You are on page 1of 13

Tugas

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH LAYANAN KESEHATAN


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PTPSP - B

Disusun Oleh :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2012

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH LAYANAN KESEHATAN

beberapa pilihan pengolahan tertentu yang disajikan dalam bab ini mungkin dapat mengurangi bahaya infeksius limbah layanan kesehatan secara efektif dan mencegah terjadinya pemulungan. Tetapi disaat yang bersamaan juga dapat membesar bahaya lain terhadap kesehatan dan lingkungan. A. Insenerasi Insinerasi merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi yang dapat mengurangi limbah organik dan limbah yang mudah terbakar menjadi bahan anorganik yang tidak mudah terbakar dan mengakibatkan penurunan yang sangat signifikan dari segi volume maupun berat limbah. Insinerasi biasanya merupakan metode pilihan untuk kebanyakan limbah layanan kesehatan yang berbahaya dan sampai saat ini masih banyak dipakai. Proses ini biasanya dipilih untuk mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau dibuang dilokasi landfill. Karakteristik limbah yang dapat dijangkau dan dilakukan hanya jika nilai kalor limbah mencapai sedikitnya 2000 kkal/kg (8370 kJ/kg). Karakteristik limbah yang sesuai untuk insinerasi 1. Nilai kalor rendah: di atas 200 kkal/kg (8370 kJ/kg) untuk insinerator bilik tunggal, dan di atas 3500 kkal/kg (14640 kJ/kg) untuk insinerator bilik ganda pirolitik (suhu tinggi). 2. Kandungan materi yang dapat terbakar mencapai labih dari 60%. 3. Kandungan padat yang tidak mudah terbakar di bawah 5%. 4. Kandungan logam yang tidak dapat terbakar kurang dari 20%. 5. Kandungan air kurang dari 30%. Jenis limbah yang tidak boleh di insinerasi 1. Kontainer gas bertekanan 2. Limbah kimia reaktif dalam jumlah banyak.

3. Limbah radiografis atau fotografis atau yang mengandung garam perak. 4. Plastik terhalogenasi seperti polovinil klorida (PVC). 5. Limbah mengandung merkuri atau kadmium dalam kadar yang tinggi, seperti termometer pecah, baterai bekas, dan panel kayu berlapis timbal. 6. Ampul tertutup atau ampul yang mengandung lagam berat.

Insinerator yang di desain khusus untuk pengolahan limbah layanan kesehatan harus dioperasikan pada suhu 9000C dan 1200 0C. Parameter khusus untuk limbah harus dikaji pada tahap perencanaan untuk memutuskan jenis dan ukuran insenerator yang paling tepat : 1. Tingkat produksi limbah saat ini dan jenis limbah layanan kesehatannya 2. Etimasi produksi limbah masa mendatang 3. Produksi limbah yang dapat terinsenerasi setiap harinya 4. Semua parameter fisik yang dapat mengukur kesesuaian limbah untuk insenerasi Ada tiga jenis teknologi pokok insinerasi yang harus diperhatikan utuk pengolahan limbah layaan kesehatan: 1. Insineratorbilik ganda pirolitik (suhu tinggi), yang di desain khusus untuk membakar limbah layanan kesehatan 2. Tungku balik tunggal dengan penyaring statis, yang harus digunakan hanya jika insinerator pirolitk tidak terjangkau biayanya 3. Tungku berputar yang beroperasi dengan suhu tinggi, mampu menyebabkan pengurai zat genotoksik dan bahan kimia yang tahan panas.

1. Insinerator pirolitik Digunakan untuk limbah layanan kesehatan adalah insinerator pirolitik, juga disebut sebagai insinerasi udara terkontrol atau isinerasi bilik ganda.Insinerasi pirolitik terdiri dari satu bilik pirolitik dan satu bilik pirolitik pasca pembakaran yang fungsinya sebagai berikut: a. Dalam bilik pirolitik, limbah dihancurkan secara termal melalui proses pembakaran suhu sedang (800-900 0C) dengan kadar oksigen yang diturunkkan yang kemudian megahasilkan abu dan gas. b. Gas yang dihasilkan dengan cara ini dibakar pada suhu tinggi (9001200 0C) dengan pematik bahan bakar yang ada pada bilik pasca pembakaran, dan menggunakan kelebihan udara untuk meminimalkan asap dan abu yang dihasilkan. Karakteristik insinerator pirolitik Sesuai untuk kategori limbah berikut : a. Limbah infeksius(termasuk benda tajam) dan limbaah patologis Pengolahan yang efisien : pemusnahan semua patogen. b. Residu sediaan farmasi dan bahan kimia Menyebabkan penguraian sebagian besar residu: namun, hanya sebagian kecil (yaitu, 5% dari total limbah) dari limbah tersebut yang harus dinsinerasi melalui proses ini. Nilai kalor rendah dari limbah harus melebihi 3500 kkal/kg (14650 kJ/kg) Tidak sesuai untuk limbah berikut : a. Limbah layanan kesehatan yang tidak beresiko serupa dengan limbah perkotaan, Insenerasi pirolitik akan menghabiskan sumber daya b. Limbah genotoksik, Pengolahan saja mungkin tidak efisien c. Limbah radioaktif, Pengolahan tidak mempengaruhi sifat radioaktifnya dan justru dapat memancarkan radiasi

Limbah yang tidak boleh diinsenerasi : a. Kontainer bertekanan Dapat meledak selama insenerasi dan dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan b. Plastik terhalogenasi seperti PVC Gas buangannya mungkin mengadung asam hidroklorat dan deoksin c. Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi Insenerasi akan menyebabkan lepasnya logam toksik (misal timbal, kadmium, merkuri) ke dalam atmosfer. Suhu insinerasi berkisar antara 800-900 0C. Kapasitas insinerasi yang tersedia berkisar antara 200 kg/hari sampai 10 ton/hari. rumah sakit biasanya dilengkapi dengan insinerator yang berkapasitas kurang dari 1 ton/hari. Peralatan pembersih gas buangan diperlukan untuk fasilitas yang lebih besar. Untuk harga peralatan insinerator pirolitik relatif mahal demikian pula biaya operasional dan pemeliharaannya, diperlukan tenaga yang terlatih dengan baik. Insinerator harus memenuhi kriteria berikut ini : a. Suhu dalam bilik pasca pembakaran harus mencapai minimal 900 0C dan waktu tinggal gas minimal 2 detik. Aliran udara masuk dengan kandungan 100% oksigen dan turbulensi yang tinggi harus dipastikan. b. Bilik pirolitik harus mencapai ukuran yang memadai untuk memungkinkan berlangsungnya waktu tinggal limbah selama 1jam. Bagian ini harus memiliki buffle (sejenis penahan) dan damper (sejenis lempeng logam yang dapat bergerak dicerobong) untuk memperbesar kemungkinan percampuran antara udara dan aliran udara masuk.

c. Bilik pirolitik dan bilik pasca pembakaran harus terbuat dari baja dengan lapisan dalam terbuat dari batu bata yang kokoh dan tahan terhadap limbah atau gas korosif dan terhadap syok termal. d. Mulut tunggu harus cukup besar untuk memasukkan kemasan limbah. Ukuran keluar abu harus sesuai dengan tafsiran presentase materi yang tidak dapat terbakar dalam limbah. e. Insenerator harus dioperasikan, dipantau, dan diatur dari sebuah unit pusat, yang juga harus melakukan pematauan secara terus-menerus terhadap pembacaan parameter operasional dan kondisi insenerator (suhu, aliran udara masuk, aliran bahan bakar, dan sebagainya) Aktivitas yang terlibat dalam operasionalisasi insinerator pirolitik di rumah sakit : a. Membersihkan abu yang tertinggal dalam bilik pirolitik b. Memasukkan kemasan limbah yang akan dibakar c. Menyalakan pemantik bahan bakar dalam bilik pasca pembakaran d. Menyalakan pemantik bahan bakar pirolitik untuk memulai

pembakaran limbah dalam bilik pirolitik e. Pirolisis limbah dan memantau gas yang dihasilkan f. Memantau pembakaran gas bersuhu tinggi dalam bilik pasca pembakaran g. Mematikan pematik bahan bakar setelah pembakaran limbah dan gas selesai, dan membiarkan insinerator mendingin 2. Insinerator bilik tunggal Isinerator jenis ini mengolah limbah berdasarkan batch-nya, pemasukan limbah dan pembersihan abu dilakukan secara manual. Pembakaran dipicu dengan penambahan bahan bakar dan harus dapat bertahan tanpa penambahan bahan bakar lagi. Aliran udara masuk biasanya berasal dari ventilasi alami mulai dari mulut oven sampai ke cerobong, namun jika dirasa belum memadai aliran udara masuk ini dapat dibantu dengan ventilasi mekanis. Pembersihan jelaga dan arang secara teratur sangat penting.

Insinerator drum atau lahan terbuka merupakan bentuk yang paling sederhana dari insinerator bilik tunggal. Insinerator drum harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan asupan udara yang memadai dan penambahan jumlah bahan bakar yang mencukupi, karena hal tersebut sangat penting untuk menjaga suhu tetap setinggi mungkin. Untuk mengoperasikan insinerator drum, pertama-tama api harus menyala dengan mantap dalam lubang dibawah drum. Kemudian limbah dimasukkan secara perlahan. Untuk mencegah terjadinya luka bakar, kantong dapat diikat dengan tali yang tersambung pada sebuah tongkat kayu. Kayu dapat ditambahkan ke dalam api sampai limbah terbakar sepenuhnya. Setelah pembakaran selesai abu yang dihasilkan baik dari api maupun limbah itu sendiri harus dikumpulkan dan dipendam dengan aman dalam wilayah bangunan fasilitas layanan kesehatan. Karakteristik insinerator bilik tunggal Sesuai untuk kategori limbah berikut : a. Limbah infeksius dan limbah patologis, Patogen dapat musnah jika insinerator dioperasikan dengan benar. Abu harus mengandung < 3% materi yang tak terbakar b. Libah layanan kesehatan umum, Limbah jenis ini dapat diinsinerasi, terutama jika nilai kalor rendahnya lebih besar dari 4000 kkal/kg (16740 kJ/kg) Tidak sesuai untuk limbah berikut : a. Residu kimia dan farmasi b. Limbah genotoksik c. Limbah radioaktif Limbah yang tidak boleh diinsinerasi : a. Kontainer bertekanan karena dapat menyebabkan ledakan yang dapat merusak peralatan b. Plastik terhlogenasi

c. Limbah yang mengandung logam berat berkadar tinggi Insinerator bilik tunggal bersuhu 300-400 0C, dengan kapasitas insinerator berkisar antara 100-200 kg/hari. 3. Insinerator tungku berputar Digunakan khusus untuk membakar limbah bahan kimia dan juga dapat digunakan sebagai insinerator limbah layanan kesehatan regional. Karakteristik insinerator tungku berputar Sesuai untuk kategori limbah berikut : a. Limbah infeksius dan limbah patologis b. Semua limbah bahan kimia dan sediaan farmasi termasuk limbah sitotoksik Tidak sesuai untuk limbah berikut : a. Limbah layanan kesehatan yang tidak beresiko b. Limbah radioaktif Limbah yang tidak boleh diinsinerasi : a. Kontainer bertekanan b. Limbah yang mengandung logam berat Insinerator tungku berputar bersuhu 1200-1600
0

C, yang

memungkinkan terjadinya penguraian bahan kimia yang sangat tahan lama seperti PCB. Insinerator ini berkapasitas 0,5 sampai 3 ton/jam. B. Desinfeksi kimia Digunakan secara rutin dalam aktivitas layanan kesehatan untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan medis dan pada lantai atau dinding, saat ini telah diperluas penggunaannya utuk pengolahan limbah layanan kesehatan. Zat kimia ditambahkan ke dalam limbah untuk membunuh atau menonaktifkan patogen yang ada di dalamnya. Desinfeksi kimia paling sesuai untuk mengolah limbah seperti darah, urine, feses atau

air kotor rumah sakit. Namun limbah layanan kasehatan dari jenis yang padatdan bahkan bahkan sangat infeksiusmancakup kultur mikrobiologis, benda tajam dan sebagainya, juga dapat didesinfeksi secara kimia. Bagian tubuh nanusia dan bangkai hewan biasanya tidak boleh didesinfeksi secara kimia. Namun, jika fasilitas lain untuk pembuangannya belum tersedia, limbah semacam itu bisa dimasukkan ke dalam mesin pencabik kemudian menjalani desinfeksi kimia. Saat ini proses desinfeksi kimia pada limbah layanan kesehatan hanya dilakukan di negara industri, namun teknik ini merupakan pilihan yang menarik bagi negara berkembang terutama untuk mengolah cairan fisiologis yang sangat infeksius, seperti feses pasien saat terjadi KLB penyakit kolera. Desinfeksi kimia biasanya dilakukan di wilayah bangunan rumah sakit. Namun dewasa ini, sistem komersial yang lengkap dan sepenuhnya dijalankan dengan mesin telah dikembangkan untuk pengolahan limbah layanan kesehatan dan dioperasionalisasikan dalam kawasan industri. Limbah yang didesinfeksi dapat dibuang sebagai limbah layanan kesehatan yang tak beresiko, tetapi desinfektan kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yang serius jika terjadi kebocoran atau setelah pembuangan. Kecepatan dan efisian desinfeksi kimia akan bergantung pada kondisi operasionalnya, yang juga mencakup berikut ini ; 1. Jenis zat kimia yang digunakan 2. Jumlah zat kimia yang digunakan 3. Waktu kontak antara desinfektan dan limbah 4. Keluasan kontak antara desinfektan dan limbah 5. Kandungan zat organik limbah 6. Suhu operasional, kelembaban, pH, dll.. Pencabikan limbah padat layanan kesehatan sebelum menjalani proses desinfeksi perlu dilakukan karena :

1. Untuk menambah luas kontak antara limbah dan desinfektan dengan cara memperluas area permukaan dan membuka semua ruang yang tertutup 2. Untuk menghancurkan bagian tubuh yang tidak berhasil dikenali guna menghindari dampak visual yang merugikan saat pembuangan 3. Untuk mengurangi volume limbah Air biasanya ditambahkan ke dalam proses pencabikan, fungsinya untuk mencegah penghangatan yang berlebih dan mempermudah kontak selanjutnya dengan desinfeksi. Air yang berlebih mungkin harus diolah. Jenis bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi limbah layanan kesehatan kebanyakan berasal dari golongan aldehid, senyawa klor, garam ammonium dan senyawa fenolat. Untuk desinfeksi limbah, biaya investasi yang dikeluarkan dapat mencapai US$ 50.000 100.000 biaya operasional yang umumnya berkisar antara US$ 100-120 per ton, biasanya sangat bergantung pada harga desinfektan kimia yang mungkin berlainan antar negara. C. Pengolahan termal basah dan kering Proses termal basah mengharuskan limbah untuk dicabik terlebih dahulu sebelum diolah untuk benda tajam, penggilingan atau pencabikan sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan efisiansi desinfeksi. Proses ini tidak tepat jika ditujukan untuk pengolahan limbah anatomi dan bangkai binatang dan tidak akan efisien jika digunakan untuk mengolah limbah bahan kimia atau limbah sediaan farmasi. Adapun kelemahan proses termal basah : 1. Mesin pencabik rentan terhadap kegagalan mekanis dan kerusakan 2. Efisiensi desinfeksi sangat sensitif terhadap kondisi eperasional Namun biaya investasi dan biaya operasional yang relatif rendah dan dampak lingkungan yang juga sedikit merupakan kelebihan lain dari proses ini yang harus diperhitungkan jika insinerasi tidak mungkin

dilakukan. Begitu didesinfesi, limbah dapat dibuang melalui mekanisme pembuangan dan pengumpulan limbah perkotaan. Tanki pereaksi untuk proses termal basah dapat berbentuk silinder baja horizontal yang dihubungkan ke sebuah generator uap, keduanya dapat menahan tekanan sampai bardan suhu sampai 160 0C. Sistem ini juga dilengkapi dengan pompa vakuum dan cadangan listrik sendiri. Tekanan dan suhu dikendalikan dan dipantau selama proses, dan kegiatan operasional sistem ini dapat dijalankan secara otomatis. Proses termal basah biasanya bersistem batch tetapi juga dapat terus-menerus. Peralatan desinfeksi termal basah berskala besar dengan tanki pereaksi yang berkapasitas sampai 8 m3 atau lebih dapat digunakan untuk fasilitas pengolahan limbah layanan kesehatan regional. Autoclaving Autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang efisien. Biasanya otoklaf digunakan di rumah sakit untuk sterilisasi peralatan medis yang dapat digunakan kembali. Peralatan tersebut hanya dapatmengolah sedikit limbah sehingga umumnya hanya digunakan untuk limbah yang sangat infeksius. Kelebihan dan kekurangan proses Autoclaving limbah serupa dengan proses termal basah. Waktu kontak dan suhu minimum akan bergantung pada beberapa faktor seperti kandungan air dalam limbah dan kemudahan penetrasi uap. Teknologi screw-feed Merupakan dasar dari proses desinfeksi termal kering tanpa pambakaran sementara limbahnya dicabik dan dipanaskan dalam auger yang berputar. Berikut langkah-langkah pokok di dalam proses desinfeksi ini : 1. Limbah dicabik sampai diameter partikel berukuran sekitar 25 mm 2. Limbah memasuki auger yang dipanaskan sampai suhu 110 140 0C oleh minyak yang berputar di sekitar batang pusatnya 3. Limbah berputar melalui auger selama kurang lebih 20 menit, setelah itu limbah dipadatkan

Volume limbah akan berkurang sampai 80%-nya sementara berat berkurang sampai sekitar 20-35%-nya. Proses ini sangat sesuai untuk mengolah limbah infeksius dan limbah benda tajam, tetapi metode ini tidak boleh digunakan untuk mengolah limbah patologis, sitotoksik, atau limbah radioaktif. D. Iradiasi mikrowave Sebagian besar mikroorganisme akan hancur oleh kerja mikrowave yang berfrekunsi sekitar 2.450 MHz dan dengan panjang gelombang mencapai 12,24 cm. Air yang terkandung dalam limbah dengan cepat akan dipanaskan oleh mikrowave sehingga komponen infeksius yang ada akan hancur karena kondisi panas. Proses mikrowave sudah banyak digunakan di beberapa negara dan menjadi semakin terkenal. Namun tingginya biaya dan banyaknya masalah yang kemungkinan muncul dalam operasional ataupun pemeliharaannya menunjukkan bahwa metode ini belum siap untuk dianjurkan untuk negara beerkembang E. Pembuangan di daratan Ada dua jenis pembuangan limbah ke daratan, yaitu : 1. Pembuangan terbuka Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah pencemaran akut, kebakaran, memperbesar resiko penularan penyakit dan membuka akses bagi pemulung dan binatang 2. Sanitary landfill Metode ini dapat mencegah kontaminasi tanah dan air permukaan serta air tanah dan mencemari pencemaran udara, bau serta kontak langsung dengan masyarakat umum. Berikut persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk tempat pembuangan : 1. Adanya sistem yang mapan untuk pembuangan limbah secara rasional dan terorganisasi yang juga dapat dimanfaatkan untuk pembuangan limbah layanan kesehatan

2. Beberapa

aktivitas

teknik

sudah

selesai

dilakukan

untuk

mempersiapkan lokasi agar lebih efektif dalam menahan limbah yang ditampungnya 3. Penguburan limbah layanan kesehatan secara cepat sehingga kontak dengan manusia atau binatang sebanyak mungkin dihindari F. Inertisasi Yaitu pencampuran limbah dengan semen dan substansi lain sebelum dibuang guna meminimalkan risiko berpindahnya substansi yang terkandung dalam limbah ke air permukaan atau air tanah. Metode ini sangat sesuai untuk limbah sediaan farmasi dan untuk abu insinerasi yang mengandung logam berkadar tinggi. Untuk proses inertisasi limbah sediaan farmasi digiling dan dicampur dengan air, batu kapur dan semen. Dari penambahan tersebut akan terbentuk massa yang homogen dan kubus atau pellet yang kemudian diangkut ke lokasi penampungan yang sesuai. Proses ini pada dasarnya tidak mahal dan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang relatif sederhana. Selain tenaga

pelaksananya, persyaratan utama lainnya adalah ketersediaan mesin penggiling untuk melumatkan limbah sediaan farmasi, alat pencampur beton dan persediaan semen, batu kapur dan air.

You might also like