You are on page 1of 10

Pengukuran Gain, Pola Radiasi, dan Isolasi Silang Pada Antena

LAPORAN

Disusun oleh: Muhammad Rofii (1031130028)

KELAS 3B / 16

PRAKTIKUM ANTENA DAN PROPAGASI PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 / 2013

PENGUKURAN GAIN, POLA RADIASI, DAN ISOLASI SILANG PADA ANTENA

I.

Tujuan

Melakukan pengukuran penguatan (gain) antena. Mengetahui pengaruh elemen-lemen antenna terhadap penguatan antenna. Memahami karakteristik directional dan half-power beamwidth antenna. Menggambarkan diagram polar pola radiasi horisontal dan vertikal untuk antena dari hasil pengukuran yang didapat. Dari diagram polar yang telah diplot, dapat menghitung sidelobe attenuation dan frontto-back-ratio dari antenna.

II.

Peralatan yang digunakan 1 Signal Generator 1 Measuring Receiver 2 Antena dipole

1 Antena under test (Antena TV UHF-Yagi Uda 9 elemen) 1 Matching Pad (75 50) 1 Konektor BNC-N 1 Konektor male-male BNC 1 Konektor female-female BNC 2 Kabel RF 50 (2.5 m) 2 Tiang Penyangga

III.

Set Perangkat : Signal generator Kalibrasi instrumen signal generator. Pemasangan kabel power, kemudian tekan tombol On, lalu didiamkan selama 15 menit. Menentukan jarak antenna Rx dengan antenna Tx Ukur jarak antenna Tx dan Rx, kemudian samakan pada setiap kali melakukan percobaan. Menghitung panjang antenna dipole /2 Gunakan rumus untuk menentukan panjang antenna. Kemudian, gunakan

penggaris atau alat bantu ukur lain untuk mengukur panjang antenna.

Measuring Receiver Pasang power supply lalu set tegangan sebesar 12 V. Kemudian beri input measuring receiver dari power supply dan nyalakan selama 15 menit. Pasang jumper ke antenam lalu samakan frekuensi pada output dari sinyal generator.

IV.

Prosedur Percobaan

Pada pengukuran gain antenna dalam percobaan ini, antenna dipole pertama digunakan sebagai antenna pemancar, sedangkan antenna dipole kedua sebagai anteba standar (referensi) yang berfungsi sebagai pembanding (dianggap sebagai antenna standar dengan gain = 2,15 dB). Antena yang diukur (under test) adalah antenna TV VHF. Antenna ini adalah antenna YAGI UDA ARRAY 9 elemen, yang bekerja pada rentangan frekuensi 174 MHz sampa 230 MHz. 1. Mengukur level tegangan yang diterina oleh antenna dipole kedua. Tentukan panjang dari kedua antenna dipole (/2) pada frekuensi 200 MHz dan tentukan jarak antara dipole 1 (pemancar) dan antenna dipole 2 (penerima). menyusun diagram pengukuran seperti gambar dibawah.

Signal Generator

Kontrol

Rotator

Measuring Receiver

Gambar 3. Diagram pengukuran gain antena 2. Menghubungkan terlebih dahulu output signal generator dengan memasang antena dipole yang telah ditentukan panjang gelombangnya. mengatur signal generator pada frekuensi 202 MHz dan level RF out pada 80 dBV. Kemudian mematikan RF Output (Off). 3. Memeri catu daya pada Measuring Receiver sebesar 12V (perhatikan polaritas positif dan negatif). Mengatur measuring receiver sebagai berikut : RF ATT UNITS FREQ. : ON : dBV : 202 MHz

4. Menghidupkan RF output (On) pada signal generator.

5. Mengatur (dengan menggunakan rotator) arah antenna kedua (penerima) tepat menghadap antenna pertama (antenna pemancar), sehingga input level Measuring Receiver menunjukkan nilai maksimum dan atur frekuensi Signal Generator seperti pada tabel. Mencatat nilai E1 pada Tabel 1. 6. Switch RF output pada pemancar (Signal Generator) OFF. 7. Mengganti antenna kedua dengan antenna under test (Yagi Uda). Mengulangi langkah 5. Mencatat nilai ini sebagai E2 pada Tabel 1. 8. Menghitung Gain antenna yang diuji. G(dB) = E2 E1 +2,15 dB Tabel 1. Frekuensi (MHz) 174 181 188 195 202 209 216 223 230 E1 (dBV) 44,5 45,2 45,1 42,2 47,6 51,2 49,2 48,7 48,3 E2 (dBV) 49,5 46,0 48,0 49,5 50,7 49,9 52,4 53,3 50.0 G (dB) 7,15 2,95 5,05 9,45 5,12 0,85 5.35 2.65 3.85

Pengukuran Pola Radiasi Antena Prosedur percobaan :

A. Pola Radiasi Horizontal 1. Menyusun diagram pengukuran seperti gambar dibawah ini.

..

Signal Generator

Kontrol

Rotator

Measuring Receiver

Gambar 4. Diagram pengukuran

2. Memasang antenna dipole pertama pada pemancar, sedangkan antenna kedua adalah antenna yagi sebagai antenna yang diukur pada bagian penerima. Kedua antenna dipasang pada posisi horizontal. 3. mengatur signal generator (berfungsi sebagai pemancar) RF Output 80 dBVdan frekuensi 200 MHz. nilai frekuensi ini adalah frekuensi kerja antenna yang sudah diset. 4. Mematikan RF output dari signal generator. 5. Menghidupkan measuring receiver (berfungsi sebagai penerima), atur RF ATT : ON UNITS : dBV Frekuensi 200 MHz. 6. Mengatur RF Output Signal Generator ON. 7. Pada bagian penerima, mengarahkan dengan tepat antenna penerima ke antenna pemancar sampai level measuring receiver menunjukkan harga maksimum. Mengatur posisi ini rotator control berada pada posisi 0 (nol) derajat. Catatlah nilai maksimum ini pada tabel A. 8. Memutarlah antenna penerima (antenna rotator) searah dengan jarum jam setiap 10 samai 360. Mencatat harga level pada meter pada tabel A.

Tabel 2 Sudul 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Level 61.7 60.8 60.0 59.1 57.2 54.2 52.2 50.6 49.6 53.6 Sudut 100 110 120 130 140 150 160 170 180 Level 53.0 50.3 50.0 49.8 48.9 46.1 45.8 43.2 40.1 Sudut 190 200 210 220 230 240 250 260 270 Level 37.7 40.3 41.6 42.0 44.0 45.1 46.5 46.9 48.0 Sudut 280 290 300 310 320 330 340 350 360 Level 51.2 52.7 54.8 56.0 58.0 59.5 60.1 60.6 61.2

B. Pola Radiasi Vertikal 9. Mengubah posisi kedua antenna (pemancar dan penerima) pada posisi vertical. 10. Mengulangi langkah 3 sampai 8. Mencatat hasilnya pada tabel B.

Tabel 3 Sudul 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Level 52.0 53.0 55.3 57.3 58.8 59.0 59.0 59.6 59.0 58.8 Sudut 100 110 120 130 140 150 160 170 180 Level 56.9 55.6 54.9 53.5 51.9 47.0 45.0 44.3 48.2 Sudut 190 200 210 220 230 240 250 260 270 Level 44.2 45.0 46.9 47.0 48.0 49.0 49.0 50.2 47.2 Sudut 280 290 300 310 320 330 340 350 360 Level 46.0 45.7 44.0 44.3 45.3 46.1 48.2 50.1 52.1

Pengaruh Elemen-Elemen Pada Antenna Array (Yagi-Uda) Prosedur Percobaan 11. Menetapkan pengukuran seperti pengukuran sebelumnya dengan frekuensi 202 MHz dan menyusun diagram pengukuran seperti langkah 7. Mengulangi langkah 7. 12. Pada langkah berikut, melepas elemen satu persatu sesuai dengan nomor elemen.
1 2 3 4 5 6 7 8 9

13. Mencatat data pengukuran pada tabel. Table 4 Nomer elemen yang dilepas 1 1 1 2 2 3 Level (dBV) 51,9 51,7 50,0

1 1 1 1 1

2 2 2 2 2

3 3 3 3 3

4 4 4 4 4 5 5 6 5 6 5 6 8 8 9

50,5 50,2 49,9 48,4 46,5

C. Pola Radiasi Horisontal Antena Folded Dipole 14. Mengganti antenna dipole kedua dengan antenna folded dipole dan mengatur kedua antenna pada posisi horizontal. 15. Mengulangi langkah 3 sampai 8. Mencatat hasilnya pada tabel C.

Tabel 5 Sudul 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Level 55.7 55.7 55.2 53.1 50.0 49.0 50.9 49.0 46.9 46.5 Sudut 100 110 120 130 140 150 160 170 180 Level 46.5 46.1 48.0 50.2 54.5 57.0 58.6 59.6 60.5 Sudut 190 200 210 220 230 240 250 260 270 Level 61.0 60.5 60.0 59.7 58.7 57.4 55.7 54.2 50.7 Sudut 280 290 300 310 320 330 340 350 360 Level 46.5 46.2 47.1 48.0 50.2 51.2 52.8 53.0 55.3

D. Pola Radiasi Horisontal Antena Folded Dipole dan Reflektor 16. Memasang kedua elemen reflector antenna penerima seperti pada gambar berikut.

17. Mengulangi langkah 3 sampai 8. Mencatat hasilnya pada tabel D. Tabel 6 Sudul 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Level 42.5 41.0 40.6 40.8 41.0 40.2 38.2 36.0 34.0 33.4 Sudut 100 110 120 130 140 150 160 170 180 Level 29.0 28.4 25.0 23.0 25.0 29.0 29.9 28.1 27.2 Sudut 190 200 210 220 230 240 250 260 270 Level 27.7 29.0 32.0 34.0 35.0 34.1 32.9 32.0 32.5 Sudut 280 290 300 310 320 330 340 350 360 Level 35.0 38.7 40.8 41.0 41.5 40.6 40,1 41.5 42.5

Dari hasil yang telah diperoleh pada Tabel A sampai Tabel D, plot nilai- nilai tersebut pada koordinat polar yang tersedia. Kemudian mentukan nilai half-power beamwidth, attenuation sidelobe dan front-to-back ratio. Terakhir membandingkan hasil data tersebut satu sama lain. Apa yang dimaksud dengan isolasi silang? (Cross Isolation) Palang polarisasi isolasi atau Cross Polarisasi Discrinimation (XPD) adalah perbedaan dalam dB tingkat sinyal yang diterima (RSL) pada penerima ketika pada gilirannya, pemancar memiliki polarisasi yang sama dan berbeda dengan penerima. Sebuah antena dengan nilai yang lebih besar lebih disukai. Informasi ini berguna dalam desain microwace ketika di daerah yang sama kita dapat menggunakan frekuensi yang sama dengan polarisasi yang berbeda. Sebagai contoh: TX1: polarisasi vertikal ---> RX1: pol vertikal. TX2: pol horisontal. ---> RX2: pol horisontal. Mereka semua beroperasi di frekuensi yang sama. Sinyal dari TX1, TX2 akan dipisahkan sesuai dengan nilai XPD.
V. Pengukuran Isolasi silang Ec1 = E1 E2 = 61,7 52,0 = 9,7 dBV

VI.

Analisa Data

VII.

Kesimpulan

You might also like