You are on page 1of 13

FLU BABI

OLEH : SGD 5

Putu Ari Anggareni Asri Ardiani Saputri I.B. Putu Sancita Guptayana Putra Ni Made Indah Hermayoni Kadek Gunantari Ariani Putu Youdandari Sujata Ni Wayan Yuliantari I Gede Agus Wiryawan Ni Made Risma Widyastuti Kadek Ana Dwijayanti Ni Putu Ayu Jayanti

1002105002 1002105023 1002105027 1002105039 1002105042 1002105052 1002105059 1002105063 1002105067 1002105075 1002105089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Kasus 2 ( SGD 4, 5, 6) Tn. S (37 tahun) masuk rumah sakit dengan keluhan suhu tubuhnya meningkat disertai batuk dan nyeri tenggorokan 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari hasil pengkajian didapatkan suhu tubuh 40oC, tekanan darah 110/80 mmHg, RR 24 x/menit dan pasien mengeluh rinorhea, myalgia, muntah-muntah, lemas dan diare. Dari hasil pemeriksaan laboratorium dari apus tenggorokan PCR dinyatakan (+) flu babi dengan AGD masih dalam batas normal. Hasil foto rontgen didapatkan adanya pneumonia. Pasien 5 hari yang lalu pergi ke luar negeri untuk menengok teman bisnisnya yang dirawat di rumah sakit karena menderita flu. 1. Buatlah tinjauan teori /laporan pendahuluan ashuhan keperawatan pada kasus di atas lengkap dengan pohon masalah. ! 2. Buatlah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus di atas beserta intervensinya ! 3. Jelaskan kewaspadaan yang perlu diperharikan tenaga kesehatan dalam perawatan pasien untuk mencegah penularan penyakit.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengertian / definisi Flu babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), secara umum penyakit ini mirip influenza dengan gejala demam, batuk, pilek, sesak nafas, nyeri tenggorokan, lesu, letih dan mungkin disertai mual, muntah dan diare. kasus flu babi yang terjadi pada manusia saat ini sudah bersifat pandemic (penyakit sudah tersebar ke mancanegara). Menurut situs Center for Control and Prefention (CDC) AS, normalnya virus flu babi hanya berjangkit pada babi dengan kematian rendah. Namun secara sporadic terjadi infeksi pada manusia. Varian baru ini dikenal dengan nama virus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua antigen utama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1. Flu babi adalah influensa babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A. Gejala klinis penyakit ini terlihat secara mendadak, yaitu berupa batuk, dispnu, demam dan sangat lemah. Penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian (FENNER et al., 1987). Flu babi (Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik. Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia

2. Etiologi Penyebab flu babi adalah virus influenza tipe A subtype H1N1 dari familia orthomyxoviridae. Flu atau influenza ada 2 type :

Type A : Menular pada unggas (ayam, itik, dan burung) serta babi Type B dan type C : Menular pada manusia Virus influenza tipe A yang termasuk family orthomyxoviridae, yang dapat ditularkan oleh binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.

Virus ini erat kaitannya dengan penyabab swine flu, equine flu, dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80-120 nm. Selain influenza A, terdapat influenza B dan influenza C yang juga sudah dapat di isolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe influenza pada manusia adalah tipe A dan B. kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenic yang sangat dramatic sekali (antigenik shift). ketiga tipe virus yaitu influenza A,B,C adalah virus yang mempunyai bentuk sama di bawah mikrskop electron dan hanya berada dalam hal kekebalan saja. Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNA dngan sumbu protein dan pemukaan virusnya di selubungi oleh semacam paku yang mengandung antigen haegmagglutinin (H).

3. Epidemiologi Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan. Penyebabnya adalah virus influensa tipe A, subtipe: H1N1 (H1N2, H3N1, H3N2). Identifikasi pertama kali pada tahun 1931. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika Utara. Pada spesies babi memiliki kemampuan sangat menular dengan angka kesakitan tinggi dan angka kematian 1-4%. Insiden penyakit ini terjadi sepanjang tahun, puncaknya pada musim gugur dan dingin. Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya pada babi. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan. Kejadian luar biasa flu babi diketahui pernah terjadi di Amerika Utara & Selatan, Eropa (Inggris, Swedia, Italia) , Afrika (Kenya) dan beberapa daerah di Asia Timur (Cina dan Jepang)

Flu babi pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada 15 April 2009 dan dinyatakan pandemi: 11Juni 2009 denagn Case Fatality Rate, sampai dengan 11 Juni 2009 sebesar 0,5%. Gejala klinis yang terjadi sebagian besar ringan, yaitu demam (87-94%), Batuk (8792%), Sakit tenggorokan (48-82% ), Gangguan pencernaan (25%). Influenza A H1N1 di Provinsi Bali pertama kali diidentifikasi pada 12 Mei 2009, kasus pertama yang dirawat yang dicurigai influenza H1N1 adalah seseorang

berkewarganegaraan Belanda. Dua minggu berikutnya warga negara Jepang, keduanya dinyatakan negatif H1N1 oleh Litbangkes. Hingga Tanggal 21 Juni 2009 diidentifikasi seorang warga negara Inggris, dan dinyatakan positif H1N1 dan tanggal 24 Juni 2009 Menkes menyatakan Indonesia Positif kasus H1N1 (kasus pertama di Indonesia).

4. Patofisiologi Pada penyakit influensa babi klasik, virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 . Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paruparu karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan. Pembentukan eksudat pada bronchiol menyebabkan suplai oksigen menurun, paru-paru akan meningkatkan kerjanya sehingga menimbulkan sesak nafas. Karena suplai oksigen terganggu, orang yang terinfeksi akan mengalami hipoksia dan kesadaran juga dapat menurun. Selain itu, metabolisme tubuh pun dapat terganggu dalam pembentukan energi sehingga orang dengan flu ini akan cepat merasa lelah. Virus flu babi juga dapat masuk ke dalam saluran cerna yaitu lambung dan usus. Virus yang masuk ke dalam lambung akan meningkatkan produksi HCl yang dapat menimbulkan perasaan mual dan penurunan nafsu makan. Sedangkan virus yang masuk ke dalam usus akan meningkatkan kerja peristaltik, dengan demikian orang akan mengalami diare.

5. Klasifikasi Klasifikasi flu babi berdasarkan derajat keparahannya flu babi dibedakan menjadi yaitu:

a) Ringan ILI (influenza like illness) Tidak Sesak Tidak nyeri dada Tidak ada pneumonia Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas, kurang Gizi, Penyakit kronis lainnya) Usia muda

b) Sedang ILI (influenza like illness) dengan komorbid Sesak napas Pneumonia Usia tua Hamil Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah

c) Berat Pneumonia luas Gagal napas Sepsis Syok Kesadaran menurun ARDS Gagal multiorgan (Sudoyo, 2006)

6. Tanda dan Gejala a) Pada Manusia Manifestasi flu babi sama dengan influenza musiman. Klien datang dengan gejala penyakit respirasi akut, termasuk minimal 2 dari gejala berikut : Demam, dapat hingga menggigil Batuk

Nyeri tenggorokan Sakit kepala Rasa lemas dan letih Diare dan muntah (mungkin dapat terjadi)

Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC), gejala flu babi pada manusia sama dengan influenza pada umumnya. Gejala meliputi demam, batuk, nyeri tenggorokan, body aches, sakit kepala, menggigil dan lemas/letih. Beberapa klien juga dilaporkan memiliki gejala diare dan muntah. Oleh karena gejala-gejala ini tidak spesifik untuk flu babi, diagnosis banding dari kemungkinan flu babi tidak hanya dari gejala namun juga kecenderungan tinggi flu babi tersebut berdasarkan riwayat klien saat ini. Gejala menurut organ yang terkena adalah: Sistemik : demam Nasofaring : hidung berlendir, nyeri tenggorokan Respirasi : batuk, sakit tenggorokan Gastrointestinal : diare, mual dan muntah Muskuloskeletal : nyeri sendi Psikologis : letargi, tidak nafsu makan

b) Pada Babi apatis sangat lemah enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot eritema pada kulit anoreksia demam sampai 41,8oC Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat dibarengi dengan muntah eksudat lendir bersin dispneu diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat pertumbuhannya.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Umum

Laboratorium: pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit), spesimen serum Pemeriksaan apusan (aspirasi nasofaring atau bilasan/ aspirasi hidung) Kalau tidak bisa dengan cara di atas maka dengan kombinasi apusan hidung dan orofaring Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi endotrakeal Pemeriksaan kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, analisis gas darah Pemeriksaan radiologik: PA dan lateral Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan)

b. Khusus

Pemeriksaan laboratorium virologi Real-time reverse transcriptase (RRT)-PCR adalah pengujian yang paling sensitif dan spesifik untuk tes diagnosis pandemi infeksi virus influenza A H1N1, karena RRT-PCR atau kultur virus dapat juga digunakan pada orang yang sudah meninggal yang dicurigai atau dikonfirmasikan telah infeksi Influenza A H1N1 atau flu babi. Polymerase chain reaction - tes amplifikasi asam nukleat, seperti halnya real-time reverse transcriptase (RRT)-PCR, adalah yang paling sensitif dan tes spesifik untuk diagnosis infeksi virus influenza. Namun, mungkin tidak tersedia dan / atau mungkin memerlukan beberapa hari untuk diproses karena banyak rumah sakit dan klinik harus mengirimkan sampel untuk diproses pada kesehatan umum atau laboratorium komersial. Hasil tes tergantung pada individu RRT-PCR digunakan, serta kualitas sampel yang diperoleh. Rapid tes antigen merupakan pengujian secara cepat yangmenggunakan tes antigen influenza sebagai bagian dari evaluasi pasien yang diduga menderita pandemi influenza A H1N1 atau flu babi, tetapi hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. Tes antigen influenza yang tersedia secara komersial dapat membedakan antara influenza A dan B virus, tetapi tidak dapat membedakan antara berbagai subtipe influenza A (misalnya, pandemi influenza A H1N1 musiman versus H1N1 atau

H3N2 influenza A). Konfirmasi pandemi influenza A H1N1 infeksi hanya dapat dilakukan oleh real-time reverse-transcriptase (RRT)-PCR atau kultur virus. Tes sensitivitas antigen dengan cepat mendeteksi infeksi virus influenza A H1N1 berkisar antara 10-70 persen dibandingkan dengan RRT-PCR.

3.2.4 Tes antibodi Immunofluorescent - secara langsung atau tidak langsung (DFA atau IFA) dapat membedakan antara influenza A dan B, tetapi tidak membedakan antara berbagai influenza A subtipe.

8. Penatalaksanaan TERAPI

1) Pasien dengan ILI akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala klinis ringan, sedang atau berat. 2) Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah. 3) Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat oseltamivir 2 x 75 mg. 4) Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU. 5) Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan. 6) Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda vital, pantau saturasi oksigen. 7) Terapi suportif.

MEDIKAMENTOSA

Oseltamivir merupakan pro drug dari metabolit aktif Oseltamivir Karboksilat. Metabolit aktif ini merupakan penghambat selektif enzim neuramidase virus influenza yang glycoproteinnya ditemukan di permukaan virion. Oseltamivir karboksilat menghambat neuramidase influenza A dan B secara in vitro. Oseltamivir yang diberikan secara oral menghambat replikasi dan pathogenicity virus influenza A dan B secara in vivo pada binatang percobaan yang terinfeksi influenza yang sama bila terjadi pada manusia dengan pemberian dosis 75 mg dua kali sehari.

INDIKASI

1) Terapi influenza (khususnya influenza A) pada anak usia satu tahun keatas yang menderita gejala influenza. Efikasi ditunjukkan jika terapi diberikan dalam 2 hari setelah timbul gejala. 2) Pencegahan influenza pada dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas setelah kontak dengan penderita influenza ketika influenza telah menyebar. 3) Tamiflu tidak dapat menggantikan vaksinasi influenza.

DOSIS

1) Terapi influenza. a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg oseltamivir 2 kali sehari selama 5 hari. b) anak di atas 1 tahun sampai 13 tahun dapat digunakan Tamiflu suspensi dua kali sehari selama 5 hari dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut: - 5 kg 30 mg - 15- 23 kg 45 mg, - > 23 kg sampai 40 kg 60 mg, - > 40 kg, dapat diberikan dosis dewasa 75 mg 2) Pencegahan influenza a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas 75 mg sekali sehari selama 7 hari. Terapi diberikan sesegera mungkin setelah terpapar secara individual. b) Selama terjadi epidemi influenza: 75 mg sehari sampai dengan 6 minggu. c) Keamanan dan efektifitas oseltamivir pada anak usia dibawah 12 tahun belum dapat dibuktikan. 3) Pada gangguan fungsi hati tidak ada penyesuaian dosis 4) Pada gangguan fungsi ginjal Dosis terapi: - Penderita dengan creatinin clearens 10 - 30 ml/menit : 75 mg tiap 2 hari. - Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10 ml/menit dan pasien dialisa. Dosis pencegahan:

- Pada creatinin clearens 10 30 ml/ menit: 75 mg tiap 2 hari atau 30 mg suspensi sekali sehari. - Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10 ml/menit dan pasien yang mengalami dialisa. 5) Manula tidak ada penyesuaian dosis kecuali jika ada kerusakan ginjal parah

9. Pencegahan 1. Jagalah kesehatan dengan pola makan yang seimbang, jika perlu dapat mengkonsumsi multi vitamin A, C, D, E, Zink dan suplemen imunomodulator (contoh: stimuno, imunos) untuk meningkatkan kekebalan tubuh. 2. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan sekitar Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun sesering mungkin, terutama setelah batuk, bersin dan memegang sarana umum. 3. Minimalkan kontak dengan orang sakit atau orang yang baru bepergian dari Negara terjangkit. Jika rencana pergi ke luar negri, cek kesehatan ke dokter (jika perlu anda dapat divaksinasi influenza, atas permintaan atau dilakukan tindakan khusus dengan pemberian obat.) 4. Etiket saat Batuk Pada saat batuk atau bersin gunakanlah tissue atau masker penutup mulut di tempelkan ke mulut atau hidung, dan jangan batuk atau bersin kea rah orang lain. o Bila ada gejala batuk dan bersin kenakanlah masker penutup mulut. o Bila waktu batuk dan bersin tutuplah mulut dengan tissue dan lain-lainnya. o Bila waktu batuk dan bersin jangan langsung berhadapan muka/wajah dengan orangorang sekeliling anda. 5. Pencegahan juga dilakukan melalui sosialisasi intensif ke sejumlah puskesmas di Ibu Kota. Pengenalan flu babi sejak dini diharap akan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bentuk penularannya

10. Prognosis
Penyakit flu babi mempunyai prognosis yang baik, karena masa hidup virus flu babi didalam tubuh yaitu 7 hari, ditunjang dengan pengobatan yang intensif. Kemungkinan terjadinya kematian disebabkan karena penderita tidak mendapat perawatan kesehatan yang baik.

2. Konsep Asuhan Keperawatan 1. PENGKAJIAN

3. Kewaspadaan yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan dalam perawatan pasien untuk mencegah penularan penyakit: Menggunakan Alat Perlindungan Diri ( handscoen, masker, google, gown) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dengan menggunakan cairan antiseptik Mengisolasi pasien dengan penyakit Flu Babi untuk mencegah penularan terhadap orang lain Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker untuk mencegah penularan melalui droplet

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta : EGC Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby. NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC. Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby Aru W. Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unoversitas Indonesia. Corwin, Ellizabetz. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC http://beingmom.org/index.php/2006/12/08/penjelasan-imunisasi, di akses 31 Desember 2012 http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15HI, di akses 2 januari 2013 http://www.who.int/en/lswineflu, diakses tanggal 31 desember 2012 http://www.klikpdpi.com/swine%20flu/penanganan%20flu%20babi/penanganan.html

You might also like