You are on page 1of 7

LAPORAN TUTORIAL BLOK 3.

3
MODUL 3 GANGGUAN RESPIRASI PADA BAYI DAN ANAK SKENARIO 3: ''KENAPA ADA CAIRAN DI PARU ANAKKU''

TUTOR:
Prof.dr. SALMIAH AGUS, Sp.PA(K)

ANGGOTA KELOMPOK 4 A:
MILLAH FITRIYAH ZINDANY YESSI ARSURYA MUTIA DWI PUTRI ARZIA RAHMI DOPPY ANDIKA DHIA AFRA INDAH PARADIFA SARI INEZ AMELINDA RIZKY LOVIANA ROZA YESTRIA ELFATMA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN AKADEMIK 2012/2013

MODUL 3 GANGGUAN RESPIRASI PADA BAYI DAN ANAK SKENARIO 3: ''KENAPA ADA CAIRAN DI PARU ANAKKU'' Ibu Noni membawa anak perempuannya yang berumur 10 bulan ke Puskesmas dengan keluhan sesak nafas yang semakin bertambah sejak tiga jam yang lalu. Dari anamnesis dokter didapatkan bahwa anaknya batuk, pilek sejak tiga hari terakhir dan disertai demam yang tinggi sejak 1 hari ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa kelainan antara lain : sianosis, takipneu, nafas cuping hidung, retraksi epigastrium dan ronki basah halus nyaring pada kedua paru. Dokter segera memberikan oksigen dan menyiapkan rujukan untuk dirawat di RS.Dr.M.Djamil. Sesampai di RS anaknya segera diperiksa oleh dokter kemudian dipasang infus, dan diberi obat-obatan. Kemudian anaknya dilakukan Rontgen foto toraks dan pemeriksaan Laboratorium. Hasil foto toraks ditemukan gambaran air fluid level dan dilakukan pleural tap. Pada saat di rawat ibu Noni melihat anak laki-laki usia enam tahun yang mengalami sesak nafas, disertai bunyi menciut, dan setiap empat jam mendapatkan pengobatan dengan nebulizer. Orang tua pasien tersebut mengatakan bahwa anaknya dirawat untuk yang ketiga kali. Sesak nafas akan timbul terutama bila hari dingin dan habis makan coklat sehingga obat harus selalu tersedia. Ia juga mengatakan bahwa penyakit ini turunan dari kakeknya. Ibu Noni cemas kalau nanti anaknya akan mengalami sesak nafas berulang. Bagaimana anda dapat menjelaskan kelainan kedua anak di atas ?

I. TERMINOLOGI
1. Nafas cuping hidung adalah cuping hidung yang ikut bergerak saat inspirasi. 2. Retraksi epigastrium adalah penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam yang terjadi karena inspirasi terlalu kuat. 3. Air fluid level adalah gambaran dari hasil rontgen dengan sinar x yang menampilkan gambaran batasan berupa densitas gas di atas (hitam) dan densitas cairan di bawah (putih). 4. Pleural tap adalah prosedur pengambilan cairan pleura dari ruang antara membran pleura dengan dinding dada, disebut juga dengan aspirasi cairan pleura, thoracentesis, atau thoracosentesis.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Mengapa anak Ibu Noni mengeluh sesak napas yang semakin bertambah sejak 3 jam yang lalu? 2. Bagaimana hasil interpretasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dokter? 3. Mengapa dokter segera memberikan oksigen dan merujuk pasien ke RS? 4. Mengapa pasien diberi infuse dan obat-obatan dan apa jenis yang diberikan? 5. Mengapa dilakukan rontgen foto thoraks dan pemeriksaan laboratorium terhadap pasien? 6. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan rontgen foto thoraks dan mengapa dilakukan pleural tap? 7. Mengapa pasien rawat inap anak yang dilihat oleh Ibu Noni mengalami sesak napas, bunyi napas menciut, dan mendapat nebulizer? 8. Mengapa sesak napasnya timbul saat cuaca dingin dan setelah makan coklat? 9. Mengapa pasien rawat inap anak tersebut sampai tiga kali dirawat dan apakah ada korelasi dengan penyakit kakeknya? 10.Apa yang terjadi dengan anak Ibu Noni, dan apakah anaknya dapat mengalami sesak napas berulang?

III.ANALISIS MASALAH

1. Sesak napas (dispnea) merupakan kompensasi tubuh akibat kekurangan O2. Dispnea yang terjadi pada bayi dapat disebabkan oleh tersedak makanan, adanya ISPA, dan pneumonia. Pada ISPA disertai dengan batuk dan pilek, sedangkan pneumonia disertai juga dengan demam yang tinggi. Sesak napas semakin bertambah kemungkinan disebabkan oleh kinerja paru semakin menurun sehingga tidak mampu mengkompensasi kekurangan O2. 2. Dari hasil anamnesis dokter didapatkan bahwa anaknya batuk, pilek sejak tiga hari terakhir dan disertai demam yang tinggi merupakan gejala klinis pneumonia. Sedangkan dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan sianosis dan takipneu yang terjadi akibat kekurangan O2 , nafas cuping hidung sebagai gejala objektif yang sering terjadi pada bronkopneumonia, retraksi epigastrium akibat usaha yang kuat untuk bernapas, dan ronki basah halus nyaring pada kedua paru terjadi karena ada infiltrat pada saluran yang kecil pada respiratori yaitu di alveoli. 3. Dokter memberi O2 untuk mencukupi asupan kebutuhan O2 tubuh pasien karena mengalami sesak napas dan sianosis. Pasien dirujuk ke rumah sakit karena dari gejala yang ada sudah termasuk dalam criteria pneumonia berat (demam, batuk, pilek, sesak napas, sianosis, napas cuping hidung, retraksi epigastrium). 4. Infuse diberikan untuk koreksi asam basa (infuse elektrolit) dan koreksi kekurangan cairan (RL, NaCl, dll). Obat-obatan yang dapat diberikan adalah antibiotik, obat asimptomatis seperti antipiretik, mukolitik, dll. 5. Rontgen foto thoraks dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang, pada kasus pneumonia akan tampak gambaran berupa infiltrate. Pemeriksaan lab untuk menegakkan diagnosis, seperti kultur darah, analisis gas darah, dll. 6. Interpretasi dari pemeriksaan rontgen foto thoraks adalah ditemukan air fluid level berarti ada penumpukan cairan di paru. Pleural tap dilakukan untuk terapeutik/ mengeluarkan cairan yang menumpuk di paru, dan sebagai diagnsosis yang dapat diperoleh dari cairan pleura. 7. Pasien rawat inap anak yang dilihat oleh Ibu Noni mengalami sesak napas, bunyi napas menciut, dan mendapat nebulizer kemungkinan

mengalami asma. Gejala klinis khas asma seperti yang dialami oleh anak laki-laki tersebut. Nebulizer diberikan untuk melapangkan saluran pernapasan sehingga sesak napas dapat berkurang. 8. Sesak napas yang muncul saat udara dingin atau setelah makan coklat disebabkan karena perubahan cuaca yang ekstrem dan makanan tertentu merupakan salah satu faktor pencetus asma. 9. Sudah dirawat berkali-kali mengindikasikan derajat asma yang diderita anak tersebut termasuk asma serangan sedang-berat sehingga perlu rawat inap di rumah sakit. Asma juga merupakan penyakit genetic yang dapat diwariskan sehingga kemungkinan ada hubungannya dengan riwayat penyakit kakeknya. 10.Kemungkinan anak Ibu Noni mengalami pneumonia. Anaknya dapat mengalami sesak napas yang berulang jika penyebabnya tidak dieradikasi sempurna. IV. SKEMA V. LEARNING OBJECTIVES Mahasiswa mampu menjelaskan : 1. Infeksi sistem pernapasan bagian atas pada anak (akut dan kronik) 2. Infeksi sistem pernapasan bagian bawah pada anak (akut dan kronik) 3. Asma pada anak VI. BELAJAR MANDIRI VII.PEMBAHASAN LO A. Infeksi sistem pernapasan bagian atas pada anak (akut dan kronik) Akut 1. Common cold 2. Rhinitis alergi 3. Sinusitis 4. Tonsilofaringitis 5. Croups Kronik 1. Sinusitis 2. Tonsilofaringitis

B. Infeksi system pernapasan bagian bawah pada anak (akut dan kronik) Akut 1. Bronchitis 2. Bronkiolitis 3. Bronkopneumonia Kronik 1. Tuberkulosis Definisi Tuberculosis adalah infeksi pada paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Epidemiologi Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak walaupun dikatakan merupakan Self limited disease atau Stable disease sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang. Indonesia merupakan negara dengan proporsi TB tertinggi nomor 3 (tiga) setelah India (30%) dan Cina (15%) yaitu sebesar 10%. Sedangkan prevalensi penyakit berkisar antara 1,2 2,5%. Menurut Shaw dkk.(1954), 65,2% anak sekitar penderita TB dewasa dengan BTA (+) akan terinfeksi tuberkulosis (tuberkulin positif). Sedangkan Guerin dkk. (1975) mengemukakan bahwa setiap penderita TB menulari 5 orang disekitarnya terutama anak. Faktor risiko 1. Sosial Ekonomi Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi infeksi Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama. 2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya over crowded 3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai sifat dan cara penularan TB Klasifikasi

1. TB Primer Komplek Primer Komplikasi paru dan alat lain (sistemik) Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang indolen aktif kembali) Re infeksi eksogen Komplek Primer : Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang disebut afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan menjalar melalui saluran limfe dan terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan terjadi pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi pada kelenjar limfe hiler. Komplikasi Paru dan alat lain Dapat terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi TB milier, meningitis TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TB tulang dan sendi.

2. TB Post Primer

C. Asma pada anak Definisi Asma adalah

You might also like