You are on page 1of 20

1. Gaya berita/jurnalistik Sejumlah kontributor menyarankan penggunaan gaya penulisan berita.

Gaya ini adalah gaya prosa untuk berita di halaman muka surat kabar atau buletin berita yang disiarkan radio dan televisi. Ciri pokoknya adalah penempatan informasi penting di bagian awal, dan informasi kurang penting menyusul di belakangnya. Bentuk ini dimaksudkan pada awalnya agar para penyunting dapat memotong bagian bawah berita apabila berita itu kekurangan ruang di layout; gaya ini mengutamakan informasi penting karena kebanyakan orang memerlukan informasi penting segera, sedangkan informasi kurang penting dapat dicari belakangan. Artikel ensiklopedia tidak harus mengikuti gaya penulisan berita, tetapi keterbiasaan dengan gaya ini dapat membantu merencanakan gaya dan tata letak suatu artikel. Perlu pula disadari bahwa gaya penulisan berita bukan berarti nada penulisan seperti berita hiburan dapat diterima (lihat bagian Nada penulisan).

2. Gaya ringkasan Gaya ringkasan adalah gaya penulisan yang bermiripan dengan gaya berita, namun berlaku untuk mengetengahkan topik-topik yang akan dijelaskan kemudian. Gaya ini dipakai untuk mengawali subbagiansubbagian, bukan paragraf-paragraf baru. Ide dasar gaya ini adalah untuk membagikan informasi kepada pembaca yang mengharapkan sejumlah informasi rincian. Pembaca dapat memutuskan sendiri apakah mereka akan membaca rincian yang diberikan atau cukup ringkasan di awalnya saja. Ada dua alasan utama menggunakan gaya ringkasan. Yang pertama adalah pembaca memerlukan derajat rincian yang berbeda-beda: beberapa pembaca hanya menginginkan ringkasan singkat (sehingga dapat membaca

bagian pengantar saja), pembaca yang lainnya memerlukan lebih banyak informasi (di sinilah gaya ringkasan dapat membantu), dan pembaca yang berminat akan rincian yang mendalam dapat membaca subbagian-subbagian yang menyertai. Alasan lainnya adalah bahwa artikel yang terlalu panjang akan mempersulit pembacaan dan terancam mengalami pengulangan yang tidak perlu.

3. Nada penulisan Artikel Wikipedia, dan isi artikel ensiklopedik lainnya, harus ditulis dengan nada resmi. Standar untuk nada resmi tidak seragam karena tergantung kepada subjek yang dibahas. Dianjurkan untuk mengikuti gaya yang digunakan oleh Sumber terpercaya, dengan tetap menjaga agar artikel jernih dan mudah dimengerti. Nada resmi berarti bahwa artikel seharusnya tidak ditulis menggunakan bahasa yang rumit seperti bahasa legal, (katakata yang hanya dapat dipahami oleh golongan atau kelas tertentu), atau bahasa yang kabur. Bahasa Indonesia yang digunakan semestinya tegas, ringkas, dan efektif. Artikel seharusnya tidak ditulis dari sudut pandang orang pertama atau kedua. Artikel yang ditulis seperti ini kerap kali dihapus. Kata ganti orang pertama seperti "saya" atau "kami" menyiratkan sudut pandang yang tidak konsisten dengan sudut pandang netral. Meskipun begitu "kita" mungkin dapat digunakan dalam konteks matematika. Kata ganti seperti "kamu", "Anda", atau "kalian" sering muncul dalam petunjuk penggunaan, dan karena itu tidak cocok untuk ensiklopedia. Kata ganti orang pertama dan kedua selayaknya hanya digunakan dalam artikel dalam kutipan langsung yang relevan dengan subjek yang dibahas. Bahasa Indonesia pada umumnya tidak mengenal gender. Namun bila Anda menemukan kata bergender, dan ada alternatif kata tanpa gender

yang dapat digunakan, pilihlah kata tersebut. Misalnya pilihlah kata "anak", bukan "putra" atau "putri" bila informasi gender tidak diperlukan. Tanda baca penekanan hanya boleh muncul menurut kesepakatan umum dalam praktik sehari-hari. Tanda seru ("!") selayaknya dipakai hanya pada kutipan langsung.

4. Pikirkan khalayak pembaca Dalam menyajikan sebuah artikel perlu dipertimbangkan bahwa artikel yang dimuat di Wikipedia Indonesia adalah artikel yang ''dapat dibaca oleh semua kalangan'' berpendidikan atau tidak, kalangan politisi atau aparat yang berwenang, ''rakyat jelata atau orang awam'', dan lain sebagainya. Asumsikan bahwa pembaca membaca artikel di Wikipeda untuk belajar. Mungkin saja pembaca tersebut tidak mengetahui subjek artikel sama sekali: artikel di Wikipedia harus menjelaskan subjeknya secara menyeluruh. Hindari penggunaan jargon jika dimungkinkan. Suatu artikel yang berjudul "Penggunaan skala kromatik di era awal musik Barok" kemungkinan besar akan dibaca oleh musisi, sehingga pemberian detil teknis dan jargon sangat tepat dilakukan. Sebaliknya, artikel berjudul "Musik Rap" mungkin akan dibaca oleh remaja tanggung yang hanya ingin penjelasan ringkas dan mudah dimengerti, yang akan dilanjutkan atau dihubungkan dengan penjelasan detil jika diperlukan. Jika jargon digunakan dalam artikel, penjelasan singkat harus diberikan di dalam artikel tersebut. Usahakan menyeimbangkan keluasan dan detail artikel sehingga pembaca dapat memperoleh informasi darinya.

5. Mengevaluasi konteks

Berikut adalah hal-hal yang dapat dipikirkan untuk membantu Anda mempertimbangkan apakah konteks artikel tertentu cukup luas bagi pembaca:

Apakah artikel tersebut dapat dipahami jika pembaca memperolehnya dari menu navigasi '''Halaman sembarang'''?

Bayangkanlah diri Anda seorang awam yang bisa berbahasa Indonesia dari negara lain. Dapatkah Anda memahami artikel tersebut?

Apakah orang dapat memahami isi artikel tersebut jika ia membaca hasil cetakan halaman pertamanya saja?

Apakah pembaca menjadi tertarik untuk membaca isi pranala yang diberikan?

6. Bangun jaringan halaman Pertimbangkan untuk meletakkan artikel dalam suatu jaringan artikel yang saling bertautan. Buatlah pertautan ke atas, kategorisasi dan konteks artikel (misal: Amien Rais adalah seorang politisi, Gunung Arjuna adalah suatu gunung di Jawa Timur). Buat pertautan ke artikel sejenis (untuk proton lihat pula elektron, batas Sumatera Utara dan Sumatera Barat). Jangan membuat struktur kategori terlalu dalam dan sempit, atau terlalu mendatar. Membuat sistem kategori dari atas ke bawah (umum ke spesifik) akan menolong untuk membuat artikel di dalam subkategori. Selain itu, hindarilah membuat artikel tak bertuan/artikel yatim. Jika menulis artikel baru, pastikan ada halaman lain yang memiliki pranala menuju artikel Anda.

7. Jelaskan yang sudah jelas Jelaskan fakta-fakta yang mungkin sudah jelas bagi Anda tetapi belum tentu jelas bagi pembaca. Biasanya pernyataan semacam ini merupakan kalimat-kalimat pertama pada artikel. Contohnya, perhatikan kalimat berikut: Ford Thunderbird diciptakan untuk menanggapi Chevrolet Corvette dan mulai diproduksi pada tahun 1955. Di sini tidak disebutkan karakteristik utama Ford Thunderbird, yaitu sebuah mobil. Artikel tersebut mengasumsikan bahwa pembaca sudah mengetahui hal tersebut, padahal asumsi itu belum tentu benar, terutama bila pembacanya tidak mengenal Ford atau Chevrolet. Sebaiknya ditulis: Ford Thunderbird adalah mobil yang diproduksi di Amerika Serikat oleh Ford Motor Company. Namun artinya. demikian, penjelasan tidak perlu diberikan secara

berlebihan. Misalnya, istilah umum seperti "mobil" tidaklah perlu dijelaskan

8. Tetap fokus pada topik artikel Artikel yang baik tidak mengandung informasi tak relevan maupun informasi yang sedikit relevan. Ketika menulis artikel, mungkin Anda melenceng ke topik sampingan. Masukkan informasi tambahan semacam itu pada artikel berbeda yang lebih sesuai dengan topik baru tersebut. Pranala dapat diberikan ke artikel baru ini dan pembaca yang tertarik dapat mengikuti pranala tersebut, sementara pembaca yang tidak tertarik tidak perlu terganggu.

9. Gunakan istilah yang jelas, tepat, dan akurat Penggunaan istilah perlu mendapat perhatian khusus bagi yang hendak melakukan kontribusi halaman dan penyuntingan artikel dengan tetap memperhatikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang telah diatur oleh Pemerintah Indonesia. Penggunaan istilah baru atau yang kurang umum hendaknya diberi penjelasan tambahan berupa kurung buka dan kurung tutup, setelah akhir kalimat beri tanda bintang di samping titik; kemudian selesai artikel ditulis buat bagian baru dengan nama catatan kaki, dan cara terakhir dengan kurung buka segitiga untuk merujuk ke referensi.

Terkait dengan bagaimana menulis artikel, khususnya untuk konsumsi media massa, ada beberapa tahapan standar yang perlu dilalui. Diantaranya; 1. Tahap persiapan

a. Cinta Membaca. Membaca tidak sekedar membaca layaknya orang awam yang melakukannya demi hobi semata dan boleh dilakukan dengan iseng, tanpa ada target dan tujuan khusus . Tapi, serius membaca untuk menyelami pemikiran-pemikiran baru. Yang sering dibutuhkan saat menulis artikel biasanya adalah pandangan dan pemikiran orang dalam sebuah buku, artikel atau makalah karya ilmiah. Ide-ide dan pemikiran tokoh inilah yang kelak dibutuhkan untuk memperkaya khasanah artikel yang nanti akan ditulis. Setelah membaca, langkah bijaknya adalah mencatat ide dan pemikiran tokoh tersebut agar tidak lupa, seperti kata pepatah The palest ink is better than the best memory (tinta yang kabur sekalipun akan lebih baik daripada memori yang tajam). Dalam

menulis artikel, ide dan pemikiran tokoh orang lain memang bukan yang utama. Sifatnya hanyalah mendukung argumentasi kita. Nah, mau tak mau kecintaan membaca ini senantiasa menjadi sebuah kebiasaan yang perlu selalu dipupuk dan dilakukan dengan rutin layaknya orang makan sehari tiga kali.

b. Rajin Mengkliping. Kliping ini bisa berupa kumpulan artikel, berupa kutipan pemikiran tokoh yang dimuat dalam media massa, maupun (ini yang terpenting), penelitian-penelitian ilmiah tentang berbagai hal terutama pada minat dan tema tulisan yang akan kita garap. Kegiatan mengkliping ini untuk menghindarkan diri seorang penulis dari kebuntuan (writer block) dan kehabisan bahan mentah untuk mendukung argumentasi.

c. Membaca Rubrik Opini. Rubrik opini adalah ladang untuk menampung tulisan para penulis lepas (termasuk penulis artikel). Seorang penulis artikel harus memahami betul ladang tersebut. Masing-masing ladang mempunyai kharakteristik tersendiri. Seorang penulis artikel, perlu membiasakan diri membaca opini-opini yang berisi artikel di berbagai media. Hal ini tujuannya jelas, untuk semakin mengetahui tema-tema atau gaya tulisan seperti apa yang sering dimuat dalam media tersebut. Sehingga bisa memudahkan penulis untuk memutuskan artikel yang telah dibuat akan dikirim ke media mana. Dengan mengetahui persis kondisi kharakteristik ladang masingmasing media, dengan begitu harapan artikel kita muncul lebih besar.

Untuk membaca dan mempelajari opini di berbagai media, saat ini penulis tidaklah susah, karena biasanya koran atau media besar mempunyai situs internet yang opininya bisa diakses dengan bebas dan gratis. Jadi dengan bantuan internet kita bisa membaca 10 atau 15 opini sekaligus dalam satu hari.

d. Membaca Tajuk Rencana. Tajuk rencana dalam sebuah media (cetak), biasanya berada pada halaman yang sama dengan opini. Jika opini ditulis oleh penulis lepas (dari luar redaksi), tajuk rencana ditulis oleh redaktur yang bekerja pada koran atau media tersebut. Membaca tajuk rencana ini, bisa memudahkan penulis untuk mengetahui alur berpikir, pendapat dan visi sebuah media tentang berbagai pemberitaan yang ada. Ketika kita mengirim artikel yang sesuai dengan pandangan, visi dan misi media yang bersangkutan, tentu kesempatan untuk dimuat semakin besar.

e. Mempunyai Buku Sakti. Ini yang sering dilupakan oleh para penulis. Buku sakti ini penting yang memuat berbagai data, informasi, pemikiran tokoh atau rangkuman buku-buku yang telah dibaca. Dengan adanya buku sakti tersebut, kita bisa menulis dimana dan kapanpun saja hanya dengan berbekal buku tersebut. Tidak hanya melulu menulis di rumah dengan berbagai literatur berserakan. Buku sakti tersebut pada dasarnya untuk membantu dalam soal administrasi dan manajemen karier kepenulisan agar lebih tertata dengan baik. Dengan sebuah manajemen yang baik, keberhasilan karier kepenulisan tentu semakin optimis untuk bisa dicapai.

2. Tahap Penulisan. Sementara, ada beberapa teknik menulis artikel diantaranya; a. Menentukan gagasan utama. Dalam menulis sebuah artikel, gagasan utama harus sudah melekat dalam otak kita. Misalnya, ketika akan menulis soal kenaikan harga BBM, satu gagasan utama harus ada. Misalnya Saya tidak sepakat kenaikan BBM karena membuat rakyat tercekik. Gagasan utama ini yang nantinya akan menuntun penulis untuk memberikan alasan dan argumentasi kenapa hal itu bisa terjadi. Kemudian penulis baru mengalirkan tulisan pada dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut, kritik terhadap pemerintah, alternatif kebijakan yang semestinya diambil dst.

b. Membuat judul yang menarik. Misalnya contoh kasus dugaan penipuan yang menimpa Jarwo Kuat (JK) wapres dalam acara televisi republik mimpi. Dalam artikel di Harian Kompas, Indra Jaya Piliang, seorang penulis artikel yang cukup produktif memberikan judul menarik Matinya Mimpi Republik. Judul ini, selain provokatif (mengundang pertanyaan) juga kental dengan nuansa sastranya. Judul seperti ini diharapkan bisa menarik perhatian redaktur dan pembaca sekaligus.

c. Memfokuskan maksud gagasan. Jebakan penulis artikel biasanya menulis ngalor ngidul (kemana-mana) padahal ruang artikel dalam media terbatas . Hal ini

hanya akan membuat ruwet tulisan karena tidak jelas kemana arahnya, kemana juntrungnya. Memfokuskan pada maksud gagasan diperlukan. Dalam arti, hanya memfokuskan diri untuk membahas tema utama yang sedang diangkat, bukan malah membumbui banyak basa basi yang tidak konteks. Hal-hal yang barangkali penting tetapi tidak ngonteks dengan tema yang sedang dibahas sebaiknya juga dikesampingkan agar tidak melenceng dari tujuan awal menulis. Strategi ini untuk menghindarkan diri penulis agar tidak pecah konsentrasi, tidak membahas tema yang sebelumnya direncanakan, tetapi malah menulis tema yang lain.

d. Memilih model P-D-K atau P-S-P. Dalam menulis artikel ada konsep P-D-K (PendirianDukungan-Kesimpulan) Pendirian). Konsep atau tersebut P-S-P untuk (Pendapat-Sanggahanmempermudah dalam

menentukan model artikel seperti apa yang akan kita tulis. Untuk memberikan dukungan atau sanggahan, bahannya dari pemikiran atau penelitian yang telah kita siapkan sebelumnya. Dengan modal tersebut argumentasi kita akan lebih meyakinkan, berbobot dan bisa diterima baik oleh khalayak pembaca.

e. Menjelaskan benang merahnya. Kesulitan terbesar yang dihadapi penulis dalam menulis artikel adalah menarik benang merah atas sebuah persoalan. Benang merah ini sebenarnya bukan persoalan dalam keterampilan menulis, tetapi lebih didasarkan pada kapasitas pemikiran kita. Untuk bisa menarik benang merah, resep yang cukup cespleng tak lain tak bukan adalah meramu dua unsur sekaligus. Yaitu referensi dan

ketajaman analisis. Hasil ramuan kedua hal ini yang kemudian bisa melahirkan benang merah pemikiran kritis. Dan, tanda-tanda keberhasilannya adalah pembaca akan manggut-manggut mengiyakan setelah membaca tulisan kita.

f. Menentukan sikap penulis. Dalam kehidupan keseharian, sikap bijak pasti diperlukan. Ketika menulis, sikap normatif ini kadang menjebak kita. Alih-alih ingin bijak, hasilnya malah muncul kesan sok bijak. Maka, sikap tegas penulis perlu diketengahkan. Sehingga akan tampak jelas pembelaannya. Kelihatan jelas sikapnya, pro atau kontra dalam membahas masalah yang ditulisnya. Dengan menggunakan teknik ini kelak khalayak akan tahu dan memberikan identitas dan kekhasan tersendiri kepada penulis tersebut.

g. Menghindari istilah rumit. Walaupun banyak penulis punya penguasaan spesifik bidang tertentu (misalnya seorang dokter atau psikolog), tapi terlampau menuliskan istilah-istilah yang rumit bagi publik tentu tak bijak. Penulis artikel sebaiknya tidak membebani pembaca dengan istilahistilah yang asing dan rumit. Alternatifnya adalah mengganti istilah dengan bahasa-bahasa yang umum. Misal abrasi diganti pengikisan, atau signifikan bisa diganti dengan berpengaruh besar, urgen diganti dengan penting. Dengan begitu, pembaca akan lebih nyaman dan lebih mudah memahami maksud tulisan kita.

h. Menentukan sasaran tembak.

Sasaran tembak ini juga perlu dilakukan agar artikel tidak melulu lembut tapi bisa geram. Menyebut nama dan mengatakan pemikirannya salah itu sah-sah saja asalkan dibangun dengan argumentasi yang memadai. Teknik sasaran tembak ini juga bisa digunakan untuk menanggapi tulisan orang. Biasanya, ketika kita menanggapi tulisan orang di media massa, gayung bersambut akan muncul. Teknik ini, selain sebagai strategi kita untuk siap beradu argumentasi (melatih perang pemikiran), juga bisa merangsang dan memaksa kita untuk terus menulis sebelum wacana pro-kontra berakhir.

i. Mempertanyakan atau menggugah. Penutup artikel perlu mendapat sentuhan agar muncul kesan dari pembaca. Tekniknya bisa dengan mempertanyakan sesuatu atau menulis kata-kata yang menggugah. Prinsipnya, pertanyaan atau penulis kata-kata menggugah tersebut bisa memberikan kesan mendalam kepada pembaca. Misalnya Akankah Hakim berani memutuskan Soeharto bersalah? (contoh pertanyaan yang berusaha memberikan sentilan). Atau, Semoga masa depan sepakbola kita bisa maju tanpa kekerasan (Kesan memberikan rasa optimis dan harapan menggugah).

j. Editing. Inilah tahap akhir kepenulisan artikel. Evaluasi dan koreksi ini proses standar yang mesti dilakukan ketika seseorang telah berhasil membuat sebuah tulisan. Jangan coba-coba mengirimkan tulisan sebelum diedit. Editing terutama diarahkan pada apakah logika berpikir yang dibangun sudah benar atau bisa juga

memperbaiki aliran gagasan dengan memperjelas kalimat agar mudah dipahami pembaca. Editing juga mencakup soal EYD dan mempercantik gaya tulisan agar indah, gurih dan enak dibaca. Artikel merupakan sebuah karangan factual (nonfiksi) tentang suatu masalah secara lengkap dan jelas yang panjangnya tak tentu untuk dimuat di surat kabar, majalah, dan sejenisnya. Tujuan dibuatnya tulisan tersebut untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur. Artikel di internet merupakan suatu penulisan mengenai hal hal factual (nonfiksi) tentang suatu hal yang menjadi topic pembicaraan di internet. Jika dilihat dari cara penulisannya, menulis artikel dibagi dua macam. Ada yang seperti mengarang jadi penulisannya bebas sesuai dengan keinginan penulis, biasanya setelah judul langsung menuliskan isi sampai selesai. Namun ada juga cara yang kedua yaitu dengan menggunakan kerangka karangan. Penulisan artikel dengan cara ini menjadi lebih sistematis karena point point yang akan ditulis kedalam artikel telah dikumpulkan dan dipilih sehingga urutan penulisannya menjadi lebih rapi dan tersusun. Sistematika penulisan artikel biasa dan artikel di internet tidak jauh berbeda. Bahkan hampir sama yang membedakan, artikel di internet lebih banyak featurenya dan link yang bisa menyambungkan ke artikel lain yang masih ada kaitannya sehingga nantinya kita akan mendapatkan banyak referensi mengenai satu topic yang kita baca. Berikut sistematika penulisan artikel I. Artikel hasil penelitian a. Judul Penelitian Judul harus menggambarkan temuan penelitian dan variabelvariabel, serta hubungan antar variabel dapat dilihat dalam judul tersebut. Judul artikel maksimal terdiri dari 12 kata. :

b.

Abstrak kata kunci Abstrak memuat uraian mengenai masalah dan tujuan penelitian,

metode yang digunakan, temuan dan kontribusi hasil penelitian secara ringkas. Abstrak disajikan di bagian awal penelitian dengan font Times New Roman 11, disusun dalam satu paragraf, terdiri dari 100 sampai 150 kata, dan diikuti dengan sedikitnya empat kata kunci (keywords). c. Pendahuluan Bagian ini berisi tentang latar belakang (motivasi) penelitian, rumusan masalah penelitian, pernyataan tujuan, dan organisasi penulisan (jika dipandang perlu). d. Kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) Bagian ini memaparkan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau proposisi penelitian dan model penelitian (jika dipandang perlu). e. Metode penelitian Bagian ini memuat metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuran dan definisi operasional variabel, dan metode analisis data. f. Analisis data dan pembahasan Bagian ini berisi analisis data penelitian dan deskriptif statistik yang diperlukan, pembahasan mengenai temuan penelitian (pengujian hipotesis jika ada), dan penginterpretasian temuan penelitian. g. Kesimpulan, implikasi dan keterbatasan penelitian Bagian ini menyajikan kesimpulan penelitian, implikasi temuan dan keterbatasan penelitian, serta jika perlu saran yang dikemukakan peneliti

untuk penelitian yang akan datang. Bagian ini disajikan tanpa nomor dan dalam bentuk paragraf. h. Daftar referensi Bagian ini memuat semua sumber kutipan dan rujukan yang digunakan dalam penulisan artikel (hanya sumber-sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar referensi). i. Lampiran Bagian ini memuat tabel, gambar, dan instrumen penelitian yang digunakan. Sistematika di atas adalah penulisan artikel berdasarkan penelitian lapangan, selain itu ada juga penulisan artikel konseptual, yaitu II. Artikel konseptual a. Abstrak dan kata kunci Abstrak memuat uraian mengenai umum masalah yang dibahas dalam artikel dan hal-hal yang sedang dikritisi secara ringkas. Abstrak disajikan di bagian awal penelitian dengan font Times New Roman 11, disusun dalam satu paragraf, terdiri dari 100 sampai 150 kata, dan diikuti dengan sedikitnya empat kata kunci (keywords). b. Pendahuluan Bagian ini berisi tentang latar belakang (motivasi) penulisan, konteks permasalahan yang dibahas, dan tujuan pembahasan. c. Pembahasan :

Bagian ini berisi kupasan permasalahan yang meliputi analisis, argumentasi atau komparasi dan pendirian penulis mengenai masalah yang dibahas. d. Kesimpulan Bagian ini menyajikan kesimpulan penulisan atas masalah yang dibahas, termasuk saran-saran, implikasi, dan alternatif-alternatif jika ada. Bagian ini disajikan tanpa nomor dan dalam bentuk paragraf. e. Daftar referensi Bagian ini memuat semua sumber kutipan dan rujukan yang digunakan dalam penulisan artikel (hanya sumber-sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar referensi). Selain itu untuk mendapatkan hasil penulisan yang maksimal dalam penulisan artikel, kita juga harus memperhatikan format penulisan artikel, yaitu : Format Penulisan 1) Artikel diketik rapi pada satu sisi ukuran kertas kuarto (8,5 x 11) dengan spasi ganda, kecuali kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan bentuk berinden (indented style). 2) Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar. 3) Panjang artikel tidak lebih atas 7.000 kata atau antara 15 s.d. 25 halaman kuarto. 4) Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12. 5) Margin atas, bawah, kiri, dan kanan lebih kurang 1 inci.

6) Judul ditulis rata tengah dengan huruf besar, jenis huruf Times New RomanBold 14.

7) Subjudul ditulis rata tengah dengan huruf besar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. 8) Sub dari Subjudul ditulis rata kiri dengan huruf besar pada setiap awal kata, kecuali kata penghubung, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. 9) Judul tabel atau gambar ditulis rata tengah. Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel dan gambar, dan sumber kutipan jika ada. Nomor dan judul tabel atau gambar di bagian atas tabel atau gambar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. Judul tabel atau gambar diletakkan di bawah nomor dan judul tabel atau gambar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. Sumber kutipan/rujukan tabel atau gambar di bagian bawah tabel atau gambar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. 10) Sumber kutipan baik untuk kutipan, gambar, atau rujukan ditulis diantara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma, dan nomor halaman yang dikutip jika buku, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. 11) Setiap artikel harus memuat daftar referensi hanya yang menjadi sumber kutipan dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Daftar referensi disusun alfabetis sesuai dengan nama penulis atau nama Institusi. b. Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman. Menulis artikel nonfiksi sebenarnya jauh lebih mudah ketimbang fiksi (cerpen, novel, dst). Kiat dasarnya cukup sederhana. Kita hanya membutuhkan bahan dasar sebagai berikut:

1) 2) 3)

Ide Berpikir sistematis Data (ini cukup relatif, karena ada juga artikel yang bisa ditulis

tanpa harus mencari data) 4) 5) Fokus pada masalah. Jangan suka melebarkan topik ke mana-mana. Satu alinea = satu ide.

Jika kelima poin ini sudah kita miliki, maka menulis nonfiksi bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah. Berikut referensi tambahan dalam menulis artikel : Putuskan topic yang akan dibahas Siapkan kerangka karangan dari ide yang anda miliki Tulis hipotesis(optional) Buat isi artikel Tulis ide pokok Tulis ide penjelas Bukti bukti yang menjelaskan ide penjelas Tulis data diri penulis Berikan sentuhan terakhir

TUGAS MENULIS ARTIKEL YANG BAIK DAN BENAR KEPROFESIONALAN PEMULIAAN TANAMAN IV

Disusun oleh : Shandy Nugraha 1501110070067

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

You might also like