You are on page 1of 20

Percobaan 1 PEMBUATAN ZAT WARNA AZO (METIL ORANGE) 1. Pendahuluan A. Tujuan Percobaan 1.

Cara dan prinsip-prinsip pembuatan senyawa azo (metil orange). 2. Azas-azas reaksi Coupling / reaksi diazotasi. B. Dasar Teori Garam diazonium dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa aromatic yang sangat reaktif, seperti phenol-phenol atau amina-amina tanpa reaksi substitusi elektrofil pada kedudukan reaktif yaitu para dan orto dari phenol atau amina. Substitusi para hampir selalu terjadi dan memberikan hasil senyawa warna azo. Dalam percobaan ini akan dibuat zat warna azo, yakni metal orange dengan mereaksikan asam sulfonat amino aromatic (asam sulfanilat) dengan asam nitrit (NaNO2 + HCl) menghasilkan garam diazonium. Reaksi tersebut di atas disebut juga diazotasi. Kemudian diikuti reaksi coupling dengan dimetilanilin berikut dengan penambahan NaOH akan terbentuk metil orange. C. Reaksi
+
N + N

+ NaNO2 + HCl

N garam diazonium

N Cl

CH3 N2CI
+

CH3 N N N

N CH3 dimetilanilin

+ HCl
CH3

methyl orange

2. Alat dan Bahan

Erlenmeyer Labu Takar

3. Cara Kerja 1. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 3,46 gram asam sulfanilat, 12 gram

Na2CO3 anhidrat dan 50 ml air suling.


2. Campuran dipanaskan hingga diperoleh suhu 75 oC dan ditambahkan

1,58 gram NaNO2 yang telah diberi 10 ml air suling. Pada kondisi ini suhu tetap dijaga 75 oC. 3. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala tetes demi tetes yang telah berisi 10,5 ml HCl pekat dan 75 gram es yang telah ditumbuk dan diaduk. Setelah beberapa menit akan diperoleh larutan garam diazonium yang berwarna merah.
4. Disiapkan 2,42 gram dimetil aniline dalam 1,2 gram asam asetat glacial

pada tempat lain, kemudian dituangkan ke dalam larutan garam diazonium secara perlahan sambil diaduk. 5. Ditambahkan pelan-pelan 60 ml NaOH 1N dan pengadukan dilanjutkan selama 10 menit. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih, kemudian dibiarkan sampai dingin. Kristal akan terbentuk, kemudian disaring dan diamati warnanya. 6. Endapan dikeringkan dan ditimbang hasilnya. 4. Hasil Percobaan Bobot sulfanilat Bobot Na2CO3 Bobot NaNO2 Bobot Dimetilanilin Kertas saring kosong Kertas saring + sample Bobot sample (Methyl orange) : 3,4645 gram : 12,0047 gram : 1,5852 gram : 2,4608 gram : 2,7703 gram : 9,1079 gram : 6,3376 gram

5. Pembahasan Methyl orange adalah senyawa azo, yang dibuat dari mereaksikan asam sulfanilat direaksikan dengan Natrium Nitrit dan HCl pekat menghasilkan garam diazonium. Pada saat penambahan Natrium Nitrit, suhu larutan dijaga pada suhu 75 oC bertujuan untuk mempercepat reaksi. Karena pada saat akan mereaksikan dengan larutan HCl akan mengeluarkan panas (eksoterm) maka ditambahkan es. Garam diazonium yang terbentuk berbentuk larutan kemerahan. Setelah penambahan Dimetilanilin dan asam asetat glasial, terbentuk cairan kental yang berwarna merah. Setelah penambahan NaOH 1N, terbentuk Kristal kemerahan. Kristal yang terbentuk tersebut merupakan Methyl orange.

Percobaan 2 ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BUAH PALA 1. Pendahuluan


A. Tujuan Percobaan

Mahasiswa diharapkan dapat menunjukkan kemahiran dalam hal teknikteknik laboratorium yang pokok dalam pemisahan senyawa bahan alam. B. Dasar Teori Pada percobaan ini dilakukan isolasi trimiristin sebagai bahan aktif yang terdapat dalam buah pala. Trimiristin adalah senyawa organic yang termasuk dalam golongan lemak yaitu:
H2C HC H2C O O O O C C O O C (CH2)12CH3 (CH2)12CH3 (CH2)12CH3

Sifat-sifatnya adalah senyawa non polar, larut baik dalam pelarut non polar antara lain eter (titik didih 35 oC), mempunyai titik leleh 56 oC. Proses pemisahan yang terjadi disini, mula-mula senyawa-senyawa / komponen-komponen non polar akan terekstraksi ke dalam eter yang dengan cara dekantasi atau penyaringan bisa dipisahkan dari pala residu. Sedangkan pelarut dikeluarkan dengan destilasi (mengkisatkan), kemudian ditambahkan methanol (pelarut polar) yang karena perbedaan kepolarannya maka kelarutan trimiristin dalam campuran akan berkurang, sehingga trimiristin akan menggendap atau mengkristal. 2. Alat dan Bahan Erlenmeyer

3. Cara Kerja 1. Ditimbang 15 gram buah pala yang sudah dipotong-potong kecil-kecil (berupa serbuk) dalam Erlenmeyer 250 ml yang dilengkapi dengan tutup gelas or gabus. 2. Ditambahkan dengan hati-hati ke dalamnya 30 ml eter. Dengan hati-hati campuran dikocok dengan menggoyang-goyangkan labu dan tiap waktu tertentu tutup labu dibuka (sebab tekanan uap eter sangat tinggi) dengan hati-hati. 3. Dilakukan pengadukan selama 15 menit sampai tercampur dengan baik. Setelah itu dibiarkan sebentar hingga residu pala terpisah dengan baik kemudian dekantasi dan saring dengan menggunakan corong biasa.
4. Proses ektraksi tersebut diulangi lagi sekali dengan cara dan kondisi

yang sama, lalu filtrate disatukan. Larutan dikisatkan dengan destilasi sampai 35 ml. (hati-hati eter sangat mudah terbakar dan beracun), digunakan penangas air hangat tanpa air di sekitarnya. 5. Dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk 70 ml methanol ke dalam larutan di atas. Endapan akan mulai terbentuk selama penambahan methanol. Kumpulkan endapan tersebut dengan disaring menggunakan corong Buchner. Cuci sekali lagi dengan sedikit campuran eter-metanol ( 1 : 1), lalu dibiarkan kristal trimiristin dari pala (bahan) yang diisolasi. Tentukan titik leleh trimiristin yang diperoleh.

4. Hasil Percobaan Bobot Pala Bobot kertas saring Kertas saring + Trimiristin Bobot Trimiristin : 15,0001 gram : 1,2587 gram : 3,6300 gram : 2,3713 gram

Hasil yang didapatkan berupa Kristal berwarna putih.

5. Pembahasan Trimiristin adalah zat aktif yang terdapat dalam buah pala. Pada saat percobaan buah pala yang digunakan dipotong kecil-kecil yang bertujuan untuk mempercepat dan mempermudah proses ekstraksi, sehingga ekstraksi berlangsung optimal. Pereaksi yang digunakan untuk melakukan ekstraksi adalah eter. Setelah penambahan methanol endapan akan terbentuk, endapan tersebut adalah trimiristin. Pencucian dilakukan dengan menggunakan etermethanol (1:1). Kristal trimiristin yang terbentuk berwarna putih

Percobaan 3 PENGUJIAN SENYAWA ALAM (FITOKIMIA) 1. Pendahuluan A. Tujuan Percobaan Mengidentifikasi beberapa jenis senyawa organic metabolit sekunder melalui analisis kualitatif. B. Dasar Teori Fitokimia adalah cabang ilmu kimia organic yang berada diantara kimia organic bahan alam dan biokimia tumbuhan. Ilmu ini mempelajari keanekaragaman senyawa organic yang dihasilkan oleh tumbuhan, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya (Habone. 1987). Pengetahuan tentang fitokimia suatu tumbuhan sangat diperlukan sebelum kita melakukan suatu proses pemisahan, pemurnian dan identifikasi suatu senyawa yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Untuk analisa fitokimia suatu jaringan tumbuhan, idealnya digunakan jaringan tumbuhan yang segar yang telah dicelup ke dalam etanol mendidih segera setelah dipetik, hal ini untuk mencegah terjadinya oksidasi ataupun hirolisis enzimatik. Selain itu dapat juga digunakan jaringan tumbuhan yang telah dikeringkan sehingga sampel tersebut masih tetap dalam keadaan yang baik untuk dianalisis. Senyawa alam yang akan dianalisis adalah terpenoid/steroid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin. 2. Alat dan Bahan Erlenmeyer Jamu

3. Cara Kerja
A. Uji Alkalis 1. Sebanyak 0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 10 ml kloroform-

ammonia lalu disaring.


2. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan beberapa tetes H2SO4 2M,

kemudian dikocok sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna) dipipet ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi Mayer, Dragendorf, dan Wagner. 3. Jika terdapat endapan putih dengan pereaksi mayer, endapan merah dengan jingga dengan pereaksi Dragendorf dan endapan coklat dengan pereaksi Wagner, maka terdapt alkaloid ekstrak tersebut.
B. Uji Triterpenoid Steroid 1. Sebanyak 0,3 gram ekstrak ditambahkan 25 ml dietileter dan

dikocok. 2. Lapisan dietil eter dipisahkan dan ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard.


3. Adanya triterpenoid / steroid ditunjukkan dengan terbentuknya

warna hijau-biru.
C. Uji Saponin 1. Residu yang tidak larut dalam dietil eter pada uji triterpenoid-

steroid dilarutkan dalam 5 ml air dan dipanaskan selama 5 menit, lalu didinginkan dan dikocok kuat-kuat. 2. Terbentuknya busa yang mantap selama 15 menit menunjukkan adanya saponin. D. Uji Tanin 1. Sebanyak 0,1 gram ekstrak dilarutkan dengan 1 ml methanol, lalu disaring.
2. Filtratnya ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%.

3. Adanya tannin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, biru, atau ungu.

4. Hasil Percobaan 1. Uji Alkaloid Data pengamatan daun tapak dara tanpa methanol Lapisan jernih + pereaksi Mayer Lapisan jernih + peraksi Dragendorf Lapisan jernih + pereaksi Wagner Tidak terbentuk 2 lapisan Data pengamatan Kulit Jeruk Lapisan jernih + pereaksi Mayer Lapisan jernih + pereaksi Dragendorf Lapisan jernih + pereaksi Wagner terbentuk endapan putih terbentuk endapan merah jingga terbentuk endapan coklat terbentuk endapan putih terbentuk endapan merah jingga terbentuk endapan coklat. Larut sempurna

Data pengamatan daun tapak dara dengan methanol

2. Uji Tanin Pengamatan daun tapak dara tanpa methanol Pengamatan daun tapak dara dengan methanol Pengamatan kulit jeruk Tidak terbentuk warna hijau Terbentuk warna hijau Terbentuk warna hijau

3. Uji Triterpenoid Steroid Tapak dara tanpa methanol Tapak dara dengan methanol Kulit jeruk 4. Uji Saponin Tidak terbentuk busa selama 15 menit. Pembahasan Pada uji saponin, tidak terbentuk busa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam daun tapak dara da kulit jeruk tidak mengandung saponin. Pada uji tanin, hasil ekstrak daun tapak dara dan kulit jeruk dilarutkan dengan methanol, kemudian ditambahkan FeCl3 1% terbentuk warna hijau. Hal tersebut menunjukkan adanya Tanin dalam daun tapak dara dan kulit jeruk. Pada uji Triterpenoid Steroid, ekstrak daun tapak dara dan kulit jeruk ditambahkan eter dan dikocok, setelah dikocok lapisan eter dipisahkan dan ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard, terbentuk warna Hijau Biru . Hal ersebut menunjukkan adanya Triterpenoid/Steroid pada daun tapak dara dan kulit jeruk. Pada uji alkaloid, daun tapak dara mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya warna putih dengan pereaksi Mayer, endapan merah jingga dengan pereaksi Dragendorf, dan endapan coklat dengan pereaksi Wagner. Begitupun kulit jeruk mengandung alkaloid, karena terbentuk endapan yang sama dengan daun tapak dara. Penambahan methanol menyebabkan tidak terbentuknya dua lapisan, sehingga tidak ada lapisan jernih yang bisa digunakan untuk larutan uji. Hijau Biru Hijau Biru Hijau Biru

10

Percobaan 4 ISOLASI KAFEIN 1. Pendahuluan A. Dasar Teori Kafein dan Nikotin yang merupakan bahan alam dapat diisolasi melalui beberapa tahap. Tahap-tahap isolasi dalam bahan alam adalah sebagai berikut: 1. Tahap isolasi : Pemisahan bahan alam dan bagian tertentu tumbuhan. Pada tahapan ini diperoleh ekstrak bahan alam. 2. Tahap pemisahan : Pemisahan bahan alam yang diisolasi dari bahan alam yang terdapat dalam ekstrak. 3. Tahap pemurnian: Pemurnian bahan alam yang telah dipisahkan dari ekstrak. 4. Tahap Karakterisasi: Uji kemurnian bahan alam yang diisolasi dan penentuan struktur secara konvensional dan secara spektroskopi. 1. Tahap isolasi Isolasi dapat dilakukan berdasarkan sifat bahan alam yang akan diisolasi. Cara-cara tersebut dapat dibagi menjadi : a. Cara Fisis Cara isolasi berdasarkan sifat fisis bahan alam, yaitu kelarutan dalam pelarut tertentu dan tekanan uap. Teknik isolasi yang dilakukan adalah: 1. Ekstraksi Cara ini berdasarkan perbedaan kelarutan antara bahan alam yang akan diisolai dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan/hewan. Ekstraksi dapat dilakukan dalam keadaan dingin atau panas. 2. Destilasi uap Teknik isolasi ini digunakan untuk bahan yang tidak larut dalam air, mempunyai titik didih yang tinggi, tetapi bahan dapat terurai/rusak sebelum mencapai titik didihnya.

11

b. Cara Kimia Cara ini digunakan untuk bahan senyawa tunggal tertentu yang ingin diisolasi. Dengan cara ini bahan alam yang diisolasi direaksikan dengan pereaksi tertentu, tetapi pereaksi ini tidak bereaksi dengan bahan-bahan lainnya. c. Tahap pemisahan Ekstrak hasil isolasi bahan alam dari tumbuhan/hewan mengandung berbagai bahan yang mungkin dapat terisolasi. Untuk mendapatkan bahan alam yang diiginkan maka dilakukan tahap pemisahan dengan beberapa cara: 1. Ekstraksi cair-cair dengan pelarut tertentu menggunakan corong pisah. 2. Pemisahan menggunakan pelarut aktif (pereaksi). 3. Kromatografi. d. Tahap pemurnian Pemurnian untuk bahan padat dilakukan dengan rekristalisasi atau subtimasi. Proses rekristalisasi dilakukan berdasarkan percobaan kelarutan bahan yang dimurnikan dengan bahan lainnya. Pemurnian untuk bahan cair dilakukan dengan destilasi bertingkat atau detilasi vakum.
e. Tahap Rekristalisasi

Pada tahap ini dilakukan uji kemurnian bahan dan penentuan struktur. Uji kemurnian dapat dilakukan dengan penentuan sifat fisik bahan misalnya titik didih, berat jenis, indeks bias, titik leleh dan bentuk Kristal. Penentuan struktu dilakukan secara spektroskopi menggunakan alat spektrofotometer UV, Vis, IR, NMR, dan MS.

12

Percobaan 5 ISOLASI KAFEIN DARI KOPI Dasar teori Kafein merupakan senyawa bahan alam (berasal dari tumbuhan) dan termasuk senyawa organic dengan nama lain kafein, tein, atau 1,5,7-trimetilxantin. Kristal kafein berupa jarum-jarum bercahaya sutra. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234 oC 239 oC dan menyublim pada suhu yang rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan dalam kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin, alcohol,dan beberapa pelarut organic lainnya. Reaksi

R-COOH R-COOH

As. Karboksilat Asetat

+ +

Pb(OAc)2 Pb(OAc)2

Pb(R-COO)2
Timbal Karboksilat

+ CH3COOH
As. Asetat

Timbal

Cara Kerja
1. Dicampurkan 35 gram biji kopi halus, batu didih, dan 125 ml air suling

dalam labu dasar bulat 250 ml. Pasang pendingin gondok pada leher labu di atas, alirkan air pendinginnya. 2. Dipanaskan campuran dalam labu tadi selama 25 menit (teknik ini disebut Refluks). 3. Disaring campuran dalam labu sewaktu masih panas menggunakan corong Buchner yang dilengkapi labu berpenghisap. Filtrat (hasil saringan) ditempatkan dalam labu Erlenmeyer. 4. Ditambahkan 20 25 ml larutan timbal asetat 10% ke dalam filtrate. 5. Dipanaskan campuran di atas pembakar Bunsen sampai mendidih, kemudian dipanaskan di atas penangas uap untuk menjaga kehangatan selama 10 menit, selama disimpan dalam penangas uap ini campuran terus dikocok sampai terbentuk endapan sempurna.

13

6. Larutan disaring dalam keadaan panas dengan corong Buchner. Didinginkan hasil saringan. Larutan dingin dipindahkan ke dalam corong pisah.
7. Ditambahkan 25 ml kloroform. Dikocok larutan dalam corong pisah

(jangan terlalu kuat), buka tutup corong setelah corong pisah ditempatkan dalam statif corong. 8. Lapisan kloroform dikeluarkan ke dalam lanu Erlenmeyer. Ditambahkan 25 ml kloroform ke dalam lapisan air yang masih terdapat dalam corong pisah. Dikocok pelan-pelan, tempatkan corong pisah dalam statif, tutupnya dibuka. Dikeluarkan lapisan kloroform yang telah didapat pada awal langkah ini. 9. Lapisan Kloroform dipindahkan ke dalam corong pisah,dicuci dengan 10 ml larutan Natrium Hidroksida 10%. Dikeluarkan larutan lapisan kloroformnya, dimasukkan kembali ke dalam corong pisah yang telah dikosongkan. Ditambahkan 10 ml air suling, dikocok, dibiarkan campuran memisah, dikeluarkan lapisan kloroformnya, ditempatkan dalam labu Erlenmeyer yang berisi natrium sulfat anhidrat. Dipisahkan Natrium Sulfatnya dengan penyaringan, ditempatkan filtrate dalam cawan penguap. 10. Kloroform diuapkan dengan menempatkan cawan yang berisi lapisan kloroform tadi di atas penangas uap, (langkah ini dikerjakan di dalam lemari yang dilengkapi penghisap udara). 11. Setelah kloroform menguap, pemurnian Kristal yang didapat dengan rekristalisasi dan subtimasi. 12. Rekristalisasi a. Ditambahkan benzene panas ke dalam Kristal dalam cawan sampai semua Kristal melarut (pemakaian benzene jangan terlalu banyak). b. Diteteskan petroleum eter hingga diperoleh kekeruhan. c. Didinginkan campuran yang keruh di atas, Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong Buchner.
13. Sublimasi

14

a. Ditempatkan Kristal kafein yang diperoleh pada langkah 12 dalam gelas kimia. b. Gelas kimia tersebut ditempatkan di atas kassa yang diletakkan di atas kaki tiga. c. Ditempatkan labu dasar bulat yang berisi air es di atas mulut gelas kimia. d. Kristal dalam gelas kimia dipanaskan menggunakan api kecil. e. Dibiarkan semua Kristal kafein menyublim. f. Dikumpulkan kafein hasil subtimasi yang terdapat pada bagian bawah labu dasar bulat. 14. Kafein yang diperoleh ditimbang dan titik leleh kafein ditentukan dengan menggunakan alat penentu titik leleh. 15. Kadar kafein dihitung dalam biji kopi yang digunakan. Hasil percobaan Bobot sample (kopi) = 31,7868 gram Pengamatan dan analisis data: Kopi dan air dipanaskan lalu disaring, warna filtrate (hasil saringan) berwarna hitam. Ketika filtrate ditambahkan larutan timbale asetat terbentuk endapan coklat susu.
Warna lapisan kloroform saat ekstraksi adalah coklat muda (berupa

emulsi).
Kafein terbentuk kristal berwarna coklat

Massa kafein yang diperoleh 0,7461 gram. Pembahasan Kafein merupakan senyawa bahan alam (berasal dari tumbuhan) dan termasuk senyawa organic. Pemisahan kandungan lain dari kafein bergantung pada perbedaan kelarutan masing masing senyawa kandungan tersebut dalam pelarut tertentu. Tahap tahap dalam isolasi bahan alam adalah sebagai berikut: Tahap isolasi

15

Tahap pemisahan Tahap pemurnian Tahap karakterisasi

16

Percobaan 6 ISOLASI NIKOTIN TEMBAKAU Dasar Teori Nikotin merupakan bahan alam yang termasuk ke dalam golongan alkaloid. Di dalam daun tembakau nikotin adalah alkaloid yang terbanyak. Selain nikotin, daun tembakau mengandung alkaloid lain dalam jumlah kecil seperti nornikotin, anabasin, dan paling sedikit tujuh alkaloid lain yang jumlahnya lebih kecil. Gugus amina pada struktur nikotin merupakan amina tersier yang dapat terprotonasi untuk membentuk garam. Gugus amina tersier pada struktur nikotin terikat pada cincin piridin dan cincin pirolidin. Dilihat dari harga pK, cincin pirolidin sekitar 8 dan pK cincin piridin sebesar 3 maka pada pH 7 gugus amina pada cincin pirolidin akan terprotonisasi sekitar 90%. Nikotin dengan gugus amina terprotonasi ini dapat bereaksi dengan basa kuat menghasilkan basa bebas. Kemudian nikotin dalam bentuk basa bebas ini akan dapat diekstraksi/dilarutkan dalam pelarut organic, misalnya diklorometana, eter. Nikotin yang diperoleh setelah penguapan pelarut berupa cairan seperti minyak dengan titik didih 246oC dan jumlahnya sedikit. Pemisahan dan pemurnian zat cair akan lebih sukar dibandingkan dengan zat padat. Maka nikotin yang berbentuk cair, diubah menjadi garamnya yang berbentuk padat. Nikotin dapat bereaksi dengan asam pikrat membentuk nikotin dipikrat yang berbentuk padat. Jumlah/masa nikotin dipikrat akan jauh lebih besar dibandingkan massa nikotin sehingga pemurniannya akan lebih mudah. Di dalam daun tembakau juga terkandung selulosa dan asam tanat yang tidak akan terekstrak di dalam eter. Dalam larutan basa (isolasi menggunakan larutan NaOH 5%) selulosa, asam tanat dan hasil oksidasi klorofil akan berbentuk garam anorganik yang tidak akan larut dalam eter. Untuk isolasi nikotin sebaiknya digunakan daun tembakau, bukan tembakau yang sudah menjadi rokok. Pada pengolahan daun tembakau menjadi rokok, kemungkinan telah dilakukan pengurangan nikotin dari daun tembakaunya.

17

Reaksi

N N Nikotin
CH3

N+ H N Nikotin terprotonisasi
OH

+ H2O

N
+

+ OH
-

CH3 N Nikotin bebas sebagai

CH3

basa

O
-

N
+

NO2

NO
2

NO2

NO2

H N

N
+

N Nikotin

CH3

CH
3

NO 2

NO 2

Asam Pikrat

Nikotin dipikrat

Cara Kerja
1. Dipotong-potong 10 gram daun tembakau kering atau tembakau dari

cerutu. Masukkan ke dalam gelas kimia 400 ml. 2. Ditambahkan 100 ml larutan NaOH 5%. Aduk menggunakan batang pengaduk selama 20 menit. 3. Campuran dalam gelas kimia disaring dengan menggunakan corong Buchner tanpa kertas saring. Ditekan daun tembakau dalam corong Buchner menggunakan bagian bawah gelas kimia.

18

4. Daun tembakau dikembalikan ke dalam gelas kimia, ditambahkan 30 ml air, diaduk. Disaring menggunakan corong Buchner. 5. Untk menghilangkan partikel (daun tembakau) dalam hasil saringan (filtrate), filtrate disaring dengan menggunakan corong gelas yang diberi glasswool. 6. Filtrat dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambahkan 30 ml diklorometan, dikocok. Tutup corong pisah dibuka setiap kali selesai mengocok. Dipisahkan lapisan diklorometan ke dalam labu Erlenmeyer. Ditambahkan lagi 30 ml diklorometan ke dalam sisa cairan (lapisan air) ke dalam corong pisah, dikocok. Dipisahkan lapisan diklorometan. Langkah ekstraksi ini dilakukan sampai semua nikotin terekstrak ke dalam diklorometan. Dikumpulkan semua lapisan diklorometan. Ekstraksi ini dapat juga dilakukan menggunakan eter.
7. Diuapkan diklorometan menggunakan rotary vacuum evaporator.

Penguapan diklorometan atau eter dilakukan menggunakan teknik penguapan dengan pengurangan tekanan dan jangan menggunakan api. Penguapan diklorometan atau eter dapat pula menggunakan teknik dengan set alat.
8. Ditambah 1 ml air suling ke dalam sisa penguapan, aduk perlahan-lahan,

ditambahkan 4 ml methanol, disaring dengan menggunakan corong gelas yang diberi glass wool. Dituangkan 5 ml methanol ke atas glasswool untuk mencuci glasswool-nya. Disatukan kedua larutan methanol. 9. Ditambahkan 10 ml larutan jenuh asam pikrat dalam methanol. 10. Disaring nikotin dipikrat padat menggunakan corong Buchner (digunakan kertas saring). 11. Dimurnikan nikotin, dipikrat ; dengan rekristalisasi. Rekristalisasi Nikotin Dipikrat 1. Buat larutan methanol 50% volume (1 bagian volume methanol ditambah 1 bagian volume air suling). 2. Dipanaskan larutan methanol 50% tadi di atas penangas listrik.

19

3. Nikotin dipikrat ditempatkan dalam labu Erlenmeyer 50 ml ditambahkan larutan methanol 50% sedikit demi sedikit sampai semua nikotin dipikrat larut. Larutan nikotin dipikrat dibiarkan menjadi dingin dan Kristal nikotin dipikrat terbentuk. 4. Nikotin dipikrat disaring dengan menggunakan corong Buchner (digunakan kertas saring). Dibiarkan nikotin dipikrat menjadi kering. 5. Nikotin dipikrat ditimbang. Dihitung kadar nikotin dalam tembakau. 6. Ditentukan titik leleh nikotin dipikrat. Hasil Percobaan Bobot tembakau Bobot kertas saring Bobot Dipikrat Pengamatan dan Analisis Data: Setelah tembakau ditambah larutan NaOH 5% didapat ekstrak berwarna coklat kehitaman.
Lapisan eter berwarna kuning muda.

= 10,0726 gram = 0,7715 gram = 0,6049 gram = 0,1666 gram

Bobot As.Dipikrat + kertas saring

Setelah eter diuapkan didapatkan residu berwarna kuning. Nikotin dipikrat berupa endapan halus berwarna kuning terang. Massa nikotin dipikrat yang diperoleh adalah 0,1666 gram.

Pembahasan Penambahan NaOH 5% berfungsi untuk menghasilkan basa bebas, karena yang dapat diekstraksi oleh pelarut organic adalah nikotin dalam bentuk basa bebasnya. Penambahan asam pikrat adalah untuk membentuk Nikotin Dipikrat (dalam bentuk garamnya) yang berbentuk kristal, karena pemurnian zat padat akan lebih mudah dibandingkan zat cair. Massa atom nikotin dipikrat lebih besar dibandingkan dengan massa nikotin, sehingga pemurnian juga akan lebih mudah. Pemurnian kristal dilakukan dengan cara rekristalisasi

20

You might also like