You are on page 1of 7

Penatalaksanaan Epilepsi Dewasa dan pengaturan dosis pada tahap remisi dan hubungannya dengan pasien yang didiagnosis

Hemofili tipe A Puspa Agrina Dokter Internsip RSUD M.Zein Painan Pendahuluan Terapi untuk pasien dengan gangguan kejang hampir selalu multimodal diantaranya pengobatan berbasis latar belakang yang mendasari kejang, menghindari dari faktor pencetus, pencegahan kejang berulang dengan terapi antiepilepsi atau operasi, serta menangani berbagai aspek psikososial yang menyertainya. Terapi epilepsinya berdasarkan individual, mengingat berbagai jenis dan penyebab kejang nya serta perbedaan efikasi dan toksisitas dari obat antiepilepsi untuk masing-masing pasien. Pada bagian ini dibahas masalah pasien dengan diagnosis epilepsi disertai Hemofili tipe A dimana akan dicari pilihan terapi yang terbaik mengingat hemofili tipe A yang dideritanya tersebut.

Kapan Memulai Terapi Obat antiepilepsi Terapi obat antiepilepsi dapat dimulai begitu diagnosis epilepsy ditegakkan. Di samping anamnesis yang akurat juga perlu data-data penunjang sebagai berikut: (1) pemeriksaan neurologis yang abnormal, (2) kejang muncul sebagai status epilepticus, (3) riwayat keluarga yang kuat dengan kejang, atau (4) abnormal EEG. Selain itu, penting juga untuk membuat diagnosis etiologi. Dikarenakan kegagalan mengetahui factor etiologi mengakibatkan penderita dapat terus mengalami serangan karena, misalnya tumor otak yang tidak terdiagnosis. Aspek pekerjaan pasien juga diperhatikan seperti mengemudi dapat mempengaruhi keputusan untuk memulai terapi. Apabila dalam pengambilan keputusan terdapat keragu-raguan apakah kasus yang sedang ditangani merupakan kasus epilepsi atau bukan epilepsi, maka ada petunjuk sebagai berikut : pemberian OAE dapat ditunda atau sama sekali dihindarkan pada kasus-kasus sebagai berikut : (a) serangan tunggal dengan risiko serangan ulang yang rendah, (b) serangan ulang yang berjarak beberapa tahun, (c) kejang demam sederhana, (d) epilepsi parsial benigna pada anak-anak (Rolandic epilepsy), dan (e) epilepsy dengan factor presipitasi yang spesifik, diketahui secara persis dan dapat dihindarkan, misalnya obat-obat psikotropik dan kurang tidur.

Tabel 1. Pilihan obat anti epilepsi

Tabel 2. Dosis obat anti epilepsi

Pemilihan Obat antiepilepsi Pemilihan jenis obat epilepsi biasanya dipilih berdasarkan jenis epilepsi. Terapi untuk epilepsy bersifat jangka panjang, dan memiliki potensi toksik. Dengan demikian, setiap kali memutuskan untuk member OAE kepada penderita epilepsi, hal-hal berikut ini harus selalu diperhatikan: (a) risk-benefit ratio, harus selalu dievaluasi secara terus menerus, (b) penggunaan OAE harus sehemat mungkin dan sedapat mungkin dalam jangka waktu yang lebih pendek, dan (c) pemilihan obat yang paling spesifik untuk jenis serangan yang akan diobati. Gambar 1. Algoritma pengobatan epilepsi

lanjutan

L anjutkan terapi T idak kam buh S elam > 2 th ? a y a


H entikan pengobatan

T idak sem buh

E fek sam ping dapat ditoleransi ?


T idak Y a

tidak
K em bali ke A ssesm ent aw al

H entikan A Dy E ang tdk efektif, T bahkan A D y am E 2 ang lain S em buh ?


Y a L anjutkan terapi T idak

T ingkatkan dosis A D cek interaksi, E 2, C kepatuhan ek

R ekonfirm asi diagnosis, P ertim bangkan pem bedahan A tau A Dlain E

Tabel 3. Dosis obat anti epilepsi

Pengobatan epilepsi tahap remisi Pemberian obat antiepilepsi tetap dipertahankan dengan dosis maintenance selama 2 tahun bebas kejang. Apabila menggunakan obat kombinasi, penghentian obat pertama secara mendadak tidak dianjurkan karena akan menimbulkan serangan ulang. Penurunan dosis dianjurkan 20% dari dosis total harian setiap 5 kali waktu paruh. Apabila serangan muncul pada saat penurunan dosis obat pertama, maka penurunan dosis obat tadi dapat diundur tetapi tidak perlu dibatalkan. Hemofili tipe A dengan Epilepsi Sejauh ini tidak didapatkan hubungan antara penyakit hemofili tipe A dengan epilepsi. Namun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih terapi epilepsy adalah ada obat-obat yang menimbulkan efek samping hematologi seperti penekanan sumsum tulang. Pada penderita hemofili tipe A terdapat gangguan pada faktor pembekuan. Oleh karena itu hindari pemakaian obat-obat seperti Carbamazepine, Lamotrigine, Oxcarbazepine, Phenobarbital, dan phenitoin.

Tabel 4. Efek samping utama yang diakibatkan obat anti epilepsi

Kesimpulan 1. Diperlukan diagnosis yang tepat sebelum memulai terapi anti epilepsi. 2. Pemilihan obat anti epilepsy perlu memikirkan risk-benefit ratio-nya serta disesuaikan dengan jenis epilepsy. 3. Pengobatan pada tahap remisi dilakukan dengan mempertahankan dosis maintenance diberikan selama 2 tahun bebas kejang. 4. Pada penderita epilepsi dengan hemofili tipe A dihindari pemberian obat antiepilepsi yang berefek samping terhadap faktor darah (hematologi) seperti Carbamazepine, Lamotrigine, Oxcarbazepine, Phenobarbital, dan phenitoin

Kepustakaan 1. NHS. Epilepsy Guidelines, 2011. 2. Emilio Perucca. The Pharmalogical Treatment of Epilepsy in Adults. Lancet, 2011; 10: 446-56

You might also like