You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, Indonesia diperkirakan akan terus berkembang baik dari segi kemampuan menghasilkan produksi barang dan jasa maupun dari kemampuannya menciptakan lapangan kerja baru. Namun, bersamaan dengan itu masalah perluasan lapangan kerja tetap merupakan masalah yang cukup mendesak dalam pembangunan sosial ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan walaupun pertumbuhan penduduk sudah mengalami penurunan tetapi pertumbuhan angkatan kerja masih relatif tinggi. Jumlah angkatan kerja baru yang memerlukan pekerjaan meningkat dengan cukup besar. Umumnya penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai, dan sesuai dengan pendidikan dan keterampilan. Selain itu aspirasi bagi lapangan kerja yang lebih bermutu meningkat berhubung semakin besarnya proporsi angkatan kerja terdidik dalam komposisi angkatan kerja. Hal ini adalah disebabkan semakin meratanya fasilitas pendidikan. Salah satu pernyataan dari Gubernur Aceh, Dr. Zaini Abdullah pada pelaksanaan wisuda ke-3 di Universitas Teuku Umar pada hari Kamis (22/11) adalah meminta kepada para sarjana lulusan perguruan tinggi di Aceh untuk tidak berorientasi lagi menjadi pegawai negeri, tetapi menciptakan lapangan kerja sehingga bisa menampung tenaga kerja baik diri sendiri dan orang lain (aceh.tibunnews.com, 2012). Sementara itu, tatkala mahasiswa sudah mendekati penyelesaian studi, mucul dalam benak mereka: Mau bekerja dimanakah saya ketika lulus Sarjana? Apa yang sudah saya persiapkan untuk bersaing di dunia kerja? Kualifikasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja ketika saya lulus? Atau sudah sejauh mana usaha saya untuk mengejar apa yang saya cita-citakan ketika kuliah?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan sekali duakali kita temui dalam kehidupan kampus, melainkan sering kita menemui pernyataanpernyataan seperti ini. Khususnya mahasiswa Tingkat Akhir yang tidak lama lagi akan menjadi sarjana. Dan bahkan Pertanyaan diatas bagaikan hantu yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir, karena pada umumnya jawaban dan anggapan orang-orang adalah minimnya lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan sarjana tiap tahunnya. Atas dasar inilah, sehingga penulis tertarik mengangkat masalah ini dalam tugas pemodelan matematika.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana membuat model matematika dari fenomena sarjana dengan lapangan kerja 2. Bagaimana menyelesaian model yang telah dibuat 3. Bagaimana interpretasi hasil analisis model dari fenomena C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk memodelkan secara matematika fenomena sarjana dengan lapangan kerja berikut asumsi-asumsinya 2. Dapat menyelesaikan model yang telah dibuat, berupa analisis titik kestabilan ekuilibrium disertai simulasi numerik 3. Untuk menjelaskan intrepetasi hasil analisis model dari fenomena D. Batasan Masalah Model yang disusun adalah model matematika dengan bentuk sistem persamaan diferensial yang bergantung pada variabel-variabel yang menyatakan tiap-tiap populasi. Dalam pemodelan ini dibatasi pada masalah sarjana yang belum bekerja dan lapangan kerja yang disediakan untuk sarjana. E. Metode Penulisan Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemodelan penyerapan tenaga sarjana pada lapangan kerja adalah : 1. Identifikasi Masalah, yaitu membaca dan memahami literature yang berkaitan dengan masalah ini 2. Membuat Asumsi, yaitu dalam pemodelan matematika tidak semua faktor yang berpengaruh dalam penyerapan tenaga sarjana dapat dimodelkan secara matematika, oleh karena itu perlu disederhanakan dengan melakukan reduksi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peristiwa ini

3. Menyelesaikan dan Menginterpretasikan Model, setelah model terbentuk, perlu diselesaikan secara matematika yaitu melakukan analisis parameter dengan mencari titik kritis, nilai eigen 4. Verifikasi Model, setelah dilakukan analisis pada model, perlu melihat simulasi model, untuk menguji hasil analisis dan melihat pengaruh dari parameter.

BAB II PEMBAHASAN A. Pembentukan Model Matematika Dalam pembentukan model matematika penyerapan tingkat pendidikan sarjana, dibagi menjadi 2 kompartemen, yaitu populasi tingkat pendidikan sarjana S(t) dan lapangan kerja L(t). Jumlah populasi S akan bertambah dengan adanya wisuda sarjana sebesar K1, dengan K1 adalah konstan. S akan berkurang karena terserap pada lapangan kerja dengan laju . Kelas L menyatakan lapangan kerja akan bertambah sebesar K2 yang konstan. Berkurangnya populasi ini disebabkan karena adanya tenaga sarjana yang sudah bekerja dengan laju dan bertambah dengan adanya sarjana yang menciptakan lapangan kerja sendiri dengan laju . Dari asumsi di atas dapa dibuat diagram alir mengenai model matematika penyerapan tingkat pendidikan sarjana pada lapangan kerja seperti terlihat pada gambar berikut : N S L

Dari asumsi di atas, maka

model matematika dari penyerapan tingkat pendidikan

sarjana pada lapangan kerja adalah sebagai berikut: (1) (2) dimana S = populasi tingkat pendidikan sarjana L = populasi lapangan kerja = laju perubahan sarjana yang terserap pada lapangan kerja
4

= laju perubahan lapangan kerja yang menggunakan tenaga sarjana = laju perubahan sarjana yang menciptakan lapangan kerja sendiri = jumlah sarjana (konstan) = jumlah lapangan kerja (konstan) B. Analisis Model Matematika 1. Titik Kritis Untuk mencari titik kritis, system (1) dibuat dalam posisi konstan terhadap waktu yaitu kondisi dimana . Dengan demikian diperoleh satu titik kritis, yaitu ( ) ( ).

Dalam kehidupan nyata, jumlah populasi sarjana S tidak mungkin negatif, oleh karena itu harus diberi syarat agar bernilai positif. Nilai sudah pasti positif, sehingga yang perlu diberi syarat adalah nilai - agar bernilai positif. Berarti nilai harus lebih besar dari nilai . 2. Nilai Eigen Model yang telah dikonstruksi pada (1) dan (2) merupakan sistem yang terbentuk dari dua persamaan differensial linear homogen dengan koefisien konstan. Sebelum menganalisis kestabilan pada titik kesetimbangannya, terlebih dahulu yang perlu diketahui adalah solsusi umum dari sistem (1) dan (2). Metode yang digunakan adalah metode subtitusi dengan menurunkan kembali (1) dan (2) terhadap t, sehingga akan diperoleh suatu bentuk PD linear Non-homogen orde 2. ( ( ( ( ) ) (
5

) )( ( )

( ) )

( )

Persamaan (3) merupakan bentuk PD Linear non-Homogen orde 2 dengan koefisien konstan. Untuk memperoleh solusi umumnya maka terlebih dahulu ditentukan solusi homogennya. Yaitu, ( ) ( ) , maka (4) akan menghasilkan persamaan

Dengan memisalkan solusinya berbentuk ( ) karakteristik ( )

( )

Persamaan (5) ini selanjutnya digunakan untuk menentukan kestabilan sistem linear (1) dan (2). Akar-akar dari persamaan karakteristik (5) adalah ( ( )) ( ) Untuk menganalisis kestabilan sistem (1) dan (2) tinjau akar-akar karakteristik pada (6).

( ( Jika Jika Jika Jika

)) maka titik kesetimbangan Q tidak stabil maka titik kesetimbangan Q stabil maka titik kesetimbangan Q tidak stabil maka titik kesetimbangan Q tidak stabil

Jadi, suatu sistem dikatakan stabil apabila semua nilai eigen (akar-akar karakteristik) dari sistem tersebut bernilai negatif. q akan bernilai negatif, dengan syarat: 1) 2) , atau , atau

Apabila syarat (1) diambil, maka hal ini bertentangan dengan syarat untuk titik kritis. Ini menyebabkan populasi L akan bernilai negatif, dalam halnya kehidupan nyata tidak mungkin
6

terjadi kondisi seperti ini, maka syarat (1) diabaikan. Sehingga diambil syarat (2), yang sesuai dengan syarat untuk titik kritis dimana lain ( ) lebih kecil dari 0 dan lebih besar dari dengan kata

3. Simulasi Analisis Numerik Untuk simulasi numerik dilakukan beberapa cara, yaitu: 1) Diambil syarat untuk , dimana

a.
8

10

b. Faf

c.

BAB IV KESIMPULAN

Daftar Pustaka
1. http://aceh.tribunnews.com/2012/11/23/gubernur-minta-sarjana-ciptakan-lapangan-kerja.

Diakses tanggal 8 Januari 2013.


2. Artikel: Banyaknya Sarjana Pengganguran Karena Minimnya Lapangan Pekerjaan?

http://muda.kompasiana.com/2012/06/14/banyaknya-sarjana-pengganguran-karenaminimnya-lapangan-pekerjaan/. Diakses tanggal 8 Januari 2013


11

Haberman, Richard. 1977. Mathematical Models (An Introduction To Applied Mathematics), Prentice-Hall, Inc., New Jersey. 4. Kurniawan, Mahendra Ali, dkk. Analisis Kestabilan Penyakit Campak (Measles) dengan Vaksinasi Menggunakan Model Endemi SIR. Diakses tanggal 3 Januari 2013
3.

Gubernur Minta Sarjana Ciptakan Lapangan Kerja Jumat, 23 November 2012 08:54 WIB More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on twitter
Berita Terkait

JK: Sarjana jangan Jadi Lulusan Museum Mau, Beasiswa Eiffel ke Negara Perancis Studi Berkualitas dan Murah, ke Perancis Aja! Beasiswa Chevening Kembali Dibuka! Beasiswa Doktor di ITB dari BlackBerry Beasiswa Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Beasiswa Fulbright Pascasarjana Bidang Pertanian Unsyiah Lepas 301 Sarjana Pendidik ke Luar Aceh Program Pascasarjana Murah Marak di Daerah Dibuka, Beasiswa BlackBerry untuk S-2 dan S-3!

MEULABOH-Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah meminta kepada para sarjana lulusan perguruan tinggi di Aceh untuk tidak berorientasi lagi menjadi pegawai negeri, tetapi menciptakan lapangan kerja sehingga bisa menampung tenaga kerja baik diri sendiri dan orang lain. Pasalnya, daya serap tenaga kerja di sektor pemerintahan ini semakin berkurang, apalagi jumlah pegawai yang ada saat ini sudah banyak. Penjelasan itu disampaikan Gubernur Aceh diwakili staf Ahli Bidang Ekonomi, Prof Jasman Maruf pada pelaksanaan wisuda ke-3 sarjana Univeritas Teuku Umar (UTU) Meulaboh di kampus setempat di Alue Penyareng, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Kamis (22/11). Pelaksanaan wisuda sebanyak 298 sarjana UTU itu dipadukan dies natalis UTU ke-6 turut dihadiri Bupati Aceh Barat, HT Alaidinsyah dan para pejabat dari kabupaten tetangga serta para orangtua wisudaan. Gubernur juga menyampaikan pola pikir seorang sarjana ingin menjadi PNS ketika sudah lulus perlu dihilangkan dari masyarakat sebab bukan tidak diterima lagi tetapi peluang sudah cukup kecil, yakni peluang terbuka ketika ada yang pensiun sehingga sarjana lulusan itu bisa sukses dan mandiri adalah dengan membuka lapangan kerja. Sementara itu, Bupati Aceh Barat, Alaidinsyah mengatakan, keberhasilan menjadi seorang sarjana bukan berarti perjalanan menimba ilmu telah berakhir, ini baru merupakan langkah awal untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Oleh karena itu dituntut berpikir dan memanfaatkan tenologi informasi.

12

Saya tidak ingin dengan selesainya wisuda akan melahirkan pengangguran intelektual baru, tetapi saya berharap dapat melahirkan sarjana yang memiliki jiwa yang kreatif serta ke depan mampu menyediakan lapangan kerja sendiri dan orang lain, ungkap bupati.(riz) 298 Sarjana Diwisuda PELAKSANAAN-wisuda sebanyak 298 sarjana UTU Meulaboh di kampus Alue Penyareng, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Kamis (22/11) berjalan lancar dan meriah. Sedangkan untuk orasi ilmiah disampaikan Dekan Fakultas Teknik Unsyiah Banda Aceh, Dr Ir Marwan. Rektor UTU, Ir Abdul Malik Ali MSi melaporkan, jumlah lulusan yang diwisuda sebanyak 298 orang terdiri dari Fakultas Pertanian (FP) sebanyak 31 orang, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) sebanyak 178 orang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sebanyak 27 orang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sebanyak 21 orang, Fakultas Ekonomi (FE) sebanyak 34 orang, dan Fakultas Teknik (FT) sebanyak 7 orang.(riz) Editor : bakri http://aceh.tribunnews.com/2012/11/23/gubernur-minta-sarjana-ciptakan-lapangan-kerja

Banyaknya Sarjana Pengganguran Karena Minimnya Lapangan Pekerjaan?


REP | 14 June 2012 | 00:25 Dibaca: 1822 Komentar: 76 14 aktual

Ilustrasi/Admin(waroengkemanx.blogspot.com) Mau bekerja dimanakah saya ketika lulus Sarjana?, apa yang sudah saya persiapkan untuk bersaing di dunia kerja?, kualifikasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja ketika saya
13

lulus?, atau sudah sejauh mana usaha saya untuk mengejar apa yang saya cita-citakan ketika kuliah? Pertanyaan-pertanyaan diatas ini bukan sekali duakali kita temui dalam kehidupan kampus, melainkan sering kita menemui pernyataan-pernyataan seperti ini. Khususnya mahasiswa Tingkat Akhir yang tidak lama lagi akan menjadi sarjana. Dan bahkan Pertanyaan diatas bagaikan hantu yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Mengapa saya bilang bagaikan hantu yang sangat menakutkan ? Jawabannya adalah karena pada umumnya jawaban dan anggapan orang-orang adalah minimnya lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan sarjana tiap tahunnya. Apa benar minimnya lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan sarjana tiap tahunnya menjadi penyebab banyaknya sarjana pengganguran? Saya rasa ungkapan ini sama sekali tidak ada benarnya. Coba kita lihat di tiap-tiap Koran harian yang sering kita baca. Bukalah iklan baris, lihat di kolom lowongan pekerjaan. Hampir pasti lebih dari satu, dua halaman bahkan 1 jilid khusus Koran memuat tentang lowongan pekerjaan. Pekerjaan yang ditawarkan pun beragam, dari tukang pijat hingga ke kursi-kursi kantor besar. Juga profesinya, dari yang hanya lulusan SD hingga S-2 pun ada. Jadi darimana munculnya ungkapan minimnya pekerjaan? Bukan hanya di Koran, kalau anda lewat dijalan ataupun browsing di internet melihat ada lowongan, itu juga banyak. Jadi sangatlah salah jika anda beranggapan lapangan kerja di Indonesia itu minim. Lalu Mengapa banyak sarjana yang menganggur? apa penyebab utamanya ? Menurut analisa saya, Penyebab sarjana banyak yang menganggur adalah sebagai berikut : Sarjana tidak kompeten dan Minimnya jaringan pertemanan. Maksudnya: Hal-hal seperti softskill, kemampuan bahasa inggris, IPK, kemampuan akademik, pengalaman organisasi,pengalaman kerja dan pengalaman ber-enterpreunership merupakan perangkat yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang mahasiswa calon sarjana. Tetapi mahasiswa Sering kali terlena dan fokus untuk mendapatkan IPK tinggi, seolah-olah, IPK menjadi satu-satunya faktor yang menentukan dalam persaingan menuju dunia kerja.Sehingga tidak ada alasan lain bagi kita kuliah-pulang-kuliah-pulang tanpa pergaulan sama sekali. padahal tidak lah demikian. Perlu ditanamkan keserasian antara jadi berprestasi tanpa mengorbankan pergaulan. Mahasiswa yang fokus untuk mendapat IPK tinggi mungkin mahasiswa-mahasiswi pintar, sehingga nilai-nilainya bagus, tapi bagaimana jika tidak ada jaringan pertemanan yang baik? Tentu akan sulit. Seseorang dengan IQ tinggi tapi EQ(Emosi yang khususnya digunakan untuk menjalin pergaulan) nya rendah akan sangat sulit berkembang. Ingat manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri, butuh bantuan orang lain.. Sikap selektif yang berlebihan. Coba sekali-kali kita bertanya pada sopir-sopir taksi,kasir di pasar swalayan,SPG di plaza-plaza/mall,tukang ojek,pedagang kaki lima dan seterusnya. Tidak sedikit kita temukan adalah sarjana. pada akhirnya mengobral Ijazah kesarjanaannya dengan bekerja pada posisi yang tidak sepantasnya(asal kerja)?

14

Mengapa mereka bisa begitu? Karena mereka terlalu banyak memilih pekerjaan, Dan Juga karena tujuan mereka hanya ingin bekerja di perusahaan dan hanya PNS, sehingga mau tidak mau dari pada nggangur,kerja apa aja pun jadilah. Jadi menurut saya sempitnya lapangan pekerjaan itu tergantung dari penilaian kita masingmasing. Coba kalau kita mau mengembangkan diri dengan mencari peluang lain, membuka usaha, misalnya, pasti tidak ada kalimat lapangan kerja sulit dan sempit. Namun setelah kita menjadi sarjana,terkadang tidak tahu potensi apa yang bisa dikembangkan menjadi ladang penghidupan, makanya ketika kita menjadi sarjana,kita hanya bisa menunggu lowongan pekerjaan, bukan malah mencoba menggali potensi dirinya untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Masalahnya kemudian adalah, bagaimana institusi pendidikan bangsa ini. Sudah saatnya untuk membangkitkan mentalitas enterpreunership (kewirausahaan) di kalangan mahasiswa, sehingga kelak ketika selesai kuliah bukan menambah barisan pengangguran namun sebaliknya dapat menjadi generasi yang mandiri dan tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tanpa harus menjadi pengemis pekerjaan diberbagai instansi pemerintah dan swasta. Sekarang, tinggal bagaimana kita harus memulai untuk mencoba. Mari kawan, mulailah berpikir masa depan. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang menambah sarjana pengganguran di negeri ini. Selamat Pagi http://muda.kompasiana.com/2012/06/14/banyaknya-sarjana-pengganguran-karena-minimnyalapangan-pekerjaan/ Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara sektoral. Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa terjadinya I. Gbb II.
K

http://aceh.tribunnews.com/2012/11/23/gubernur-minta-sarjana-ciptakan-lapangan-kerja

Banyaknya Sarjana Pengganguran Karena Minimnya Lapangan Pekerjaan?


http://muda.kompasiana.com/2012/06/14/banyaknya-sarjana-pengganguran-karena-minimnyalapangan-pekerjaan/

15

You might also like