You are on page 1of 32

20

4.3.4 Kebijakan Perdagangan Bebas Sementara itu untuk koefisien Kebijakan Perdagangan Bebas (POL
t

) menunjukkan angkasebesar 3.59, yang berarti bahwa

dengan memberlakukan kebijakan perdagangan bebas, ceterisparibus, maka akan menaikkan net ekspor pertanian Indonesia sebesar 3.59 juta US$.Kebijakan

perdagangan bebas jelas akanberdampak baik disisi ekspor maupuan impor.Namun hal tersebut tidak menjadi masalah jikaekspor lebih tinggi dibandingkan dengan impor,tetapi akan

menjadi masalah jika yang terjadiadalah impor lebih besar dibandingkan denganekspor.Selama kurun waktu 19 tahun tingkat eksporkomoditi pertanian Indonesia terus

meningkat,begitu juga dengan impor komoditi pertanian,tetapi tingkat pertumbuhan ekspor masih jauhlebih tinggi dibandingkan dengan impor. Apalagidisaat kebijakan

perdagangan bebas dalamwadah AFTA diberlakukan. Seperti yang terlihatdalam gambar 4.4. 4.4 Pembahasan Dari penjelasan di atas kita telah dapat mengetahui bahwa dengan

diberlakukannyakebij akan perdagangan bebas ternyata membawa dampak positif, yaitu dapat meningkatkanekspor produk pertanian Indonesia, sehingga net ekspor pertanian Indonesia selalu

meningkatsejak diberlakukannya kebijakan perdagangan bebas AFTA pada tahun 2003.Namun dari lima komoditas pangan utama tidak semuanya menjadi unggulan. Tabel

dibawah iniakan menunjukkan top ekspor komoditas pertanian Indonesia.


Gambar 4.4 Total Ekspor dan Impor
0.00E+004.00E+068.00E+0 61.20E+071.60E+072.00E+ 079 0 9 2 9 4 9 6 9 8 00 02 04 06 08XM
Sumber : FAO

21

Top Export IndonesiaCommo dity Ranking

Padi 1Jagung 2Kedelai 3Gula 5Ketela 2


Untuk komoditas padi Indonesia menempati urutan pertama seASEAN, dari tahun 1990sampai dengan 2008. Hal ini dikarenakan lahan

yang dijadikan sawah merupakan lahan yangterluas, hampir 47.800.000 ha, dan ini merupakan lahan yang terluas untuk kawasan ASEAN.Selain padi, Indonesia juga unggul untuk komoditas

jagung dan kedelai. Adapun yang menjadipangsa pasar utama produk pertanian Indonesia adalah Singapur, Malaysia, Thailand danFilipina. Sedangkan untuk ketela dan gula

Indonesia ternyata kalah dari negaranegara mitra.Untuk komoditas ketela Indonesia kalah dengan negara Thailand dan untuk komoditas gulaIndonesia masih kalah jauh dengan

negara Filipina, Thailand, Vietnam dan Myanmar. KarenanyaIndonesia sering kali mengimpor komoditas tersebut. Bahkan volume impor Indonesia untukkomoditas gula

masih sangat tinggi setiap tahunnya.Berdasarkan fakta diatas, ada baiknya jika Indonesia menspesialisasikan produkpertaniannya untuk komoditas padi, jagung dan

kedelai. Apalagi permintaan akan komoditastersebut sangat tinggi, khususnya untuk kawasan ASEAN, sehingga Indonesia dapatmeningkatkan volume ekspornya setiap tahun.

Sedangkan untuk komoditas gula dan ketela adabaiknya jika Indonesia mengimpornya dari negara mitra, karena produktivitas Indonesia untukkomoditas gula dan ketela masih

rendah. Hal ini didasarkan oleh teori Heckser-Ohlin yangmengemukakan bahwa suatu negara melakukan perdagangan internasional karena adanyaperbedaan endowment

. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif lebih banyak danmurah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengeksporbarangny

a. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negaratersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan mahal

dalam memproduksinya.

22

Bab V Kesimpulan

Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan memberlakukan kebijakan perdagangan bebas,maka akan berdampak terhadap pertumbuhan ekspor dan impor komoditas

pertanian Indonesia.Laju pertumbuhan ekspor komoditi pertanian Indonesia tumbuh lebih cepat dibandingkan denganlaju pertumbuhan impor selama periode

kebijakan perdagangan bebas diberlakukan. Denganbegitu tingginya laju pertumbuhan ekspor, maka Indonesia memperoleh keuntungan (gains fromtrade), sehingga

dapat menciptakan surplus dalam neraca perdagangan yang berdampakterhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia secara makro. Temuan ini sesuai denganpenelitian-

penelitian sebelumnya bahwa perdagangan antar negara yang tanpa disertai denganhambatan perdagangan akan menciptakan keuntungan bagi negara tersebut.

Selain itu penelitianini juga menemukan bahwa Indonesia unggul untuk komoditas padi, jagung, kedelaidibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, namun untuk

komoditas gula dan ketelaIndonesia masih kalah jauh, terutama gula. Dimana untuk komoditas gula Indonesia kalah dariFilipina, Thailand, Vietnam dan Myanmar.Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa nilai kurs riil, pendapatan per kapita negaranegaraASEAN, kontribusi sektor pertanian terhadap GDP, dan pemberlakuan kebijakan

perdaganganbebas memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap net ekspor pertanian Indonesia.

You might also like