You are on page 1of 125

KAJIAN OPTIMASI PRODUKSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK FISH JELLY

(Studi Kasus pada PT XP di Jakarta)

ISMARSUDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan akhir ini yang berjudul: Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly (Studi Kasus Pada PT XP di Jakarta) adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua data dan informasi yang digunakan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Pebruari 2010

Ismarsudi NP. F. 352064165

ABSTRACT ISMARSUDI. Study of Optimation Production and Develop Business on Fish Jelly Production (Case Study on PT XP, Jakarta). Supervised by ANI SURYANI and DARWIN KADARISMAN. PT XP in its bussiness production has produced Fish Jelly with five types of products, there are Fish Sausage, Fish Ball, Fish Kakinaga, Otak otak and Fish Finger.The main raw material that being used by PT XP for those products are surimi, fatty tuna and other fish. Some of the constraints in Marketing Development for Fish and Fishery products in this country are Supply Aspect and Demand Aspect. The former constraint includes Quantity and Continuity, Quality, selling price, definite variiety of products, weak market information, limited facilities and marketing infrastructure and not conducive business climate. Demand Aspect includes low level of fish consumption, dynamic consumer preferences, weak marketing, distribution network and market strategy. Analysis method that being used in this study is Exponential Comparative Method Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Its one of the methods to get superior products. Net profit margin reflects management's ability to generate net income. Linier Programming to achieve a single goal such as maximizing profits or minimizing cost. Other analysis, SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats), Matriks EFE and IFE are used to analyze external and internal factors. Results of the studies obtained, the superior first product of fish finger and second product fish ball. The maximum profits that obtained from Linier Programe (LP) Calculation is Rp. 31.800/kg or Rp. 31.800.000/ton, with production composition 25% fish finger dan 75% bakso ikan for favored products. PT XP has opportunity in fish jelly production since it has permanent distributor of raw materials, and yet has threat that is production cost increase caused by raised fuel prices and electricity fare. This companys main strength lays on the managers preseverance in managing this business, while the Main Weakness of this company that is lack of capital to get supplies.

The result evaluation on external and internal factor (EFE and IFE) to make the company in a kuadran agresif position, that company in a good posisition to develop the business. The company can use the internal power for: 1) make use the external opportunity 2) to content with internal weakness 3) avoid the extend threats Key words : Develop business, Optimation production

RINGKASAN
ISMARSUDI. Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly (Studi Kasus pada PT XP di Jakarta). Dibimbing oleh ANI SURYANI dan DARWIN KADARISMAN. Produk perikanan di pasar dalam negeri merupakan penyedia protein hewani masyarakat selain sebagai bahan baku industri pengolahan, kosmetik, dan obat-obatan. Dengan jumlah penduduk yang banyak, peluang pasar dalam negeri mempunyai prospek yang baik. Meski demikian, ikan atau produk perikanan lainnya belum menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam konsumsi ikan dalam negeri yang masih rendah. Pada tahun 2006, tingkat konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia hanya sekitar 23,18 kg/kapita/tahun. Produk Fish Jelly (makanan olahan dari bahan baku ikan) merupakan suatu alternatif terobosan untuk mengolah ikan dalam bentuk yang menarik dengan rasa dan kandungan gizi yang baik. Produk Fish Jelly adalah makanan dari bahan baku ikan atau dalam bentuk surimi, produk yang dihasilkan spesifikasinya menuntut kemampuan dalam pembentukan Gel yang mempunyai tekstur kenyal/lentur seperti jelly. Gel yang baik adalah kenyal tetapi mudah dikunyah, Gel dapat terbentuk karena adanya kekuatan tarik-menarik antara senyawa aktin dan miosin menjadi aktomiosin yang banyak terkandung dalam protein daging ikan. Kendala pengembangan pemasaran ikan dan produk perikanan dalam negeri yaitu, aspek supply meliputi kuantitas dan kontinyuitas, kualitas, harga, terbatasnya variasi jenis produk olahan, lemahnya informasi pasar, terbatasnya sarana dan prasarana pemasaran, iklim usaha yang belum kondusif. Aspek demand meliputi rendahnya tigkat konsumsi ikan, preferensi konsumen yang dinamis, lemahnya jaringan dan distribusi pemasaran dan penyiasatan pasar. PT XP dalam usahanya telah memproduksi produk fish jelly dengan lima jenis produk antara lain Bakso Ikan, Sosis Ikan, Kakinaga Ikan, Otak-otak dan Fish Finger. PT XP dalam memproduksi menggunakan bahan baku utama surimi, tetelan ikan tuna dan ikan lain. Bahan baku surimi banyak didatangkan dari Pekalongan dan Tegal Jawa Tengah yang merupakan rekan usaha dibawah binaan DKP. Metode Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pemasaran pada usaha pengolahan fish jelly di PT XP dilakukan untuk mencapai visi dan misi perusahaan khususnya untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Kajian dilakukan dengan mempelajari data empiris perusahaan untuk dilakukan kajian secara komprehensif dengan metode analisa yang relevan. Metode analisa yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses, analisa terhadap lima jenis produk untuk mendapatkan jenis produk yang diunggulkan. Laba bersih perusahaan, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari setiap penjualan yang dilakukan. Margin laba besih, mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha, beban lain-lain dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan. Program linier (Linier Programing) merupakan salah satu teknik riset operasional (Operation Research) yang digunakan paling luas dan diketahui baik. Ia merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. SWOT adalah singkatan dari kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) di dalam suatu lungkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktorfaktor eksternal, mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan kemudian dilakukan pembobotan. Matriks IFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal, mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan kemudian dilakukan pembobotan. Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada manajemen perusahaan dengan menggunakan Perbandingan berpasangan metode Paired Comparison.

Lima produk yang dihasilkan dilakukan perhitungan dengan pemberian bobot sesuai dengan tingkat kepentingan bagi perusahaan adalah potensi pasar dengan bobot 9, kondisi bahan baku bobot 8, nilai tambah bobot 6, daya serap tenaga kerja 7, teknologi 5, kondisi sosial budaya bobot 7 dan dampak lingkungan bobot 5. Perhitungan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) menghasilkan urutan peringkat produk sebagai berikut, urutan pertama untuk produk Fish Finger dengan nilai 407.189.639, kedua produk Bakso Ikan dengan nilai 154.218.327, ketiga produk Kakinaga dengan nilai 60.632.534, keempat produk Sosis Ikan dengan nilai 57.832.927 dan kelima produk Otak-otak Ikan dengan nilai 30.062.334. Jadi dua produk unggulan PT XP adalah fish finger dan bakso ikan. Berdasarkan pertimbangan agar tidak over produksi pada salah satu jenis produk dan hasil perhitungan dengan Program Linier terhadap dua peringkat produk unggulan teratas fish finger (X1,) dan bakso ikan (X2 ) adalah, hasil yang diperoleh titik sudut produksi pada gambar grafik (X1,X2) pada titik-titik sudut A (0,6), B (2,6), C (3,4), D (4,0) dan E (0,0). Keuntungan maksimum dengan persamaan Z= 5.100 X1 + 3.600 X2 diperoleh nilai keuntungan maksimum (Z) titik sudut A = Rp. 21.600, titik sudut B = Rp. 31.800, titik sudut C = Rp. 31.200, titik sudut D = Rp. 20.400 dan titik sudut E = 0. Dari kelima titik sudut keuntungan maksimum didapat pada titik sudut B (2,6) dengan keuntungan sebesar Rp. 31.800/kg atau Rp. 31.800.000/ton. Disimpulkan bahwa ttik B (2,6) merupakan titik sudut optimal (optimal corner point) sebagai optimasi produksi, karena pada titik sudut tersebut perusahaan dapat mendatangkan nilai keuntungan tertinggi sebesar Rp. 31.800/kg. Kombinasi produksi yang efisien dan efektif adalah 2 bagian (25%) untuk produk X1 dan 6 bagian (75%) untuk produk jenis X2.,

Hasil evaluasi faktor eksternal dan internal (EFE dan EFI) menggambarkan bahwa perusahaan sudah dalam posisi di kuadran agresif (kuadran kanan atas) (2,322;2,939), perusahaan berada pada posisi yang baik untuk pengembangan usaha dengan menggunakan kekuatan internalnya guna (1) memanfaatkan peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, (3) menghindari ancaman eksternal.

Hasil analisis SWOT yang diperoleh dari gabungan kekuatan dan peluang yang sehingga memperoleh kwadran strategi S-O (Strengths dan Opportunities), strategi SO pada kwadran ini menyatakan bahwa: Menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi yang sudah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan. Pengembangan usaha dengan meningkatkan jumlah produksi dengan teknik yang baru untuk memperoleh peningkatan kuantitas dan kualitas mutu produk yang dapat bersaing. Dengan demikian, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, inegrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi horizontal, atau strategi kombinasi semuanya bisa layak digunakan, tergantu kondisi spesifik yang dihadapi perusahaan.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN OPIMASI PRODUKSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK FISH JELLY
(Studi Kasus pada PT XP di Jakarta)

ISMARSUDI

Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan tugas penyelesaian pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Judul Tugas Akhir

: Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly (Studi Kasus pada PT XP di Jakarta)

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: Ismarsudi : F. 352064165 : Industri Kecil Menengah

Menyetujui,

Pebruari 2010

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Ani Suryani, DEA Ketua

Ir. Darwin Kadarisman, MS Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

A/n Direktur Sekolah Pascasarjana Sekretaris Program Magister

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

Dr.Ir. Naresworo Nugroho, M.Si

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Desember 1962, anak ke empat dari tujuh bersaudara dari Bapak Achmad Suhadi dan Ibu Sumarni. Pendidikan yang ditempuh adalah Diploma III Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil lulus tahun 1994, meneruskan pendidikan sarjana di Universitas Sahid Jakarta Jurusan Teknologi Pangan lulus tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pasca Sarjana di Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja pada Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan sejak tahun 1986. Penulis ditempatkan pada Unit Pelaksana Teknis di Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan bagian Pengawas Mutu di Laboratorium hingga saat ini. Penulis menikah pada tahun 1995 dengan Yuliati Purwaningsih dan sudah dikaruniai dua anak, seorang putra bernama Akhmad Yunanta (Yunan) berusia 13 tahun dan putri bernama Aqilah Kusumaningtyas (Chika) berusia 8 tahun.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA, sebagai Ketua Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan, dorongan dalam penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir. 2. Ir. Darwin Kadarisman, MS, sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan, dorongan dalam penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir. 3. Seluruh staf pengajar dan staf pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pasca Sarjana IPB selama kuliah berlangsung. 4. Dr. Abdul Rokhman, A.Pi, MM, selaku Direktur Produksi PT Perikanan Nusantara yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian. 5. Staf dan karyawan PT XP yang telah banyak membantu dalam memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini. 6. Istri dan anak-anakku yang kucinta yang telah banyak bersabar memberikan semangat dan dukungan serta pengorbanan. 7. Rekan-rekan mahasiswa MPI-9 Program Studi Industri Kecil dan Menengah, Sekolah Pasca Sarjana IPB yang telah memberi semangat dan dukungan. 8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis berharap agar Tugas Akhir ini berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Pebruari 2010 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................. DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iii iv v

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... B. Perumusan Masalah ............................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................. D. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... E. Luaran Penelitian ................................................................. F. Manfaat Penelitian ................................................................ 1 2 3 3 4 4

II TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Perikanan ................................................................ B. Pengolahan Ikan ................................................................... C. Surimi ................................................................................... D. Produk Fish Jelly ................................................................... E. Mutu Produk Pangan ............................................................. F. Optimasi Produksi ................................................................. G. Produk Unggulan ................................................................... H. Optimasi Produksi ................................................................. I. Kerangka Strategi Usaha ........................................................ J. Analisis Strategi Usaha .......................................................... K. Identifikasi Posisi Perusahaan .............................................. L. Analisis SWOT ....................................................................... 5 6 9 11 15 17 18 19 20 26 29 30

III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Berfikir .................................................................... B. Metode Kajian ........................................................................ C. Analisis Data .......................................................................... D. Tahapan Survey dan Penelitian ............................................ 32 33 35 45

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan .................................................. B. Proses Produksi .................................................................... C. Harga Jual Produk ................................................................ D. Pemilihan Komoditas Unggulan ........................................... E. Menentukan Optimasi Produksi ........................................... F. Posisi Perusahaan ................................................................ 1. Evaluasi analisis EFE dan FE ......................................... 2. Evaluasi analisis SWOT ................................................... 3. Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly ......... 49 54 64 66 68 70 70 74 77

V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................. 80

B. Saran ...................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 82

LAMPIRAN ............................................................................................... 84

ii

DAFTAR TABEL Halaman


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan ..................................................... 5 Produksi Ikan Olahan Periode 2000 2004 ................................................ 8 Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Surimi Beku ............................. 11 Strategi Generik dan Strategi Utama ........................................................... 21 Matriks Analisis Strategi Pemasaran (SWOT) ............................................ 31

Penilaian Alternatif Produk Fish Jelly .......................................................... 36 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) .................................................... 39

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) ......................................................... 39 Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Perusahaan Metode Matriks Banding Berpasangan ....................................................... 41

10. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Perusahaan Metode Matriks Banding Berpasangan ....................................................... 11. 41

Contoh Matriks SWOT ................................................................................. 45

12. Produksi dan Penjualan Fish Jelly Produk PT XP .................................... 61 13. Harga Pokok Produksi (HPP) ..................................................................... 63 14. Keuntungan Kotor per Kg ............................................................................. 64 15. Produksi Penjualan dan Nilai Penjualan ...................................................... 66 16. Pemberian Bobot Kriteria Kepentingan ....................................................... 67 17. Peringkat Produk Unggulan ........................................................................ 67

18. Faktor Eksternal .......................................................................................... 72 19. Faktor Internal ............................................................................................. 73

iii

DAFTAR GAMBAR Halaman


1. Alur Proses Pengolahan Surimi ................................................................... 2. Alat Pencetak Bakso Ikan ............................................................................ 3. Bakso Ikan ................................................................................................... 4. Otak-otak Ikan ............................................................................................. 5. Kakinaga Ikan .............................................................................................. 6. Sosis Ikan .................................................................................................... 7. Fish Finger ................................................................................................... 8. Posisi Perusahaan Pada Berbagai Kondisi ................................................. 9. Kerangka Berfikir Dalam Pelaksanaan Penelitian ....................................... 10. Struktur Organisasi PT XP ........................................................................ 11. Usulan Perubahan Struktur Organisasi PT XP ......................................... 12. Tata Letak Pabrik Pengolahan Fish Jelly PT XP ...................................... 13. Skema Pengolahan Bakso Ikan ................................................................... 14. Skema Pengolahan Otak-otak Ikan .............................................................. 15. Skema Pengolahan Kakinaga Ikan .............................................................. 16. Skema Pengolahan Sosis Ikan .................................................................... 17. Skema Pengolahan Fish Finger ................................................................... 18. Persentase Produksi Fish Jelly .................................................................... 19. Total Produksi dan Penjualan ....................................................................... 10 12 13 13 14 15 15 29 34 50 51 54 56 56 57 57 58 62 62

20. Keuntungan Masing-masing Jenis Produk per Kg ....................................... 64 21. Persentase Penjualan Produk ....................................................................... 65 22. Grafik Wilayah Kelayakan Produksi Dengan Sudut Optimal Produksi ........ 70

23. Posisi Usaha Perusahaan Saat Ini ................................................................ 74

iv

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Daftar Isian Pertanyaan (Kuesioner) .............................................................


1.a Komposisi bahan pembuatan produk fish jelly ............................................

84
85

1. Hasil Uji Mutu Fish Finger ............................................................................. 91 2. Hasil Uji Mutu Otak-otak Ikan ........................................................................ 92 3. Hasil Uji Mutu Bakso Ikan .............................................................................. 93 4. Hasil Uji Mutu Sosis Ikan ............................................................................... 94 5. Hasil Uji Mutu Kakinaga ................................................................................. 95 6. Pemilihan Komoditas Unggulan ..................................................................... 96 7. Menentukan Optimasi Produksi ...................................................................... 99 8. Matriks SWOT PT XP .................................................................................. 102 9. Bagian Matriks Berpasangan .......................................................................... 104 10. Data Produksi, Penjualan, Nilai Penjualan Produk Fish Jelly dan Neraca Keuangan PT XP .............................................................................. 105 11. Profil Perusahaan PT XP ............................................................................. 109

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani memiliki kelebihan dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Berdasarkan hasil riset, manfaat ikan bagi masyarakat antara lain, memiliki kandungan protein yang tinggi dan rendah kolesterol. Berbagai jenis ikan tertentu memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang merupakan asam lemak tidak jenuh Eicosa Pentanoic Acid (EPA) dan Decosa Hexanoic Acid (DHA) yang dapat mencegah penggumpalan darah dan artero-sclerosis serta merangsang pertumbuhan otak untuk kecerdasan. Oleh karena itu minat konsumsi ikan perlu lebih ditingkatkan dalam rangka

peningkatan sumberdaya manusia melalui perbaikan gizi masyarakat. Potensi pengembangan pasar dalam negeri dapat dilihat dari jumlah penduduk yang sangat banyak merupakan peluang domestic demand. Pada tahun 2004, jumlah penduduk Indonesia mencapai 217 juta, sedangkan pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai 219 juta (BPS, 2005). Selain itu tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat masih rendah, sementara kesadaran masyarakat terhadap manfaat konsumsi ikan bagi kesehatan sudah mulai meluas. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2000, tingkat konsumsi ikan Indonesia mencapai 21 kg/kapita/tahun jauh dibawah Jepang (110 kg/perkapita/tahun), Korea Selatan (85 kg/perkapita/tahun), AS (45 kg/kapita/tahun), Thailand (35 kg/perkapita/tahun dan Filiphina (25 kg/kapita/tahun) (FAO, 2002 dalam INFOFISH Trade News, 2002). Pada tahun 2004 tingkat konsumsi ikan perkapita Indonesia mencapai 23,18 kg/kapita/tahun (DKP, 2005). Jika potensi peluang pasar domestik yang cukup besar itu diimbangi ketersediaan produk bermutu baik dan harga terjangkau serta pasokan secara kontinyu, pasar dalam negeri akan mampu menyerap produk perikanan yang banyak sekaligus menghela upaya peningkatan produksi hasil perikanan Indonesia. Produk Fish Jelly (makanan olahan dari bahan baku ikan) merupakan suatu alternatif terobosan untuk mengolah ikan dalam bentuk yang menarik dengan rasa dan kandungan gizi yang baik. Produk Fish Jelly adalah makanan dari bahan baku ikan atau dalam bentuk surimi, produk yang dihasilkan spesifikasinya menuntut kemampuan dalam pembentukan Gel yang mempunyai tekstur kenyal/lentur seperti jelly. Gel yang baik adalah kenyal tetapi mudah dikunyah, Gel dapat terbentuk karena adanya kekuatan tarik-menarik antara

senyawa aktin dan miosin menjadi aktomiosin yang banyak terkandung dalam protein daging ikan (DKP, 2006). Surimi adalah campuran dari lumatan daging ikan dengan karbohidrat tertentu (sorbitol dan gula) sehingga teksturnya dapat diperbaiki dan

dipertahankan pada suhu beku karena ditambahkan zat tambahan makanan (food additive) berupa poliposphat.

B. Perumusan Masalah Pada umumnya UKM cukup banyak memiliki kelemahan, yang sering menjadi hambatan bagi UKM tersebut untuk berkembang dan meningkatkan skala usahanya, meskipun kontribusinya terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak dapat diabaikan, begitu juga kontribusinya terhadap penurunan jumlah pengangguran. Sektor perikanan sebagai salah satu sektor ekonomi yang menjadi sasaran tempat usaha UKM, memiliki beberapa kendala yang umumnya usaha ini hanya dimasuki oleh perusahaan-perusahaan besar, karena kebutuhan modal yang besar dan usaha nelayan tradisional yang baru dapat mengolah ikan secara usaha turun temurun yang mempunyai resiko besar. Jika akan berinvestasi pada sektor pengolahan perikanan ini akan menghadapi resiko besar, karena ikan merupakan produk yang mudah sekali rusak. Tetapi dalam kenyataannya cukup banyak pengusaha kecil (UKM) yang turut berkecimpung dalam bisnis ini, baik sebagai usaha dalam bentuk ikan segar, ikan beku maupun ikan olahan yang kebanyakan merupakan Usaha Kecil Menengah (UKM). PT. XP adalah Badan Usaha Milik Negara dengan salah satu usahanya bergerak dalam bidang pengolahan hasil perikanan yang baru dilakukan pada bulan Desember tahun 2007, sampai sekarang mengalami pasang surut

keuntungan. Ada lima jenis olahan ikan yang diproduksi adalah (1) Bakso Ikan, (2) Otak-otak Ikan, (3) Kaki Naga Ikan, (4) Sosis Ikan dan (5) Fish Finger. PT. XP merupakan perusahaan yang masih relatif baru dalam perkembangannya masih menghadapi beberapa permasalahan diantaranya bagaimana memprediksi berapa jumlah produksi untuk produk unggulan agar dapat memperoleh keuntungan maksimal dan bagaimana mendapatkan strategi usaha yang lebih tepat. Pejualan yang selama ini dilakukan dengan menitipkan produk pada supermarket belum dapat menunjang perputaran modal yang diperlukan. Untuk perencanaan kedepan perlu adanya kajian untuk menentukan

jenis produk unggulan dalam jumlah optimal produksi dan bagaimana menentukan strategi pengembangan usaha produk fish jelly dengan

mempelajari, antara lain adalah: 1. Bagaimana dihasilkan ? 2. Berapakah produksi optimum produk yang diunggulkan agar diperoleh keuntungan maksimal ? 3. Bagaimana startegi pengembangan usaha yang paling efektif untuk memperoleh hasil maksimal ? C. Tujuan Penelitian menentukan produk unggulan dari kelima jenis produk yang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji kelima jenis produk fish jelly dari bahan baku surimi ditinjau dari sisi prioritas ekonomi-teknis. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan produk unggulan dari kelima jenis produk yang dihasilkan. 2. Untuk mengetahui jumlah produksi optimum dari jenis produk yang diunggulkan agar diperoleh keuntungan maksimal. 3. Untuk mendapatkan startegi pengembangan usaha produk yang paling efektif untuk memperoleh hasil maksimal. D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Mempelajari jenis produksi dengan memberikan bobot kriteria tertentu dengan membandingkan secara eksponensial untuk memperoleh produk yang diunggulkan. 2. Mempelajari kendala-kendala dalam proses produksi produk unggulan untuk mendapatkan produksi yang optimal sehingga memperoleh keuntungan maksimal. 3. Mempelajari faktor eksternal maupun internal perusahaan berupa kekukatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk memperoleh strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan.

E. Luaran

1. Memperoleh informasi produk unggulan dan berapa produksi yang optimum untuk memperoleh keuntungan maksimal. 2. Memperoleh strategi pengembangan usaha yang tepat untuk memaksimalkan pendapatan.

F. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya kajian tentang optimasi produksi unggulan dan strategi pengembangan usaha produk fish jelly pada perusahaan XP, maka beberapa kegunaan yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukkan bagi perusahaan dalam menetukan produk unggulan, menentukan optimasi produksi produk unggulan dan memberi usulan startegi pengembangan usaha yang paling efektif untuk memaksialkan pendapatan. 2. Sebagai bahan referensi bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) khususnya UKM perikanan dalam menyikapi permasalahan produksi dan menentukan strategi usaha.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Potensi Perikanan

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang sangat besar dan bervariasi yang tersebar di wilayah perairan laut dan perairan darat (seperti danau, waduk, sungai dan rawa-rawa). Hasil pengkajian stock ikan di perairan Indonesia yang dilaksanakan Badan Riset Kelautan dan Perikanan-DKP bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2001, potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Jika diasumsikan 80% dari potensi lestari merupakan jumlah tangkapan maksimum yang diperbolehkan, maka jumlah ikan laut yang dapat dimanfaatkan maksimal 5,12 juta ton/tahun. Tabel 1. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan (SDI)
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jenis Sumberdaya Ikan Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis Kecil Ikan Demersal Ikan Karang Udang Penaeid Lobster Cumi-cumi Jumlah Potensi (ton/th) 1.165.360 3.605.660 1.365.090 145.250 94.800 4.800 28.250 6.409.210 JTB (ton/tahun) 932.288 2.884.528 1.092.072 116.200 75.840 3.840 22.600 5.127.368 Produksi (ton) 736.170 1.784.330 1.085.500 156.890 259.940 4.080 42.510 4.069.420 Tingkat Pemanfaatan (%) 78,97 61,86 99,40 135,02 342,75 106,25 188,10 79,37

Keterangan : JTB = Jumlah tangkapan yang diperbolehkan

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap tahun 2005, angka perkiraan produksi penangkapan ikan di laut mencapai 4,97 ton atau sekitar 77,7% dari jumlah potensi lestari atau 97% dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB). Sedangkan penangkapan di wilayah perairan umum dengan luas sekitar 54 juta hektar, sebagian besar berupa perairan rawa yaitu 39,4 juta hektar (71,63%) dan perairan sungai dan danau 14,6 juta hektar (28,37%), total potensi produksi diperkirakan sebanyak 0,9 juta ton/tahun. Sementara itu, produksi perikanan Indonesia selain dari penangkapan, juga dihasilkan dari usaha budidaya seperti budidaya air laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar. Pada tahun 2004, budidaya air laut

mampu menghasilkan ikan sebanyak 420.919 ton, budidaya air payau menghasilkan sekitar 559.612 ton dan budidaya air tawar sekitar 488.179 ton (Tabel 1.) (DKP, 2005). Secara umum, produksi ikan nasional dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 6,36% yaitu 5,1 juta ton produksi pada tahun 2000 menjadi 7,4 juta ton pada tahun 2006. Kontribusi produksi ikan nasional masih didominasi oleh usaha penangkapan khususnya penangkapan di laut. Kontribusi perikanan budidaya terhadap produksi ikan nasional pada tahun 2006 naik menjadi 35,5%, dimana pada tahun 2005 kontribusi produksi ikan nasional hanya mencapai 31,5% dari total produksi (Siaran pers Perikanan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat. 27/06/07). Dari jumlah produksi ikan nasional tersebut, sebagian besar (70%) dipasarkan dalam bentuk segar dan frozen dengan tujuan pasar ekspor dan pasar domestik, dan sisanya (30%) dipasarkan dalam bentuk ikan olahan seperti ikan asin, ikan asap, ikan pindang/ presto, ikan kaleng, bakso ikan, nuget, kakinaga ikan, sosis ikan, otak-otak, fish finger, dan lain-lain. B. Pengolahan Ikan

Usaha pengolahan ikan dewasa ini berkembang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan. Berbagai usaha pengolahan ikan telah dikenal di Indonesia dari yang tradisional sampai yang menggunakan teknologi modern. Berkembangnya pengolahan ikan ini dilandasi oleh

pemanfaatan produk ikan yang memberikan keuntungan yang optimal. Di samping itu, pengolahan ikan dapat dijadikan sebagai upaya dalam

mempertahankan mutu dan dapat menciptakan margin harga baru yang menguntungkan bagi para pelaku usaha. Menurut terminologi FAO, ikan olahan tradisional atau cured fish adalah ikan yang diolah secara sederhana dan umumnya dilakukan dalam skala industri rumah tangga. Jenis produk olahan yang termasuk industri olahan tradisional antara lain ikan asin kering, ikan pindang, ikan asap dan fermentasi. Produk seperti ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Asia, Afrika bahkan sampai ke Eropa (Inggris, Norwegia, Polandia). Produk olahan ikan tradisional ini mempunyai sebaran distribusi yang luas karena pada

umumnya produk relatif stabil walaupun pengawetan dan pengemasan masih sangat sederhana. Data statistik perikanan Indonesia menunjukan bahwa produksi ikan olahan dari perikanan laut mengalami perkembangan secara signifikan. Pada kurun waktu antara tahun 1993 2003, produksi ikan olahan mengalami peningkatan rata-rata 13,13% per tahun. Sementara produksi ikan olahan dari perairan umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7,57% per tahun. Bila dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan ikan pada tahun 2003 maka jumlah hasil tangkapan ikan yang diproses menjadi produk olahan baru mencapai 30% dari total produksi (Ditjen Perikanan Tangkap, 2005). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2005), total produksi perikanan Indonesia pada tahun 2004 mencapai 6.275.810 ton, dan 1.501.064 ton dari total produksi tersebut adalah produk olahan hasil perikanan. Dari jumlah produk olahan hasil perikanan tersebut, produksi pengolahan hasil perikanan dari industri menengah dan modern (produk pembekuan atau frozen ) memberi kontribusi yang paling dominan yaitu sebesar 631.320 ton (42,06%), kemudian diikuti oleh produksi ikan asin/kering UKM memberi kontribusi sebesar 586.323 ton (37,86%), produksi pemindangan sebesar 122.807 ton (8,8%) dan produksi ikan kaleng (industri pengalengan) sebesar 31.945 ton (2,13%) (Tabel 2.). Usaha pengolahan produk perikanan dikelompokan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis produknya, yaitu pembekuan (frozen), pengalengan (canning), pengasinan, pengasapan, pemindangan dan pengolahan produk turunan (diversifikasi produk). Sedangkan berdasarkan skala usahanya, usaha pengolahan produk perikanan secara umum dikelompokan menjadi: a) Pengolahan tradisional/kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM), umumnya berskala kecil dilakukan secara manual dan menggunakan peralatan yang relatif sederhana. Jenis usaha kelompok ini antara lain

penggaraman/pengasinan

(dried/salted),

pemindangan

(boiling),

pengasapan (smoking), fermentasi (fermentation) dan pengolahan lainnya. Beberapa hal yang merupakan ciri-ciri pengolahan tradisional/ kelompok UKM sekaligus merupakan permasalahan utama dalam pengembangannya antara lain : 1) Teknologi dalam proses pengolahan masih sederhana dan hampir tidak ada perkembangan.

2) 3)

Variasi produk terbatas. Penanganan mutu produksi dan pasca produksi seperti pengemasan, pelabelan dan pergudangan masih terbatas bahkan hampir tidak ada.

4)

Pengetahuan dalam pemasaran masih terbatas akibat kurangnya informasi penjualan.

5) 6) 7) b)

Permodalan relatif kecil. Tidak mempunyai sistem manajemen dalam mengembangkan usaha. Tingkat pendidikan Sumberdaya Manusia yang masih relatif rendah.

Pengolahan modern/ kelompok skala industri, umumnya skala besar dengan menggunakan peralatan modern sebagai alat bantu. Jenis usaha kelompok ini antara lain pembekuan (freezing), pengalengan (canning), pembuatan tepung ikan (fishmeal making) dan pengolahan lainnya seperti nuget ikan, surimi dan lain-lain. Usaha pengolahan modern biasanya berorientasi pada pasar ekspor dengan menitikberatkan pada produk yang dihasilkan dalam jumlah yang banyak dan berkesinambungan serta mutu yang sangat baik. Pengolahan modern biasanya sudah menerapkan kaidah-kaidah cara penanganan yang baik (Good Handling Practices), pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practices) dan pendistribusian/ pemasaran yang baik (Good Distributing Practices).

Tabel 2. Produksi Ikan Olahan Periode 2000 2004


No Jenis Olahan Volume Produksi (ton) 2000 2001 2002 571.577 124.826 7.251 4.996 2 53.905 319.237 36.913 16.612 53.645 2003 598.235 121.491 9.342 4.911 6 56.574 573.911 28.415 8.635 53.355 2004 568.323 122.807 9.809 4.665 10 59.403 631.320 31.945 7.339 65.443

1. Penggaraman/Pengeringan 2. Pemindangan 3. Pembuatan Terasi 4. Pembuatan Peda 5. Pembuatan Kecap Ikan 6. Pengasapan 7. Pembekuan 8. Pengalengan 9. Pembuatan Tepung Ikan 10. Lain-lain Jumlah

611.662 584.394 66.457 134.071 16.457 7.950 76 37.641 21.607 13.442 524 36.561

305.923 307.235 21.227 1.640 9.195 1.078.35 2 25.299 12.204 30.158 1.165.4 95

1.188.36 1.453.87 1.501.064 4 5

Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, 2005

Penerapan kaidah-kaidah tersebut ditujukan untuk menghasilkan suatu produk yang prima sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan dari mulai produksi, distribusi sampai ke tangan konsumen, seperti zero

tolerance terhadap bahan-bahan pencemar baik kimia (chloromphenicol dan nitrofuran), fisika (partikel logam atau benda lain) maupun biologi (bakteri Vibrio parahaemoliticus, Salmonella dan Escherichia coli ). C. Surimi

Salah satu bentuk pengembangan produk perikanan adalah pengolahan surimi, yaitu berupa lumatan daging ikan yang telah mengalami pencucian (leaching), pengepresan, penyaringan, penambahan bahan tambahan dan pembekuan. Surimi merupakan produk antara (intermediate product) yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan produk fish jelly seperti bakso, nugget, kaki naga dan lainnya (DKP, 2006).

Teknologi pengambilan

pengolahan

surimi

meliputi

tahap-tahap pengepresan,

persiapan

daging,

pembilasan

(leaching),

penyaringan,

pencampuran dan pembekuan, seperti ditunjukkan pada (Gambar 1). Pada setiap proses dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan cara berproduksi yang baik (Good Manufactory Practice). 1. Persiapan, tahap ini meliputi kegiatan penyiangan dan pencucian. Ikan disiangi dengan cara membuang sisik, isi perut dan kepala. Ikan yang berukuran besar difillet terlebih dahulu lalu dicuci dengan air bersih dingin yang mengalir. 2. Pengambilan daging dapat dilakukan dengan cara manual atau secara mekanis dengan menggunakan alat (meat bone separator), Daging ikan dihancurkan dengan alat penggiling daging menjadi lumatan daging yang halus. 3. Pembilasan (leaching), lumatan daging ikan yang diperoleh biasanya berwarna kemerahan yang mengandung lemak, darah dan kotoran lainnya. Lumatan daging dilakukan pembilasan dengan air dingin (suhu 5 10oC), pembilasan dilakukan sebanyak tiga kali. Kemudian dilakukan pembilasan dengan larutan garam alkali (0,1 % NaCl dalam larutan 0,2 % NaHCO3) hingga PH pada produk 6,8 7,3 untuk membantu pembentukan gel.

4. Pengepresan, setelah proses pembilasan dilakukan pengepresan untuk mengurangi kandungan air, kadar air produk air yang diinginkan adalah antara 80 82 %. 5. Penapisan (straining), bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa sisik, jaringan ikat, membran dan duri halus. 6. Pencampuran, lumatan daging ikan yang dihasilkan selanjutnya ditambahkan 2,5 3% gula pasir untuk mereduksi denaturasi protein dan 0,2% polifospat sebagai bahan pengikat air untuk mempertahankan WHC (Water Holding Capacity). 7. Pembekuan, surimi yang dihasilkan segera dikemas dalam kantong plastik polietilen dan dilakukan pembekuan cepat sampai suhu pusat mencapai 20oC. Umumnya surimi beku yang diperdagangkan dalam kemasan ukuran 10 kg.

Pencucian ikan

Pemisahan daging dari tulang dan kulit

Pencucian hancuran daging

Penghilangan jaringan ikat

Pengurangan kadar air

Pengurangan kadar air

Pencampuran dengan bahan antidenaturan

Surimi

Gambar 1. Alur Proses Pengolahan Surimi

Persyaratan mutu dan keamanan pangan Surimi Beku berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2694.1-2006) (Tabel 3).

10

Tabel 3. Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Surimi Beku Jenis uji a. Organoleptik b. Cemaran mikroba - ALT - Escherichia coli - Salmonella - Vibrio cholerae - Vibrio parahaemoliticus* (kanagawa positif) c. Cemaran kimia - Merkuri (Hg)* - Timbal (Pb)* - Cadmium (Cd)* - Histamin* d. Kadar air e. Fisika - Suhu pusat f. Filth (benda asing) CATATAN* Bila diperlukan Satuan Angka (1-10) Koloni/g APM/g APM/g APM/g APM/g Persyaratan Minimal 7 maksimal 5,0 x 105 maksimal 2 negatif negatif maksimal 3

mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg % C Potong


o

maksimal 1,0 maksimal 0,4 maksimal 0,1 maksimal 100 80 82 maksimal -18 0

Bahan baku yang berasal dari jenis ikan demersal secara umum baik untuk dibuat surimi dan fish jelly produk karena rata-rata jenis ikan ini merupakan ikan berdaging putih. Pada umumnya ikan berdaging putih mempunyai kemampuan pembentukan gel yang cukup baik yang dibutuhkan oleh produk-produk fish jelly, namun demikian saat ini jenis ikan berdaging merah dan ikan air tawar pun dapat dibuat surimi dan produk fish jelly. D. Produk Fish Jelly

Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi perikanan hasil tangkapan laut maupun hasil budidaya adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern dalam bentuk diversifikasi olahan, perbaikan teknologi dan kemasan. Pengembangan surimi dan fish jelly product merupakan suatu alternatif yang tepat dalam optimasi pemanfaatan produksi ikan di Indonesia. Pada dasarnya hampir semua jenis ikan dapat diolah menjadi surimi dan produk fish jelly tetapi pada umumnya yang digunakan adalah dari jenis ikan non ekonomis karena diharapkan akan memberikan nilai tambah terhadap bahan baku tersebut

11

atau biasa juga digunakan jenis ikan lainnya seperti ikan hasil tangkapan samping (by catch) dari kapal-kapal penangkap udang, hal ini tergantung dimana produk tersebut dibuat karena masing-masing daerah memiliki potensi jenis ikan yang berbeda. Beberapa produk fish jelly dengan bahan baku surimi, yaitu: 1. Bakso Ikan adalah, surimi sebagai bahan baku yang telah dipotong-potong kemudian dilumatkan di dalam Silent cutter/ Food Processor/Mixer.

Tambahkan garam sambil terus diaduk hingga terbentuk adonan yang lengket. Selanjutnya tambahkan bumbu-bumbu lainnya dan campur hingga benar-benar homogen. Pengadukan dilakukan selama 10 -15 menit. Cetak adonan dengan menggunakan alat pencetak bakso atau dicetak secara manual dengan menggunakan tangan dan sendok. Tampung bakso hasil cetakan pada wadah yang berisi air hangat dengan suhu 40oC selama 20 menit. Selanjutnya rebus pada suhu 90oC selama 20 menit atau sampai bakso mengapung. Kemas bakso yang telah dingin dalam kantong plastik dan ditutup rapat dengan menggunakan sealer (alat penutup plastik). Bakso siap untuk disimpan. Alat pencetakan bakso ikan secara mekanik seperti ditunjukkan pada Gambar 2. dan produk bakso ikan yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Alat Pecetak Bakso Ikan

12

Gambar 3. Bakso ikan 2. Otak-otak Ikan adalah, Surimi sebagai bahan baku yang telah dipotongpotong kemudian dilumatkan di dalam Silent cutter/ Food Processor/Mixer. Tambahkan garam sambil terus diaduk hingga terbentuk adonan yang lengket. Selanjutnya tambahkan bumbu-bumbu lainnya dan campur hingga benar-benar homogen. Pengadukan dilakukan selama 10 -15 menit. Cetak adonan dapat menggunakan alat pencetak bakso atau dicetak secara manual dengan menggunakan tangan dan sendok dengan ukuran bulat lonjong. Tampung otak-otak hasil cetakan pada wadah yang berisi air hangat dengan suhu 40oC selama 20 menit. Selanjutnya rebus pada suhu 90oC selama 20 menit atau sampai otak-otak mengapung. Kemas otak-otak yang telah dingin dalam kantong plastik dan ditutup rapat dengan menggunakan sealer (alat penutup plastik). Otak-otak siap untuk disajikan seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Otak-otak Ikan 3. Kaki Naga Ikan adalah, lumatan daging ikan atau surimi yang telah dipotongpotong kemudian dilumatkan di dalam silent cutter/ food processor/mixer. Tambahkan garam sambil terus diaduk 10 sampai 15 menit hingga terbentuk

13

adonan yang lengket. Selanjutnya tambahkan bahan-bahan lain sambil terus diaduk hingga homogen. Adonan dibentuk lonjong/bulat dan ditusuk dengan tusukan batang sumpit bambu (+ 10 cm) yang telah disiapkan. Selanjutnya bulatan adonan yang telah dibentuk dan ditusuk dengan sumpit dibalutkan dengan tepung roti. Kukus dalam dandang / pengukus selama 15-20 menit. Setelah dingin kemas dalam plastik dengan berat sesuai permintaan pasar dan bekukan selama penyimpanan dan distribusi. Kakinaga yang siap disajikan seprti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kaki naga Ikan 4. Sosis Ikan adalah, Surimi sebagai bahan baku yang telah dipotong-potong kemudian dilumatkan di dalam silent cutter/ food processor/ mixer. Tambahkan garam sambil terus diaduk hingga terbentuk adonan yang lengket. Selanjutnya tambahkan bahan-bahan lain sambil terus diaduk hingga homogen. Pengadukan dilakukan selama 10 -15 menit. Adonan dimasukkan ke dalam cashing (pembungkus sosis) dengan menggunakan alat sosis (stuffer). Setiap panjang tertentu (5 cm) sosis diikat dengan klem secara

otomatis atau dengan cara manual. Sosis hasil cetakan direbus pada suhu 400C selama 20 menit. Selanjutnya direbus pada suhu 900C selama 20 menit. Kemudian dinginkan dan dikemas. Contoh sosis ikan dalam kemasan plastik vakum, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

14

Gambar 6. Sosis ikan 5. Fish Finger/Stick Ikan adalah, surimi setengah beku dipotong-potong dan dilumatkan di dalam silent cutter/ food processor/ mixer. Tambahkan garam sambil terus diaduk hingga terbentuk adonan yang lengket. Ditambahkan air es hingga terbentuk tekstur yang lembut/halus. Kemudian ditambah gula halus, seasoning dan minyak. Setelah tercampur rata tambahkan tepung terigu sedikit-sedikit dan pencampuran terus dilanjutkan. Adonan pasta dipindahkan ke dalam loyang dan diratakan. Kemudian loyang berisi adonan tersebut dibekukan. Setelah beku dilakukan pemotongan dengan ukuran sesuai selera. Potongan beku segera dicelupkan ke dalam adonan batter kemudian dilumuri dengan breading tepung roti, lalu dibekukan. Produk Fish Finger yang siap disajikan, serperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Fish Finger E. Mutu Produk Pangan Dengan menerapkan aturan dalam pengolahan pangan yang sering disebut dengan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) akan menjamin mutu produk yang dihasilkan. Asal mula Good Manufacturing Practices (GMP) adalah suatu peraturan yang dicetuskan oleh pemerintah Amerika Serikat (US-FDA) yang menuntut

15

sistem manajemen mutu dan keamanan pangan, penentuan kriteria yang mampu memenuhi the code of Federal Regulation (21 CFR parts 110) guna memperoleh produk pangan yang bebas dari penyimpangan mutu. Definisi GMP adalah minimum standar sanitasi dan proses pengolahan yang diperlukan untuk menjamin produksi pangan secara utuh (Luning et al., 2002). Lebih lanjut menjelaskan dokumentasi tentang dan unsur-unsur GMP yang terkandung kualifikasi antara lain

pencatatan

(recordkeeping),

personal/SDM

(personnel qualification), sanitasi dan higienis (Hygienee and Sanitation), verifikasi alat dan peralatan (equipment verification), validasi proses (procces validation) dan penanganan bahan (complaint handling). Dalam implementasinya, GMP dapat berperan dalam menjamin untuk menghasilkan suatu produk pangan yang bermutu dan aman bagi kesehatan. Sebelumnya, baik-buruknya mutu produk ditentukan dengan mengandalkan pengujian akhir di laboratorium. Namun hal itu ternyata tidak efektif, sehingga diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen lingkungan, dan sistem produksi pangan yang baik (Good Manufacturing Practices). Dengan menerapkan GMP diharapkan produsen pangan dapat menghasilkan produk makanan yang bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai dengan tuntutan konsumen, bukan hanya konsumen lokal tetapi juga konsumen global (Fardiaz, 1997). Fardiaz (1997) mengemukan ada dua hal yang berkaitan dengan penerapan GMP di industri pangan yaitu Critical Control Point (CCP) dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Critical Control Point (CCP) atau Titik Kendali Kritis adalah setiap titik, tahap atau prosedur dalam suatu sistem produksi pangan yang apabila tidak terkendali dapat menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan. CCP diterapkan pada setiap tahap proses mulai dari produksi, pertumbuhan dan pemanenan, penerimaan dan penanganan bahan tambahan (ingredien), pengolahan, pengemasan, distribusi sampai dikonsumsi oleh konsumen. Batas kritis (critical limit) adalah toleransi yang ditetapkan dan harus dipenuhi untuk menjamin bahwa suatu CCP secara efektif dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia maupun fisik. Batas kritis pada CCP menunjukkan batas keamanan. Sedangkan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) atau Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap bahan, produk, atau proses untuk menentukan komponen,

16

kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat dengan tujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. HACCP merupakan suatu sistem pengawasan yang bersifat mencegah (preventif) terhadap kemungkinan terjadinya keracunan atau penyakit melalui makanan (Fardiaz, 1997). Sistem HACCP memuat 7 prinsip yang merupakan konsepsi HACCP antara lain analisis bahaya (Hazard Analysis), pengendalian titik kritis (Critical Control Point), penentuan batas kritis (Critical Limit), pemantauan titik kritis (Monitoring), tindakan perbaikan (Corective Action), pencatatan (Record keeping) dan verifikasi (Verification). Sistem HACCP mempunyai tiga pendekatan penting dalam pengawasan dan pengendalian mutu produk pangan, yaitu: (1) keamanan pangan (food safety), yaitu aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit; (2) kesehatan dan kebersihan pangan (whole-someness), merupakan karakteristik produk atau proses dalam kaitannya dengan

kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan higiene; (3) kecurangan ekonomi (economic fraud), yaitu tindakan ilegal atau penyelewengan yang dapat merugikan konsumen. Tindakan ini meliputi antara lain pemalsuan bahan baku, penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat yang tidak sesuai dengan label, overglazing dan jumlah yang kurang dalam kemasan (Hadiwihardjo, 1998). Penerapan GMP dan HACCP merupakan implementasi dari jaminan mutu pangan sehingga dapat dihasilkan produksi yang tinggi dan bermutu oleh produsen yang pada akhirnya akan menciptakan kepuasan bagi konsumen (Hubeis, 1994).

F. Sistem Manajemen Mutu Industri pengolahan ikan memiliki mata rantai yang melibatkan banyak pelaku, yaitu mulai dari produsen primer, pendistribusian, pengolah, penyalur, pengecer, konsumen. Pada masing-masing mata rantai tersebut diperlukan pengendalian mutu (quality control) yang berorientasi pada standar jaminan mutu (quality assurance) baik di tingkat produsen sampai ke konsumen. Penanganan mutu dalam rangka menciptakan jaminan mutu dan keamanan harus dilakukan melalui penerapan dan penguasaan total quality management

17

(TQM) yang dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan sertifikat mutu internasional seperti ISO seri 9000 s.d. ISO-9004. Sertifikat sebagai senjata untuk menembus pasar internasional merupakan sebuah dokumen yang menyatakan suatu produk/jasa sesuai dengan persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu (Hubeis, 1994). Indonesia mengadopsi ISO-9000 dengan nama SNI-seri 19-9000-Manajemen Mutu. ISO seri 9000 memberikan pedoman tentang bagaimana suatu organisasi dapat menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, dengan mutu yang konsisten. Standar ISO seri 9000 mengarahkan keseluruhan sistem manajemen mutu untuk menyempurnakan dan menjaga mutu produk. Sistem ini mengakui bahwa proses mutu terpadu melibatkan semua bagian dan fungsi organisasi. ISO-9000 dapat digunakan pada situasi tanpa kontrak (ISO 9004) dan situasi kontrak (ISO-9001, ISO-9002, dan ISO-9003). Tiga model jaminan mutu untuk situasi kontrak yaitu ISO-9001 : sistem mutu dalam desain/pengembangan, produksi dan instalasi; ISO-9002 : sistem mutu dalam produksi dan instalasi; sedangkan ISO-9003 : sistem mutu dalam inspeksi dan uji akhir (Kadarisman, 1996). Dengan diperolehnya sertifikat tersebut diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar produk yang dihasilkan baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional.

G. Produk Unggulan Dalam menentukan kriteria produk unggulan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) yang dirancang untuk menganalisis prioritas produk. Hal ini dimaksud agar perencanaan investasi dapat bersifat lebih spesifik dan mengacu pada hasil keluaran model. Analisis dilakukan terhadap produk perikanan yang berbasis surimi yang merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan menjadi produk fish jelly (bakso ikan, otak-otak, kakinaga, fish finger dan sosis ikan). Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata (Marimin, 2004). Penentuan wawancara tingkat pakar kepentingan atau kriteria dilakukan dengan cara

dengan

melalui

kesepakatan

curah

pendapat.

18

Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial.

H. Optimasi Produksi Masalah keputusan yang sering dihadapi analis adalah alokasi optimum sumberdaya yang langka. Sumberdaya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumberdaya itu. Hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimisasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau minimisasi seperti pada biaya, waktu dan jarak. Mulyono, 2007. Program Linier (Linier Programing/LP) merupakan salah satu teknik riset operasional (Operation Research) yang digunakan paling luas dan diketahui baik. Ia merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan

keuntungan atau meminimumkan biaya. Program linier banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain. Pola yang khas untuk merumuskan secara umum suatu masalah LP. Pada setiap masalah ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan sistem kendala yang bersama-sama membentuk suatu model matematik. Bentuk umum model LP itu adalah: Maksimumkan (minimumkan) n Z = Cjxj j=i dengan syarat: aij xj ( , =, ) bi, untuk semua i (i = 1, 2, .....m) semua xj 0 xj : banyaknya kegiatan j, dimana j = 1,2, .....n, berarti disini terdapat n variabel keputusan. Z : nilai fungsi tujuan Cj : sumbangan per unit kegiatan j, untuk mamaksimisasi Cj menunjukkan keuntungan atau penerimaan per unit.

19

bi : jumlah sumberdaya i (i = 1, 2, ......., m) berart terdapat m jenis sumberdaya. aij : banyaknya sumberdaya i yang dikonsumsi sumberdaya j. Untuk mencari solusi optimum yang memaksimumkan penerimaan Z, fungsi tujuannya harus juga digambarkan. Namun Z bukanlah suatu persamaan dari suatu garis lurus tunggal, tetapi merupakan keluarga garis lurus dengan bermacam-macam nilai Z. Nasendi dan Anwar, 1985. Metode analisis grafis suatu persoalan LP memfokuskan diri hanya pada perpotongan garis-garis dengan memakai pendekatan dua dimensi. Untuk persoalan LP yang lebih dari tiga dimensi, maka cara aljabar, khususnya alogaritma simplex yang ditempuh. Prosedur analisis grafis, ada empat langkah yang harus ditempuh jika melakukan cara analisis grafis untuk suatu permasalahan LP. Langkah-langkah tersebut adalah: Langkah pertama, merumuskan persoalan LP yang bersangkutan kedalam model matematika sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu model LP, yaitu harus ada fungsi tujuan, fungsi-fungsi kendala dan syarat non negatif. Langkah kedua, menggambarkan grafik dua dimensi yang menunjukkan dimensi dua peubah pengambil keputusan, Xi, untuk j = 1 dan 2. Kemudian tempatkan fungsi-fungsi kendala dalam grafik dua dimensi tersebut, sesuai dengan persamaan ketidaksamaannya. Langkah ketiga, menggambarkan fungsi tujuan, secara paralel sehingga menghasilkan apa yang disebut garis-garis isovernue, atau iso-profit. Kemudian dipilih garis mana yang menyinggung titik sudut optimum. Langkah keempat, untuk mengetahui berapa jumlahnya yang optimum tersebut dapay dianalisis melalui persamaan simultan. I. Kerangka Strategi Usaha Istilah strategi diambil dari bahasa Yunani yaitu strategos yang

mempunyai pengertian ilmu perencanaan dan pengerahan sumberdaya untuk operasi besar-besaran, melansir kekuatan pada posisi siap yang paling menguntungkan sebelum melakukan penyerangan terhadap lawan. Dalam bidang ekonomi dan manajemen, pengertian strategi bervariasi. Johnson &

20

Scholes (1997) dan Hutabarat & Huseini (2006) mendefinisikan strategis sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk memperoleh keunggulan melalui konfigurasi sumberdaya dalam lingkungan yang berubah-ubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi keharapan pihak yang

berkepentingan. Sementara Henry Mintzberg (1994) dan Hutabarat & Huseini (2006) mendefinisikan strategi sebagai 5 P yaitu : a) Strategi sebagai perspektif, dimana strategi dalam membentuk misi yang menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. b) c) Strategi sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing Strategi sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. d) Strategi sebagai pola kegiatan, dimana dalam suatu strategi dibentuk suatu pola yaitu umpan balik dan penyesuaian. e) Strategi sebagai penipuan (ploy) yaitu muslihat rahasia. Hamel dan Prahalad (1994) dan Umar (2001) mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat incremental, terus menerus dan dilakukan berdasarkan apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang. Strategi diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Strategi Generik (Generic Strategy), Strategi Utama (Grand Strategy) dan Strategi Fungsional. Strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan secara umum untuk mengungguli pesaing, yang akan ditindaklanjuti dengan strategi operasional yaitu strategi utama (Umar, 2000). Penjelasan lebih jauh seperti diuraikan dalam Tabel 4. Tabel 4.Strategi Generik dan Strategi Utama Fred R. David Strategi Generik (Generic Strategy) Strategi Integrasi (Integration Strategy) Strategi Intensif (Intensive Strategy) Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) Strategi Bertahan (Defensive Strategy)

Strategi Utama (Grand Strategy) Strategi Integrasi ke depan Strategi Integrasi ke belakang Strategi Integrasi horisontal Strategi Pengembangan Pasar Strategi Pengembangan Produk Strategi Penetrasi Pasar Strategi Diversifikasi Konsentrik Strategi Diversifikasi Konglomerat Strategi Diversifikasi Horisontal Strategi Usaha Patungan Strategi Penciutan Biaya Strategi Penciutan Usaha Strategi Likuidasi

Sumber: Metode Riset Bisnis, Husein Umar, 2002.

21

a.

Segmentasi Pasar (Segmenting) Pada dasarnya segmentasi pasar adalah suatu strategi yang didasarkan

pada falsafah manajemen pemasaran yang orientasinya pada konsumen. Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dengan penggunaan sumberdaya yang dimiliki secara lebih efektif dan efisien guna memberikan kepuasan bagi konsumen. Prinsip dari segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen. Berdasarkan definisi di atas diketahui bahwa pasar suatu produk tidaklah homogen, akan tetapi pada kenyataannya adalah heterogen. Ada empat ktiteria yang harus dipenuhi segmen pasar agar proses segmentasi pasar dapat dijalankan dengan efektif dan bermanfaat bagi perusahaan, yaitu: 1) Terukur (Measurable), artinya segmen pasar tersebut dapat diukur, baik besarnya, maupun luasnya serta daya beli segmen pasar tersebut. 2) Terjangkau (Accessible), artinya segmen pasar tersebut dapat dicapai sehingga dapat dilayani secara efektif. 3) 4) Cukup luas (Substantial), sehingga dapat menguntungkan bila dilayani. Dapat dilaksanakan (Actionable), sehingga semua program yang telah disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar itu dapat efektif. Dalam kegiatan bisnis, segmentasi pasar digunakan untuk mendisain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi yang efektif, menciptakan keunggulan dan

menganalisis perilaku konsumen. Segmentasi pasar dibagi dalam tiga kelompok yaitu : 1) Pemasaran segmen yaitu kelompok besar yang dapat diidentifikasikan dalam sebuah dengan perbedaan keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku membeli sehingga dapat dipisahkan beberapa segmen yang luas. 2) Pemasaran ceruk (niche) yaitu kelompok yang diidentifikasi secara lebih sempit dari segmen, yang merupakan sub-segmen atau kelompok yang memilih sekumpulan ciri berbeda tetapi mencari gabungan manfaat khusus. 3) Pemasaran individual yaitu tingkat segmentasi yang paling terperinci pada pemasaran secara individual atau sesuai dengan pesanan (costumized). Segmentasi pasar dapat dilakukan melalui dua cara yaitu segmentasi yang dilakukan sebelum produk diluncurkan ke pasar (segmentasi apriori) dan

22

segmentasi yang dilakukan setelah produk beredar di pasar (segmentasi posthoc). Purnama (2002) menjelaskan adalah bahwa variabel dalam melakukan demografis,

segmentasi

pasar

konsumen

segmentasi

geografis,

psikologis dan perilaku konsumen. Sedangkan variabel dalam melakukan segmentasi pasar bisnis demografis, operasional, pendekatan pembelian, situasi dan karakteristik pribadi. b. Penentuan Target Pasar ( Targeting) Targeting merupakan suatu kegiatan dalam pemasaran yang berisi menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Dalam menentukan segmen pasar yang akan dimasuki, maka langkah yang pertama adalah menghitung dan menilai potensi profit yang akan didapat dari berbagai segmen yang ada. Tujuan utama penentuan pasar target (targeting) adalah untuk menghindari kerugian-kerugian yang bakal terjadi dalam kegiatan pemasaran, atau paling tidak menguranginya sekecil mungkin. Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan pasar sasaran (targeting) adalah ukuran dan potensi pertumbuhan segmen, karakteristik struktural segmen, dan kesesuaian produk dan

pasar/product market fit (Chandra 2002). c. Penempatan produk ( Product Positioning) Menurut Kotler (2001), positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi yang terbedakan di antara pesaing dalam benak pelanggan sasaran. Hasil akhir penentuan dari positioning adalah keberhasilan penciptaan suatu usulan nilai yang terfokus pada pasar. Penempatan posisi produk ( product positioning) adalah bagaimana cara produk, merek atau organisasi perusahaan dipersepsikan secara relatif dibandingkan dengan para pesaingnya oleh pelanggan saat ini atau calon pelanggan (Chandra, 2002). Secara garis besar positioning terdiri atas tiga hal utama yaitu : 1) Pemilihan konsep positioning 2) Perancangan dimensi atau fitur yang paling efektif dalam

mengkomunikasikan positioning. 3) Mengkoordinasikan dengan bauran pemasaran untuk menyampaikan pesan yang konsisten. Banyak ahli pemasaran menyarankan agar mempromosikan produk hanya satu manfaat sentral. Penentuan posisi nomor satu yang paling umum dipromosikan adalah kualitas terbaik, pelayanan terbaik, harga termurah, nilai

23

terbaik, paling aman, paling cepat, dan teknologi paling maju. Penekanan terhadap salah satu penentuan posisi produk dan menyampaikannya dengan penuh keyakinan, memungkinkan perusahaan tersebut akan selalu diingat dan terkenal karena kekuatan yang dimiliki. Kotler (2001) menjelaskan ada beberapa strategi penentuan posisi bagi suatu perusahaan, yaitu: 1) Penentuan posisi menurut atribut, yaitu terjadi bila suatu perusahaan memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaannya. 2) Penentuan posisi menurut manfaat, yaitu produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu. 3) Penentuan posisi menurut penggunaan/penerapan, yaitu suatu perusahaan memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/ penerapan. 4) Penentuan posisi menurut pemakai yaitu perusahaan dapat memposisikan produk sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai. 5) Penentuan posisi menurut pesaing yaitu produk memposisikan diri sebagai lebih baik dari pesaing yang disebutkan namanya atau yang tersirat. 6) Penentuan posisi menurut kategori produk yaitu produk diposisikan sebagai pemimpin di suatu kategori produk. Kotler (2001) juga mengatakan bahwa saat perusahaan menambah jumlah pengakuan terhadap manfaat merek mereka, maka mereka juga menghadapi risiko ketidakpercayaan dan kehilangan penentuan posisi yang jelas. Secara umum, perusahaan harus menghindari empat hal utama dalam penentuan positioning : 1) Penentuan positioning yang kurang (underpositioning) Pembeli tidak benar-benar merasakan sesuatu yang khusus tentang produk yang ditawarkan dan dianggap hanya sekedar pendatang baru di pasar. 2) Penentuan positioning yang berlebihan (overpositioning) Pembeli mungkin memiliki citra yang terlalu sempit terhadap produk yang ditawarkan. 3) Penentuan positioning yang membingungkan (confused positioning) Pembeli mungkin memiliki citra yang membingungkan tentang produk yang ditawarkan karena perusahaan terlalu banyak membuat pengakuan atau terlalu sering mengubah positioning produk. 4) Penentuan positioning yang meragukan (doubtful positioning)

24

Pembeli mungkin sukar mempercayai pengakuan dari suatu merek karena pengaruh harga, ciri khusus, atau perusahaan pembuat produk itu. Strategi positioning yang ditentukan oleh perusahaan harus

dikomunikasikan secara efektif baik secara visual maupun secara tulisan. Misalnya perusahaan memilih posisi sebagai terbaik dalam mutu, maka mutu perlu dikomunikasikan dengan memilih tanda atau petunjuk fisik yang umumnya berkaitan dengan penilaian mutu. Harga yang mahal biasanya identik dengan produk yang bermutu tinggi. d. Bauran Pemasaran Pemasaran dapat diartikan, selain yang telah didefinisikan di atas, sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan individu dan organisasi (Chandra, 2002). Dalam implementasinya, organisasi perusahaan atau individu menggunakan serangkaian alat pemasaran yang dikenal dengan Bauran Pemasaran (Maketing Mix). Marketing mix merupakan kombinasi variabel-variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasaran. Stanton (1986) mendefinisikan marketing mix adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi yang disebut Four P's yaitu : 1) Produk/Jasa (Product) Terdiri atas variasi produk/ jasa, kualitas, kuantitas, desain, fitur, merek, kemasan, ukuran, layanan dan garansi. Produk merupakan elemen yang paling penting, karena dengan produk inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi "kebutuhan dan keinginan" konsumen. 2) Harga (Price) Terdiri atas harga katalog, diskon, potongan khusus, periode pembayaran, dan persyaratan kredit. 3) Tempat/Saluran Distribusi (Place) Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen dan menetapkan harga yang layak, tahap selanjutnya adalah menentukan metode penyampaian produk/jasa tersebut ke konsumen/pasar. Pengertian tempat dalam kontek marketing mix tidak hanya merupakan

25

pengertian secara fisik tetapi tempat atau keberadaan produk yang mudah didapat oleh konsumen baik di suatu took, distributor, atau jaringan pemasaran lainnya. Semakin mudah tempat/ keberadaan suatu produk akan sangat mudah dilihat, diingat dan diputuskan untuk memilihnya. 4) Promosi (Promotion) Aspek ini berhubungan erat dengan berbagai kegiatan untuk memberikan informasi tentang produk/jasa yang ditawarkan yang meliputi antara lain kegiatan periklanan (advertising), penjualan pribadi (Personal Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas (Publicity). J. Analisis Strategi Usaha

Dalam penerapan suatu strategi usaha, keberhasilan suatu stategi yang diterapkan sangat bergantung pada hasil analisis faktor internal dan eksternal perusahaan saat ini. Untuk menghasilkan suatu hasil analisis yang optimal diperlukan alat-alat analisis antara lain : a. Analisis Eksternal Analisis Eksternal merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang berada di luar organisasi/perusahaan dan tidak dapat dikontrol oleh organisasi tersebut. Tujuan dari Analisis Eksternal ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi menjadi peluang dan ancaman terhadap organisasi. Secara umum faktor-faktor eksternal dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut : 1) Faktor politik, hukum dan pemerintahan, merupakan faktor eksternal yang berupa kebijakan-kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat yang dikeluarkan dalam bentuk peraturan, undangundang, atau himbauan yang dapat mempengaruhi organisasi. 2) Faktor ekonomi, merupakan faktor eksternal yang berkaitan dengan bidang ekonomi yang dapat mempengaruhi suatu organisasi seperti suku bunga kredit, ketersediaan kredit, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, tingkat penghasilan dan sebagainya. 3) Faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan, merupakan faktor eksternal yang berkaitan dengan bidang sosial, budaya, demografi dan lingkungan yang dapat memberikan dampak terhadap produk, jasa, pasar dan pelanggan.

26

4) Faktor teknologi, merupakan faktor eksternal yang berkaitan dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi melalui perubahan atau

penemuan baru yang dapat mempengaruhi organisasi. Untuk melihat faktor-faktor yang merupakan peluang/ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan probabilitas terjadinya peluang/ancaman dengan kategori Rendah, Sedang atau Tinggi. 2) Menilai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh peluang/ancaman tersebut dengan kategori Rendah, Sedang atau Tinggi. 3) Mengidentifikasi problem yang mungkin timbul terhadap manajemen akibat peluang/ancaman yang memiliki probabilitas tinggi dan dampak yang juga tinggi. 4) Menilai urgensi terhadap perusahaan dari seberapa besar dampak pada kelangsungan perusahaan dan kapan akan dialami oleh perusahaan. 5) Menetapkan isu strategik eksternal. Isu strategik eksternal ditetapkan dari penilaian terhadap peluang/ancaman yang probabilitasnya tinggi dan dampaknya tinggi serta akan dialami oleh perusahaan dalam waktu dekat. 6) Menetapkan key performance indicator (KPI) sebagai alat untuk mengukur isu strategik eksternal. 7) Melakukan inisiatif strategik berikut target dan program yang akan dilakukan. Untuk memudahkan dalam evaluasi, langkah-langkah tersebut di atas dapat disederhanakan dalam bentuk Tabel 5. seperti tersaji dibawah ini. b. Analisis Internal Analisis Internal adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap seluruh aspek yang berada di dalam organisasi dan dapat dikontrol sepenuhnya oleh organisasi tersebut. Analisis Internal bertujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan dari suatu organisasi/perusahaan. Untuk melihat aspek-aspek yang merupakan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan, maka dilakukan analisis yang akurat terhadap

parameter-parameter kunci dalam organisasi sebagai berikut : 1) Key Result Area Key Result Area merupakan kinerja pokok yang dituntut dari suatu organisasi atau bidang yang harus dikelola dengan baik karena hasilnya akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Drucker,

27

1993). Lebih lanjut Drucker (1993) mengemukakan bahwa Key Result Area dari suatu perusahaan terdiri atas : a) Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba buat perusahaan. b) Produktivitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa buat konsumen. c) Pengelolaan Dana, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang mampu menghasilkan pengembalian (return) yang baik. d) Kedudukan Pasar, yaitu posisi perusahaan dalam persaingan

dibandingkan dengan pesaing dalam produk yang sejenis. e) Pengembangan Organisasi, Sarana dan Prasarana, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengembangkan organisasi dan fasilitas yang dimiliki. f) Pengembangan Sumberdaya Manusia, yaitu kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kualitas dan potensi dari sumberdaya manusia yang dimiliki. g) Inovasi dan Pembaruan, yaitu kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi dan pembaruan baik dalam bentuk produk maupun proses produksi. h) Tanggung Jawab Sosial, yaitu kemampuan perusahaan dalam

menjalankan peran dalam bidang sosial dan kemasyarakatan.

2)

Functional Management Functional Management merupakan penilaian terhadap kinerja dari

manajemen yang terdiri atas : a) Kinerja keuangan, yaitu penilaian terhadap segala hal yang berhubungan dengan aspek keuangan mulai pendapatan, keuntungan sampai dengan persediaan. b) Kinerja pemasaran, yaitu penilaian terhadap segala hal yang

berhubungan dengan aspek pemasaran mulai dari tingkat penjualan sampai dengan promosi. c) Kinerja operasional, yaitu penilaian terhadap segala hal yang

berhubungan dengan aspek operasional mulai dari sumberdaya manusia sampai dengan tingkat efisiensi proses produksi.

28

K. Identifikasi Posisi Perusahaan Membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi perusahaan sebaiknya dilakukan setelah perusahaan mengetahui terlebih dahulu posisi perusahaan untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan. Posisi perusahaan dapat dikelompokan dalam 4 kuadran, yaitu: kuadran I, II, III dan IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai adalah strategi agresif, kuadran II strategi diversivikasi, kuadran III strategi turn around dan kuadran IV strategi devensif, seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi

Dengan mengetahui posisi perusahaan pada kuadran tepat maka perusahaan dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat, yaitu: 1) Jika posisi perusahaan berada pada kuadran I maka menandakan bahwa situasi ini sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan untuk perusahaan yang berada pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

29

2) Perusahaan yang bedara pada kuadran II berarti perusahaan mengahdapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. 3) Perusahaan yang berada pada kuadran II menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai peluang yang sangat besar, tetapi dipihak lain perusahaan memiliki kelemahan internal. Fokus yang harus diambil oleh perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. 4) Posisi perusahaan pada kuadran IV menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana selain perusahaan menghadapi berbagai ancaman juga menghadapi kelemahan internal. L. Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil Analisis Eksternal, Analisis Internal dan pengkajian terhadap nilai-nilai manajerial. Analisis SWOT pada model manajemen strategis dari Fred R. David yaitu analisis yang umum digunakan dalam merumuskan strategi yang dapat diambil oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Analisis ini terdiri atas tahapan antara lain: 1) Tahapan masukan (Input Stage) Menggabungkan hasil Analisis Internal dan Eksternal untuk mendapatkan kondisi perusahaan secara utuh dan menyeluruh yang mencakup kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) perusahaan itu sendiri serta peluang (oportunity) dan ancaman (treath) dari pihak luar. 2) Tahap mencocokan (Matching Stage) Membandingkan dan mencocokan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) internal perusahaan dengan peluang (oportunity) dan ancaman (treath) dari pihak luar. Kemudian menyusun strategi-strategi yang dapat dikembangkan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan. 3) Tahap keputusan (Decision Stage) Membahas strategi pemasaran yang cocok dengan karakter produk dari hasil analisis dan membandingkan dengan alternatif strategi lain yang sesuai. Kemudian memetakan faktor internal dan eksternal. Hunger & Wheelen

30

(2003)

menyatakan

bahwa

Analisis

SWOT

harus

mengidentifikasi

kompetensi langka (distinctive competence) perusahaan yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan serta metode unggul yang digunakan. Kompetensi langka sering juga dikatakan sebagai kapabilitas inti (core capability) yaitu kapabilitas yang secara strategis membuat sebuah perusahaan berbeda. Tabel 5. Matrik Analisis Strategi Pemasaran (SWOT) Kekuatan (Strengths) Strategi SO: Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Menggunakan kekuatan internal untuk meraih keuntungan dari peluang eksternal Strategi ST : Menggunakan kekuatan internal untuk menghindari/ mengurangi pengaruh/ ancaman eksternal Kelemahan (Seakness) Strategi WO : Mengurangi kelemahan internal dengan meraih keun-tungan dari peluang eksternal Strategi WT : Mengarahkan taktik bertahan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan

Sumber : Manajemen Strategis, J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003, 231.

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis produk olahan ikan apa yang dapat diunggulkan untuk medapatkan keuntungan maksimal pada PT XP melalui jumlah penjualan lima jenis produk yang dihasilkan. Jumlah penjualan produk yang tertinggi dilanjutkan dengan melakukan perhitungan berapa jumlah produksi optimum dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada, seperti jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, jenis peralatan dan waktu yang dibutuhkan dalam proses. Menghitung rasio keuntungan perusahaan sebagaimana yang sudah berjalan saat ini yang mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan (Umar, 2001). Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) digunakan untuk menentukan urutan proiritas peringkat produk alternative, keputusan yang akan diambil dengan kriteria jamak. Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial (Marimin, 2004). Konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan. Kebutuhan (needs) manusia adalah pernyataan dari perasaan kekurangan. Keinginan (wants) adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang. Manusia memiliki keinginan yang hampir tidak terbatas tetapi hanya memiliki sumber daya yang terbatas. Jadi mereka memilih produk yang memberi nilai dan kepuasan terbesar dari uang mereka. Ketika didukung oleh daya beli, keinginan menjadi permintaan (demands) (Kotler, 2001). Dalam mengevaluasi terhadap profil perusahaan dilihat faktor internal

dengan matriks IFE (internal factors evaluation) serta terhadap faktor-faktor eksternal dengan matriks EFE (external factors evaluation), untuk memperoleh kondisi perusahaan juga dilakukan analisis keadaan perusahaan dengan

menggunakan matriks SWOT, adalah singkatan dari kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) di dalam suatu lungkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Analisis menggunakan program linier (LP) bertujuan untuk menghitung berapa keuntungan maksimum perusahaan atau untuk meminimumkan biaya produksi. Masalah keputusan yang sering dihadapi adalah alokasi optimum sumberdaya. Sumberdaya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Dalam mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumberdaya itu. Hasil yang diinginkan ditunjukan dengan maksimisasi dari beberapa ukuran seperti keuntungan (profit), penjualan dan kesejahteraan atau minimisasi seperti pada biaya, waktu dan jarak (Mulyono, 2004). Hasil kajian diharapkan akan dapat menghasilkan kebijakan perusahaan yang tepat untuk menentukan dari jenis produk apa yang akan di produksi secara optimal untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal, dengan pertimbangan keterbatasan/kendala yang ada pada perusahaan dan mencermati strategi pemasaran yang tepat untuk pemasaran produk. Secara garis besar dalam kerangka berfikir dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. B. Metode Kajian

1. Metode Kajian dalam penelitian optimasi produksi dan strategi usaha ini dilakukan terhadap PT XP yang bergerak pada bidang usaha pengolahan fish jelly produk, dengan menggunakan metode survey. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Aspek kajian yang dianalisis mencakup kondisi internal dan eksternal pada PT XP, yang merupakan studi kasus karena

membahas sekumpulan issue yang ada hanya di satu perusahaan. Dalam kajian optimasi produksi dan strategi pemasaran pada usaha produk fish jellly di PT XP dilakukan beberapa metode pengamatan, yaitu: a. Mengumpulkan data produksi, data penjualan dan nilai penjualan tiap bulan sejak operasi Desember 2007 sampai Nopember 2008 untuk kelima jenis produk fish jelly.

33

SURIMI

FISH JELLY PRODUCT

Bakso Ikan

Otak-otak Ikan

Sosis Ikan

Kaki Naga Ikan

Fish Finger

PRODUK UNGGULAN

OPTIMASI PRODUKSI

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KEUNTUNGAN MAKSIMAL

Gambar 9. Kerangka Berpikir Dalam Pelaksanaan Penelitian b. Mengitung menghitung Profitabilitas. c. Menentukan produk yang diunggulkan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). d. Menentukan jumlah produksi optimum untuk dua jenis produk yang diunggulkan dengan metode Linier Program (LP) untuk memperoleh keuntungan maksimal. e. Menentukan strategi pemasaran produk kedepan dengan mengevaluasi Harga Pokok Produksi masing-masing jenis produk dan Rasio

keuntungan/kerugian

perusahaan

dengan

Analisis

Analisis SWOT, mempertimbangkan faktor eksternal dan internal perusahaan dengan metode Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor

34

Evaluation (IFE) dan skor tertimbang dalam matriks eksternal dan Internal (EI). 2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan responden penelitian, yaitu pemilik perusahaan, asosiasi pengolah hasil perikanan dan instansi terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur berupa buku teks, jurnal, hasil penelitian dan dokumentasi yang dimiliki oleh perusahaan serta datadata publikasi dari perusahaan dan institusi terkait. Daftar isian pertanyaan

digunakan untuk menuntun pengumpulan data-data yang diperlukan, dapat dilihat pada Lampiran 1. 3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik observasi langsung di lapangan, wawancara, dan pemberian kuisioner. Responden adalah manajemen dan beberapa pegawai PT XP sebagai pengurus dan pelaksana dalam kegiatan usaha. Wawancara dan kuisioner dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan serta penentuan bobot dan peringkat untuk masing-masing jenis produk olahan ikan yang dihasilkan. Untuk data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan analisis data yang relevan dengan penelitian.

C. Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan meliputi: 1. Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.

35

Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut:

m Total nilai (TNi) = (RKij) TKKj


j=1

dengan: TNi RK ij TKKj n m = Total nilai alternatif ke-i = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat = jumlah pilihan keputusan = jumlah kriteria keputusan

Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial (Marimin, 2004). Produk yang potensial untuk diinvestasikan tentunya produk yang mempunyai nilai tinggi untuk setiap kriteria. Penilaian alternatif pada setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1 9, seperti terlihat apada Tabel 6. Tabel 6. Penilaian Alternatif Produk Fish Jelly No Kriteria Bobot Bi 1 2 3 4 5 6 7 Potensi pasar Kondisi bahan baku Nilai tambah produk Daya serap tenaga kerja Teknologi yang sudah dipakai Kondisi sosial budaya Dampak terhadap lingkungan 9 8 6 7 5 7 5 Nilai Alternatif Produk Oi Kni Si FF

Keterangan: Bi=bakso ikan; Oi=otak-otak ikan; Kni= kakinaga ikan; Si=sosis ikan; FF=fish fingger

36

2. Analisis Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari setiap penjualan yang dilakukan. Aspek yang akan ditelaah adalah: a. Margin laba kotor, mencerminkan mark up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.

Laba kotor Margin laba kotor = -----------------------Penjualan bersih b. Margin laba besih, mencerminkan kemampuan manajemen untuk

menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha, beban lain-lain dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.

Laba bersih Margin laba bersih = ---------------------Penjualan bersih

3. Analisis Program Liner (Linier Programing)

Masalah keputusan yang sering dihadapi adalah alokasi optimum sumberdaya. Sumberdaya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Dalam mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumberdaya itu. Hasil yang diinginkan ditunjukan dengan maksimisasi dari beberapa ukuran seperti keuntungan (profit), penjualan dan kesejahteraan atau minimisasi seperti pada biaya, waktu dan jarak (Mulyono, 2004). Dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah bagaimana menentukan jumlah produk unggulan yang harus diproduksi agar memperoleh keuntungan maksimum. Dalam kasus yang ada pada PT XP adalah dengan, menentukan :

37

a. Variabel keputusan Dua variabel dalam masalah ini adalah berapa jumlah yang diunggulkan yaitu produk kaki naga ikan dan sosis ikan. Sebagai produk unggulan produk X1, dan X2,. b. Fungsi tujuan Tujuan dari masalah kombinasi produk adalah untuk memaksimumkan penerimaan total. Jelas penerimaan total adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari produk yang diunggulkan. Penerimaan dari produk yang diunggulkan adalah perkalian antara jumlah produk (X1,dan X2) misalkan dengan harga per unit (4, dan 5). Sehingga penerimaan total Z, dituliskan sebagai: Z = 4X1 + 5bX2 c. Sistem kendala Kendala yang ada adalah jumlah buruh dan bahan baku yang terbatas, misalkan masing-masing produk membutuhkan baik buruh maupun bahan baku. 1). Kendala buruh Bagi produk 1 buruh yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap unit adalah misalkan 8 jam, sehingga buruh yang dibutuhkan untuk produk 1 adalah 8X1, demikian juga untuk produk 2. Misalkan 8X1 dan 7X2 Dengan jumlah jam buruh yang tersedia adalah 240. Sehingga, kendala buruh dapat dituliskan sebagai: 8X1 + 7X2 < 240 2). Kendala bahan baku Kendala bahan baku dirumuskan dengan cara yang sama. Misalkan produk 1 membutuhkan 4 kg per unit dan produk 2 membutuhkan 6 kg per unit. Karena terdapat 1000 kg bahan baku maka kendala ini dapat dituliskan sebagai: 4X1 + 6X2 < 1000 Pembatasan juga dibatasi untuk masing-masing variabel hanya pada nilai positif, karena akan tidak masuk akal untuk menghasilkan jumlah produk yang negatif. Kendala-kendala ini dinamakan non-negativity constraints dan secara matematika dituliskan sebagai: X1 > 0 dan X2 0 Sehingga masalah Program Linier yang lengkap dapat diringkas sebagai suatu model matematika, adalah

38

Memaksimumkan penerimaan Z = 4X1 + 5bX2 Dengan syarat kendala : 8X1 + 7X2 < 240 4X1 + 6X2 < 1000 X1, X2, 0 Dengan mencari solusi dengan model ini untuk variabel X1 dan X2 yang optimum penerimaan total Z akan dimaksimumkan. 4. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal, mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan kemudian dilakukan pembobotan. Matriks IFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal, mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan kemudian dilakukan pembobotan. Pembobotan dapat dilihat seperti pada Tabel 7. untuk evaluasi faktor eksternal dan Tabel 8. untuk faktor internal. Tabel 7. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Faktor Strategi Eksternal Peluang : Bobot Rating Skor

1 sampai 10 Ancaman : 1 sampai 10 Total

Tabel 8. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) Faktor Strategi Internal Kekuatan 1sampai 10 Kelemahan : 1 sampai 10 Total Sumber : David (2002) : Bobot Rating Skor

39

Tahapan-tahapan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal dan internal dalam matriks EFE dan IFE sebagai berikut : a. Pada kolom 1, tentukan faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman serta faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan. b. Pada kolom 2, beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1.0 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1.00). c. Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada manajemen perusahaan dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnier dan Taylor, 1991). Penilaian dilakukan dengan meberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = jika indikator horizontal kurang penting dari pada indkator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dari pada indkator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting dari pada indkator vertikal Indikator horizontal dan indikator vertikal adalah variabel-variabel kekuatan dan kelemahan pada faktor eksternal. Metode ini membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengelolaan dan pemasaran produk fish jelly. Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah. Perbandingan berpasangan merupakan kuantifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau perbandingan yang disekalakan secara berpasangan. Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

40

Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Metode Matriks Banding Berpasangan Faktor Strategis Eksternal F1 F2 F3 F4 F .. Total Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Metode Matriks Banding Berpasangan Faktor Strategis Internal F1 F2 F3 F4 F .. Total F1 F2 F3 F4 F ... Bobot F1 F2 F3 F4 F ... Bobot

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991).

Xi ai = --------------n

i
i=1

dimana : ai Xi i n = bobot variabel ke-i = nilai variabel ke-i = 1,2,3, n = jumlah variabel

d. Pada kolom tiga matriks EFE dan IFE diberikan rating. Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan

41

terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi perusahaan. Pada EFE untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab masing-masing variabel-variabel tersebut digunakan sesuai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3 dan 4.

Pemberian nilai rating pada matriks EFE untuk faktor peluang dan ancaman, yaitu : 1 = jawaban jelek 3 = jawaban di atas rata-rata 2 = jawaban rata-rata 4 = jawaban superior

Penentuan rating pada matriks IFE untuk faktor kelemahan dan kekuatan, yaitu : 1 = kelemahan utama 3 = kekuatan kecil 2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan utama

Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor sehingga menghasilkan skor. Total skor pembobotan diperoleh dari semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan anlisa situasi perusahaan dalam matriks. e. Pada kolom 4, kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh nilai bobot (skor) masing-masing variabel. Selanjutnya total skor pembobotan diperoleh dari semua hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara vertikal. f. Jumlahkan nilai yang dibobot setiap variabel untuk menentukan total nilai yang dibobot bagi perusahaan. 5. Analisis Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan Internal (IFE) Evaluasi faktor eksternal dan internal dilakukan pada matriks EFE dan IFE untuk memperoleh nilai total skor dari faktor ekternal dan internal perusahaan. Total skor EFE dipetakan pada sumbu matriks vertikal sedangkan total skor IFE ditunjukkan pada sumbu horizontal berupa peluang, kekuatan, kelemahan atau ancaman. Nillai skor ekternal dan internal dipertemukan sehingga akan memperoleh posisi sesuai dengan nilai skor pada salah satu dari

42

4 kuadran yang ada, yaitu: kuadran I, II, III dan IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai adalah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turn around dan kuadran IV strategi devensif (R. David, 2002).

5. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats)

SWOT

adalah

singkatan

dari

kekuatan

(strengths),

kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) di dalam suatu lungkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka (Pearce dan Robinson, 1997). Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai kekuatan yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil. Penjabaran dari komponen analisis SWOT adalah sebagai berikut. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan organisasi suatu perusahaan. Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi sumber terbaik, perubahan pada situasi regulasi, perubahan teknologi dapat memberikan peluang bagi organisasi. Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan

43

organisasi atau perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi keadaan sekarang dan keadaan yang diinginkan dimasa datang. Kekuatan adalah sumberdaya, ketrampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh organisasi atau perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive copetence) yang memberikan keunggulan komperatif (comperative advantage) bagi suatu organisasi. Kekuatan dapat terkandung pada sumberdaya keuangan, citra dan faktor-faktor lainnya. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif suatu organisasi. Fasilitas, sumberdaya keuangan dan kapabilitas manajemen kesemuanya dapat menjadi kelemahan. Analisis SWOT dapat dipergunakan dengan berbagai cara untuk membantu analisis strategi. Cara yang paling baik adalah memanfaatkannya sebagai kerangka acuan logis yang mendomani perubahan sistematik tentang situasi organisasi dan alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan. Sebagai hasilnya analisis ini memberikan kerangka yang dinamik dan bermanfaat untuk analisis strategik. Secara keseluruhan, analisis SWOT menunjukan peran penting dari identifikasi kekuatan dan kelemahan intern dalam pencarian strategi efektif oleh para manajer (pemegang keputusan). Pencocokan yang cermat antara kekuatan dan kelemahan merupakan inti dari formulasi strategi yang tepat. Secara sederhana diagram analisis SWOT disajikan pada Tabel 7. Sel 1 Strategi pertumbuhan, menunjukkan sistuasi yang paling disukai suatu organisasi. Organisasi menghadapi beberapa peluang tersebut. Situasi ini menyarankan strategi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth oriented strategy) untuk memanfaatkan situasi yang menguntungkan ini. Sel 2 Strategi diversifikasi, adalah kondisi organisasi dengan kekuatankekuatan tertentu menghadapi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dalam situasi ini strateginya akan memanfaatkan kekuatan untuk memaksimalkan peluang-peluang. Sel 3 Berbenah diri, adalah kondisi dimana organisasi menghadapi peluang yang impresif tetapi dikendalai oleh kelemahan-kelemahan internal sehingga fokus strateginya adalah meniadakan/memperbaiki kendala internal untuk mengefektifkan peluang yang ada.

44

Tabel 11. Contoh Matriks Analisis SWOT Faktor Internal Kekuatan (Strength) : Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) : Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 . Strategi Diversifikasi (S T) Sel 2 Strategi Defensif (W T) Sel 4 Strategi Pertumbuhan (S O) Sel 1 Strategi Berbenah diri (W O) Sel 3 Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 .. Kelemahan (Weakness) : Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 ..

Ancaman (Threats) : Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 .

Sumber : Pearce dan Robinson (1997) Sel 4 Strategi defensif, adalah kondisi yang paling tidak disukai suatu organisasi. Organisasi menghadapi ancaman lingkungan yang besar dan kelemahan internal yang kritis sehingga fokus starteginya adalah dengan memperbaiki kelemahan untuk menghadapi ancaman lingkungan.

D. Tahapan Survei dan Penelitian

1. Mengumpulkan data Untuk mengetahui kondisi lingkungan internal PT XP (aspek yuridis, manajemen, keuangan, SDM, Pemasaran dan Operasional) dan kondisi internal, dilakukan wawancara langsung dengan pemilik dan atau pengurus perusahaan serta mempelajari dokumen-dokumen terkait seperti laporan keuangan, dokumen yuridis. Untuk mengetahui faktor lingkungan eksternal terutama lingkungan industri dilakukan wawancara dan pengumpulan data dari Asosiasi Pengusaha Pengolah

45

Ikan dan atau Instansi Pemerintah terkait, sedangkan untuk faktor lingkungan dan bersifat makro dilakukan dengan studi literatur seperti aspek perekonomian, sosial, politik, lingkungan.dan teknologi. 2. Menganalisis Data a. Menganalisis produk unggulan dari kelima jenis produk yang dihasilkan, dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). b. Menganalisis jumlah produksi optimum jenis produk unggulan agar diperoleh keuntungan maksimal dengan mempertimbangkan kendala yang ada, dengan menggunakan analisis Program Linier (PL). c. Mengevaluasi faktor ekternal dan internal dengan analisis EFE dan IFE serta pertimbangan analisis SWOT dalam menentukan strategi pengembangan usaha pengolahan produk fish jelly.

46

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Kondisi Umum Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah Departemen Kelautan dan

Perikanan memiliki 12 kantor cabang perwakilan yang tersebar diseluruh Indonesia dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usaha dibidang perikanan, diantaranya adalah: 1. Kantor cabang Sorong dengan proiritas usaha pada processing, cold storage, docking dan maintenance kapal ikan. 2. Kantor cabang Pulau Bacan (Halmahera) dengan prioritas usaha pada processing, cold storage. 3. Kantor cabang Ambon dengan prioritas usaha pada processing, cold storage, docking dan maintenance kapal ikan. 4. Kantor cabang Gorontalo dengan prioritas usaha pada processing dan cold storage. 5. Kantor cabang Bitung dengan prioritas usaha pada processing, cold storage, docking dan maintenance kapal ikan. 6. Kantor cabang Makasar dengan prioritas usaha pada processing, cold storage, docking dan maintenance kapal ikan. 7. Kantor cabang Benoa (Bali) dengan prioritas usaha pada processing, cold storage, nautical, docking dan maintenance kapal ikan. 8. Kantor cabang Surabaya dengan prioritas usaha pada docking dan maintenance kapal ikan. 9. Kantor cabang Tegal-pekalongan dengan prioritas usaha pada processing, cold storage, docking dan maintenance kapal ikan. 10. Kantor cabang Padang dengan prioritas usaha pada processing, cold

storage, docking dan maintenance kapal ikan. 11. Kantor cabang Sabang dengan prioritas usaha pada processing, cold

storage, docking dan maintenance kapal ikan. 12. Kantor cabang Jakarta dengan prioritas usaha pada processing, cold

storage, docking dan maintenance kapal ikan.

PT XP merupakan bagian dari perusahaan kantor cabang Jakarta yang bernaung pada Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) dibawah Departemen Kelautan dan Perikanan. Lokasi perusahan tepatnya di jalan Raya Lodan No.1 Jakarta Utara 14440. Kantor pusat beralamat di jalan KH Hasyim Ashari No.17 A Jakarta Pusat. Kegiatan usaha pengolahan fish jelly produk yaitu usaha Usaha yang dilakukan

pengolahan makanan berbahan baku surimi/ikan.

merupakan alih usaha yang pernah dilakukan sebelumnya berupa usaha pembekuan ikan pada tahun 1990. Berdirinya perusahaan PT XP pada tahun 2007 berawal dari usaha untuk memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada sebelumnya dengan membuka usaha baru pengolahan produk fish jelly berupa pengolahan untuk produk Bakso ikan, Otak-otak ikan, Kaki naga, Sosis ikan dan Fish Finger. Perusahaan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 10.000 m yang didalamnya sudah ada bangunan kantor sebagai bangunan utama, bangunan pabrik sebagai unit pengolahan dan beberapa gudang disekitarnya. Bangunan yang ada merupakan bangunan peninggalan yang sudah ada sebelumnya. PT XP mulai beroperasi dalam usaha pengolahan produk olahan berbahan baku ikan (Fish jelly) pada awal bulan Desember tahun 2007 dengan memanfaatkan sarana unit pengolahan yang sudah ada seperti ruang penyimpanan beku (Cold Storage) dan unit pembekuan (Air Blast Freezer). Saat ini PT XP baru mampu menghasilkan lima jenis produk utama olahan ikan. Produksi perharinya masing-masing untuk bakso ikan dan otak-otak ikan 500600 kg, kaki naga 300 kg, sosis ikan 100 200 kg dan fish finger 100-200 kg. Dalam berproduksi perusahaan menyesuaikan dengan permintaan pasar dan peluang produksi fish jelly dapat dikembangkan menjadi 1 ton perhari sesuai dengan kapasitas terpasang yang ada. Adapun beberapa kebijakan kantor pusat untuk kantor cabang PT XP adalah dengan diberikan dana investasi dan modal kerja untuk menunjang kegiatan pengolahan produk fish jelly. Visi, misi dan moto kerja yang menjadi dasar etika bekerja PT XP.juga dicanangkan dari kantor pusat. 1. Investasi Investasi yang dikeluarkan dari BUMN Departemen Kelautan dan Perikanan untuk PT XP sebesar Rp 85.000.000 yang digunakan untuk pembelian peralatan tambahan yang diperlukan diantaranya adalah : mesin

48

penggiling daging, mesin pembuat sosis, mesin pencetak bakso, grinder, kompor gas, tabung gas, meja stainless, dan lain-lain. 2. Modal Kerja Modal kerja yang disediakan oleh pusat BUMN Departemen Kelautan dan Perikanan sebesar Rp. 130.000.000 diberikan untuk kebutuhan tiap dua bulan yang berarti Rp. 65.000.000 perbulan atau Rp. 780.000.000 dalam satu tahun. Modal kerja dipergunakan untuk kebutuhan mulai dari pembelian bahan baku berupa surimi, tetelan ikan, bumbu-bumbu, master karton, label, kantong plastik, pembayaran tagihan listrik, tagihan telepon dan biaya distribusi produk akhir ke pasaran. 3. Visi, Misi, Moto dan Budaya Kerja Perusahaan Visi: Menjadikan BUMN yang tangguh dengan berdaya saing global, menguntungkan dan berkelanjutan. Misi: Pengembangan agen pembangunan pemerintah yang berbasis usaha perikanan dengan melibatkan masyarakat dan pengusaha. Revitalisasi sarana perusahaan dengan organisasi dan sumberdaya manusia yang profesional. Meningkatkan keuntungan perusahaan untuk kontribusi penerimaan negara dan kesejahteraan karyawan. Memperkokoh komitmen dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta lembaga keuangan. Penerapan tata kelola perusahaan yang bersih dan transparan. Moto: Cepat menciptakan keuntungan/uang (Speed to make money). Budaya Kerja: Religius, kewirausahaan, kerja kelompok (team work), dipercaya (trust), cepat (speed). 1. Struktur Organisasi Perusahaan PT XP merupakan cabang usaha yang bernaung dibawah Badan Usaha Milik Negara dengan melibatkan pegawai negeri sipil yang dipekerjakan pada beberapa bagian di perusahaan tersebut, seperti pada penanggung jawab Kantor Cabang. Kantor Cabang yang dijabat oleh Kepala Cabang bertanggung jawab atas kegiatan yang ada dikantor cabang. Mulai dari usulan penyiapan kebutuhan 49

sumberdaya manusia, kebutuhan biaya produksi, usulan pembelian bahan baku, produksi dan pemasaran. Berdasarkan aktivitas yang ada saat ini dan sumberdaya manusia yang tersedia, struktur organisasi cabang Jakarta adalah sebagai berikut: Kepala cabang

Manajer Keu & Adm Asisten Manajer Support

Manajer Pemasaran Asisten Manajer Penjualan & Distribusi

Manajer Operasional Asisten Manajer Produksi Asisten Manajer Cold Storage Asisten Manajer Pemeliharaan

Gambar 10. Struktur organisasi PT . XP Seorang Kepala Cabang Jakarta membawahi tiga orang manajer, yaitu Manajer Administrasi dan Keuangan, Manajer Pemasaran dan Manajer Operasional. Manajer Administrasi dan Keuangan hanya mempunyai satu bawahan yaitu Asisten Manjer Administrasi dan Keuangan, Manajer Pemasaran juga hanya memiliki satu bawahan yaitu Asisten Penjualan dan Distribusi, sedangkan Manejer Operasional mempunyai tiga orang asisten yaitu Asisten Manajer Produksi, Asisten Manajer Cold Storage dan Asisten Manajer Pemeliharaan seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Mempelajari sumberdaya yang ada berkaitan dengan usaha untuk peningkatan dan kelancaran kegiatan perusahaan maka perlu mengoptimalkan aset yang sudah ada untuk menyusun kembali struktur organisasi perusahaan. Berdasarkan aset yang dimiliki diusulkan perubahan struktur organisasi Cabang Jakarta untuk bentuk struktur organisasi yang dapat mengakomondasi kegiatan perusahaan, usulan struktur dan tugas pokok dan fungsi jabatan yang akan dibentuk seperti ditunjukkan pada Gambar 11.

50

Buku Pedoman Perusahaan PT XP yang dicetak tanggal 30 April 2008 menerangkan bahwa Kepala Cabang (branch manager) membawahi tiga manajer dibawahnya yaitu Manajer Keuangan dan Administrasi (finance & adiministration), Manajer Pemasaran (marketing manager) dan Manajer

Operasional (operation manager). Manajer Keuangan dan Administrasi dibantu oleh tiga asisten yaitu asisten manajer sumberdaya manusia (HR assistan manager), asisten manajer keuangan dan akunting (finance & accounting assisten manager) dan asisten manajer teknologi informasi (IT assisten manager). Manajer Pemasaran dibantu oleh dua asisten yaitu asisten manajer penjualan (sales assisten manager) dan asisten manajer distribusi (distribution assisten manager). Manajer Operasional dibantu oleh tiga asisten yaitu asisten manajer pengolahan (processing), asisten manajer ruang penyimpanan beku (cold storage) dan asisten manajer pemeliharaan (maintenance). Kepala Administrasi, Keuangan dan Bendahara masih dijabat oleh pegawai negeri sipil Departemen Kelautan dan Perikanan. Sedangkan mulai dari penanggung jawab produksi, pemasaran dan administrasi masih merupakan tenaga kontrak tetap 12 orang ditambah dengan tenaga kontrak harian sebanyak 13 orang atau sesuai kebutuhan tenaga. Kepala cabang

Manajer Adm & Keuangan

Manajer Pemasaran

Manajer Operasional

Asisten Manajer SDM

Asisten Manajer Penjualan

Asisten Manajer Produksi

Asisten Manajer Keu & Akunting

Asisten Manajer Distribusi

Asisten Manajer Cold Storage

Asisten Manajer TU & Tek. Informasi

Asisten Manajer Pemeliharaan

Gambar 11. Usulan Perubahan Struktur Organisasi PT. XP

51

2. Sumberdaya Perusahaan

Kekuatan suatu perusahaan didukung oleh sumberdaya yang berperan terhadap kinerja perusahaan, diantaranya adalah sumber daya manusia serta tersedianya sarana dan prasarana. a. Sumberdaya Manusia PT. XP merupakan perusahaan berskala UKM yang mempunyai tenaga kerja/sumberdaya masyarakat manusia yang dipekerjakan sebagian besar adalah

sekitar lokasi perusahaan yang pendidikannya cukup memadai.

Jumlah pegawai yang aktif saat ini adalah 24 orang yang terdiri atas 5 orang tenaga wanita dan 19 orang tenaga pria, dengan komposisi pegawai sebagai berikut : 1). Bagian Produksi sebanyak 14 orang yang terdiri atas 1 orang sarjana, 1 orang diploma (D3), 2 orang SMA, 6 orang SMP dan 4 orang berpendidikan SD. 2). Bagian Pemasaran sebanyak 5 Orang yang terdiri atas 2 orang sarjana, 2 orang diploma (D3), 1 orang lulusan SMA. 3). Bagian Adminstrasi sebanyak 5 Orang yang terdiri atas 1 orang sarjana, 1 orang diploma (D3), 1 orang lulusan SMA , 1 orang berpendidikan SMP dan 1 orang berpendidikan SD. Secara umum tingkat pendidikan sumber daya manusia yang dimiliki PT XP sangat beragam mulai dari tamatan SD sampai dengan Sarjana (S1). Komposisinya terdiri atas lulusan sarjana (S1) sebanyak 4 orang, lulusan diploma (D3) sebanyak 4 orang, lulusan SMA sebanyak 4 orang, lulusan SMP sebanyak 7 orang dan sebanyak 5 orang hanya lulusan SD. b. Sarana dan Prasarana - Sarana Perusahaan memiliki beberapa kelengkapan sarana dan prasarana yang mendukung seluruh kegiatan operasionalnya. PT XP menempati lahan seluas 10.000 m2, dengan luas bangunan pabrik sekitar 253 m2, bangunan kantor administrasi seluas 200 m2, gudang yang sementara ini digunakan untuk sarana olah raga bulutangkis 150 m2 serta warung makan 50 m2 dan halaman parkir yang dimiliki masih luas. Akses jalan menuju lokasi pabrik cukup memadai artinya lokasi pabrik berada di depan jalan raya sehingga bisa dilalui oleh kendaraan sejenis truk

52

ukuran besar dan untuk mengangkut bahan baku ataupun produk akhir. Sedangkan peralatan yang dimiliki antara lain: 1). Ruang pembekuan (freezer) dengan Air Blast Freezer kapasitas pembekuan sebesar 5 ton per hari, satu unit 2). Freezer dengan kapasitas volume masing-masing 2000 cm3, dua unit 3). Ruang penyimpanan beku dengan kapasitas penyimpanan 5 ton, dua unit 4). Ruang kering penyimpanan tepung dan bumbu-bumbu 5). Gudang penyimpanan keranjang, kantong plastik dan karton pengemas 6). Dapur penyiapan bahan baku dengan dua meja kerja stainlestil 7). Ruang proses yang dilengkapi meja kerja stainlessteel, mesin pencetak bakso, mesin pelumat daging ikan, mesin pemotong ikan dan mesin pengaduk adonan 8). Ruang pengepakan yang dilengkapi dengan alat vacum sealer sebanyak 2 unit 9). Satu unit mobil operasional dan satu sepeda motor - Prasarana PT XP dalam berproduksi menerapkan teknologi pengolahan ikan yang sudah cukup lama dikenal masyarakat perikanan dan tergolong dalam teknologi pengolahan ikan modern, teknologi pengolahannya menggunakan alur proses rantai dingin dan menjaga sanitasi dan higien. Proses pengolahan produk fish jelly di PT XP seperti umumnya dilakukan oleh usaha masyarakat perikanan, namum ada beberapa tahapan dan komposisi bahan yang membedakan mutu produk yang akan dihasilkan. Proses pengolahan mulai dari penerimaan bahan baku sampai ke pengemasan dilaksanakan dalam satu bangunan unit pengolahan dengan bangunan yang terpisah dengan bangunan kantor administrasi seperti

ditunjukkan pada Gambar 12. Luas bangunan pengolahan mencapai 23 m x 11 m = 153 m2. Bangunan pengolahan terdiri atas : 1) Ruang penanganan bahan baku berukuran 4 m x 5 m = 20 m2 yang difungsikan untuk pembongkaran kemasan bahan baku. 2) Ruang penyimpanan bahan baku berukuran 10 m x 5 m = 50 m2 dengan sebuah unit pembekuan Air Blast Freezer (ABF) berukuran 3 m x 4 m x 6 m = 72 m3 yang difungsikan tempat penyimpanan bahan baku. 3) Ruang dapur penyiapan bahan untuk pengolahan 4 m x 4 m = 16 m2

53

4)

Ruang pengolahan ada dua bagian yang pertama berukuran 15 m x 4 m = 60 m2 yang kedua berukuran 10 m x 4 m = 40 m2 Ruang pengemasan yang steril berukuran 15 m x 3 m = 45 m2 yang difungsikan untuk penimbangan, pengemasan dan proses vakum dengan 2 vacum sealer.

5)

ABF

Ruang Antara

Ruang Pengepakan

Ruang Proses

Ruang Proses

Ruang Penyim panan Beku

Ruang Proses

Ruang Proses

Gudang

Ruang Terima

R. Ganti

R. Manj. Produksi

Gambar 12. Tata Letak Pabrik Pengolahan Fish Jelly Produk PT. XP

B. Proses Produksi

a. Penanganan Bahan Baku Bahan baku yang akan digunakan sebagai proses produksi meliputi bahan surimi, tetelan ikan atau ikan beku yang didatangkan dari kota Tegal atau Pekalongan yang merupakan rekan kerja sesama kantor cabang dengan pembayaran tunai atau dengan tempo. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan sepert tepung tapioka, bumbu-bumbu dan lainnya didatangkan dari pasar setempat yang sudah menjadi pemasok rutin. Bahan baku surimi, otosimi atau ikan beku diterima diruang penerimaan basah kemudian segera dimasukkan pada ruang penyimpanan beku (cold storage). Penyimpanan bahan baku pada unit pembeku (Air Blast Freezer) dengan suhu -40oC untuk melakukan pembekuan bahan baku yang kurang beku.

54

Penyimpanan bahan baku dengan maksud untuk menjaga stok bahan baku dalam menjaga kelangsungan produksi agar pasokan bahan baku tidak terganggu. Kapasitas untuk penyimpanan bahan baku surimi dan lain-lain sangat memadai, volume penyimpanan dapat mencapai 5 ton. Lama penyimpanan bahan baku dapat mencapai 1 tahun dengan kondisi suhu beku. Pada saat penerimaan bahan baku dilakukan pengawasan uji mutu keamanan makanan berupa uji formalin dengan metode pengujian cepat (testkit), bahan baku yang kedapatan mengandung formalin positif akan langsung dibatalkan (ree ject) dan tidak boleh digunakan untuk diolah seterusnya. Bahan tambahan berupa tepung tapioka, bumbu-bumbu kering dan garam disimpan dalam gudang penyimpanan kering. Sedangkan bahan tambahan lain rempah-rempah basah disimpan dalam freezer kecil atau kulkas. a. Proses Pembuatan Bakso Ikan Peralatan yang digunakan dalam pembuatan bakso ikan adalah: Food Processor/Silent Cutter/Mixer, Waterbath/kompor dan panci perebusan, Pisau, Telenan, Sendok dan Serokan. Skema proses pengolahan Bakso Ikan seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Surimi

Pelumatan

Perebusan adonan (Penambahan garam sampai adonan menjadi lengket Kemudian bumbu-bumbu lain) Pencetakan

Perebusan Dilakukan bertahap: Pada suhu 40oc selama + 20 menit Pada suhu 90oC selama + 20 menit Pendinginan (Pada suhu ruang) Pengemasan Gambar 13. Skema Pengolahan Bakso Ikan

55

Bahan-bahan lain yang dibutuhkan dalam pengolahan produk disesuai dengan jenis produksi yang akan dihasilkan, komposisi bahan yang digunakan mempunyai fungsi masing-masing akan menentukan citarasa, aroma dan tekstur yang diinginkan, seperti dapat dilihat pada Lampiran 1a. Bahan baku surimi yang telah melalui pemeriksaan mutu awal berupa uji formalin (rapid test) dapat segera dilakukan pada proses pengolahan. b. Proses Pembuatan Otak-otak Ikan Peralatan yang digunakan dalam pembuatan otak-otak ikan adalah: Food Processor/Silent cutter/Mixer, Pisau, Sendok, Waterbath/Kompor dan Panci perebusan. Skema proses pengolahan Otak-otak Ikan seperti ditunjukkan pada Gambar 14. Surimi

Pelumatan

Perebusan adonan (Penambahan garam sampai adonan menjadi lengket Kemudian bumbu-bumbu lain) Pencetakan

Perebusan Dilakukan bertahap: Pada suhu 40oc selama + 20 menit Pada suhu 90oC selama + 20 menit Pendinginan (Pada suhu ruang) Pengemasan Gambar 14. Skema Pengolahan Otak-otak Ikan c. Proses Pembuatan Kakinaga Ikan Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kakinaga ikan adalah: Food Processor/Silent Cutter/Mixer, Pisau, Telenan, Sodet, Serokan, Stuffer dan Plastik Cashing. Skema proses pengolahan Kakinaga Ikan seperti ditunjukkan pada Gambar 15.

56

Surimi

Pelumatan

Perebusan adonan (Penambahan garam sampai adonan menjadi lengket Kemudian bumbu-bumbu lain) Pembentukan adonan dengan menusukkan Ke dalam sumpit Penyalutan ke dalam tepung roti Pengukusan Pengemasan Gambar 15. Skema Pengolahan Kakinaga Ikan d. Proses Pembuatan Sosis Ikan Surimi

Pelumatan

Perebusan adonan (Penambahan garam sampai adonan menjadi lengket Kemudian bumbu-bumbu lain) Pencetakan (menggunakan plastik cashing)

Perebusan Dilakukan bertahap: Pada suhu 40oc selama + 20 menit Pada suhu 90oC selama + 20 menit Pendinginan (Pada suhu ruang) Pengemasan

Gambar 16. Skema Pengolahan Bakso Ikan 57

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan bakso ikan adalah: Food Processor/Silent Cutter/Mixer, Waterbath/kompor dan panci perebusan, Pisau, Telenan, Sendok dan Serokan. Skema proses pengolahan Sosis Ikan seperti ditunjukkan pada Gambar 16. e. Fish Finger Peralatan yang digunakan dalam pembuatan bakso ikan adalah: Food Processor/Silent Cutter/Mixer, Waterbath/kompor dan Penggorengan, Pisau, Telenan, Sendok dan Serokan. Skema proses pengolahan Fish Finger seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Surimi

Pelumatan

Perebusan adonan (Penambahan garam sampai adonan menjadi lengket Kemudian bumbu-bumbu lain) Pencetakan

Pencelupan dalam adonan batter

Pelumuran dalam tepung roti

Penggorengan cepat

Pembekuan

Pengemasan

Pengemasan

Penyimpanan beku

Penyimpanan beku

Gambar 17. Skema pengolahan Fish finger

1.

Pengemasan Menyadari akan pentingnya menjaga mutu produk dan oleh karena produk

fish jelly

yang mudah mengalami penurunan mutu, perusahaan telah

menerapkan suatu sistem pengemasan hampa udara. Kemasan yang digunakan adalah kantong plastik yang didesain dengan warna dan gambar produk fish jelly. 58

Kemasan dipesan secara langsung berdasarkan desain yang diinginkan disertai dengan label nama produk, jenis, berat, komposisi bahan baku, masa kadaluarsa dan bar code. Kemasan ini dipesan dalam jumlah yang cukup

banyak dengan harga sekitar Rp. 15.000.000 untuk 300.000 lembar. Pengemasan produk fish jelly PT XP sudah cukup bagus dari segi penampilan, kebersihan dan mutunya. Tahapan proses pengemasan antara lain: 1) Produk fish jelly berupa bakso ikan, otak-otak, kakinaga, sosis dan fish finger yang baru selesai diolah diangin-anginkan dahulu agar mencapai suhu kamar. 2) Kemudian dilakukan sortasi kualitas sebelum ditimbang sesuai dengan ukuran kemasan 500 gr atau 1000 gr kemudian dimasukan dalam kemasan. 3) Kemasan yang sudah terisi dimasukan dalam vacuum sealer untuk menghasilkan kemasan yang kedap udara. 4) Produk dalam kemasan selanjutnya disimpan dalam ruang penyimpanan dingin (Cold storage) sampai siap untuk dipasarkan. Setelah produk dikemas dengan baik kemudian diberi label pada masingmasing kemasan kantong plastik. Label dilengkapi dengan informasi tentang nama produk, nama perusahaan, berat isi, syarat suhu penyimpanan, komposisi bahan yang digunakan, cara memasak, kode produksi, batas waktu penggunaan dan nomor registrasi BPOM RI masing-masing produk. Dalam proses pengemasan ini, tenaga kerja yang terlibat sebanyak 3 orang yaitu untuk sortasi, pengemasan dan penimbangan serta proses vacuum sealer. Kecepatan pengemasan adalah 1 kemasan per menit. Sehingga untuk melakukan pengemasan dan sortasi sebanyak 25 kg produk dengan kemasan 500 gr, diperlukan waktu kurang lebih selama 50 menit. Beberapa hal yang menjadi perhatian setelah produk dikemas adalah bagaimana seharusnya produk tersebut disimpan agar memenuhi syarat untuk mempertahankan mutu dan keamanan pangannya, yaitu dengan :

a. Penyimpanan Produk Penyimpanan produk olahan yang dilakukan oleh perusahaan dalam ruang penyimpanan beku (cold storage) suhu -20oC. Penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan mutu produk hasil olahan tetap baik. Lamanya penyimpanan bergantung pada tingkat penjualan fish jelly di pasar serta permintaan dari agen-

59

agen, produk akan mepunyai daya tahan kurang lebih selama satu tahun bila disimpan dalam suhu yang terjaga. b. Pengujian Mutu Produk Akhir Produk akhir yang dihasilkan harus dijamin mempunyai mutu dan keamanan pangan yang baik, dengan cara mengujikan mutu produk akhir pada laboratorium penguji. Pengujian mutu produk akhir telah dilakukan oleh laboratorium pengujian milik pemerintah yang telah terakreditasi yaitu

Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro di Bogor. Laporan Hasil Uji (Test Report) untuk masing-masing produk fish jelly adalah: Fish Finger dengan Nomor: 1083/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008; Otak-otak Ikan Nomor: 1084/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008; Bakso Ikan Nomor: 1085/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008; Sosis Ikan Nomor: 1086/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008 dan Kakinaga Ikan Nomor: 1087/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008. Hasil uji contoh bakso ikan, otak-otak ikan, kakinaga ikan, sosis ikan dan fish finger yang dikeluarkan tanggal 13 Februari 2008, dengan parameter uji Kimiawi dan mikrobiologi. Uji kimiawi berupa uji kadar air, abu, protein lemak, kabrohidrat, energi, formalin dan cemaran logam seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) dan raksa (Hg). Uji mikrobiologi meliputi uji Angka Lempeng total (ALT), E coli dan Salmonella sp dapat dilihat pada (Lampiran 2-6). Hasil uji yang diperoleh menyatakan bahwa produk yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan mutu dan keaman pangan, karena telah memenuhi persyaratan mutu mikrobiologi dan kimiawi yang direkomendasikan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Setiap produk memiliki nomor registrasi masing-masing, Kaki Naga Ikan dengan nomor registrasi BPOM RI MD 217909005454, Sosis Ikan nomor registrasi BPOM RI MD 217909003454, Stik Ikan (Fish Finger) nomor registrasi BPOM RI MD 217909004454, Bakso Ikan nomor registrasi BPOM RI MD 217909001454 dan Otak-otak nomor registrasi BPOM RI MD 217909002454. 2. Produktivitas PT XP mulai efektif melakukan pengolahan fish jelly sejak awal Desember tahun 2007 dengan produksi lima jenis produk utama yaitu bakso ikan, otak-otak ikan, kaki naga ikan, sosis ikan dan fish finger. Jumlah produksi yang dilakukan masih tidak seragam, produksi tiap harinya masih ditentukan

60

menurut permintaan pasar atau maksimal produksi yang dilakukan untuk tiap jenis sekitar 200 kg perhari. a. Produksi dan Penjualan Produk Fish Jelly PT XP dalam memproduksi produk fish jelly setiap bulan dengan volume produksi tidak stabil, begitu juga dengan volume penjualan selama 12 bulan sejak Desember 2007 sampai November 2008 sehingga nilai penjualan produk sebagai pemasukan perusahaan tidak tentu, seperti dapat dilihat pada Lampiran 11. Adapun secara garis besar produksi dan penjualan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Produksi dan Penjualan Fish Jelly PT XP Des. 2007 Nop. 2008 PRODUK Fish Finger Sosis Kakinaga Otak-otak Bakso TOTAL Produksi (Kg) 11.035,50 6.561,00 11.142,00 16.444,50 9.901,00 55.084,00 % Produksi 20,03 11,91 20,23 29,85 17,97 100,00 Penjualan (Kg) 11.007,00 6.455,00 10.973,00 13.554,00 9.532,50 51.521,50 % Penjualan 99,74 98,38 98,48 82,42 96,28 93,53

Total prosuksi PT. XP dalam satu tahun baru mencapai kurang lebih 55 ton, dengan prosentase produksi untuk produk Fish Finger sebesar 20,03%, Sosis Ikan 11,91%, Kakinaga Ikan 20,23%, Otak-otak Ikan 29,85% dan Bakso Ikan 17,97% seperti pada (Gambar 18.). Total produksi ini sesungguhnya masih jauh dari kapasitas produksi terpasang yaitu 10 ton perbulan atau kurang lebih 120 ton pertahun. Kapasitas produksi terpasang dibandingkan dengan jumlah produksi yang dapat dicapai, maka nilai utilitas produksinya baru mencapai kurang lebih 45,8%. Penjualan produk dalam satu tahun memperlihatkan adanya pasar yang baik untuk produk fish jelly yang diproduksi, rata-rata penjualan produk diatas 96%, terkecuali untuk produk otak-otak yang hanya memperoleh total penjualan 82,42 % dari total masing-masing produk fish jelly yang dihasilkan. Seperti dapat dilihat pada Tabel 12.

61

Gambar 18. Persentase Produksi Fish Jelly

Produk otak-otak merupakan total produksi yang terbesar diantara produk lain yang diproduksi yaitu sebesar 16.444,50 kg (29,85 %) dari total produksi fish jelly (fish finger, sosis, kakinaga, otak-otak dan bakso) yaitu 55.084 kg, sedangkan volume penjualannya menempati urutan yang terkecil yaitu sebesar 13.554 kg (82,42%) dari volume produk yang otak-otak yang diproduksi. Data dibawah menggambarkan bahwa produk otak-otak mengalami kelebihan produksi (over production), seperti dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Total Produksi dan Penjualan

62

b.Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi masing-masing produk PT XP dihitung dengan cara menjumlahkan komponen pendukung yang memerlukan pengeluaran biaya untuk produksi. Penentuan harga pokok produksi dimulai dari menentukan berapa jumlah produk yang akan di produksi. Selanjutnya menghitung berapa jumlah dan harga keperluan produksi masing-masing produk, seperti keperluan bahan baku, bumbu-bumbu, bahan bakar (minyak tanah, gas, air dan listrik), bahan pengepak (kantong plastik, hang tag, tali rafia, flak ban, master karton dan label) dan upah karyawan. Harga pokok produksi (HPP) dihitung utuk satuan per kg, seperti terlihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Harga Pokok Produksi (HPP) JENIS PRODUK No. BIAYA BAKSO 1. Jumlah Produksi (Kg) Bahan baku (Rp): Surimi, tetelan ikan, ikan Bumbubumbu (Rp) Bahan bakar (minyak t, gas, listrik, air) (Rp) Pengepak (Rp): Kantong plastik , hang tag, tali rafia, flak ban, master karton dan label Upah karyawan (Rp) Total Biaya (Rp) 168 OTAKOTAK 30 KAKINAGA 21,5 SOSIS 46 FISH FINGER 107

2. 3.

1.624.500 320.000

204.500 75.000

66.000 92.000

421.500 70.000

819.000 741.000

4.

375.000

70.000

100.000

300.000

170.000

5.

181.500

32.500

19.000

59.000

115.500

6. 7.

335.000 2.836.000 16.881

141.000 523.000 17.433

100.000

236.000

341.000 2.186.500 20.435

377.000 1086.500 17.535 23.620

HPP/Kg (Rp)

63

Harga pokok produksi bakso ikan Rp. 16.881, otak-otak ikan Rp. 17.433, kakinaga Rp. 17.535, sosis ikan Rp. 23.620 dan fish finger Rp. 20.435. C. Harga Jual Produk

Berdasarkan harga pokok produksi yang telah diperoleh selanjutnya dijadikan dasar dalam menentukan berapa harga jual produk per kg. Harga jual yang ditetapkan tidak dengan perhitungan tetapi ditentukan dengan

pertimbangan kebijakan dari manajer produksi dan pemasaran perusahaan. Sehingga besarnya keuntungan kotor diperoleh dari selisih harga penjualan dengan harga pokok produksi, seperti dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Keuntungan kotor per kg Produk Fish Finger Sosis Kakinaga Otak-otak Bakso Harga Jual/Kg (Rp) 25.500 25.500 20.000 19.000 20.500 HPP/Kg (Rp) 20.435 23.620 17.535 17.433 16.881 Keuntungan/Kg (Rp) 5.065 1.880 2.465 1.567 3.619

Keuntungan kotor per kg adalah selisih harga jual dengan harga pokok produksi yang telah ditentukan dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Keuntungan masing-masing jenis produk

64

1. Total Volume dan Nilai Penjualan

Dari Tabel 15. diatas dapat dilihat dari urutan volume produksi dan besar persentase penjualan produk, produksi tertinggi ada pada produk otak-otak 16.444,50 kg dengan volume penjualan hanya 13.554 kg (82,42%) merupakan persentase penjualan terendah. Produksi kakinaga 11.142 kg kedua tertinggi dengan volume penjualan 10.973 kg (98,84%), produksi fish finger 11.035,50 kg ketiga tertinggi dengan volume penjualan 11.007 kg (99,74%), produksi bakso ikan 9.901 kg keempat dengan volume penjualan 9.532,5 kg (96,28%) dan produksi sosis ikan 6.561 kg kelimadengan volume penjualan 6.445 kg (98,38%). Persentase penjualan secara keseluruhan sebesar 93,53% dari total produksi menggambarkan bahwa pemasaran untuk saat ini sudah cukup baik, seperti terlihat pada Gambar 21. Untuk total volume produksi saat ini sebesar 55.084 kg per tahun pemasaran cukup baik, namun bagaimana bila perencanaan pemasaran kedepan bila total produksi ditingkatkan mendekati kapasitas terpasang 120 kg per tahun ?

Gambar 21. Pesentase penjualan produk fish jelly 2. Perolehan Keuntungan Perusahaan

Total volume dan nilai penjualan produk fish jelly selama satu tahun memperlihatkan keuntungan kotor perusahaan cukup baik pada masing-masing 65

produk. Nilai keuntungan yang tertinggi pertama diperoleh dari produk fish finger Rp. 55.554.300, kentungan kedua produk bakso ikan Rp. 28.089.350, ketiga keuntungan produk kakinaga Rp. 24.475.000, keuntungan terendah pada produk sosis ikan Rp. 9.762.900 sedangkan sementara kerugian diperoleh dari produk otak-otak sebesar minus (-) Rp. 28.608.300 (karena belum terhitung habis

terjual). Secara keseluruhan produk fish jelly yang dihasilkan PT XP memperoleh keuntungan kotor Rp. 89.273.250. Keuntungan kotor dikurangi dengan pajak penjualan 10% (Rp. 111.768.325) dari total nilai penjualan Rp. 1.117.683.250 sehingga perusahaan tentunya akan mengalami kerugian (- Rp. 22.495.075) seperti pada Tabel 15.

Tabel 15. Produksi, Penjualan dan Nilai Penjualan


Biaya Produksi (Rp)/Kg 225.124.200 154.839.600 194.985.000 286.134.300 167.326.900 1.028.410.000 Volume Penjualan (Kg) 11.007,0 6.455,0 10.973,0 13.554,0 9.532,5 51.521,5 Harga Jual (Rp)/Kg 25.500 25.500 20.000 19.000 20.500 Nilai Penjualan (Rp) 280.678.500 164.602.500 219.460.000 257.526.000 195.416.250 1.117.683.250

PRODUK Fish Finger Sosis Kakinaga Otakotak Bakso TOTAL

Produksi (Kg) 11.035,5 6.561,0 11.142,0 16.444,5 9.901,0 55.084,0

HPP (Rp)/Kg 20.400 23.600 17.500 17.400 16.900

Untung/Rugi (Rp) 55.554.300 9.762.900 24.475.000 - (28.608.300) 28.089.350 89.273.250

Produksi otak-otak masih banyak yang belum dapat terjual sehingga mengalami kerugian sementara. Sesungguhnya bila asumsi seluruh produk dapat terjual semua maka nilai penjualan mencapai Rp. 1.186.966.750 dikurangi total biaya produksi Rp. 1.028.410.000, total keuntungan kotor dapat diperoleh sebesar Rp. 158.556.750. Keuntungan kotor dikurangi dengan pajak penjualan 10% (Rp. 111.768.325) dari total nilai penjualan Rp. 1.117.683.250 sehingga perusahaan mempunyai keuntungan bersih Rp. 46.788.425 dalam satu tahun. D. Pemilihan Produk Unggulan

Untuk memperoleh peringkat produk unggulan produksi yang dihasilkan maka dilakukan pemberian bobot yang dilakukan oleh manajer pemasaran,

66

pembobotan disesuaikan dengan tingkat kepentingan perusahaan. Pembobotan adalah sebagai berikut, potensi pasar dengan bobot 9, kondisi bahan baku bobot 8, nilai tambah bobot 6, daya serap tenaga kerja bobot 7, teknologi bobot 5, kondisi sosial budaya bobot 7 dan dampak lingkungan bobot 5.

Tabel 16. Pemberian bobot kriteria kepentingan Nilai Alternatif Produk No. Kriteria Bobot MPE 9 8 6 7 5 7 5 Bakso 8 8 8 8 8 8 8 Otakotak 6 8 8 7 6 8 7 Kaki naga 7 8 9 8 7 7 8 Sosis 7 8 7 6 7 6 6 Fish Finger 9 8 6 7 6 8 7

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Potensi pasar Kondisi bahan baku Nilai tambah Daya serap tenaga kerja Teknologi Kondisi sosial budaya Dampak lingkungan

Kemudian dilakukan penentuan nilai alternatif untuk masing-masing produk. Data pembobotan kemudian dilakukan perhitungan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan menghasilkan urutan peringkat produk unggulan sebagai berikut, urutan pertama adalah produk Fish Finger dengan nilai 407189.639, kedua produk Bakso Ikan dengan nilai 154.218.327, ketiga produk Kakinaga dengan nilai 60.632.534, keempat produk Sosis Ikan dengan nilai 57.832.927 dan kelima produk Otak-otak Ikan dengan nilai 30.062.334 seperti pada Tabel 17, perhitungan dapat dilihat pada (Lampiran 7).

Tabel 17. Peringkat produk unggulan Jenis Produk Fish Finger Bakso ikan Kakinaga Sosis ikan Otak-otak Hasil Perhitungan 407.189.639 154.218.327 60.632.534 57.832.927 30.062.334 Putusan Peringkat I II III IV V

Mencermati hasil peringkat produk unggulan yang diperoleh maka perlu dilihat kembali pada tabel produksi dan hasil penjualan (Tabel. 15) agar tidak terjadi over produksi, over produksi pada produk otak-otak dapat dikendalikan 67

dengan memperhatian trend ritme penjualan yang ada agar tidak terjadi kerugian akibat produk tidak terjual. E. Menentukan Kondisi Produksi Optimum

Berdasarkan perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan hasil ditetapkannya urutan peringkat pertama sampai kelima. Dengan pertimbangan urutan peringkat produk unggulan dan perolehan keuntungan yang dihasilkan maka produk Fish Finger sebagai peringkat pertama dan peringkat kedua produk Bakso Ikan, dari dua jenis produk yang diharapkan juga dapat menghasilkan keuntungan maksimal. Dari dua jenis produk teratas dijadikan produk unggulan, peringkat pertama dan kedua dilanjutkan untuk memperoleh berapa optimasi produksi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan perhitungan penilaian menggunakan metode program linier (PL). Jenis produk tersebut masing-masing disebut produk X1 adalah produk fish finger dan X2, adalah produk bakso ikan. Produk produk X1 mempunyai keuntungan Rp. 5.100/kg dan untuk produk X2 keuntungannya Rp. 3.600/kg (Tabel 14). Kedua jenis produk ini dalam proses produksi memerlukan jenis dan jumlah bahan baku yang sama per kg. Dalam tahapan proses produksi diperlukan tiga jenis mesin, jumlah dan lama waktu operasional yang berbeda. Kendala kebutuhan waktu produksi, jenis produk X1 memerlukan waktu selama 1 jam untuk tahapan proses produksi pada mesin A (Silent cutter), kemudian 0 jam pada mesin B (Food Processor) dan 3 jam pada mesin C (Mixer). Sedangkan untuk produk X2 hanya memerlukan waktu 0 jam pada mesin tipe A, kemudian 2 jam pada mesin tipe B dan 2 jam pada mesin tipe C. Kendala keterbatasan waktu produksi, lama waktu mesin-mesin tersebut beroperasi sangat terbatas. Dari tiga jenis mesin tersebut tersedia mesin tipe A dapat beroperasi selama 4 jam/hari/mesin, mesin tipe B yang dapat beroperasi selama 12 jam/hari/mesin dan mesin tipe C dapat beroperasi selama 18 jam/hari/mesin. Kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya yang ada di perusahaan merupakan kendala dan bagaimana keadaan tersebut tetap dapat memperoleh nilai keuntungan maksimal (Z).

68

Mesin

Kebutuhan Waktu (jam/t) Produk A Produk B 0 2 2

Ketersediaan Waktu (jam/hari) 4 12 18

A B C

1 0 3

Tahapan perhitungan dengan langkah-langkah merumuskan model (PL) dengan keuntungan X1 (Fish Finger) sebesar Rp. 5.100/kg dan X2 (Bakso Ikan) Rp. 3.600/kg.Keterbatasan perusahaan dihitung sebagai kendala yang membatasi volume produksi, diantaranya adalah jenis mesin alat dan jumlah kebutuhan waktu dan ketersediaan waktu jam kerja dalam proses. Masalahnya adalah berapa jumlah produksi A dan B untuk mendapatkan keuntungan maksimum sehingga persamaan Z = 5.100 X1 + 3.600 X2, bila diasumsikan semua produk dapat terjual. Hasil perhitungan diperoleh titik sudut produksi pada gambar grafik ada pada titik (X1,X2) pada titik-titik sudut A (0,6), B (2,6), C (3,4), D (4,0) dan E (0,0), dengan persamaan Z= 5.100 X1 + 3.600 X2 diperoleh nilai keuntungan maksimal (Z) titik sudut A = Rp. 21.600, titik sudut B = Rp. 31.800, titik sudut C = Rp. 31.200, titik sudut D = Rp. 20.400 dan titik sudut E = 0. Dari kelima titik sudut keuntungan maksimum didapat pada titik sudut B (2,6) diperoleh keuntungan sebesar Rp. 31.800/kg atau Rp. 31.800.000/ton, perhitungan dapat dilihat pada (Lampiran 8). Lebih jelas dapat disimpulkan bahwa titik B (2,6) merupakan titik sudut optimal (optimal corner point), karena pada titik sudut tersebut perusahaan dapat mendatangkan nilai keuntungan tertinggi sebesar Rp. 31.800/kg. Kombinasi produksi yang efisien dan efektif adalah 2 bagian (25%) untuk produk X1 (fsh finger) dan 6 bagian (75%) untuk produk jenis X2 (bakso ikan) dalam porsi produk yang diunggulkan seperti terlihat pada Gambar 22.

69

Gambar 22. Grafik wilayah kelayakan produksi dengan sudut optimal produksi

F. Posisi Perusahaan

1. Evaluasi analisa EFE dan IFE Dalam menentukan faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan dilakukan wawancara kepada penanggung jawab produksi yang mewakili manager produksi perusahaan yaitu bapak Haryanto. Faktor eksternal berupa peluang dan ancaman adapun faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan.

70

Menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan memperhatikan hasil evaluasi faktor eksternal dan internal (EFE dan EFI) menggunakan matriks banding berpasangan Metode Paired Comperasion (Kinnier dan Taylor, 1991) dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan. Untuk mendapatkan nilai bobot masing-masing faktor dilapangan adalah dengan identitas kepentingan 1 jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal, 2 jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal dan 3 jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal, dapat dilihat pada (Lampiran 9). Hasil evaluasi dengan matriks berpasangan, pengaruh dilingkungan PT XP adalah faktor eksternal dilanjutkan dengan memberikan rating masingmasing faktor untuk memperoleh skor, hasil menunjukkan bahwa Peluang pada faktor (F) yaitu sudah mempunyai penyalur tetap dengan skor tertinggi sebesar 0,460 dari bobot 0,115 pada rating 4, merupakan faktor peluang terbesar bagi perusahaan. Peluang terkecil ada pada faktor (D) adanya pembinaan dan pelatihan bagi pengusaha kecil oleh DKP dengan skor 0,084 dari bobot 0,042 pada rating 2. Ancaman terbesar yaitu pada skor tertinggi sebesar 0,298 dengan bobot 0,099 pada rating 3 merupakan faktor (H) ancaman terbesar karena adanya kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif listrik dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sedangkan ancaman terkecil adalah pada faktor (K) yaitu memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi dengan skor 0,084 dengan bobot 0,042 pada rating 2. Perolehan bobot yang dari evaluasi dengan matriks berpasangan dilajutkan dengan menghitung skor faktor eksternal dan internal dengan cara mengalikan nilai bobot dengan rating. Kemudian dijumlahkan total skor pada faktor eksternal dan total skror faktor internal. Faktor eksternal diisikan pada kolom bobot dan memberikan rating oleh pertimbangan manajer produksi pada kolom rating, dengan skala 1 4 sebagai jawaban (respon) perusahaan pada masing-masing faktor eksternal yang disebutkan di bawah ini. Untuk faktor peluang dan ancaman, yaitu: (1) jawaban jelek; (2) jawaban rata-rata; (3) jawaban diatas rata-rata; (4) jawaban superior. Total skor yang diperoleh 2.322.

71

Tabel 18. Faktor Eksternal Faktor Eksternal Peluang A: Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang cenderung meningkat sebesar 2,01%. B: Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah C: Kemajuan teknik pengolahan hasil perikanan D: Adanya materi pembinaan dan pelatihan bagi pengusahaan kecil oleh DKP E: Produk fish jelly cukup dikenal oleh konsumen F: Jalur distribusi yang masih terbuka luas G: Ketersediaan bahan baku yang cukup Ancaman H: Adanya kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif listrik dan BBM I: Kondisi ekonomi yang belum stabil J: Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi K: Adanya produk substitusi L: Pesaing yang aktif melakukan inovasi produk M: Pada bulan tertentu harga bahan baku naik Total 0,096 0,087 0,061 0,042 0,061 0,109 0,090 0,099 0,064 0,042 0,077 0,058 0,042 1,000 2 2 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 0,192 0,173 0,122 0,084 0,183 0,436 0,269 0,298 0,128 0,084 0,154 0,115 0,084 2,322 Bobot Rating Skor

Faktor internal diisi pada kolom bobot dan mamberikan rating pada kolom rating dengan skala 1 4, pada masing-masing faktor internal yang ada dalam perusahaan dengan keadaan saat ini. Untuk faktor kekuatan dan kelemahan, yaitu (1) kelemahan utama; (2) kelemahan kecil; (3) kekuatan kecil; (4) kekuatan utama. Total faktor internal dengan total skor 2.939.

Berdasarkan hasil evaluasi faktor ekternal dan evaluasi faktor internal dengan total skor faktor eksternal pada skala pertumbuhan 2.322 dan internal skala pertumbuhan 2.939, maka diperoleh gambaran posisi PT XP saat ini, seperti ditunjukkan pada Gambar 23.

72

Tabel 19. Faktor Internal Faktor Internal Kekuatan A: Keuletan manajer dalam mengelola usaha B: Komunikasi yang baik antara manajer dengan karyawan C: Usaha lebih efisien karena dikelola oleh orang yang kompeten D: Produk cukup berkualitas tanpa bahan pengawet E: Hubungan baik dengan pemasok bahan baku F: Lingkungan kerja yang bersifat kekeluargaan G: Pemilihan segmen pasar yang tepat H: Jalur distribusi sederhana I : Hubungan baik dengan penyalur J: Letak perusahaan cukup strategis K: Sudah memiliki pemasok bahan tetap L: Sudah ada sertifikasi Departemen Kesehatan Kelemahan M: Perusahaan kurang pasokan modal N: Pencatatan keuangan yang masih relatif sederhana O: Biaya produksi tidak maksimal P: Produk mudah rusak Q: Kapasitas produksi terbatas R: Kurangnya jalur distribusi pada pasar potensial S: Kurangnya kegiatan promosi T: Alat transportasi (motor) hanya ada satu U: Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi Total Bobot Rating Skor

0,074 0,042 0,051 0,038 0,057 0,033 0,067 0,053 0,067 0,057 0,115 0,038 0,068 0,034 0,028 0,038 0,067 0,067 0,029 0,051 0,042 1,000

4 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2

0,296 0,126 0,154 0,114 0,170 0,066 0,268 0,158 0,268 0,170 0,460 0,076 0,068 0,034 0,056 0,076 0,067 0,067 0,059 0,102 0,084 2,939

Hasil evaluasi faktor eksternal dan internal (EFE dan EFI) menggambarkan bahwa perusahaan sudah dalam posisi di kuadran agresif yaitu kuadran kanan atas (2,322;2,939), perusahaan berada pada posisi yang baik untuk

pengembangan usaha dengan menggunakan kekuatan internalnya guna (1) memanfaatkan peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, (3) menghindari ancaman eksternal. Dengan demikian, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, inegrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi horizontal, atau strategi kombinasi

73

semuanya bisa layak digunakan, disesuaikan dengan kondisi spesifik yang dihadapi perusahaan.
Berbagai peluang

4 3 2 Kuadran III Kelemahan Internal -4 -3 -2 1

Posisi Perusahaan (2,322 ; 2,939)

Kuadran I Kekuatan Internal

-1 -1 -2 -3 -4

Kuadran IV

Kuadran II

Berbagai Ancaman

Gambar 23. Posisi usaha perusahaan saat ini 2. Evaluasi analisa SWOT Analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha dan menghindari atau meminimalkan ancaman-ancaman serta mengatasi atau memperbaiki

kelemahan-kelemahan yang dimiliki, maka dibuat evaluasi dengan Matrik SWOT. Faktor Eksternal berupa peluang dan ancaman sedangkan faktor Internal kekuatan dan kelemahan perusahaan yaitu: a. Kekuatan (Strengths), keuletan manajer dalam mengelola usaha, pemilihan segmen pasar yang tepat, hubungan baik dengan penyalur, letak perusahaan yang cukup strategis, hubungan baik dengan pemasok bahan baku, jalur distribusi sederhana, usaha lebih efisien karena dikelola oleh orang yang berkompeten, komunikasi yang baik antara manajer dan karyawan, produk berkualitas tanpa bahan pengawet dan lingkungan kerja yang bersifat kekeluargaan.

74

b. Kelemahan (Weaknesses), perusahaan kurang pasokan modal sehingga kapasitas produksi terbatas, produk yang dihasilkan mudah rusak, pada bulan tertentu harga bahan baku naik, kurangnya jalur distribusi pada pasar potensial, kurangnya kegiatan promosi dan biaya produksi tidak minimal. c. Peluang (Oppotunities), sudah mempunyai penyalur produk walaupun masih kecil, jalur distribusi yang masih terbuka luas, ketersediaan bahan baku yang cukup, produk cukup dikenal di masyarakat perikanan, pengeluaran konsumsi rumah tangga yang cenderung meningkat dan jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah. d. Ancaman (Threaths), adanya kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif listrik dan BBM, kondisi ekonomi yang belum stabil, adanya produksi substitusi, pesaing yang aktif melakukan inovasi produk dan memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi produk. Hasil analisis SWOT yang diperoleh dari gabungan kekuatan dan peluang yang sehingga memperoleh kwadran strategi S-O (StrengthsOpportunities), kekuatan dan ancaman sehingga memperoleh kuadran S-T (Strengths- Trheats), peluang dan kelemahan sehingga memperoleh kuadran WO (Weaknesses-Opportunities) dengan ancaman dan kelemahan sehingga memperoleh kuadran W-T (Weaknesses-Trheats) dapat dilihat pada Lampiran 10. Dihasilkan empat alternatif strategi pengembangan usaha yang didapat yaitu: 1) Strategi S - O (Strengths Opportunity) Alternatif strategi yang dihasilkan dengan upaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang adalah: a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas manajemen perusahaan. Kualitas manajemen sangat menentukan dalam perusahaan, terutama pada perusahaan yang baru dirintis. Diperlukan kemampuan menejerial untuk mengelola perusahaan dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang yang ada agar perusahaan tetap dapat bertahan dan berkembang. b. Meningkatkan jumlah dan kualitas produk sesuai dengan keinginan dan peluang pasar. Mutu produk berusaha ditingkatkan baik dari rasa,

keseragaman ukuran, warna, daya tahan maupun kemasan. Porduk juga dikembangkan sesuai dengan keinginan pasar. Dengan demikian produk akan

75

selalu mempunyai pangsa pasar sendiri. Pemilihan segmen pasar dan jalur distribusi yang tepat senantiasa akan menjamin adanya pelanggan/konsumen, sehingga perusahaan akan tetap bertahan dan berkembang. c. Memelihara dan meningkatkan hubungan bisnis dengan penyalur dan pemasok. Penyalur dan pemasok merupakan mitra perusahaan yang selalu menyertai dalam mengelola perusahaan. Hubungan baik yang terbina akan memperlancar proses produksi dan proses pemasaran. 2) Strategi W O (Weaknesses Opportunity) Alternatif strategi yang dihasilkan dengan upaya meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang adalah: a. Mengupayakan penambahan modal baik dari investor atau dari lembaga keuangan untuk meningkatkan pangsa pasar. Faktor pasokan modal merupakan kelemahan perusahaan sehingga kapasita produksinya tidak dapat ditingkatkan. Jumlah penyalur tidak dapat ditingkatkan karena terbatasnya jumlah produksi. b. Meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualan. Kegiatan promosi kurang dilaksnakan oleh perusahaan karena kendala kapasitas produksi dan dana. c. Melakukan pencatatan administrasi keuangan yang tertib untuk

memanfaatkan peluang pasar. Pencatatan administrasi keuangan yang tertib sangat bermanfaat untuk mengevaluasi perkembangan perusahaan. Dengan adanya pencatatan keuangan yang baik akan memudahkan kreditor atau investor untuk menilai kelayakan usaha perusahaan. 3) Strategi S T (Strengths Threats) Alternatif strategi yang dihasilkan dengan upaya menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman adalah: a. Meningkatkan pangsa pasar memalau penyalur tetap dan penyalur baru. Hubungan baik yang tetap terjalin selama ini dengan penyalur tetap akan menjamin kontinyuitas pemasaran produk. Adanya peningkatan permintaan dari penyalur tetap akan meningkatkan pangsa pasar. Pangsa pasar juga akan meningkat dengan adanya penyalur baru.

76

b. Mengefisienkan biaya produksi merupakan strategi yang harus ditempuh oleh perusahaan agar laba yang diperoleh semakin besar. Tindakan efisiensi dilaksanakan mulai dari pembelian bahan baku sampai dengan pemasaran produk. 4) Strategi W T (Weaknesses Threats) Alternatif strategi yang dihasilkan dengan upaya meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman adalah: a. Mengupayakan modal dari investor atau lembaga keuangan. Perusahaan beroperasi dengan modal yang relatif kecil, sehingga perkembangan perusahaan akan relatif lambat. Pengalaman mengelola usaha selama ini telah memberikan pelajaran pengetahuan dan keterampilan kepada

manajemen bagaimana sebaiknya mengelola usaha. Perusahaan tidak akan dapat melakukan ekspansi secara cepat karena keterbatasan modal. Alternatif yang dapat ditempuh untuk mempercepat perputaran modal adalah dengan melakukan sistem penjualan secara tunai atau kredit dengan jangka waktu pendek misalnya 1 minggu. b. Alternatif produk yang diunggulkan (fish finger dan bakso ikan) dapat dikembangkan jumlah produksinya seoptimal mungkin, sedangkan tiga produk yang tidak diunggulkan (kakinaga, sosis ikan dan otak-otak ikan) dapat tetap diproduksi dengan menyesuaikan permintaan pasar.

3. Strategi pengembangan usaha produk Fish Jelly PT XP Strategi pengembangan usaha produk Fish Jelly PT XP yang dapat dipelajari dari hasil analisis SWOT (kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses, peluang/opportunities, dan ancaman/threats), analisis EFE (Eksternal Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation) merupakan faktor eksternal dan internal perusahaan, adalah: a. Hasil analisis SWOT yang diperoleh dari gabungan kekuatan dan peluang yang sehingga memperoleh kwadran strategi S-O (Strengths dan

Opportunities), strategi S-O pada kwadran ini menyatakan bahwa: Menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi yang sudah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan. Meningkatkan jumlah produksi dengan teknik

77

pengemasan yang baru untuk memperoleh peningkatan kuantitas dan kualitas mutu produk yang baik. b. Evaluasi faktor eksternal dan internal (EFE dan IFE) dengan langkah memberikan skor nilai 1 - 3 pada faktor-faktor yang mempengaruhi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan pada matriks banding

berpasangan (Metode Paired Comperasion) untuk memperoleh bobot masing-masing faktor. Berdasarkan hasil bobot masing-masing faktor dilanjutkan dengan menentukan rating dengan skala 1 4 sehingga diperoleh skor dan dijumlahkan seluruhnya menjadi total skor. Hasil evaluasi faktor eksternal dan internal (EFE dan IFE)

menggambarkan bahwa perusahaan sudah dalam posisi di kuadran agresif yaitu kuadran kanan atas (2,322;2,939), perusahaan berada pada posisi yang baik untuk pengembangan usaha dengan menggunakan kekuatan internalnya guna (1) memanfaatkan peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, (3) menghindari ancaman eksternal. Dengan demikian, penetrasi pasar, pengembangan pasar,

pengembangan produk, inegrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi horizontal, atau strategi kombinasi semuanya bisa layak digunakan, tergantung kondisi spesifik yang dihadapi perusahaan. Dari hasil analisis diatas beberapa strategi pengembangan usaha produk fish jelly PT XP dapat dipertimbangkan, diantaranya: 1. Hasil anisis dengan metode SWOT diatas menggambarkan bahwa perusahaan harus menerapkan strategi usaha dengan pengendalian mutu produk. Dengan pengendalian mutu produk perusahaan akan menentukan kebutuhan, keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada saingannya, dengan cara mempertahankan atau meningkatkan mutu pelayanan konsumen dan masyarakat. 2. Menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi, artinya pemasaran bermasyarakat meminta pemasar untuk menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan kebijaksanaan pemasaran yaitu keuntungan jangka pendek, kepuasan konsumen jangka panjang.

78

3. Hasil evaluasi faktor eksternal dan internal (EFE dan IFE) menggambarkan bahwa perusahaan sudah dalam posisi yang baik dalam segi pengembangan usaha. Pertimbangan ke depan untuk meningkatkan pemasaran seiring dengan hasil optimasi produksi untuk memperoleh keuntungan maksimal, maka ada beberapa hal perlu diperhatikan adalah penyaluran produk melalui agen dan sub agen yang sudah berjalan selama ini masih cukup dapat diandalkan dan baik untuk diteruskan, namun perlu diingat bahwa bila perusahaan akan meningkatkan total produksi dari sekitar 55 ton pertahun saat ini menjadi 110 ton pertahun tentunya perlu rencana strategi pemasaran yang lebih baik sehingga dapat menyerap total produksi yang diinginkan. Strategi pengembangan usaha pemasaran dapat dikembangkan dengan menembus pemasaran di pasar-pasar tradisional dan pasar swalayan dengan membuat kemasan produk lebih kecil seperempat kilogram sehingga harga dapat terjangkau masyarakat banyak.

79

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS), 2005. Informasi Umum dan Indikator Penting Indonesia . Badan Pusat Statistik, Jakarta Badan Standarisasi Nasional, 2006.,Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2694.12006)., Jakarta Buku Pedoman Perusahaan, PT XP, 2008., Strukur Organisasi PT XP., Jakarta Chandra, Gregorius, 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Andi, Yogyakarta. David F R, 2002., Manajemen Strategis Edisi Ketujuh. Terjemahan. PT Prehallindo. Jakarta Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2005., Rencana Stratetgis (RENSTRA) Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2005 2009. Jakarta Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2005,. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005., Statistik Perikanan Budidaya Indonesia Tahun 2004. Departemen Kelautan dan Perikanan 2005 Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2006., Direktorat Jenderal P2HP, Balai Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, Teknologi Pengolahan Surimi dan Produk Fish Jelly, Jakarta Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2003., Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Tahun 2003, Jakarta Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, 2005., Laporan Tahunan 2005 Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan Drucker P F., 1993. Managing for Result. Terjemahan Udjian Wahyusuprapto. Jakarta: Erlangga Fardiaz S., 1997. Analisis Bahaya dan PengendalianTitik Kritis. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan, IPB Hadiwihardjo BH., 1998. Mutu dan Keamanan Pangan dan Perdagangan Internasional., Pusat Penelitian dan Pengembangan Kimia TerapanLIPI, Bandung Hamel G. And CK Prahalad., 1994. Computing for the Future. Boston: Harvard Business School Press Hubeis M, 1994., Pemasyarakatan ISO 9000 untuk Industri Pangan di Indonesia. Buletin Teknologi dan Industri Pangan . Vol. V (3). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Hubeis M, 2007., Buku Materi Pokok. PANG 431 5/3SKS/MODUL 1-9 Managemen Industri Pangan. Penerbit Universitas Terbuka, 2007 Hunger, J. David & Thomas L. Whelen, 1996. Manajemen Strategis. Terjemahan Juliato Agung S. SE. S.Kom Tahun 2003. Penerbit Andi, Jakarta. Hutabarat J dan Huseini M, 2006., Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer di Tengah Operasional. Jakarta: PT Gramedia Kadarisman D. 1996., ISO (9000 dan 14000 dan Sertifikasi. Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Vol. (3). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,IPB Kotler, P. 1997. Marketing Manajemen : Analysis, Planning, Implementation and Control. Prentice-Hall International, Inc., London. Kotler, P. 2001., Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1 Edisi Kedelapan . Alih bahasa Sihombing. Erlangga. Jakarta Luning, P.A, W.J. Marcelis, and W.M.F. Jongen. Manajemen. Wegeningen Pers, Wageningen. 2002.Food Quality

Marimin, 2004., Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004 Muhdi, 2005., Program Pengembangan Pemasaran Hasil Perikanan Makalah dalam Rapat Kerja Teknis Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemasaran, Cikampek 2005 Mulyono, 2004., Riset Operasi Edisi Revisi 2007. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta 2007 Nikijuluw, V. 2007. Meningkatkan Nilai Tambah Perikanan., Penerbit: Satuan Kerja Direktorat Jenderal P2HP, Departemen Kelautan dan Perikanan. Paul, 2006. Strategi Pemasaran Produk 18 Langkah Membangun Jaringan Pemasaran Produk yang Kokoh. Penerbit Prestasi Pustakaraya, Jakarta Pearce, J.A. dan Robinson, 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, Jilid I. Bina Rupa Aksara, Jakarta

Purnama, C.M.L. 2002. Strategic Marketing Plan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar H, 2001., Studi Kelayakan Bisnis Edisi -2; Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara koprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta http://www.soejasch.com/gallery/fish-finger.html, Juli 2008 www.bbfishexport.ecvv.com, Juli 2008 http://www.freewebs.com/astronixmesin, Juli 2008 www.depkop.go.id, Juni 2008

83

LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan pertanyaan untuk Wawancara

I.

PROFIL PERUSAHAAN (INTERNAL) 1. Nama Perusahaan : ............................................................................ ............................................................................ 2. Bidang Usaha : ............................................................................ ............................................................................ 3. Alamat Perusahaan : ............................................................................

4. Nama Pengisi Responden 5. Jabatan dalam Perusahaan 6. Bentuk Perusahaan

: : :

............... ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................

7. Visi, Misi & Tujuan Perusahaan : 8. Struktur Organisasi Perush. 9. Jumlah Pegawai 10. Struktur Pegawai terdiri dari : : :

11. Sejarah Perusahaan

............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................

12. Modal Awal 13. Nilai aset

: :

............... ............................................................................

14. Jenis modal

...............

15. Kapasitas produksi 16. Omzet penjualan

: :

.................. ..

17. Produk yang dihasilkan

18. Aspek Teknik & Produksi (Tmk Lay out)

............................................................................

19. Aspek Pemasaran

............................................................................
84

Lampiran 1a. Kompoisis bahan pembuatan produk fish jelly 1) Komposisi bahan pembuatan Bakso Ikan Fungsi Bahan utama Bahan penolong Bahan pengisisi Pengempuk tekstur Pengikat Pemberi rasa Pemberi aroma Pemberi rasa Penguat rasa Pemberi rasa

Nama bahan Surimi/daging ikan Es Tepung tapioka Minyak goreng Putih telur Garam Bawang putih Gula pasir Monosodium glutamat Lada

2) Komposisi bahan pembuatan Otak-otak Ikan Nama bahan Surimi/daging ikan Es Tepung tapioka Sayuran Minyak goreng Garam Bawang putih Gula pasir Monosodium glutamat Lada Fungsi Bahan utama Bahan penolong Bahan pengisisi Bahan pengisi Pengempuk tekstur Pemberi rasa Pemberi aroma Pemberi rasa Penguat rasa Pemberi rasa

3) Komposisi bahan pembuatan Kaki Naga Ikan Nama bahan Surimi/daging ikan Es Protein kedelai Tepung tapioka Bawang merah Whey powder Perisa ayam Bawang putih Minyak goreng Garam Gula pasir Lechitin soya Minyak wijen Lada Monosodium glutamat Fungsi Bahan utama Bahan penolong Bahan pengisisi Bahan pengisis Pemberi aroma Pengemulsi Pemberi rasa Pemberi aroma Pengempuk tekstur Pemberi rasa Pemberi rasa Pengemulsi Pemberi aroma Pemberi rasa Pemberi rasa

89

4) Komposisi bahan pembuatan Fish finger Nama bahan Surimi/daging ikan Es Tepung roti Tepung tapioka Minyak goreng Butter mix Garam Perisa ayam Monosodium glutamat Lada Fungsi Bahan utama Bahan penolong Bahan penolong Bahan pengisisi Pengempuk tekstur Pemantap tekstur Pemberi rasa Pemberi rasa Penguat rasa Pemberi rasa

5)

Komposisi bahan pembuatan Sosis Ikan Fungsi Bahan utama Bahan penolong Bahan pengisisi Bahan pengisis Pemberi aroma Pengemulsi Pemberi rasa Pemberi aroma Pengempuk tekstur Pemberi rasa Pemberi rasa Pengemulsi Pemberi aroma Pemberi rasa Pemberi aroma Penguat rasa

Nama bahan Surimi/daging ikan Es Protein kedelai Tepung tapioka Bawang merah Whey powder Perisa sapi Bawang putih Minyak goreng Garam Gula pasir Lechitin soya Jahe Lada Smoke flavor Monosodium glutamat

90

20. Aspek Yuridis

............................................................................

21. Aspek Manajemen

............................................................................

22. Aspek Keuangan

............................................................................

23. Aspek SDM

............................................................................

24. Aspek Risiko

............................................................................

25. Strategi Perusahaan

............................................................................

II. KONDISI USAHA 26. Berapa jumlah pegawai dan apa tugas-tugasnya, serta tanggungjawabnya ? 27. Apa saja bahan baku yang digunakan dalam proses produksi ? 28. Dimanakah mendapatkan bahan baku tersebut ? 29. Bagaimana syarat pembelian bahan baku tersebut ? 30. Bagaimanan proses produksi yang dijalankan ? 31. Apakah peralatan yang dipakai dalam proses produksi ? 32. Apakah selama ini ada kerjasama dengan mitra usaha ?, bagaimana cara kerjasama tersebut ? 33. Apakah harga produk yang di produksi dapat bersaing dengan perusahaan lain ? 34. Siapakah pesaing dari perusahaan ini ? 35. Apakah keunggulan produk yang diproduksi dari daerah lain ? 36. Bagaimana distribusi produk yang diproduksi ? 37. Promosi apakah yang sudah dilakukan ? 38. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perusahaan untuk berkembang ?

85

III. ASPEK LINGKUNGAN (EKSTERNAL) - Lingkungan Remote 39. Aspek Ekonomi Makro : ............................................................................ ............................................................................ 40. Aspek Sosial : ............................................................................ ............................................................................ 41. Aspek Politik : ............... ............................................................................ 42. Aspek Teknologi : ............................................................................ ............................................................................ 43. Aspek Ekologi (Lingkungan) : ............................................................................

IV. ASPEK LINGKUNGAN (EKSTERNAL) - Lingkungan Industri

44. Penghalang bagi Pendatang Baru: a. Hambatan masuk Skala Ekonomi Diferensiasi Produk Kecukupan Modal Biaya Peralihan Akses ke Saluran Distribusi

............................................................................

Ketidakunggulan biaya Independen Peraturan pemerintah

b. Tindakan Penolakan yang diperkirakan c. Harga Penghalang Masuk d. Sifat Hambatan Masuk e. Pengalaman dan skala sebagai Hambatan masuk

45. Kekuatan Pemasok a. Pemasok terpencar b. Produk subtitusi c. Pelanggan penting d. Masukan yang Penting e. Diferensiasi Pemasok

............................................................................

86

f.

Integrasi Maju

g. Pemerintah.

46. Kekuatan Pembeli a. Kelompok Pelanggan b. Produk Industri c. Diferensiasi Produk d. Biaya Pengalihan e. Laba Pelanggan f. Ancaman integrasi balik

............................................................................

g. Kualitas Produk h. Informasi Pelanggan

47. Ketersediaan Barang Pengganti :

............... ............................................................................

48. Rivalitas Persaingan a. Jumlah Kompetitor

............................................................................

b. Tingkat peretumbuhan Industry c. Karakteristik produk dan jasa d. Biaya tetap yg besar. e. Kapasitas f. Beri hambatan keluar.

V. ASPEK LINGKUNGAN (EKSTERNAL) - Lingkungan Operasional

49. Kondisi Pesaing 50. Kreditur

: :

............................................................................ ............................................................................ ............................................................................

51. Pelanggan

............................................................................ ............................................................................

52. Buruh/pegawai

............................................................................ ............................................................................

53. Pemasok

...............

87

VI. ASPEK RANTAI NILAI PERUSAHAAN - Aktivitas Utama

54. Pembelian bahan baku dan logistik internal : ............................................................................ 55. Kegiatan Operasi : ............................................................................ ............................................................................ 56. Distribusi dan logistik eksternal : ............................................................................ ............................................................................ 57. Bagian Pemasaran dan Penjualan : ............................................................................ 58. Service - Aktivitas Pendukung : ...............

59. Penelitian dan Pengembangan, teknologi, dan pengembangan sistem : ............................................................................ 60. Pembinaan sumber daya manusia : ............................................................................ 61. Administrasi Umum : ............................................................................

88

Lampiran 2. Hasil Uji Mutu Fish Finger

HASIL
Test Result Nama contoh Nomor Nomor Analisis Halaman Parameter Air Abu Protein (Nx6,25) Lemak Karbohidrat Energi Formalin* Cemaran logam: Timbal (Pb) mg/kg mg/kg mg/kg < 0,064 < 0,006 < 0,0005 SNI 01-2897-1992 Koloni/g APM/g /25 g 40 <3 negatif : Fish Finger Ikan : 1083/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008 : 508 : 2 dari 2 Satuan % % % % % Kal/100 g Hasil 53,8 2,02 11,3 12,7 20,2 240 negatif Metode Uji/Teknik SNI 01-2891-1992, butir 5.1 SNI 01-2891-1992, butir 6.1 SNI 01-2891-1992, butir 7.1 SNI 01-2891-1992, butir 8.2 Pengurangan Perhitungan SNI 01-2894-1992, butir 3.2 SNI 01-2896-1998, butir 5

Kadmium (Cd) Raksa (Hg)

Cemaran Mikroba: ALT E. coli Salmonella * Diluar lingkup akreditasi

SALINAN COPY Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro ttd Manajer Teknis Pengujian Pangan

91

Lampiran 3. Hasil Uji Mutu Otak-otak Ikan

HASIL
Test Result Nama contoh Nomor Nomor Analisis Halaman Parameter Air Abu Protein (Nx6,25) Lemak Karbohidrat Energi Formalin* Cemaran logam: Timbal (Pb) mg/kg mg/kg mg/kg < 0,064 < 0,006 < 0,0005 SNI 01-2897-1992 Koloni/g APM/g /25 g 2,2 x 102 <3 negatif : Otak-otak Ikan : 1084/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008 : 509 : 2 dari 2 Satuan % % % % % Kal/100 g Hasil 62,8 2,48 10,5 2,43 21,8 151 negatif Metode Uji/Teknik SNI 01-2891-1992, butir 5.1 SNI 01-2891-1992, butir 6.1 SNI 01-2891-1992, butir 7.1 SNI 01-2891-1992, butir 8.2 Pengurangan Perhitungan SNI 01-2894-1992, butir 3.2 SNI 01-2896-1998, butir 5

Kadmium (Cd) Raksa (Hg)

Cemaran Mikroba: ALT E. coli Salmonella * Diluar lingkup akreditasi

SALINAN COPY Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro ttd Manajer Teknis Pengujian Pangan

95

Lampiran 4. Hasil Uji Mutu Bakso Ikan

HASIL
Test Result Nama contoh Nomor Nomor Analisis Halaman Parameter Air Abu Protein (Nx6,25) Lemak Karbohidrat Energi Formalin* Cemaran logam: Timbal (Pb) mg/kg mg/kg mg/kg < 0,064 < 0,006 < 0,0005 SNI 01-2897-1992 Koloni/g APM/g /25 g 7,1 x 102 <3 negatif : Bakso Ikan : 1085/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008 : 510 : 2 dari 2 Satuan % % % % % Kal/100 g Hasil 71,9 2,30 9,60 2,47 13,7 116 negative Metode Uji/Teknik SNI 01-2891-1992, butir 5.1 SNI 01-2891-1992, butir 6.1 SNI 01-2891-1992, butir 7.1 SNI 01-2891-1992, butir 8.2 Pengurangan Perhitungan SNI 01-2894-1992, butir 3.2 SNI 01-2896-1998, butir 5

Kadmium (Cd) Raksa (Hg)

Cemaran Mikroba: ALT E. coli Salmonella * Diluar lingkup akreditasi

SALINAN COPY Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro ttd Manajer Teknis Pengujian Pangan

95

Lampiran 5. Hasil Uji Mutu Sosis Ikan

HASIL
Test Result Nama contoh Nomor Nomor Analisis Halaman Parameter Air Abu Protein (Nx6,25) Lemak Karbohidrat Energi Formalin* Cemaran logam: Timbal (Pb) mg/kg mg/kg mg/kg < 0,064 < 0,006 < 0,0005 SNI 01-2897-1992 Koloni/g APM/g /25 g 2,9 x 103 <3 negatif : Sosis Ikan : 1086/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008 : 511 : 2 dari 2 Satuan % % % % % Kal/100 g Hasil 65,4 2,17 10,5 7,65 14,3 168 negatif Metode Uji/Teknik SNI 01-2891-1992, butir 5.1 SNI 01-2891-1992, butir 6.1 SNI 01-2891-1992, butir 7.1 SNI 01-2891-1992, butir 8.2 Pengurangan Perhitungan SNI 01-2894-1992, butir 3.2 SNI 01-2896-1998, butir 5

Kadmium (Cd) Raksa (Hg)

Cemaran Mikroba: ALT E. coli Salmonella * Diluar lingkup akreditasi

SALINAN COPY Laboratorium analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro ttd Manajer Teknis Pengujian Pangan

95

Lampiran 6. Hasil Uji Mutu Kakinaga Ikan

HASIL
Test Result Nama contoh Nomor Nomor Analisis Halaman Parameter Air Abu Protein (Nx6,25) Lemak Karbohidrat Energi Formalin* Cemaran logam: Timbal (Pb) mg/kg mg/kg mg/kg < 0,064 < 0,006 < 0,0005 SNI 01-2897-1992 Koloni/g APM/g /25 g 4,6 x 102 <3 negatif : Kakinaga Ikan : 1087/LHU/Bd/ABICAL.1/II/2008 : 512 : 2 dari 2 Satuan % % % % % Kal/100 g Hasil 51,3 2,90 9,82 6,15 29,8 214 negatif Metode Uji/Teknik SNI 01-2891-1992, butir 5.1 SNI 01-2891-1992, butir 6.1 SNI 01-2891-1992, butir 7.1 SNI 01-2891-1992, butir 8.2 Pengurangan Perhitungan SNI 01-2894-1992, butir 3.2 SNI 01-2896-1998, butir 5

Kadmium (Cd) Raksa (Hg)

Cemaran Mikroba: ALT E. coli Salmonella * Diluar lingkup akreditasi

SALINAN COPY Laboratorium analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro ttd Manajer Teknis Pengujian Pangan

95

Lampiran 7. Pemilihan Komoditas Unggulan Dengan Kriteria dan Pembobotan Produk Fish Jelly Nilai Alternatif Produk Bakso 8 8 8 8 8 8 8 Otak-otak 6 8 8 7 6 8 7 Kakinaga 7 8 9 8 7 7 8 Sosis 7 8 7 6 7 6 6 Fish Finger 9 8 6 7 6 8 7

No. Kriteria

Bobot MPE 9 8 6 7 5 7 5

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Potensi pasar Kondisi bahan baku Nilai tambah Daya serap tenaga kerja Teknologi Kondisi sosial budaya Dampak lingkungan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Keterangan: Potensi pasar Kondisi bahan baku Nilai tambah Daya serap tenaga kerja Teknologi Kondisi sosial budaya Dampak lingkungan

: pemantauan potensi hasil penjualan dalam satu tahun : tersedianya suplai bahan baku semua produk : nilai harga penjualan semua produk selama satu tahun : kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi : penggunaan mekanisasi dalam memproduksi : persentase keinginan pasar : manfaat penyerapan tenaga kerja dari masyarakat setempat

96

Lanjutan Lampiran 7.

Perhitungan Metode Perbandingan Ekponensial (MPE): Bakso ikan : 8 9 + 88 + 86 + 87 + 65 + 77 + 85 134.217.728 +16.777.216 +262.144 154.218.327 Otak-otak : 69 + 8 8 + 86 + 77 + 65 + 87 + 7 5 10.077.696 30.062.334 Kakinaga : 79 + 88 + 96 + 87 + 75 + 77 + 85 40.353.607 60.632.534 Sosis ikan : 79 + 88 + 76 + 67 + 75 + 67 + 65 40.353.607 57.832.927 Fish Finger : 99 + 88 + 66 + 77 + 65 + 87 + 75 387.420.489 +16.777.216 +46.656 407.189.639 +823.543 +7.776 +2.097.152 +16.807 +16.777.216 +117.649 +279.936 +16.807 +279.936 +7.776 +16.777.216 +531.441 +2.097.152 +16.807 +823.543 +32.768 +16.777.216 +262.144 +823.543 +7.776 +2.097.152 +16.807 +2.097.152 +7.776 +823.543 +32768

98

Nilai keputusan yang diperoleh Jenis Produk Fish Finger Bakso ikan Kakinaga Sosis ikan Otak-otak Hasil Perhitungan 407.189.639 154.218.327 60.632.534 57.832.927 30.062.334 Putusan Peringkat I II III IV V

98

Lampiran 8. Optimasi Produksi PT XP Persoalan proses industri pengolahan fish jelly produk pada PT XP dapat disusun dalam bentuk yang menunjukkan kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya seperti pada data dibawah ini. Jika persoalan tersebut di rumuskan dalam program linier (PL), maka akan diperoleh rumusan modelnya sebagai berikut: Langkah 1 Merumuskan Model (PL): Memaksimumkan Z = 5.100 X1 + 3.600 X2 (x Rp. 1000) (Fungsi tujuan) Keadaan Industri Pengolahan Fish Jelly PT XP Mesin A B C Kebutuhan 1 0 3 Waktu (jam/t) 0 2 2 Ketersediaan Waktu (jam) 4 12 18

Syarat-syarat (kendala) 1 X1 + 0 X2 < 4

0 X1 + 2 X2 < 12 3 X1 + 2 X2 < 18, dan X1 0; X2 0 (syarat non-negatif) Langkah 2 Kendala 1 : Fungsi linier 1X1 + 0 X2 < 4 Jika X2 = 0, maka X1 < 4 Titik perpotongan (X1 , X2 ) adalah (4 , 0) Kendala 2: Fungsi linier X1 + 2 X2 < 12, Jika X1 = 0, maka X2 < 6 Titik perpotongan (X1 , X2 ) adalah (0 , 6) Kendala 3: Fungsi linier 3 X1 + 2 X2 < 18, Jika X1 = 0, maka X2 < 9 X2 = 0, maka X1 < 6

99

Lanjutan Lampiran 8. Titik perpotongan (X1 , X2 ) adalah (6 , 9) Langkah 3 Mencari produksi optimal, persamaan Z = 5.100 X1 + 3.600 X2 Langkah 4 Mencari nilai maksimal Z, nilai X1 dan X2 yang optimum. Poligon Konveks titik ABCDE . Titik yang dilalui oleh kedua fungsi kendala B dan C. Mencari nilai X1 , X2 dan Z Persamaan Linier: Analisis titik C X1 3 X1 + 0 X2 = 4 ....... 3 X1 + 0 X2 = 12 3 X1 + 2 X2 = 18-2 X2 = -6 X2 3 X1 + 2 X2 3 X1 + 2.3 = 18 = 18 = 3

+ 2 X2 = 18

3 X1 = 18 6 X1 = 4 Titik potong C (4,3) Keuntungan maksimum didapat pada jumlah produksi di titik C (4,3) Z = 5.100 (4) + 3.600 (3) = 20.400 + 10.800 = 31.200

Analisis titik B 0 X1 + 2 X2 3 X1 + 2 X2 -3X1 X1 3 X1 + X2 3.2 + 2 X2 2 X2 X2

= 12 = 18= -6 = 2 = 18 = 18 = 12 =6

Titik potong B (2,6) Keuntungan maksimum didapat pada jumlah produksi di titik B (2,6) Z = 5.100 X1 + 3.600 X2 Z = 5.100 (2) + 3.600 (6) = 10.200 + 21.600 = 31.800

100

Lanjutan Lampiran 8.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa optimum produksi pada titik B(2,6) yang berarti dengan jumlah produksi (sosis ikan) X1=2 bagian (25%) dan jumlah produk (kakinaga ikan) X2=6 bagian (75%) akan memperoleh keuntungan maksimal yaitu Rp. 31.800/kg atau Rp.31.800.000/ton.

101

Lampiran 9. Matriks Analis SWOT PT XP


KEKUATAN (STRENGTHS) INTERNAL EKSTERNAL PELUANG (OPPORTUNITIES) Sudah mempunyai penyalur tetap Ketersediaan bahan baku yang cukup Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang semakin bertambah Kemajuan perikanan teknik pengolahan hasil Hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku Letak perusahaan yang cukup strategis STRATEGI (SO) Menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi baik pemasok bahan baku maupun penyalur produk ke pasar Meningkatkan jumlah produksi dengan teknik olahan yang baru dengan didukung oleh ketersediaan bahan baku STAREGI (WO) Memaksimalkan kemampuan produksi dengan modal yang terbatas Meningkatkan strategi pemasaran dalam merebut pasar Keuletan manajer dalam mengelola usaha Produk cukup berkualitas tanpa bahan pengawet KELEMAHAN (WEAKNESSES) Perusahaan kurang pasokan modal Biaya produksi tidak minimal Produk mudah rusak Kurangnya jalur distribusi pada pasar potensial

ANCAMAN (TRHEATS) Adanya kenaikan biaya produksi akibat kenaikan tarif listrik dan BBM Adanya produk substitusi Kondisi ekonomi yang belum stabil Pesaing yang aktif melakukan inovasi produksi -

STRATEGI (ST) Memaksimalkan promosi akan kelebihan yang ada produk Membuat diversifikasi dengan selera pasar produk sesuai Mencermati segmen pasar yang tepat sesuai kualitas produk -

STRATEGI (WT) Mengefisienkan modal produksi sebaik-baiknya Mencoba mencari terobosan pasar yang potensial Mengurangi biaya produksi dengan memanfatkan sarana yang ada Mencoba menarik investasi modal untuk kerjasama

102

Lampiran 10. Bagian Matriks Berpasangan

1) Dalam penentuan prioritas faktor eksternal ada atribut yang harus diperbandingkan. Responden oleh: Bpk. Haryanto (selaku manajer produksi dan pemasaran)

Faktor A B C D E F G H I J K L M

A 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1

B 3 1 1 1 3 3 2 3 1 1 1 1

C 3 3 1 2 3 3 3 3 1 1 3 2

D 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3

E 3 3 2 1

F 1 1 1 1 1

3 3 1 3 1 3 1 2 1 1 1 3 1 2 1 TOTAL

G 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1

H 3 2 1 1 1 3 3 2 1 1 1 1

I 1 1 1 1 1 3 3 2 1 1 1 1

J 3 3 2 1 1 3 3 3 3 1 3 1

K 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3

L 3 3 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1

M 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 1 3

TOTAL 30 27 19 13 19 36 34 28 31 20 13 24 18 312

BOBOT 0.096 0,087 0,061 0,042 0,061 0,115 0,109 0,090 0,099 0,064 0,042 0,077 0,058 1,000

103

Lanjutan Lampiran 10. 1) Dalam penentuan prioritas faktor internal ada atribut yang harus diperbandingkan Responden oleh: Bpk. Haryanto (selaku manajer produksi dan pemasaran) Faktor A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 B 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 1 3 1 3 C 3 1 1 3 1 3 2 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 1 2 D 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 2 3 2 3 3 1 2 E 3 1 1 1 1 3 1 3 2 3 1 1 1 3 1 1 3 1 2 F 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 G 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 3 1 H 3 1 2 1 3 1 3 3 2 3 1 1 1 3 1 1 3 1 2 I 3 1 1 1 1 1 2 1 J 3 1 1 1 2 1 3 2 3 K 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 L 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 1 3 1 3 M 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 N 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 1 1 3 3 2 3 2 3 O 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 P 3 1 3 2 3 1 3 3 3 3 3 2 1 1 3 2 3 1 3 Q 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 1 3 R 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 S 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 T 3 1 2 2 2 1 3 2 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 1 TOTAL BOBOT 56 0,074 32 0,042 39 0,051 29 0,038 43 0,057 25 0,033 51 0,067 40 0,053 51 0,067 43 0,057 52 0,068 26 0,034 21 0,028 29 0,038 51 0,067 32 0,042 29 0,038 51 0,067 22 0,029 39 0,051 761 1,000

1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 TOTAL

104

Lampiran 11. Data Produksi, Penjualan, Nilai Penjualan Produk Fish Jelly dan Neraca Keuangan PT XP

Tabel 11a. Total Produksi Produk Fish Jelly PT "XP" Desember 2007 sampai Nopember 2008
No. Bulan Bakso 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Nopember 2008 TOTAL: 676,00 1.000,00 1.738,00 1.095,00 1.067,50 1.150,00 2.053,50 1.121,00 _ _ _ _ 9.901,00 Otak-otak 1.325,00 6.080,00 2.752,50 583,00 1.465,50 755,50 3.454,50 _ _ _ _ 28,50 16.444,50 Jumlah Produksi (Kg) Kakinaga 209,00 899,50 1.341,00 1.468,50 1.235,50 1.241,50 1.640,00 2.065,50 911,50 _ _ 130,00 11.142,00 Sosis 121,50 435,00 725,00 847,00 760,00 697,50 798,00 1.495,50 433,00 _ 67,50 181,00 6.561,00 Fish Finger 152,00 837,00 1.242,50 1.412,50 995,00 1.212,50 1.051,00 2.895,00 416,50 581,50 118,00 122,00 11.035,50 2.483,50 9.251,50 7.799,00 5.406,00 5.523,50 5.057,00 8.997,00 7.577,00 1.761,00 581,50 185,50 461,50 55.084,00 Jumlah

105

Tabel 11b. Total Penjualan Produk Fish Jelly PT "XP" Desember 2007 sampai Nopember 2008 No. Bulan Bakso 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Nopember 2008 TOTAL: 168,50 544,00 737,50 603,50 3.203,00 648,50 2.136,50 822,00 280,50 192,00 95,50 101,00 9.532,50 Otak-otak 176,00 913,50 1.142,50 1.007,50 5.749,00 916,00 1.440,00 1.172,50 286,00 332,00 225,50 193,50 13.554,00 Jenis Produk(Kg) Kakinaga 143,50 820,50 1.193,50 1.078,00 1.463,50 921,50 1.118,00 3.190,00 373,50 383,50 144,50 143,00 10.973,00 Sosis 96,00 434,00 690,50 799,00 783,50 705,50 758,00 1.551,50 294,50 149,50 87,00 106,00 6.455,00 Fish Finger 126,50 783,00 1.265,00 1.211,50 1.215,50 1.080,00 883,50 3.181,50 443,50 430,00 175,50 211,50 11.007,00 710,50 3.495,00 5.029,00 4.699,50 12.414,50 4.271,50 6.336,00 9.917,50 1.678,00 1.487,00 728,00 755,00 51.521,50 Jumlah

106

Tabel 11c. Nilai Penjualan Produk Fish Jelly PT "XP" Desember 2007 sampai Nopember 2008 No. Bulan Bakso 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Nopember 2008 TOTAL: 2.865,00 9.520,00 12.906,00 10.561,00 57.558,00 11.348,00 39.098,00 15.966,00 5.750,00 3.936,00 1.957,00 2.070,00 173.535,00 Nilai Penjualan (x Rp.1000) Otak-otak 2.819,00 15.072,00 18.851,00 16.623,00 97.755,00 15.114,00 24.658,00 20.663,00 5.434,00 6.308,00 4.284,00 3.676,00 231.257,00 Kakinaga 2.298,00 14.358,00 20.886,00 18.865,00 25.884,00 16.126,00 20.255,00 62.842,00 7.470,00 5.670,00 2.890,00 2.860,00 200.404,00 Sosis 2.112,00 9.765,00 15.536,00 17.977,00 17.722,00 15.873,00 17.301,00 38.388,00 7.509,00 3.812,00 2.218,00 2.703,00 150.916,00 Fish Finger 2.783,00 17.617,00 28.443,00 27.258,00 27.402,00 24.300,00 20.118,00 74.244,00 11.309,00 10.965,00 4.475,00 5.388,00 254.302,00 12.877,00 66.332,00 96.622,00 91.284,00 226.321,00 82.761,00 121.430,00 212.103,00 37.472,00 30.691,00 15.824,00 16.697,00 1.010.414,00 Jumlah

107

Tabel 11d. Neraca Keuangan PT XP Tahun Produksi Desember 2007 Nopember 2008 Volume Produksi PRODUK Fish Finger Sosis Kakinaga Otak-otak Bakso TOTAL (Kg) HPP (Rp) Biaya Produksi (Rp)/Kg 225.124.200,00 154839600 194985000 286134300 167326900 1.028.410.000,00 Penjualan (Kg) 11.007,00 6.455,00 10.973,00 13.554,00 9.532,50 51.521,50 Harga Jual (Rp)/Kg 25.500 25.500 20.000 19.000 20.500 Nilai Penjualan (Rp) 281.405.250,00 167.305.500,00 222.840.000,00 312.445.500,00 202.970.500,00 1.186.966.750,00 Nilai Terjual (Rp) 280678500 164602500 219460000 257526000 195416250 1117683250 Untung/Rugi (Rp) 55.554.300,00 9762900 24475000 -28608300 28089350 89.273.250,00

11.035,50 20.400 6.561,00 23.600 11.142,00 17.500 16.444,50 17.400 9.901,00 16.900 55.084,00

108

Lampiran 12. Profil Perusahaan PT XP 1. Kantor cabang unit bagian administrasi

2. Unit Bagian Produksi

109

3. Ruang Pembekuan

4. Produk Beku

110

5. Proses Penggorengan Fish Finger

111

You might also like