You are on page 1of 17

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.

6 Kebon Jeruk Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK CASE BESAR ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH Nama : Yani Puji Mustika Sari Nim : 11-2011-082 ............................................ Dr Pembimbing : Dr Djoko Heru. Sp.M ............................................. Tandatangan

I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Alamat Jenis kelamin Agama Pekerjaan Tanggal pemeriksaan Pemeriksa Moderator : An. AD : 12 tahun : Jati Kulon, Kudus : Perempuan : Islam : Pelajar : 16 November 2012 : Yani : Dr Djoko Heru. Sp.M

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF


1

Auto anamnesis tanggal : 16 November 2012, jam 14.00 Keluhan utama Mata kanan melihat buram

Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli mata RS. Mardi Rahayu dengan keluhan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu pasien menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Imunisasi lengkap dan pada saat kehamilan ibu pasien tidak pernah mempunyai penyakit yang serius (yang sampai dirawat di rumah sakit). Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.

III.PEMERIKSAAN FISIK Status Ganeralis Keadaan Umum Tanda Vital Tekanan darah Nadi Respiration rate Suhu Kepala Telinga Hidung Tenggorokkan Thoraks, Jantung Paru Abdomen Ekstremitas STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD OS

: Tampak sakit ringan : tidak dilakukan pemeriksaan : 72x/menit : 20x/menit : 36,0C : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata : Normotia, serumen (-), secret (-) : Deviasi septum (-), secret (-) : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-) : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-) : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-) : Nyeri tekan (-), bising usus (+) 6x/menit, supel. : Akral hangat, udem -/-.

OD 1/~ Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal. Enopthalmus (-) Exopthalmus (-)

PEMERIKSAAN Visus (tanpa kacamata) Koreksi Bulbus Oculi

OS 20/200 PH 20/80 Gerak bola mata normal. Enopthalmus (-) Exopthalmus (-)
3

Strabismus (-) Nyeri tekan (-) Edema (-) Hiperemsi (-) Blefarospasme (-) Lagopthalmus (-) Ektropin (-) Entropion (-) Edem (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Kemosis (-) Sekret serous (-) Normal, warna putih Bulat, jernih Edem (-) Infiltrat (-) Sikatrik (-) Jernih Kedalaman cukup Hipopion (-) Hifema (-) Kripta (-) Warna coklat Edema (-) Sinekia (-) Atrofi (-) Reguler Letak sentral, tampak jernih Diameter 5 mm Refleks pupil L/TL : (-/-) Keruh seluruhnya, shadow test (-) Negatif Tidak dapat dinilai Lensa Fundus Refleks Vitreus Pupil Iris Camera Oculi Anterior Conjuctiva Sclera Kornea Palpebra

Strabismus (-) Nyeri tekan (-) Edema (-) Hiperemsi (-) Blefarospasme (-) Lagopthalmus (-) Ektropin (-) Entropion (-) Edem (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Kemosis (-) Sekret serous (-) Normal, warna putih Bulat, jernih Edem (-) Infiltrat (-) Sikatrik (-) Jernih Kedalaman cukup Hipopion (-) Hifema (-) Kripta (-) Warna coklat Edema (-) Sinekia (-) Atrofi (-) Reguler Letak sentral, tampak jernih Diameter 3 mm Refleks pupil L/TL : (+/ +) Jernih, shadow test (-) Positif, cermelang Jernih
4

Tidak dapat dinilai

Retina

C/D ratio 0,5. Eksudasi , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - , eksudasi Digital Normal Epifora (-), lakrimasi (-)

Digital Normal Epifora (-), lakrimasi (-)

Tekanan Intra Okuler Sistem Lakrimasi

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak ada V. RESUME Subjektif Pasien anak dengan usia 12 tahun datang ke poli mata RS. Mardi Rahayu dengan keluhan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Ibu pasien menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.

Objektif OD -

Visus: 1/~ Palpebra, konjungtiva,kornea, dan iris dalam batas normal Pupil : diameter 5 mm, refleks pupil L/TL : (-/-) Lensa : keruh seluruhnya

Refleks fundus : negatif Cairan vitreus dan retina tidak dapat dinilai Tekanan intra okuler digital normal

OS
-

Visus: 20/200 PH 20/80 Pupil, lensa, vitreus, fundus reflex dan retina dalam batas normal

VI. DIAGNOSIS BANDING 1. OD Katarak juvenil dengan ablasio retina 2. OD Katarak komplikata 3. OD Katarak kongenital 4. OS miopia 5. OS hipermiopia 6. OS astigmat VII. DIAGNOSIS KERJA OD katarak juvenil dengan ablasio retina dan OS miopia Dasar Diagnosis: Anamnesis: Didapatkan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Ibu pasien menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.

Pemeriksaan status ganeralis: o -

Pemeriksaan status ophtalmikus OD Visus: 1/~ Palpebra, konjungtiva,kornea, dan iris dalam batas normal
Pupil : diameter 5 mm, refleks pupil L/TL : (-/-)

Lensa : keruh seluruhnya Refleks fundus : negatif Cairan vitreus dan retina tidak dapat dinilai Tekanan intra okuler digital normal

OS

Visus: 20/200 PH 20/80 Pupil, lensa, vitreus, fundus reflex dan retina dalam batas normal

VIII. PENATALAKSANAAN Non-medika Mentosa Gunakan kacamata dengan sferis negatif terkecil agar memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi

Medika Mentosa
-

Timolol 0,5% 2x1 tetes

IX. PROGNOSIS
7

OD Ad Functionam Ad Sanationam Ad Cosmetikum Ad Vitam Dubia ad malam Dubia ad malam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

OS Dubia Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam

X. USUL Gonioskopi (melihat sudut bilik mata) Tonometri (melihat tekanan intra okuler)

XI. SARAN Menggunakan obat yang benar dan teratur

TINJAUAN PUSTAKA

I.

Katarak juvenile Katarak berasal dari bahasa Yunani,yaitu Katarrhakies,Inggris Cataract dan Latin Cataracta yang artinya air terjun.Sedanglan dalam bahasa Indonesia adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang disebut pula bular,berupa penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penahanan cairan ) lensa, denatuasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. 1 Kekeruhan lensa ini biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama. Katarak adalah penyakit yang terdapat pada usia lanjut,menurut penelitian-penelitian potongan melintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% warga Amerika Serikat dan angka ini meningkat sampai sekitar 50% pada mereka usia antara 65 tahun dan 74 tahun sehingga sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun 2, akan tetapi juga akibat kelainan kongenital juga berhubungan pada proses penyakit intraokuler lainnya. Katarak dapat juga disebabkan oleh hal lain,seperti bahan toksik khusus (kimia dan fisika).Sedang yang lainnya berupa keracunan obat dapat menimbulkan katarak,misalnya:
9

atau penyakit mata lokal

menahun,antara lain glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat

1. 2. 3. 4.

Eserin ( 0,25% - 0,5 % ) Kortikosteroid Ergot Antikolinestrerase Topikal Diabetes Mellitus Galaktosemia Distrofi Miotonik

Pada kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menyebabkan katarak, antara lain :

Katarak dapat juga ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senil, juvenile, herediter ) atau kelainan kongenital mata .Misalnya yang disebabkan berbagai faktor ,antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Fisik Kimia Penyakit Predisposisi Genetik dan gangguan perkembangan Infeksi Virus dimasa pertumbuhan janin Usia penglihatan yang berasap dan tajam

Keluhan pada pasien katarak biasanya terjadi

penglihatan yang menurun secara progresif dan kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa menjadi tidak transparan, sehingga pupil akan bewarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk berdasarkan tingkat,kekeruhan ini dapat juga ditemukan pada berbagai lokalisasi dilensa, seperti korteks dan nukleus. Ciri-ciri lensa katarak berupa; edema lensa ,perubahan protein ,peningkatan proliferasi dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum ,edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak immatur (insipien) hanya sedikit opaq sedang katarak matur yang keruh total ( tahap menengah lanjut ) mengalami sedikit edema. Bila kandungan air maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamai intumesensi (membengkak ).Pada katarak hipermatur (sangat lanjut ) air telah keluar dari lensa dan meninggalkan benda yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi dengan kapsul berkeriput. KLASIFIKASI KATARAK
10

Katarak dapat dilsifikasikan dalam penggolongan berikut : Katarak perkembangan ( developmental) dan degeneratif Katarak kongenital , juvenile , dan senil Katarak komplikata Katarak traumatik Dalam sumber lain ada yang membagi berdasar keadaan patologik lensa menjadi 4 : 1. Katarak developmental ,misalnya kongenital atau juvenile 2. Katarak degeneratif, misalnya senil 3. Katarak komplikata 4. Katarak trauma 5. Katarak dislokasi subluksasi ( kongenital dan trauma ), luksasi (kongenital atau trauma ) anterior , posterior . Sedangkan pembagian lain berdasarkan usia, antara lain 1 : tahun. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun. Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Berdasarkan penyebab terjadinya kekeruhan lensa, dapat dibagi menjadi : Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa Sekunder akibat tindakan pembedahan lensa Komplikasi penyakit lokal ataupun umum KATARAK JUVENILE 2,3 Katarak juvenile merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur cataract.Biasanya katarak keturunan lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.
11

Katarak kongenital yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun Katarak juvenile , katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun dan dibawah 40

dan disebut sebagai

soft

juvenile merupakan bagian dari suatu gejala penyakit

Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.Hasil tindakan pembedahan sangat tergantung pada umur penderita, bentuk katarak apakah yang mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan kemungkinan ambliopia.2 Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena :3 Lanjutan Katarak kongenital yang makin nyata. Penyulit penyakit lain , katarak komplikata yang dapat terjadi akibat : penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior , glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata . Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid dan miotonia distrofi yang mengenai kedua mata akibat trauma tumpul atau tajam. Biasanya katarak juvenile ini merupakan katarak yang dapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenile dilakukan pada : 1. 2. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular, katarak telah total dan kosmetik sangat meganggu. Binokular katarak, yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari. Tindakan bedah yang dilakukan adalah ekstraksi linier atau ekstraksi lensa ekstra kapsular ( EKEK ) dengan menanam lensa intraokular. menambah

II.

Ablasio retina Definisi Ablasi retina adalah lepasnya retina dari tempatnya dimana lapisan sel kerucut dan sel batang retina terpisah dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen retina masih melekat erat pada membran Bruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang retina dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan ganggguan nutrisi

12

retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Gambar : Lapisan Retina

Epidemiologi Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 30%. Angka kejadian terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat (AS). Data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian vitreoretina, ablasi retina berada di urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit vitreoretina pada tahun 1998. Klasifikasi
1. Ablasi retina regmatogenosa (rhegmatogenous retinal detachment):

Ablasi retina akibat terdapatnya robekan atau lubang pada retina sehingga terjadi aliran vitreous humor (cairan mata) dari badan kaca ke belakang menuju rongga antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh vitreous humor (cairan mata) yang masuk melalui robekan atau lubang retina tersebut ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina dan menyebabkan retina terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi retina regmatogenosa merupakan yang tipe ablasi yang paling umum terjadi. Ablasi umumnya terjadi pada mata yang mempunyai faktor resiko untuk terjadi ablasi retina. Trauma hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat.
13

Gambar : Ablasi retina regmatogenosa


2. Ablasi retina eksudatif :

Ablasi retina akibat adanya kebocoran pada pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi) sehingga terjadi penimbunan eksudat sub retina yang mengangkat retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit koroid dan keganasan seperti skleritis (radang di sklera), koroiditis (radang di koroid), tumor di belakang bola mata, radang uvea , atau tidak diketahui penyebabnya. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat lebih licin. Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau menghilang.
3. Ablasi retina tarikan atau traksi :

Ablasi retina akibat penarikan retina umumnya oleh jaringan jaringan ikat pembuluh darah yang terbentuk di dalam badan kaca. Neuropati diabetik proliferatif merupakan penyebab ablasi tipe ini yang paling sering. Selain itu trauma dan perdarahan pada badan kaca akibat bedah atau infeksi juga dapat menjadi faktor penyebab. Gejala

Gejala pertama berupa penderita melihat kilatan-kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya (fotopsia) beberapa hari sampai dengan beberapa minggu sebelumnya

Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik-bintik atau pun cahaya yang nyata Keluhan seperti ada tirai yang menutupi sebagian lapang mata Perkembangan lepasnya retina yang lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan

Pemeriksaan Oftalmologi

14

Retina yang lepas tak dapat dilihat dari luar mata. Karena itu bila ada keluhan seperti di atas harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa bagian dalam mata dengan alat yang bernama oftalmoskop

Retina berwarna abu-abu dengan lipatan-lipatan berwarna putih, berubah bentuknya bila kepala digerakkan Koroid normal tidak tampak Dapat tampak daerah makula terlepas

Penatalaksanaan Hanya dokter spesialis mata yang berwenang mengobati ablasi retina. Pasien dengan keluhan-keluhan seperti di atas dan mereka yang menderita miopia (rabun jauh) dengan kaca mata minus tinggi serta mereka yang anggota keluarganya pernah mengalami ablasi retina, sebaiknya memeriksakan matanya secara berkala. Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera, yaitu dengan tindakan sinar laser. Biasanya menggunakan laser yang dapat menciptakan lingkungan yang terbakar pada robekan retina sehingga terbentuk bekas luka dan melekatnya retina yang robek dengan jaringan yang ada dibawahnya. Hal ini dapat mencegah cairan (vitreous humor) masuk melalui robekan dan tidak terjadi ablasi retina. Pada kasus yang jarang, laser tidak dapat digunakan maka kriopeksi dapat digunakan untuk mengatasi robekan retina. Kriopeksi yaitu tindakan pemberian suhu dingin dengan jarum es akan membentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada jaringan di bawahnya. Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan kembali cairan di belakang retina. Sekali terjadi ablasi retina hampir selalu menunjukkan terlambatnya menggunakan laser atau kriopeksi. Melalui pemeriksaan oftalmoskopi dapat ditemukan robekan retina dan risiko lain untuk terjadinya ablasi retina. Apabila robekan tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan ulang dalam 1 2 minggu atau sesegera mungkin jika adanya gejala ablasi. Bila retina telah lepas, maka diperlukan tindakan bedah untuk menempelkan kembali retina tersebut. Ablasi retina dapat diperbaiki lebih dari 90% dengan menggunakan prosedur tunggal. Pada lebih dari 90% ablasi retina, retina dapat ditempelkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern dan kadang-kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi.
15

Ada 3 prosedur operasi dalam memperbaiki ablasi retina yakni skleral buckling, vitrektomil, dan pneumaticretinopeksi. 1. Skleral Buckling (SB) Tindakan operasi jenis ini sudah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu. Operasi jenis ini sampai sekarang masih merupakan pilihan untuk ablasi tipe regmatogenosa, terutama jika tidak ada komplikasi. Prosedurnya meliputi : menentukan lokasi robekan retina, menatalaksana robekan retina dengan kriopeksi dan menahan robekan retina dengan skleral buckle. Buckle biasanya berupa silicon berbentuk spons atau padat. Tipe dan bentuk buckletergantung dari lokasi dan jumlah robekan retina. Buckle diikatkan di sklera untuk diposisikan sedemikian rupa sampai dapat mendorong robekan retina sehingga dapat menutup robekan. Jika robekan telah tertutup, maka cairan dalam retina akan menghilang secara spontan dalam jangka waktu 1 2 hari. Terkadang dapat juga dilakukan penyedotan cairan sub retina saat operasi berlangsung. Prosedur ini lebih sering dilakukan dengan anestesi lokal dan pasien tidak perlu dirawat. Pasca operasi pasien tidak harus dalam posisi tertentu. Pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa kecuali aktivitas yang dapat melukai kepala. 2. Vitrektomi Pada ablasi yang rumit mungkin diperlukan tindakan vitrektomi. Prosedur ini pertama kali dilakukan 20 tahun yang lalu. Biasanya dilakukan pada ablasi retina traksi namun dapat juga dilakukan pada ablasi retina regmatogenosa terutama bila ablasi ini disebabkan oleh adanya vitreus traksi atau perdarahan vitreus. Prosedurnya meliputi irisan kecil pada dinding mata untuk memasukkan alat-alat ke dalam rongga viteus, tindakan pertama adalah memindahkan vitreus dengan menggunakan vitreus culter. Selanjutnya dilakukan teknik sayatan tractional bands dan air fluid exchange yakni memasukkan cairan silikon untuk menempelkan kembali retina. Pemilihan teknik ini berdasarkan tipe dan penyebab ablasi retina. Pada teknik ini kepala pasien harus berada dalam posisi tertentu untuk menjaga agar retina tetap menempel. 3. Pneumatik Retinopeksi Dalam 10 tahun terakhir, prosedur ini menjadi popular dalam menangani ablasi retina regmatogenosa, terutama pada robekan tunggal dan berlokasi di superior retina. Prinsip prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam badan vitreus.
16

Gelembung ini akan dengan sendirinya menempati posisi dimana terjadi robekan retina. Apabila robekan retina dapat ditutupi oleh gelembung gas maka cairan subretina akan menghilang dalam 1 2 hari. Robekan retina sebelumnya dapat diterapi dengan kriopeksi sebelum penyuntikkan gelembung atau dengan laser setelah retina mendatar.Keuntungan dari tindakan ini adalah pasien tidak perlu dirawat inap dan mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan prosedur buckling. Kerugiannya adalah kepala pasien harus dalam posisi tertentu dalam 7 10 hari, dan mempunyai tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan dengan skleral buckle. Apabila retina tidak dapat kembali lekat dengan epitel maka dapat dilakukan operasi skleral buckle atau vitektomi.

III. Myopia

17

You might also like