You are on page 1of 39

ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR DALAM MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Metode Penelitian

Oleh: Erny Indah Surya Reny Rinawati Nofanti Dwi Apsari (098 694 052) (098 694 060) (098 694 073)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS EKONOMI S1 AKUNTANSI 2012


1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal sangat berperan penting dalam menetukan tingkat perekonomian nasional suatu negara. Peran pasar modal tersebut disesuaikan dengan tujuan investor dalam berinvestasi. Bagi investor individu, peran pasar modal adalah sebagai sarana untuk menginvestasikan aset tetap yang dimilikinya agar memperoleh pengembalian (return) jangka panjang di kemudian hari. Sedangkan bagi investor institusional, pasar modal berperan sebagai sumber modal/pembiayaan bagi kegiatan operasional institusinya. Dalam melaksanakan perannya, pasar modal menjadi penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena investor dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Masing-masing instrumen investasi memiliki karakteristik serta tingkat pengembalian (return) yang berbeda-beda tergantung tingkat risiko (risk) yang diterima. Beberapa sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham, obligasi, reksadana, dan instrumen derivatif. Adanya ketidakpastian antara pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan besanya pengembalian yang diterima (riil return) diharapkan seorang investor dapat menganalisis antara tingkat pengembalian terhadap risiko yang akan diterima. Investor yang kurang menyukai risiko, obligasi dapat dijadikan salah satu pilihan alternatif investasi selain saham. Obligasi dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income securities) bagi pemegang obligasi. Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa risiko, karena bisa saja obligasi tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya dalam memenuhi kewajibannya atau yang biasa disebut dengan gagal bayar (default risk). Oleh karena itu, investor harus lebih teliti dalam memilih obligasi yang akan dibeli. Investor perlu memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi perusahaan emiten. Peringkat obligasi menunjukkan tingkat risiko dan kualitas obligasi yang dilihat dalam kinerja perusahaan yang menerbitkannya. Maka dari itu, peringkat

obligasi sangat penting bagi calon investor. Peringkat obligasi ini memberikan pernyataan informatif dan sinyal tentang kemungkinan kegagalan suatu perusahaan dalam melunasi hutangnya. Berita finansial yang sedang hangat dan banyak dibicarakan baik di media online dan media offline sekarang adalah banyaknya pasar obligasi Indonesia dikuasai sebanyak 30% oleh orang asing yang berinvestasi di beberapa perusahaan Indonesia. Ini dikuatkan oleh pernyataan dari Kepala Kantor ADB untuk Integrasi Ekonomi Regional Iwan Aziz mengatakan, secara regional porsi asing dalam pasar obligasi Indonesia lebih tinggi dibanding Malaysia sebesar 20% dan Filipina yang hanya 15%. Sisi positifnya, hal ini berari semakin meningkatnya kepercayaan nasional terhadap pasar obligasi domestik. Di lain sisi, masih terlihat banyak ruang di pasar obligasi yang belum dimanfaatkan Indonesia untuk melibatkan investasinya berupa obligasi korporasi. Dimana telah diketahui bahwa obligasi merupakan salah satu sumber dana yang secara jangka paanjang sangat diperlukan bagi pembangunan suatu negara1. Dalam pemilihan obligasi dari sektor perusahaan apa yang akan digunakan untuk menaruh investasi dibutuhkan analisis-analisis yang dapat membantu dalam mengambil keputusan dalam pemilihan perusahaan. Untuk melihat kinerja obligasi dari suatu perusahaan dapat dilihat melalui peringkat obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo). Informasi mengenai ditariknya kembali peringkat obligasi oleh PT Pefindo pada salah satu perusahaan penerbit obligasi2, diharapkan mampu untuk memberikan informasi mengenai perubahan peringkat pada perusahaan. Sehingga seorang investor dapat mengambil keputusan dengan tepat. Sedangkan untuk seorang investor yang ingin berinvestasi pada jenis sekuritas obligasi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan mana yang tepat untuk digunakan sebagai media investasi. Beberapa penelitian mengenai peringkat obligasi telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu, Hadianto dan Veronica (2010), Purwaningsih (2008), Sari (2007), Sejati (2010), Suharli (2008), Susilowati dan Sumarti (2010). Kesimpulan dari berbagai penelitian yaitu terdapat pengaruh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya peringkat obligasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

1 2

Shinobi Apuy, Antaranews.com, 7 September 2012.

peringkat obligasi tersebut berpengaruh secara signifikan, namun beberapa diantaranya ada yang membuktikan tidak. Hadianto dan Wijaya (2010), meneliti mengenai kebijakan utang, profitabilitas, likuiditas, ukuran dan status perusahaan terhadap peringkat obligasi. Analisis data menggunakan metode regresi logistik. Hasil yang diperoleh yaitu profitabilitas merupakan satu-satunya variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Purwaningsih (2008), meneliti mengenai kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi menggunakan analisis faktor dan backward regression. Hasil yang diperoleh yaitu dengan pengolahan regresi backward rasio keuangan yang berpengaruh yaitu LTLTA dan NWTA (leverage), CFOTL (solvabilitas), dan SFA (produktifitas). Sedangkan hasil melalui analisis faktor diperoleh rasio keuangan terbaik dalam memprediksi peringkat obligasi yaitu CACL (likuiditas). Sari (2007), meneliti kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi menggunakan analisis diskriminan. Hasil yang diperoleh yaitu rasio keuangan mampu dalam memprediksi peringkat obligasi. Sembilan variabel yang signifikan yaitu LEVTLE, LIKCLWC, LIKWCTA, SOLNWLTLFA, SOLNWTL, PRFOIS, PRECFOTS, PRODSTA, dan PRODCFOTA). Sejati (2010), meneliti faktor-faktor akuntansi yang diproksi dengan Likuiditas (current ratio), growth, Profitabilitas (Return on Total Asset/ROA), dan faktor-faktor non-akuntansi yang diproksi dengan Size dan reputasi auditor, dalam memprediksi tingkat obligasi. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil yang diperoleh yaitu faktor-faktor akuntansi berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi, sedangkan faktor non-akuntansi yang tidak berpengaruh yaitu reputasi auditor. Suharli (2008), meneliti peringkat obligasi pada 87 perusahaan melalui rasio likuiditas (CR), solvabilitas (LEV), aktivitas (RA), profitabilitas (ROA), dam prinsip konservatisme akuntansi (CONACC-1). Hasil yang diperoleh yaitu rasio yang berpengaruh signifikan yaitu likuiditas (CR), solvabilitas (LEV), dan aktivitas (RA). Susilowati dan Sumarto (2010), meneliti menganai profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan umur obligasi dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur di Indonesia. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil

yang diperoleh yaitu hanya variabel likuiditas yang berpengaruh signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi. Meskipun penelitian menganai prediksi peringkat obligasi telah banyak dilakukan , namun beberapa diantaranya memiliki perbedaan hasil. Hasil yang berbeda antar peneliti kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sifat variabel independen dan variabel dependen yang diteliti, selain itu kemungkinan karena perbedaan periode pengamatan dan metode statistik yang digunakan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait masalah kinerja keuangan terhadap pemberian peringkat obligasi pada suatu perusahaan. Dengan demikian penulis mengambil judul Analisis Dalam Penilaian Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan berupa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur obligasi antara perusahaan yang termasuk investment grade dan non-investment grade? 2. Apakah variabel rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur obligasi dapat digunakan dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kemampuan rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur obligasi dalam membedakan kinerja keuangan antara perusahaan yang termasuk investment grade dan non-investment grade. 2. Untuk mengetahui kemampuan rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur obligasi untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan yang mendaftarkan obligasi pada agen pemeringkat obligasi PT. PEFINDO.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Sinyal Para pelaku bisnis sangat membutuhkan adanya informasi tentang perusahaan. Informasi tersebut penting untuk membuat suatu keputusan. Informasi merupakan data yang berupa keterangan dan/atau gambar, baik yang disajikan secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, baik untuk keadaan masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang yang berguna bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tentunya dibutuhkan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu agar mampu menghasilkan keputusan terbaik dalam berinvestasi di pasar modal. Pelaku pasar tentunya terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut dianggap sebagai sinyal baik bagi investor, maka akan terjadi kenaikan harga saham, dan begitu pula sebaliknya. Namun, seringkali informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen (agent) dan investor berbeda. Manajemen lebih mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi dalam perusahaan, baik saat perusahaan sedang mengalami kondisi yang sangat baik, maupun kurang baik. Sedangkan investor hanya mengetahuinya dari laporan keuangan yang seolah-olah selalu dibuat baik oleh manajemen. Hal inilah yang disebut asimetri informasi. Teori sinyal yang dilakukan oleh manajer dapat berguna untuk mengurangi asimetri informasi. Menurut Jamaan (2008) sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Dengan adanya informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal

baik tentang kondisi keuangan perusahaan tertentu. Peringkat obligasi tersebut menggambarkan kemungkinan yang dapat terjadi terkait dengan utang yang dimiliki perusahaan. Ada dua asumsi untuk menjelaskan teori ini : Perusahaan dengan prospek yang bagus akan menggunakan hutang karena dipandang sebagai sinyal positif bagi investor luar. Perusahaan yang memiliki prospek buruk akan memilih menjual saham atau menerbitkan saham baru, merupakan sinyal negatif bagi investor. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php? page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/eman/ 2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31405198-13281-bond_rating-chapter2.pdf (diunduh pada tanggal 6 Desember 2012)

2.1.2. Pengertian Obligasi Salah satu jenis aset yang bisa dijadikan alternatif investasi selain saham, adalah obligasi Obligasi adalah surat tanda bukti bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten penerbit obligasi. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya (Tandelilin, 2007). Bursa Efek Indonesia (2012) mengartikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Jadi surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.

2.1.3. Karakteristik Obligasi 1. Nilai Par atau Nilai Prinsipal Nilai par atau nilai prinsipal adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang ditentukan oleh emiten sekuritas pada saat ditawarkan kepada investor. 2. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi yang diperoleh dari hasil estimasi nilai saat ini (present value) dari semua aliran kas obligasi di masa yang akan datang. Nilai intrinsik obligasi dipengaruhi oleh tingkat kupon yang diberikan, waktu jatuh tempo, dan nilai parinya (Tandelilin, 2007). 3. Tingkat Suku Bunga (The Interest Rate) Tingkat suku bunga (The Interest Rate) atau yang biasa disebut dengan kupon obligasi adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit untuk dibayar kepada pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). 4. Jaminan Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan akan mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut. 5. Waktu Jatuh Tempo (Maturity) Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya atau secara singkat dapat diartikan sebagai umur obligasi. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya. 6. Penerbit/Emiten (Issuer) Emiten merupakan pihak yang menjadi penerbit atau yang mengeluarkan obligasi untuk dijual kepada masyarakat. Dari definisi tersebut emiten obligasi dapat berarti perseorangan, usaha bersama, perusahaan, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.

7. Peringkat Obligasi Peringkat obligasi adalah skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan. Agen pemeringkat akan memberikan penilaian atas obligasi emiten dengan dua kategori yaitu investment grade dan non-investment grade (Linandarini, 2010). 8. Provisi Penarikan (Call Provision) Provisi penarikan adalah hak emiten obligasi untuk melunasi obligasi sebelum waktu jatuh tempo. Call provision pada dasarnya akan menguntungkan emiten dan di sisi lain akan bisa merugikan investor. Maka dari itu, emiten diharuskan untuk membayar sejumlah uang yang disebut call premium (Tandelilin, 2007). 9. Indenture Indenture adalah dokumen legal yang memuat hak-hak pemegang obligasi dan emiten obligasi (Linandarini, 2010). Selain berisii spesifikasi tertentu seperti waktu jatuh tempo obligasi dan waktu pembayaran bunga, dokumen tersebutjuga berisi pembatasan pemberian dividen bagi para pemegang saham perusahaan. 2.1.4. Jenis-jenis Obligasi Ada beberapa jenis obligasi yang biasanya diperdagangkan di pasar modal, dan masing-masing jenis obligasi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. a. Obligasi Konversi (Convertible Bond) Obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham biasa perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain (Tandelilin, 2007).

b. Putable Bond Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh tempo (Tandelilin, 2007). c. Junk Bond Obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula (Tandelilin, 2007). Perusahaan yang ingin membiayai suatu rencana merger atau akuisisi biasanya akan menerbitkan Junk Bond. d. International Bond International bonds adalah obligasi yang dijual di negara lain. Obligasi dapat diperdagangkan dalam satuan mata uang negara lain atau obligasi diperdagangkan di negara lain dalam mata uang perusahaan penerbit biasanya disebut Eurobonds. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/obligasi-pengertiankarakteristik-dan.html (diunduh pada tanggal 6 Desember 2012) Berikut ini merupakan jenis-jenis obligasi berdasarkan karakteristiknya 2.1.4.1. Obligasi Berdasarkan Penerbitnya Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat guna membiayai dan membangun kegiatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Obligasi pemerintah biasanya memiliki tingkat kupon bunga lebih rendah. Namun, tingkat risiko boleh dikatakan hampir tidak ada. Hal ini dikarenakan obligasi ini dijamin sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga kecil kemungkinan terjadi gagal bayar (Linandarini, 2010). Di Indonesia saat ini hanya obligasi Bank Indonesia yang dipasarkan di pasar internasional yang dimaksudkan untuk benchmark bagi obligasi BUMN dan perusahaan swasta nasional. b. Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bond) a. Obligasi Pemerintah (Treasury Bond/ Government Bond)

10

Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai dan membangun investasi sektor publik Badan Usaha Milik daerah (BUMD). Sifat utama jenis obligasi ini adalah pembebasan pajak (Linandarini, 2010). Obligasi Pemda belum ada di Indonesia, walaupun dari segi potensi ada beberapa Pemda yang mempunyai prospek untuk mengeluarkan obligasi. c. Obligasi Perusahaan (Corporate Bond) Obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan swasta atau perseroan yang membutuhkan dana secara cepat dalam rangka memenuhi struktur permodalan sehingga perusahaan dapat membangun atau memperluas bisnisnya. Obligasi perusahaan menjadi menarik karena memberikan kupon yang relatif tinggi (Linandarini, 2010). Di Indonesia, obligasi perusahaan swasta ini diterbitkan oleh suatu perusahaan yang telah memenuhi persyaratan dan pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan efektif oleh Bapepam. d. Obligasi Instansi (Agency Bond) Obligasi yang diterbitkan oleh instansi milik pemerintah, seperti BUMN, proyek pemerintah, dan lain-lain. Meskipun tidak dijamin oleh pemerintah, tetapi mendapat dukungan dari pemerintah dan memperoleh fasilitas pajak (Linandarini, 2010). e. Obligasi Institusional (Institusional Bond) Obligasi institusional yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh berbagai institusi swasta yang tidak mencari laba (nirlaba), seperti: sekolah, rumah sakit dan badan atau yayasan amal (Linandarini, 2010). 2.1.4.2. Obligasi Berdasarkan Masa Jatuh Tempo Obligasi yang mempunyai satu waktu jatuh tempo, baik jangka pendek (kurang dari satu tahun), menengah (antara satu sampai lima tahun), maupun jangka panjang (lebih dari lima tahun). a. Obligasi Berjangka (Term Bond)

11

b. Obligasi Serial (Serial Bond) Obligasi yang mempunyai waktu jatuh tempo lebih dari sekali. c. Obligasi yang Tidak Memiliki Jatuh tempo (Perpectual Bond) Perpectual bond adalah salah satu jenis obligasi yang tidak mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan yang menerbitkan surat berharga ini tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan utang tersebut, kecuali perusahaan tersebut dilikuidasi. 2.1.4.3. Obligasi Berdasarkan Kupon Pembayaran Obligasi diskon yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan harga pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon yang lebih rendah dari obligasi keluaran baru (Linandarini, 2010). b. Obligasi Premium (Premium Bond) Obligasi premium yaitu obligasi dengan harga pasar lebih tinggi dari nilai par dan memberi kupon yang lebih tinggi dari obligasi keluaran baru (Linandarini, 2010). 2.1.4.4. Obligasi Berdasarkan Call Feature Jenis obligasi yang bisa dilunasi oleh emitennya sebelum jatuh tempo. b. Non Callable Jenis obligasi yang tidak bisa dilunasi oleh emitennya sebelum waktu jatuh tempo yang telah ditentukan, kecuali issuer melalui mekanisme pasar. Dengan demikian, obligasi seperti ini akan memberikan jaminan keuntungan kepada pemegang obligasi (investor) jika tingkat suku bunga pasar mengalami penurunan. c. Deferred Call Deferred call artinya penerbit obligasi dapat menariknya hanya setelah jangka waktu tertentu (umumnya 5 sampai 10 tahun). Deferred Call merupakan kombinasi antara Freely callable bond dan Noncallable bond (Linandarini, 2010). a. Freely Callable a. Obligasi Diskon (Discount Bond)

12

2.1.4.5.

Obligasi Berdasarkan Jenis Jaminan atau Hak Klaim Obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung oleh tuntutan atau hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit obligasi (Linandarini, 2010). Jaminan tersebut dapat berupa aset riil perusahaan (mortgage bonds), garansi (guaranted bonds), jaminan efek (collateral trust bonds) dan jaminan trust peralatan (equipment trust bonds). Di dalam obligasi dengan jaminan dikenal dua istilah (Tandelilin, 2007), yaitu: Obligasi senior atau first mortgage bond, yaitu obligasi yang memberikan hak prioritas pertama atas klaim aset perusahaan ketika terjadi permasalahan likuiditas. Obligasi yunior atau second mortgage bond, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya setelah klaim/hak pemegang obligasi senior terpenuhi.

a. Obligasi dengan Jaminan (Secured Bond)

b. Obligasi tanpa jaminan (Unsecured Bond) Obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan aset riil tertentu dan hanya berbentuk kepercayaan semata. Penerbit berjanji untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan: Tanda hutang (debenture), obligasi yang diterbitkan tanpa ada suatu agunan (collateral). Obligasi penghasilan (income bond), hutang yang bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit mencapai jumlah tertentu. 2.1.4.6. Obligasi Berdasarkan Peralihan Pemegangnya Obligasi yang memiliki nama pemilik obligasi secara formal terdaftar pada penerbit dan untuk peralihan membutuhkan berbagai persyaratan dan prosedur. b. Obligasi Atas Unjuk (Bearer Bond) a. Obligasi Atas Nama (Registered Bond)

13

Obligasi jenis ini tidak memiliki nama dalam obligasinya dan mudah untuk dialihkan kepada pihak lain. Pemegang obligasi dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut 2.1.4.7. Obligasi Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga Obligasi dengan kupon/bunga yang dibayarkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya. b. Zero Coupon Bond Pada jenis obligasi ini, penerbit tidak memberikan pembayaran bunga secara periodik, tetapi pembeli akan membayar dengan harga kurang dari nilai par yang telah ditetapkan (harga discount), dan pada saat jatuh tempo akan menerima sejumlah nilai par (tanpa discount). Potongan harga pada saat pembelian obligasi itulah yang merupakan tingkat keuntungan bagi pembeli. 2.1.4.8. Obligasi Berdasarkan Tingkat Bunga Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik. b. Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond) Obligasi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta. c. Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond) Obligasi yang memberikan tingkat bunga campuran, yaitu kombinasi antara tingkat suku bunga deposito (suku bunga mengambang) dengan suku bunga tetap. Tingkat bunga ini ditetapkan untuk periode tertentu biasanya pada awal periode dan selanjutnya bunga mengambang (Linandarini, 2007). a. Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond) a. Coupon Bond

14

2.1.5. Peringkat Obligasi Setiap investor yang akan menanamkan modalnya dengan cara membeli obligasi suatu perusahaan tertentu pastinya akan dihadapkan pada risiko ketidakmampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban utangnya, atau yang biasa disebut dengan risiko gagal bayar (default risk). Oleh karena itu, agar terhindar dari risiko gagal bayar, investor perlu menilai aspek ekonomi dan keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli obligasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan peringkat obligasi yang diharapkan akan memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi pada perusahaan. Di Indonesia juga terdapat lembaga pemeringkat obligasi yang dilakukan oleh PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) seperti halnya Standard & Poors Rating Service (S&Ps) dan Moodys di Amerika. PT PEFINDO didirikan pada tanggal 21 Desember 1993 melalui inisiatif dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), dan Bank Indonesia (Bank Sentral). PEFINDO memperoleh izin operasi dari BAPEPAM pada tanggal 13 Agustus 1994 dengan nomor 34/PMPI/1994 dan menjadi salah satu lembaga tetap penunjang Pasar Modal Indonesia. Fungsi utama PEFINDO adalah menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggung jawabkan atas penerbitan surat hutang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas. Selain kegiatan rating, PEFINDO juga memproduksi & mempublikasikan informasi kredit yang berkaitan dengan utang pasar modal. Produk publikasi ini meliputi opini kredit pada perusahaanperusahaan besar yang telah mengeluarkan obligasi dan sektor yang mendasarinya. Untuk meningkatkan metodologi dan kriteria penilaian serta proses penilaian, PEFINDO didukung melalui afiliasi mitra global, yaitu Standard & Poor's Rating Services (S & P's). PEFINDO juga terus secara aktif berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA).

15

PEFINDO menyediakan dua jenis dasar pemberian peringkat, yaitu peringkat perusahaan dan peringkat instrument utang. Peringkat perusahaan, juga disebut Nilai General Obligation (GO) atau Emiten Rating, adalah suatu penilaian kelayakan kredit secara keseluruhan dari sebuah perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangan. Peringkat perusahaan tidak dapat secara otomatis diterapkan pada sekuritas utang tertentu, karena mereka tidak memperhitungkan sifat dan ketentuan keamanan utang, yang berada dalam proses kepailitan atau likuidasi, preferensi perundang-undangan, atau legalitas dan enforceability keamanan utang itu sendiri. Selain itu, peringkat perusahaan atau emiten tinjauan tidak memperhitungkan kelayakan kredit dari penjamin, asuransi, atau bentuk lain dari peningkatan kredit yang mendukung kualitas kredit perusahaan. Jenis penilaian ini dapat digunakan oleh perusahaan atau emiten untuk memberikan penilaian terlihat ukuran kelayakan kredit relatif terhadap orang lain. Selanjutnya, peringkat perusahaan atau emiten tinjauan dapat digunakan sebagai alat pemasaran untuk mempromosikan perusahaan. Peringkat instrumen utang adalah pendapat mengenai kelayakan kredit seorang obligor terhadap kewajiban keuangan tertentu, tingkat tertentu kewajiban keuangan, atau program keuangan tertentu. Ini didasarkan pada pertimbangan dari penjamin kredit, asuransi, atau bentuk lain dari peningkatan kredit pada kewajiban. Pendapat ini mengevaluasi kemampuan dan kemauan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan saat mereka datang jatuh tempo. Jenis penilaian ini dapat membantu penerbit dalam menentukan struktur utang penerbitan (tingkat bunga, jangka waktu, peningkatan kredit). Di sisi lain, peringkat instrumen utang berguna bagi investor untuk membandingkan berbagai penerbit dan masalah utang ketika membuat keputusan investasi dan mengelola portofolio mereka. Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO sama dengan yang digunakan oleh S&Ps, yaitu peringkat tertinggi disimbolkan dengan AAA, yang menggambarkan risiko obligasi yang terendah. Kesamaan

16

tersebut ada karena PEFINDO memang berafiliasi dengan S&Ps, sehingga S&Ps mendorong PEFINDO dalam hal metodologi pemeringkatan, kriteria, maupun proses pemeringkatan. Simbol dan makna peringkat obligasi yang digunakan PT PEFINDO dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Arti Peringkat Obligasi PT PEFINDO Peringkat AAA Arti Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan Efek Utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligosi yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya. CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan Efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan eksternal. D Efek utang dengan peringkat D menandakan Efek hutang yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha. Pada peringkat AA dari ke B dapat dimodifikasi dengan penambahan plus (+) atau minus (-) tanda untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori penilaian. Sumber: PT PEFINDO

17

Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses pemeringkatan untuk sektor perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu: 1. Risiko Industri (Industry Risk) Risiko industri dilakukan berdasarkan analisis mendalam lima faktor risiko utama, yaitu pertumbuhan industri & stabilitas (growth & stability), pendapatan & struktur biaya (revenue & cost structure), hambatan masuk dan tingkat persaingan dalam industri (barriers to entry & competition), regulasi & de-regulasi industri (regulatory framework), dan profil keuangan dari industri (financial profile). 2. Risiko Finansial (Financial Risk) Risiko finansial dilakukan berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci pada empat bidang utama, yang mencakup kebijakan keuangan manajemen perusahaan (financial policy), dan tiga indikator keuangan termasuk struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash flow protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility). 3. Risiko Bisnis (Bussiness Risk) Risiko bisnis dilakukan berdasarkan Faktor-faktor Kunci Kesuksesan (Key Success Factors) dari industri dimana perusahaan tersebut digolongkan. Semua analisis akan mencakup analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing sejenis dalam industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri lainnya. 2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston (Amrullah, 2007) adalah sebagai berikut: 1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut. 2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan membaik.

18

3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya. 4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat. 5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun). 6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk. 10.Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif berkualitas. 2.1.7. Risiko Investasi Obligasi Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi obligasi. Sumber-sumber tersebut antara lain: 1. Risiko Suku Bunga (Interest-Rate Risk) Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga obligasi secara terbalik, cateris peribus (Tandelilin, 2007). Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga obligasi akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga obligasi naik. 2. Reinvestment Risk Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai reinvestment risk (Tandelilin, 2007). Fluktuasi pasar terjadi akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar secara keseluruhan yang disebabkan oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik. mengindikasikan laporan keuangan yang lebih

19

3. Call Risk Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu sebelum tanggal jatuh tempo (Linandarini, 2010). Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dan perusahaan penerbit obligasi harus membayar sejumlah biaya tambahan tertentu, yaitu call premium dan biaya administrasi. 4. Default Risk Default risk sering disebut juga dengan risiko gagal bayar. Besarnya risiko kegagalan pembayaran sangat tergantung pada kinerja emiten yang menerbitkan obligasi tersebut dalam pembayaran bunga dan pelunasan pinjaman pokok. 5. Risiko Inflasi (Inflation Risk) Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2007). 6. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Exchange-Rate Risk) Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) (Tandelilin, 2007). 7. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian juga sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas, semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan (Tandelilin, 2007)

20

8. Risiko Volatilitas (Volatility Risk) Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk (Linandarini, 2010). 2.1.8. Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17). Menurut Foster (1986) dalam Ermy (2010) terdapat empat hal yang dapat mendorong analisis laporan keuangan menggunakan model rasio keuangan, yaitu: (1) Mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu; (2) Membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan; (3) Menginvestigasikan teori yang terkait dengan rasio keuangan; dan (4) Mengaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (misalnya, kebangkrutan). Dimana hal ini dapat dijadikan salah satu alat oleh agen pemeringkat obligasi perusahaan untuk memeringkat obligasi perusahaan yang ada. 1. Rasio Leverage Rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai oleh pemilik perusahaan (ekuitas). Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang

21

diberikan terhadap perusahaan (Burton, Adam & Hardwick, 1998 dalam Raharja dan Sari, 2008). 2. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31). Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 3. Rasio Solvabilitas Solvabilitas apabila suatu perusahaan perusahaan menunjukkan tersebut kemampuan finansialnya saat itu perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban sekiranya

pada

dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995, hal 32). Semakin kecil angka rasio solvabilitas maka semakin kecil angka fleksibilitas keuangan perusahaan serta semakin besar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah keuangan dimasa yang datang. Semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan semakin baik peringkat perusahaan tersebut. 4. Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar

22

kewajibannya

sehingga

semakin

baik

peringkat

obligasi

perusahaan tersebut. 5. Rasio Produktivitas Rasio produktivitas ini mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Dimana rasio produktivitas ini membandingkan anatar input dengan output yang dimiliki oleh perusahaan. Produktivitas dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki bukan hanya berbicara mengenai efektifitasan dan efisiensi dalam memanfaatkan sumber daya, melainkan kualitas sumber daya yang dihasilkan dari proses efektifitasan dan efisiensi. Perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi. Dengan kata lain perusahaan lebih mampu memenuhi kewajibanya secara lebih baik. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 6. Ukuran perusahaan (firm size) Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan berdasarkan besar kecil perusahaan dengan melihat, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994). Ukuran (size) perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005).

23

7. Umur Obligasi (Maturity) Umur obligasi (maturity) adalah jangka waktu sejak diterbitkan sampai jatuh tempo obligasi. Menurut hasil penelitian Adrian (2011) dalam Ni Made E. (2012), umur obligasi berpengaruh pada peringkat obligasi sedangkan Luciana (2007) menemukan bahwa umur obligasi dan jaminan tidak berpengaruh pada peringkat obligasi. 2.2. Penelitian Terdahulu
Peneliti Sari, Maylia Pramono (2007) Judul Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat untuk Memprediksi Peringkat Obligasi (PT Pefindo) Pemilihan Rasio Keuangan Terbaik untuk Memprediksi Peringkat Obligasi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Variabel Dependen Peringkat Obligasi Variabel Independen Leverage, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Produktivitas Leverage, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Produktivitas Alat Analisis Analisis diskriminan (Z-Score) Hasil Rasio keuangan berpengaruh signifikan

Purwaningsih, Anna (2008)

Peringkat Obligasi

Analisis faktor Backward regression

CACL (likuiditas) berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi LTLTA & NWTA (leverage); CFOTL (solvabilitas); SFA (produktifitas) berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi Rasio keuangan berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Reputasi auditor tidak berpengaruh. Terdapat perbedaan peringkat obligasi antara investment grade dan non investment grade pada rasio CACL, CFOTL, OIS, dan STA Rasio keuangan yang dapat memprediksi peringkat obligasi CACL, OIS, dan STA DER, CR, TA, dan D_STAT tidak berpengaruh terhadap

Sejati, Grace Putri (2010)

Linandarini, Ermy (2010)

Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di Indonesia

Peringkat Obligasi

Profitabilitas, likuiditas, growth size, reputasi auditor

Regresi logistik

Peringkat Obligasi

Leverage (LTLTA), likuiditas (CACL), solvabilitas (CFOTL), profitabilita (OIS), produktivitas (STA) Kebijakan Utang (DER), Profitabilitas

Analisis diskriminan (MDA)

Hadianto, Bram & M. Sienly

Prediksi Kebijakan Utang, Profitabilitas,

Peringkat Obligasi

Regresi logistik

24

Veronica (2010)

Susilowati, Luky & Sumarto (2010)

Likuiditas, Ukuran dan Status Perusahaan Terhadap Kemungkinan Penentuan Peringkat Obligasi Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI

(ROA), Likuiditas (CR), Ukuran Perusahaan (TA), Status Perusahaan (D_STAT) Peringkat Obligasi Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), size, maturity Regresi logistik

kemungkinan penentuan peringkat obligasi. ROA berpengaruh terhadap kemungkinan penentuan peringkat obligasi. CR berpengaruh terhadap peringkat obligasi. ROA, Size, dan Maturity tidak berpengaruh terhadap peringkat obliagsi.

2.3.

Kerangka Pemikiran Obligasi diterbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah (emiten) sebagai surat tanda kontrak hutang jangka panjang kepada pembeli atau pemilik obligasi (investor). Investor akan memperhatikan peringkat obligasi ketika hendak memilih melakukan investasi dalam bentuk obligasi. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan untuk menunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor. Teori sinyal menjelaskan mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi berupa laporan keuangan kepada pihak eksternal disebabkan adanya asimetris informasi. Analisis laporan keuangan yang berupa analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat digunakan untuk mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas (Kaplan & Urwitz, 1979 dalam Raharja dan Sari, 2008). Sejumlah penelitian terdahulu telah berusaha mengaji ulang hasil peringkat obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkat obligasi dengan angka-angka perhitungan alternatif. Sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajemen berupa laporan keuangan dapat digambarkan melalui rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi, sehingga investor yang menghitung risiko yang terkandung dalam obligasi masuk ke dalam investment grade dan non-investment grade. Pemilihan variabel pada penelitian ini berusaha mengembangkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadianto dan Veronica (2010), Purwaningsih (2008), Sari (2007), Sejati (2010), Suharli (2008), dan Susilowati dan Sumarti (2010). Dengan pemilihan variabel sebagai berikut:

25

Tabel 2.2. Tabel Kerangka Pemikiran

Total Liabilities/Equity Leverage Long Term Liabilities/ Total Asset Current Asset/ Current Liability Current AssetInventories/ Current Liability Cash Flow from Operations/Total Liabilities Operating Income/ Sales Net Income After Tax/Total Asset Produktivitas Sales/Total Asset Investment Grade NonInvestmen t Grade

Likuiditas

Solvabilitas

Peringkat Obligasi Perusahaan

Profitabilitas

Ukuran Perusahaan

Total aset

Umur Obligasi

1 = 1-5 tahun; 0 = > 5 tahun

26

2.4.

Pengembangan Hipotesis 2.4.1. Hubungan Rasio Leverage Terhadap Peringkat Obligasi Apabila leverage uatu perusahaan menunjukan nilai yang tinggi maka perusahaan tersebut kemungkinan masuk kategori non-investment grade. Yang dimana ini berarti perusahaan memiliki aktiva yang banyak didanai dari utang, dengan demikian leverage yang tinggi risiko yang dihadapi semakin besar untuk membayarkan kewajiban hutangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Burton dkk. (1998) (dalam Raharja dan Sari, 2008) dimana semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Investor tidak mau untuk mengambil risiko jika pemilik perusahaan hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, karena risiko perusahaan ditanggung terutama oleh para kreditor. Akan tetapi jika semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Sehingga perusahaan tersebut akan mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh bantuan dana investasi dari investor. Rasio dalam penelitian ini akan diproksi melalui Total Liabilities/Equity (TLE) dan Long Term Liabilities/Total Asset (LTLTA). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H1 H2 : LTE berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi : LTLTA berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2.4.2. Hubungan Rasio Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban utangnya tepat waktu. Jika semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan maka obligasi dimungkinkan masuk pada peringkat investment grade, karena ini mencerminkan perusahaan tersebut memiliki kemampuan membayarkan kewajiban jangka pendeknya tepat waktu dan

27

memungkinkan perusahaan tersebut juga mampu menunaikan kewajiban utang jangka panjangnya kepada investor saat jatuh tempo utang tersebut. Dengan melihat kondisi tersebut akan membuat kepercayaan investor dalam menanamkan dananya kepada perusahaan tersebut. Rasio likuiditas adakn diproksi menggunakan Current Asset/Current Liability (CACL) dan Quick Ratio=Current AssetInventories/Current Liability (CAICL). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H3 H4 : CACL berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi : CAICL berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2.4.3. Hubungan Rasio Solvabilitas Terhadap Peringkat Obligasi Rasio solvabilitas ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat perusahaan akan dilikuidasai. Apabila solvabilitas tinggi maka kemungkinan obligasi tersebut masuk pada investment grade, karena dengan keadaan tersebut perusahaan mempunyai kemampuan untuk melunasi segala kewajibanya tepat pada waktunya. Hal ini sesuai dengan penelitian Horrigan (1966 dalam Raharja dan Sari, 2008) yang menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Melihat kondisi perusahaan yang demikian, maka investor dapat mempercayakan dananya kepada perusahaan tersebut. Rasio ini diproksi menggunakan Cash Flow from Operations/Total Liabilities (CFOTL). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H5 : CFOTL berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2.4.4. Hubungan Rasio Profitabilitas Terhadap Peringkat Obligasi Apabila profitabilitas tinggi maka obligasi tersebut kemungkinan akan masuk pada investment grade, karena perusahaan mampu

28

menghasilkan

laba

perusahaan

yang

tinggi.

Dimana

ini

mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk going concern. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brotman (1989) dan Boustita & Young, Adam and Hardwick (1998) dalam Raharja dan Sari (2008) dimana semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Profitabilitas yang tinggi kemungkinan perusahaan untuk tetap bertahan tinggi. Dan ini dapat memberikan rasa aman bagi investor yang hendak menanamkan dananya. Rasio ini akan diproksi menggunakan Operating Income/Sales (OIS) dan Net Income After Tax/Total Asset (NIATTA). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis keempat yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H6 H7 : OIS berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi : NIATTA berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2.4.5. Hubungan Rasio Produktivitas Terhadap Peringkat Obligasi Produktivitas ini menunjukkan apakah perusahaan memiliki kinerja yang efektif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Dimana ini dengan membandingkan antara input yang dimiliki dengan output yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila produktivitas tinggi kemungkian besar perusahaan obligasinya masuk investment grade, karena dengan penjualan yang tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang tinggi sehingga perusahaan lebih mampu untuk memenuhi segala kewajibannya kepada para investor secara lebih baik. Dengan pembayaran deviden (yang tinggi) dan bunga tepat pada waktunya, memberikan daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasi pada perusahaannya. Rasio ini diproksi menggunakan Sales/Total Asset (STA).

29

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kelima yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H8 : produktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 2.4.6. Hubungan Ukuran perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi Semakin besar total asset yang dimiliki perusahaan diharapkan semakin mempunyai kemampuan dalam melunasi kewajiban di masa depan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2009) mengingat jumlah aset yang besar dapat dijadikan sebagai jaminan penerbitan obligasi. Beberapa peneliti seperti Kamstra, et al. (2001), maupun Crabtree dan Maher (2005) menemukan bukti empirik yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif terhadap kemungkinan penentuan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis keenam yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H9 : SIZE berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.

2.4.7. Hubungan Umur Obligasi (Maturity) Terhadap Peringkat Obligasi Umur obligasi (maturity) adalah jangka waktu sejak diterbitkan sampai jatuh tempo obligasi. Menurut hasil penelitian Adrian (2011) dalam Ni Made E. (2012), umur obligasi berpengaruh pada peringkat obligasi sedangkan Luciana (2007) menemukan bahwa umur obligasi dan jaminan tidak berpengaruh pada peringkat obligasi. Menurut Mark dan David (1996) dalam Adrian (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang peringkat obligasinya tinggi, menggunakan umur obligasi yang pendek. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketujuh yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H10 :MATURITY berpengaruh positif pada peringkat obligasi

30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sumber dan Jenis Data Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber literatur yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh memalui jurnal, buku, maupun skripsi. Ini digunakan untuk mempelajari teori-teori yang mendukung dalam pembahasan penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011, dan tercatat memiliki obligasi sampai tahun 2011. Data perusahaan diperoleh dari Indonesian Bond Market Direktory (IBMD) 2011. IBMD tersebut memuat data rasio keuangan dan peringkat dari perusahaan yang menerbitkan obligasi. Pemilihan perusahaan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria: 1. 2. 3. Perusahaan penerbit obligasi tahun 2011. Perusahaan penerbit obligasi memiliki peringkat obligasi. Perusahaan memiliki kelengkapan data berupa laporan keuangan tahun 2011. Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh 83 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Tabel 3.1. Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan Kriteria Perusahaan penerbit obligasi hingga 2011 Perusahaan penerbit obligasi memiliki peringkat obligasi Perusahaan memiliki kelengkapan data berupa laporan keuangan tahun 2011 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Dependen Dalam penelitian ini, variabel terikat (variabel dependen) diproksikan oleh peringkat obligasi. Peringkat obligasi yang dimaksud adalah peringkat obligasi yang dipublikasikan pada 2011. Jumlah 97 95 83

31

Variabel ini dapat diketahui berdasarkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo, yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu: investment grade (idAAA, idAA, idA, idBBB) dan noninvestment grade (idBB, idB, idCCC, idD). Skala pengukuran peringkat obligasi adalah skala nominal. Dengan mengacu pada penelitian terdahulu, pengukuran dilakukan dengan memberi nilai pada masing-masing peringkat yang disesuaikan dengan kategori obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo. Tabel 3.2. Ukuran Ketegori Peringkat Obligasi Ratings Level 0 0 0 0 1 1 1 1 Simbol idD idCCC idB idBB idBBB idA idAA idAAA Kategori Non-Investment grade Non-Investment grade Non-Investment grade Non-Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade

Berdasarkan jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel, diperoleh sebanyak 78 perusahaan dengan peringkat obligasi investment grade dan 5 perusahaan dengan peringkat obligasi noninvestment grade. 3.2.2. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor keuangan berupa leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas yang pernah dilakukan pengujian pada peneliti terdahulu dengan disesuaikan oleh data penelitian yang digunakan yaitu laporan keuangan. Sedangkan faktor non-keuangan yang digunakan yaitu umur obligasi (maturity) 3.1.2.1 Leverage Kebijakan utang, mengikuti Sari (2007), Purwaningsih (2008) dan Linandarini (2010) yang diproksi menggunakan

32

Rasio leverage merupakan pengukuran proporsi utang dalam membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur penggunaan utang sebagai pembiayaan investasi perusahaan. Rasio leverage berpegaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, dimana semakin tinggi rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kebangkrutan. Sehingga semakin rendah tingkat leverage perusahaan semakin baik peringkat perusahaan tersebut. 3.1.2.2 Likuiditas (X2) Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap perusahaan, dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. 3.1.2.3 Solvabilitas (X3) Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Rasio ini berpengaruh positif terhadap peringkat perusahaan, yaitu semakin tinggi solvabilitas maka semakin baik pula kemampuan perusahaan. 3.1.2.4 Profitabilitas (X4) Rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun laba bagi modal sendiri. Profitabilitas ini menggambarkan efektifitas perusahaan dalam beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini berpengaruh positif terhadap peringkat perusahaan, dimana semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah risiko

33

ketidakmampuan perusahaan membayar utang dan semakin baik peringkat perusahaan. 3.1.2.5 Produktivitas (X5) Rasio produktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengalokasikan sumber-sumber penerimaan dana yang dimiliki perusahaan. Rasio ini berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi, karena semakin tinggi produktivitas maka semakin baik pula peringkat perusahaan. 3.1.2.6 Ukuran Perusahaan (Size) (X6) Mengikuti Hadianto (2010), Sejati (2010), dan Susilowati (2010), ukuran perusahaan diproksi menggunakan total aktiva/total asset (TA) dengan skala rasio. 3.1.2.7 Umur Obligasi (Maturity) Perusahan dengan umur obligasi yang pendek memiliki rating yang tinggi. Dimana umur obligasi yang pendek menunjukkan peringkat obligasi investmet grade (Susilowati, 2010). Skala pengukuran menggunakan skala nominal karena variabel mmaturity merupakan variabel dummy. Pengukurannya dengan memberi skala 1 (satu) apabila obligasi memiliki umur antara satu sampai dengan lima tahun, dan 0 (nol) apabila obligasi memiliki umur lebih dari lima tahun. Tabel 3.2. Daftar Pengukuran Variabel Variabel Variabel Dependen: Peringkat Obligasi Variabel Independen: Leverage Indikator/Proxy RATING = 1; Investment grade RATING = 0; Non Investment grade a. Total Liabilities/Equity (TLE) b. Long Term Liabilities/Total Asset (LTLTA) Rasio Keuangan Laporan Keuangan Skala Nominal Sumber Data IBMD 2011

34

Likuiditas

Solvabilitas Profitabilitas

Produktivitas

a. Current Asset/Current Liability (CACL) b. Quick Ratio = Current Asset-Inventories/Current Liability (CAICL) Cash Flow from Operations/Total Liabilities (CFOTL) a. OIS = Operating Income/Sales b. Net Income After Tax/Total Asset (NIATTA) Sales/Total Asset (STA)

Rasio Keuangan

Laporan Keuangan

Rasio Keuangan Rasio Keuangan Rasio Keuangan Rasio Keuangan Nominal

Laporan Keuangan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Laporan Keuangan IBMD 2011

Ukuran Perusahaan Size = log Total asset (Size) Maturity (umur M = 1; umur obligasi 1 s.d. 5 obligasi) tahun M = 0; umur obligasi > 5 tahun 3.3. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik. Metode ini digunakan karena dalam penelitian ini menggunakan berbagai variabel prediktor baik numerik maupun kategori, termasuk variabel dummy. Regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi, dikarenakan variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1), sehingga residualnya tidak memerlukan ketiga pengujian tersebut. Kelebihan metode regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding teknik lain (Kuncoro, 2011), yaitu: 1. Tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel independen yang digunakan dalam model. Artinya, variabel independen tidak harus memiliki distribusi normal, linear, maupun memiliki varians yang sama dalam setiap grup. 2. Variabel independen dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinu, diskrit, dan dikotomis. 3. Regresi logistik amat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel independen diharapkan nonlinear dengan satu atau lebih variabel independen.

35

Adapun tahapan analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Uji Kesesuaian Model Menguji apakah variabel independen dapat berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik. Dalam teknis analisis penelitian menggunakan regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas data (Ghozali, 2007 dalam Hadianto 2010). Sehingga variabel independen tidak harus memiliki distribusi normal linier maupun varian yang sama dalam setiap kelompok. Adapun tahapan dalam menggunakan metode ini yaitu (Adrian, 2011): a. Menilai kelayakan model regresi Output dari Hosmer and Lemeshow, dengan hipotesis: Ho : model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah uji Hosmer dan Lemeshow. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Menilai keseluruhan model (Overal Model Fit) Menilai angka -2 log likelihood pada awal (blok number = 0) dan angka -2 log likelihood pada blok number = 1, jika terjadi penurunan angka -2 log likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian sum of squared error pada model regresi, sehingga penurunan log likelihood menunjukkan model regresi yang baik. c. Menilai Nagel Karke (R) Nagel Karke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snells untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snells R dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagel

36

Karke R dapat diinterpretasikan seperti nilai R pada multiple regression. 2. Uji Hipotesis (uji ) Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi logit. Analisis ini dilakukan untuk menentukan pengaruh dari masing-masing variabel bebas (variabel independen) terhadap variabel terikat (variabel dependen) yaitu peringkat obligasi perusahaan, karena variabel terikatnya merupakan variabel dummy atau variabel yang memiliki dua alternatif, maka model hipotesisnya adalah sebagai berikut: Log (p/1p) = + 1LEVTLE + 2LEVLTLTA + 3LIQCACL + 4LIQCAICL + 5SOLCFOTL + 6PROFOIS + 7PROFNIATTA + 8PRODSTA + 9SIZE + 10MAT + e Dimana: Log (p/1p) 1-10 LEVTLE LIQCACL LIQCAICL SOLCFOTL (CFOTL) PROFOIS PRODSTA SIZE MAT > 5 tahun = OIS = Operating Income/Sales = Sales/Total Asset (STA) = log Total aset = 1 jika umur obligasi 1-5 tahun; 0 jika umur obligasi PROFNIATTA = Net Income After Tax/Total Asset (NIATTA) = 1; investment grade dan 0; non-investment grade = konstanta = koefisien regresi 1= Total Liabilities/Equity (TLE) = Current Asset/Current Liability (CACL) = Current Asset-Inventories/Current Liability (CAICL) = Cash Flow from Operations/Total Liabilities

LEVTLTLTA = Long Term Liabilities/Total Asset (LTLTA)

37

DAFTAR PUSTAKA Adrian, Nicko, 2011, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi S1, Universitas Diponegoro. Amrullah. 2007. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Ukur Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Skripsi S-1. Universitas Negeri Semarang. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Chandra, Anthony Pratama. 2011. Aspek Hukum Penerbitan Obligasi Daerah Di Indonesia (STUDI KASUS: Penerbitan Obligasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta).Tesis S-2. Universitas Indonesia.

Jamaan. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Publik Di BEJ). Thesis S-2. Universitas
Diponegoro Kuncoro, Mudrajad, 2011, METODE KUANTITATIF Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Linandarini, Ermi. 2010. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Di Indonesia. Skripsi S-1. Universitas Diponegoro. PEFINDO. 2012. Rating Methodology Sektor Korporasi (non-financial). PT PEFINDO Credit Rating PEFINDO. 2012. Product & Service - Rating Service. PT PEFINDO Credit Rating PEFINDO. 2012. Product & Service - Rating Definitions & Outlook. PT PEFINDO Credit Rating Prihatiningsih, Wahyu. 2009. Analisis Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Di Indonesia (2005-2007). Skripsi S-1. Universitas Negeri Semarang

38

Sari, Maylia Pramono, 2007, Kemampuan rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi peringkat obligasi (PT Pefindo), Jurnal Bisnis dan ekonomi (JBE) Vol. 14, No. 2, Universitas Negeri Semarang, hal 172-182 Tendelilin, Eduardus, 2007, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFEYogyakarta: Yogyakarta. http://www.idx.co.id/Home/Information/ForInvestor/Bond/tabid/169/language/idID/Default.aspx (diunduh pada tanggal 6 Desember 2012) http://jarcomsys.wordpress.com/2009/10/28/analisis-rasio-keuangan/ (diunduh pada tanggal 8 Desember 2012) http://shinobiapuy.blogspot.com/2012/11/berita-financial-30-pasarobligasi.html#.UMtgP1Kump0 (diunduh pada tanggal 15 Desember 2012) http://www.antaranews.com/berita/331687/pefindo-tarik-peringkat-bakrie-telecom (diunduh pada tanggal 15 Desember 2012)

39

You might also like