You are on page 1of 5

Fluctuantes A Putra Hanya yang Terlihat dan Terbayang yang Dapat Dilakukan Sabtu, 18 Juni 2011 Asuhan Keperawatan

SLE ASKEP SISTEMIK LUPUS ERYTHEMATOSUS A. PENGERTIAN Sistemik lupus erythematosus adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembetukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kandung pada bagian tubuh lainnya(WWW. Medicastrore. Com. 2004). B. ETIOLOGI Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu reaksi kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang kulit yang normal. Penyakit ini cenderung diturunkan dan 3 kali lebih sering menyerang wanita pada beberapa penderita, timbulnya lesi kulit dipicu oleh sinar matahari dan merokok. Lesi ( kelainan ) kulit ini tampak sebagai bercak kemerahan yang bersisik dan berkeropeng yang jika membaik akan meninggalkan jaringan perut berwarna putih. Bagian tengahnya berwarna lebih terang dan bagian pinggirnya berwarna lebih gelap dari kulit yang normal. Jika lesi timbul didaerah yang berambut ( misalnya dagu atau kulit kepala ), maka bisa terjadi pembentukan jaringan parut yang berwarna permanen dan kerontokan( WWW. Medicastore.com. 2004 ). C. PATOFISIOLOGI Penyakit sistemik lupus eritematosus ( SLE ) tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti bodi yang berlebihan. Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu: 1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit. 2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus). 3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif ) dan lingkungan ( cahaya matahari, luka bakar termal ). Obat-obat tertentu seperti hidralasin ( Apresoline , prokainamid ( Pronestyl ), isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi auto anti bodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang anti bodi tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali (Smeltzer dan Suzane, 2001) E. MANIFESTASI KLINIS Bercak kemerahan yang khas bisa terus-menerus ada atau hilang timbul selama bertahun-tahun. Bercak-bercak ini berubah-ubah setiap saat, pada awalnya berbentuk bulat dan merah, dengan diameter 0,5 cm. biasanya muncul dipipi, hidung, kulit kepala dan telinga tetapi dapat juga ditemukan dibatang tubuh sebelah atas, lengan bagian belakang dan tulang kering jika kelainan ini tidak diobati, setiap bercak secara berlahan akan menyebar kedaerah disekelilingnya. Bagian tengah mengalami degenerasi dan membentuk jaringan parut pada daerah yang bersisik, folikel rambut melebar, meninggalkan lubang yang berbentuk seperti paku karpet. Jaringan parut dapat menyebabkan kerontokan rambut yang meluas. Bercak kemerahan bisa disertai dengan nyeri

pada sendi dan penurunan jumlah darah sel putih. ( WWW. Medicastore. Com. 2004 ) Ada juga beberapa manifestasi klinis lain seperti: 1. Sistem Muskuloskeletal Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari. 2. Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum. 3. Sistem kardiak Perikarditis merupakan manifestasi kardiak. 4. Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura. 5. Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis. 6. Sistem perkemihan Glomerulus renal yang biasanya terkena. 7. Sistem saraf Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan secara penurunan berat badan dan kemungkinan pula arthritis, pleuritis dan perikarditis. Tidak ada satu tes laboratorium tunggal yang dapat memastikan diagnostik SLE, sebaliknya pemeriksaan serum akan mengungkapkan anemia yang sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leucopenia dan anti bodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mungkin tetapi tidak memastikan diagnostik( Smeltzer dan Suzanne, 2001) Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya: a) Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit. b) Ruam kulit atau lesi yang khas. c) Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis. d) Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung. e) Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein lebih dari 0,5 mg/hari atau +++. f) Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah. g) Biopsi ginjal. h) Pemeriksaan saraf. G. PENATALAKSANAAN Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim kortikosteroid. Bercak lebih besar resisten, kadang memerlukan pengobatan selama beberapa bulan dengan kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan obat imunosupresan seperti digunakan untuk mengobati lupus eritematosus sistemik. Krim steroid yang kuat sebaliknya dioleskan pada bercak kulit sebanyak 1-

2 kali/hari. Sampai bercak menghilang jika bercak sudah mulai kurang bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan. Salep cortison yang dioleskan pada lesi sering kali dapat memperbaiki keadaan dan memperlambat perkembangan penyakit. Suntikan cortison yang dioleskan pada dalam lesi juga bisa mengobati keadaan ini dan bisanya lebih efektif dari pada salep. Lupus discoid tidak disebabkan oleh malaria, tetapi obat anti malaria ( cloroquine, hydroxcloroquine ) memiliki daya anti peradangan yang ampuh bagi sebagian besar kasus lupus discoid. Penatalaksanaan Medis. Penggunaan Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum) (metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika membaik dilakukan tapering off). b) AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP). c) Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral). d) Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000 mg/m luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan setiap 3 minggu. Penanganan Obstetri a) ANC (Pantau aktivitas janin dgn bag. IPD, kul-kel dan neuro; waspadai PJT & insufisiensi plasenta dengan pertambahan TFU, BB ibu, USG serial tiap 2 minggu; monitoring terhadap PE/superimposed; pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urinalisis, aLA, ACA, Anti DNA antibody, Anti Ro SSA & Anti Ro SSB, fungsi ginjal & komplemen). b) Intrapartum (tergantung indikasi obstetric, untuk cegah eksaserbasi beri metilprednisolon IV sampai 48 jam pasca partus). c) Postpartum (Semua obat SLE melewati ASI, tingkat Keamanan pada ibu yang menyusui : kortikosteroid, anti malaria, aspirin, azatio, siklofosfamid). Kontrasepsi, untuk hormonal pilihan progresit IUD dapat meningkatkan infeksi, kontap jika cukup anak, jika ada kelainan ginjal berat jangan hamil, untuk hamil selanjutnya tunggu remisi paling sedikit 6 bulan. Diet Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional. Aktivitas Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pengkajian 1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien. 2. Kulit Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher. 3. Kardiovaskuler Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga. 4. Sistem Muskuloskeletal Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari. 5. Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung

serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum. 6. Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura. 7. Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis. 8. Sistem Renal Edema dan hematuria. 9. Sistem saraf Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya. Diagnosa Keperawatan Nyeri Agen Injuri Biologi NOC : Pain Kontrol NIC : Management Nyeri Aktivitas : - Kaji nyeri secara kompherhensif - Tingkatkan istirahat. - Hindari gerakan yang menyentak. - Ajarkan teknik management nyeri - Monitor kenyemanan klien Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik NOC : Skin Integriti NIC : Skin Integriti Aktivitas : - Beri perawatan pada lesi. - Pertahankan penutupan lesi. - Hindari trauma. - Intruksikan kepada pasien untuk tidak menggaruk lesi. - Anjurkan klien untuk menggunakan lotion agar tetap lembab - Monitor tingkat kelembapan kulit

Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan tahap perkembangan penyakit NOC : Self care of daily activity NIC : Assistance : ADLs Aktivitas : - Dorong pengungkapan masalah tentang proses penyakit. - Bantu klien dalam penerimaan ketergantungan pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan - Sediakan bantuan hinggaklien dapat melakukan aktivitas kehidupansehari-hari sesuai tingkat kemampuan - Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan. - Berikan informasi terkait dengan penyakitnya Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan Massa Otot NOC : Mobility level NIC : Exercise therapy : ambulation Aktivitas : - Pertahankan mobilitas sesuai kemampuan klien - Kontrol terhadap nyeri dan program latihan atau aktivitasnya - Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.

- Monitoring aktivitas klien

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marlyne ( 2000 ) Rencana Asuhan Keperawatan EGC, Jakarta InternationalNanda.Diangnose and Classification.2008-2011. Nanda :Philadelpina Suzanne, Smeltzer ( 2001 ) Keperawatan Medikal Bedah edisi 2 Vol 8 WWW. Medicastore. Com. 2004

You might also like