Professional Documents
Culture Documents
Densitas atau massa jenis merupakan ciri khas dari suatu zat atau benda. Besar densitas setiap benda pasti berbeda antara satu dengan yang lain, dimana volume serta massa suatu benda tidak mempengaruhi besar densitas benda tersebut. Berdasarkan sifat ini dalam bidang geofisika khususnya dapat digunakan sebagai acuan untuk identifikasi suatu batuan guna diketauhi jenis maupun bahan pembentuk dari batuan tersebut. Salah satu instrument untuk menentukan densitas benda ialah piknometer, alat ini berbentuk labu kaca dimana campuran dari sampel uji dengan aquades kemudian dimasukkan kedalam piknometer dan ditimbang beratnya. Pada praktikum ini akan diuji batu bata guna diperoleh besar nilai densitas batuan tersebut sehingga didapat suatu ketetapan densitas untuk batuan batu bata.
2.2 Permasalahan Permasalahan dalam praktikum ini adalah berapa nilai densitas sesungguhnya dari batu bata yang dihitung dari berat campuran aquades dengan serbuk batu bata dalam alat ukur berupa piknometer
2.3 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan besar densitas dari batu bata yang dihitung dari berat campuran aquades dengan serbuk batu bata dalam alat ukur berupa piknometer
2.1
Densitas Massa jenis atau densitas (density) suatu batuan secara harafiah merupakan
perbandingan antara massa dengan volume total pada batuan tersebut. Secara sederhana, suatu batuan memiliki dua komponen, komponen padatan dan komponen rongga (pori). Keberadaan komponen padatan maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap-tiap batuan sehingga massa jenis dari suatu batuan berbeda dengan batuan yang lainnya. Ilustrasi pada gambar di bawah menunjukan dua jenis batuan yang terdiri dari presentase padatan dan rongga yang berbeda-beda. Namun rongga yang terdapat pada batuan tersebut juga dapat terisi oleh fluida, seperti air, minyak, ataupun gas bumi. Persentase rongga yang terisi oleh fluida dikenal dengan istilah kejenuhan fluida, untuk air dinamakan saturasi air (Sw), untuk hidrokarbon (minyak dan gas bumi) dikenal dengan saturasi hidrokarbon (SHC).
Gambar 2.1 Model Matriks dan Rongga pada Batuan Komponen padatan yang terdapat pada batuan juga dapat memiliki masa jenis yang berbeda-beda juga. Massa jenis ini dikenal dengan istilah densitas matriks (m), yang dapat dirumuskan melalui rumus seperti demikian: m= m/V (1)
hubungan antara densitas matriks dengan densitas total dari suatu batuan dapat dirumuskan sebagai berikut: = m . (1-) dengan adalah persen rongga atau porositas. Tiap-tiap fluida akan mempunyai densitas tertentu pula, nilai ini dapat berbeda ataupun sama antara masing-masing fluida tergantung pada komponen fluida tersebut, temperatur dan salinitas. Air, sebagai salah satu fluida yang merupakan fluida utama penyusun batuan dikatakan memiliki densitas yang berbeda-beda pada temperatur dan salinitas yang berbeda. Semakin saline (banyak kandungan garamnya) maka densitanya akan bertambah, dan mengenai temperature. Secara umum, kita dapat merumuskan pengaruh densitas yang dibawa oleh air/fluida lainnya terhadap densitas batuan, yaitu seperti berikut ini: = m . (1-) + f . . Sf
(2)
Dengan menganggap bahwa semua pori batuan sedimen terisi penuh oleh fluida, maka besaran volume untuk tiap-tiap komponen penyusun batuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:[5]
2.2
Piknometer Digunakan untuk mengukur berat jenis suatu zat cair dan zat padat, kapasitas
volumenya antara 10 mL 50 mL, bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus dilakukan pada suhu tetap. Volume zat cair selalu sama dengan volume piknometer.
Pinsip alat ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu ruang . Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Pengukuran dengan piknometer, dimana bahan dihaluskan dahulu sebagai serbuk sebagai asumsi pengukuran massa jenis dengan penimbangan massa diatas masih meninggalkan rongga didalam batuan yang belum terhitung, sehingga batuan dijadikan memiliki rongga yang saling tersambung dengan menghaluskan menjadi serbuk. Dengan perumusan perhitungan sebagai berikut :
batuan= dimana,
...........................4)
M1 : Mpiknometer kosong beserta tutup M2 : Mpiknometer kosong beserta tutup+penuh air M3 : Mpiknometer kosong beserta tutup+bahan M4 : Mpiknometer kosong beserta tutup+bahan+penuh air
Kapasitas piknometer ditentukan dari bobot diudara dan sejumlah air yang dinyatakan dalam gram yang mengisi piknometer.[4]
2.3
Batu Bata Merah Batu bata merah salah satu bahan bangunan terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa
bahan campuran lain yang kemudian dibakar pada suhu tinggi sehingga tidak hancur bila direndam di dalam air. Proses pembuatan batu bata ini dapat dilakukan secara tradisional
(manual) atau seeara mekanis (di pabrik). Bata yang baik sebagian besar terdiri atas pasir
(silika) dan tanah liat (alumnia), yang dicampur dalam perbandingan tertentu sedemikian rupa sehingga bila diberi sedikit air menjadi bersifat plastis. Sifat plastis ini penting agar tanah dapat dicetak dengan mudah, dikeringkan tanpa susut , retak-retak maupun melengkung.proses pembuatannya yaitu tanah liat dibuat plastic dan dicetak dalam cetakan kayu. Tanah hasil cetakan tersebut kemudian dikeringkan lalu dibakar hingga suhunya tinggi dan akibat pembakaran ini bata tidak berubah bentuk tetap segi empat. Batu bata pada umumnya memiliki spesifikasi sebagai berikut : panjang (p) Lebar (l) Tebal (t) Tebal spesi Kecepatan konstruksi Ketahanan terhadap api : 17-23 cm : 7-11 cm : 3-5 cm : 20-30 cm : 6-8 cm : 2 jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Batu bata yang baik memiliki beberapa kreteria berdasarkan beberapa uji :
1. Uji serapan air Pada pengujian ini bata dipilih dari tumpukan bata dan ditimbang dalam keadan kering mutlak. Bata kemudian direndam dalam air beberapa waktu sampai semua pori terisi air. Besar penyerapan air dapat dihitung dengan
P = persentasi air yang terserap bata Wb = berat bata setelah direndam dalam air Wk = berat bata kering mutlak sebelum direndam air Umumnya bata dianggap baik bila penyerapan airnya kurang dari 20%
3.1 Peralatan dan Bahan 3.1.1 Peralatan Peralatan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Neraca Ohauss digital (Ketelitian 0.0001 gram) Pegas Newton (0.01 newton) Piknometer (berukuran 100 ml ) Penggerus batuan
3.1.2 Bahan Bahan yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Batu Bata merah dan aquades
3.2
Skema Percobaan
3.2.1 Tahap Persiapan Sebelum mengukur densitas dilakukan uji serapan air terlebih dan pengengovenan 3.2.1.1 uji serapan air Sebelum mengukur densitas dilakukan uji serapan air terlebih dahulu
menimbang berat bata Kering (wK) sebelum direndam air
3.2.1.2 Pengovenan Pengovenan dengan suhu 90 derajat celcius selama 12 jam bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada batu bata
Tahap 1 Pengovenan
Tahap 2 Penghalusan
Tahap 4
Perhitungan
Tahap 3
Penimbangan
Menghitung densitas
Praktikum pengukuran densitas batuan ini dibagi dalam lima tahap, pertama menentukan batuan yang akan diukur densitasnya, dalam laporan ini dipilih satu bahan uji berupa batu bata konvensional yang biasa digunakan untuk konstruksi dinding rumah dan dilakukan uji serapan air dan mengoven bahan untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung dalam bahan. Tahap ketiga mengubah bentuk sampel dalam bentuk serbuk untuk menghilangkan rongga yang terdapat pada bahan uji guna menghilangkan rongga yang terisi udara dalam bahan. Selanjutnya pada tahap keempat adalah tahap penimbangan menggunakan neraca digital, mula-mula piknometer kosong dan dalam keadaan kering ditimbang dan dicatat beratnya sebanyak 3 kali (m1), lalu menimbang serbuk bata yang dibagi menjadi 5 variasi berat (1 gr, 1,5 gr, 2 gr, 2,5 gr, dan 3 gr), mengisi piknometer yang kosong dengan sampel dan menimbang massa piknometer (M3), kemudian mengisi piknometer dengan penuh air dan menimbang massa piknometer berisi penuh air (M2), kemudian pada piknometer dimasukkan serbuk bata 1 gr lalu dicampur dengan air aquades sampai penuh setelah itu ditimbang sebanyak 3 kali dan dicatat hasilnya. Untuk 4 variasi berat lainnya dilakukan perlakuan yang sama seperti variasi serbuk 1 gr. Tahap terakhir adalah perhitungan hasil data percobaan menggunakan persamaan (4), serta menghitung keseksamaan pengukuran data.
4.1
Analisis Data
4.1.1 Data Pengukuran uji serapan air dengan g=10 dengan sample dan pengulangan Pengukuran sebanyak 3 kali Tabel 4.1 data pengukuran uji serapan air Berat kering wk Berat basah Wb 145,8992 145,8967 145,9001 170,5665 170,5701 170,5674 Persen uji %
16,9070 16,9115 16,9069 16,9085
4.2 Data Percobaan Piknometer Tabel 4.2 data pengukuran masa sample batu bata, piknometer, aquades Variasi massa Pengukuran ke-1 (gram) Pengukuran ke-2 (gram) Pengukuran ke-3 (gram)
4.2 Perhitungan dan Pembahasan Sebelum menghitung densitas suatu batu bata merah dilakukan beberapa persiapan yaitu : tahap uji serapan air dan pengovenan sample, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan bahan uji dari hasil pengujian didapat sesuai tabel 4.1 uji serapan air 16,90% yang dapat dikategorikan layak karena kurang dari 20% kemudian pengovenan selama 12 jam dengan suhu 90 derajat celcius dilakukan untuk menghilangkan kadar air pada batu bata sample uji walaupun batuan tersebut secara fisik terlihat kering dan ringan. Pada percobaan ini menggunakan metode piknometer menggunakan asumsi jika batu bata memiliki rongga yang tidak saling menyambung, sehingga perlu menyambungkan tiap pori agar memperoleh keakuratan dalam penimbangan. Setelah tahap persiapan dilakukan di lakukan penghalusan sample menjadi serbuk karena densitas matriks batuan dengan piknometer dapat dihitung dengan menghancurkan menjadi serbuk. dan pengukuran masa sample sesuai data percobaan yang telah diperoleh seperti yang telah tercantum pada tabel 4.2, kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui densitas matriks batuan batu bata merah. Pada pengukuran massa dengan neraca digital OHauss dengan ketelitian 0,0001, dilakukan tiga kali pengulangan pengukuran untuk tiap variasi massa serbuk, massa picknometer kosong, massa picknometer berisi serbuk, picknometer berisi air dan picknometer berisi larutan serbuk batuan.Pada pengisian piknometer dengan air dan serbuk dioptimalkan tidak ada rongga udara. Pengulangan pengukuran bertujuan untuk mengetahui keseksamaan data massa yang akan diukur densitasnya. Berikut ini diberikan contoh perhitungan ralat untuk mengetahui massa serbuk m1: Tabel 4.3 Hasil perhitungan ralat data dengan massa serbuk m1 dalam satuan gram no 1 2 3 m1
1,0028 1,0014 1,0006 1,0016
m1-
-0,0012 0,0002 0,0010
(m1- )2
0,00000144 0,00000004 0,00000100 0,00000248
Ralat Mutlak x = x=
Jadi, massa serbuk m1 = 1.0016 0,0000238 gram Perhitungan nilai ralat massa lainnya dilampirkan pada lembar ralat. Tabel 4.4 Hasil perhitungan nilai ralat massa Variasi massa m1 m2 m3 m4 m5 mp (M1) mp+ma (M2) mp+mb (M3) mp+ma+m1 (M4) mp+ma+m2 (M4) massa (gram) 1.0016 2,38
1,5024 0,00034 2,0010 2,2 x
2.4999 4,88 x
2,9953 0,00048 30,1954 0.0002 80,2474 0.0009 31,1970 80,8755 81,1604
Dari data-data yangdidapat kan, dapat diperoleh densitas batu bata merah seperti berikut ini: Contoh perhitungan Diketahui : Massa serbuk m1 = 1.0016 gram Massa picknometer kosong M1 = 30,1954 gram Massa picknometer berisi air M2 = 80,2474 gram Massa picknometer dan serbuk M3 = 31,1970 gram Massa picknometer berisi larutan serbuk M4 = 80,8755 gram
2,681899 gram/cm3
Tabel 4.5 Data Hasil perhitungan densitas matrik batuan batu bata merah massa (gram) 1.0016
1,5024 2,0010
mp (M1) (gram)
30,1954 30,1954 30,1954 30,1954 30,1954
Serbuk
mp+ma
mp+mb
Densitas (gr/cm3)
2,6819 2,5494 2,6979 2,6026 2,5878
m1 m2 m3 m4 m5
2.4999
2,9953
Dari tabel beberapa nilai densitas dari hasil perhitungan seperti data tabel 4.5 yang dipengaruhi oleh 5 variasi massa, Untuk mendapatkan suatu nilai densitas dari batu bata merah, maka dilakukanlah perhitungan ralat nilai densitas. Tabel 4.6 Hasil perhitungan ralat data untuk densitas batu bata merah no 1 2 3 4 5
2,6819 2,5494 2,6979 2,6026 2,5878 2,62392
-
0,0579 -0,0745 0,0739 -0,0213 -0,0361
( -)2
0,0033 0,0055 0,0055 0,000455 0,0013 0,01615
Ralat Mutlak x = x=
x = 0,000807 Ralat Nisbi I= I= I = 0,030769 % Keseksamaan K = 100% - I K= 100% - 0.031% K= 99,969% Jadi, densitas batuan batu bata merah yaitu sebesar = 2,62392 0,000807 gram/cm3
Dengan metode pikometer memiliki keunggulan yaitu memisahkan matrix dengan fillernya yang dalam hal ini berupa rongga udara, dan dimana menghaluskan sampel matrix
sehingga memiliki asumsi rongga saling tersambung dan lebih rapat. Selain itu dalam menimbang sampel, metode piknometer memiliki keakuratan yang lebih. Karena metode
piknometer menggunakan tabung dengan ujung yang sempit yang dimaksudkan membuat meminimalisasi meniskus cairan yang dipakai. Dimana cairan memiliki meniskus, dan jika luas permukaan cairan ini besar akan memberikan nilai error yang besar pula dalam pengukuran.
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan densitas pada batu bata merah dengan metode piknometer adalah
1. Besar densitas batu bata merah dengan persen penyerapan air 16,91% adalah
Daftar Pustaka
[1] Ansel, H.C.(1989).Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia Press. [2] Roth, Herman J. (1994). Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. [3] Sinugroho, Gesang, dkk. 1984. Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan NI-10. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. [4] http://arto-chemical.blogspot.com/2010/04/piknometer.html?zx=259ca41412c7d287 [5] http://weiminhan.wordpress.com/tag/densitas/ [6] http://www.scribd.com/doc/50791207/Bata-Konvensional [7] http://www.slideshare.net/xmulyono/materi-fisika-zat-dan-wujudnya