Professional Documents
Culture Documents
MODUL PELATIHAN
DAFTAR ISI
Pendahuluan ... A Latar Belakang .................................................... B Pengertian Penetapan Kinerja ............................ C Tujuan Penetapan Kinerja .................................. D Ruang Lingkup . E Keterkaitan Dengan Sistem AKIP .
1 1 3 3 3 4
II
Penyusunan Penetapan Kinerja .. .... 6 A Format Penetapan Kinerja .. .... 6 B Pernyataan Penetapan Kinerja .. .... 6 C Lampiran Penetapan Kinerja .. .... 7 D Tahapan Penyusunan Penetapan Kinerja ... .... 9 Indikator Kinerja .. A Pengertian B Kriteria Indikator Kinerja .. C Perumusan Indikator Kinerja .. D Indikator Kinerja pada Tingkat Instansi Pemerintah dan Unit Kerja .................................. Penyampaian Penetapan Kinerja ............................. A Instansi Pemerintah Pusat .................................. B Instansi Pemerintah Daerah ............................... Lampiran 1. Pernyataan Penetapan Kinerja ........................... 2. Lampiran Penetapan Kinerja .............................. 3. Alur Penyampaian Penetapan Kinerja ................ 4. Model Perumusan Penetapan Kinerja di Pemerintah Daerah ............................................. 5. Hands Out .. .. .. .. 11 11 11 15
III
.. 17 .. 21 .. 21 .. 22
IV
.. 23 .. 24 .. 25 .. 27
KATA PENGANTAR Penetapan kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh para pejabat di setiap instansi pemerintah. Dengan demikian, penetapan kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat tersebut sebagai penerima amanah dan pada akhir tahun nanti akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penilaian terhadap pejabat tersebut. Dengan penetapan kinerja ini, diharapkan para pimpinan instansi tidak hanya pandai mendapatkan dan menghabiskan anggaran saja, tetapi juga harus mampu menunjukkan serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pimpinannya dan kepada masyarakat. Penetapan Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel dan berorientasi hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat. Penetapan kinerja ini merupakan amanah yang tertuang dalam Inpres 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Dengan demikian, penetapan kinerja ini harus dipandang sebagai salah satu langkah sistematis yang diperlukan dalam rangka pencegahan tindak pidana korupsi. Kita tentu sepaham bahwa memerangi korupsi yang sudah sistematis dan mengakar haruslah dengan melakukan tindakan-tindakan sistematis dan luar biasa dan tidak hanya cukup dengan tindakan-tindakan represif saja. Perubahaanperubahan mendasar perlu dilakukan terhadap sistem manajemen pemerintahan kita yang selama ini terbukti menjadi lahan subur terjadinya mismanagement dan korupsi. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Studi Pengembangan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang telah menyusun modul ini sebagai sumbangsih Kementerian PAN dalam upaya pencegahan korupsi secara sistematis. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi seluruh jajaran instansi pemerintah. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Taufiq Effendi
Bab I - Pendahuluan
A. Latar Belakang Inpres 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi merupakan salah satu wujud nyata niat pemerintah untuk memerangi korupsi baik secara represif maupun preventif. Penanganan masalah pemberantasan korupsi tidak dapat lagi dilakukan secara sporadis, namun membutuhkan suatu penanganan secara sistematik. Penanganan tindak korupsi secara sistematis ini antara lain dilakukan dari segi preventif malalui perbaikan sistem manajemen pemerintahan yang mengedepankan adanya transparansi dan akuntabilitas. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas mengindikasikan bahwa Presiden menginginkan adanya kabinet dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta berkinerja tinggi. Seluruh jajaran birokrasi pemerintahan diharapkan untuk dapat menjelaskan secara terbuka kepada masyarakat apa yang sedang dan akan dilakukan serta secara proporsional mempertanggungjawabkan kinerja apa yang telah diberikan kepada rakyat selaku stakeholder utama bangsa ini. Namun permasalahan yang menarik adalah bagaimana melihat dan mengukur transparansi, akuntabilitas dan kinerja seluruh anggota kabinet beserta seluruh jajaran birokrasi yang mendukungnya. Diperlukan ukuran-ukuran kinerja yang akan digunakan untuk mengetahui capaian kinerja dari setiap organisasi serta bagaimana masyarakat dapat mengetahui komitmen yang dimiliki oleh para penyelenggara pemerintahan tersebut. Saat ini hal yang menonjol adalah masih enggannya pimpinan instansi pemerintah untuk menetapkan ukuran kinerja dan target-targetnya pada awal periode pelaksanaan anggaran. Akibatnya hingga kini masih banyak instansi pemerintah bekerja tanpa ukuran dan target kinerja yang jelas. Untuk itu kiranya diperlukan suatu penetapan kinerja yang merupakan komitmen rencana kinerja
tahunan yang akan dicapai oleh instansi pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas implementasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Selama ini, berdasarkan Inpres 7/1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah, setiap instansi pemerintah telah diwajibkan untuk menyusun rencana strategis lima tahunan serta LAKIP pada setiap akhir tahunnya. Pada praktiknya, perencanaan dan pengukuran kinerja dilakukan bersamaan pada saat menyusun LAKIP. Perumusan indikator kinerja dilakukan pada saat instansi menyusun LAKIP berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan. Akibatnya, rencana atau target kinerja umumnya juga baru dilakukan pada saat LAKIP disusun bersamaan dengan pengukuran kinerja sesungguhnya. Kondisi semacam ini pada gilirannya mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Indikator kinerja kegiatan ataupun program seringkali tidak memiliki relevansi yang tepat dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan ukuran pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam renstra sulit diukur. Lebih jauh lagi keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dan visi organisasi menjadi sulit terukur. Mendorong instansi pemerintah untuk merekayasa target atau rencana kinerja untuk mendapat hasil capaian kinerja tertentu. Sulit mengukur keberhasilan ataupun kegagalan, karena pada umumnya instansi pemerintah : o Belum jelas perumusan tujuan (goal). o Belum memiliki sasaran strategis yang spesifik, jelas, dan terukur. o Belum memiliki secara formal ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran-sasaran strategisnya. o Belum berani menetapkan target-target kinerja sebagai bentuk komitmen organisasi bagi pencapaian kinerja yang optimal. o Belum memiliki sistem pengumpulan data kinerja.
B. Pengertian Penetapan Kinerja Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/ unit kerja yang menerima amanah/tanggungjawab/ kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggungjawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya. Penetapan kinerja ini akan menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/ unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. C. Tujuan Tujuan umum diterapkannya Penetapan Kinerja adalah : Intensifikasi pencegahan korupsi; Peningkatan kualitas pelayanan publik; Percepatan untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel Sedangkan tujuan khususnya adalah : Meningkatkan Akuntabilitas, Transparansi, dan Kinerja Aparatur Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah Sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur Sebagai dasar Pemberian reward atau penghargaan dan sanksi
D. Ruang Lingkup Penetapan Kinerja Ruang lingkup penetapan kinerja mencakup seluruh tugas pokok dan fungsi suatu organisasi dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. 3
Namun demikian, ruang lingkup ini lebih diutamakan terhadap berbagai program utama organisasi, yaitu program-program yang dapat menggambarkan keberadaan organisasi serta menggambarkan issue strategic yang sedang dihadapi organisasi.
E. Keterkaitan Dengan Sistem AKIP Penetapan kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), meski belum diatur secara eksplisit dalam Inpres 7 tahun 1999. Penyusunan kontrak kinerja ini diharapkan dapat mendorong keberhasilan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Secara ringkas, keterkaitan antara penetapan kinerja dalam sistem AKIP dapat diilustrasikan sebagai berikut :
RPJM
Rencana Strategis Rencana Kinerja Tahunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Penetapan Kinerja
LAKIP
Penyusunan penetapan kinerja ini dimulai dengan merumuskan renstra yang merupakan rencana jangka menengah (lima tahunan) yang dilanjutkan dengan menjabarkan rencana lima tahunan tersebut kedalam rencana kinerja tahunan. Berdasarkan rencana kinerja tahunan tersebut, maka diajukan dan disetujui anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai rencana tahunan tersebut. Berdasarkan rencana kinerja tahunan yang telah disetujui anggarannya, maka ditetapkan suatu penetapan kinerja yang merupakan kesanggupan dari penerima mandat untuk mewujudkan kinerja seperti yang telah direncanakan. Dalam tahun berjalan, pelaksanaan kontrak kinerja ini akan dilakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui sejauh mana capaian kinerja yang dapat diwujudkan oleh organisasi serta dilaporkan dalam suatu laporan kinerja yang biasa disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
A. Format Penetapan Kinerja Secara umum format Penetapan Kinerja memuat: a. Pernyataan Penetapan Kinerja ; b. Lampiran yang berisi: Program-Program Utama; Sasaran yang mencerminkan sesuatu yang akan dicapai secara nyata dari pelaksanaan program dalam rumusan yang spesifik, terukur, dan berorientasi pada hasil (outcome); Ukuran-ukuran kinerja yang jelas berupa: Indikator Kinerja Output dan atau Outcome; Rencana tingkat capaian untuk masing-masing indikator;
B. Pernyataan Penetapan Kinerja Merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari pimpinan instansi/ unit kerja penerima amanah kepada atasan langsungnya untuk mewujudkan suatu target kinerja tertentu. Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah, sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut. Dalam hal atasan langsung tidak sependapat dengan target kinerja yang diajukan tersebut, maka pernyataan ini harus diperbaiki hingga kedua belah pihak sepakat atas materi dan target kinerja yang telah ditetapkan. Pernyataan penetapan kinerja ini paling tidak terdiri dari :
a) Pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada suatu tahun tertentu; b) Tanggal ditandatanganinya pernyataan penetapan kinerja; c) Tanda tangan penerima amanah; d) Persetujuan atasan langsung atau pemberi amanah. Contoh pernyataan penetapan kinerja terdapat pada lampiran 1
C. Lampiran Penetapan Kinerja Lampiran penetapan kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dokumen penetapan kinerja. Informasi yang disajikan dalam lampiran penetapan kinerja ini paling tidak meliputi : a) Program utama Merupakan program yang menggambarkan keberadaan instansi
pemerintah/ unit kerja yang bersangkutan. Perumusan program utama ini memperhatikan program-program yang telah tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional maupun Daerah. Dengan demikian akan terjalin suatu keselarasan program mulai dari RPJM, Rencana Strategis dan penetapan Kinerja. Jika dipandang perlu, maka dimungkinkan setiap instansi pemerintah/ unit kerja merumuskan sub-program tersendiri. Perumusan sub-program ini dilakukan jika terdapat satu atau lebih kegiatan yang tidak terkait dengan program yang telah ditetapkan dalam RPJM. Namun demikian, perumusan sub-program ini tetap memperhatikan keselarasannya dengan program yang ada.
b) Sasaran strategis organisasi Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu satu tahun. c) Indikator kinerja Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja ini dapat berupa output maupun outcome. Indikator kinerja Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan. Indikator kinerja Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.
D. Tahapan Penyusunan Rincian Penetapan Kinerja Pada dasarnya, penetapan kinerja merupakan suatu dokumen yang disusun sendiri oleh pimpinan instansi pemerintah/ unit kerja penerima amanah dan disetujui oleh pejabat atasannya. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penetapan kinerja ini tidak dapat dipisahkan dengan Sistem AKIP secara keseluruhan. Dengan demikian, tahapan penyusunan penetapan kinerja ini juga mengikuti tahapan pada sistem AKIP dan tahapan pengalokasian dana, selengkapnya sebagai berikut : a. mempersiapkan dan menyusun Rencana Strategis; b. mempersiapkan dan menyusun Rencana Kinerja Tahunan; c. mempersiapkan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran; d. menyusun dan menetapkan Penetapan Kinerja .
Dengan
demikian,
tahapan
dan
keterkaitan
antar
masing-masing
dokumen dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Keterkaitan antara Rencana strategis (Formulir PPS berdasarkan SK LAN 239 Tahun 2003) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT).
SASARAN
URAIN 1
Meningkat -nya IP pusat dan daerah yang akuntabel
INDIKTR KINERJA 2
Jumlah IP pusat yang akuntabel Jumlah IP daerah yang akuntabel
TRGT 3
30 IP
PROGRAM
4
KEGIATAN
URAIN 5
Pemantauan AKIP
KET TRGT 8
300 IP
INDIKTR KINERJA 6
Jumlah IP yang telah dipantau Jumlah IP yang telah dievaluasi
SAT 7
IP
80 IP
Evaluasi AKIP
IP
150 IP
PROGRAM UTAMA
1
SASARN
2
IK OUTPUT URAIAN 3
Jumlah IP yang dipantau Jumlah IP yang dievaluasi
IK OUTCOME URAIN 5
Jumlah IP pusat yang akuntabel Jumlah IP daerah yang akuntabel
TRGT 4
300 IP
TRGT 6
30 IP
ANGGAR AN 7
Rp500 juta
150 IP
80 IP
Rp1.500 juta
10
A. Pengertian Sebagai konsekuensi dari penerapan sistem AKIP, maka setiap instansi pemerintah tidak akan lepas dari proses penetapan indikator kinerja. Proses ini merupakan bagian yang penting bagi setiap instansi pemerintah karena indikator kinerja merupakan komponen utama Sistem AKIP yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya dalam rangka mencapai visi dan misinya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja memberikan penjelasan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, mengenai apa yang akan diukur untuk menentukan apakah tujuan sudah tercapai. Ia juga menetapkan bagaimana kinerja akan diukur dengan suatu skala atau dimensi tanpa menyinggung tingkat pencapaian khusus.
B. Kriteria Indikator Kinerja Indikator kinerja yang baik, setidak-tidaknya memenuhi tujuh kriteria yang terdiri dari : a. b. c. d. e. f. Langsung Objektif Cukup Kuantitatif (jika mungkin) Terinci (jika mungkin) Praktis
11
g.
Dapat diyakini. Langsung, suatu indikator kinerja harus dapat mengukur sedekat
mungkin dengan hasil yang akan diukur. Indikator kinerja tidak seharusnya dikaitkan pada tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang diukur. Misalnya, Banyaknya alat kontrasepsi yang digunakan adalah ukuran langsung dari suatu hasil Peningkatan penggunaan metode keluarga
semen atau Persentase keluarga di desa yang memiliki radio, atau televisi, atau sepeda, mungkin akan berguna meskipun merupakan pengukuran pengganti
yang sangat kasar. Asumsi yang digunakan adalah bahwa apabila suatu keluarga memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga lain, mereka akan membeli barang tertentu seperti yang disebutkan di atas. Apabila terdapat bukti yang meyakinkan dan memadai (misalnya, didasarkan pada riset atau pengalaman di tempat lain), maka indikator pengganti dapat merupakan indikator yang memadai, meskipun tidak seakurat pengukuran langsung. Obyektif. Indikator yang obyektif tidak memiliki ambiguitas mengenai apa yang akan diukur. Jadi, terdapat suatu kesepakatan umum tentang interpretasi terhadap hasil, yaitu indikator tersebut hanya mempunyai satu dimensi dan tepat secara operasional. Mempunyai satu dimensi artinya bahwa indikator hanya mengukur satu fenomena setiap saat. Hindari untuk menggabungkan terlalu banyak fenomena dalam satu indikator. Tepat secara operasional artinya tidak ada ambiguitas atas data apa yang akan dikumpulkan
12
untuk suatu indikator. Misalnya, Jumlah perusahaan eksportir yang berhasil adalah masih argumentatif, tetapi Jumlah
13
kuantitatif akan lebih mudah diukur dibandingkan indikator kinerja yang bersifat kualitatif. Terinci (jika mungkin). Merinci/memilah hasil program di tingkat masyarakat dari segi jenis kelamin, umur, lokasi, atau dimensi lainnya biasanya penting dari sudut pandang manajer. Pengalaman menunjukkan pengembangan kegiatan sering memerlukan pendekatan yang berbeda untuk kelompok yang berbeda dan mempengaruhi kelompok tersebut dengan cara yang berbeda. Data yang terinci membantu menelusuri apakah kelompok tertentu berpartisipasi atau tidak, dan kemanfaatan melibatkan kelompok tersebut dalam kegiatan. Oleh karena itu, adalah baik bahwa indikator kinerja harus sensitif terhadap perbedaan tersebut. Praktis. Indikator kinerja dikatakan praktis apabila data dapat diperoleh pada saat yang tepat dengan biaya yang wajar. Manajer memerlukan data yang dapat dikumpulkan sesering mungkin untuk memberikan informasi kepada mereka mengenai suatu progres dan untuk mempengaruhi keputusan. Untuk mendapatkan informasi kinerja yang berguna, instansi seharusnya menyadari hanya akan mengeluarkan biaya yang wajar atau tidak berlebihan. Berdasarkan pengalaman suatu instansi , biaya monitoring kinerja jumlahnya antara 3 - 10% dari jumlah sumberdaya program. Dapat diyakini. Pertimbangan terakhir dalam memilih indikator kinerja adalah apakah kualitas data yang memadai untuk pengambilan keputusan dapat diperoleh. Namun standar kualitas data bagaimana yang diperlukan akan berguna? Data yang diperlukan seorang manajer program untuk membuat keputusan yang baik mengenai suatu program tidak perlu setara dengan standar yang kaku yang dipakai ilmuwan sosial. Misalnya, suatu survei singkat dengan biaya rendah sudahlah cukup untuk keperluan manajemen instansi, tidak perlu penelitian yang sangat kompleks dan rumit.
14
C. Perumusan Indikator Kinerja Indikator kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan
kualitatif atau kuantitatif. Agar bermanfaat, kedua jenis indikator kinerja tersebut harus memenuhi karakteristik kinerja yang baik sebagaimana disebutkan di muka. Indikator kinerja kualitatif adalah indikator kinerja yang dinyatakan dalam bentuk kalimat tanpa ada unsur kuantitatif dan menunjukkan kualitas sesuatu. Indikator kinerja kualitatif ini dapat terjadi jika sulit menyatakan indikator kinerja secara kuantitatif dan ini biasanya timbul pada saat menetapkan indikator tujuan, misalnya, tentang kepuasan pengguna jasa. Contoh indikator kinerja kualitatif: Nama Indikator Tingkat kualitas angkutan laut Penjelasan Indikator Kinerja Transportasi laut yang kualitasnya dilihat dari luas daerah jangkauan dan efisiensi. Maksud dari indikator ini adalah untuk memberi gambaran mengenai cakupan dan efisiensi transportasi laut di suatu daerah. adalah indikator kinerja yang
mengandung unsur angka atau menyatakan kuantitas sesuatu. Indikator kinerja kuantitatif dapat berupa angka absolut, persentase, rasio, atau indeks. Indikator kinerja kuantitatif absolut adalah indikator kinerja yang dinyatakan dengan angka absolut, misalnya : Nama Indikator PDRB Penjelasan Indikator Kinerja Produk Domestik Regional Bruto. Maksud dari indikator ini adalah untuk memberi gambaran mengenai penda-patan rata-rata suatu daerah secara bruto dalam satu tahun 15
Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai penduduk (tahun) Maksud dari indikator ini adalah untuk memberi gambaran mengenai perkiraan ratarata lama hidup yang dapat dicapai pada sekelompok penduduk. Angka ini memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada di suatu negara atau daerah karena merupakan bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan kesehatan secara keseluruhan.
Indikator kinerja kuantitatif persentase adalah indikator kinerja yang dinyatakan dengan menunjukkan persentase suatu porsi tertentu, misalnya : Nama Indikator Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Pertanian Penjelasan Indikator Kinerja Laju pertumbuhan produktivitas sektor pertanian (%) Maksud dari indikator ini adalah untuk memberi gambaran mengenai pertum-buhan produktivitas suatu daerah di bidang pertanian dalam satu tahun.
Indikator kinerja kuantitatif rasio adalah adalah indikator kinerja yang dinyatakan dengan menunjukkan rasio perbandingan antara sesuatu dengan yang lain, misalnya:
Penjelasan Indikator Kinerja Rasio jumlah penduduk melek huruf dengan jumlah penduduk. Indikator ini menggambarkan tingkat kualitas hidup manusia, semakin kecil tingkat melek huruf, semakin rendah tingkat pendidikan penduduk dan semakin rendah kualitas hidupnya.
16
Indikator kinerja kuantitaif indeks adalah indikator kinerja yang dinyatakan dengan menunjuk indeks, misalnya: Nama Indikator Indeks Kemiskinan Manusia. Penjelasan Indikator Kinerja Maksud dari indikator ini adalah untuk memberi gambaran mengenai tingkat kemiskinan di suatu daerah.
D. Indikator Kinerja Pada Tingkat instansi Pemerintah dan Unit kerja Salah satu permasalahan yang selama ini timbul dalam implementasi sistem AKIP adalah ketidakselarasan perencanaan antara suatu instansi pemerintah dengan instansi pemerintah atasannya bahkan dengan perencanaan yang bersifat nasional. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan indikator kinerja yang tidak selaras sehingga hasil yang disajikan oleh unit kerja tidak selaras dengan instansi pemerintah (kementerian,pemerintah provinsi/kabupaten/kota) bahkan hasil/kinerja dari suatu instansi pemerintah tidak selaras dengan apa yang diinginkan oleh perencanaan nasional. Indikator kinerja pada tingkat instansi sebaiknya pemerintah menggunakan
(kementerian,pemerintah
provinsi/kabupaten/kota)
indikator kinerja pada tingkat outcome dan menggambarkan keberhasilan instansi pemerintah secara keseluruhan organisasi. Keberhasilan instansi pemerintah merupakan keberhasilan bersama dari beberapa unit kerja yang ada di lingkungan instansi pemerintah tersebut. Dengan kata lain, indikator kinerja pada tingkat instansi pemerintah bukan sekedar gabungan dari berbagai indikator kinerja pada unit kerja pendukungnya. Disisi lain, pada tingkat unit kerja, indikator kinerja yang digunakan dapat pada tingkat outcome atau output. Indiaktor kinerja makro pada tingkat instansi pemerintah merupakan indikator kinerja makro yang keberhasilan pencapaiannya tidak hanya dipengaruhi oleh keberhasilan organisasi tersebut semata tetapi juga dipengaruhi
17
oleh organisasi/ instansi pemerintah lain. Misalnya keberhasilan indikator kedatangan wisatawan mancanegara tidak hanya dipengaruhi oleh Kementerian Budpar tetapi juga oleh kementarian lain seperti keamanan, Kimpraswil (untuk tersedianya sarana menuju tempat wisata), perhubungan, dan sebagainya. Indikator kinerja ini sebaiknya pada tingkat outcome. Disisi lain, indikator kinerja yang digunakan pada unit kerja akan lebih spesifik dan rinci namun tetap terjaga keselarasan dan keserasiannya dengan indikator kinerja pada tingkat instansi pemerintah. Pada suatu pemerintah daerah, misalnya, keselarasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Selain itu, antara indikator kinerja pada tingkat Pemda dan unit kerja/satuan kerja harus selaras satu dengan yang lainnya. Bentuk keselarasan tersebut dapat berupa kesamaan indikator kinerja pada sasaran Pemda dan unit kerja/satuan kerja, dapat juga berupa indikator kinerja sasaran pada unit kerja/satuan kerja yang saling memberikan kontribusi atas terpenuhinya
18
indikator kinerja pada tingkat pemerintah daerah. Sebagai gambaran dapat dilihat di bawah ini :
Jadi, seperti yang terlihat dalam gambar di atas, indikator kinerja pada unit kerja dapat berupa sama dengan indikator kinerja pemerintah daerah, misalnya indikator kinerja persentase peningkatan Pendapatan Asli Daerah, maka indikator tersebut dapat digunakan pada tingkat satuan kerja (dinas pendapatan daerah) maupun tingkat pemerintah daerah. Sedangkan pada kasus yang lain adalah indikator kinerja di berbagai satuan kerja yang akan memberikan kontribusi atas terpenuhinya indikator kinerja pada tingkat pemerintah daerah, sebagai contoh: indikator kinerja sasaran pada tingkat pemerintah daerah, misalnya peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata, indikator tersebut akan dipenuhi oleh indikator kinerja sasaran pada berbagai satuan kerja, seperti dinas pariwisata (A) dengan indikator kinerja jumlah promosi, brosur, kalender wisata, dan atraksi wisata, dinas pekerjaan umum (B) dengan
19
indikator kinerja jumlah jalan yang dibangun dan dipelihara, dan Bappeda (C) dengan indikator kinerja jumlah tata ruang obyek wisata yang disusun dan lain sebagainya. Salah satu contoh perumusan indikator kinerja untuk pemerintah daerah dan unit kerjanya adalah sebagai berkut :
Pemerintah Daerah Sasaran
Meningkatnya produksi pangan sub sektor tanaman
Indikator Kinerja
% peningkatan Produksi pangan sub sektor tanaman
Sasaran
Meningkatnya sarana irigasi teknis yang memadai (Dinas kimpraswil/PU) Terjaminnya ketersediaan saprodi pertanian tanaman pangan (Dinas Pertanian) Meningkatnya akses jalan dari dan ke dalam daerah rangka hasil-hasil Intensifikasi lahan pertanian distribusi Meningkatnya dan %
Indikator Kinerja
peningkatan irigasi yang
Target
5%
pertanian (Dinas PU) peningkatan lahan tanaman pangan Tingkat produktivitas hasil Meningkatnya terhadap rangka Pertanian) pembinaan dalam penguasaan pertanian 24 kali tanaman pangan Frekuensi pembinaan petani 5% luas 100 Ha ekstensifikasi pertanian
Contoh selengkapnya model perumusan indikator kinerja antara instansi pemerintah dan unit kerjanya terdapat pada lampiran III.
20
Secara umum, penyampaian penetapan kinerja oleh setiap instansi pemerintah maupun unit kerjanya dilakukan paling lambat tanggal 31 Mei pada setiap tahunnya. Penyampaian penetapan kinerja ini dilakukan secara berjenjang mulai unit kerja yang paling rendah hingga unit kerja eselon I kepada menteri terkat dan Kementerian/Departemen/Gubernur kepada Presiden. Penetapan tanggal 31 Mei sebagai batas akhir penyampaian penetapan kinerja ini didasari pertimbangan bahwa pada tanggal tersebut diharapkan anggaran baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah telah disetujui.
A. Instansi Pemerintah Pusat Penyampaian penetapan kinerja pada instansi pemerintah pusat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Pimpinan Unit kerja setingkat eselon II menyampaikan kepada pejabat eselon I yang menjadi atasan langsungnya, tembusan disampaikan kepada unit pengawasan internal dan Menteri PAN; 2) Pimpinan Unit kerja setingkat eselon I menyampaikan kepada Menteri yang menjadi atasan langsungnya, tembusan disampaikan kepada unit pengawasan internal dan Menteri PAN; 3) Pimpinan LPND menyampaikan kepada Menteri yang menggkoordinasikannya dengan tembusan kepada Menteri PAN; 4) Sekretaris Jenderal lembaga tinggi negara, komisi-komisi, dan lembaga non struktural lainnya menyampaikan kepada Pimpinan lembaga tinggi negara, komisi-komisi dan lembaga non struktural dengan tembusan kepada Menteri PAN;
Penyusunan Penetapan Kinerja
21
5) Para Menteri, Panglima TNI, Jaksa Agung, Kapolri dan pejabat setingkat menteri lainnya menyampaikan kepada Presiden melalui Menteri PAN. Alur penyampaian penetapan kinerja untuk instansi pemerintah pusat selengkapnya terdapat pada lampiran III.
B. Instansi Pemerintah Daerah Penyampaian penetapan kinerja pada instansi pemerintah daerah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Kepala Dinas menyampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dengan tembusan kepada unit pengawasan internal, Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN; 2) Asisten Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota menyampaikan kepada Sekretaris Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada unit pengawasan internal, Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN; 3) Sekretaris Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota menyampaikan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota dengan tembusan kepada unit pengawasan internal, Menteri dalam Negeri dan Menteri PAN; 4) Bupati dan Walikota menyampaikan kepada Gubernur terkait dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN; 5) Gubernur menyampaikan kepada Menteri Dalam Ngeri dengan tembusan kepada Menteri PAN Alur penyampaian penetapan kinerja untuk instansi pemerintah daerah selengkapnya terdapat pada lampiran 3
22
Lampiran -1
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, bersama ini kami sampaikan Penetapan Kinerja Asisten Deputi Urusan Pengembangan Sistem Akuntabilitas pada Deputi Bidang akuntabilitas Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yang merupakan ikhtisar rencana kinerja yang akan dicapai pada tahun 2005 sebagaimana daftar terlampir. Penetapan kinerja ini merupakan tolok ukur keberhasilan organisasi dan menjadi dasar penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun anggaran 2005.
Djoko Susilo
Sobirun Ruswadi
23
Lampiran - 2
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005 ASISTEN DEPUTI URUSAN PENGEMBANGAN AKUNTABILITAS KINERJA APARATUR
NO 1. PROGRAM UTAMA Pengawasan dan akuntabilitas SUB PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME TARGET 90% ANGGARAN
URAIAN TARGET URAIAN Peningkatan efektivitas Meningkatnya jumlah Jumlah pedoman dan modul Persentase Instansi penerapan Sistem AKIP Instansi Pemerintah yang Sistem AKIP yang disusun 1 buah pemerintah yang akuntabel menyampaikan LAKIP Jumlah kebijakan evaluasi yang disusun Jumlah partisipasi dalam peningkatan akuntabilitas Terlaksananya pengukuran dan evaluasi kinerja oleh Instansi Pemerintah Tersedianya ukuran standar kinerja instansi pemerintah Pengembangan Sistem Tersedianya kajian sistem pengukuran AKIP kinerja individu yang selaras dengan sistem pengukuran organisasi Tersedianya peraturan perundang-undangan di bidang Akuntabilitas Kinerja Penerapan Kepemerintahan yang baik melalui pengembangan pilot project Terbangunnya model Instansi Pemerintah Daerah yang telah menerapkan Kepemerintahan yang baik Jumlah Pedoman pengukuran dan evaluasi kinerja internal Instansi Pemerintah Jumlah pedoman standar kinerja Instansi Pemerintah Jumlah kajian 1 kajian 1 buah 1 kegiatan
150,000,000.00
199,300,000.00
1 buah
50,000,000.00
1 buah
40,000,000.00
106,500,000.00
213,000,000.00
Pilot project yang telah menyusun Pedoman/ Rencana Aksi penerapan Kepemerintahan yang baik Jumlah modul penerapan kepemerintahan yang baik
3 IPD
89,110,000.00
1 modul
78,800,000.00
Djoko Susilo
Sobiroen Ruswadi
24
Lampiran 3
Alur Penyampaian Penetapan Kinerja (PK) Departemen/Kementerian/LPND
Dept/Kementerian/ LPND
Pejabat Eselon II
Pejabat Eselon I
Presiden
Kementerian PAN
KK II PK II
PK II
PK II
KK I PK I
PK I
PK I
KK D PK D
PK D
PK D
LHE
LHE
LHE LHE
25
Bupati/Walikota
Gubernur
Presiden
Kementerian PAN
KK D PK D
PK D
PK D
PK D
KK B PK B
PK B PK B PK B
KK B KK B G PK
PK G PK G
LHE
LHE
LHE
LHE
KK BB KK KK B LHE
26
Lampiran 4
PROGRAM UTAMA
Pengembangan Agribisnis
SASARAN
ANGGARAN
9.205.968.800 6.931.000.000 1.170.000.000 2.023.200.000 810.000.000 10.066.900.000 21.217.200.000 41.213.200.000 4.100.000.000 2.273.784.000 9.392.626.260 12.039.548.162
2 3 4 5
Berkembangnya Persentase peningkatan PDRB perekonomian masyarakat sektor pertanian Kabupaten XYZ Peningkatan penerimaan daerah Peningkatan PAD dari tahun lalu Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja Peningkatan penanaman modal Pengembangan Pariwisata Berkembangnya pariwisata dalam mendukung pelestarian kebudayaan daerah Persentase berkurangnya tingkat pengangguran Jumlah nilai investasi baru tahun 2005 Persentase naiknya tingkat hunian hotel Jumlah kunjungan wisatawan
Meningkatnya sarana dan Berkurangnya jumlah kecamatan prasarana transportasi yang terisolasi Bertambahnya jaringan jalan kabupaten Berkurangnya jumlah kecelakaan Meningkatnya pemerataan Persentase berkurangnya buta kesempatan memperoleh aksara pendidikan Persentase berkurangnya angka putus sekolah Persentase peningkatan anak usia sekolah yang mengikuti pendidikan wajib belajar 9 tahun Terselenggaranya Berkurangnya angka kematian peningkatan pelayanan akibat penyakit menular dan tidak kesehatan menular Bertambahnya usia harapan hidup Berkurangnya keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Meningkatnya rasio medis kesehatan dibandingkan jumlah penduduk
8 9
10
10.858.585.300
Bupati XYZ
..
27
UNIT KERJA
15%
Peningkatan kontribusi usaha tanaman pangan terhadap PDRB Peningkatan kontribusi usaha perkebunan terhadap PDRB Peningkatan kontribusi usaha peternakan terhadap PDRB Peningkatan kontribusi usaha perikanan terhadap PDRB Peningkatan kontribusi usaha kehutanan terhadap PDRB Peningkatan PAD dari pajak dan retribusi daerah Peningkatan PAD dari usaha pertanian tanaman pangan Peningkatan PAD dari sektor pariwisata Peningkatan PAD dari sektor perkebunan Peningkatan PAD dari sektor kehutanan Peningkatan PAD dari sektor perikanan Peningkatan PAD dari sektor peternakan
10%
Dinas Pertanian Tanaman pangan Dinas Perkebunan Dinas Peternakan Dinas Perikanan Dinas Kehutanan
10%
10%
8% 5% 3% 7% 6% 4%
Dinas Pendapatan Daerah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dinas Pariwisata Dinas Perkebunan Dinas Kehutanan Dinas Perikanan Dinas Peternakan
3 Persentase berkurangnya tingkat pengangguran 4 Jumlah nilai investasi baru tahun 2005
5%
5%
28
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM UTAMA 1 Peningkatan Ketahanan Pangan SASARAN Meningkatnya ketersediaan bahan pangan INDIKATOR KINERJA OUTPUT URAIAN Tingkat hasil Produksi Padi Hasil Produksi Jagung Ketersediaan Benih Jagung Ketersediaan Benih Kacang Ketersediaan Benih Padi Ketersediaan Tanaman Hias Perluasan Areal Tanaman 2 Pengembangan Agribisnis Meningkatnya produksi dan sentrasentra pertanian tanaman pangan dan holtikultura Peserta Pelatihan Pembangunan Usaha Pertanian Tersedianya Media Informasi dan publikasi Pertanian Peserta Temu Usaha Kegiatan Pertanian dan Pendampingan Kelompok Tani Meningkatnya Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian Pemerintah Kab. XYZ Tersdianya Data Dasar Statistik Pertanian yang Akurat TARGET 439 ton 140 ton 5 ton 5 ton 15 ton 4.000 btg 2.331 Ha 70 orang Persentase peningkatan PAD dari usaha pertanian 12 Persentase peningkatan kecamatan kontribusi usaha pertanian tanaman 80 orang pangan terhadap PDRB 8% 1.113.877.500,00 10% INDIKATOR KINERJA OUTCOME URAIAN Persentase kenaikan produksi pertanian tanaman pangan TARGET 25% 1.217.338.950 ANGGARAN
1 paket
10%
1 paket
Budidaya ikan dengan jaring 80 orang Persentase peningkatan apung PAD dari usaha perikanan Percontohan budidaya perikanan 3 lokasi Persentase peningkatan kontribusi usaha perikanan Restocking perairan Umum 13 lokasi terhadap PDRB Laporan tentang pengembangan 1 lap sum ber daya periakan Percontohan suplai air dengan 1 unit Persentase peningkatan kincir pendapatan rata-rata pembudidaya ikan
10%
29
Persentase peningkatan PAD dari sektor perkebunan Persentase peningkatan kontribusi usaha perkebunan terhadap PDRB Jumlah Peserta Pelatihan dan 520 orang Persentase kenaikan Study Banding Pengembangan pendapatan rata-rata Usaha Perkebunan petani perkebunan Tertanganinya permasalahan perkebunan melalui Pemberdayaan TP3K Terbentuknya Asosiasi Petani Sawit Peserta Rapat Koordinasi pengusaha perkebunan Terpantaunya pembangunan pola persial dan swadaya 3 kali
10%
..
20%
10%
30
TARGET 1 paket
Pengembangan Agribisnis
100 %
1.520 Ha Luas areal rehabilitasi batas kawasan hutan dan usaha konservasi Pembuatan Hutan Rakyat Kab. 200 Ha hutan XYZ Luas areal reboisasi dan penghijauan Tersedianya peta acuan rehabiliatasi hutan dan lahan yang akurat Peningkatan produktivitas lahan 6 paket Persentase kenaikan jumlah produksi hasil hutan
1.000 hektar
10%
52 km
..
TARGET 9 paket
20%
..
31
36 orang 1 Laporan
..
TARGET 4 kali
Peserta Sosialisasi dan Magang Peningkatan Sarana Promosi Tersedianya data investasi untuk bahan evaluasi dan analisa'
35 orang
Rp 12 Milyar
1 set dokumen
..
32
10%
Dinas Pariwisata
10.000 Jumlah kunjungan wisatawan orang Jumlah obyek wisata yang telah dikelola Jumlah promosi, event dan atraksi wisata Panjang jalan menuju lokasi wisata yang telah dibangun/ditingkatkan Jumlah jembatan menuju lokasi wisata yang telah dibangun/ditingkatkan Persentase berkurangnya kemacetan jalan menuju lokasi wisata Persentase bertambahnya trayek kendaraan umum menuju lokasi wisata Jumlah pengaman jalan yang terpasang menuju obyek wisata
10.000 Dinas Pariwisata orang 8 lokasi 20 kali 30 km Dinas Pekerjaan Umum 6 buah
20%
Dinas Perhubungan
10%
4 buah
33
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005 DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN XYZ
INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM UTAMA 1 Pengembangan Pariwisata SASARAN URAIAN TARGET 8 lokasi 5 unit INDIKATOR KINERJA OUTCOME URAIAN Jumlah kunjungan wisatawan Persentase peningkatan PAD dari sektor pariwisata Persentase naiknya tingkat hunian hotel TARGET 10.000 orang 5.810.000.000 5% ANGGARAN
Meningkatnya Jumlah objek wisata yang Pertumbuhan telah dikelola Pariwisata Rehab Rumah Pagodangan Dan Pagar Istana Raja Jumlah promosi, event dan atraksi wisata Persentase bertambahnya kapasitas kamar hotel Persentase hotel yang meningkat kelasnya Tersusunnya Buku Adat Istiadat Perkawinan Kab. XYZ Jumlah kamus bahasa daerah yang dimiliki Adanya Dokumentasi Lagu-lagu Daerah Kab. XYZ
10%
1 paket 1 kegiatan
. ..
34
15%
10%
30 km
30 km
25%
30%
Dinas Perhubungan
20%
35
TARGET 6 paket
Pembangunan Sarana Meningkatnya Jumlah prasarana lalu pembangunan dan lintas yang dibangun/ dan Prasarana pemeliharaan Transportasi ditingkatkan sarana dan Persentase meningkatnya prasarana publik rambu jalan yang termasuk terpasang transportasi Persentase bertambahnya pengaman jalan yang terpasang di daerah rawan kecelakaan Jumlah pengaman jalan yang terpasang menuju obyek wisata Tingkat pelayanan pengujian kendaraan Persentase berkurangnya kendaraan yang tidak laik jalan Persentase bertambahnya trayek angkutan umum menuju obyek wisata Persentase bertambahnya trayek angkutan umum menuju kecamatan yang terisolasi Persentase bertambahnya kapasitas angkutan umum ke kecamatan yang terisolasi Tingkat pengembangan fasilitas pelabuhan udara
25 %
30 %
20%
4 paket
1 paket 20 %
10 %
15 %
10 %
2 paket
..
36
Luas Jaringan Irigasi 16293,6 Ha Terpelihara Luas Pendataan 117 Ha Genangan Air dan saluran sekunder Tingkat 838 M penanggulangan Erosi dan Longsor Panjang Normalisasi 5.154 M sungai Tingkat 40.300 M3 penanggulangan Banjir pada lokasi Pembangunan Tingkat pemeliharaan jalan 388,8 KM
Persentase berkurangnya jalan yang rusak Persentase berkurangnya jembatan yang rusak
10%
63.996.700.000
Tingkat pemeliharaan jembatan Peningkatan kondisi/struktur jalan Peningkatan kondisi/struktur jalan menuju obyek wisata Peningkatan kondisi/struktur jembatan Peningkatan kondisi/struktur jembatan menuju obyek wisata Ketersediaan jaringan jalan kabupaten Ketersediaan jalan menuju kecamatan yang terisolasi
828 M
5%
56,3 KM 40 KM
14 Paket
6 Paket
30 KM 20 KM
..
37