You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, sehingga hampir disemua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dijumpai penegasan diperlukannya kemampuan pemecahan masalah. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Mata Pelajaran, salah satu tujuan Mata Pelajaran matematika SMP adalah agar siswa mampu memecahkan masalah matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu setiap guru, khususnya guru SMP yang mengelola pembelajaran matematika perlu memahami maksud dari memecahkan masalah matematika. Selain itu setiap guru juga harus melatih keterampilannya dalam membantu siswa belajar memecahkan masalah matematika. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika c?enderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh (tidak termotivasi). Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. Salah satu materi dalam pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester I adalah himpunan. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal himpunan yang berkaitan dengan diagram Venn. Kesulitan dalam menyelesaikan soal himpunan karena pada materi tersebut penuh dengan logika abstrak. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar matematika, khususnya pada materi himpunan perlu diketahui apakah jika menggunakan model pembelajaran yang berbeda akan memberikan hasil belajar yang berbeda pula. Suatu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran akan membantu siswa dalam memecahkan masalah tersebut. 1

Berdasarkan permasalahan diatas penulis merasa tertarik untuk membuat makalah dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap

Motivasi Belajar Siswa pada Materi Himpunan.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi belajar siswa pada materi himpunan?

BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Himpunan 2.1.1.1 Pengertian Himpunan Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang didefinisikan dengan jelas (Adinawan dan Sugijono, 2005). Didefinisikan dengan jelas masksudnya adalah dapat ditentukan dengan jelas benda-benda apa saja yang termasuk dalam suatu himpunan. Benda-benda tersebut disebut anggota, elemen, atau unsur dari suatu himpunan. Untuk selanjutnya dipergunakan istilah anggota atau elemen. Berdasarkan definisi himpunan, maka suatu himpunan atau kelompok benda belum tentu merupakan suatu himpunan. Pada umumnya pemberian nama suatu himpunan menggunakan huruf kapital. Himpunan dilambangkan dengan kurung kurawal buka dan kurung kurawal tutup ({}). 2.1.1.2 Menyatakan Suatu Himpunan Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu dengan kata-kata, dengan notasi pembentuk himpunan, dan dengan mendaftar anggota-anggotanya. 2.1.1.3 Himpunan Kosong Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota atau himpunan yang banyak anggotanya nol. Himpunan kosong dinyatakan dengan { } atau . Misalnya himpunan hari-hari dalam seminggu yang dimulai dari huruf B, himpunan tersebut adalah kosong karena tidak ada nama hari yang dimulai dengan huruf B. 2.1.1.4 Himpunan Semesta Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta disebut juga semesta pembicaraan atau himpunan universal. Himpunan semesta dilambangkan dengan huruf S. 2.1.1.5 Diagram Venn Ketentuan dalam membuat diagram Venn adalah sebagai berikut: a. Himpunan semesta digambarkan dengan sebuah persegi panjang dan dipojok kiri atas diberi simbol S.

b. Setiap himpunan semesta ditunjukkan dengan sebuah noktah di dalam persegi panjang itu, dan nama anggotanya ditulis berdekatan dengan noktahnya. Misal: S = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }. S

.1 .4 .5 .6

.2 .7

.3 .8
Gambar 1

c. Setiap himpunan yang termuat di dalam himpunan semesta ditunjukkan oleh kurva tertutup sederhana.Misal: S = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, } dan A = { 2, 4, 6, }. S

.1 .4 .5
A

.2 .7

.3
Gambar 2

.6

Karena semua anggota himpunan A termuat di dalam himpunan S, maka himpunan A berada di dalam himpunan S. d. Dalam menggambar himpunan-himpunan yang mempunyai anggota sangat banyak, pada diagram Venn-nya tidak menggunakan noktah. Misal: S = { Siswa di sekolahmu } dan A = { siswa di kelasmu } S

.1
A

Gambar 3 Contoh: 1. Buatlah diagram Venn himpunan-himpunan berikut! S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 } A = { bilangan asli genap kurang dari 10 } B = { bilangan asli genap antara 1 dan 5 } 4

Jawab: Untuk membuat diagram Venn, daftar terlebih dahulu anggota A dan B. A = { 2, 4, 6, 8 } B = { 2, 4 } Semua anggota B termuat dalam A, sehingga diagramnya seperti pada gambar. S

.1

A B

.5 .8 .6 .7

.3

.2 .4
Gambar 4

2. Dari diagram Venn pada gambar disamping, nyatakan S himpunan-himpunan berikut dengan mendaftar anggotaanggotanya! a. Himpunan B. b. Himpunan S yang menjadi anggota A dan B.

.13
. 14 . 12

. 15 B

.5

.2 .4 .8

.1 .16 .9 .11

Jawab:

.3
Gambar 5

a. Semua noktah yang ada di dalam kurva B adalah anggota B. Jadi, B = { 1, 2, 4, 8, 16 }

b. Semua noktah yang ada di dalam kurva A dan sekaligus di dalam kurva B adalah anggota A dan B. Jadi, himpunannya: { 2, 4, 8 } 2.1.1.6 Himpunan Bagian Himpunan A merupakan himpunan bagian dari B, jika setiap anggota A menjadi anggota B, ditulis dengan notasi A B. Setiap himpunan adalah himpuanan bagian dari A.Jika banyak

himpunan itu sendiri, misal untuk sembarang himpunan A selalu berlaku A

anggota himpuna A adalah n, maka banyak himpuan bagian dari A adalah 2n. Himpunan bagian ini termasuk himpunan kosong dan himpunan itu sendiri. 2.1.1.7 Irisan Irisan himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan B juga. Dengan notasi pembentuk himpunan, irisan A dan B didefinisikan sebagai: A B = { x| x A dan x 5 B }.

Contoh: P = { 1, 2, 3,4 } Q = { 2, 4, 6 } a. Tentukan P Q dengan mendaftar anggota-anggotanya! b. Buatlah diagram Venn-nya dan arsirlah daerah yang menyatakan P Q! Jawab: a. P = { 1, 2, 3,4 } Q = { 2, 4, 6 } P Q = { 2, 4 } b. S P

.1 .3

.2 .6 .4
Gambar 6

2.1.1.8 Gabungan Gabungan himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota A saja, anggota B saja, dan anggota persekutuan A dan B. Dengan notasi pembentuk himpunan, gabungan A dan B dituliskan sebagai A B = {x | x Contoh: A = { 1, 2, 3, 4, 5 } B = { 3, 5 } a. Nyatakan A B dengan mendaftar anggota-anggotanya! b. Buatlah diagram Venn-nya dan arsirlah daerah yang menyatakan A B! Jawab: a. A = { 1, 2, 3, 4, 5 } B = { 3, 5 } A B = { 1, 2, 3, 4, 5 } b. S A B A atau x B }.

. 3 .5

.1 .2

.4

Gambar 7

2.1.1.9 Penggunaan Diagram Venn untuk Irisan dan Gabungan Himpunan Contoh: Dalam sebuah kelas terdapat 40 anak, ternyata 25 anak gemar minum susu, 35 anak gemar minum teh, dan yang gemar kedua minuman tersebut sebanyak x anak. a. Buatlah diagram Venn dari keterangan di atas! b. Berapa anak yang gemar kedua minuman tersebut! Jawab: S Susu 25 x x Teh 35 x 20 anak. Gambar 8 2.1.2 Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahaptahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.Menurut (Suprijono, 2009) melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengeskpresikan ide. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks (pola urutan). Yang dimaksud dengan sintaks dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahaptahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks tersebut menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. 2.1.2.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah falsapah mengenai tanggungjawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggungjawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan 7 b. 25 x + x + 35 x = 40 60 x = 40 x = 20 Jadi, yang gemar kedua minuman tersebut ada

pada mereka. Semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut: 1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. 2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. 4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dalam membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa sekaligus guru. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: 1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan) 3. Face to face promotive interaction (interaksi positif) 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) 5. Group processing (pemrosesan kelompok) (Suprijono, 2009) Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh kelompok. Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti kelompok belajar, setiap anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Nilai perkembangan kelompok didasarkan pada nilai perkembangan individu.Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus memberi kontribusi demi kemajuan kelompok. 8

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini menuntut siswa dalam kelompok bertatap muka untuk melakukan dialog. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar bervariasi. Interaksi ini penting karena ada siswa yanglebih mudah belajar dengan sesama siswa. Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dapat diketahui siapa anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang kurang membantu.Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan kelompok. ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.Kontribusi siswa dalam kelompok diketahui dari nilai perkembangan individu. Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai dari belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase ke1 Indikator Aktivitas/ Kegiatan Guru

Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan memotivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa kedalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok belajar kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing kelompok Guru membimbing kelompokbekerja dan belajar kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari 9

Memberikan penghargaan

atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Model pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan penting, yaitu: 1. Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya dan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3. Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, maupun menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. 2.1.2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Univesitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada peserta didik setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para peserta didik di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas empat atau lima anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, etnik maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Adapun komponen pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Nur dan Prima (2000) adalah sebagai berikut: a. Presentasi kelas Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Hanya dalam cara STAD mereka harus difokuskan secara jelas dalam unit STAD. Dengan cara ini, murid-murid sadar mereka harus memperhatikan secara hati-hati/benar-benar selama presentasi kelas berlangsung. b. Belajar dalam tim 10

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan, jika ada kesulitan peserta didik yang merasa mampu membantu teman tim dan guru sebagai fasilitator. c. Tes individu Setelah pelajaran selesai ada tes individu (kuis). d. Skor pengembangan individu Skor yang didapat individu dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil belajar materi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam satu tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor perkembangan dibagi jumlah tim. e. Penghargaan lain Penghargaan diberikan berdasarkan nilai anggota tim, dimana dapat memotivasi belajar mereka. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran kooperatif

STADmenurut Nur dan Prima (2000) adalah sebagai berikut: 1. Membagi peserta didik ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari 4 sampai 5 anggota. 2. Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang direncanakan untuk diajarkan. 3. Dalam menjelaskan STAD, guru juga menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam tim yang meliputi: a. Meminta anggota tim untuk mengatur bangku atau meja kursi mereka, dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memilih nama tim mereka. b. Membagi LKS atau materi belajar lain. c. Menganjurkan peserta didik agar pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan. d. Memberi penekanan kepada peserta didik bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan mereka sampai yakin bahwa seluruh anggota tim mereka dapat menjawab 100% benar-benar soal kuis tersebut. e. Memastikan peserta didik bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu penting bagi peserta didik akhirnya untuk diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka sendiri atau teman tim mereka pada saat mereka belajar. f. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban. 11

g. Apabila peserta didik memiliki pertanyaan, meminta mereka untuk menanyakan kepada teman satu timnya terlebih dahulu, sebelum mengajukannya kepada guru. h. Berkeliling di dalam kelas disaat peserta didik sedang berdiskusi, dan duduk bersama mereka untuk memperhatikan bagaimana tim mereka bekerja. 4. Memberikan kuis, dimana peserta didik belajar sebagai individu bukan sebagai tim. 5. Membuat skor individu dan skor tim. 6. Pemberian penghargaan kepada prestasi tim. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama kelompok. 2. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif diantara peserta didik yang berasal dari ras yang berbeda. 3. Menerapkan bimbingan oleh teman. 4. Menjelaskan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: 1. Sejumlah peserta didik mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. 2. Guru pada permulaaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas, akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan metode ini. 2.1.3 Pengertian Motivasi Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. 2.1.3.1 Macam Motivasi Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

12

Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah

masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. 2.1.3.2 Beberapa teori tentang motivasi, antara lain : 1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) Teori Kebutuhan Maslow, termasuk konsep aktualisasi diri yang ia definisikan sebagai keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun yang seseorang mampu untuk mencapainya. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat dan demokratis, kreativitas, humoris, dan mandiri pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang bagus atau sehat secara psikologis. Maslow menempatkan perjuangan untuk aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan paling penting ini bergantung pada pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya. Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini di akui oleh Maslow, yang memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa yang mencapai aktualisasi diri. 2. Teori Herberg (Teori Dua Faktor) Ilmuwan lain yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan Model Dua Faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya. Dari sini, kebutuhan dapat diartikan sebagai keinginan yang juga berarti motivasi. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam 13

karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyediaan yang diterapkan oleh para penyediaan, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. 3. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan) Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, maka jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

2.4. Hubungan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap Motivasi belajar Siswa Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran. selain meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, dengan model pembelajaran ini secara tidak langsung akan menyatukan siswasiswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Serta mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah siswa dapat aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dapat bekerjasama dalam kelompok.

14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan kajian teori, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada materi himpunan dalam hal memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar dan guru lebih terbantu dalam hal memberikan pengajaran terhadap siswa. Sehingga diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran tipe STAD tersebut para guru bisa mengoptimalkan pembelajaran

3.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka diharapkan agar penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar matematika guna mempermudah guru dalam mengajar siswa dan siswa lebih kreatif dalam memecahkan masalah serta mendapat motivasi belajar yang lebih efektif.

15

You might also like