You are on page 1of 2

– hambaKu berhenti dengan mengamalkan amal yang wajib saja

tapi ia terus mendekat kepada-Ku pada hal – hal yang sunnah


sampai Aku mencintainya, jika aku mencintainya maka Aku
menjadi penglihatannya (yg ia gunakan untuk mendengar),
Aku menjadi pendengarannya (yg ia gunakan untuk melihat),
Aku menjadi tangannya (yg ia gunakan untuk berlindung) dan kakinya (yg ia
gunakan untuk berjalan), jika ia minta pada-Ku, Ku-beri permintaannya, jika ia
minta perlindungan pada-Ku, Aku akan melindunginya”. Apa maksudnya menjadi
tangan dan kaki? Maksudnya panca indera mereka dijaga oleh Allah dari hal – hal yang
dimurkai Nya. Demikian dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari
bisyarah Shahih Bukhari ketika seseorang berusaha mengamalkan hal – hal yang fardhu
dan sunnah sampai ia dicintai Allah, Allah jaga ia dari hal yang makruh apalagi yang
haram.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,


Oleh sebab itu dijelaskan didalam Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Umar bin Khattab
itu ditakuti oleh syaitan. Syaitan lari dari Sayyidina Umar, tidak mau berpapasan oleh
Sayyidina Umar bin Khattab ra. Dan Imam Nawawi menjelaskan didalam Syarh Nawawi
bisyarah Shahih Muslim bahwa ini bukan hanya untuk Sayyidina Umar tapi banyak para
sahabat dan shalihin yang terjaga dari gangguan dan bahkan dijauhi oleh syaitan.

Hadirin – hadirat, berlandaskan firman Allah “sungguh hamba – hambaKu, kau


(wahai syaitan) tidak akan mampu untuk menundukkan mereka”. (QS Al Hijr
42)Tidak bisa dikalahkan hamba – hamba yang shalih oleh syaitan, Allah beri kekuatan
hingga syaitan tidak mampu berdekatan dengannya, jangankan menggoda.

Hadirin – hadirat, demikian Allah Swt memuliakan mereka sehingga Rasul saw
menjelaskan dan mengajarkan kepada kita untuk bersalam kepada hamba yang shalih
setiap kali shalat, setiap kali tahiyat membaca “Assalamu’alaina wa’ala
ibadillahisshalihin”. Riwayat Shahih Bukhari Rasul bersabda “barangsiapa yang
mengucapkan kalimat itu didalam shalatnya maka Allah sampaikan salamnya itu
kepada seluruh hamba Allah yang shalih di langit dan bumi”. Allah sampaikan
salam dari umat ini kepada semua hamba – hamba yang shalih di langit dan bumi baik
yang hidup maupun yang wafat. Salamnya sampai setiap kali kita shalat dalam tahiyat
mengucap “Assalamu’alaina wa’ala ibadillahisshalihin”. Salamnya sampai kepada
semua hamba yang shalih.

Ketahuannya di akhir zaman bahwa orang – orang yang shalih, jangan kita merasa tidak
mengenal dengan mereka. “Saya tidak kenal dengan hamba yang shalih” di hari kiamat
bagaimana? kau beri salam kepada semua orang shalih. Di yaumal qiyamah kita dikenal
oleh orang – orang shalih karena selalu bersalam kepadanya. Makanya kalau
mengucapkan salam itu hadirkan hati kita “Assalamu’alaina wa’ala
ibadillahisshalihin”. Itu menjalin silaturahmi dengan seluruh hamba – hamba yang
shalih. Demikian tingginya derajat hamba yang shalih di mata Allah. Sampai dalam
shalat pun kita mengucapkan salam kepada mereka “disampaikan kepada seluruh
hamba – hamba yang shalih di langit dan bumi”. Demikian lebih – lebih lagi
tentunya, salam sebelum hamba yang shalih yaitu kepada Sayyidina Muhammad Saw
“Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh”. Dalam shalat
salam dulu kepada Nabi saw, salam dulu kepada shalihin kemudian baru mengucapkan
syahadatain (2 kalimat syahadat). Karena tidaklah seseorang mengenal syahadatain
kecuali dari Nabi Muhammad Saw dan dari para shalihin.

You might also like