkan karena alkana bersifat jenuh sehingga mempunyai sifat sukar bereaksi dibandingkan dengan senyawa organik lain yang memiliki gugus fungsional sekalipun direaksikan dengan asam sulfat. C5H12 + H2SO4

Namun setelah dikocok timbul gas kemudian larutan menjadi berwarna kuning, kemungkinan npentana mengalami reaksi subtitusi dengan reaksi, C5H12 + H2SO4 -> C5H11SO3H + H2O

Pada saat mereaksikan hidrokarbon jenuh dengan preaksi H2SO4, pekat ketiga sampel tersebut tidak mengalami reaksi karena, semua senyawa alifatik dan siklik yang telah jenuh ( setiap ikatannya hanya terdiri dari 1 ikatan) tidak mampu lagi mengalami adisi, ataupun reaksi lainnya, namun ketika di amati setelah direaksikan dengan asam sulfat larutan menjadi terdiri dari 2 fasa, ini terjadi karena asam sulfat memiliki massa jenis yang lebih tinggi daripada senyawa senyawa organik (sampel) sehingga posisi larutan asam sulfat berada di bawah dan senyawa hidrokarbon ada di atasnya. Dan hal ini menunjukan bahwa senyawa hidrokarbon jenuh tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat. o Ketika mereaksikan antara hidrokarbon jenuh ( n-pentana, n-hexana, dan sikloheksana ) dengan asam nitrat tidak terjadi reaksi. Kejadian seperti pada asam sulfat, walaupun asam nitrat bersifat oksidator kuat, asam nitrat tidak dapat bereaksi dengan dengan hidrokarbon jenuh, sama halnya dengan asam sulfat, ketika asam nitrat ditambahkan kedalam larutan sampel (senyawa hidrokarbon jenuh) tidak terjadi perubahan, yang terjadi hanyalah tampak perbedaan fasa dalam larutan yang disebabkan oleh perbedaan massa jenis. Begitupun pada saat sampel ditambahkan larutan alkohol. Dalam alkohol, n-pentena tidak larut, berapapun perbandingan antara alkohol dengan n-pentana tetap tidak akan larut, karena n-pentana bersifat nonpolar dan alcohol bersifat polar sehingga mereka tidak dapat saling melarutkan. Pada saat direaksikan dengan asam nitrat, npentana tidak bereaksi, sehingga reaksi, C5H12 + HNO3

Selain itu n-pentana juga tidak larut pada HNO3 pekat, karena HNO3 pekat ini bersifat polar, sedangkan senyawa alkana bersifat nonpolar.

Lain halnya ketika ditambahkan kalium permanaganat pada larutan n-Pentana, pada saat mereaksikan antara n-pentanan dengan kalium permanganat, timbul gelembung walaupun warna kalium permanganat tetap ungu. Ini diakibatkan n-pentana yang digunakan sudah tercemar,sehingga ketika di uji dengan asam sulfat pun n-pentana memperlihatkan perubahan warna menjadi kuning dan timbul gas. Sama halya seperti larutan asam sulfat dan asam nitrat, ketika sampel ditambahkan larutan Br2 dalam CCl4 tidak terjadi reaksi yang ada hanyalah timbul warna pada Br2 (warna alami Br2) yang seolah-olah mengendap lebih tinggi daripada larutan sampel, sehingga posisi larutan Br2 berada di bawah. Br2 merupakan senyawa yang sangat mudah menguap, karena itu Br2 dilarutkan dalam CCl4, CCl4 merupakan pelarut sempurna untuk Br2, agar tidak terjadi penguapan yang extrim dari Br2

Percobaan Pada Hidrokarbon Aromatik

Dalam Hal ini digunakan preaksi benzen, karena benzena lebih mudah untuk melakukan reaksi substitusi daripada reaksi adisi. Reaksi adisi baru dapat terjadi pada suhu tinggi dengan bantuan katalis. Reaksi reaksi benzena dipergunakan untuk membuat senyawa-senyawa turunan benzena. Substitusi atom H dengan atom Halogen ( Reaksi Halogenasi) pada reaksi ini atom H digantikan oleh atom halogen dengan bantuan katalis besi (III) halida. Jika halogennya Cl2, maka katalis yang digunakan adalah FeCl3 Ketika uji kelarutan , telah dilakukan percobaan senyawa benzena yang dimasukkan kedalam pelarut tertentu, yaitu air, ethanol dan eter. Ketika benzena tersebut direaksikan dengan air tidak terjadi apa, yang terjadi hanyalah perbedaan fasa yang disebabkan oleh perbedaan massa jenis. Namun ketika benzena direaksikan dengan ethanol, reaksinya :

Timbul endapan putih itu menandakan bahwa senyawa benzena telah berubah menjadi ester.

Ketika akan diuji kemampuan benzena sebagai pelarut digunakan parafin wax dan minyak kelapa sebagai sampelnya, dan setelah di uji ternyata mengendap putih namun homogen, ini menandakan minyak kelapa dan parafin wax larut dalam Benzena. Ketika mereaksikan antara benzen dengan brom yang dilarutkan dalam CCl4, tidak terjdi reaksi padahal seharusnya terjadi reaksi substitusi halida, menjadi bromo benzen, Reaksinya:

Reaksi ini tidak terjadi karena Br2 yang digunakan tidak stabil (mudah menguap) sehingga padasaat akan direaksikan Br2 menghilang dan tidak terjadi reaksi dengan Br, oleh karenanya pada pengamatan pada saat setelah direaksikan tampak tidak ada perubahan. Ditambahkan besi pada saat melakukan percobaan ini adalah karena besi berperan sebagai katalis, katalis adalah sebuah zat atau senyawa yang dapat mempercepat reaksi.

Pada saat mereaksikan benzena dengan asam sulfat pada proses sulfonasi, terjadi reaksi larutan berubah menjadi kuning kehijauan dan terbentuk 2 fasa pada saat direaksikan dengan air, hal ini terjadi karena adanya reaksi asam sulfat tersebut dengan benzena dengan reaksi:

Pada saat mereaksikan antaran asam nitrat dan benzena yang tampak adalah larutan menjadi berbeda fasa, dan setelah dikocok larutan berubah menjadi berwarna kuning, ini membukatikan bahwa terjadinya reaksi nitrasi, dengan reaksi:

Kesimpulan: Setealah melakukan pecobaan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Senyawa alifatik jenuh tidak akan bereaksi (sulit bereaksi) jika direaksikan baik dengan halogen, asam sulfat, asam nitrat, dan alkohol, karena sifat nya yang jenuh dan tidak lagi bisa mengalami reaksi adisi ataupun substitusi.

2. Senyawa aromatik (benzena) dapat direaksikan dengan asam nitrat (nitrasi), asam sulfat (sulfonasi), halogen (substitusi halogen) karena ikatan rangkap yang beresonansi. 3. Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam (Wilbraham, 1992). 4. Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997). 5. Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu: 6. 1. Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu : 7. C2H6 (etana) CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana) 8. 2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih. 9. 3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas (Syukri, 1999). 10. Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin yang berarti kurang reaktif (Wilbraham, 1992). 11. Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu rantai atau suatu cincin. Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu rantai lurus atau rantai yang bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai lurus berarti dari tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih dari dua atom karbon lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung paling sedikit sebuah atom karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain (Fessenden, 1997). 12. Alkana rantai lurus: 13. CH3 CH2 - CH3 14. Alkana rantai cabang : 15. CH3 CH CH2 CH3 16. CH3 17. Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu

hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbonkarbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987). 18. Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan hidrokarbon aromatik dari batu bara. Semua hidrokarbon, alifatik dan aromatik mempunyai tiga sifat umum, yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan dibanding air dan terbakar di udara (Wilbraham, 1992)

You might also like