Professional Documents
Culture Documents
1. Endapan Kuroko
Endapan Kuroko adalah endapan yang berupa urutan pengendapaan dari pada logam logam sulfida dan sulfat. (Strata bound poly metallic sulphida sulfhate deposits). Proses pembentukannya erat sekali dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan dipengaruhi oleh pengaruh aktivitas hidrotermal. Contoh endapan yang dibahas adalah yang terdapat di Kosako dan Fiji, Jepang. Endapan serupa terdapat di Kanada , Rio Tinto, Iran, Australia dan Skandinavia. Ciri ciri endpan Kuroko adalah sebagai berikut :
kejadian , bermula daripada bentuk tubuh berupa pipa yang mengalami mineralisasi karena pengaruh aktivitas vulkanik (volcanogenic origin). Kemudian diikuti aktivitas hidrotermal dengan urutan kejadian antara lain. - Siklus Pengendapan diawali oleh ekstrusi berupa masif berbentuk bataun bereksi desitik yang agak berlapis ( poorly bedded dacitic breccias ) yang berumur Miosen Pliosen. - Karena kandungan gasnya yang makin lama makin bertambah, maka akhirnya terjadi peledakan (eksplosif) dan menghasilkan endapan pumice yang sangat banyak. - Kontak antara gas yang dikeluarkan dengan air laut dan batuan sedimen yang ikut tercampur menyebabkan terjadinya pelarutan. - Selanjutnya terjadi proses konsentrasi dan pelarutan daripada uap, gas dan air laut. Kemudian terjadi endapan disekitar lubang/vent daripada kepundan. - Karena pengaruh hidrotermal yang kemudian aktif maka terbentuklah endpan bijih.
Endapan yang terbentuk bisa berupa dissemnated veins dan irregulear spheroidal pods atau berupa massive lenticular bodes dengan memperlihatkan kenampakan perlipatan (Strata bound ). - Urutan proses mineralisasinya diawali oleh pembentukan formasi gipsum yang mengalami proses ubahan silifikasi dan argilitisasi dicirikan oleh adanya mineralisasi yang intensif. - Setelah itu terjadi proses mineralisasi sulfida komplekx (mixed sulphide mineralization) dan arhilitasasi yang intensif. - Selanjutnya terjadi aktivitas fumarola yang bersamaan dengan proses peledakan yang menghasilkan breksi pumice dan aglomerat. - Endapan yang terbentuk merupkan hasil sublimasi dan terdapat disekeliling lubang/vent fumarola dan mengandung logam logam Fe, Cu, Pb dan Zn yang terjadi pada temperatur rendah. - Bentuk struktur bijih bisa berupa : brecciated ore dan homogenous laminated pyrite sphalerite dan scatteered barite . - Banding struktur dan collofrm (gel) terjadi di ruang terbuka (air udara). - Penyebaran endapan kearah sulfida Pb, Cu Zn berkonsentrasi kearah atas (top) daripada seluruh endapan, sedangkan endapan sulfida Cu menyebar kearah bawah (bottom). Mieneral konvelit terbentuk pada zona supergene enrichment dan berada dibawah daerah gossan. Kesimpulan : endapan type Kuroko, erat hubungannya dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan berumur Miosen Piliosen. Logam yang ekonomis berupa Cu, Pb, Zn, Ag, Au serta endapan non logam barit berat dan Ca sulfat. Tubuh bijih berbentuk stratiform atau Lenticular bodies didapati selaras dengan kedudukan bataun sedimen yang mengeliliginya. Mineralisasi epigenetik ditandai oelh bentuk vein, Stockwork dan disseminated . Mineralisasi epigenetik ditambah oelh bentuk stratebound
Rahmat diansyah putra 06306009
Endapan Kuroko utama ( the major Kuroko deposit ) terdapat diatas Beniof zone pada kedalaman sekitar 150 kilometer. Cara cara prosepekting : 1. cari batuan vulkanik asam yang berumur Mision Plisen, terutama yang terdiri dari pada material dengan bentuk vesiculair dan besar. 2. buat urutan stratingrafi batuan piroklastiknya. 3. cari pusat erupsi yang ditandai oleh endapan lava demo yang terbaru. 4. tentukan arah arah gaya tektonik yang telah bekerja dari kenampakan struktur strukturnya. 5. analisa keadaan paleografinya, khususnya struktur pengendapan mineralisasi. 6. pelajari jenis dan proses alterasi daripada host rock nya serta penyebaran mineral sulfidanya. Atas dasar data data yang dikumpulkan diatas, maka embatasan daerah endapan tipe Kuroko bisa ditentukan.
Zona SEDEX berada dalam batuan induk jenis silty carbonaceous shales (lanau karbonan), zona ini mencapai permukaan. Posisi bijih dimulai dari permukaan hingga sekitar 200 m. Satuan batuan lain yang juga bisa dijumpai di permukaan adalah: dolomitic siltstones yang termineralisasi, shale-dolostones dan dolostones dimana lode juga ditemukan dibatas kedua satuan ini. Semua satuan batuan serta bijih menyebar hingga ke permukaan sehingga bisa dipetakan. Zona SEDEX sendiri berada pada footwall patahan dalam batuan silty carbonaceous shale dan sejajar perlapisan searah sayap antiklin. Secara regional satuan-satuan batuan ini dikenal sebagai batuan black shale, siltstones dan batuan karbonat dari Group Tapanuli berumur Karbon (300 juta tahun) yang sebelumnya tidak dikenal sebagai batuan induk bagi mineralisasi. Dengan melihat keadaan geologi regional maupun lokal, daerah penyelidikan merupakan bagian dari batuan tua yang sudah terangkat, hal ini sesuai dengan penampakan di lapangan dimana cukup luas tersingkap batuan metamorf (batusabak). Bila dikaitkan dengan ciri-ciri umum endapan SEDEX maupun yang ada di Dairi Sumatera Utara, beberapa pengamatan penting yang bisa disampaikan disini adalah: Adanya singkapan batusabak yang memiliki umur kurang lebih sama dengan formasi batuan di Dairi. Dijumpainya batusabak yang memiliki urat-urat kuarsa yang umumnya sejajar dengan foliasi dan sebagian kecil memotong bidang foliasi sembarang arah. Di tempat tertentu terutama pada batas antara breksi termineralisasi dan batuan metamorf, dijumpai ubahan dan sulfida (pirit) pada batusabak/serpih. Memberi kesan adanya larutan pembawa mineralisasi menerobos batuan serpih melalui zona lemah dan mengubah batuan (epigenetik). Teramati struktur yang memotong batuan metamorf dan mengandung stockwork kuarsa.
Hasil pengamatan lapangan tidak serta merta memastikan ada tidaknya tipe endapan SEDEX di daerah penyelidikan karena ciri utama yaitu endapan sulfida Seng dan Timah hitam yang mengikuti perlapisan batuan tidak teramati. Namun, dengan diperolehnya sejumlah conto batuan serpih/sabak yang mengalami ubahan dan mineralisasi, memastikan bahwa proses pembentukan mineralisasi logam telah berlangsung di daerah penyelidikan ini. Indikasi Emas Epitermal Berdasarkan pengamatan geologi daerah penyelidikan, kehadiran batuan breksi termineralisasi yang terlihat seolah memotong batusabak ataupun sedimen termetakan/serpih cukup menarik untuk dikaji. Kehadiran breksi yang komponennya batuan gunungapi ini diperkirakan sebagai breksi hidrotermal. Biasanya terjadi akibat tekanan larutan hidrotermal yang cukup tinggi terkurung oleh lapisan batuan dan lalu tiba-tiba menghancurkan batuan penutup diatasnya (batuan metamorf dan gunungapi) pada zona lemah akibat struktur. Kehadiran breksi hidrotermal semacam ini mengindikasikan adanya pembentukan mineralisasi yang lebih muda dari umur endapan SEDEX yang dicari. Dari data pengamatan megaskopis, breksi ini mengandung mineral sinabar dan pirit. Sinabar merupakan mineral yang terbentuk pada suhu rendah dan biasanya berasosiasi dengan endapan emas epitermal dekat permukaan. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa daerah pemunculan breksi hidrotermal ini merupakan bekas penambangan emas tradisional. Dalam kaitannya dengan pencarian endapan SEDEX, pemunculan tipe mineralisasi emas epitermal bisa mengaburkan pengamatan lapangan apabila terdapat pada satu lokasi dengan endapan SEDEX. Andaikan endapan SEDEX benar-benar telah terbentuk di daerah penyelidikan ini maka mineralisasi emas epitermal yang jauh lebih muda telah menutupinya. Untuk mengetahui adanya sulfida logam yang terbentuk pada umur yang jauh lebih tua (jenis SEDEX) dibandingkan endapan emas epitermal memerlukan penelitian lebih lanjut misalnya mengidentifikasi jenis sulfida logam yang benar-benar berasosiasi dengan sedimen atau sedimen termetakan yang ada. Penelitian ini lebih memungkinkan dilakukan/ditekankan di bagian selatan daerah penyelidikan sekarang, oleh karena secara geologi bagian selatan lebih banyak ditempati batuan metamorf berumur tua dimana mengandung urat kuarsa sehingga paling mungkin berasosiasi dengan endapan SEDEX.
Namun karena daerah ini sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung maka tidak seluruhnya dapat diselidiki. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak teramati singkapan endapan sulfida logam tipe SEDEX. Namun, petunjuk sangat awal kemungkinan adanya endapan SEDEX diperoleh berdasarkan hasil penafsiran dari data anomali geokimia endapan sungai aktif khususnya adanya peningkatan nilai Pb, Zn dan Ba yang mencolok. Tipe endapan emas yang ada diperkirakan berdasarkan kehadiran mineral sinabar bersama emas dijumpai G. Talakik adalah epitermal. Sesuai dengan lingkungan batuannya, endapan emas ini diduga berumur Tersier dan jauh lebih muda dibandingkan dengan endapan tipe SEDEX yang dicari atau diduga tumpang tindih. Secara spasial keterdapatan mineralisasi emas epitermal dalam batuan breksi hidrotermal yang menerobos lingkungan batuan tua (metamorf) atau serpih dan batuan gunungapi andesitik terdapat bersamaan dengan anomali Pb, Zn dan Ba. Deduksi yang dapat disampaikan: larutan hidrotermal pembawa emas pada kondisi yang berbeda namun pada lokasi yang sama secara teoritis bisa saja indikasi pembawa endapan SEDEX (epigenetik) di daerah ini. Namun hal ini masih merupakan pembuktian dengan metoda lain secara sistematis.